penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di...
TRANSCRIPT
PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)
Oleh :
REZZA FAZRIYANSYAH NIM: 1112043100017
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
PENERAPAN ASAS SEDERTIANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN DI
PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk memenuhi salah satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)
Oleh:
Rezza Fazriyansvah
NIM: 1lt2O43tOO0t7
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Umar Al Haddad. MA.
NIP: 1 968090419940tt001 NIP: 1 9581 1 191 98603 1001
KONSENTRASI PERBANDINGAN I{AZIS.AB F'IKIHPROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
F'AKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUIN SYARIF HIDAYATT]LLAH
JAKARTA
1438 HJ20t7 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
- Skripsi yang berjudul 'oPenerapan Asas Sederhana, Cepat, dan BiayaRingan Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan" telah diujikan dalam sidang
skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbandingan MazhfuUniversitas Islam Negeri (Uf$ Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 April2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata Satu (Sl) Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi
PerbandinganMazhab.
Jakarta, 12 Apil2017Mengesahkan
Ketua
Sekretaris
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
PANITIA UJIAN SKRIPSI .
Fahmi Muhammad Ahmadi. M. SiNIP. 19741 2t3 200312 I 002
Hi. Siti Ilana. S. Ae. Lc. MANIP. 19740216 200801 2 013
Dr. Umar Al-Haddad. MA.NIP. 19680904199401 1 001
Drs.Ilamid Farihi. M. AeNrP. 19s81119 198603 1 001
Fahmi Muhammad Ahmadi. M. SiNrP. 197412t3 200312 I 002
: Ifi. Siti llana. S. Ae. Lc. MANIP. 19740216 200801 2 013
ilt
akultas Syariah dan Hukum
./ \i/, ,1J,
,:(t,_1!
4P
Penguji II
16 199603 I 001
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Rezza Fazriyansyah
1t720431000t7
Syariah dan Hukum
PerbandinganMazhab
Dengan ini saya menyatkan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil asli karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri ruf$ Syarif Hidayatullah Jakarta
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang erlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidatullah Jakarta
1.
2.
IV
Tzkafia.12 A I 2017
v
ABSTRAK
Rezza Fazriyansyah. NIM: 1112043100017. Penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Program Studi Perbandingan Mazhab, Konsentrasi Perbandingan Mazhab fikih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. XI + 75 halaman + 22 Lampiran.
Skripsi ini ditulis untuk mengetahui bagaimana penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Pentingnya tujuan penerapan asas ini di gunakan adalah sebagai landasan bagi para hakim dalam menangani setiap perkara. Jika asas ini diabaikan bahkan tidak di terapkan dalam setiap proses peradilan, maka masyarakat para pencari keadilan dan kebenaran akan mendapatkan ketidak adilan dari perkara yang mereka ajukan di pengadilan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif deskriptif dengan cara melakukan penelitian pustaka yang ada serta wawancara para hakim di lingkungan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Penelitian ini melibatkan beberapa Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan Hukum Acara di Peradilan Agama dan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan serta buku-buku dan literatur serta jurnal yang terdapat hubungannya dengan Penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi dengan mencatat dokumen-dokumen atau catatan-catatan serta referensi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Dari penelitian yang dilakukan, penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah di terapkan secara maksimal oleh para hakim. Adapun kendala-kendala yang membuat asas ini menjadi tidak maksimal terjadi akibat para pihak yang tidak kooperatif terhadap perkaranya dan majelis hakim yang menangani perkara mereka sehingga Asas Sederhana, cepat, dan Biaya Ringan menjadi terlihat tidak maksimal atau terabaikan.
Kata kunci: Pengadilan, Asas Sederhana, Asas Cepat, Asas Biaya Ringan
Pembimbing : I. Dr. Umar Al-Haddad, MA.
II. Drs. Hamid Farihi, M. Ag.
Daftar Pustaka : Tahun 1964 s.d Tahun 2016
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, syukur yang tak
terhingga kupanjatkan pada Mu atas nikmat sehat, nikmat rizki, dan limpahan
kasih sayang Mu kepada hambamu ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN
BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN”.
Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Rasul Mulia Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan cahaya ilmu pengetahuan yang terang benderang di
dalam gelapnya kebodohan.
Penulis berbahagia dan mengucap syukur karena telah dapat
menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang Strata satu (S1) Sarjana Hukum (S.H)
yang penulis tempuh dengan banyak perjuangan. Serta menyadari akan
kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis
meminta maaf apabila dalam penulisan ini skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Selanjutnya penulis ingin memberikan serpihan kata kepada pihak yang
telah setia membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Dengan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Dr. H. Asep saepudin Jahar MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si dan Ibu Hj. Siti Hana, S. Ag.,
Lc, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Perbandingan
Mazhab
4. Pembimbing akademik Ibu Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.Ag., dan
seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dosen pembimbing skripsi Bapak Dr. Umar Al-Haddad, MA., dan
Bapak Drs. Hamid farihi, M. Ag., yang selalu sabar dan istiqomah
dalam membimbing penulis serta memberikan nasihat-nasihat yang
menyejukan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
6. Terkhusus untuk kepada kedua orangtua penulis yang sangat penulis
cintai dan sayangi, Bapak Muhammad Masir dan Ny. Nur Hasanah,
yang selalu memberikan doa bagi penulis serta selalu mendukung
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Penulis
takkan pernah bisa membalas jasa dan pengorbanan kedua orangtua
penulis, namun perjuangan ini penulis persembahkan bagi kedua
orangtua penulis
7. Terima kasih pula untuk adik-adikku tercinta, Camelia Ria Vurista,
Alm. Dina Maulidiyah, Amira Ahlam Hasanah, yang terus dan selalu
memberikan doa serta dukungan kepada penulis, terima kasih dan
semoga kakak mu menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi
orang lain
viii
8. Terima kasih terkhusus kepada DR. KH. Noer Muhammad Iskandar,
SQ., selaku pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah
beserta keluarga. Doa serta nasihat abah ketika mendidik penulis di
Pondok Pesantren selalu menjadi penyemangat bagi penulis. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kekuatan, serta
perlindungan bagi Abah Noer Iskandar beserta keluarga.
9. Terkhusus pula bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khiyaroh
Buntet Pesantren Cirebon, Alm. KH. Moh. Nashiruddin Zahid, Ibu Ny.
Hj. Khotimah Nashiruddin, KH. Muhammad Farid NZ. serta keluarga,
KH. Ahmad Haris NZ. Serta keluarga, Drs. KH. Ilham Suhrowardi,
MH. Serta keluarga, Kang MH. Lutfi Yusuf NZ. Serta keluarga, Kang
R. MH. Zidni Ilman NZ., S. Fils., M. Pd. I., yang selalu mendukung
dengan doa serta nasihat-nasihat yang akan selalu penulis ingat dalam
hidup penulis. Semoga Allah SWT Selalu memberikan kesehatan,
kekuatan serta perlindungan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al
Khiyaroh Buntet Pesantren Cirebon
10. Terima kasih pula kepada Kang M. Sofi Mubarok dan istri Kak Ivana
amelia, yang selalu memberikan dukungan serta nasihat ilmu bagi
penulis. Tidak ada yang bisa penulis katakan selain ucapan terima
kasih sebanyak-banyaknya.
11. Untuk sahabat-sahabat penulis Ahmad Fabi Kriyan Ardani, SH. (baru
lulus, penulis tahu), Tian Nurmawan, Muhammad Arif Putra, Abdullah
Mahfud, Muhammad Baihaqi, SH., Adam Rohili, Saipul Rahmanudin,
ix
yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan tugas
skripsinya. Terima kasih pula atas ejekan dengan kata “LEMAH”
ketika penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini. Kalian tahu kan
karma berlaku??!!.
Terima kasih kepada pihak yang tak disebutkan penulis, namun tak
mengurangi rasa terima kasih dan hormat penulis kepada kalian semua. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan hati kalian kepada penulis.
Jakarta, 12 April 2017
Rezza Fazriyansyah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7
F. Metode Penelitian .......................................................................... 8
G. Studi Review Terdahulu ................................................................ 12
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN
A. Pengertian Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan .................. 15
xi
B. Dasar Hukum Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan ............ 21
C. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Menurut Islam ........... 34
BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
A. Sejarah dan Lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan ............ 39
B. SOP Beracara Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ................... 42
C. SOP Tahapan Penangan Perkara Di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan ........................................................................................... 51
D. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Jakarta Selatan .................. 54
E. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan ............... 57
BAB IV PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN DALAM PRODUKTIVITAS PENYELESAIAN PERKARA
A. Mendapatkan Keadilan Dengan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya
Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ............................... 60
B. Penyelesaian Perkara Dengan Tanpa Menggunakan Asas
Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan ........................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 69
B. Saran-saran .................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah, peradilan Islam di Indonesia disebut dengan Peradilan
Agama. Peradilan ini telah ada di berbagai tempat di nusantara jauh sejak
zaman penjajahan Belanda. Bahkan menurut pakar sejarah peradilan agama
sudah ada sejak abad ke-16. Hal ini dibukukan oleh Departemen Agama di
Indonesia pada tanggal 19 Januari 1882 dan ditetapkan sebagai hari jadinya,
yaitu berbarengan dengan diundangkannya Ordonatie Stb 1882-152 tentang
peradilan agama di pulau Jawa-Madura. Hingga sekarang peradilan agama
masih berjalan, keberadaan putusannya ditaati dan dilaksanakan dengan suka
rela, tetapi hingga diundangkanya Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang
peradilan agama lebih mantap dalam menjalankan fungsinya.1
Undang-undang No 7 tahun 1989 pun kini telah di amademen dengan
Undang-undang No 3 Tahun 2006 dan Undang-undang N0 50 Tahun 2009
tentang Peradilan Agama, akan tetapi ada beberapa pasal yang tetap berlaku
di Undang-Undang No 7 Tahun 1989 yaitu pasal-pasal yang tidak di
amandemen. Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
yang khusus mengadili perkara-perkara perdata dimana para pihaknya
beragama Islam, sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang peradilan agama (UUPA) yang berbunyi
1 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003),
hlm 1
2
“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”.2
Pengadilan Agama mempunyai tugas untuk memeriksa, memutus
serta menyelesaikan perkara bagi orang-orang yang beragama Islam dengan
perkara menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 pasal 49, “Pengadilan
Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi
syari'ah.
Masyarakat yang mempunyai perkara dalam bidang perdata akan
mengajukan permohonan atau gugatan ke pengadilan, dan khusus perkara
perdata yang terjadi pada orang Islam maka akan mengajukan perkara itu ke
Pengadilan Agama dan Pengadilan Agama yang mempunyai wewenang
tersebut. Hal ini disebutkan dalam pasal 54 Undang-Undang No 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang berbunyi “Hukum acara yang berlaku
pada pengadilan dalam lingkungan pengadilan agama adalah hukum acara
perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,
kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini.3
Dalam suatu proses peradilan ada kesamaan dan keadilan dalam
hukum pada para pihak. Dalam hal ini setiap orang yang berperkara dianggap
memiliki hak yang sama dan diperlakukan adil dalam pengadilan selama
2 Lihat UU No 3 Tahun 2006 Pasal 2 3 Lihat Undang-Undang No 7 Tahun 1989 Pasal 54
3
majelis hakim dalam peradilan perdata belum memberikan keputusan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian, maka dalam
proses peradilan perdata memerlukan beberapa tahap proses peradilan untuk
dapat diberikan keputusan oleh majelis hakim.
Mengenai kesamaan hak dan keadilan dalam proses peradilan terdapat
dalam pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman yang menyatakan, “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang.4 Dan terdapat dalam pasal 2 ayat 1 Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menyatakan,
“Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA".5
Inti dari suatu hukum itu adalah terletak pada asas-asasnya, kemudian
diformulasikan menjadi peraturan perundang-undangan. Asas Hukum dapat
disebut landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau
merupakan suatu ratio legis dari suatu peraturan hukum, yang memuat nilai-
nilai, jiwa, cita-cita sosial atau perundangan etis yang ingin diwujudkan.
Karena itu asas hukum merupakan jantung atau jembatan suatu peraturan
hukum yang menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dan hukum
positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat.6
Dalam hukum acara terdapat asas yang diterapkan dalam proses
peradilan yaitu asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Pengadilan Agama
4Lihat UU Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 4 ayat 1 5Lihat UU Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 2 ayat 1 6 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Alumni, Bandung, 1982) hal. 85-86
4
dalam menjalankan tugasnya untuk menegakan hukum dan keadilan harus
memenuhi harapan dari para pencari keadilan yang selalu menginginkan atau
menghendaki peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Bila asas ini
benar-benar diterapkan secara konsekuen, maka pasti akan memberikan
kenyamanan bagi masyarakat pencari keadilan. Akan tetapi pada prakteknya,
Pengadilan Agama dalam menerapkan peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan belum tentu dapat berjalan sempurna.
Sedangkan jika dilihat dari pada pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No.
48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman pengadilan atau seorang hakim
harus membantu para pencari keadilan dan mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya
ringan.
Bertitik tolak dari uraian diatas, penjelasan asas hukum disini adalah
sejauh mana para hakim di Pengadilan Agama menerapkan asas sederhana,
cepat, dan biaya ringan dalam menangani setiap perkara yang masuk ke
Pengadilan Agama khususnya di Pengadilan Agama Jakarta Selatan bagi para
pencari keadilan. Pengadilan Agama Jakarta Selatan sendiri dalam menangani
setiap perkara pasti mempunyai kendala untuk menerapkan asas ini. Di bulan
September 2016 tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 ada 1300 perkara yang
tertunda.7 Ini membuktikan tidak tercapainya asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan dengan sempurna atau juga dengan adanya perkara yang masuk
7http://infoperkara.badilag.net/fungsi_model/infoperkara/cabang.php?username=PAJAK
ARTASELATAN&cabang=6&tanggalperkara=00&bulanperkara=09&tahunperkara=2016 website ini mengenai info perkara di Pengadilan Agama Jakarta selatan, Di akses pada 20 November 2016
5
dengan sangat banyak sehingga sulit tercapainya asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan.
