penerapan metode pembelajaran
TRANSCRIPT
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 1/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke-21, keadaan SDM Indonesia sangat tidak kompetitif.
Menurut catatan Human Development Report tahun 2003 versi UNDP, peringkat
HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia
berada di urutan 112 jauh di bawah Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58),
Brunei Darussalam (31), dan Singapura (28). Sementara itu, Third Matemathics
and Science Study (TIMSS), lembaga yang mengukur hasil pendidikan di dunia,
melaporkan bahwa kemampuan matematika siswa SMP kita berada di urutan ke-
34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke-32 dari 38
negara (Nurhadi, dkk. 2004). Sementara itu organisasi International Educational
Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan sains siswa SLTP di
Indonesia hanya berada pada urutan ke-40 dari 42 negara (dalam Zamroni, 2001).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sains siswa SMP di Indonesia masih
jauh dibawah rata-rata kemampuan sains negara lain di dunia. Oleh karena itu,
diperlukan usaha serius untuk memperbaiki sistem maupun proses pendidikan
dalam rangka membenahi proses dan hasil belajar sains siswa.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan siswa
dalam mencapai hasil belajar (kompetensi) pada mata pelajaran sains sesuai
dengan yang ditargetkan. Faktor-faktor tersebut antara lain tersedianya sarana-
prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, kemampuan profesional guru
sebagai ujung tombak terhadap pembelajaran dikelas. Guru yang merupakan
bagian dari instrumental input mempunyai peran yang sangat strategis dalam
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 2/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
2
proses pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran, guru harus mampu
mengorganisir dan menggali potensi-potensi dalam pembelajaran, baik potensi
raw input, instrumental input, maupun potensi enviromental input agar terjadi
interaksi yang optimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar.
Faktor lain penyebab rendahnya kemampuan sains adalah Siswa. Siswa
seharusnya diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya
pengalaman belajarnya dengan cara meningkatkan interaksi dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya, sehingga mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya. Dari
hasil interaksi dengan lingkungannya diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuan dan kepercayaan diri sekaligus membangun jati diri. Kesempatan
berinteraksi dengan lingkungan baik individu maupun sosial yang beragam akan
membentuk kepribadian yang dapat dipakai untuk memahami kemajemukan dan
melahirkan sikap-sikap positif dan toleransi terhadap keanekaragaman dan
perbedaan tiap individu.
Siswa sebagai raw input dengan berbagai karakteristiknya
merupakan titik sentral dalam proses pembelajaran, karena siswalah yang
mengalami proses pembelajaran, dan para siswa pulalah yang seharusnya paling
bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya (Sadia, 2004).
Selama ini proses pembelajaran sains masih bersifat mekanistik ( cendrung
teoretis, teacher centered, transferring). Dalam proses pembelajaran, jarang guru
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan jarang
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 3/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
3
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kaitannya dengan
masalah-masalah yang disajikan dalam pembelajaran sains, selama ini cendrung
berorientasi pada masalah-masalah akademis yang sifatnya tertutup, jarang
dikaitkan dengan konteknya. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran yang
dirancang guru, belum menekankan pada keterampilan siswa untuk
berargumentasi menggunakan penalaran sehingga siswa belum mampu
mengungkapkan gagasan/ide-ide nya, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan
tidak terlatihnya siswa untuk mengungkapkan gagasan maupun idenya,
mengakibatkan tidak berkembangnya gagasan-gagasan yang dimiliki siswa. Hal
ini tentunya akan berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis
karya ilmiah.
Pembelajaran yang cendrung teoretis, hanya sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa, dan masih berpusat pada guru, juga menyebabkan
tidak diperolehnya pengalaman untuk memahami konsep secara utuh oleh siswa.
Akibatnya dalam melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat
konkret, siswa belum mampu memformulasikannya. Padahal, menurut Barizi
(2003), kemampuan memformulasikan konsep merupakan kemampuan berpikir
formal. Ini menunjukkan bahwa dengan proses pembelajaran yang bersifat
mekanistis berdampak pada rendahnya penalaran formal siswa. Secara empiris
dari hasil penelitian Puji Astuti (2003) menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan expository belum memberikan dampak positip terhadap kemampuan
analisis dan sintesis siswa.
Sejalan dengan hal di atas, hasil studi di sejumlah SLTP di Indonesia
menunjukkan bahwa pola pembelajaran di bidang sains berjalan sangat teoretis,
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 4/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
4
serta tidak terkait dengan lingkungan tempat tinggal siswa. Akibatnya, siswa sulit
memahami konsep sains yang dipelajari, motivasi belajar siswa rendah, dan pola
belajarnya cenderung menghafal (Depdiknas, 2002: iii). Selanjutnya, hasil
evaluasi kurikulum 1994 SLTP pada mata pelajaran sains yang dilakukan oleh
Pusat Pengembangan Kurikulum dan sarana Pendidikan Balitbang Depdikbud
menunjukkan beberapa permasalahan, seperti: 1) sebagian besar siswa tidak
mampu mengaplikasikan konsep-konsep sains dalam kehidupan nyata, 2)
pengajaran tidak menitikberatkan pada prinsip bahwa sains mencakup
pemahaman konsep, dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 1999), padahal kawasan kajian keilmuan sains berdasar ragam objek,
ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya.
Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan paradigma atau
reorientasi terhadap proses pembelajaran. Perubahan paradigma atau reorientasi
terhadap proses pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan dari pembelajaran
yang mekanistik ke pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, berdasarkan
penalaran, masalah dan pemecahan masalah contextual yang sifatnya terbuka,
berpusat pada siswa, mendorong siswa untuk menemukan kembali, serta
membangun pengetahuan dan pengalaman siswa secara mandiri. (Soejadi &
Sutarto hadi, 2004).
Kaitannya dengan pembelajaran di kelas, ada empat pilar yang digunakan
sebagai pedoman, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to
be), dan belajar untuk kebersamaan (learning to live together) (Budimansyah,
2002). Oleh karena itu, proses pembelajaran tidak seharusnya memposisikan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 5/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
5
peserta didik sebagai pendengar ceramah seperti mengisi botol kosong dengan
ilmu pengetahuan.
Pembelajaran yang berorientasi pada masalah-masalah akademis yang
sifatnya tertutup (close problem) (Shimada, 1997) berdampak pada proses
pembelajaran menjadi paket-paket yang menekankan langkah-langkah secara
explisit step by step. Karena sifat dari masalah ini explisit deterministic, dimana
permasalahan dan solusi sangat klausal dan mudah ditebak, maka penyajian ini
hanya memberikan keterampilan algoritme rutin pada siswa, sehingga kurang
mengembangkan kompetensi penalaran siswa terutama yang berhubungan dengan
penemuan dan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Kibble (1999) yang mengatakan bahwa penyajian dan latihan-latihan
yang bersifat tertutup tidak membantu siswa untuk berpikir kreatif,
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, dan mengembangkan
kompetensi penalaran, sehingga hasil belajar mereka kurang memuaskan.
Di dalam kurikulum Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sains
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikembangkan Depdiknas, tertuang salah
satu tujuannya yaitu: siswa memperoleh pengalaman dalam penerapan metode
ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen,
pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil
eksperimen secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2002). Dari tujuan ini tercermin
bahwa pembelajaran sains tidak lagi hanya mengandalkan ceramah saja,
melainkan lebih pada pengembangan kompetensi khususnya kompetensi
keterampilan proses sains.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 6/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
6
Salah satu inovasi pembelajaran sains adalah mengimplementasikan model
pembelajaran berorientasi inkuiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh University
of Philipine (dalam Putrayasa, 2005) menunjukkan model inkuiri merupakan
model mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara
berpikir ilmiah. Dengan model inkuiri ini juga dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam penalaran formal. Hal ini seperti diungkapkan Dahar (1988: 126)
bahwa, salah satu kebaikan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
adalah meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas. Hasil penelitian Lawson (dalam Putrayasa, 2005) juga menunjukkan bahwa
perkuliahan biologi yang berorientasi inkuiri lebih berhasil meningkatkan
penalaran formal siswa. Jadi, dengan melakukan pembelajaran model inkuiri akan
dapat meningkatkan kemampuan penalaran formal siswa disamping dapat
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Dengan pengembangan cara berpikir
ilmiah, maka akan dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah.
Karena penulisan karya ilmiah salah satunya didasarkan pada cara berpikir ilmiah.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru SMP Negeri 1 Selong mengenai
pelaksanaan pembelajaran model inkuiri dalam melakukan kegiatan karya ilmiah
tidak pernah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan antara lain: 1)
Tidak cukup waktu untuk melaksanakan kegiatan karya ilmiah karena materi sains
dalam kurikulum terlalu padat. 2) Kemampuan guru dalam membimbing siswa
melakukan karya ilmiah masih kurang. Hasil observasi peneliti ke beberapa SMP
di Selong menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang selama ini digunakan
guru dalam pelajaran sains adalah menggunakan pembelajaran langsung, ceramah
dan tanya jawab. Guru lebih banyak mendominasi proses pembelajaran melalui
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 7/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
7
pemberian informasi tentang sains. Siswa sangat jarang diajak memahami gejala
alam melalui kegiatan penyelidikan (inkuiri) dan kerja ilmiah. Padahal jika dilihat
orientasi dari pembelajaran sains, selain dapat memahami konsep-konsep, prinsip-
prinsip, maupun hukum-hukum sebagai hasil penelitian para ilmuwan sains yang
merupakan produk, siswa juga dituntut mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Akibatnya, kemampuan menulis
karya ilmiah siswa menjadi rendah. Oleh karena itu diharapkan, tugas guru selain
siswa dapat memahami konsep sains, prinsip-prinsip, maupun hukum-hukum
sains, juga guru harus mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains,
kemampuan peningkatan penalaran formal siswa dan diharapkan siswa mampu
menulis karya ilmiah dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas akan diungkapkan dampak penerapan model
pembelajaran inkuiri dan model pengajaran langsung terhadap kemampuan
penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapa
masalah dapat diidentifikasi antara lain: tingkat penalaran formal masih rendah,
kemampuan menulis karya ilmiah rendah, pembelajaran tidak memfasilitasi
kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah, guru tidak
pernah menggunakan Model inkuiri, padahal secara teori metode inkuiri dapat
meningkatkan penalaran formal dan kerja ilmiah, pembelajaran yang diberikan
lebih terfokus kepada produk sains, kurang mengembangkan proses sains serta
kinerja.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 8/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
8
1.3 Pembata san masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan mengingat
faktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat kompleks, serta
agar penelitian lebih terarah, maka masalahnya dibatasi berdasarkan aspek-aspek
yang akan diteliti dan tempat penelitian atau sekolah yang akan diteliti.
Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini terbatas pada perbedaan
penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains, sebagai akibat penerapan dua model pembelajaran, yaitu model
pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran formal dan kemampuan
menulis karya ilmiah antara siswa yang diajar dengan model inkuiri dan siswa
yang diajar dengan model pembelajaran langsung?
2. Apakah kemampuan penalaran formal siswa yang diajar dengan model inkuiri
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran
langsung?
3. Apakah kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model
inkuiri lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran
langsung?
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 9/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
9
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang
perbedaan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah
siswa pada pelajaran sains karena pengaruh model pembelajaran yang diterapkan.
Secara operasional tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis perbedaan penerapan model pembelajaran inkuiri dan
model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal dan kemampuan
menulis karya ilmiah siswa secara bersama-sama.
2. Untuk menganalisis perbedaan penerapan model inkuiri dan model
pembelajaran langsung terhadap kemampuan penalaran formal siswa.
3. Untuk menganalisis perbedaan penerapan model inkuiri dan model
pembelajaran langsung terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara umum ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.
Pertama manfaat langsung yang memberikan dampak langsung pada
pembelajaran. Kedua, adalah manfaat teoretik yang memiliki akses jangka
panjang dalam pengembangan teori pembelajaran.
