penelitian - sinta.unud.ac.id ii.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu...

27
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Pada bagian kajian pustaka ini di kembangkan pemikiran-pemikiran dari penelitian sebelumnya. Hal tersebut mengenai penggunaan media jejaring sosial dalam beberapa penelitian terdahulu. Aktivitas jejaring sosial sangat berperan dalam penelitian ini, Jejaring sosial merupakan suatu wadah yang bisa membuka mata kita khususnya dalam penelitian tentang bagaimana citra pariwisata Bali dalam media jejaring sosial. Masih terbatasnya penelitian mengenai citra pariwisata Bali khususnya mengenai citra melalui jejaring sosial di Indonesia. Tidaklah menjadi suatu kendala dalam penelitian ini. Hal ini karena para peneliti diluar negeri banyak menggunakan instrumen jejaring sosial untuk penelitian mereka. Hal ini terbukti dari banyaknya jurnal internasional mengenai pariwisata, dan menggunakan media jejaring sosial, sebagai instrumen pengumpulan datanya dan disertai dengan teori dan metodologi yang akurat. Sebagian besar data yang diperoleh pada jurnal Internasional, menyebutkan bahwa dunia jejaring sosial memberikan dampak yang sangat besar bagi penggunanya dalam melakukan setiap aktivitas baik yang bersifat pribadi ataupun mengenai kepentingan komersil perusahaan mereka.

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Pada bagian kajian pustaka ini di kembangkan pemikiran-pemikiran dari

penelitian sebelumnya. Hal tersebut mengenai penggunaan media jejaring sosial

dalam beberapa penelitian terdahulu. Aktivitas jejaring sosial sangat berperan

dalam penelitian ini, Jejaring sosial merupakan suatu wadah yang bisa membuka

mata kita khususnya dalam penelitian tentang bagaimana citra pariwisata Bali

dalam media jejaring sosial.

Masih terbatasnya penelitian mengenai citra pariwisata Bali khususnya

mengenai citra melalui jejaring sosial di Indonesia. Tidaklah menjadi suatu

kendala dalam penelitian ini. Hal ini karena para peneliti diluar negeri banyak

menggunakan instrumen jejaring sosial untuk penelitian mereka. Hal ini terbukti

dari banyaknya jurnal internasional mengenai pariwisata, dan menggunakan

media jejaring sosial, sebagai instrumen pengumpulan datanya dan disertai

dengan teori dan metodologi yang akurat.

Sebagian besar data yang diperoleh pada jurnal Internasional,

menyebutkan bahwa dunia jejaring sosial memberikan dampak yang sangat besar

bagi penggunanya dalam melakukan setiap aktivitas baik yang bersifat pribadi

ataupun mengenai kepentingan komersil perusahaan mereka.

Page 2: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

17

Diharapkan nantinya penelitian ini, bisa menjadi suatu sumbangsih

tersendiri bagi bangsa Indonesia khususnya bidang pariwisata Bali, agar dapat

lebih memberikan pemahaman dan pembelajaran bagi masyarakat mengenai

bagaimana citra pariwisata Bali. Kecanggihan tekhnologi jejaring sosial dapat

lebih cepat merangkul semua lapisan masyarakat diseluruh dunia mengenai

persepsi mereka terhadap pariwisata Bali.

Kotler (1995) dalam Tendean (2013) secara luas mendefenisikan citra

sebagai jumlah dari keyakinan. Gambaran serta kesan yang dipunyai seseorang

pada suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa orang, organisasi, kelompok

orang atau yang lain yang dia ketahui.

Menurut Jefkins (1996) dalam buku Public Relations terdapat lima jenis

citra, yakni citra bayangan (mirror image), citra yang berlaku (current image),

citra yang diharapkan (wish image), citra perusahaan (corporate image), serta

citra majemuk (multiple image).

a) Citra bayangan (mirror image), yakni citra yang diyakini oleh orang dalam atau

anggota organisasi mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini

biasanya hanya sekedar ilusi akibat kurangnya informasi yang dimiliki oleh

kalangan dalam organisasi mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak

luar.

b) Citra yang berlaku (current image), yakni citra yang diyakini oleh pihak - pihak

luar mengenai suatu organisasi. Citra ini cenderung negatif karena dipengaruhi

pengalaman pihak luar terhadap organisasi tersebut yang kurang memadai. Hal

ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi mengenai organisasi yang

Page 3: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

18

diterima oleh pihak luar.

c) Citra harapan (wish image), yakni citra yang diharapkan oleh pihak manajemen

terhadap organisasinya. Citra ini berbeda dengan citra yang ada. Citra ini dapat

menjadi sebuah acuan untuk mendapatkan citra positif yang sebenarnya dan

membuat organisasi terpacu untuk menjadi lebih baik.

d) Citra perusahaan (corporate image) merupakan citra suatu perusahaan secara

keseluruhan, meliputi produk dan pelayanannya. Citra ini dapat terbentuk oleh

berbagai hal, misalnya prestasi, keberhasilan di bidang keuangan, hubungan

industri yang baik, pencipta lapangan kerja terbesar dan sebagainya.

e) Citra majemuk (multiple image), citra yang terbentuk dari berbagai unit dan

individu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan

citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Bond (2010), membahas mengenai bagaimana media jejaring sosial

tersebut telah banyak sekali menyedot perhatian dari para pebisnis dan konsumen

pada era global saat ini. Hal ini tentunya juga berdampak pada berubahnya cara

berkomunikasi pada lingkungan penjual yang memberikan suatu bentuk tantangan

yang baru. Agar dapat memahami mengenai pola sikap pada konsumen pada era

global ini.