Sifat hukum acara perdata di Indonesia semestinya harus sesuai
dengan sifat rakyat Indonesia dalam memohon peradilan pada umumnya yaitu
peradilan dengan cara sederhana, cepat dan biaya ringan. Di sini
dasarperadilan sederhana, cepat dan biaya ringan yang termuat dalam
Undang-undang No 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yakni pasal 4
ayat 2dan pasal 5 ayat 2.8 Akan tetapi Undang-undang No 4 Tahun 2004
tentang kekuasaan kehakiman telah dicabut dan tidak berlaku, sehingga pasal
ini termuat di Undang-undang No 48 Tahun 2009 pasal 2 ayat 4.
Bisa diketahui dari Undang-Undang diatas, bahwa sangat nampak
Undang-undang menjelaskan setiap pencari keadilan dan kebenaran dengan
peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Penerapan asas ini adalah
merupakan dambaan bagi setiap pencari keadilan.
Sesuai dengan hal tersebut di atas, apakah para hakim Pengadilan
Agama Jakarta Selatan sudah menerapkan asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan dalam menangani setiap perkara. Sedangkan kenyataannya sesuai data
awal diperoleh fakta banyak kasus yang tertunda sebagaimana disebutkan di
atas. Untuk itulah penulis akan mengadakan penelitian dengan judul
“PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN
DI PENGADILAN AGAMA SELATAN”
8 Undang-undang No 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, (Bandung : Pt Fokus
Media, Cet 1, 2004), hlm 3
6
B. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan dasar penting dalam kegiatan penelitian.
Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat digambarkan ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Sejauh mana penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan
2. Bagaimana sikap para hakim dalam menangani perkara dengan
menerapakan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
3. Apakah terdapat banyak kendala sehingga asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan tidak dapat di terapkan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
4. Mengapa asas sederhana, cepat, dan biaya ringan menjadi terlihat sulit di
terapkan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis
membatasi pembahasan masalah seputar: Penerapan Asas Sederahana, Cepat,
dan Biaya Ringan Pada Proses Peradilan di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka setidaknya
penulis mendapatkan beberapa rumusan dalam penelitiian yang akan di
lakukan ini, yakni sebagai berikut:
7
1. Bagaimana penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan?
2. Apa saja kendala-kendala yang mempengaruhi penerapan asas sederhana,
cepat, dan biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah penulis
uraikan di atas, maka tujuan diadakan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui dengan jelas penerapan asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan asas
sederhana, cepat, dan biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Adapun Manfaat dari hasil skripsi ini adalah:
1. Memberikan Kontribusi Positif bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya.
2. Dengan penelitian ini diharapkan bagi penulis dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan pada proses peradilan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
3. Memberikan informasi yang berharga dan menambah pengetahuan dalam
penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan pada proses peradilan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
8
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia
untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana
senantiasa dapat di periksa dan di telaah secara kritis, akan berkembang
terus atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuhnya-
pengasuhnya.9
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis
penelitian hukum normatif. Penelitiaan hukum normatif adalah
penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan
sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas,
norma, kaidah dari peraturan perundang-undang, putusan pengadilan,
perjanjian serta doktrin (ajaran).10
Peter Mahmud Marzuki menjelaskan penelitian hukum normatif
adalah sebuah proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab
permasalahan hukum yang dihadapi. Penelitian hukum normatif
9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), Cet. Ke-3,
Ed. Revisi, hlm. 3. 10 Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. Metode Penelitian Hukum (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). h. 31
9
dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru
sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.11
Selain itu penulisan ini juga menggunakan penelitian berupa studi
kasus secara deskriptif tentang penerapan asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan pada proses peradilan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan gejala-gejala lainnya.12
Selain itu deskriptif adalah untuk memberikan gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.13 Dan juga penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan
antara fenomena yang diuji.14
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data dalam Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua
jenis data, yaitu:
11 Mukti Fajar ND dan Yulianti Achmad, Dualisme Penelitian Hukum (Yogyakarta:
Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta, 2007), hlm. 25. 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), Cet. Ke-3,
Ed. Revisi, hlm. 10. 13http://artikelilmiahlengkap.blogspot.co.id/2015/08/pengertiandanjenispenelitian.html.
mengenai pengertian serta jenis penelitian deskriptif, Di akses pada tanggal 28 Juli 2016 14 Wikipedia.org, mengenai pengertian penelitian deskriptif, diakses pada 2 Mei 2016
10
1) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung melalui obyek penelitian,
para hakim yang mengangani setiap perkara di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan.
2) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data yang
didapat dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku,
dokumen-dokumen, internet dan arsip-arsip Pengadilan Agama
Jakarta Selatan terkait dengan penerapan asas sederhana, cepat,
dan biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
b. Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua sumber
data yaitu:
1) Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu dengan mempelajari dan memanfaatkan beberapa
informasi yang diperlukan melalui buku-buku, maupun laporan
study yang relevan berkaitan dengan permasalahan, baik
catatan maupun laporan serta instansi lain yang terkait yang
hendak diangkat oleh penulis.
2) Studi Lapangan (Field Researh)
Yaitu mengadakan penelitian serta pengamatan langsung
kepada objek yang diamati pada tempat penelitian dalam
rangkaian memperoleh data konkrit tentang masalah yang
11
diselidiki.15 Metode ini digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh data tentang penerapan asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan pada proses peradilan di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Wawancara (Interview) yaitu percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.16 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara
kepada hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk
mengetahui bagaimana penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan dalam dalam proses peradilan.
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat
dokumen-dokumen atau catatan-catatan, metode ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang penerapan asas sederhana, cepat,
dan biaya ringan di Pengadilan Agama Jakarta selatan.
4. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bina
Aksara,1989) hlm. 9 16 Lwxy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004) hlm. 135
12
G. Studi Review Terdahulu
Ada beberapa penelitian skripsi ataupun journal yang menyangkut tema
mengenai pernikahan dini, diantaranya adalah :
Penelitian yang di lakukan oleh Andi Afrianty dengan judul Skripsi
Implikasi asas sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Dalam Hubungannya
Dengan Gugatan Perceraian di Pengadilan Agama Makasar. Di sini penulis
menjelaskan tentang gugatan perceraian yang terjadi di pengadilan agama
makasar. Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan harus di terapkan dalam
setiap peradilan. Dalam hal ini peneliti mencoba mencari tahu apakah dalam
kasus gugatan perceraian asas ini tetap di gunakan atau tidak terutama asas
cepatnya, karena pengadilan agama yang menyelesaikan perkara perceraian
harus bisa mempertahankan hubungan si penggugat dan tergugat agar tidak
bercerai.
Penelitian juga dilakuak oleh Winly A. Wangol dengan judul Journal Asas
Perdilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Dalam Penyelesaian Perkara
Pidana Menurut KUHAP. Penulis dalam penelitiannya menjelaskan dalam
menyelesaikan perkara tindak pidana asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
telah di atur di KUHAP dan UU kekuasaan Kehakiman, dalam penerapan
asas ini peneliti bependapat dapat dilaksanakan dengan antara lain tersangka
atau terdakwa berhak segera mendapat pemeriksaan dari penyidik, segera
diajukan ke pengadilan dan lain-lain. Artinya dari proses seseorang menjadi
13
tersangka tidak boleh berbelit-belit dan tidak bertele-tele, jika itu terjadi maka
tidak sesuai dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.17
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memberikan arah serta gambaran materi yang
terdapat dalam skripsi ini, maka penulis menyusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Merupakan bab Pendahuluan yang diawali dengan Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Perumusan
Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, Studi Review Terdahulu dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini menjelaskan tentang kajian literatur yang berkaitan
dengan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya ringan meliputi
Pengertian Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan, Dasar
Hukum Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan.
BAB III : Bab ini berisi tentang penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan
Biaya Ringan di Pengadilan Agama Jakarta selatan, ada
beberapa komponen yang akan dibahas di dalam bab ini,
yaitu penerapan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
dalam proses di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, faktor-
faktor penghalang yang mempengaruhi penerapan Asas
17 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/13243, Berisi Journal Dengan Judul Asas Perdilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Dalam Penyelesaian Perkara Pidana Menurut KUHAP, di akses Tanggal 10 November 2016 pukul 20:55 WIB
14
Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama
Jakarta selatan.
BAB IV : Bab ini menjelaskan tentang Penerapan Asas Sederhana,
Cepat, dan Biaya Ringan Dalam Produktivitas Penyelesaian
Perkara, meliputi keadilan yang di dapatkan dengan adanya
Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan
Agama Jakarta selatan, dan Penyelesaian Perkara Dengan
Tanpa Menggunakan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya
Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
BAB V : Bab ini berisi tentang penutup yang meliputi Kesimpulan dan
Saran-Saran.
15
BAB II
ASAS SEDERHANA,CEPAT, DAN BIAYA RINGAN
A. Pengertian Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
1. Asas Sederhana
Asas secara bahasa artinya dasar hukum, dasar (sesuatu
yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat, dasar cita-cita
(perkumpulan atau organisasi).18 Sedangkan Sederhana secara bahasa
artinya sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah).19
Kata “Sederhana” bermakna bahwa kaidah-kaidah hukum
yang mengatur tata cara pemeriksaan perkara haruslah sederhana
mudah dimengerti oleh pencari keadilan dan tidak berbelit-belit serta
tidak terlalu formalistik.20 Maka asas sederhana artinya caranya yang
jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit. Yang penting disini ialah
agar para pihak dapat mengemukakan kehendaknya dengan jelas dan
pasti (tidak berubah-ubah) dan penyelesaiannya dilakukan dengan
jelas, terbuka runtut dan pasti, dengan penerapan hukum acara yang
fleksibel demi kepentingan para pihak yang menghendaki acara yang
sederhana.21
Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. bahwa yang
dimaksud sederhana adalah acara yang jelas, mudah di fahami dan
18 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 36 19 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 163 20 Sukarno Aburaera, Kekuasaan Kehakiman, (Makassar, Arus Timur, 2012), hlm. 14 21 A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik Dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan
Perdata di Indonesia), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 64
16
tidak berbelit-belit. Makin sedikit dan sederhana formalitas-formalitas
yang di wajibkan atau di perlukan dalam beracara di muka pengadilan,
makin baik.22
Sistem peradilan yang berjalan dengan berbelit-belit maka
akan menciderai asas sedehana tersebut. Adanya asas sederhana
adalah untuk membuat para pencari keadilan tidak segan untuk
mendatangani pengadilan karena sebab tidak berbelit-belitnya
beracara di pengadilan dan para pencari keadilan pun memahami serta
faham dengan sistem peradilan tersebut.
2. Asas Cepat
Cepat secara bahasa artinya waktu singkat, dalam waktu
singkat; segera, tidak banyak seluk beluknya (tidak banyak pernik).23
Cepat atau yang pantas mengacu pada “tempo” cepat atau lambatnya
penyelesaian perkara.24
Kata cepat menunjuk kepada jalannya peradilan. Terlalu
banyak formalitas merupakan hambatan bagi jalannya peradilan.
Dalam hal ini bukan hanya jalannya peradilan dalam pemeriksaan di
muka sidang saja, tetapi juga penyelesaian dari pada berita acara
pemeriksaan di persidangan sampai pada penanda tanganan putusan
22 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, Cet 1, 2006), hlm. 36 23 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-
undang No 7 Tahun 1989), (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2003), hlm. 71 24 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.
792
17
oleh hakim dan pelaksanaannya. Tidak jarang suatu perkara tertunda-
tunda sampai bertahun-tahun karena saksi tidak datang atau para pihak
bergantian tidak datang atau minta mundur. Bahkan perkaranya sudah
di lanjutkan oleh para ahli warisnya.25
Begitupun para hakim dalam menangani setiap perkara
harus dapat memutuskan perkara tersebut dalam waktu yang sudah di
tentukan. Mahkamah Agung dalam surat edaran No. 1 tahun 1992
memberikan batasan waktu paling lama enam (6) bulan, artinya setiap
perkara harus dapat diselesaikan dalam waktu enam (6) bulan sejak
perkara itu didaftarkan di kepaniteraan, kecuali jika memang menurut
ketentuan hukum tidak mungkin diselesaikan dalam waktu enam
bulan.26
Asas cepat ini bukan bertujuan untuk menyuruh hakim
memeriksa dan memutus perkara perceraian misalnya dalam tempo
satu jam atau setengah jam. Yang dicita-citakan ialah suatu proses
pemeriksaan yang relatif tidak memakan jangka waktu yang lama
sampai bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan hukum acara itu
sendiri.27
Jadi dalam asas cepat ini dituntut bagaimana seorang hakim
tidak memperlambat proses peradilan yang di pimpinya. Berbagai
proses atau faktor dalam lamanya proses peradilan harus dilakukan
25 Sudikno Mertokusumo, Hukum acara Perdata Indonesia, hlm. 36 26 A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik Dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan
Perdata di Indonesia), hlm. 65 27 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-
undang No 7 Tahun 1989), hlm. 71
18
secara cepat dan tidak berbelit-belit oleh hakim agar proses peradilan
tidak memakan waktu yang lama, akan tetapi dalam hal ingin
mewujudkan asas cepat ini hakim tidak boleh tergopoh-gopoh dan
sembarangan dalam memeriksa perkara, hakim tetap harus meneliti
dan memeriksa perkara tersebut dengan semestinya agar terciptanya
keadilan bagi para pencari keadilan.
Sistem peradilan yang cepat dan tepat akan memberikan
harapan bagi para pencari keadilan dan juga akan memberikan
kepercayaan yang penuh dari masyarakat pencari keadilan kepada
pengadilan. Bahkan dari sudut kegembiraan dan kelegaan menerima
proses peradilan yang cepat dan tepat mengandung nilai kepuasan
tersendiri. Apalagi kecepatan, ketelitian, dan ketepatan proses
peradilan dibarengi dengan pelayanan pemeriksaan yang sopan dan
mandiri, semakin tinggi derajat nilai kebenaran dan keadilan. Maka
cepatnya jalannya peradilan akan meningkatkan kewibawaan
pengadilan dan menambah kepercayaan masyarakat kepada
pengadilan.28
3. Asas Biaya Ringan
Secara bahasa biaya artinya uang yang dikeluarkan untuk
mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu,
ongkos (administrasi; ongkos yang dikeluarkan untuk pengurusan
28 Sudikno Mertokusumo, Hukum acara Perdata Indonesia, hlm 36
19
surat dan sebagainya), biaya perkara seperti pemanggilan saksi dan
materai.29 Sedangkan ringan disini mengacu pada banyak atau
sedikitnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pencari keadilan dalam
menyelesaikan sengketanya di depan pengadilan.30
Salah satu tidak inginnya masyarakat pencari keadilan
datang ke lembaga peradilan dalam menyelesaikan perkara karena
adanya persepsi biaya yang tinggi. Sehingga para pencari keadilan pun
enggan datang ke lembaga peradilan dalam menyelesaikan perkara
mereka.