1.6.1 Manfaat prakt ik
Hasil pembelajaran model inkuiri yang teruji secara empirik keunggulan
dan kelayakannya akan memberikan manfaat besar sebagai model pembelajaran
sains yang berorientasi perubahan mental. Manfaat lain yang diharapkan secara
praktik dalam penelitian ini adalah memberikan ruang kepada siswa untuk
melakukan perubahan sekaligus menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah.
Selama ini, mereka belajar di sekolah lebih mendominasi aktivitas mendengar dan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 10/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
10
mencatat akibat dari model yang diterapkan guru berupa “tutur dan kapur”.
Namun belajar dengan fasilitas model inkuiri akan melibatkan aktivitas-aktivitas
membaca, diskusi, pemecahan masalah secara kolaboratif, berpikir kritis dan
kreatif, mengaitkan konsep dengan fenomena dunia nyata dan
mengintegrasikannya ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan
demikian terjadi perubahan tanggung jawab belajar dari dominasi guru, menjadi
sepenuhnya pada diri siswa.
1.6.2 Manfaat teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pijakan teoretik pemecahan
masalah belajar sains yang dialami siswa SMP di sekolah. Masalah tersebut
berupa fakta empiris rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah
akibat pelaksanaan kerja ilmiah berupa penulisan karya ilmiah jarang dilakukan.
Pelaksanaan kerja ilmiah berupa penulisan karya ilmiah ini sebagai akibat aplikasi
dari model pembelajaran yang dilakukan yakni model pembelajaran conventional.
Sedangkan terhadap penalaran formal siswa, diharapkan terjadi peningkatan
penalaran formal siswa yang berorientasi pada pembelajaran inkuiri.
Ternyata model pembelajaran conventional belum bisa menjawab secara
optimal persoalan-persoalan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan perubahan
model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai model alternatif dalam
pencapaian pemahaman, dan hasil belajar yang optimal.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 11/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
11
BAB II
KERANGKA TEORETIS
2.1 Deskripsi Teor i
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yakni
pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan penalaran formal dan
penulisan karya ilmiah siswa dalam pembelajaran sains, maka berikut ini disajikan
kajian teori yang digunakan sebagai pijakan berpikir untuk untuk menjawab
permasalahan yang diajukan. Kajian tersebut meliputi: hakikat belajar mengajar,
pembelajaran sains, model belajar inkuiri, pembelajaran langsung, penalaran
formal, asesmen otentik, karya tulis ilmiah, dan proyek.
2.1.1 Hakikat belaja r mengajar
Sumantri dan Permana (1999) menyatakan mengajar adalah kegiatan
penyampaian pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-
sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Raka Joni (1986: 3) merumuskan
pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan dalam proses belajar
akan saling mempengaruhi antar komponen seperti tujuan instruksional yang
ingin dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam
hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang
dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Sementara itu, Davis (dalam Sumantri dan Permana, 1999) mengungkapkan
bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan
keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Jadi mengajar
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 12/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
12
adalah suatu aktivitas profesional yang melibatkan berbagai komponen dalam
menyampaikan pesan tertentu dari guru kepada peserta didik. Dalam
menyampaikan pesan tertentu kepada peserta didik, seorang guru dapat
mengembangkan belajar anak dengan menyediakan lingkungan belajar untuk
memfasilitasi temuan si anak.
Menurut filsafat konstruktivisme, siswa memahami dunianya dengan cara
menghubungkan antara pengetahuan dan pengalamannya dengan apa yang sedang
dipelajarinya. Mereka membangun makna ketika guru memberikan permasalahan
yang relevan, mendorong inkuiri, menyusun kegiatan pembelajaran dari konsep-
konsep utama, menghargai sudut pandang siswa, dan menilai hasil belajar siswa,
(McLaughin dan Vogt, dalam Dantes, 2004). Selanjutnya, Von Glaserfield (1989)
menyatakan bahwa konstruksi makna adalah proses adaptasi dimana tidak
melibatkan penemuan dari realitas ontologi. Oleh karena itu, kerangka belajar
kontruktivisme adalah suatu kegiatan aktif yang berlangsung secara kontinyu
dimana pebelajar menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya untuk
mengkonstruksi interpretasi pribadinya dan makna-makna berdasarkan
pengetahuan awal dan pengalamannya, Driver & Bell (dalam Kariasa dan Suastra,
2005).
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik
setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari
sekitarnya. Pandangan konstruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir
menganggap semua peserta didik mulai dari usia TK sampai dengan perguruan
tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan sendiri tentang lingkungan dan
peristiwa atau gejala alam di sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 13/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
13
naif atau kadang-kadang salah. Mereka mempertahankan gagasan atau
pengetahuan naif ini secara kokoh sebagai kebenaran. Hal ini terkait dengan
pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud “schemata” (struktur
kognitif) dalam benak siswa (Depdiknas, 2002).
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah
memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat
mendoktrinasi gagasan saintifik supaya peserta didik mau mengganti dan
memodifikasi gagasan yang non saintifik menjadi gagasan yang saintifik. Dengan
demikian , arsitek peubah gagasan peserta didik adalah peserta didik itu sendiri.
Sejalan dengan itu (Nurahdi, 2003) dalam pandangan kontruktivisme, strategi
memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh
dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut
dengan (1) membuat informasi bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (3)
menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Selanjutnya Zahorik (dalam Nurahdi, 2003) menekankan bahwa dalam
praktek pembelajaran kontruktivisme ada 5 unsur pokok yang harus diperhatikan,
yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, (2) pemerolehan pengetahuan
dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, baru kemudian memperhatikan
detailnya, (3) pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun konsep sementara
(hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan
(validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan, (4) mempraktekkan pengalaman tersebut, dan (5) melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Sementara itu,
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 14/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
14
kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi kontruktivisme antara lain; (1) diskusi
yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan
gagasan, (2) pengujian, dan penelitian sederhana, (3) demonstrasi, dan peragaan
prosedur ilmiah, (4) kegiatan praktis lain yang memberi peluang, peserta didik
untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya (Depdiknas,
2002).
Menurut Suparno (1997: 66), agar peran dan tugas guru dapat berjalan
optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa
pemikiran yang perlu disadari oleh guru, antara lain:
1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan
bersama sehingga siswa sungguh terlibat3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai
dengan kebutuhan siswa4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti
dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikirberdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.
Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru
harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula
rasa. Bahkan anak SD kelas 1 pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan
suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka.
Mereka sudah membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punya
adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.
Guru kontruktivisme tidak pernah akan membenarkan ajarannya dengan
mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar ”. Di dalam sains mereka tidak
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 15/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
15
dapat berkata lebih daripada “ ini adalah jalan terbaik untuk situasi ini, ini adalah
jalan terefektif untuk soal ini sekarang” Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997).
Ciri mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan oldham
dalam Matthew yang dipaparkan oleh Suparno (1997)
1) Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik.Murid diberi kesempatan untuk
mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapakan idenya secara jelas
dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid
diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan,
dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
3) Restrukturisasi ide . Dalam hal ini ada tiga hal
a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau
teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapandenga ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin
bila gagasannya cocok.
b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenyabertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan,
ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatupercoban atau persoalan yang baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telahdibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi
yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih
lengkap bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam
aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari,
seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan
suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi
lebih lengkap.
Terkait dengan hakikat belajar mengajar, pada dasarnya semua peserta
didik memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam
wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik
menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka
mengkonstruksi interpretasi pribadinya serta makna-makna. Makna ini dibangun
ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 16/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
16
pengalaman yang sudah ada sebelumnya, mendorong inkuiri untuk memberi
kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk
membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
2.1.2 Pembelajaran Sains
Banyak orang menyatakan bahwa sains adalah pengetahuan, khususnya
fakta atau prinsip, diperoleh melalui kajian sistematik; sebuah cabang khusus
pengetahuan yang berkaitan dengan fakta-fakta atau kebenaran yang diatur secara
sistematis (Supriyono, 2003: 5). Definisi tersebut lebih menekankan hasil
daripada cara memperoleh hasil. Namun, banyak ilmuan terkenal berpendapat
lain, artinya sangat berbeda dengan definisi di atas. Misalnya Carl Sagan (dalam
Supriyono, 2003) mendefinisikan sains lebih sebagai sebuah cara berpikir
daripada satu kumpulan pengetahuan. Sedangkan tujuan sains menurut Sagan
adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari bagaimana aturannya,
memecahkan keteraturan yang ada. Feynman (dalam Supriyono, 2003) melihat
sains sebagai upaya untuk memahami dunia. Bagi Feynman, memahami dunia
analog dengan memahami aturan suatu pertandingan, seperti permainan catur. Jadi
hakikat sains adalah sains bukan hanya sekedar kumpulan fakta dan prinsip tetapi
lebih dari itu sains juga mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan
prinsip tersebut beserta sikap sainstis dalam melakukannya.
Sains sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk sains terdiri atas
fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan postulat. Semua itu merupakan produk
yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metode
ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah. Dari pengamatan selanjutnya fakta-fakta
tersebut dihimpun dan dicatat sebagai data. Data tersebut dianalisis berdasarkan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 17/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
17
prosedur dan sikap ilmiah hingga menjadi konsep, prinsip, selanjutnya akan
menghasilkan teori, hukum, dan postulat. Rom Harre (dalam Hendro Darmojo dan
Kaligis, 1992: 4) menyatakan bahwa sains berupa kumpulan teori yang telah diuji
kebenarannya yang menjelaskan pola-pola keteraturan dari gejala alam yang
diamati secara seksama. Jadi, produk sains adalah teori dan juga alat yang
digunakan untuk memahami gejala alam.
Ditinjau dari segi proses, sains memiliki berbagai keterampilan sains,
misalnya: (a) mengidentifikasi dan menentukan variabel bebas/tetap dan variabel
berubah/tergayut, (b) menentukan apa yang diukur dan diamati, (c) keterampilan
mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera, (d) keterampilan dalam
menafsirkan hasil pengamatan, dan dapat menghubung-hubungkan hasil
pengamatan, (f) ketrampilan dalam meramalkan apa yang terjadi berdasarkan
hasil pengamatan, dan (g) keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa
bahan atau alat itu digunakan (Depdiknas, 2003). Sementara itu Moh. Amin
(1987:5) menyatakan sains sebagai proses merupakan human enterprise yang
melibatkan operasional mental, keterampilan, strategi dan sebagainya yang
dirancang manusia untuk menemukan hakikat jagad raya. Dengan menekankan
pada keterampilan proses dalam memperoleh dan membangun pengetahuan dapat
membantu siswa untuk memunculkan ide-ide yang kreatif dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisis dan mampu
belajar secara mandiri yang akan memberikan pengalaman pada siswa untuk dapat
bekerja layaknya seorang ilmuan untuk menemukan pengetahuan baru.
Menurut Bryce, dkk, (dalam Depdiknas, 2003) keterampilan proses sains
mencakup keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah,
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 18/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
18
kemudian diikuti dengan keterampilan proses ( process skill), dan keterampilan
tinggi adalah keterampilan investigasi (investigation skill). Keterampilan dasar
mencakup (a) melakukan pengamatan, (b) mencatat data, (c) melakukan
pengukuran, (d) mengimplementasikan prosedur, dan (e) mengikuti instruksi.
Keterampilan proses meliputi: (a) menginfrensi (skill of inference) dan (b)
menyeleksi berbagai cara/prosedur. Keterampilan investigasi berupa keterampilan
merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Jadi dalam
keterampilan sains berupa investigasi yang merupakan keterampilan tertinggi,
siswa sudah mulai dilatih bagaimana siswa harus mengorganisasi data untuk
menjawab pertanyaan, atau bagaimana siswa dapat mengorganisasi kejadian-
kejadian untuk dipakai sebagai alasan pembenar yang paling kuat. Selain itu,
proses sains juga mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara
tertulis berupa pembuatan tulisan/karangan, mengembangkan /melengkapi
petunjuk kerja serta dapat mengkomunikasikan secara lisan kepada orang lain.