Disamping itu dengan adanya media jejaring sosial diharapkan mampu

membawa suatu kesempatan yang besar untuk dapat mendekati konsumen melalui

media jejaring sosial tersebut. Cara yang digunakan disini yaitu “iklan interaktif”.

Layanan iklan interaktif ini dapat memperluas pemahaman dan dapat membantu

untuk menangani kendala komunikasi antar penjual dan pembeli secara efektif.

Page 4: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

19

Penelitian eksploratif ini dapat menginvestigasi peranan sosial media untuk

menjadi suatu wadah yang tepat dalam menyatukan media iklan dan komunikasi.

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan memfokuskan penelitian

pada konsumen dengan menguji bagaimana persepsi mereka terhadap iklan yang

ada di media jejaring sosial. Lewat media jejaring sosial ini dapat memberikan

dampak yang cukup signifikan pada rating bagi beberapa merek yang diiklankan.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan cara

menunjukkan dua jenis iklan pada media sosial yaitu iklan interaktif dan non

interaktif. Kedua jenis iklan tersebut ditunjukkan pada sejumlah responden

sehingga dapat menyaring persepsi mereka tentang iklan mana pada media

tersebut yang dapat lebih banyak memikat keinginan konsumen untuk membeli

suatu barang.

Katherine (2010), membahas mengenai penelitian pada pengguna

Facebook dan bagaimana persepsi mereka tentang iklan yang ada di kolom

Facebook tersebut. Penelitian ini menggunakan sejumlah kriteria seperti

karakteristik, target mikro, penggunaan Facebook, kepekaan, dan reaksi, dimana

semuanya merupakan suatu faktor yang sangat penting dan dapat mempengaruhi

respon dari para pengguna Facebook itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat melihat bagaimana

mahasiswa S1 dari empat universitas dari berbagai negara seperti Elon, Miami,

Pamona, Pittsburg, menilai media Facebook dari cara berfikir mereka dan juga

mengenai pengiklanan yang ada di media tersebut. Hasilnya mengindikasikan

adanya suatu reaksi yang cukup signifikan dari para pengguna Facebook tersebut.

Page 5: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

20

Berdasarkan pada hasil survei yang dihasilkan Katherine (2010), disini

terdapat sejumlah hal yang dapat terjadi seperti: menggunakan sekitar 500 hingga

1000 responden. Jumlah ini cukup signifikan karena berdasarkan pada statistika

tahun 2009 yang menyatakan bahwa rata-rata pengguna Facebook mempunyai

teman sebanyak 130 orang, namun jika dengan jumlah yang ada melebihi nilai

rata-rata ini maka mengidikasikan bahwa partisipan pada survei ini cukup aktif

dalam menggunakan Facebook (Katherine, 2010).

Data ini dapat memberikan penjelasan bahwa para siswa tersebut

sepenuhya sadar akan adanya media iklan pada kolom Facebook tersebut, yang

tentunya dapat mereka akses setiap saat, meskipun dalam penelitian ini juga

terdapat 30 persen responden yang mengatakan bahwa Facebook harus dapat

menghentikan adanya pemasangan iklan secara bersamaan dalam media jejaring

sosial .

Facebook secara efektif dapat memberikan iklan yang benar-benar menjadi

suatu promosi yang menguntungkan serta iklan yang benar-benar dapat membuat

mata kita tertarik dengan cara promosinya dan tidak hanya memasangnya secara

bersamaan dalam waktu sekejap karena hal tersebut kurang efektif bagi

konsumen.

Model dari penelitian Katherine (2010), ini diarahkan untuk dapat

mengembangkan suatu intergrasi pada dimensi konsumen tentang mengapa

mereka mengadopsi media jejaring sosial tersebut, dan untuk mengetahui

bagaimana sebenarnya karakteristik pada teknologi media jejaring sosial tersebut

yang digunakan sebagai suatu perantara untuk mengetahui tentang sikap dari para

Page 6: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

21

pengguna Facebook.

Penelitian Katherine (2010), ini diharapkan dapat memahami tentang sikap

dan kebutuhan serta hubungan mengapa konsumen tersebut sangat tertarik dengan

media jejaring sosial. Pada beberapa dekade terakhir ini pebisnis begitu merasa

terkejut dengan pertumbuhan kepadatan yang terjadi pada media jejaring sosial

tersebut.

Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak konsumen dan pemasar yang

menggunakan situs jejaring sosial, dalam melakukan suatu interaksi sebagai

bagian dari kegiatan mereka sehari-hari. Penelitian ini berusaha memberikan

penjelasan mengenai kerangka yang dapat meningkatkan pemahaman peneliti

terhadap kebutuhan teknologi yang sangat dibutuhkan oleh konsumen dan

masyarakat saat ini.

Cha (2009), menyatakan bahwa jejaring sosial mempunyai suatu peranan

yang sangat penting dalam suatu pasar. Dalam era sekarang ini semakin banyak

adanya penjual yang menggunakan media jejaring sosial untuk memasarkan

barang-barangnya bagi kaum muda dan dewasa. Jejaring sosial juga dapat

dijadikan sebagai pusat tren pasar komersial.

Asosiasi Komisi Survei Amerika Serikat mengupas mengenai sisi positif

dari perdagangan maya pada beberapa situs jejaring sosial. Terdapat 47 persen

konsumen yang mengatakan bahwa mereka ingin mengunjungi situs jejaring

sosial tersebut untuk membeli hadiah liburan. Sekitar 29 persen mengatakan

bahwa mereka harus membeli produk yang ditawarkan lewat media jejaring sosial

itu sendiri.