Padahal biaya ringan dalam hal ini berarti tidak dibutuhkan
biaya lain kecuali benar-benar diperlukan secara riil untuk
penyelesaian perkara. Biaya harus ada tarif yang jelas dan seringan-
ringannya. Segala pembayaran di pengadilan harus jelas kegunaanya
dan diberi tanda terima uang. Pengadilan harus mempertanggung
jawabkan uang tersebut kepada yang bersangkutan dengan
mencatatkannya dalam jurnal keuangan perkara sehingga yang
bersangkutan dapat melihatnya sewaktu-waktu.31
29 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.
113 30 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, (Bandung : PT Alumni,
1992), hlm 749 31 A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik Dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan
Perdata di Indonesia), hlm. 67
20
Dengan ditentukan biaya ringan, agar terpikul oleh rakyat.
Biaya perkara yang tinggi menyebabkan pihak yang berkepentingan
enggan untuk mengajukan tuntutan hak kepada pengadilan.32
Peradilan Agama mempunyai aturan yang memuat tentang
administrasi biaya perkara dengan sangat jelas dan rinci, dalam aturan
tersebut terdapat aturan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas
biaya perkara, kapan biaya perkara tersebut di keluarkan dan juga
yang lainnya.33
Bagi para pencari keadilan yang di kategorikan masyarakat
tidak mampu juga dapat melakukan atau menjalani sidang di lembaga
peradilan. Dalam kaitannya dengan biaya perkara di pengadilan bagi
orang yang tidak mampu diberikan pelayanan untuk memperoleh
perlindungan hukum dan keadilan secara cuma-cuma (prodeo). (pasal
237-245 HIR/pasal 273-277 R.Bg).34
Mengenai peradilan secara cuma-cuma atau prodeo diatur
dalam pasal 237 HIR. Dalam Peradilan Tata Usaha juga diatur bahwa
penggugat dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan
untuk sengketa dengan cuma-cuma. Permohonan diajukan pada waktu
penggugat mengajukan gugatannya di sertai surat keterangan tidak
mampu dari kepala desa atau lurah di tempat kediaman pemohon.
Dalam keterangan tersebut harus dinyatakan bahwa pemohon itu
32 Sudikno Mertokusumo, Hukum acara Perdata Indonesia, hal 36 33 Lihat Buku Pedoman Pelaksaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, Buku II 34 A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik Dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan
Perdata di Indonesia), hlm. 67
21
betul-betul tidak mampu membayar perkara pasal 60 ayat 1,2,3
Undang-undang No 5 tahun 1986.35
B. Dasar Hukum Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
Semua pedoman atau peraturan hukum mempunyi asas atau dasar
hukum yang jelas dan harus ditaati demi tercapainya tujuan hukum
tersebut. Begitupun dalam hukum acara dalam peradilan agama, terdapat
asas-asas yang menjadi pedoman para hakim dalam beracara di peradilan.
Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan juga dikenal pula dengan
nama informal procedure and can be motion quickly.36 Dasar asas
sederhana, cepat dan biaya ringan ini termuat dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman pasal 4 ayat 2 yang
berbunyi “Peradilan dilakukan dengan sederhana, murah dan cepat”.37
Tetapi Undang-Undang No 4 Tahun 2004 telah di cabut dan tidak berlaku,
pasal ini pun saat ini termaktub dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009.
Penjelasan resmi dari Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang kekuasaan
kehakiman memberikan pengertian dari asas tersebut sebagai berikut:
“Sederhana” adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan
dengan cara efisien dan efektif. “Biaya Ringan” adalah biaya perkara yang
35 Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2004), hlm. 70 36 Krisna Harahap, Hukum Acara Perdata Mediasi, Class Action, Arbitrase dan
Alternatif, (Bandung: PT Grafitri Budi Utami, 2008), hlm. 14 37 Undang-undang No 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, (Bandung : Pt Fokus
Media, Cet 1, 2004), hlm 3
22
dapat dijangkau oleh masyarakat.38 Namun demikian, asas sederhana,
cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan dan penyelesain perkara tidak
menyampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan
keadilan.
Dengan di cantumkannya asas hukum ini ke dalam aturan normatif
dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman maka adalah tugas pengadilan untuk membantu para pencari
keadilan dalam mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dapat
menghambat pelaksanaan asas hukum tersebut.39
Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan juga terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Peradilan secara sederhana cepat
dan biaya ringan tertuang dalam pasal 57 ayat 3, serta dalam pasal 58 ayat
2 yang berbunyi “pengadilan membantu mengatasi segala hambatan serta
rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan”40
Untuk tegasnya hukum acara perdata dalam Pengadilan Agama
meliputi ketentuan-ketentuan tentang cara bagaimana orang harus
menyelesaikan masalah dan mendapatkan keadilan dari hakim apabila
kepentingan atau haknya dilanggar oleh orang lain dan sebaliknya
bagaimana cara mempertahankan kebenarannya apabila ia dituntut oleh
38 Sukarno Aburaera, Kekuasaan Kehakiman, (Makassar, Arus Timur, 2012), hlm. 13 39 Christine Susanti, Penerapan Asas Peradilan Cepat, Sederhana Dan Biaya Ringan Di
Pengadilan Hubungan Industrial (“Law Review”), Vol. XII, No. 1 – Juli 2012, hlm. 3 40 Undang-undang Peradilan Agama (UU RI No 7 tahun 1989), (Jakarta : PT Sinar
Grafika, 2004), hlm. 21
23
orang lain secara sederhana, cepat dan biaya ringan di Pengadilan
Agama.41
Proses beracara secara sederhana di Pengadilan Agama meliputi
menyusun gugatan atau permohonan, penerimaan perkara, penetapan biaya
perkara, penetapan majelis hakim, penunjukan panitera sidang, penetapan
hari sidang, proses pemeriksaan perkara dalam persidangan sampai
perkara itu diputus.
1. Menyusun Gugatan
Dalam lingkungan peradilan terutama di Pengadilan Agama
dan Pengadilan Umum yang sering terjadi adalah permohonan dan
gugatan. Baik permohonan dan gugatan dapat diajukan oleh seorang
pemohon/penggugat atau lebih secara bersama-sama.42
Pada prinsipnya semua gugatan atau permohonan harus dibuat
secara tertulis. Isi gugatan atau permohonan mencakup tiga hal yakni
pertama identitas para pihak (penggugat atau pemohon dan tergugat
atau termohon), kedua posita. Yang dimaksud posita adalah
penjelasan tentang keadaan atau peristiwa dan penjelasan yang
41 R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata (Tata Cara Proses Persidangan), (Jakarta : PT Sinar Grafika, 2003), hlm. 3
42 Perbedaan antara permohonan dan gugatan adalah pertama, Dalam perkara gugatan ada suatu sengketa, suatu konflik yang harus di selesaikan dan harus di putus oleh Pengadilan, sedangkan dalam permohonan tidak ada sengketa atau perselisihan, misalnya segenap ahli waris secara bersama-sama menghadap ke Pengadilan untuk mendapat suatu penetapan perihal bagian masing-masing dari warisan almarhum, atau permohonan untuk menganti nama dari Liem Sio Liong menjadi Sudono Salim, atau permohonan pengangkatan anak, wali, pengampu perbaikan akta catatan sipil. Kedua, dalam suatu gugatan ada dua atau lebih pihak penggugat dan tergugat yang merasa haknya atau hak mereka dilanggar sedangkan permohonan hanya ada satu pihak yaitu pihak pemohon. Ketiga, suatu gugatan dikenal sebagai pengadilan contiosa atau pengadilan sungguh-sungguh, sedangkan suatu permohonan dikenal sebagai pengadilan pura-pura. Keempat, hasil gugatan adalah putusan atau vonis sedangkan hasil suatu permohonan adalah penetapan (beschikking). Lebih lihat Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acra Perdata, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004, hlm. 16
24
berhubungan dengan hukum yang dijadikan dasar atau alasan gugat.
Ketiga petitum. Yang dimaksud petitum adalah tuntutan agar
dikabulkan oleh hakim.43
Dalam hal ini dapat dicontohkan dengan perkara perceraian di
mana Pengadilan Agama adalah lembaga peradilan yang menangani
perkara ini. Di dalam menyusun gugatan seorang penggugat (pihak
Istri) yang merasa bahwa perkawinannya tidak dapat dipertahankan
lagi dan memutuskan untuk bercerai, langkah pertama yang dapat
dilakukan adalah mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan
Agama di wilayah si penggugat tinggal. Di dalam surat gugatan
tersebut penggugat wajib mencantumkan identitasnya dan juga
identitas tergugat (pihak suami). Surat gugatan juga harus terdapat
posita yakni alasan atau penjelasan peristiwa mengapa penggugat
ingin menggugat cerai tergugat, di mulai dari kapan pernikahan
penggugat dan terggugat, kapan tidak harmonisnya hubungan rumah
tangga penggugat dan tergugat, sampai munculnya keinginan
penggugat menggugat cerai tergugat.
2. Penerimaan perkara
Proses penerimaan perkara melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Meja I
Tugas meja I yaitu menerima gugatan, permohonan,
perlawanan (verzet), permohonan ekseskusi, perlawanan pihak
43 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata (Pada Pengadilan Agama), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 40
25
ketiga (derden verzet), dan penaksiran biaya perkara, biaya
eksekusi, serta membuat surat kuasa untuk membayar (SKUM)
dalam rangkap 4 yang diteruskan ke kasir yang selanjutnya
menyerahkan SKUM tersebut kepada calon Penggugat atau
Pemohon untuk di bayarkan ke bank. Dalam menaksir panjar
biaya perkara, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan
Ketua Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar'iyah tentang
Panjar Biaya Perkara. Dalam menentukan panjar biaya perkara,
Ketua Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar'iyah harus
merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008.44
Dalam hal ini Pengadilan Agama Jakarta Selatan
menetapkan panjar biaya pada tingkat pertama melalui Surat
Keputusan Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, surat
keputusan ini menjadi aturan yang wajib di taati oleh para
masyarakat pencari keadilan yang mengajukan gugatan atau
permohonan. Penulis melampirkan Surat Keputusan Ketua
Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini di bab lampiran.45
b. Kas
Kas disini adalah merupakan bagian dari Meja I yang
mempunyai tugas yaitu menerima pembayaran uang panjar
perkara sebagimana tersebut dalam SKUM, menerima
44 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II. (Jakarta, 2013), hlm. 1-3 45 http://pa-jakartaselatan.go.id/en/e-dokumen/2014-06-04-03-43-16/88-e-doc diakses
pada tanggal 15 April 2017, Pukul 03.26 WIB
26
pembayaran uang panjar perkara atau biaya eksekusi dan
membukukan dalam jurnal perkara, serta membubuhi tanda
tangan serta memberi nomor urut perkara, selanjutnya pemegang
kas menyerahkan satu rangkap surat gugatan atau permohonan
yang telah diberi nomor perkara berikut SKUM kepada penggugat
atau pemohon agar didaftarkan di Meja II. Untuk permohonan
berperkara secara prodeo, prosedur sama akan tetapi hanya
berbeda tidak ada biaya SKUM.46
c. Meja II
Tugas dari dari meja II adalah mencatat perkara yang telah
di daftarkan dalam buku register induk gugatan atau
permohonan sesuai dengan nomor perkara yang tercantum pada
SKUM. Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat
gugatan atau permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM
rangkap pertama kepada Penggugat atau Pemohon. Petugas
Meja II memasukkan surat gugatan atau permohonan tersebut
dalam map berkas perkara yang telah dilengkapi dengan
formulir: PMH, penunjukan panitera pengganti, penunjukan
jurusita pengganti, PHS dan Instrumen. Petugas meja II
menyerahkan berkas kepada panitera melalui wakil panitera
untuk disampaikan kepada ketua Pengadilan Agama.47
46 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II, hlm. 3-4 47 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II, hlm. 3
27
d. Ketua pengadilan agama
Selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja
sejak perkara didaftarkan, ketua pengadilan agama menetapkan
Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara. Penetapan
Majelis hakim ditanda tangani oleh ketua dan dibubuhi stempel
pengadilan agama. Untuk memeriksa perkara tertentu, Ketua
Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah dapat membentuk
Majelis Khusus, misalnya perkara Ekonomi Syariah. Majelis
hakim dibantu oleh panitera pengganti dan jurusita. Penetapan
majelis hakim dicatat oleh petugas meja II dalam buku register
induk perkara.48
e. Panitera
Panitera menunjuk panitera pengganti untuk membantu
majelis hakim dalam menangani perkara. Panitera pengganti
membantu majelis hakim dalam persidangan. Penunjukan
panitera pengganti dicatat oleh petugas meja II dalam buku
register induk perkara. Penunjukan panitera pengganti dibuat
dalam bentuk surat penunjukan yang ditandatangani oleh
Panitera dan dibubuhi stempel.49
48 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II, hlm. 22 49 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II, hlm. 23
28
f. Majelis Sidang
Perkara yang sudah ditetapkan majelis hakimnya segera
diserahkan kepada ketua majelis hakim yang ditunjuk. Ketua
majelis setelah mempelajari berkas dalam waktu selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja harus sudah menetapkan hari
sidang. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat gugatan
didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama.
Dalam menetapkan hari sidang, ketua majelis harus
memperhatikan jauh atau dekatnya tempat tinggal para pihak
yang berperkara dengan tempat persidangan. Jika tergugat atau
termohon berada di luar negeri, persidangan ditetapkan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sejak perkara tersebut
didaftarkan di kepaniteraan pengadilan. Dalam menetapkan
hari sidang, harus dimusyawarahkan dengan para anggota
majelis hakim. Setiap hakim harus mempunyai jadwal
persidangan yang lengkap dan dicatat dalam buku agenda
perkara masing-masing.
Daftar perkara yang akan disidangkan harus sudah ditulis
oleh panitera pengganti pada papan pengumuman pengadilan
agama sebelum persidangan dimulai sesuai nomor urut perkara.
atas perintah ketua majelis, Panitera Pengganti melaporkan hari
29
sidang pertama kepada petugas meja II dengan menggunakan
lembar instrumen. Petugas meja II mencatat laporan panitera
pengganti tersebut dalam buku register perkara.50
g. Jurusita atau Jurusita Pengganti
Jurusita atau jurusita pengganti melakukan pemanggilan
terhadap para pihak atau kuasanya secara resmi dan patut.