Keterampilan investigasi ini dapat diterapkan pada perkembangan siswa SMP,
yang sudah mampu berpikir abstrak sebagaimana dikatakan Piaget.
Terkait dengan keterampilan proses sains menurut, Abruscato (dalam
Rachmawati dan Suastra, 2005), keterampilan proses yang dapat dikembangkan
antara lain: mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan angka-angka,
membuat definisi operasional, mengontrol variabel, melakukan percobaan,
mengukur, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, meramalkan,
menggunakan hubungan ruang dan waktu, menyusun hipotesis, dan
mengkomunikasikan hasil kegiatan.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 19/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
19
Mengamati merupakan aktivitas menggunakan indera untuk memperoleh
informasi atau data dari objek yang akan diselidiki. Mengklasifikasikan
merupakan kegiatan mengelompokkan objek berdasarkan ciri-ciri yang teramati.
Keterampilan menggunakan angka-angka sangat berguna dalam
mengklasifikasikan objek, memudahkan pencatatan data, dan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Membuat definisi operasional dilakukan
untuk menyatakan dan memperjelas kegiatan apa yang akan dilakukan dan apa
yang diamati. Mengontrol variabel merupakan suatu kegiatan untuk mengatur
kondisi percobaan dengan cara meniadakan pengaruh terhadap satu atau lebih
variabel, sementara variabel yang lainnya dikenai perlakuan. Melakukan
percobaan merupakan kegiatan dengan menerapkan berbagai keterampilan proses
yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk menemukan pengetahuan baru. Mengukur
adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran standar sehingga
hasil observasi dapat dikuantitatifkan. Menginterpretasikan data merupakan
kegiatan yang meliputi membuat prediksi, membuat hipotesis, dan menarik suatu
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Membuat simpulan merupakan
kegiatan merumuskan penjelasan yang paling mungkin terhadap suatu hasil
pengamatan. Meramalkan merupakan kegiatan memprediksikan berdasarkan
pengamatan dan penjelasan mengenai hubungan antar variabel. Menggunakan
hubungan ruang waktu artinya mempelajari bentuk, waktu, tata ruang, arah, gerak,
kecepatan. Menyusun hipotesis merupakan kegiatan merumuskan jawaban
sementara terhadap berbagai data atau fakta. Mengkomunikasikan hasil kegiatan
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dapat juga dilengkapi dengan grafik,
diagram, bagan, maupun hubungan matematis.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 20/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
20
Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan sains berdasarkan
ragam obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka
dalam membelajarkan siswa untuk menguasai sains bukan pada banyaknya
konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar siswa berlatih
menemukan konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan
siswa dapat melakukan kerja ilmiah mulai dari merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
2.1.3 Model Belajar Inkuiri
Terdapat beberapa definisi mengenai model pembelajaran. Joyce dan Weil
(1986: 1) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas.
Sedangkan Udin (1997: 78) menyatakan, model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Lebih
lanjut, Mulyana dan Permana (1999: 42) mendefinisikan model pembelajaran
sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum,
merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari
ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 21/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
21
Inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat
mencari pemecahan permasalahan sesuatu dengan cara kritis, analitis, ilmiah
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan atau
keyakinan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Sund &
Trowbridge (1973) menyatakan, discovery adalah proses mental dimana siswa
atau individu mengasimilasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proses mental
yang dimaksud meliputi: mengamati, membuat klasifikasi, melakukan
pengukuran, mendeskripsikan, menarik kesimpulan. Sedangkan inkuiri adalah
suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.
Sebagai tambahan dari proses discovery, inkuiri mengandung proses-proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problem,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis
data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka dan sebagainya. Proses mental yang terbentuk pada dasarnya akan
menghasilkan para peneliti yang bersikap ilmiah. Nurhadi (2003) mendefinisikan
inkuiri sebagai suatu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah
pemahaman. Observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang
diajukan siswa, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan
diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis,
pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan,
penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan
pengetahuan.
Model inkuiri adalah suatu teknik pembelajaran dimana dalam proses
belajar mengajar, siswa diharapkan selalu dihadapkan dengan suatu masalah.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 22/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
22
Bentuk pengajaran terutama memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki
masalah-masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan
ilmiah dalam rangka mencari penjelasan-penjelasanya. Adapun tujuan utama dari
Model pembelajaran jenis ini adalah untuk mendorong siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah dan akan menarik jika siswa
diberikan kegiatan untuk menyelidiki sejumlah informasi guna mencari
pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Sund & Trowbridge (1973)
menyatakan model inkuiri pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang
mempersiapkan anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-
simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan
yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan
dengan apa yang ditemukan orang lain. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah
suatu strategi pengajaran yang melibatkan guru dan siswa dalam mempelajari
pristiwa-pristiwa atau gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para
ilmuwan (Kuslan dan Stone, 1969).
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukan oleh pakar di atas, dapat
disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang ditempuh
siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi
dengan Model ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan
suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa
bersikap seperti para ilmuan sains, yaitu: teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif,
serta menghormati pendapat orang lain.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 23/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
23
Dalam pembelajaran dengan inkuiri siswa didorong untuk belajar sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip,
dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri (Nurhadi, 2003).
Kuslan dan Stone (1969) mengemukakan karakteristik/ciri inkuiri sebagai
berikut: (a) menggunakan keterampilan proses sains, (b) jawaban-jawaban yang
dicari tidak diketahui lebih dahulu oleh siswa, (c) siswa dimotivasi sedemikian
rupa sehingga timbul hasrat untuk menemukan pemecahan masalah, (d) proses
pembelajaran berpusat pada pertanyaan mengapa, bagaimana, atau pertanyaan
seperti: betulkah pertanyaan kita ini?, (e) suatu pertanyaan dikemukakan lalu
dipersempit hingga terlihat ada kemungkinan masalah ini dipecahkan oleh siswa,
(f) hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau
eksperimen, (g) para siswa mengusulkan cara-cara mengumpulkan data dengan
melakukan percobaan, mengadakan pengamatan, membaca atau menggunakan
sumber lain, (h) semua siswa melakukan eksperimen secara individu/kelompok
untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis, dan (i) para
siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada simpulan.
Ciri di atas menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri ini berusaha
membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir sebab
siswa terlibat secara mental dan fisik. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk
terampil berpikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang lebih besar, yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 24/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
24
terbentuknya sikap ilmiah, di samping penguasaan konsep, prinsip, hukum,
ataupun teori.
Sund dan Trowbridge (1973: 67-73) mengemukakan tiga macam
pendekatan inkuiri yaitu: inkuiri terbimbing (Guided inquiry), inkuri bebas ( free
inquiry) dan inkuiri bebas yang dimodifikasi ( Modifed free Inquiry). Ciri-ciri
ketiganya sebagai berikut: dalam inkuiri terbimbing siswa memperoleh petunjuk-
petunjuk seperlunya yang berupa pertanyaan yang bersifat membimbing.
Pendekatan ini dapat diperlakukan pada siswa yang belum pengalaman dalam
inkuiri. Pendekatan inkuiri bebas, siswa melakukan sendiri sebagai seorang
ilmuan. Siswa melakukan penelitian sendiri, eksperimen dan kesimpulan tentang
hasil percobaan juga diperoleh sendiri. Sedangkan pendekatan inkuiri bebas yang
dimodifikasi, siswa diberi motivasi untuk memecahkan masalah yang bisa
dilakukan dalam kelompok/perorangan. Guru adalah nara sumber yang
memberikan bantuan terbatas yang diperlukan agar siswa tidak frustasi/menemui
kegagalan. Bantuan yang diberikan dalam bentuk pertanyaan yang membantu
siswa untuk memikirkan langkah-langkah pengamatan selanjutnya.
Dimyati (2002: 73) menyatakan tekanan utama pembelajaran dengan
strategi inkuiri adalah:
1. Pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian
2. Peningkatan kemampuan mempraktekan model dan teknik penelitian
3. Latihan keterampilan intlektual khusus, yang sesuai dengan cabang ilmu ter-
tentu
4. Latihan menemukan sesuatu.
Melihat pandangan Dimyati, inkuiri bermanfaat terutama bagi siswa,
dimana siswa menjadi manusia yang berpikir dan aktif serta membantu siswa
dalam memahami struktur pengetahuan dan proses bagaimana pengetahuan
dikonstruksi.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 25/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
25
Dalam menerapkan Model inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan
adalah siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang
dimilikinya, sehingga hal itu akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis karya ilmiah. Di samping itu juga, dengan model inkuiri siswa sudah
mulai diajarkan untuk menganalisa dan mencari kebenaran dari suatu masalah
yang sedang dibahas, telah mampu berpikir sistematis, terarah dan mempunyai
tujuan yang jelas, disamping mampu berpikir induktif, deduktif, dan empiris
rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam
penalaran formal yang baik. Bruner (1978) menyatakan bahwa keuntungan atau
keunggulan-keunggulan pembelajaran dengan model inkuiri adalah sebagai
berikut: (a) pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini
terjadi karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban permasalahan yang diberikan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
pengamatan dan pengalaman sendiri, (b) siswa yang telah berhasil menemukan
sendiri sehingga dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan
kepuasan intelektualnya yang justru datang dari dalam diri siswa, (c) siswa dapat
belajar bagaimana melakukan penemuan, hanya melalui proses melakukan
penemuan itu sendiri, (d) belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses
ingatan atau konsep yang telah dipahami siswa lebih lama dapat diingat, (e)
belajar melalui inkuiri, siswa dapat memahami konsep-konsep dan ide-idenya
dengan lebih baik, (f) pengajaran menjadi lebih terpusat pada siswa, (g) proses
pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri, (h)
melalui pembelajaran inkuiri dimungkinkan tingkat harapan bertambah, (i)
pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat, diantaranya bakat akademik,
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 26/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
26
(j) pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan, dan
(k) pembelajaran inkuiri dapat memberikan waktu kepada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Pada umumnya pembelajaran dengan Model inkuiri digunakan pada mata
pelajaran IPA yang mengembangkan proses sains. Collette, A.T & Chiapeta, EL
(dalam Suastra, dkk 2003) menyatakan bahwa model yang biasanya digunakan
dalam pengajaran sains dengan inkuiri meliputi: Model Siklus Belajar (MSB),
Group investigation, Cara 5 E (Engagement, Exploration, Explanation,
Elaboration dan Evaluation), Heuristik “V”, Inkuiri Ilmiah melalui Demonstrasi
Terbimbing (IIDT) dan dengan Model Pemecahan Masalah (MPM).
Melihat cara-cara inkuiri yang di lakukan dalam pembelajaran IPA, ada
beberapa hal pokok yang harus di tempuh yaitu inkuiri dimulai dengan
menimbulkan peristiwa (memunculkan masalah) yang membuat siswa menjadi
bingung, keadaan ini akan memotivasi siswa untuk menyelidiki masalah-masalah
yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka
menemukan pemecahan masalah tersebut. Selanjutnya dilakukan eksperimen
yaitu membuat suatu kejadian atau peristiwa, kemudian siswa mengamati kejadian
atau peristiwa itu, untuk selanjutnya dilakukan pencatatan data sebagai bahan
dalam menemukan konsep, prinsip yang akhirnya lahirlah teori atau pengetahuan.
Sasaran utama dari model belajar inkuiri ini adalah mengembangkan
penguasaan pengetahuan (Knowledge). Penguasaan pengetahuan merupakan hasil
dari pengolahan data/informasi. Pada kegiatan ini siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses mencari tahu (process of knowing, know how, dan know why) untuk
mampu menginterpretasikan informasi, membedakan antara asumsi yang benar dan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 27/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
27
yang salah, dan memandang suatu kebenaran dan hubungannya dengan berbagai
situasi. Jadi disini siswa tidak hanya memiliki informasi, tetapi lebih jauh lagi
siswa menempatkan diri sebagai sainstis yang melakukan penelitian, berpikir dan
merasakan lingkungan obyek penelitian.