Page 7: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

22

Babin&Darden (1994), menyatakan sebagai berikut bahwa: konsumsi

efektif (hedonic) dimana nilai ini merefleksikan adanya nilai yang dapat menerima

beberapa faktor pendorong dalam berbelanja yang berhubungan dengan

fantasi,emosi dari pembeli atau konsumen tersebut dalam memilih suatu jenis

produk tertentu. Fungsi nilai kegunaan tersebut lebih diasosiasikan dengan aspek

(Zeithaml, 1998), penelitian ini menyatakan bahwa dengan berbelanja lewat media

jejaring sosial dapat memberikan suatu bentuk keefisienannya waktu (Jarvenpaa et

al, 2001).

Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari survei yang

menggunakan responden sebanyak 167 responden pada sebuah universitas.

Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa karena umumnya merekalah yang

banyak berkunjung ke situs jejaring sosial ataupun bentuk dunia maya lainnya

untuk melakukan suatu aktivitas belanja (Arrington 2005 ;The Info Shop, 2007) .

Responden dalam penelitian sebelumnya cukup merefleksikan adanya

posisi signifikan pada situs jejaring sosial dan bagaimana target pemasar pada

konsumennya melalui media jejaring sosial. Umumnya responden pada survei ini

dimintai keterangan mengenai jenis jejaring sosial apa saja yang mereka sering

gunakan dan bentuk produk apa saja yang sering mereka beli dalam situs jejaring

sosial.

Gupta (2011), menyatakan bahwa untuk dapat menguji adanya persepsi,

sikap, dan prilaku pada target kunci pada sejumlah group konsumen yaitu pada

pada dokter dan pasien, berdasarkan pada pemasaran dengan perantara media

sosial pada industri farmasi. Dalam penelitian ini terdapat 2 grup, 50 pembuka

Page 8: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

23

praktek umum, dan 250 pasien, penelitian ini dilakukan di areal Navi Mumbay

India

Beberapa tahun belakang ini populasi pasien sangatlah berbeda dengan

dekade sebelumnya. Mereka cukup berpendidikan, dan tidak takut untuk

mempertanyakan sesuatu atas saran yang diberikan oleh dokter yang merawat

mereka. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa menurut penelitian ”Bagaimana

Warga Amerika Mencari Kesehatan dan Kebugaran”. Penelitian ini memberikan

sejumlah data tentang 95 persen melakukan pencarian informasi kesehatan lewat

media internet yaitu web dan jejaring sosial lewat pengamat kesehatan sekitar 55

persen serta dari media tradisional sekitar seperti televisi, dan media lainnya

sekitar 20 persen.

Dalam penelitian ini menggunakan metode survei ada suatu daerah Navi

Mumbai di kecamatan Thane dan sangat dekat dengan kawasan metropolitan

Mumbai di negara bagian Maharastra India, dan penelitian ini dilakukan selama 1

bulan dengan melakukan pembagian grup yaitu antara dokter dan pasien dimana

semua daftar praktisionernya didapat dari pusat telpon.

Teknologi web 2.0 tersebut dapat memberikan kesempatan pada pengguna

internet untuk dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya serta menawarkan

berbagai macam fungsi seperti profile page, wall post, group, tags, status update,

dan photos (Gupta, 2011).

Lis (2011), menyatakan bahwa publikasi dapat meningkatkan suatu tingkat

senstifitas dalam realitas dunia ekonomi dan komersialisasi dalam bisnis itu

Page 9: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

24

sendiri pada dekade saat ini. Pertanyaan pada media jejaring sosial dapat

memberikan suatu dampak pembentukan persepsi dan juga manajemen pada citra

tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap apakah lewat jejaring

sosial tersebut pembentukan citra tersebut dalam dunia publikasi dapat

mengarahkan pada suatu peningkatan yang cukup signifikan pada sebuah

pembelanjaan pada sebuah produk yang diasosiasikan dalam strategi media

jejaring sosial.

Secara teoritis pembentukan kerangka penelitian ini adalah berdasarkan

pada teori manajemen dan juga fungsi dari citra tersebut pada penurunan sebuah

resiko. T-test menunjukkan bahwa media jejaring sosial dapat memberikan sebuah

penawaran mengenai asosiasi pada publikasi produk yang dilakukan dalam hal

untuk meningkatkan kemungkinan pembelanaan pada konsumen.

Konsumen dalam kegiatan pembelanjaannya mereka akan berkonsentrasi

pada pembentukan citra bagi penulis, publikasi, dan karakter dari produk tersebut.

Dalam artikel ini mencoba untuk memberikan sebuah kombinasi antara dua topik

yang begitu peting dalam publikasi modern.

Pembentukan citra dan juga media jejaring sosial, serta telah ditekankan

juga bahwa pembentukan citra serta media sosial ini bisa difungsikan sebagai

rangkaian virtualisasi. Disini juga dijelaskan mengenai bagaimana strategi

pembentukan citra tersebut dapat digunakan didalam konteks publikasi.

Dalam penelitian ini disampaikan bahwa media jejaring sosial yang

digunakan untuk mempublikasikan produk dapat menambah daya beli konsumen,

Page 10: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

25

namun dalam penelitian ini tdak disampaikan mengapa masyarakat tersebut lebih

tertarik untuk membeli sesuatu yang dipasarkan lewat media jejaring sosial.

Kelly (2008) menyatakan bahwa dalam penelitian ini berusaha meng-

eksplore bagaimana persepsi masyarakat terhadap iklan yang dipasang dimedia

jejaring sosial. Dewasa ini penggunaan media jejaring sosial sebagai sarana

pemasangan iklan telah menjadi suatu hal yang sangat lumrah. Metode kualitatif

digunakan pada penelitian ini yang berfokus pada grup, dengan mengadakan

wawancara secara personal pada sejumlah remaja yang menjadi pengguna situs

jejaring sosial sehingga bisa memperoleh pandangan mereka akan iklan yang

dipasang di situs tersebut.