Apabila para pihak tidak dapat ditemui di tempat tinggalnya,
maka surat panggilan diserahkan kepada lurah atau kepala desa
dengan mencatat nama penerima dan ditandatangani oleh
penerima, untuk di teruskan kepada yang bersangkutan.
Tenggang waktu antara panggilan para pihak dengan hari
sidang minimal 3 (tiga) hari kerja. Pemanggilan terhadap para
pihak yang berada di luar yurisdiksi di laksanakan dengan
meminta bantuan pengadilan agama dimana para pihak berada
dan pengadilan agama yang diminta bantuan tersebut harus
segera mengirim relaas51 kepada Pengadilan Agama yang
meminta bantuan.52
h. Meja III
Tugas meja III disini adalah menyerahkan salinan putusan
Pengadilan Agama kepada yang berkepentingan, menyerahkan
50 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Buku II, hlm. 23 51 Arti relaas adalah surat yang ditujukan kepada para pihak yang berperkara untuk
menghadiri persidangan yang telah ditentukan oleh Ketua Majelis oleh petugas resmi yang ditunjuk Ketua Pengadilan yang dilakukan secara resmi dan patut
52 Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II, hlm. 23-24
30
salinan penetapan pengadilan agama kepada yang
berkepentingan, menerima memori atau kontra memori
banding, memori kontra atau memori kasasi, jawaban atau
tanggapan peninjauan kembali dan lain-lain, menyusun serta
mempersiapkan berkas. Pelaksanaan tugas-tugas meja I, meja
II, meja III dilakukan oleh Sub kepaniteraan perkara dan berada
langsung di bawah pengamatan wakil panitera.53
3. Proses pemeriksaan perkara dalam persidangan
Proses pemeriksaan perkara perdata di depan sidang dilakukan
melalui tahap-tahap dalam hukum perdata, setelah hakim terlebih
dahulu berusaha dan tidak berhasil mendamaikan para pihak yang
bersengketa. Maka tahap-tahap pemeriksaan tersebut adalah:
a. Upaya perdamaian
Pada sidang upaya perdamaian, maka inisiatif perdamaian
dapat timbul dari hakim, penggugat ataupun tergugat. Hakim
harus secara aktif dan sungguh-sungguhut mendamaikan para
pihak. Apbila ternyata upaya damai tidak berhasil, maka sidang
dapat dilanjutkan ketahap pembacaan gugatan.
b. Pembacaan gugatan
Pada tahap pembacaan gugatan, maka pihak penggugat
berhak meneliti ulang apakah seluruh materi (dalil gugat dan
petitum) sudah benar dan lengkap. Hal-hal yang tercantum
53 Mahkamah Agung, Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku
II. (Jakarta, 1997), hlm 42
31
dalam surat gugat itulah yang menjadi acuan (obyek)
pemeriksaan dan pemeriksaan tidak boleh keluar dari ruang
lingkup yang termuat dalam surat gugatan.
c. Jawaban tergugat
Pada tahap replik, penggugat tergugat diberi kesempatan
untuk membela diri dan mengajukan segala kepentingannya
terhadap Penggugat melalui hakim.
d. Replik penggugat
Pada tahap replik, Penggugat dapat menegaskan kembali
gugatannya yang disangkal oleh tergugat dan juga
mempertahankan diri atas serangan-serangan oleh tergugat.
e. Duplik tergugat
Pada tahap duplik, maka tergugat dapat menjelaskan
kembali jawabannya yang disangkal oleh penggugat. Replik
dan duplik dapat diulang-ulang sehingga hakim memandang
cukup untuk itu yang kemudian dilanjutkan pembuktian.
f. Pembuktian
Pada tahap pembuktian, maka penggugat mengajukan
semua alat-alat bukti untuk mendukung dalil-dalil gugat.
Demikian pula tergugat juga mengajukan alat-alat bukti untuk
mendukung jawabannya (sanggahannya). Masing-masing pihak
berhak menilai alat bukti pihak lawannya.
32
g. Kesimpulan
Pada tahap kesimpulan, maka masing-masing pihak
(Penggugat dan Tergugat) mengajukan pendapat akhir tentang
hasil pemeriksaan.
h. Putusan hakim
Pada tahap putusan, maka hakim menyampaikan segala
pendapatnya tentang perkara itu dan menyimpulkan dalam
amar putusan. Putusan hakim untuk mengakhiri sengketa.54
Setelah majelis membacakan putusan kemudian majelis
memberi penjelasan atau kesempatan kepada para pihak dalam
tenggang waktu 14 hari untuk menggunakan upaya hukum.
Apabila kesempatan upaya hukum tersebut tidak dipergunakan
maka putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Agar dapat dapat mudah di pahami, penulis akan
memberikan tabel pelayanan bidang administrasi persidangan
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan di bab
lampiran.55
54 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata (Pada Pengadilan Agama), hlm. 83 55 http://pa-jakartaselatan.go.id/en/e-dokumen/2014-06-04-03-43-16/88-e-doc di Akses
pada tanggal 15 April 2017, Pukul 03. 37 WIB
33
BAGAN TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA PADA
PENGADILAN AGAMA56
56 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata (Pada Pengadilan Agama), hlm. 82
MAJELIS HAKIM
PENGGUGAT TERGUGAT UPAYA DAMAI
PEMBACAAN GUGATAN JAWABAN GUGATAN
REPLIK DUPLIK
PEMBUKTIAN DARI PENGGUGAT DAN TERGUGAT
KESIMPULAN OLEH PENGGUGAT DAN TERGUGAT
PUTUSAN HAKIM
I II
III IV
V
VI
VI
34
C. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Menurut Pandangan Islam
Islam adalah agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW 1400
tahun lalu dan bermula di kota mekkah. Agama Islam sangat menjunjung
tinggi arti keadilan dalam setiap permasalahan, bahkan sejak datangnya
agama Islam setiap permasalahan atau sengketa yang terjadi antara umat
Islam selalu di selesaikan melalui sistem peradilan menurut hukum Islam.
Tujuan hukum Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia itu
sendiri, yaitu mengabdi kepada Allah. Hukum buat agama Islam hanya
berfungsi mengatur kehidupan manusia, baik pribadi maupun dalam
hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kehendak Allah, untuk
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, hukum
dalam agama Islam terlingkung dalam masalah ta'ab-budi.57
Nabi Muhammad SAW adalah hakim pertama dalam Islam.
Karena setelah islam datang dan Allah memerintahkan Nabi Muhammad
SAW agar menyampaikan risalah, maka Ia memerintahkan juga agar ia
menyelesaikan segala sengketa yang timbul. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT:
موك فيما شجر بينهم ثم ال فال وربك ال يؤمنون حتى يحكا قضيت ويسلموا تسليما م ٦٥يجدوا في أنفسهم حرجا م
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
57 Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam Di Indonesia, Akar sejarah, Hambatan,
dan Prospeknya, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet 1, 1996), hlm 45
35
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.58 Maka, sejak atau setelah mendapatkan firman-firman Allah tersebut,
mulailah Rasulullah SAW melaksanakan perintah Tuhannya, kemudian
berdakwah, dan di Madinah ia menampilkan dirinya untuk menyelesaikan
persengketaan-persengketaan, dan memberikan fatwa-fatwa, di samping
menyampaikan kepada manusia apa yang di wahyukan Allah kepadanya
tentang hukum-hukum dan mengatur pelaksanaan hukum tersebut.59
Maka di tangan Nabi SAW tergenggam kekuasaan-kekuasaan ini
semua dan belum dipisahkan, maka diajukanlah kepadanya berbagai
perkara lalu ia putuskan hukumnya, sebagaimana halnya ia memberikan
fatwa apabila diajukan permohonan fatwa kepadanya, sedang ia memutus
hukum terhadap hak-hak manusia atas dasar dlahirnya perkara dan dengan
sumpah apabila tidak ada bukti dan keputusan hukum Nabi SAW adalah
berdasarkan ijtihad dan bukan dari wahyu.60
Oleh karena itu, Allah menerangkan bahwa undang-undang yang
wajib dituruti oleh Nabi dan diterapkan ialah undang-undang yang
diterapkan oleh Islam. Rasulullah bertindak sebagai hakim, sebagai
mubaligh yang menyampaikan syariat Tuhan. Para muslimin di masa
Rasul belum mempunyai hakim tertentu. Rasul tidak menunjuk seseorang
petugas untuk menjadi hakim.61
58 Lihat QS. An Nisa Ayat 65 59 Rimdan, Kekuasaan Kehakiman : Pasca-Amandemen Konstitusi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm. 185 60 Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalan Islam, hlm. 35 61 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Yogyakarta : PT
Alma’arif, 1964), hlm.10
36
Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan dalam Islam dapat
dilihat secara jelas yakni dari proses penyelesaian perkaranya yang
spontan. Selain itu terdapat dalil-dalil baik ayat al Qur’an maupun hadits
yang menerangkan dari pada asas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Di
dalam surat Al Baqarah Allah SWT berfirman :
۱۸٥... بكم لليسر وال يريد بكم للعسر ييي يريد للArtinya: ... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu... P61F
62
Ayat ini sebenarnya menjelaskan tentang diberinya kemudahan atas
para musafir yang sedang berpergian di bulan Ramadhan dan di
perbolehkan bagi mereka untuk tidak berpuasa, tetapi esensi dari ayat ini
adalah Allah SWT sangat menganjurkan dan menghendaki atas
kemudahan dan tidak menginginkan hal yang sulit dan bahkan berbelit.
Rasulullah SAW bersabda :
أبي هريرة رضي هللا عنه ،عن النبي صلى هللا عليه سلم عن
دوا قاربوا ين أحد إال غلبه ، فسد ين يسر، ولن يشاد الد قال : إن الد
رواه البخاري)وأبشروا (
Artinya : Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW , beliau bersabda, “Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak ada seorang pun yang mempersulit agama melainkan dia akan dikalahkannya. Maka luruslah, dekatilah tingkat kesempurnaan (istiqamah) dan bergembiralah. P62F
63
Maksud dari hadits ini adalah Semua ajaran Islam itu mudah, baik
dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, mu’âmalah, dan lainnya. Artinya
62 Lihat QS. Al Baqarah Ayat 185
63 Hadits ini shahih dan di riwayatkan oleh Al-Bukhori (No. 39)
37
kemudahan ini dalam sistem peradilan pun sangat di tekankan adanya agar
terciptanya rasa kepuasaan dan keadilan. Kemudahan ini juga tidak hanya
dalam hal menyelesaikan perkara yang sulit serta berbelit-belit tetapi juga
harus dalam hal cepatnya dalam prosesnya sehingga peradilan itu sendiri.
Dalam peradilan asas biaya ringan pun juga harus di perhatikan.
Dalam agama Islam asas ini dapat di lihat dengan jelas seperti sabda Nabi
Muhammad SAW :
عليه وسلم قال من عن أبي هريرة عن النبي صلى هللا
عنه نفس نيا نفس هللا عن مسلم كربة من كرب الد
ر كربة من كرب يو ر على معسر يس م القيامة ومن يس
نيا واآلخرة ( عليه في الد رواه مسلم)هللا
Artinya : Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW telah bersabda: ‘Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. P63F
64
Hadits ini sangat jelas bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan bagi
umat islam untuk membantu meringankan beban yang di tanggung
saudaranya dengan jaminan bahwa Allah SWT akan meringankan pula
orang tersebut dari segala kesusahan. Terdapat juga hadits sebegai berikut:
64 Hadits ini shahih dan diriwayatkan oleh Muslim (No. 2699)
38
3T عليه وسلم قال : إن عنها أن رسول صلى هللا عن عائشة رضي هللا
3Tمن يمن المرأة : تيسير خطبتها , وتيسير صداقها , وتيسير رحمها
3T) 3T (رواه أحمد Artinya: Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya. P64F
65
Hadits ini memerangkan tentang meringankan mahar bagi seorang
pria yang ingin menikahi seorang wanita. Tetapi jika diqiyas kan esensi
dari hadits ini sangat berhubungan dengan asas biaya ringan, begitupun
hadits di atasnya.
Dalil-dalil ini sangat sesuai dengan asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan. Dimana terdapat adanya ayat al Qur’an dan hadits nabi SAW yang
menerangkan tentang asas ini. Sehingga para hakim pun dapat menjadikan
dalil-dalil ini menjadi pedoman dalam menangani setiap perkara yang di
tanganinya.
65 Hadits ini shahin dan di riwayatkan oleh Imam Ahmad (no. 23957), hadits ini pun di
hasankan oleh oleh Syaikh al-Albani.
39
BAB III
PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
A. Sejarah dan Lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Berdirinya pengadilan agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan
surat keputusan Menteri Agama RI Nomor 69 Tahun 1963. Pada mulanya
Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang
dinamakan Kantor Cabang, yaitu:
1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara
2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah
3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk
Dari semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah
Hukum Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah
berdirinya Cabang Mahkamah Islam TInggi Bandung berdasarkan surat
keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 tanggal 16 Desember
1976, semua Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk
Pengadilan Agama yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada
dalam Wilayah Hukum Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam
perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi
Pengadilan Tinggi Agama (PTA).
Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama RI Nomor 61 Tahun
1985, Pengadilan Tinggi Agama Surakata dipindah ke Jakarta, akan tetapi
realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara
40
otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta
adalah menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.
Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan
merupakan jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika
itu pada tahun 1967 merupakan cabang di Pengadilan Agama Istimewa
Jakarta Raya yang berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur.
Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta
Selatan. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai
dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman
penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang wilayahnya
cukup luas. Keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yaitu
menempati gedung bekas kantor Kecamatan Pasar Minggu di suatu gang
kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar
Minggu Jakarta Selatan, pimpinan kantor dipegang oleh H. Polana.
Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian, kalaupun ada
tentang warisan, masuk kepada komparisi. Itu pun dimulai pada tahun
1969, kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh
Bismar Siregar, S.H.
Sebelum tahun 1969, pernah pula membuat fatwa waris, akan
tetapi hal itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan
kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Hasan Mughni
41
ditahan karena Penetapan Fatwa Waris. Oleh karenanya, sejak saat itu
Fatwa Waris ditambah dengan kalimat "jika ada harta peninggalan".