Siswa secara individu, kelompok kecil atau klasikal, melakukan kegiatan
investigasi untuk mencari dan menghimpun informasi. Perolehan informasi ini
dapat melalui studi pustaka, investigasi, tutorial dengan guru atau diskusi dengan
teman sekelasnya, selanjutnya siswa secara aktif harus mampu merumuskan
menjadi pemahaman pribadi dan dihayati menjadi tata nilai. Melalui model
seperti ini akan membentuk/mengembangkan mental skema. Mental skema
digunakan siswa untuk mengorganisasikan (to form) membangun pengetahuan sesuai
dengan skema mentalnya, sehingga mencapai taraf pemahaman (understanding).
Dengan menggunakan mental skema dan pemahamannya, siswa menganalisis dan
menafsirkan informasi yang baru diterimanya, selanjutnya mengembangkan makna
yang bersifat pribadi (personal meaning) bagi dirinya. Pemahaman baru ini
selanjutnya dituangkan dalam suatu tulisan dan diorganisir menjadi learning evidance
indicator sebagai portofolio hasil belajar siswa. Kompetensi lainnya yang dapat
terbentuk melalui strategi seperti ini adalah kompetensi komunikasi, kerjasama
dalam team, memecahkan masalah, mengembangkan sikap toleransi, membangun
etos kerja dan mampu mengeksplorasi sumber belajar dilingkungannya.
Dalam pengembangan kurikulum, seharusnya mendidik pengembangan
dan penyelidikan (inkuiri) serta penemuan (Gredler, 1991: 99). Oleh Bruner
digambarkan bahwa orang yang berpengetahuan sebagai orang yang terampil
dalam memecahkan masalah, artinya ialah ia berinteraksi dengan lingkungannya
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 28/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
28
dalam menguji hipotesis dan menarik generalisasi. Karena itu tujuan pendidikan
seharusnya ialah perkembangan intelek.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan yaitu:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah
diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan
cara-cara lain.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi baru.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar
penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain
(Dahar, 1988: 126).
Sedangkan Depdiknas (2002: 2) menyatakan, melalui Model inkuiri
diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga
melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu
bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses
ekplorasi atau pengujian gagasan baru. Peranan Guru sebagaimana dikatakan
Dahar, (2002: 130-131) adalah :
1. Merencanakan pelajaran sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi parasiswa untuk memecahkan masalah
3. Memperhatikan cara penyajian, yaitu: Cara enaktif, ikonik dan simbolik 4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoretis,
guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model latihan penelitian
(inquiry training) yang bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan anak
yang mandiri, menurut model yang akan memberi kemudahan pada siswa untuk
melibatkan diri dalam penelitian ilmiah.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 29/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
29
Harapan dari model latihan penelitian ini agar siswa dapat
mempertanyakan, mengapa sesuatu peristiwa terjadi, dan menelitinya dengan cara
mengumpulkan data dan mengolah data secara logis. Latihan penelitian ini dapat
dimulai dari menyajikan situasi yang penuh pertanyaan. Dengan situasi penuh
teka-teki ini secara alami siswa akan terdorong untuk memecahkan teka-teki itu.
Dengan cara ini diyakini siswa dapat menjadi sadar akan proses penelitian yang
dilakukannya dan secara langsung diajarkan cara melakukan prosedur penelitian
yang bersifat ilmiah.
Tabel 2.1 Sintaks Inkuiri Model Latihan Penelitian
Fase Kegiatan
Pertama Menghadapkan masalah
1. Menjelaskan prosedur penelitian
2. Menyajikan situasi yang saling bertentangan atau berbeda
Kedua Mencari dan mengkaji data
1. Memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi
2. Memeriksa tampilnya masalah
Ketiga Mencari data dan eksperimentasi
1. Mengisolasi variabel yang sesuai
2. Merumuskan hipotesis sebab akibat
Keempat Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan
Kelima Menganalisis proses penelitian
(Joyce dan Weil, 1986)Model pengajaran ini menuntut terbentuknya suasana kelas yang
kooperatif tapi disiplin ketat. Guru harus membimbing berlangsungnya proses
inkuiri dan merangsang siswa berpartisipasi aktif. Guru juga harus berhati-hati
agar identifikasi fakta tidak menjadi isyu sentral dan hendaknya mempertahankan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 30/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
30
disipin yang ketat dan inkuiri. Tugas guru mengendalikan keseluruhan proses
interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh. Secara
filosofis karakteristik model ini menekankan perkembangan pribadi yang
maksimal dan berfokus pada pembentukan individu dalam menghadapi kehidupan
nyata.
Dampak instruksional
------- Dampak pengiring
Diagram 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model Latihan
Penelitian
(Joyce dan Weil, 1986: 68)
Model latihan inkuiri akan memberikan dampak instruksional berupa
strategi di dalam melakukan penelitian kreatif. Sedangkan dampak pengiring yang
didapat dari model ini berupa keterampilan proses keilmuan, memunculkan
InquiryTraining
Model
Keterampilan Proses
Keilmuan
Hakikat Tentatif
dan Pengetahuan
Strategi untuk Penelitian
Kreatif
Toleransi terhadapKetidaktentuan
Semangat Kreatif
Kemandirian atauotonomi dalam belajar
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 31/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
31
semangat kreatif, adanya kemandirian atau otonomi dalam belajar, serta toleransi
terhadap ketidaktentuan.
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Gulo
(2002: 93) menyatakan, pada hakikatnya inkuiri merupakan suatu proses, yang
bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan
bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan
sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh
peserta didik yang bersangkutan. Proses ini dapat di lihat pada diagram berikut.
Diagram 2.2 Proses Inkuiri
(Gulo, 2002: 94).
Merumuskan
masalah
Merumuskan
hipotesisMenarik kesimpulan
sementara
Mengumpulkan
buktiMenguji
hipotesis
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 32/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
32
2.1.4 Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru
(teacher center ). Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru
dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk
mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar behavioristik.
Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku
yang didasarkan kepada unsur stimulus – respon (S-R). Aspek yang mendorong S-
R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian muncul respon. Unsur yang paling
penting adalah reinforcement atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk
memotivasi siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas
pelajaran melalui respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat
bertahap-tahap hingga perilaku itu terjadi.
(Dantes, 1999)
Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur
dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus yang
selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons. Ketiga, unsur
respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang
diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat dilihat. Keempat,
unsur penguatan (reinforcement), unsur ini diberikan kepada siswa agar siswa
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi. Demikian
S RHubungan langsung (koneksi)
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 33/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
33
selanjutnya sehingga siswa dirangsang terhadap setimulus tertentu untuk
menimbulkan respons.
Beberapa prinsip yang melandasi teori prilaku adalah (1) Konsekuensi-
konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.
Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya
disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers) .
(2) Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti
perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi
yang lambat datangnya. (3) Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan
keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan
reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan
(Dahar, 1988: 30-32).
Dalam pendidikan, prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana
dinyatakan Hartley dan Davies (dalam Soekamto, 1997: 19) banyak dipakai, di
antaranya: (1) materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya, (2) dalam
proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya, (3) tiap-tiap respons
perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat segera mengetahui
apakah respons yang diberikan telah benar atau belum, (4) setiap kali siswa
memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Dalam model pembelajaran langsung tugas guru adalah membantu siswa
memperoleh pengetahuan secara deklaratif. Pengetahuan deklaratif menyatakan
pengetahuan tentang sesuatu, misalnya dalam menghafal rumus atau hukum
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 34/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
34
tertentu dalam sains. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran
pada model pembelajaran langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan
tujuan dan latar belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima
penjelasan yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi
yang diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan
tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
( feed back) terhadap keberhasilan yang telah dilakukan. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari (Arends, 1997: 67).
Kekuatan yang paling penting dalam pengajaran ini adalah reinforcement
yang berfungsi memotivasi siswa agar dapat merasakan adanya kebutuhan untuk
melakukan tugas pelajaran melalui respon yang diberikan dalam tugas itu.
2.1.5 Penalaran Formal
Flavel dalam Dantes (2001) mengemukakan bahwa tahap operasional
formal meliputi empat jenis kesanggupan berpikir, yaitu: (1) hipotesis deduktif,
(2) kesanggupan berpikir proporsional, (3) kesanggupan berpikir dengan memakai
logika kombinatorik, dan (4) berpikir reflektif.
Berpikir hipotetiko deduktif adalah suatu pola berpikir dimulai dengan
menetapkan lebih dahulu kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi,
kemudian berpikir berdasarkan kemungkinan-kemungkinan tersebut untuk
menemukan kenyataan. Sedangkan kemampuan berpikir proporsional adalah
kemampuan melihat hubungan-hubungan abstrak dan menggunakan proposisi
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 35/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
35
logis formal termasuk aksioma-aksioma dan definisi-definisi. Berpikir
kombinatorik menunjukkan kesanggupan memikirkan kombinasi kejadian, ide,
proposisi yang dapat terjadi secara lengkap dan sanggup menghubungkan
kemungkinan-kemungkinan tersebut ke dalam suatu struktur yang merupakan
suatu keseluruhan yang bulat.
Teori Piaget (dalam Dahar, 1989: 186) menyatakan bahwa anak yang
telah berusia 7-11 tahun telah dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya
untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama anak
pada periode ini adalah anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda
atau pristiwa konkrit karena anak telah memiliki kemampuan untuk berpikir
abstrak. Pada usia 11 tahun ke atas, anak sudah mampu mengidentifikasi beberapa
variabel, hubungannya, menetapkan berbagai informasi yang berhubungan dengan
masalah dan mempertahankan beberapa variabel tertentu.
Piaget membagi sistem intelektual anak menjadi empat periode atau
tingkat pertumbuhan mental yang berbeda, yaitu periode sensorimotor yaitu
tingkat pertumbuhan mental bagi anak pada rentangan usia 0 – 2 tahun, tahap
praoperasional dengan rentangan usia 2 – 7 tahun, tahap operasional konkrit pada
usia 7 –11 tahun, dan tahap operasional formal pada usia 11 tahun ke atas.
Menurut Piaget, pencapaian setiap periode berarti perubahan kognitif permanen,
pencapaian struktur kognitif atau kemampuan baru.
Inhelder dan Piaget membuat suatu inventory untuk mengukur tingkat
operasional formal seseorang. Terkait dengan pengetahuan ilmiah yang harus
dimiliki seseorang pada tingkat operasional formal ini, inhelder dan Piaget
memberikan beberapa ciri sebagai berikut: (1) operasi kombinasi, (2)
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 36/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
36
perbandingan, (3) koordinasi terhadap dua sistem acuan, (4) proses keseimbangan
mekanik, (5) probabilitas, (6) korelasi, (7) kompensasi, dan (8) konsep kekekalan
(Travers, 1982: 294).
1) Operasi Kombinasi (Combinatorial Operation)
Pencapaian menuju tingkat operasional formal harus mencakup kombinasi
suatu proposisi. Sebagai contoh masalah bandul, anak-anak akan mencoba
menemukan faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya ayunan suatu bandul.
Hipotesis yang mungkin muncul adalah:
- Frekuensi ayunan bandul tergantung dari panjang tali dan berat beban
- Frekuensi ayunan bandul tergantung dari berat beban dan tidak tergantung
dari panjang tali
- Frekuensi ayunan bandul tidak tergantung panjang tali dan berat beban
- Frekuensi ayunan bandul tergantung dari amplitudo dan gaya
Anak-anak akan mencoba memecahkan masalah terkait dengan hipotesis yang
diberikan dengan nalarnya guna melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
frekuensi bandul. Bila berhasil memecahkan masalahnya maka mereka akan
menyimpulkan hanya panjang bandul yang mempengaruhi frekuensinya,
sedangkan faktor lain seperti berat, amplitudo ayunan, gaya tidak berpengaruh.