Literature review pada penelitian ini mencoba menelaah mengenai

penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini terutama dalam

teori periklanan, sikap dan prilaku konsumen, dan beberapa permasalahan yang

sekiranya dapat dihindari dalam dunia periklananan sebagai sebuah pelayanan jasa

yang mengedepankan kepercayaan dan privacy dalam situs jejaring sosial.

Konsumsi pada remaja ditelaah didalam penelitian metode kualitatif ini

dan sangat dipengaruhi oleh teori identifikasi sosial. Pada penelitian ini ditemukan

bahwa umumnya remaja yang melihat iklan di situs jejaring sosial tersebut

bersikap skeptis, karena terkadang mereka bersikap kurang percaya pada pesan

komensial yang tertera pada iklan online tersebut.

Kebanyakan para remaja tersebut lebih meyukai pemasangan iklan yang

tidak bersifat online. Mereka akan sepenuhnya percaya jika iklan yang dipasang

dimedia jejaring sosial tersebut bersifat pribadi dan tak dapat diakses oleh orang

Page 11: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

26

banyak. Model periklanan terbaru yang jauh dari dunia online juga didiskusikan

dalam penelitian ini.

Haglind (2012), menguji apakah sebenarnya yang menjadi dasar dari

persepsi terhadap penggunaan media jejaring sosial, pada kalangan masyarakat

tersebut. Cara memperdalam lebih jauh mengenai motivasi penggunaan sosial

media pada masyarakat. Penelitian ini digunakan tiga buah jejaring sosial

tujuannya adalah untuk dapat membedakan pola dari penggunaan media jejaring

sosial tersebut.

Tujuan dari penelitian ini juga untuk memahami lebih jauh mengenai hal

apa yang dapat mempengaruhi persepsi masayarakat tentang penggunaan media

jejaring sosial tersebut. Setelah menelaah dari masing-masing media jejaring

sosial tersebut, maka dapat dipahami perbedaan dan juga persamaannya apakah

cukup menguntungkan untuk menggunakan segmentasi ini secara umum untuk

membangun suatu hubungan antar konsumen pengguna jejaring sosial tersebut.

Sejak penelitian Haglind (2012) yang mengulas tentang tujuan pemahaman

konsumen terhadap penggunaan media jejaring sosial. Penggunaan metode

kualitatif disarankan dalam penelitian ini, dengan menggunakan desain penelitian

komperatif. Dalam penelitian ini keunikan dan persamaannya dibedakan

berdasarkan pada generasinya.

Penggunakan metode kualitatif dengan wawancara semi terstruktur yang

dilakukan pada konsumen pengguna situs jejaring sosial. Pada penelitian ini dapat

pula ditemukan beberapa hal penting mengenai persepsi akan penggunaan media

jejaring sosial yang dapat dipahami dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Page 12: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

27

Braude (2009), menyatakan bahwa dengan bertambahnya kecepatan dan

juga implikasi teknologi pada internet, maka dalam penelitian ini bertujuan untuk

dapat menelaah mengenai persepsi konsumen Amerika terhadap suatu organisasi

menggunakan media jejaring sosial.

Kajian pada penelitian ini juga berusaha untuk dapat menelaah dampak

media sosial pada suatu organisasi berdasakan pada reputasi dan inovasi pada

konsumen, peneliti juga menggunakan online survei dengan cara memilih sendiri

partisipannya dan tidak bersifat acak.

Menurut hasil analisa data dan persentasenya, maka peneliti menemukan

bahwa mayoritas konsumen Amerika tersebut menginginkan suatu organisasi

yang dapat mengarahkan mereka pada media jejaring sosial. Penelitian ini juga

menunjukkan mayoritas konsumen yang mmepertimbangkan penggunaan media

jejaring sosial.

Widdicombe (1995), menyatakan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah

untuk dapat menguji konsumen muda terhadap praktek pemasaran. Data diperoleh

dengan cara meyakinkan sampel yang ada dengan memberikan kuisioner

dibeberapa universitas yang ada di Turki yang berlokasi di Istambul, total

responden yang digunakan sebanyak 124 responden digunakan disini untuk

mendapatkan data yang akan dianalisa.

Penelitian ini menggunakan responden yang berasal dari beberapa

universitas di Istambul Turki, penggunaan mahasiswa ini karena mahasisiwa

merupakan pengguna utama pada situs jejaring sosial tersebut (Arrington, 2007)

dengan memberikan sejumlah pertanyaan seperti berikut.

Page 13: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

28

Q1:Bagaimana gaya penggunaan media sosial pada kaum muda ?

Q2: Apa tujuan dari mahasiswa tersebut dalam menggunakan media jejaring

sosial?

Q3:Bagaimana prilaku dari kaum muda tersebut pada situs jejaring sosial ?

Q4:Apa manfaat dari aktivitas media jejaring sosial tersebut pada pemasaran dan

juga praktek periklanan?

Q5:Apa hubungan yang terjadi antara kaum muda dan juga pembentukan citra

pada jejaring sosial tersebut?

Penelitian ini dibicarakan mengenai fakta bahwa media dapat mengubah

pasar selamanya. Pada media jejaring sosial dapat memberikan suatu persepsi

yang lebih mendekati antara target pasar dan juga produk yang dipasarkan. Tidak

ada suatu keraguan sedikitpun mengenai bagaimana media jejaring sosial tersebut

dapat memberikan atau pengaruh yang signifikan pada pergerakan pangsa pasar

sekarang ini.