Pada tahun 1976, gedung kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta
Selatan pindah ke blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan
menempati serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan kantor
cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Kemudian diangkat pula beberapa hakim honorer yang di antaranya adalah
H. Ichtijanto, S.A., S.H.
Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif kepala Kandepag Jakarta
Selatan yang waktu itu dijabat pula oleh Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring
dengan perkembangan tersebut, diangkat pula 8 karyawan untuk
menangani tugas-tugas kepaniteraan yaitu, Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari,
Sukandi, Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullah AN., Hasan Mughni, dan
Imron. Keadaan penempatan kantor di serambi Masjid tersebut, bertahan
hingga tahun 1979.
Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Pengadilan Agama
Jakarta Selatan diresmikan oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian
pada awal Mei 2010, diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya
aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut. Pada saat itu Ketua
Pengadilan Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Ahsin A. Hamid,
S.H.
42
Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif
tersebut, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan
dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan
maupun dalam hal peningkatan TI (Teknologi Informasi) yang sudah
semakin canggih disertai dengan aplikasi-aplikasi yang menunjang
pelaksanaan tugas pokok, seperti aplikasi SIADPA (Sistem Informasi
Administrasi Perkara Pengadilan Agama) yang sudah berjalan, sistem
informasi mandiri dengan layar sentuh (touchscreen), serta situs web
"http://www.pa-jakartaselatan.go.id".66
B. SOP Beracara Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
1. Cerai Gugat
a. Penggugat mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan ke
Pengadilan Agama.
b. Dalam surat gugatan berisi identitas Penggugat, meliputi nama,
umur, pekerjaan dan tempat tinggal Penggugat, kemudian posita
yaitu fakta kejadian dan fakta hukum, dan petitum yaitu hal-hal
yang dituntut penggugat berdasarkan posita.
c. Gugatan penguasaan anak, nafkah anak, hadhanah, nafkah isteri
dan harta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan
perceraian.
66 http://pa-jakartaselatan.go.id/en/features/2012-01-17-02-53-24/sejarah mengenai
sejarah dan lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan di akses pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 21.03
43
d. Membayar panjar biaya perkara melalui Bank dan bagi yang tidak
mampu/miskin, dapat berperkara secara prodeo/Cuma-Cuma.
e. Setelah perkaranya didaftarkan di Pengadilan Agama, kemudian
Penggugat dan Tergugat dipanggil untuk menghadiri sidang,
sekurang-kurangnya 3 hari kerja sebelum sidang dilaksanakan,
panggilan disampaikan oleh juru sita dan disampaikan ke alamat
penggugat dan tergugat, namun jika saat dipanggil
penggugat/tergugat tidak berada ditempat/sedang keluar, panggilan
disampaikan melalui Lurah/Kepala Desa. Khusus apabila tergugat
ghaib, panggilan kepada tergugat dilakukan melalui pengumuman
di radio, antara pengumuman pertama dengan pengumuman kedua
berjarak 1 bulan, dan antara pengumuman kedua dengan hari
sidang dengan jarak sekurang-kurangnya 3 bulan.
f. Pada saat persidangan, diupayakan perdamaian dan dilanjutkan
dengan mediasi jika penggugat dan tergugat hadir. Apabila terjadi
damai, perkara dicabut.
g. Putusan Pengadilan Agama adakalanya dikabulkan apabila gugatan
terbukti, ditolak jika tidak terbukti dan tidak dapat diterima kalau
gugatan kabur, kemudian begitu putusan dijatuhkan, penggugat
dapat lansung mengambil sisa panjar biaya perkara jika masih ada.
h. Setelah putusan dijatuhkan dan berkekuatan hukum, Penggugat dan
Tergugat dapat mengambil Akte Cerai secara langsung, atau
44
melalui kuasa dengan sayarat ada surat kuasanya khusus untuk
pengambilan Akta Cerai tersebut.
2. Cerai Talak
a. Mengajukan surat permohonan pemohon yang ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Agama, boleh dilakukan dengan tertulis maupun
dengan lisan.
b. Surat permohonan pemohon berisi identitas pemohon dan
termohon meliputi nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal,
posita yaitu gambaran peristiwa hukum/fakta kejadian dan fakta
hukum, kemudian petitum yaitu apa yang diminta
pemohon, berdasarkan posita.
c. Permohonan penguasaan anak/hadhanah, nafkah anak, dan
pembagian harta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan perceraian.
d. Membayar panjar biaya perkara melalui Bank yang besarnya sesuai
dengan taksiran Meja 1 seperti yang tersebut dalam SKUM, jika
tidak mampu/miskin dapat mengajukannya secara Cuma-
Cuma/prodeo dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu
dari Kepala Desa yang diketahui oleh Camat setempat.
e. Setelah perkara didaftarkan di Pengadilan Agama, kemudian
pemohon tinggal menunggu panggilan sidang. Panggilan dilakukan
oleh juru sita kealamat pemohon dan termohon sekurang-
kurangnya 3 hari kerja sebelum sidang. Jika pemohon/termohon
45
tidak berada ditempat, panggilan disampaikan melalui
Lurah/Kepala Desa setempat, Jika termohonnya beralamat diluar
wilayah yuridiksi Pengadilan Agama tempat pemohon mengajukan
permohonan, maka panggilan dilakuan dengan meminta bantuan
melalui Pengadilan Agama dimana wilayah tempat tinggal
termohon berada. Kemudian jika termohonnya ghaib, panggilan
dilakukan melalui pengumuman diradio, dengan ketentuan antara
pengumuman pertama dengan pengumunan kedua jaraknya 1
bulan, dan atara pengumuman kedua dengan hari sidangnya
sekurang-kurangnya 3 bulan. Jika termohonnya berada diluar
negeri, panggilan dilakukan melalui kedutaan RI di luar negeri,
dengan ketentuan antara panggilan sidang dengan hari sidangnya
sekurang-kurangnya 6 bulan.
f. Dalam pemeriksaan perkara, dilakukan upaya perdamaian dan
mediasi jika kedua belah pihak hadir.
g. Setelah pemeriksaan perkara selesai, putusan dijatuhkan mungkin
dalam putusan itu bisa dikabulkan, ditolak atau tidak dapat
diterima.
h. Apabila putusan izin ikrar dijatuhkan dan sudah berkekuatan
hukum tetap, Pengadilan Agama menetapkan Majelis Hakim yang
akan melanjutkan sidang pengucapan ikrar talak, dan Ketua
Majelis memerintahkan kepada juru sita untuk memanggil
pemohon dan termohon agar hadir pada persidangan pengucapan
46
ikrar talak tersebut. Panggilan dilakukan 3 hari kerja sebelum
sidang dilaksanakan. Apabila pemohon tidak hadir pada
persidangan ikrar talak tersebut, dan tidak melapor ke
Pengadilan Agama sampai 6 bulan, maka menjadi gugur
kekkuatan hukum putusan izin ikrar talak itu, dan pemohon dan
termohon tetap suami isteri.
i. Apabila pemohon hadir dan mengucapkan ikrar talak di sidang
pengadilan itu, maka pada hari itu juga akta cerainya dapat
diambil, dan sisa panjar biaya perkara jika ada, dapat
pula langsung mengambilnya dengan kasir.
3. Gugatan Harta Bersama
a. Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa
surat gugatan harta bersama yang ditujukan kepada Ketua
Pengadilan.
b. Penggugat membayar biaya perkara ke Bank yang jumlahnya
sesuai dengan taksiran Meja I seperti tersebut dalam SKUM,
kemudian menyerahkan surat gugatan yang disertai bukti slip
pembayaran tersebut kepada petugas meja 1 untuk didaftarkan
dalam buku register perkara. Bagi Penggugat yang tidak
mampu/miskin dapat mengajukan gugatan secara Cuma-
Cuma/prodeo, dengan syarat melengkapi surat keterangan tidak
mampu dari Lurah/Kepala Desa dan diketahui oleh Camat
setempat.
47
c. Dalam suarat gugatan harta bersama itu harus dijelaskan objek
yang menjadi sengketa , seperti ukuran dan batas-batasnya jika
objek itu berupa tanah, merek, kode/tahun pembuatan jika barang
digugat berupa mobil/sepeda motor atau barang elektronik, dan
kalau perlu dilengkapi warna dan lain-lain.
d. Setelah gugatan didaftarkan, penggugat dan tergugat tinggal
menunggu panggilan sidang. Panggilan sidang nanti akan
disampaikan oleh juru sita kealamat penggugat dan tergugat paling
lama 3 hari kerja sebelum sidang dilaksanakan.
e. Dalam persidangan diupayakan perdamaian dan dilanjutkan
dengan mediasi bagi kedua belah pihak yang hadir dimuka sidang.
Penggugat dan tergugat bebas memilih hakim mediator atau pihak
lain yang sudah punya sertifikasi sebagai mediator, dan biayanya
menggunakan mediator dari luar ditanggung sepenuhnya oleh
penggugat.
f. Pengajuan gugatan harta bersama ini atau dalam
persidangan, pihak penggugat atau tergugat dapat menggunakan
jasa pengacara/advokat atau kuasa insidentil.
g. Proses sidang, dimulai dari upaya perdamaian, pembacaaan
gugatan, jawaban tergugat, replik penggugat, duplik tergugat,
pembuktian yang dilanjutkan dengan pemeriksaan setempat,
kesimpulan, musyawarah majelis dan putusan.
48
4. Gugatan Waris
a. Gugatan waris diajukan ke Pengadilan Agama oleh penggugat
selaku ahli waris dan dapat pula mengguganakan jasa
pengacara/advokat atau kuasa insidentil. Jika menggunakan kuasa
insidentil, terlebih dahulu harus mengajukan permohonan kepada
Ketua Pengadilan Agama untuk menjadi kuasa insidentil,
kemudian Ketua Pengadilan mengeluarkan surat izinnya.
b. Pengajuan gugatan waris disertai dengan bukti kematian pewaris
dari Lurah/Kepala Desa dan silsilah ahli warisnya dan dipersiapkan
pula dokumen bukti-bukti kepemilikan objek sengketa seperti
sertifikat, akta jual beli, dan bukti kepemilikan lainnya.
c. Dalam surat gugatan harus memuat secara lengkap objek-objek
sengketa mengenai ukuran dan batas-batasnya tanah, merek dan
tahun pembuatan dan kalau perlu dengan warnanya jika objeknya
berupa mobil/Sepeda motor atau barang-barang elektronik.
d. Pengujuan gugatan waris diajukan ke Pengadilan Agama yang
daerah hukumnya meliputi letak barang tetap (objek sengketa) itu
berada, kecuali barang-barang sengketa itu menyebar kepada
beberapa wilayah Pengadilan Agama, maka penggugat dapat
memilih salah satunya Pengadilan Agama dimana objek sengketa
waris itu berada.
e. Penggugat membayar panjar biaya perkara melalui Bank dan
jumlahnya sesuai dengan taksiran meja 1 (SKUM) yang didasarkan
49
pada PP 53 tahun 2008 dan Surat Keputusan Ketua Pengadilan
Agama tentang panjar biaya perkara. Bagi yang tidak
mampu/miskin dapat mengajukan gugatan waris secara cuma-
Cuma/prodeo, dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu
dari Lurah atau Kepala Desa setempat yang diketahui oleh camat.
f. Setelah gugatan didaftarkan di Pengadilan Agama,
penggugat/kuasanya tinggal menuggu panggilan sidang yang
disampaikan oleh juru sita. Panggilan disampaikan minimal 3 hari
kerja sebelum sidang dilaksanakan.
g. Proses sidang dimulai dari upaya perdamaian dan dilanjutkan
dengan mediasi jika para pihak hadir dipersidangan. Dalam
mediasi, para pihak bebas memilih mediator apakah berasal dari
hakim atau pihak lain yang sudah memiliki sertifikat mediasi, dan
segala biaya pengeluaran mediasi ditanggung oleh penggugat atau
kedua belah pihak jika terdapat kesepakatan dengan
tergugat. Namun apabila mengguganakan hakim mediator tidak
dipungut biaya.
h. Setelah proses mediasi dilaksanakan, dan ternyata damai, maka
dibuatkan akte perdamaian yang dikuatkan dalam putusan majelis
hakim yang bersangkutan. Namun jika tidak terjadi damai,
pemeriksaan gugatan dilanjutkan dengan pembacaan gugatan,
jawaban tergugat, replik penggugat, duplik tergugat, pembuktian
50
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan setempat, kesimpulan,
musyawarah majelis dan putusan.
5. Itsbat Nikah (Voluntair)
a. Permohonan isbat nikah dapat di ajukan oleh suami isteri, atau
salah satunya, anak, wali nikah, atau pihak lain yang
berkepentingan yang ditujukan kepada Pengadilan Agama yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.
b. Pengajuan isbat nikah dapat diajukan bersama-sama dengan
gugatan/permohonan perceraian. Permohonan isbat nikah adalah
termasuk perkara voluntair, tetapi jika salah seorang suami atau
isteri meninggal dunia, maka permohonan perkara isbat nikah
seperti ini termasuk kontentius, dan semua ahli warisnya harus
dijadikan “pihak”.
c. Pihak Pemohon yang mengajukan isbat nikah, terlebih dahulu
harus membayar panjar biaya perkara melaui Bank yang jumlahnya
sesuai dengan taksiran meja 1 seperti tersebut dalam SKUM. Bagi
yang tidak mampu membayar biaya perkara, dapat mengajukannya
dengan Cuma-Cuma/prodeo.
d. Setelah pembayaran panjar biaya perkara dilakukan, kemudian
pemohon mendaftarkan perkaranya ke Pengadilan Agama dengan
melampirkan bukti slip pembayarkan lewat Bank tersebut, dan
selanjutnya pemohon pulang dan menunggu panggilan sidang.