2) Perbandingan (Proportions)
Pada tahap oprasional konkret anak belum memahami sepenuhnya tentang
persamaan dari dua buah perbandingan a/b = x/y. Anak pada umur 9 tahun sampai
10 tahun akan mencoba memecahkan masalah perbandingan ini dengan jari-
jarinya. Pada tahap operasional konkret anak tidak mampu dan belum memahami
sepenuhnya tentang konsep perbandingan ini. Untuk menghindari konsep yang
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 37/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
37
bersifat numerik, konsep perbandingan dapat dilihat dari analogi. Misalnya anak –
anak melihat sayap pada burung memiliki analogi fungsi yang sama untuk tangan
pada manusia. Mereka akan mencoba menganalogikan bahwa sayap untuk burung
dan tangan untuk manusia.
3) Koordinasi terhadap Dua sistem Acuan ( The Coordination of Two System of
Refference)
Studi Piaget tentang konsep koordinasi ini dapat ditinjau dari pengertian
terhadap kecepatan dan gerak. Salah satu masalah unik yang dikemukakan Piaget
berkaitan dengan konsep koordinasi ini adalah gerakan dua buah bola yang
digerakkan dengan arah yang berlawanan. Kecepatan bola yang satu merupakan
pengurangan dari kecepatan bola yang lainnya. Siswa yang berada pada tahap
operasional formal akan mampu memecahkan masalah semacam ini dan memiliki
kemampuan untuk membuat ramalan-ramalan.
4) Proses keseimbangan Mekanik (The Precess of Mechanical Equlibrium)
Pada tahap operasional konkret anak sudah memahami tentang
keseimbangan mekanis bila fakta yang disajikan sangat jelas. Dalam kasus
tekanan piston dalam suatu fluida, siswa mengalami kesulitan untuk memahami
tekanan oleh dinding-dinding silinder terhadap fluida yang mendesaknya.
5) Probabilitas (Probability)
Piaget percaya bahwa konsep probabilitas membutuhkan pemahaman yang
baik. Probabilitas adalah konsep sulit karena bersifat abstrak. Pada tahap
operasional konkret anak berpikir bahwa munculnya bagian depan pada
pelemparan uang logam memiliki kemungkinan yang berbeda dengan munculnya
bagian belakangnya. Pada tingkat operasional konkret kejadian akan munculnya
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 38/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
38
satu sisi mata uang akan menghilangkan peluang munculnya satu sisi yang lain
pada kejadian yang lain.
6) Korelasi (Correlation)
Pada tahap operasional formal anak akan menjelaskan dua pengukuran dan
mampu mengkorelasikan antar variabel-variabelnya. Dalam tingkat operasional
konkret anak mampu menggunakan intuisinya untuk memahami hubungan-
hubungan tersebut tetapi mereka belum mampu menjelaskan konsep kovarian dari
dua variabel. Pada tahap operasional formal meskipun belum memahami konsep
dan rumus tentang statistik korelasi, tetapi mereka memegang konsep variasi
variabel. Variasi ini menimbulkan hubungan antara variabel-variabel
7) Kompensasi (Compensation)
Ide dasar menyertakan konsep kompensasi adalah adanya penurunan
dimensi satu akan ditutupi oleh kenaikan pada dimensi yang lain. Meskipun pada
tahap permulaan, anak mengerti bahwa cairan yang dituangkan dari tempat yang
lebar ke tempat yang sempit tidak berubah volumenya. Tetapi mereka tidak
sepenuhnya mengetahui adanya kompensasi bentuk (dimensi) dari lebar ke dalam
bentuk yang tinggi. Hal ini sama halnya dengan berat seseorang berhubungan
dengan tinggi dan gemuk-kurusnya seseorang. Bila orangnya pendek dibarengi
dengan kenaikan berat badan maka secara otomatis berat seseorang akan tetap.
Inhelder dan Piaget sangat menekankan konsep ini, seperti halnya konsep korelasi
yang tanpa penalaran matematika dan mereka tidak sadar telah mengaitkannya
dengan konsep proporsi.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 39/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
39
8) Konsep kekekalan ( Concepts of Conservation)
Pemahaman tentang konsep kekekalan dapat dicermati dari konsep
kekekalan momentum. Benda yang bergerak secara seragam maka tidak ada gaya
yang bekerja padanya. Sedangkan benda yang tidak bergerak seragam maka akan
mengalami kecendrungan untuk bergerak lebih lambat yang pada akhirnya akan
berhenti. Gaya yang menghentikannya tidaklah merupakan sesuatu yang dapat
diamati. Konsep kekekalan momentum ini diturunkan secara tidak langsung dari
data yang ada. Oleh sebab itu konsep ini bersifat abstrak dan sulit dimengerti.
Konsep ilmiah tentang kekekalan momentum ini dapat dibentuk setelah
peristiwanya berlalu.
Dari uraian di atas, penalaran formal adalah kemampuan berpikir benar
dalam melakukan operasi-operasi formal. Siswa yang telah berusia 11 tahun ke
atas telah memiliki penalaran formal. Siswa pada usia tersebut telah mampu
berpikir secara simbolik, konsepsi, dan berpikir abstrak terhadap objek yang
diamati, sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan yang akan dicapai disamping
mampu berpikir deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini penalaran formal yang dimaksud adalah kemampuan
siswa untuk melakukan operasi-operasi formal yang meliputi: berpikir
kombinatorial, berpikir proporsi, berpikir koordinasi, berpikir keseimbangan
mekanik, berpikir probabilitas, berpikir korelasi, berpikir kompensasi dan berpikir
konservasi.
2.1.6 Asesmen Otentik
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sedangkan Authentic
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 40/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
40
assessment adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip
yang digunakan dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian authentik adalah sebagai
berikut (Nurhadi, 2003: 52):
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran yang meliputi: proses,
kinerja, dan produk 2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
3. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-
bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat
menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap
hari
Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa,
bukan keluasannya (kuantitas).
Diagram 2.3 Authentic Assessment
Karaktristik dari authentic assessment (Nurhadi, 2003: 53) adalah sebagai
berikut:1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
3. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta4. Berkesinambungan
5. Terintegrasi6. Dapat digunakan sebagai feed back
Mengukur pengetahuan danketerampilan siswa
Proses dan produk
dapat diukur kedua-
duanya
Mempersyaratkan
penerapan
pengetahuan atauketerampilan
Tugas-tugas yang
kontekstual dan aktual Penilaian produk atau
kinerja
Authentic
assessment
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 41/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
41
Sedangkan yang bisa digunakan sebagai dasar menilai siswa adalah
sebagai berikut: (1)proyek/kegiatan dan laporannya, (2) hasil tes tulis, (3)
portofolio (kumpulan karya siswa salama satu semester atau satu tahun), (4)
pekerjaan rumah, (5) kuis, (6) karya siswa, (7) presentasi atau penampilan siswa,
(8) Demontrasi, (9) laporan, (10) jurnal, (11) karya tulis, (12) kelompok diskusi,
(13) wawancara.
Penilaian yang dipakai dalam penelitian ini adalah tugas proyek yang
merupakan bentuk laporan dari hasil kegiatan siswa dalam bentuk karya tulis
ilmiah. Penilaian kerja proyek yang dilaksanakan siswa berdasarkan pada proses
dan produk akhir. Apek penilaian yang didasarkan pada kerja siswa pada proses
antara lain: pemilihan topik, pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan
diinvestigasi, pembuatan rincian terhadap tahapan proses yang akan dilaksanakan,
dan monitoring terhadap kerja kelompok. Sedangkan aspek penilaian tugas proyek
terhadap produk akhir antara lain: format laporan yang dibuat siswa, deskripsi
temuan, pembahasan dan kesimpulan siswa.
2.1.7 Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah
(Djuroto dan Suprijadi, 2003: 12). Pembahasan yang dilakukan berdasarkan
penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian.
Penelitian ini dari penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka.
Menurut Sudjana (2004) karya ilmiah adalah hasil atau produk manusia (biasanya
dalam bentuk tulisan sekalipun tidak hanya itu) atas dasar pengetahuan, sikap dan
cara berpikir ilmiah. Lebih jauh ditegaskan bahwa kebenaran ilmiah akan
diperoleh dengan cara berpikir ilmiah melalui metode ilmiah dengan langkah:
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 42/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
42
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, verifikasi data dan menarik
kesimpulan. Semua langkah tersebut identik dengan prosedur siklus pembelajaran
yang berbasis pada inkuiri. Jadi karya tulis ilmiah adalah tulisan yang membahas
suatu masalah secara sistematis dengan aturan tertentu berdasarkan atas proses
serta hasil berpikir ilmiah melalui penelitian.
Hasil atau produk manusia dalam bentuk tulisan ini di dalam memaparkan
dan menganalisis data harus berdasarkan pemikiran ilmiah. Menurut Djuroto dan
Suprijadi (2003) pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis
artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam,
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan artinya dapat dibuktikan
kebenarannya. Sama seperti dikatakan Sudjana (2004) bahwa menggabungkan
berpikir rasional dan berpikir empiris adalah berpikir ilmiah.
Dari pemikiran ilmiah tersebut, maka setiap karya ilmiah dalam bentuk
apapun, yang ditulis oleh siapa pun, serta untuk tujuan mana pun, harus
didasarkan atas proses serta hasil berpikir ilmiah melalui penelitian. Dalam proses
berpikir ilmiah disangga atas dasar tiga unsur pokok yang meliputi pengajuan
masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data. Sedangkan hasilnya disajikan
dan ditulis secara sistematis menurut aturan model ilmiah.
Karena karya ilmiah disusun secara sistematis menurut aturan tertentu atas
dasar berpikir ilmiah, maka tidak semua karya tulis dikatakan karya ilmiah, sebab
tidak semua proses berpikir adalah berpikir ilmiah. Sudjana (2004: 5) dalam
berpikir ilmiah dibagi atas dua pola berpikir, yakni berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Berpikir deduktif yang dipergunakan dalam berpikir rasional merupakan
salah satu unsur dari model logiko-hipotetiko-verifikatif atau model ilmiah.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 43/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
43
Dalam logika deduktif ini, menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan umum
menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio. Produk
berpikir deduktif dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Sedangkan berpikir
induktif merupakan pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan atau
fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. Proses berpikirnya mulai
dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris. Data tersebut kemudian disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik
maknanya dalam bentuk pernyatan atau kesimpulan yang bersifat umum.
Penggabungan berpikir deduktif dan induktif adalah berpikir ilmiah
(Sudjana, 2004). Berpikir ilmiah yang menghasilkan metode ilmiah menempuh
langkah-langkah sebagai berikut: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan
hipotesis, (3) verifikasi data, dan (4) menarik kesimpulan.
Dalam menarik kesimpulan yang merupakan jawaban definitif dari setiap
masalah yang diajukan atas dasar pembuktian empiris untuk setiap hipotesis.
Hipotesis yang tidak teruji kebenarannya tetap harus disimpulkan dengan
memberikan pertimbangan dan faktor penyebabnya. Penemuan kebenaran ilmiah
dapat dibukukan dalam karya tulis ilmiah, bertujuan untuk:
1. Pengakuan scientific objective untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan,
dengan pemaparan teori-teori baru yang sahih serta terandalkan.
2. Pengakuan practical objective guna membantu pemecahan problema praktisi
yang mendesak. (Djuroto dan Suprijadi, 2002: 19).
Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku maupun
terjemahan, baru dapat disebut karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memiliki tiga
syarat, yaitu:
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 44/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
44
1) Isi kajiannya pada lingkup pengetahuan ilmiah
2) Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah(metodeberpikir ilmiah)
3) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan (Aqib, 2003: 14).