Dalam penelitian ini juga dapat mengupas bahwa media jejaring sosial

dapat meningkatkan suatu kepekaan dan loyalitas pada suatu citra. Citra dapat

meningkatkan suatu transparasi dan dapat menjadi lebih jujur mengenai

bagaimana penawaran mereka pada lingkungan pasar saat ini.

Konsumen dapat benar benar menganalisa produk yang mereka inginkan

secara online sebelum mereka membelinya. Mereka menginginkan suatu yang

dapat meyakinkan mereka baik itu dalam bentuk virtual media. Semua penelitian

jurnal dan research thesis yang dibahas pada kajian pustaka ini diharapkan dapat

memberikan dukungan pada penelitian yang tengah diteliti saat ini mengenai

Page 14: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

29

pencitraan pariwisata Bali pada situs jejaring sosial.

Penelitian yang tengah di lakukan saat ini berusaha untuk memunculkan

bagaimana opini publik mengenai pariwisata Bali dalam situs jejaring sosial,

karena situs jejaring sosial dapat menjadi suatu instrumen penting dan efisien

dalam menjaring persepsi masyarakat tersebut dapat memudahkan dalam

berkomunikasi dengan responden di belahan dunia manapun.

2.2 Konsep

2.2.1 Media Jejaring Sosial

Media merupakan suatu keharusan dalam pembentukan suatu citra

destinasi wisata, terdapat banyak jenis media, salah satunya yang sedang booming

saat ini adalah media internet. Dalam media internet kita mengenal web yang

mampu menyajikan berbagai macam informasi terkini yang kita inginkan. Salah

satu web yang banyak digandrungi saat ini adalah teknologi web seri 2.0 yang

sering kita kenal dengan istilah “media jejaring sosial”.

Lovink, (2011) menyatakan bahwa web seri 2.0 adalah merupakan

renkarnasi dari World Wide Web, web seri 2.0 yang biasanya dikenal dengan

sebutan social networking media ataupun jejaring sosial, adapun beberapa jenis

nama dari jejaring sosial yang diulas berdasarkan pada survei yang dilakukan

Silver pop, rata-rata jejaring sosial mengalami kenaikan dalam enam tahun

terakhir berikut diantaranya.

1. Facebook : Jejaring sosial ini memiliki 1 miliar pengguna. Terbesar di jagad

raya ini untuk urusan pengguna. Facebook bukan hanya jejaring sosial, Mark

Zuckerberg menyuntikan beberapa platform lain di situs ini.

Page 15: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

30

2. Twitter: Microblogging ini memiliki setengah miliar pengguna atau hampir

setengah pengguna Facebook. Didirikan tahun 2006, Twitter sangat cepat

mendapat hati di kalangan netizen khususnya pengguna mobile.

3. Google+ : Google pun tergiur ikut terjun di jejaring sosial. Kini media sosial ini

memiliki 400 juta pengguna. Google+ terkenal dengan fitur Hangout-nya.

4. Weibo : Weibo atau Sina Weibo didirikan Agustus 2009. Saat ini memiliki

300 juta pengguna. Weibo sering disebut sebagai Twitter-nya China.

5. RenRen : Jika AS miliki Twitter, China miliki Sina Weibo. Di China juga

memiliki Facebook sendiri, yakni RenRen. Didirikan Desember 2005, RenRen

kini miliki 250 juta pengguna.

6. LinkedIn : Jejaring sosial ini dikenal sebagai jejaring sosial pekerja

profesional. Menghubungkan antar profesional maupun dengan brand atau

perusahaan. Kini miliki 175 juta pengguna.

7. Badoo : Didirikan tahun 2006, Badoo kini miliki 100 juta pengguna. Jejaring

sosial ini sering disebut sebagai social discovery website.

8. Instagram: Jejaring sosial ini memiliki harga fantastis, 1 miliar dolar. Tak

hanya sebuah jejaring sosial, Instagram juga sebagai aplikasi pengolah gambar.

Saat ini miliki 100 juta pengguna.

9. Yelp : Yelp sering disebut jejaring sosial berbasis lokasi. Pengguna tak jarang

mendapatkan rekomendasi lokasi dari jejaring sosial ini. Saat ini miliki 84 juta

pengguna.

10. Tumblr : Jejaring sosial ini masuk ke ranah blog. Tak kalah bersaing dengan

platform blog lain macam WordPress maupun Blogger. Saat ini miliki 81 juta

Page 16: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

31

pengguna.

11. Flickr : Situs berbagi foto ini kini miliki 75 juta pengguna. Flickr masif

digunakan di kalangan pecinta fotografi.

12. Orkut : Tak banyak yang tahu jika Orkut adalah jejaring sosial lain milik

Google. Meski jumlah pengguanya tak banyak, setidaknya mampu menarik 66

juta pengguna.

13 TripAdvisor : Merupakan sebuah situs jejaring sosial yang dapat memberikan

informasi ter up date mengenai suatu tempat wisata, situs jejaring sosial ini

banyak dikunjungi oleh pengguna jarinngan maya dan telah memiliki 60 juta

users ditambah dengan pengunjung dari seluruh dunia disetiap bulannya.

14. MySpace : MySpace masih memiliki gaung dengan 25 juta pengguna. Kini

mereka lebih fokus ke ranah musik sosial.

15. Foursquare : Jejaring sosial berbasis lokasi ini kini miliki 25 juta pengguna.

Jejaring sosial tersebut mampu menembus 3 miliar check-in.

16. Pinterest : Jejaring sosial ini tergolong baru namun mampu menarik 25 juta

pengguna saat ini. Pinterest sering disebut situs pin online.