51
e. Ketua Pengadilan Agama, membuatkan PMH dan majelis hakim
yang ditetapkan harus segera membuatkan PHS/ penetapan hari
sidang, yang sebelumnya diumumkan dalam waktu 14 hari melalui
radio. Dan setelah 14 hari diumumkan itu, baru sidang dapat
dilakukan, dan pemohon dipanggil oleh juru sita untuk menghadiri
sidang itu, minimal 3 hari kerja sebelum sidang dilaksanakan.
f. Jika permohonan dikabulkan, Pengadilan Agama akan
mengeluarkan Penetapan, salinan penetapan ini dapat diambil
dalam jangka waktu setelah 14 hari dari sidang pembacaan
penetapat tersebut/sidang berakhir.
g. Salinan Penetapan dapat diambil sendiri atau mewakilkan kepada
orang lain dengan surat kuasa, dan selanjutnya salinan penetapan
ini dibawa dan diserahkan kepada Kantor KUA tempat tinggal
pemohon, untuk dicatatkan dalam register dan menggantikannya
dengan Buku Nikah.67
C. SOP Tahapan Penangan Perkara Di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan
1. Upaya Perdamaian, dalam perkara perdata pada umumnya setiap
permulaan sidang, sebelum pemeriksaan perkara, hakim diwajibkan
mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara dan jika tidak
damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi ini para pihak boleh
67http://badilag.mahkamahagung.go.id/prosedur-standar/prosedur-berperkara/prosedur-
berperkara di akses pada Tanggal 15 April 2017, Pukul 03.32 WIB
52
menggunakan hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama
tanpa dipungut biaya, kecuali para pihak menggunakan mediator dari
luar yang sudah punya sertikat, maka biayanya seluruhnya ditanggung
kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan mereka. Apabila terjadi
damai, maka dibuatkan akta perdamaian ( Acta Van Verglijk). Akta
Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
putusan hakim, dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan
banding, kasasi dan peninjauan kembali.;
2. Pembacaan Surat Gugatan Penggutan, Surat Gugatan Penggugat yang
diajukan ke Pengadilan Agama itu dibacakan oleh Penggugat sendiri
atau salah seorang majelis hakim, dan sebelum diberikan kesempatan
oleh mejelis hakim kepada tergugat memberikan
tanggapan/jawabannya, pihak penggugat punya hak untuk mengubah,
mencabut atau mempertahankan isi surat gugatannya tersebut. Abala
Penggugat menyatakan tetap tidak ada perubahan dan tambahan dalam
gugatannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ketahap berikutnya.
3. Jawaban Tergugat, setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat
diberi kesempatan mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu
juga atau sidang berikutnya. Jawaban tergugat dapat dilakukan secara
tertulis atau lisan.
4. Replik Penggugat, setelah Tergugat menyampaikan jawabannya,
kemudian si penggugat diberi kesempatan untuk menanggapinya
sesuai dengan pendapat penggugat. pada tahap ini mungkin penggugat
53
tetap mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap
dengan membenarkan jawaban/bantahan tergugat.
5. Duplik Tergugat, setelah penggugat menyampaikan repliknya,
kemudian tergugat diberi kesempatan untuk
menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat
diulang-ulangi sampai ada titik temu antara penggugat dengan
tergugat. Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh hakim,
dan masih ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak,
maka hal ini dilanjutkan dengan acara pembuktian.
6. Pembuktian, penggugat dan tergugat diberi kesempatan yang sama
untuk mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-
saksi secara bergantian yang diatur oleh hakim.
7. Kesimpulan Para Pihak, penggugat dan tergugat diberi kesempatan
yang sama untuk mengajukan pendapat akhir yang merupakan
kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung menurut
pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan ini dapat
berupa tulisan maupun lisan.
8. Musyawarah Majelis Hakim, rapat permusyawaratan Majelis Hakim
bersifat rahasia. Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim , semua
hakim menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik secara
lisan maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil
suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat
dalam putusan (dissenting opinion).
54
9. Putusan Hakim, Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai
dengan jadwal sidang, pada tahap ini dibacakan putusan majelis hakim.
Setelah dibacakan putusan tersebut, penggugat dan tergugat berhak
mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari
setelah putusan diucapkan. Apabila penggugat/ tergugat tidak hadir
saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama akan
menyampaikan isi/amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan
putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar putusan
diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.68
10. Tugas dan fungsi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Pengadilan agama mempunyai tugas untuk memeriksa, memutus
serta menyelesaikan perkara pada tingkat pertama bagi orang-orang yang
beragama Islam dalam bidang perkara:
1. Perkawinan
2. Waris
3. Wasiat
4. Hibah
5. Wakaf
6. Zakat
7. Infaq
8. Shadaqah
68 http: //www.pa-jakartabarat.go.id /pajb /pengadilanagamajakartabarat /artikel /tahapan-penanganan-perkara di Akses pada tanggal 15 April 2017, Pukul 02.19 WIB
55
9. ekonomi syari'ah.69
Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama.
Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama
Jakarta Selatan mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:
1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi
kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat pertama (Pasal 49
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan
petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah
jajarannya, baik menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan,
maupun administrasi umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian,
dan pembangunan.(Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun
2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas
pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris,
Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah
jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama
dansewajarnya (Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 3
69 Lihat Undang-Undang No 3 Tahun 2006 pasal 49
56
Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi umum
kesekretariatan serta pembangunan. (KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).
4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang
hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila
diminta. (Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006).
5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan
(teknis dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian,
keuangan, dan umum/perlengkapan) (KMA Nomor KMA/080/
VIII/2006).
6. Fungsi Lainnya:
- Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat
dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas
Islam dan lain-lain (Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006).
- Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan
sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi
masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi
peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan
Informasi di Pengadilan.
57
11. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu
pada Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang
organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama dan KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi
Peradilan.
Adapun struktur organisasi Pengadilan Agama jakarta selatan
adalah sebagai berikut:
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Panitera / Sekretaris
a. Wakil Panitera
(1) Panitera Muda Gugatan
(2) Panitera Muda Pemohon
(3) Panitera Muda Hakim
b. Wakil sekretaris
(1) Kasubag Kepegawaian
(2) Kasubag Umum dan Keuangan
(3) Kasubag Perencanaan, IT, dan Pelaporan
4. Jalur fungsional
a. Hakim
b. Panitera / Panitera Pengganti
58
c. Jurusita / Jurusita Pengganti
59
BAGAN STRUKTUR
PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
TAHUN 2017
= Garis Komando
= Garis Koordinas
Ketua
Drs. H. Uyun Kamiluddin, SH., MH.
Hakim
Wakil Ketua
Hj. Atifaturrahmaniyah, SH., MH.
Sekretaris
Dodo Surganda, S.H, M.Pd.
Panitera
Sufyan, SH.
Panmud Gugatan
Pahrurrozi, S.H.,
Panmud Hukum
Nova Asrul Lutfi, S.H.
Panmud Permohonan
Rahyuni, S.H
Subag Kepegawaian
Nur Khaefah
Subag Perencanaan, IT dan Pelaporan
Najamudin, S.Ag., S.H., M.H.
Subag Umum dan Keuangan
Djuhdan Muharom, S.H.
Panitera / Panitera Pengganti Jurusita / Jurusita Pengganti
60
BAB IV
Penerapan Asas sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Dalam Produktivitas
Penyelesaian Perkara
A. Mendapatkan Keadilan Dengan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya
Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan adalah satu lembaga peradilan
hukum yang beralamat di Jl. RM. Harsono No. 1, ragunan, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Pada dasarnya tugas Pengadilan Agama yaitu sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 pasal 49.70 Artinya semua
Pengadilan Agama termasuk Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengikuti
Undang-Undang tersebut.
Lembaga peradilan sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi
setiap warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen)
dan otonom, salah satu unsur penting dalam lembaga peradilan adalah
Hakim. Hal ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar
dalam memberikan keadilan kepada setiap orang yang berperkara di
persidangan. Sehingga diharapkan seorang hakim di dalam memeriksa,
menyelesaikan, dan memutus suatu perkara juga harus bebas dari
pengaruh apapun atau siapapun untuk memberikan putusan yang seadil-
adilnya kepada setiap orang yang berperkara di pengadilan.
70 UU No 3 Tahun 2006 Pasal 49 “Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari'ah.
61
Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan adalah salah satu asas
peradilan di Indonesia yang juga termaktub di dalam Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, dan penjelasan
tentang pasal ini menurut Sukarno aburaera adalah ”“Sederhana” adalah
pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif. “Biaya Ringan” adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh
masyarakat”.71
Penulis berpendapat kutipan tersebut menyatakan semua tahapan
proses peradilan baik dari pendaftaran perkara di meja I proses beracara
persidangan di meja II hingga terbitnya putusan di meja III harus dapat
dilakukan dengan sesederhana mungkin dan para masyarakat pencari
keadilan tidak mendapatkan berbelit-belitnya proses peradilan mereka, dan
juga dapat diselesaikannya dengan cepat dan efiesien perkara-perkara yang
masuk serta mendapatkannya biaya yang murah bagi para masyarakat
pencari keadilan.
Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah sangat maksimal dalam
menerapkan asas ini, banyak perkara yang dapat diselesaikan dan sesuai
dengan asas ini akan tetapi ada beberapa perkara yang akhirnya membuat
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan ini pun menjadi tidak maksimal.72
Fakto-faktor lain yang menjadi kendala tidak maksimal asas ini
seperti dengan melihat jauh dekatnya tempat para pihak yang berperkara,
jika para pihak masih dalam satu wilayah yurisdksi Pengadilan Agama
71 Sukarno Aburaera, Kekuasaan Kehakiman, hlm. 13 72 Wawancara dengan Drs. H. Nur Yahya, MH. Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017
62
Jakarta Selatan maka pengadilan dalam waktu kurang 2 minggu sudah
dapat menentukan jadwal sidang dan dapat memulai persidangannya,
tetapi apabila memang salah satu pihak di luar wilayah yurisdiksi
Pengadilan Agama Jakarta Selatan maka pihak Pengadilan Agama harus
memanggil pihak tersebut melalui Pengadilan Agama dimana pihak
tersebut tinggal atau bisa disebut delegasi, dan ini yang biasa memakan
waktu yang lama.73
Pengadilan Agama Jakarta Selatan adalah Pengadilan Agama
Kelas 1A yang artinya tingkat perkara yang diajukan di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan terbilang tinggi. Dimana kasus perkara didominasi oleh
perkara perceraian. Dengan tingginya perkara yang masuk di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan para hakim akan sangat banyak menerima perkara
yang mereka tangani serta harus dapat diselesaikan dan para pencari
keadilan pun pasti sangat menginginkan cepat selesainya perkara yang
mereka ajukan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Asas sederhan, cepat, dan biaya ringan sebagaimana disebutkan
penulis adalah sebuah rambu atau landasan yang menjadi pedoman oleh
para hakim dalam menangani setiap perkara yang masuk. Pengadilan
Agama Jakarta Selatan sendiri pun dengan tingginya tingkat perkara yang
diajukan juga harus memberi keadilan dalam setiap perkaranya dengan
menggunakan Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan.
73 Wawancara dengan Drs. H. Ilham Suhrowardi, MH. Hakim Pengadilan Agama
Jakarta Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017
63
Para pencari keadilan atau para pihak pun yang mengajukan
perkara di Pengadilan Agama Jakarta Selatan jika menginkan sederhana,
cepat, dan mendapatkan biaya murah di dalam perkaranya yang di tangani
oleh pengadilan haruslah bersifat kooperatif.74 Jangan sampai ada asumsi
jika pengadilan yang menangani perkara dengan berusaha sebaik mungkin
dan ingin menerapkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di anggap
mengabaikan asas dan perkara tersebut, para pihak pun mempunyai
tanggung jawab atas perkara yang mereka ajukan. Sehingga Pengadilan
Agama Jakarta Selatan yang sudah semaksimal mungkin dalam
menerapkan asas ini tidak menjadi maksimal dalam penerapannya
dikarenakan para pihak sendiri yang membuat asas ini tidak menjadi
maksimal.
Pengadilan pun tidak bisa mengintervensi para pihak untuk dapat
menerapkan asas ini, karena pada dasarnya pengadilan bersifat pasif,
artinya tidak mencari-cari perkara dan tidak bisa memaksa-maksa
seseorang. Jika salah satu pihak tidak hadir dalam persidangan, pengadilan
tidak bisa memaksa pihak tersebut untuk hadir, jika para pihak ingin
menggunakan pengacara untuk menyelesaikan perkaranya, pengadilan
tidak bisa melarang itu meskipun perkaranya akan menjadi lama, karena
itu pengadilan tidak bisa intervensi walaupun pengadilan menginginkan
74 Menurut KBBI arti kata kooperatif adalah kerja sama, membantu
64
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan ini bisa diterapkan dengan
maksimal.75
Dengan tidak bisa mengintervensi atau memaksanya seorang
hakim terhadap perkara-perkara yang mereka tangani agar dapat
terselesaikan sesuai dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
akibatnya banyak perkara yang tertunda, sehingga menimbulkan
penumpukan perkara yang tertunda dan di tambahnya pula dengan perkara
yang terus masuk ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Pada akhirnya penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah diterapkan oleh para hakim
dalam menangani setiap perkara secara maksimal dan yang membuat asas
ini tidak maksimal terjadi di karenakan para pihak yang berperkara sendiri.
B. Penyelesaian Perkara Dengan Tanpa Menggunakan Asas Sederhana,
Cepat, dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Setiap para pencari keadilan yang berperkara di peradilan, akan
selalu mengharapkan dan mendambakan akan sederhana, cepat, dan juga
mendapatkan biaya yang murah dalam perkara yang mereka ajukan di
pengadilan. Tetapi banyak dari pada para pencari keadilan enggan untuk
menyelesaikan perkara mereka di pengadilan, karena terdapat asumsi jika
menyelesaikan perkara lewat jalur peradilan akan memakan waktu yang
cukup lama dan juga mengeluarkan biaya yang cukup besar.
75 Wawancara dengan Drs. H. Ilham Suhrowardi, MH. Hakim Pengadilan Agama
Jakarta Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017
65
Banyak dari masyarakat para pencari keadilan atau para pihak yang
mengajukan perkara di pengadilan tidak mengetahui adanya asas
sederhana, cepat, dan biaya ringan, tetapi juga ada yang mengetahui akan
asas ini, terutama para pihak yang menggunakan lawyer atau pengacara.
Dimana asas ini adalah sebuah pedoman atau landasan pengadilan dalam
menangani setiap perkara yang masuk mulai dari pendaftaran di meja I
sampai dengan terbitnya putusan di meja III.
Asas yang menjadi rambu atau pedoman para hakim dalam
menangani setiap perkara ini harus di taati dan di junjung tinggi oleh para
hakim. Karena dengan adanya asas ini para pencari keadilan bisa
mendapatkan keadilan yang mereka inginkan.