2.1.8 Pr oyek
Salah satu karya tulis yang merupakan laporan dari hasil kegiatan siswa
dalam bentuk karya tulis ilmiah adalah tugas proyek. Proyek adalah tugas yang
harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga
penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data
primer/skunder, evaluasi hasil, dan kerja sama dengan pihak lain, maka proyek
merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam
semua bidang. Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang
melakukan proses suatu proyek, misalnya saat, merencanakan dan
mengorganisasikan investigasi, bekerja dalam tim, dan arahan diri. Selain itu,
hasil belajar ada yang lebih sesuai apabila dinilai pada produk suatu proyek,
misalnya pada saat mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi, menganalisis
dan menginterpretasikan suatu data, dan mengkomunikasikan hasil (balitbang
Depdiknas, V-1).
Dalam perencanaan penilaian proyek, beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pengelolaan. Guru perlu merancang suatu topik proyek yang
relevan dan sesuai dengan jenjang kemampuan siswa dan alokasi waktu yang
tersedia. Hal ini untuk menghindari siswa dalam memilih topik yang terlalu luas
dan siswa dapat memilih topik yang tepat.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 45/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
45
2. Relevansi. Perlu dipertimbangkan tingkat relevansi pengetahuan,keterampilan,
dan pemahaman agar proyek dapat dijadikan sebagai sumber bukti kompetensi
siswa.
3. Keaslian. Guru perlu mempertimbangkan keaslian tugas yang dilakukan siswa.
Semakin kecil arahan yang diberikan, orisinal tugas proyek yang diberikan akan
semakin tinggi.
Penilaian kerja proyek yang dilaksanakan siswa berdasarkan pada proses
dan produk akhir. Dalam pembuatan kriteria penilaian proses suatu proyek, yang
perlu dipertimbangkan antara lain: pemilihan topik, pembuatan map/ diagram
terhadap topik yang akan diinvestigasi, pembuatan rincian terhadap tahapan
proses, dan monitoring terhadap kerja kelompok.
Pada pemilihan topik, topik dibuat berdasarkan buku petunjuk yang dibuat
guru. Tujuannya agar topik yang dipilih tidak terlalu luas atau terlalu sempit,
sehingga keterampilan yang diinvestigasi dapat memberikan bukti yang
bermanfaat. Pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi.
Tujuannya untuk mempermudah siswa dalam melihat hubungan antara ide-ide
dengan topik-topik yang diinvestigasi. Manfaat dari pembuatan map ini adalah
siswa dapat fokus pada area yang dieksplorasi, dan menilai proses perencanaan
yang dilakukan siswa. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara melihat konsep
yang terdapat pada map ataupun melihat kata-kata penghubung. Pembuatan
rincian terhadap proses. Siswa diberikan lembaran strategi proyek dengan tujuan
agar siswa dapat membuat kerangka proposal proyek beserta strategi kerjanya.
Manfaat lembaran ini adalah dapat menfokuskan siswa pada tahapan-tahapan
proses penelitian sebelum siswa melakukan penelitian. Monitoring ini dapat
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 46/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
46
dilakukan dengan cara, (1) membuat jadwal tanggal tahapan masing-masing, (2)
memberikan lembar kemajuan kerja, (3) bentuk bukti telah menyelesaikan
tahapan dapat diberikan dengan checlist . Semua Model tersebut bermanfaat bagi
guru untuk menilai keterampilan pengamatan umum dari siswa.
Sedangkan dalam pembuatan kriteria penilaian produk akhir suatu proyek,
didasarkan pada: format laporan, deskripsi temuan, pembahasan, dan simpulan.
2.2 Penelitian –penelitian yang relevan
Beberapa penelitian tentang Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan
dalam usaha meningkatkan kemampuan penalaran formal serta meningkatkan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa, di antaranya:
Penelitian yang dilaksanakan oleh Soesanti (2005) pada salah satu SMA di
kota Bandung yang membandingkan model inkuiri terbimbing dengan model
tidak terbimbing menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar dari dua
kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan. Namun, Dengan memperhatikan
umur siswa serta perbedaan perilaku dan sikap yang diperlihatkan siswa kedua
kelas eksperimen maka model pembelajaran inkuiri tidak terbimbing ( free
inquiry) untuk konsep struktur tumbuhan lebih cocok diterapkan pada siswa SMA
dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).
Mulyana (2005) yang melakukan penelitian pengembangan model inkuiri berbasis
keterampilan hidup, dengan hasil penelitiannya sebagai berikut: hasil belajar
siswa di SMP Negeri 1 Cicalengka, SMP Negeri 1 Rancaekek, dan SMP Negeri 2
Cilenyi dengan menggunakan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan
keterampilan siswa menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan itu
ditunjukkan oleh keterampilan siswa dalam memecahkan masalah , tanggung
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 47/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
47
jawab, komunikasi sosial , percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru,
kreativitas, menunjukkan inisiatifnya dalam menentukan sesuatu kegiatan,
menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, menunjukkan emosi yang stabil dan
mampu mengekplorasi kesempatan yang diberikan kepada siswa dengan cukup
baik. Penemuan Sadia, dkk (2001) tentang dampak pengajaran fisika dengan
model discovery inquiri dengan hasil penelitian menunjukkan sikap ilmiah
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan
Najimudin (2004), menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri berhasil
meningkatkan kemampuan berpikir, motivasi, rasa percaya diri dan keterampilan
bernalar siswa. Penelitian Pujiastuti (2003), Pengaruh pembelajara IPA dengan
menggunakan metode diskovery-inquiry terhadap kemampuan analisis dan sintesis
menunjukkan bahwa kelompok model diskovery-inquiry terbimbing memiliki
kemampuan analisis dan sintesis yang lebih tinggi dibandingkan dengan model
exspository.
Model pembelajaran yang diterapkan dengan model inkuiri membawa
dampak terhadap peningkatan kemampuan analisis dan sintesis, kemampuan
berpikir, pengembangan keterampilan siswa dalam hal pemecahan masalah,
peningkatan kreativitas serta peningkatan keterampilan bernalar. Dampak tersebut
merupakan modal dalam kemampuan menulis karya ilmiah dan kemampuan
penalaran formal.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoretis sebagaimana diuraikan di atas, maka untuk
menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, terlebih dahulu
diajukan hipotesis penelitian atas dasar kerangka berpikir sebagai berikut.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 48/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
48
Pada hakikatnya sains bukan hanya sekedar kumpulan fakta, prinsip, dan
kumpulan pengetahuan, tetapi sains lebih sebagai sebuah cara berpikir bagaimana
memperoleh fakta dan prinsip tersebut beserta sikap saintis dalam melakukan
kerja ilmiah.
Konteks pembelajaran sains, para siswa sebenarnya sudah memiliki
konsep-konsep yang telah mereka bawa dari luar. Artinya siswa memasuki kelas
tidak dengan kepala kosong (blank mind ), tetapi sudah memiliki konstruksi
pengetahuan tentang pelajaran sains. Misalnya dalam materi kalor, sebagian besar
siswa telah memiliki konsep tentang panas dan dingin, hanya saja konsepsinya
belum diyakini kebenaran ilmiahnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sains
perlu diciptakan kondisi belajar dimana siswa mengolah sendiri pengetahuannya
dengan memperhatikan pengetahuan awal untuk mengaktifkan skemata di dalam
memori jangka panjang yang berhubungan dengan informasi baru yang akan
dipelajari.
Kegiatan pembelajaran model inkuiri diawali dengan eksplorasi konsep,
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan sesuai dengan
pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa diberikan kesempatan untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban permasalahan yang diberikan, dan hal
lainnya yang berkaitan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Melalui
implementasi model inkuiri dapat memberikan kepada siswa kesempatan untuk
bekerja sebagai ilmuan yaitu menemukan masalah, selanjutnya merumuskan
hipotesis, mengujinya melalui eksperimen dan menginformasikan hasil
penyelidikan dan penelitiannya. Dengan demikian, model pembelajaran ini diduga
dapat meningkatkan potensi intelektual siswa.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 49/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
49
Dalam Kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri, pengalaman belajar
yang didapat adalah siswa sudah mulai mampu menganalisa dan mencari
kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, dapat berpikir sistematis,
terarah, dan tujuan yang jelas, sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki
kemampuan dalam penalaran formal yang baik. Pengalaman belajar ini juga akan
memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat berpikir dengan pola
penetapan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi kemudian berpikir atas
dasar kemungkinan-kemungkinan itu untuk dapat menemukan kenyataan.
Kemampuan siswa untuk dapat menemukan kenyataan atas dasar penetapan
kemungkinaan merupakan salah satu bentuk kesangggupan berpikir formal, yang
meliputi kesanggupan berpikir proporsional, kesanggupan berpikir kombinatorik,
reflektif, dan berpikir hipotetik.
Pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dimulai dengan siswa
mendengarkan penjelasan guru yang dilanjutkan dengan mencatat tujuan
pembelajaran. Selanjutnya siswa memperhatikan demontrasi yang dilakukan oleh
guru. Pada pendekatan ini guru lebih berperan aktif, sedangkan siswa lebih
banyak menerima yang dijelaskan/didemonstrasikan oleh guru.
Penerapan model pembelajaran langsung di kelas, mengakibatkan siswa
tidak mendapat pengalaman untuk memahami konsep secara konkret. Kemudian
jika terdapat keragu-raguan dalam memahami konsep secara formal, siswa tidak
bisa melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat konkrit, sehingga
siswa tidak punya kemampuan memformulasikan konsep. Padahal menurut Barizi
(2003), kemampuan memformulasikan konsep merupakan kemampuan berpikir
formal. Ini menunjukkan bahwa dengan proses pembelajaran yang cendrung
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 50/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
50
teacher center , teoretis, transferring berdampak pada rendahnya penalaran formal.
Secara empiris dari hasil penelitian Puji Astuti (2003) menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan expository belum memberikan dampak positip terhadap
kemampuan analisis dan sintesis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, diduga pembelajaran dengan model inkuiri
akan memberikan dampak positif dalam pencapaian penalaran formal
dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran langsung.
Tahapan kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri pada dasarnya
merupakan tahapan yang sama dengan langkah-langkah dalam menulis karya
ilmiah. Pengalaman belajar dengan model inkuiri dapat memberikan kemampuan
kepada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan menggunakan
keterampilan dan sikap ilmiah yang diawali dengan perumusan masalah,
mengajukan hipotesis, verifikasi data dan menarik kesimpulan. Dengan demikian
terjadi pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian,
peningkatan kemampuan memperaktekkan model dan tehnik penelitian, dan
latihan keterampilan khusus serta latihan menemukan sesuatu. Dengan
pengalaman belajar ini akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
karya ilmiah.
Dalam model pembelajaran langsung merupakan kegiatan pembelajaran
yang lebih menonjolkan keaktifan guru dalam menjelaskan materi ajar untuk
membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif. Hal ini akan mengakibatkan
tidak berkembangnya gagasan-gagasan yang dimiliki oleh siswa, sehingga banyak
ide-ide cemerlang dari siswa yang tidak tersalurkan. Kegiatan pembelajaran yang
dirancang guru, belum menekankan pada keterampilan siswa untuk
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 51/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
51
berargumentasi mengggunakan penalaran sehingga siswa belum mampu
mengungkapkan gagasan/ide-ide nya, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Dengan tidak terlatihnya siswa untuk mengungkapkan gagasan maupun idenya,
mengakibatkan tidak berkembangnya gagasan-gagasan yang dimiliki siswa. Hal
ini tentu akan berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karya
ilmiah. Oleh karena itu, dengan pengajaran langsung kemampuan dan
keterampilan menulis karya ilmiah kurang terakomodasi.
Berdasarkan uraian di atas, diduga kemampuan menulis karya ilmiah
siswa yang mengikuti model inkuiri lebih baik dari pada siswa yang mengikuti
model pembelajaran langsung.
2.4 Perumusan hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang didasari deskripsi
teori serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa
yang diajar dengan model inkuiri lebih baik dari pada siswa yang diajar
dengan model pembelajaran langsung.