Dalam penelitian ini akan memfokuskan pada bagaimana kinerja media

jejaring sosial tersebut untuk dapat memberikan hasil terbaik dalam mengukur

citra pariwisata Bali dalam kancah dunia jejaring sosial, dari sekian banyak jenis

jejaring sosial yang ada selanjutnya akan dipilih jejaring sosial mana yang paling

efektif dalam penelitian ini sehingga dapat secara akurat mencerminkan citra

pariwisata Bali.

Page 17: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

32

2.2.2 Citra Pariwisata

Seperti halnya industri pelayanan yang lain, industri pariwisata juga

memiliki sifat intangibility, inseparability, heterogeneity,dan perishability. Sifat

tersebut menyebabkan wisatawan berhadapan dengan kurangnya atribut untuk

mengevaluasi bagus tidaknya sebuah destinasi. Akan tetapi, karena keputusan

harus dibuat, maka wisatawan menggunakan citra tempat tujuan wisata sebagai

alat untuk melakukan evaluasi (Andreassen & Lindestad, 1998). Tentu saja, citra

yang ada dalam benak wisatawan tidak selamanya selaras dengan kondisi riil

destinasi itu sendiri. Jadi, citra destinasi memiliki potensi dalam mempengaruhi

kompetitif tidaknya destinasi (LeBlanc & Nguyen, 1996).

Citra sendiri didefinisikan sebagai “ The set of beliefs, ideas, and

impressions a persons holds regarding an object. People’s attitudes and actions

toward an object are highly conditioned by that object’s image” (Kotler, 2000).

Davidoff & Davidoff (1994) menyatakan citra sebagai “gambaran mental

wisatawan terhadap perusahaan atau produk”. Tidak jauh berbeda, Malhotra

(1999:89) mendefinisikan citra sebagai “persepsi wisatawan terhadap perusahaan

dan produk-produknya”.

Dalam pengertian yang lebih mudah, Dichter (1985), menyatakan citra

merupakan gambaran kesan-menyeluruh yang dibuat dalam pikiran wisatawan

(LeBlanc & Nguyen, 1996). Dilihat dari perspektif psikologi komunikasi, citra

merupakan jalan pintas secara mental (mental shortcut) untuk mengatasi sifat

manusia yang cenderung menjadi cognitive missers.

Page 18: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

33

Manusia cenderung kikir dalam menggunakan proses kognitifnya. Sebab,

manusia mempunyai keterbatasan mental untuk menghadapi hal-hal yang

kompleks (Gazali, 2003). Akibatnya, citra destinasi di Indonesia yang “tidak

aman” akan menghasilkan hallo effect terhadap pertimbangan wisatawan dalam

memilih destinasi di Indonesia (Andreassen & Lindestad, 1998).

Secara keseluruhan, wisatawan menilai bahwa destinasi Indonesia

merupakan tempat wisata yang tidak menarik, tidak patut dipertimbangkan.

Menurut Kennedy (LeBlanc & Nguyen, 1996), citra memiliki dua komponen

utama: fungsional dan emosional.

Komponen fungsional berhubungan dengan karakteristik kasat mata

(tangible) yang mudah diukur oleh wisatawan. Komponen emosional

berhubungan dengan dimensi-dimensi psikologis yang terwujud dalam perasaan

dan sikap terhadap sebuah destinasi.

Perasaan-perasaan tersebut diturunkan dari pengalaman individual

wisatawan terhadap destinasi dan dari pemrosesan informasi terhadap atribut-

atribut yang menjadi dasar dari indikator fungsional citra. Dengan demikian, citra

terhadap sebuah destinasi merupakan hasil dari kumpulan proses yang dibuat

wisatawan dalam membandingkan dan mengkontraskan atribut-atribut destinasi.

Citra sendiri didefinisikan sebagai “The set of beliefs, ideas, and

impressions a persons holds regarding an object. People’s attitudes and actions

toward an object are highly conditioned by that object’s image” (Kotler, 2000),

Davidoff & Davidoff (1994) menyatakan citra sebagai “gambaran mental

wisatawan terhadap perusahaan atau produk”.

Page 19: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

34

Tidak jauh berbeda, Malhotra (1999:89) b mendefinisikan citra sebagai

“persepsi wisatawan terhadap perusahaan dan produk-produknya”. Dalam

pengertian yang lebih mudah, Dichter (1985) menyatakan citra merupakan

gambaran kesan-menyeluruh yang dibuat dalam pikiran wisatawan (LeBlanc&

Nguyen, 1996).

Dilihat dari perspektif psikologi komunikasi, citra merupakan jalan pintas

secara mental (mental shortcut) untuk mengatasi sifat manusia yang cenderung

menjadi cognitive missers. Manusia cenderung kikir dalam menggunakan proses

kognitifnya. Sebab, manusia mempunyai keterbatasan mental untuk menghadapi

hal-hal yang kompleks (Gazali, 2003).

Akibatnya, citra destinasi di Indonesia yang “tidak aman” akan

menghasilkan hallo effect terhadap pertimbangan wisatawan dalam memilih

destinasi di Indonesia (Andreassen & Lindestad, 1998). Secara keseluruhan,

wisatawan menilai bahwa destinasi Indonesia merupakan tempat wisata yang

tidak menarik, tidak patut dipertimbangkan

Pengertian citra abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi

wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan

dan tanggapan baik positif maupunnegatif yang khususnya datang dari publik

(khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya (Andreassen,1999).