Menurut salah satu hakim di Pengadilan Agama jakarta Selatan
yaitu Drs. H. Nur Yahya, MH. arti dari asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan adalah setiap perkara yang masuk ke pengadilan harus dapat
diselesaikan dengan sesederhana mungkin dengan tanpa adanya hal yang
membuat perkara ini menjadi berbelit-belit, juga setiap perkara yang
masuk bisa diputuskan dengan cepat tetapi tidak menghilangkan keadilan
atas perkara tersebut, dan juga bagi para pencari keadilan bisa
mendapatkan biaya murah ketika ingin mengajukan perkara di
pengadilan.76
Tanggapan beliau sangat bisa dipahami bahwa asas sederhana,
cepat, dan biaya ringan tidak bisa di lepaskan dari sistem peradilan, karena
76 Wawancara dengan Drs. H. Nur Yahya, MH. Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017
66
dengan adanya asas ini para hakim mempunyai rambu atau pedoman
dalam menangani setiap perkara yang di tangani oleh para hakim.
Sangat wajar bila para pencari keadilan merasa tidak mendapatkan
keadilan sebagaimana yang mereka yang mereka harapkan, seperti dengan
lamanya jadwal sidang, proses mediasi yang memakan waktu paling lama
sampai dengan 30 hari atau 1 bulan,77 perkara yang belum di putus sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Akan tetapi memang seperti ini
hukum acara yang berlaku dan di jalankan oleh Pengadilan Agama Jakarta
Selatan. Jika memang para pencari keadilan merasakan tidak adanya
keadilan dengan lamanya penanganan perkara mereka itu bukan berarti
para hakim mengabaikan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Asas
tetap di gunakan, tetapi asas itu jangan sampai melanggar hukum acara,
hukum acara harus tetap di dahulukan.78
Di dalam hukum acara peradilan agama terdapat beberapa asas-
asas yang menjadi pedoman bagi para hakim agar dapat dapat menangani
setiap perkara yang masuk. Salah satunya asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan dan ini termaktub di dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009.79 dengan adanya asas ini di dalam Undang-Undang kekuasaan
kehakiman tersebut menandakan jika memang asas ini tidak bisa di
lepaskan sama sekali dalam sistem peradilan perdata di Indonesia
termasuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
77 Lihat Perma No 1 Tahun 2016 pasal 3 ayat 6 78 Wawancara dengan Drs. H. Ilham Suhrowardi, MH. Hakim Pengadilan Agama
Jakarta Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017 79 Lihat Undang-undang No 48 tahun 2009 pasal 2 ayat 4
67
Seluruh tahapan dalam beracara di pengadilan mulai dari
pendaftaran perkara sampai terbitnya putusan haruslah menggunakan asas
ini, dengan ini penyelesaian perkara pun tidak bisa lepas dari asas
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Apabila asas ini tidak digunakan dalam
beracara di pengadilan agama maka keadilan yang di harapkan para
pencari keadilan tidak akan di dapatkan.80
Mahkamah Agung juga telah mengeluarkan surat edaran yang
memberikan batas waktu bagi pengadilan tingkat pertama dalam
penyelesaian perkara yaitu 5 bulan.81 Dengan adanya surat edaran ini
Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama harus bisa
menyelesaikan setiap perkara dengan jangka waktu yang telah di tentukan
tersebut. Apabila memang ada perkara yang melewati waktu yang
ditentukan tersebut pengadilan harus membuat laporan serta alasan
mengapa perkara tersebut sampai melewati batas waktu yang telah di
tentukan itu.82
Keadilan yang didambakan oleh para pencari keadilan bisa di
dapatkan jika para pihak yang berperkara mau bersikap kooperatif dengan
perkaranya dan juga dengan hakim yang menangani perkaranya tersebut.
Sehingga bagi para pencari keadilan dan kebenaran yang merasa tidak
mendapatkan keadilan yang mereka inginkan ketika beracara di
pengadilan mulai dari pendaftaran perkara hingga terbitnya putusan bisa
80 Wawancara dengan Drs. H. Nur Yahya, MH. Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017 81 Lihat SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No 2 tahun 2014 82 Wawancara dengan Drs. H. Ilham Suhrowardi, MH. Hakim Pengadilan Agama
Jakarta Selatan pada tanggal 2 fabruari 2017
68
menilai sendiri mengapa keadilan yang harusnya bisa mereka dapatkan di
pengadilan akan tetapi mereka tidak mendapatkannya.
Para pencari keadilan atau para pihak yang berperkara di
pengadilan tidak hanya memandang keadilan yang mereka tidak dapatkan
semata-mata karena hakim tidak menyelesaikan perkaranya, mungkin dari
pihak yang berperkara tersebut yang akhirnya proses peradilan tersebut
menjadi lama sehingga memakan banyak waktu, tidak kooperatif terhadap
pengadilan dan hakim yang menangani perkaranya sedangkan di ketahui
pula bahwa Pengadilan Agama Kelas 1A adalah pengadilan yang tingkat
perkaranya tinggi dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan juga telah
maksimal dalam menerapkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat
beberapa kesimpulan yang dapat dirangkum. Berikut rangkuman
kesimpulannya, adalah:
1. Asas sederhana, cepat dan biaya ringan di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan sudah sepenuhnya dan maksimal dijalankan
oleh para hakim, namun pada kenyataannya cukup banyak
perkara yang tertunda dikarenakan oleh para pihak yang
berperkara yang tidak dapat memenuhi tanggung jawab atas
perkaranya.
2. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala tidak
maksimalnya asas sederhana, cepat, dan biaya ringan ini di
terapkan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, faktor-faktor
tersebut diantaranya:
a. Perbedaan wilayah tempat tinggal para pihak yang
berperkara, sehingga menurut aturan jika salah satu pihak
ada di luar wilayah yurisdiksi Pengadilan Agama maka
pengadilan akan memanggil pihak tersebut melalui
Pengadilan Agama wilayah tempat pihak tersebut tinggal
atau delegasi.
70
b. Tidak jelasnya alamat tempat tinggal atau ghoib pihak
tergugugat atau termohon sehingga Pengadilan Agama
Jakarta Selatan akan mengumumkan hal tersebut dengan
media radio. Dalam hal ini asas cepat dan biaya murah
dapat terabaikan karena jika tidak di ketahui alamat tinggal
si tergugat atau termohon makan proses peradilan akan
memakan waktu lama dan penggunaan biaya yang di
keluarkan pun menjadi tinggi karena harus mengumumkan
hal ini melalui media.
c. Penggunaan lawyer atau pengacara juga yang digunakan
para pihak. Pengadilan memang tidak dapat memaksa atau
menolak para pihak yang berperkara menggunakan
pengacara, akan tetapi dalam proses peradilan jika salah
satu pihak tidak dapat datang dan hanya diwakili
pengacaranya ketika hakim memeriksa perkara para pihak
pengacara akan melanjutkan pertanyaan hakim kepada
kliennya yang akhirnya proses peradilan pun menjadi
memakan waktu yang lama.
d. Tidak kooperatifnya para pihak dalam proses peradilan di
pengadilan sehingga perkara mereka yang harusnya dapat
diselesaikan dengan cepat dan efisien menjadi lama.
71
B. Saran
Pada bagian akhir skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-
saran kepada beberapa pihak atau instansi yang terkait, yaitu sebagai
berikut :
1. Kepada Kementerian Agama yang membawahi Kantor Urusan
Agama atau biasa disebut KUA terkhusus KUA domisili di
Jakarta Selatan, dan juga Badan Penasihatan, Pembinaan, dan
Pelestarian Pernikahan (BP4), karena Pengadilan Agama
Jakarta Selatan adalah Pengadilan Agama kelas 1A dengan arti
tingkat perkara yang sangat tinggi dan di dominasi oleh perkara
perceraian, dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan
terhadap para pasangan yang akan menikah agar kedepannya
kehidupan rumah tangga mereka terjalin harmonis dan dapat
terhindar dari perkara perceraian.
2. Kepada Pengadilan Agama Jakarta Selatan agar selalu
memberikan motivasi dan dukungan kepada para staff dan para
hakim yang menangani setiap perkara yang masuk sehingga
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dapat di terapkan di
Pengadilan Agama jakarta Selatan.
3. Kepada para hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk
selalu memberikan yang sesuatu yang terbaik dan keadilan
dalam penanganan perkara yang mereka tangani baik dari
proses perkara yang berjalan sampai di keluarkannya putusan
72
sehinggan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dapat di
terapkan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aburaera, Sukarno. Kekuasaan Kehakiman. Makassar: Arus Timur, 2012
Arifin, Busthanul. Pelembagaan Hukum Islam Di Indonesia, Akar sejarah, Hambatan, dan Prospeknya, Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara, 1989
Arto, A. Mukti. Mencari Keadilan (Kritik Dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan Perdata di Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001
----------, Praktek Perkara Perdata (Pada Pengadilan Agama). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996
Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Yogyakarta: PT. Alma’arif, 1964
Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk., Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Harahap, M. Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-undang No 7 Tahun 1989). Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003
Harahap, Krisna. Hukum Acara Perdata Mediasi, Class Action, Arbitrase dan Alternatif. Bandung: PT Grafitri Budi Utami, 2008
Hudharabik. Tarikh Al-Tasri’ (Sejarah Pembinaan Hukum Islam), Penerjemah Muhammad Zuhri. Semarang: Darul Ihya, 1980
J. Moloeng, Lwxy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Madkur, Muhammad salam. Peradilan Dalan Islam, Penerjemah Imron A.M. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993
Mahkamah Agung, Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II. Jakarta, 1997
Mahkamah Agung, (edisi revisi) Pedomen Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II. Jakarta, 2013
Makarao, Moh. Taufik. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004
Mertokusumo, Sudikno. Hukum acara Perdata Indonesia, cet.1. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2006
74
Mukti Fajar ND dan Yulianti Achmad, Dualisme Penelitian Hukum. Yogyakarta: Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta, 2007
Projodikoro, R. Wiryono. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung: PT. Sumur, 1992
Rasyid, Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003
Rahardjo, Satjipto. 1982, Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, 1982
Rimdan. Kekuasaan Kehakiman: Pasca-Amandemen Konstitusi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata. Bandung: PT Alumni, 1992
Sudarsono, Kamus Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992
Soekanto, Soerjono. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, 1986
Soeroso, R., Praktik Hukum Acara Perdata (Tata Cara Proses Persidangan). Jakarta: PT Sinar Grafika, 2003
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Undang-undang No 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, cet.I. Bandung : PT. Fokus Media, 2004
Undang-undang Peradilan Agama (UU RI No 7 tahun 1989), (Jakarta : PT Sinar Grafika, 2004
Peraturan Perundang-Undangan
Perturan Mahkamah Agung (PERMA) No 1 Tahun 2016
Undang-Undang No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Undang-Undang No 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama
Undang-Undang No 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama Perubahan Kedua
Undang-Undang No 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
75
Jurnal
Susanti, Christine. Penerapan Asas Peradilan Cepat, Sederhana Dan Biaya Ringan Di Pengadilan Hubungan Industrial (“Law Review”), Vol. XII, No. 1 – Juli 2012
Internet
Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, http://pa-jakartaselatan.go.id/en/features/2012-01-17-02-53-24/sejarah di akses pada tanggal 2 februari 2017, Pukul 21.03 WIB
Info Perkara Pengadilan agama jakarta Selatan, http://infoperkara.badilag.net/fungsi_model/infoperkara/cabang.php?username=PAJAKARTASELATAN&cabang=6&tanggalperkara=00&bulanperkara=09&tahunperkara=2016 di Akses Pada Tanggal 20 November 2016, Pukul 20.34 WIB
Mas Zain, Pengertian dan Jenis-Jenis Penelitian deskriptif, http://artikelilmiahlengkap.blogspot.co.id/2015/08/pengertiandanjenispenelitian.html. Diakses pada tanggal 28 Juli 2016
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Islam Itu Mudah, https://almanhaj.or.id/4302-islam-itu-mudah.html di akses pada tanggal 1februari 2017, Pukul 12.07 WIB
Winly A. Wangol, Asas Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya Ringan dalam Perkara Pidana Menurut KUHAP, http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/13243 di akses Tanggal 10 November 2016, pukul 20:55 WIB
http://www.pajakartabarat.go.id/pajb/pengadilanagamajakartabarat/artikel/tahapan
-penanganan-perkara di Akses pada tanggal 15 April 2017, Pukul 02.19 WIB
http://badilag.mahkamahagung.go.id/prosedurstandar/prosedurberperkara/prosedu
r-berperkara di akses pada Tanggal 15 April 2017, Pukul 03.32 WIB
LAMPIRAN 1
WAWANCARA PENULIS DENGAN PARA HAKIM PENGADILAN
AGAMA JAKARTA SELATAN
Nama : Drs. H. Ilham Suhrowardi, MH
TTL : Cirebon, 14 Juni 1963
Jabatatan / Pangkat : Hakim Madya Utama / Pembina Utama Muda
T. Bagaimana pandangan bapak terhadap asas ini?
J. Asas Sederhana Cepat dan Biaya Ringan adalah landasan atau rambu yang
di gunakan oleh pengadilan dalam setiap proses penyelesaian perkara, dari
mulai pendaftaran perkara sampai dengan di keluarkannya putusan
tersebut oleh hakim. Artinya asas ini tidak boleh lepas atau di tinggal oleh
pengadilan karena apabila asas ini tidak ada maka semua proses dari awal
tahapan yaitu pendaftaran perkara sampai adanya putusan tidak akan
berjalan dengan baik.
T. Faktor-faktor atau kendala apa saja yang membuat asas sederhana, cepat,
dan biaya ringan di Pengadilan Agama jakarta Selatan seperti tidak di
terapkan?
J. Fakto-faktor yang menjadi kendala tidak maksimal asas ini seperti dengan
melihat jauh dekatnya tempat para pihak yang berperkara, jika para pihak
masih dalam satu wilayah yuridksi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
maka pengadilan dalam waktu kurang 2 minggu sudah dapat menentukan
jadwal sidang dan dapat memulai persidangannya, tetapi apabila memang
salah satu pihak di luar wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Jakarta
Selatan maka pihak Pengadilan Agama harus memanggil pihak tersebut
melalui Pengadilan Agama dimana pihak tersebut tinggal, dan ini yang
biasa memakan waktu yang lama. Juga terdapat faktor dimana para pihak
ada yang alamatnya ghoib atau tidak di ketahui tempat tinggalnya yang
akhirnya Pengadilan Agama akan menggunakan media dalam memanggil
pihak tersebut, Pengadilan Agama Jakarta Selatan menggunakan media
radio karena jika menggunakan televisi mahal dan itu akan berimbas tidak
tercapainya asas biaya ringan.