2. Kemampuan penalaran formal siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung.
3. Kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 52/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi), dengan rancangan
eksperimen tes awal tes akhir kelompok kontrol tanpa acak . Rancangan ini
dilakukan pada subyek kelompok tidak dilakukan acak (Sudjana dan Ibrahim,
2001: 44). Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan di kelas tertentu
dengan kelas yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas
yang telah ada. Dengan demikian randomisasi tidak bisa dilakukan. Dalam
menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak
terhadap kelas yang ada. Rancangan eksperimen ditunjukkan seperti Gambar 3.1
Kelompok Pretes Ubahan Bebas Postes
Eksperimen
Kontrol
T1
T1
X
_
T2
T2
Rancangan Tes awal Tes akhir Kelompok kontrol tanpa acak
Dimana T1 = Tes awal, T2 = Tes akhir, dan X = Perlakuan.
Pretes digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok yang dijadikan sampel
penelitian sebelum perlakuan setara atau tidak. Untuk menguji hal ini digunakan
uji-t.
Sementara itu, penggunaan model pembelajaran dibedakan atas
penggunaan model pembelajaran inkuiri untuk kelompok eksperimen dan model
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 53/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
53
pembelajaran langsung untuk kelompok kontrol. Kegiatan guru dan siswa untuk
kedua model pembelajaran yang digunakan diiktisarkan dalam Tabel 3.1 dan
Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.1 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan Model
Inkuiri
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Meng-
hadap-
kan
masalah
1.Menjelaskan Prosedur dan kerangka
penelitian dalam rangka siswa
melakukan penelitian dan menulis
karya ilmiah
2.Menyajikan situasi yang salingbertentangan.
3.Mengemukakan pertanyaan / masalah
yang dapat memotivasi siswa untuk
mengemukakan pendapatnya
1.Menuliskan prosedur yang
diberikan guru
2.Menjawab pertanyaan
guru sesuai dengan
pengetahuan awal yangmereka miliki
2 Mencari
dan
meng-
kaji data
1.Meminta siswa berusaha untuk
mengumpulkan data informasi
sebanyak-sebanyaknya tentang masalah
yang mereka hadapi
2.Menyiapkan informasi yang dibutuhkan
siswa
3. Memeriksa tampilnya masalah
4.Menjawab pertanyaan siswa
5. Menetapkan hipotesis dari jawaban
siswa untuk dikaji lebih lanjut
1.Bertanya kepada guru
untuk menggali informasi
2.Melakukan diskusi untuk
merumuskan hipotesis
3.Menyampaikan hipotesis
3 Mencari
data dan
Eksperi-
mentasi
1.Membantu siswa mengisolasi variabel
yang sesuai
2.Mengarahkan siswa untuk merumuskan
hipotesis sebab akibat
3.Meminta siswa untuk menyiapkan
alat/bahan untuk eksperimen sesuai
1.Siswa mengisolasi
variabel yang sesuai
2.Merumuskan hipotesis
sebab akibat
3.Menyiapkan alat dan
bahan secara
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 54/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
54
dengan alat /bahan yang tertera pada
panduan praktikum
4.Meminta siswa untuk merancang dan
melakukan eksperimen
5.Membimbing proses eksperimen dengan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
siswa dan mengarahkan siswa untuk
menguji hipotesis melalui pertanyaan-
pertanyaan penuntun.
berkelompok
4.Secara berkelompok
melakukan eksperimen
5.Bertanya seputar masalah
dan proses eksperimen
yang dilakukan.
6.Menganalisis data untuk
membuat kesimpulan
4. Meng-
organi-
sir,Meru-
muskan
dan
Menje-
laskan
1.Melalui diskusi kelas guru meminta
siswa untuk mengemukakan
kesimpulan yang didapat setelahmelakukan eksperimen
2.Meminta siswa membandingkan hasil
yang mereka peroleh dan memberikan
tanggapan terhadap kesimpulan siswa
yang lain.
3.Mengarahkan diskusi dengan cara
mengklarifikasikan kesimpulan yang
salah, merumuskan kesimpulan ,
menjelaskan, serta memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk
membimbing siswa pada pemecahan
masalah yang terarah
1.Memberikan tanggapan
terhadap kesimpulan
siswa yang lain.2.Menjawab pertanyaan
guru sesuai dengan hasil
eksperimen
3. Menanyakan hal-hal yang
dianggap belum jelas
5. Meng-
analisis
Proses
Peneliti-
an
1.Meminta siswa untuk menganalisis
pola-pola penemuan mereka melalui
proses penulisan karya ilmiah
2. Evaluasi
1.Secara Individu siswa
menulis karya ilmiah
2.Evaluasi
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 55/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
55
Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan
Model pembelajaran langsung
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penyampaian
Tujuan
Pembelajaran
Mempersiapkan siswa untuk
belajar dan memotivasi siswa.
Hal ini dilakukan denganmemberi penjelasan bahwa
kita sering sekali berhubungandengan panas dan dingin
dalam kehidupan sehari-hari.Dilanjutkan dengan
penyampaian tujuanpembelajaran
Mendengarkan penjelasan guru
tentang panas dan dingin suatu
benda yang sebenarnyamenyatakan suhu suatu benda.
Dilanjutkan dengan mencatattujuan pembelajaran
2. Demontrasi
Pengetahuanatau
keterampilan
Mendemonstrasikan cara
melakukan percobaan sepertitertera pada LKS
Memperhatikan Demonstrasi
yang dilakukan guru danmempelajari LKS
3. Membimbing
latihan danpemberian
umpan balik
Membimbing pelatihan kepada
masing-masing kelompok danmemodelkan kembali
mengenai cara untuk melakukan percobaan apabila
ada kelompok yang belumpaham
Masing-masing kelompok
mencoba melakukanpercobaan dan menanyakan
kepada guru apabila adalangkah-langkah yang belum
dipahami
4. Memberikan
kesempatan
kepada siswa
untuk
melakukan
percobaandilanjutkan
dengantugas/pengerja-
jaan proyek
Menyuruh masing-masing
kelompok untuk melakukan
percobaan. Selanjutnya
menjelaskan tentang
pengertian suhu, alasan
rasional mengapa tangan danperasaan tidak dapat digunakan
sebagai alat pengukur yangtepat, hubungan antara
pengertian suhu denganperistiwa alam yang relevan.
Kemudian membimbing siswauntuk membuat karya ilmiah
Masing-masing kelompok
melakukan percobaan
Kemudian mendengarkan
penjelasan guru yang
dilanjutkan dengan membuat
karya ilmiah secara individu.
Sebelum menerapkan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran
langsung, guru yang mengajar di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
diberikan pelatihan tentang pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dan
pembelajaran langsung.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 56/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
56
Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada
di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan.
3.2 Var iabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap variabel-
variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka berikut diuraikan variabel
penelitian dan definisi operasional variabel-variabel yang dimaksud.
3.2.1 Var iabel Penelitian
Pada penelitian eksperimen ini melibatkan beberapa variabel yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Var iabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah penalaran formal siswa (Y1)
dan Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains (Y2)
2) Var iabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran sains dengan
model inkuiri yang dikenakan pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok
kontrol menggunakan model pembelajaran langsung
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Model Inkuiri
Tahapan-tahapan yang dilalui oleh setiap pebelajar dalam pembelajaran
dengan inkuiri adalah sebagai berikut. Pada fase pertama, menghadapkan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 57/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
57
masalah. Selanjutnya guru menjelaskan prosedur penelitian dan menyajikan
situasi yang saling bertentangan. Fase kedua, mencari dan mengkaji data. Dalam
mencari dan mengkaji data, guru dapat memeriksa hakikat objek dan kondisi yang
dihadapi siswa serta memeriksa tampilnya masalah. Fase ketiga, mencari data dan
eksperimentasi. Fase keempat, mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan,
dan fase kelima menganalisa proses penelitian.
2. Model Pembelajar an Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang
berpusat kepada guru. Tahap yang dilakukan dalam pembelajaran langsung
adalah: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, (2)
mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing pelatihan,
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (4) memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapannya.
3. Penalaran Formal
Penalaran formal siswa adalah kemampuan berpikir yang dimiliki siswa
dalam melakukan operasi-operasi formal, yang dinyatakan dengan skor hasil
pengukuran penalaran formal. Untuk mengetahui penalaran formal siswa
digunakan operasi-operasi formal yang meliputi: berpikir kombinatorial, berpikir
proporsi, berpikir koordinasi, berpikir keseimbangan mekanik, berpikir
probabilitas, berpikir korelasi, berpikir kompensasi dan berpikir konservasi.
4. Kemampuan siswa membuat karya tu lis ilmiah
Kemampuan siswa membuat karya tulis ilmiah adalah Kemampuan
menulis siswa terhadap suatu masalah secara sistematis dengan aturan tertentu
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 58/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
58
berdasarkan atas proses serta hasil berpikir ilmiah melalui penelitian.
Kemampuan siswa dalam membuat karya tulis ilmiah dinyatakan dengan skor
hasil pengukuran siswa terhadap pelajaran sains. Untuk mengetahui kemampuan
siswa membuat karya ilmiah digunakan penilaian yang didasarkan atas (1) proses,
yang meliputi: pemilihan topik, pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan
diinvestigasi, pembuatan rincian terhadap proses, monitoring kerja proyek, (2) produk
akhir yang meliputi: format laporan, deskripsi temuan, pembahasan, dan
simpulan.
3.3 Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN I Selong Kabupaten Lombok Timur.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII yang ada di SMPN 1 Selong
Kabupaten Lombok Timur, tahun ajaran 2006/2007.
Pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling. Langkah-
langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut: pertama, dari 8 kelas VIII yang
ada di SMPN 1 Selong, dipilih dua kelas secara random sebagai kelompok
eksperimen dan kontrol. Kedua, dari dua kelas tersebut dirandom lagi untuk
mendapatkan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen
(kelas yang diajar dengan menggunakan model inkuiri) dan mana kelompok yang
akan dijadikan sebagai kelompok kontrol (kelas yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran langsung). Dari hasil undian yang menjadi
kelompok eksperimen adalah Kelas VIII2
dan yang menjadi kontrol adalah kelas
VIII4.
Untuk mengetahui kesetaraan kedua kelompok yang terpilih digunakan
instrumen tes kesetaraan kelompok. Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 59/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
59
perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan kelompok digunakan uji-t (Sudjana,
2002) dengan rumus:
t =
nn
x xS
21
1121
+
−
−−
S2
=2
2).1(
1).1(
21
2
2
2
1
−+
−+−
nnsnsn
Keterangan:
X 1 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok eksperimen
X 2= rata-rata skor hasil tes pada kelompok kontrol
S = simpangan baku gabungan skor hasil tes kedua kelompok
S1= simpangan baku skor hasil tes kelompok eksperimen
S2 = simpangan baku skor hasil tes kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat bebas n1 +n2 -2 dan taraf
signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara
signifikan). Dari hasil perhitungan didapat t-hitung sebesar 0,533, dan t-tabel
dengan dk = 80 pada taraf signifikansi 5% untuk uji-t dua ekor sebesar 2,00. Ini
berarti t- hitung < t-tabel, jadi kedua kelompok memiliki pengetahuan awal yang
setara (tidak berbeda secara signifikan). Hasil uji-t selengkapnya dalam Lampiran
10 halaman 146.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 60/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
60
Sebagai objek penelitian adalah model pengajaran inkuiri, kemampuan
penalaran formal, model pembelajaran langsung dan kemampuan siswa dalam
menulis karya ilmiah.
3.4 Validitas Rancangan Penelitian
Pengontrolan validitas internal dilakukan untuk meyakinkan bahwa
rancangan penelitian layak untuk pengujian hipotesis. Pengontrolan validitas
internal ini dilaksanakan agar penalaran formal dan kemampuan menulis karya
ilmiah siswa pada pelajaran sains dapat dinyatakan sebagai hasil perlakuan
eksperiman dan hasil eksperimen dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama
di luar perlakuan. Pengontrolan validitas internal meliputi: (1) karakteristik
subyek, (2) mortalitas (3) lokasi, (4) instrumen, (5) pengukuran, (6) sejarah, (7)
kematangan, (8) sikap, (9) regresi, dan implementasi (Fraenkel and Wallen, 1993:
222-230).