Diharapkan dalam Penelitian ini persepsi masyarakat dalam situs jejaring

sosial tersebut dapat menjadikan suatu citra fundamental yang mampu

menyelarasakan pencitraan terhadap Bali. Bali yang menjadi suatu icon wisata

dunia, dan kali ini citra nya akan berusaha dikaji lebih jauh sehingga mampu

Page 20: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

35

melahirkan persepsi yang natural tanpa rekayasa dalam media jejaring sosial

tersebut.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori efektivitas

Dalam teori efektivitas dinyatakan bahwa efektivitas merupakan rangkaian

input, proses dan output dalam memandang suatu hal tertentu. Menurut Steers,

(1985) efektivitas merupakan tolok ukur keberhasilan dari tujuan akhir yang

hendak dicapai.

Adanya efektivitas diharapkan dapat melihat pembenahan sign system

yang telah ada untuk menarik minat pengunjung. Efektivitas adalah pemanfaatan

sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan

yang dijalankannya.

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran

yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti

makin tinggi efektivitasnya (Sudirman, 2002). Dengan demikian, efektivitas

adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu

yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan.

Hubungan efektivitas dengan sign system yaitu keduanya ingin

menunjukkan keberhasilan dari tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

Sign system jika diterjemahkan secara langsung berarti sistem penanda, namun

sign system atau sistem rambu dapat kita artikan sebuah sistem yang mengatur

alur informasi tertentu atau pesan tertentu dengan menggunakan media tanda

Page 21: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

36

sebagai sebuah pesan.

Umumnya sign system erat kaitannya dengan elemen visual dan terkait

dengan unsur arsitektural sebagai medium dari sign system tersebut. Sign system

sendiri merupakan bagian dari sebuah istilah yang dikenal dengan way finding,

yaitu sebuah metode yang mengatur atau mengarahkan orang melalui media

sistem rambu, agar mengikuti sesuai dengan yang diinginkan.

2.3.2 Teori Peluru atau Jarum Hypodermik

Teori peluru merupakan teori pertama tentang pengaruh atau efek

komunikasi massa terhadap khalayaknya. Teori peluru ini pertama kali

dikemukakan oleh Wilbur Schramm dan memiliki beberapa macam istilah yang

masing-masing dicetuskan oleh sebagian para pakar teori komunikasi.

Istilah itu di antaranya: 1. Teori ”jarum suntik” (Hypodermic needle

theory) yang dikemukakan oleh David K. Berlo. Isi teori ini mengatakan bahwa

rakyat benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. penulis

menyebutkan pula bahwa apabila pesan ”tepat sasaran”, penulis akan

mendapatkan efek yang diinginkan.

Sedangkan istilah teori ”jarum suntik” atau hypodermic needle theory

secara harfiah berasal dari kata bahasa inggris, yaitu hypodermic berarti ”di bawah

kulit” dan needle bermakna ”jarum”. Istilah ini mengasumsikan anggapan yang

serupa dengan teori peluru, yaitu media massa menimbulkan efek yang kuat,

terarah, segera dan langsung. Anggapan ini pula adalah sejalan dengan pengertian

”perangsang tanggapan” atau ”stimulus-respons” yang mulai dikenal sejak

Page 22: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

37

penelitian ilmu jiwa pada tahun 1930-an.

Menurut Wilbur Schramm, pada tahun 1950-an, teori peluru adalah sebuah

proses di mana seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi

yang begitu ajaib kepada khalayak yang bersifat pasif tidak berdaya. Akan tetapi

dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm

meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak

ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.

Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul

Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak

diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang

peluru itu tidak menembus. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan

tujuan si penembak, yaitu media massa. Seringkali pula khalayak yang dijadikan

sasaran senang untuk ditembak.

2.4 Model Penelitian

Bali merupakan suatu destinasi wisata yang digemari oleh wisatawan

asing baik domestik dan internasional. Bali begitu terkenal dengan pariwisatanya,

karena pariwisata Bali merupakan suatu sektor komoditas yang memberikan

pasokan devisa yang sangat besar bagi negara Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya data dari BPS bahwa dalam kurun

waktu lima tahun terakhir yang menyatakan bahwa Bali mengalami kenaikan

keatangan wisatawan yang cukup signifikan yang terntunya dapat berdampak

langsung dalam meningkatkan laju perekonomian bangsa Indonesia dimasa depan,

untuk mengetahui citra pariwisata Bali maka diperlukan sebuah media yang

Page 23: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

38

mampu merepresentasikan citra yang baik bagi destinasi pariwisata Bali tersebut.

Dulunya banyak orang yang mengenal kondisi pariwisata Bali dari mulut

ke mulut atau lebih dikenal dengan istilah word of mouth, namun sekarang dengan

kecanggihan teknologi telah banyak media yang bisa digunakan untuk melihat

bagaimana kondisi pariwisata Bali tersebut, seperti TV, radio, majalah, pamplet,

dan internet, namun media yang ditekankan untuk dipergunakan didalam

penelitian ini adalah media internet.

Didalam elemen internet tersebut terdapat tekhnologi web seri 2.0 yang

memungkinkan penggunanya membuat personal homepage atau yang lebih

popular dikenal dengan media jejaring sosial. Seperti yang diketahui bahwa saat

ini ada banyak sekali media jejaring sosial, jejaring sosial merupakan suatu

perpaduan gaya hidup pada masyarakat moderen saat ini yang tak bisa dipisahkan

dari kehidupan kita sehari-hari.

Dengan adanya media jejaring sosial yang beragam dapat memberikan

suatu pilihan yang memungkinkan untuk dapat mengakses bagaimana kondisi

pariwisata Bali tersebut sehingga turis yang ingin mengunjungi Bali dapat

memiliki bayangan yang pasti tentang tempat wisata yang akan mereka kunjungin

di Bali.