T. Selama memimpim sidang dalam setiap perkara sejauh mana
penerapannya dan apakah para pihak yang berperkara sudah mendapatkan
keadilan dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan ini?
J. Semua dilihat dari hukum acaranya, sangat wajar bila para pencari
keadilan merasa tidak mendapatkan keadilan sebagaimana yang mereka
yang mereka harapkan, seperti dengan lamanya jadwal sidang, proses
mediasi yang memakan waktu paling lama sampai dengan 30 hari atau 1
bulan, ada pula perkara yang belum di putus sampai berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Akan tetapi memang seperti ini hukum acara yang
berlaku dan di jalankan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Jika
memang para pencari keadilan merasakan tidak adanya keadilan dengan
lamanya penanganan perkara mereka itu bukan berarti para hakim
mengabaikan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Asas tetap di
gunakan, tetapi asas itu jangan sampai melanggar hukum acara, hukum
acara harus tetap di dahulukan. Mahkamah Agung juga telah
mengeluarkan surat edaran yang memberikan batas waktu bagi pengadilan
tingkat pertama dalam penyelesaian perkara yaitu 5 bulan. Dengan adanya
surat edaran ini Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama
harus bisa menyelesaikan setiap perkara dengan jangka waktu yang telah
di tentukan tersebut. Apabila memang ada perkara yang melewati waktu
yang ditentukan tersebut pengadilan harus membuat laporan serta alasan
mengapa perkara tersebut sampai melewati batas waktu yang telah di
tentukan itu.
T. Apakah hakim dapat mengintervensi dalam asas ini?
J. Tidak bisa, pengadilan pun tidak bisa mengintervensi para pihak untuk
dapat menerapkan asas ini, karena pada dasarnya pengadilan bersifat pasif,
artinya tidak mencari-cari perkara dan tidak bisa memaksa-maksa
seseorang. Jika salah satu pihak tidak hadir dalam persidangan, pengadilan
tidak bisa memaksa pihak tersebut untuk hadir, jika para pihak ingin
menggunakan pengacara untuk menyelesaikan perkaranya, pengadilan
tidak bisa melarang itu meskipun perkaranya akan menjadi lama, karena
itu pengadilan tidak bisa intervensi walaupun pengadilan menginginkan
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan ini bisa diterapkan dengan
maksimal.
Nama : Drs. H. Nur Yahya, M.H.
TTL : Boyolali, 7 Mei 1965
Jabatan / Pangkat : Hakim Madya Muda / Pembina Tingkat I
T. Bagaimana pandangan bapak tentang asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan?
J. Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan adalah setiap perkara yang masuk
ke pengadilan harus dapat di selesaikan dengan sesederhana mungkin
dengan tanpa adanya hal yang membuat perkara ini menjadi berbelit-belit,
juga setiap perkara yang masuk bisa diputuskan dengan cepat tetapi tidak
menghilangakan keadilan atas perkara tersebut, dan juga bagi para pencari
keadilan bisa mendapatkan biaya murah ketika ingin mengajukan perkara
di pengadilan.
T. sejauh mana penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan?
J. Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah sangat maksimal dalam
menerapkan asas ini, banyak perkara yang dapat di selesaikan dan sesuai
dengan asas ini akan tetapi ada beberapa perkara yang akhirnya membuat
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan ini pun menjadi tidak maksimal.
Di Pengadilan Agama Jakarta selatan ini para hakim selalu
mengedepankan asas ini agar para pihak bisa dengan cepat menyelesaikan
perkaranya tetapi dalam kenyataanya para pihak-pihak tersebut yang
membuat perkara mereka menjadi lama. Perbedaan wilayah antar para
pihak pun juga salah satu faktor yang menjadi kurang maksimalnya
penerapan asas ini di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
T. Berbicara tentang keadilan dengan asas ini, ketika hakim sudah
menerapkan asas ini, apakah pencari keadilan sudah mendapatkan keadilan
yang mereka inginkan?
J. Para hakim sangat mengedepankan asas ini dan menjunjung tinggi
keadilan dalam memutus setiap perkara yang mereka tangani. Artinya
setiap perkara yang diajukan para pihak pengadilan akan memberi putusan
yang seadil-adilnya. Seluruh tahapan dalam beracara di pengadilan mulai
dari pendaftaran perkara sampai terbitnya putusan haruslah menggunakan
asas ini, dengan ini penyelesaian perkara pun tidak bisa lepas dari asas
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Apabila asas ini tidak digunakan dalam
beracara di pengadilan agama maka keadilan yang di harapkan para
pencari keadilan tidak akan di dapatkan.
T. Jika tidak adanya asas ini apakah para pihak yang berperkara yang merasa
tidak mendapat keadilan, bisa mendapatkan keadilan yang mereka
inginkan?
J. Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan tidak bisa di lepaskan dalam
sistem peradilan. Asas ini adalah rambu-rambu yang menjadi pedoman
para hakim dalam setiap proses peradilan. Apabila asas ini dihilangkan
maka keadilan tersebut yang tidak akan bisa di dapatkan oleh para pihak.
LAMPIRAN 2
Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tampak Depan
Penulis dengan Drs. H. Ilham Suhrowardi, SH., MH
Penulis dengan Drs. H. Nur Yahya, MH.
LAMPIRAN 3
Surat verifikasi bahwa penulis benar telah melakukan penelitian di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan
LAMPIRAN 4
PROFIL PARA HAKIM PENGADILAN AGAMA JAKARTA
SELATAN 2016
NO. NAMA PENDIDIKAN
TERAKHIR
RIWAYAT PEKERJAAN
1 Drs. H. Ilham
Suhrowardi,
M.H.
S2 Hukum Pidana Univ.
Tanjungpura, tahun 2006
1. Hakim PA. Sanggau,
tahun 1993
2. Wakil Ketua PA.
Sanggau, tahun 1994
3. Ketua PA. Ketapang,
tahun 2006
4. Hakim PA. Brebes,
tahun 2009
5. Wakil Ketua PA.
Temanggung, tahun
2012
6. Ketua PA. Rembang,
tahun 2013
7. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
2 Drs. Yusran,
M.H.
S2 Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus
1945, tahun 2008
1. Hakim PA. Karawang,
tahun 1995
2. Hakim PA. Cibinong,
tahun 1997
3. Hakim PA. Jakarta
Pusat, tahun 2008
4. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2013
3 Drs. H. Nur
Yahya, M.H.
S2 Hukum Ekonomi
Bisnis Universitas Tujuh
Belas Agustus, tahun
1. Hakim PA. Bangko,
tahun 1995
2. Hakim PA. Jambi, tahun
2008 2003
3. Wakil Ketua PA.
Sengeti, tahun 2007
4. Ketua PA. Bangko,
tahun 2009
5. Ketua PA. Lubuk
Basung, tahun 2011
6. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2014
4 Drs. Zaenal
Arifin, S.H.,
M.H.
S2 Hukum Islam
Unissula, tahun 2010
1. Hakim PA. Stabat, tahun
1995
2. Hakim PA. Brebes,
tahun 2001
3. Hakim PA. Semarang,
tahun 2010
4. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2014
5 Dra. Hj. Fauziah,
M.H.
S1 Hukum Perdata Islam
IAIN, tahun 1991
1. Hakim PA. Cibinong,
tahun 1997
2. Hakim PA. Depok, tahun
2010
3. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2013
6 Drs. H.
Syafi'uddin, S.H.,
M.H.
S2 Hukum Universitas
Islam As-Syafi'iyah, tahun
2010
1. Hakim PA. Klungkung,
tahun1989
2. Hakim PA. Karawang,
tahun 1999
3. Wakil Ketua PA. Blora,
taun 2012
4. Ketua PA. Purwokerto,
tahun 2014
5. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2015
7 Drs. H. Jarkasih,
M.H.
S2 Hukum Universitas
Bandar Lampung, tahun
2010
1. Hakim PA. Dabo
Singkep, tahun 1999
2. Hakim PA. Natuna,
tahun 2004
3. Hakim PA. Gunung
Sugih, tahun 2007
4. Hakim PA. Cibinong,
tahun 2010
5. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2013
8 Drs. H. Ace
Ma'mun, M.H.
S2 Hukum Bisnis Untag
Jakata, tahun 2008
1. Panmud Permohonan
PA. Sungailiat, tahun
1992
2. Wakil Panitera PA.
Sungailiat, tahun 1998
3. Panitera Pengganti PA.
Sungailiat, tahun 2000
4. Hakim PA. Cibinong,
tahun 2003
5. Hakim PA. Depok, tahun
2011
6. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2014
9 Drs. Abdul
Shomad
S1 Peradilan Agama
Institut Agama Islam
Negeri Sunan Kalijaga,
tahun 1985
1. Panitera Pengganti PA.
Kualakapuas, tahun 1989
2. Hakim PA. Kualakapuas,
tahun 1994
3. Hakim PA. Pangkal
Pinang, tahun 1999
4. Wakil Ketua PA.
Sungailiat, tahun 2007
5. Wakil Ketua PA.
Tanjung Pinang, tahun
2011
6. Ketua PA. Arga
Makmur, tahun 2014
7. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
10 Drs. Nur Mujib,
M.H.
S2 Bisnis Sekolah Tinggi
Ilmu Hukum "IBLAM"
Jakarta, tahun 2003
1. Panitera Muda
Permohonan PA
Kabanjahe, tahun 1992
2. Hakim PA. Tanjung
Pinang, tahun 1993
3. Wakil Ketua PA.
Tarempa, tahun 1999
4. Ketua PA. Tarempa,
tahun 2003
5. Ketua PA. Pasir
Pangarayan, tahun 2006
6. Ketua PA. Tanjung
Pinang, tahun 2010
7. Ketua PA. Lubuk
Pakam, tahun 2012
8. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2015
11 Drs. H. Abdul
Jabar, M.H.
S2 Hukum Ekonomi
Syari'ah Univ. Islam
Jakarta, tahun 2014
1. Hakim PA Bangko,
tahun 1999
2. Hakim PA Sarolangun,
tahun 2002
3. Wakil Ketua PA Bangko,
tahun 2003
4. Ketua PA Muara Bungo,
tahun 2008
5. Hakim PA Jakarta Utara,
tahun 2011
6. Wakil Ketua PA Tegal,
tahun 2015
7. Hakim PA Jakarta
Selatan, tahun 2017
12 Dr. H. Farid
Ismail, S.H.,
M.H.
S3 Hukum UIN Sunan
Gunung Jati Bandung,
tahun 2013
1. PNS Ditbanpera Islam
Depag, tahun 1987
2. Kasi. Organisasi dan
Tata Kerja Ditbinbapera
Depag, tahun 1992
3. Kasi. Bina Sarana
Ditbinbapera Depag,
tahun 1997
4. Kasubbag. Statistik dan
Laporan Ditbanpera.
Depag, tahun 1999
5. Kasubdit. Hisab Rukyat
dan Sumpah Islam Ditjen
BIPH Depag, tahun 2002
6. Sekretaris Ditjen
Badilag, tahun 2006
7. Hakim PA. Karawang,
tahun 2013
8. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
13 Drs. H. M. Anas
Malik, S.H.,
M.H.
S2 Hukum Perdata Univ.
Muslim Indonesia, tahun
2004
1. Kasubsi. Penyuluhan
DEPAG, tahun 1983
2. Hakim PA. Takalar,
tahun 1995
3. Wakil Ketua PA. Maros,
tahun 2004
4. Ketua PA. Barru, tahun
2008
5. Hakim PA. Makassar,
tahun 2012
6. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
14 Drs. Cece
Rukmana
Ibrahim, S.H.
M.H.
S2 Ilmu Hukum-Hukum
Bisnis Univ. Pamulang,
tahun 2015
1. Hakim Msy. Kutacane,
tahun 1993
2. Hakim PA. Curup, tahun
1999
3. Hakim PA. Pandeglang,
tahun 2003
4. Wakil Ketua PA.
Tigaraksa, tahun 2010
5. Ketua PA. Cibadak,
tahun 2012
6. Ketua PA. Sragen, tahun
2016
7. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
15 Dra. Neneng
Susilawati, S.H.,
M.H.
S2 Hukum STIH IBLAM,
tahun 2002
1. PNS PA. Kalianda, tahun
1993
2. Staf Sub Kepaniteraan
Gugatan PA. Kalianda,
tahun 1994
3. Hakim PA. Kalianda,
tahun 1998
4. Hakim PA. Metro, tahun
2008
5. Hakim PA. Tanjung
Karang, tahun 2010
6. Hakim PA. Sumedang,
tahun 2012
7. Hakim PA. Jakarta
Selatan, tahun 2016
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
PELAYANAN BIDANG ADMINISTRASI PERSIDANGAN
NO JENIS & URAIAN KEGIATAN BATAS WAKTU PETUGAS KET.
1 Ketua Pengadilan Agama menetapkan Majelis Hakim (PMH) selambat- lambatnya
4 hari kerja
2 Ketua Majelis menetapkan Hari Sidang (PHS) selambat-lambatnya
4 hari kerja
3 Pemanggilan bagi pihak yang berdomisili di luar negeri
6 Bulan DEPLU
4 Pemeriksaan perkara
selambat2nya
30 Hari Majelis hakim Kecuali
panggilan
luar
5 Pemanggilan dalam wilayah Pengadilan Agama Jakarta Selatan sejak PHS
14 Hari Jurusita
pengganti
6 Pemanggilan wilayah Jakarta
sejak PHS
28 Hari Jurusita
pengganti
Pengadilan
Agama Jakarta
Jurusita
7 Pemanggilan luar Pengadilan Tinggi Agama Jakarta sejak PHS
35 Hari Jurusita
pengganti
Pengadilan
Agama luar
Jakarta
Jurusita
8 Panggilan cerai yang tidak diketahui tempat tinggalnya
4 Bulan Jurusita
pengganti
Via mass
media
9 Mengumumkan jadwal persidangan pada papan pengumuman media layar sentuh dan TV media
Setiap hari
Persidangan
Panitera
pengganti
10 hari persidangan para pihak mengambil nomor urut sidang pada petugas
Petugas daftar
sidang
11 para pihak akan dipanggil sesuai nomor urut
Panitera penganti
12 dalam persidangan para pihak mendapat penjelasan acara persidangan
Ketua majelis
13 Penyampaian isi putusan verstek dan di luar hadir setelah baca putusan
14 hari Jurusita
pengganti