Dari sekian banyak media jejaring sosial yang ada maka dalam penelitian

tentang citra pariwisata Bali ini dipilihlah media jejaring sosial yang sering

dipergunakan oleh masyarakat saat ini seperti, Facebook, Twitter, keduanya telah

begitu melekat menjadi bagian gaya hidup dari masyarakat modern saat ini.

Page 24: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

39

Kinerja dari kedua situs ini juga sangat cepat untuk dapat mengetahui

bagaimana citra pariwisata Bali tersebut, karena baik pada Facebook, dan Twitter

sama-sama menampilkan komentar dari turis yang menjadi konsumen dari

perusahaan yang menjadi bagian dunia pariwisata, seperti hotel, villa, restaurant,

spa, media, travel agent, airlines, dan tourist attractions.

Penelitian ini membahas nantinya akan membahas bagaimana citra

pariwisata Bali dalam media jejaring sosial tersebut dilakukan pengamatan pada

komentar-komentar dari kedua jejaring sosial itu sendiri, dimana komentar dari

para turis tersebut sangat berperan penting guna menciptakan citra tersendiri bagi

Bali.

Setelah semua komentar tersebut terjaring maka akan diklasifikasikan

kedalam komentar yang termasuk kedalam katagori, negatif, positif, dan tidak

tahu (Unidentify comment ), komentar dengan katagori tidak tahu ini mengarah

pada komentar yang dilontarkan oleh para turis namun sangat sulit diidentifikasi

untuk bisa masuk ke ranah komen positif, ataupun negatif.

Disaat semua klasifikasi komentar yang didapat dari kedua jejaring sosial

tersebut berhasil diklasifikasikan kemudian dilakukan analisa berdasarkan besaran

jumlah pada komen negatif, positif, dan komentar-komentar yang masuk ke dalam

katagori tidak tahu tersebut.

Hasil yang didapat dalam dalam komentar positif, negatif, dan tidak tahu

(unidentified comments) pada jejaring sosial yang telah dipilih kemudian

dijumlahkan dan didapatlah hasil pertama dimana menunjukkan apakah hasil

persepsi para turis itu positif apa negatif mengenai citra pariwisata Bali dijejaring

Page 25: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

40

sosial.

Setelah analisa mengenai media jejaring sosial tersebut dilakukan, terlihat

apakah analisa dari kedua media jejaring sosial tersebut menjadi cukup mewakili

citra pariwisata Bali dimasa kini, sehingga lebih cenderung mengarah ke arah

positif ataupun negatif. Hasil akhir dari analisa ini sangat penting dalam

menentukan bagaiman citra dari pariwisata Bali ini dimasa depan.

Pencitraaan sangat penting bagi sebuah destinasi wisata dan hal inilah

yang harus selalu diingat oleh Bali, karena sektor pariwisata di pulau ini sangat

berperan aktif dalam peningkatan perekonomian negara Indonesia. Hasil dari

penelitian ini bukan hanya untuk saat ini saja tetapi juga untuk dimasa yang akan

datang harus juga dapat dirasakan manfaatnya.

Setidaknya dengan kecanggihan teknologi bisa menjadi tolak ukur untuk

mengukur bagaimana citra pariwisata Bali dalam kancah jejering sosial, karena

hal ini sangat penting untuk mengontrol apakan citra bali sebagai suatu destinasi

wisata yang diminati oleh seluruh dunia masih tetap besinar dan jaya dimasa yang

akan datang.

Setelah didapat hasil dari perhitungan data dari Facebook dan Twitter ini

kemudian dianalisa hasil pendukungnya menggunakan pendekatan 4A yang terdiri

dari amenity, attraction, ancillary, dan accessibility, pendekatan ini berfungsi

untuk dapat mengidentifikasi indikator pa saja yang mempengaruhi turis datang

ke Bali.

Disamping itu juga dilihat dari sisi analisa homepage yang dilakukan pada

TripAdvisor dan Agoda.com, serta untuk mendukung kuatnya data yang didapat

Page 26: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

41

pada hasil dari jejering sosial dan media online lainnya dilakukan juga pengujian

data di lapangan dimana data didapat dari hasil kuisioner yang disebarkan

keseratus turis yang sedang berlibur di Bali.

Data dari turis tersebut meliputi data mengenai evaluasi pada akomodasi,

restoran, SPA, travel agent, money changer, media, airlines, dan tourist

attraction, semua data yang telah didapat didata untuk mengetahui bagaimana

persepsi wisatawan di kondisi nyata dan hasil data pada dunia virtual,

Data tersebut sangat berguna memberikan kekuatan pada pendataan akan

persepsi wisatawan terhadap citra pariwisata Bali. Analisa dalam menentukan

hasil ini juga diperkuat menggunakan teori pada efektivitas, dan teori peluru atau

juga disebut dengan jarum hypodermic.

Page 27: PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdfindividu, sehingga citra yang muncul dari suatu unit belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Bond (2010), membahas

42

Gambar 2.1 Model Penelitian

Citra Pariwisata Bali

Bali

Latar BelakangWOM (Word of Mouth)

Kajian pada mediaTV, Radio, Majalah, Surat Kabar, Internet

Kajian Internet/web seri 2.0 (Media jejaring Sosial)

Data lewat komentar pada Facebook dan Twitter

Analisa data melalui komentar pada Facebook&Twitter denganklasifikasi komentar positif, negative, dan tidak tahu (Unidentify

Comment)

Komaparasi data dengan4 A Approach, homepage (Agoda.com dan tripAdvisor) serta Data real padakuesioner, dihubungkan dengan teori efektivitas dan teori jarum hypodermik