1. Karakteristik Subjek
Kelompok yang dijadikan subjek penelitian merupakan kelompok yang
setara dalam hal penyebaran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah secara merata.
2. Mortalitas
Mortalitas atau kehilangan anggota sampel yang menjadi peserta
eksperimen akibat alasan tertentu. Mortalitas dikontrol dengan absen yang ketat
selama perlakuan berlangsung.
3. Lokasi
Lokasi tempat eksperimen dan fasilitas penunjang lainnya dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Lokasi ini terkontrol karena jumlah siswa untuk
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 61/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
61
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, demikian juga fasilitas
pembelajaran yang ada di kelas relatif sama.
4. Instrumentasi
Pengaruh instrumentasi dikontrol dengan menggunakan alat pengumpul
data yang valid dan reliabel
5. Pengukuran
Perbedaan prilaku yang ditunjukkan oleh tes awal dan tes akhir dapat
diakibatkan oleh kejadian di luar perlakuan. Tes awal dapat membuat siswa sadar
tentang apa yang akan dipelajari, membuat siswa lebih sensitif dan responsif
terhadap materi yang dipelajari. Pengaruh perbedaan prilaku ini dikontrol dengan
hanya membandingkan tes akhir dari masing-masing kelompok. Tes awal
dilaksanakan untuk melihat kesetaraan kedua kelompok sebelum perlakuan dan
menggunakan tes yang berbeda dengan tes akhir.
6. Sejarah
Sejarah adalah kejadian-kejadian khusus yang bukan disebabkan oleh
perlakuan eksperimen tetapi dapat mempengaruhi respon subjek, dalam hal ini
penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains. Faktor sejarah dikontrol dengan pemilihan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol secara acak.
7. Kematangan
Kematangan terjadi karena perubahan subjek penelitian sesuai dengan
perjalanan waktu. Faktor kematangan dikontrol dengan pemberian perlakuan
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama tetapi masih memenuhi persyaratan
penelitian. Dengan demikian, subjek penelitian tidak sampai mengalami
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 62/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
62
perubahan fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains.
8. Regresi
Regresi statistik muncul karena adanya skor-skor yang ekstrem dalam
penelitian . Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan menguji kesetaraan secara
statistik terhadap kedua kelompok sebelum perlakuan dimulai melalui tes
kesetaraan kelompok.
9. Implementasi
Pengaruh implementasi adalah kejadian tidak terduga yang dapat
menguntungkan salah satu kelompok. Pengaruh implementasi dikontrol dengan
menggunakan pengajar yang setara untuk kedua kelompok baik dari segi
pendidikan maupun pengalamannya. Untuk meminimalisasi bias yang terjadi
akibat perlakuan guru dikontrol dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran yang telah disusun.
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan
yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data dengan instrumen. Model
pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) penalaran
formal, dan (2) kemampuan menulis karya ilmiah yang dikumpulkan dengan
model tes.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 63/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
63
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sebelum diujicobakan
kepada responden, indikator dan butir-butir tes dikonsultasikan kepada para pakar
untuk dilakukan penilaian. Dalam hal ini, kuesioner penalaran formal dinilai
masing-masing oleh dua pakar ( expert judges) dalam bidang sains dan pakar
bidang psikometri. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (
content validity) . Validitas ini berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian
dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu
mengungkapkan isi variabel yang akan diukur. Untuk rubrik penilaian yang
dipakai dalam penulisan karya ilmiah merupakan hasil seminar yang melibatkan
pakar sains.
Berikutnya, dilakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas item dan
menghitung reliabilitas alat ukur. Uji coba dilakukan dengan melibatkan siswa
kelas VIII sebanyak 160 siswa di SMP Negeri 1 Selong.
1) Konsepsi Penalaran Formal
Penalaran formal merupakan kemampuan berpikir menurut suatu alur
kerangka berpikir tertentu (Suriasumantri, 2000: 40). Penalaran formal dimiliki
oleh siswa yang telah mampu berpikir formal, berpikir abstrak terhadap objek
yang diminati, sistematis, dan mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Penalaran formal siswa diukur dengan tes penalaran formal yang disusun
dan dikembangkan peneliti dan disusun berdasarkan beberapa aspek penalaran
formal sebagai indikator yaitu: Kombinatorial, proporsi ( Analogi), koordinasi,
keseimbangan, mekanik, probabilitas, korelasi, kompensasi, dan konservasi yang
dijabarkan ke dalam kisi-kisi.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 64/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
64
2) Konsepsi Kemampuan Kar ya Tulis Ilmiah
Kemampuan siswa membuat karya tulis ilmiah adalah Kemampuan
menulis siswa terhadap suatu masalah secara sistematis dengan aturan tertentu
berdasarkan atas proses serta hasil berpikir ilmiah melalui penelitian.
Kemampuan siswa dalam membuat karya tulis ilmiah dinyatakan dengan skor
hasil pengukuran siswa terhadap kerja proyek. Skor memiliki rentangan 1-4.
Pemberian skor didasarkan atas kriteria dari masing-masing aspek pada rubrik
penilaian. Misalnya pada aspek pemilihan topik; skor 4 apabila kriteria pada topik
orisinal, kontekstual, dan sesuai dengan materi yang ada.
3.5.3 Kalibrasi Instrumen
1) Validitas isi Penalaran Formal
Untuk menentukan validitas isi (content validity) dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Para pakar melakukan penilaian terhadap instrumen per butir dengan
menggunakan skor 1 adalah tidak relevan, skor 2 adalah agak relevan, skor 3
adalah cukup relevan, dan skor 4 adalah sangat relevan.
2. Pengelompokan skor yaitu: skor 1 dan 2 adalah kurang relevan sedangkan skor
3 dan 4 adalah sangat relevan
3. Mentabulasikan hasil penilaian pakar ke dalam bentuk matrik tabulasi silang
(2x2)
4. Memasukkan data hasil tabulasi silang ke dalam rumus yaitu
Validitas isi = DC B A
D
+++Gable dalam Gregory (2000: 98-99)
Keterangan :
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 65/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
65
A = sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara kedua
penilai/pakar
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara
penilai/pakar
D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara
kedua penilai/pakar.
Dengan perlakuan seperti di atas, hasil penilaian dari kedua pakar terhadap
tes penalaran formal siswa diperoleh validitas isi = 0,892
2) Validitas Butir Penalar an Formal
Untuk mengetahui validitas butir tes penalaran formal digunakan korelasi
point biserial ( pbisr ) dengan rumus sebagai berikut.
q
p
SDt
t X p X r pbis
)( −=
Keterangan :
p X = rata-rata testi yang menjawab benar
t X = rata-rata skor total untuk semua testi
SDt = simpangan baku total semua testi
p = proporsi testi yang dapat menjawab benar
butir soal yang bersangkutan
q = 1- p
Kriteria butir soal dalam kategori valid jika pbisr -hitung > pbisr - tabel pada
taraf signifikansi 5%.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 66/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
66
Tes penalaran formal diujicobakan terhadap 160 siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Selong. Setelah dianalisis dengan program Microsoft Excel, ringkasan
hasil analisis validitas tes penalaran formal siswa disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Analisis Validitas Butir Instrumen Tes
Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains
No Validitas butir(N= 160)
α = 5%; rn,α =0.159
KEPUTUSAN No Validitas butir(N= 160)
α = 5%; rn,α =0.159
KEPUTUSAN
Hasil Kriteria Hasil Kriteria
1 0.3356 Valid Dipakai 16 0.3424 Valid Dipakai
2 0.4969 Valid Dipakai 17 0.4278 Valid Dipakai
3 0.4229 Valid Dipakai 18 0.4146 Valid Dipakai
4 0.336 Valid Dipakai 19 0.49803 Valid Dipakai
5 0.1129 TidakValid Tidak Dipakai 20 0.2531 Valid Dipakai
6 0.3614 Valid Dipakai 21 0.319 Valid Dipakai
7 0.3531 Valid Dipakai 22 0.2936 Valid Dipakai
8 0.4339 Valid Dipakai 23 0.3492 Valid Dipakai
9 0.426 Valid Dipakai 24 0.3149 Valid Dipakai
10 0.133 TidakValid Tidak Dipakai 25 0.15187 TidakValid TidakDipakai
11 0.2253 Valid Dipakai 26 0.3166 Valid Dipakai
12 0.3187 Valid Dipakai 27 0.2551 Valid Dipakai
13 0.29464 Valid Dipakai 28 0.1285 TidakValid TidakDipakai
14 0.29464 Valid Dipakai 29 0.2608 Valid Dipakai
15 0.3443 Valid Dipakai 30 0.4952 Valid Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.3 hanya 26 butir nilai r-hitung yang lebih besar nilai
r-tabel. Ini berarti hanya 26 butir tes penalaran formal adalah valid dan dapat
digunakan lebih lanjut dalam penelitian (perhitungan lengkapnya disajikan dalam
lampiran 13 halaman 158).
3) Reliabilitas Penalaran Formal
Reliabilitas penalaran formal dihitung dengan rumus Kuder- Richardson 20
(K-20), dengan rumus sebagai berikut.
KR – 20 =( )
−
−
∑2
2
1t
t
SD
pqSD
k
k
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 67/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
67
Keterangan: k = banyaknya butir soal
P = proporsi peserta tes yang menjawab benar
q = 1-p
Semua butir tes penalaran formal siswa yang valid (26 butir) selanjutnya
dihitung Reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 (KR-
20) melalui program Microsoft Excel. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
tingkat Reliabilitas tes penalaran formal adalah 0,803. Ini berarti koefisien
reliabilitas tes penalaran formal berkategori baik dan dapat digunakan lebih lanjut
dalam penelitian. Perhitungan Reliabilitas selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 15 halaman 171.
3.5.4 Validitas isi Penilaian Pr oyek dalam Penulisan Karya Ilmiah
Untuk rubrik penilaian yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah
merupakan hasil seminar yang melibatkan pakar sains. Alat evaluasi yang dipakai
selengkapnya terdapat dalam lampiran 16 halaman 181.
3.6 Metode Analisis Data
Data hasil pengukuran dianalisis secara bertahap sesuai dengan variabel
masing-masing untuk menjawab permasalahan penelitian.
3.6.1 Deskripsi Data
Untuk mendeskripsikan kualitas penalaran formal siswa, maka digunakan
analisis univariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata ideal (Mi ) dan
simpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan lima jenjang kualifikasi, maka
kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.1 di bawah ini.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 68/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
68
Tabel 3.4 Pedoman Konversi Kecendrungan Data Penalaran formal siswa
pada Pelajaran Sains
No Kriteria Kua lifikasi
1 > (Mi + 1,5 SDi) Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi) Tinggi
3 (Mi – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi) Sedang
4 (Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi) Rendah
5 < (Mi – 1,5 SDi) Sangat Rendah
Keterangan :
Mi = rata-rata ideal
= 21 ( skor maksimum ideal + skor minimum ideal )
SDi = simpangan baku ideal
= 61 ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal )
Untuk mendeskripsikan kualitas kemampuan menulis karya ilmiah
siswa, maka digunakan analisis univariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar
skor rerata ideal (Mi ) dan simpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan
lima jenjang kualifikasi, maka kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.2 di
bawah ini:
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 69/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
69
Tabel 3.5 Pedoman Konversi Kecendrungan Data kemampuan menulis
karya ilmiah siswa pada Pelajaran Sains
No Kriteria Kua lifikasi
1 > (Mi + 1,5 SDi) Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi) Tinggi
3 (M – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi) Sedang
4 (Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi) Rendah
5 < (Mi – 1,5 SDi) Sangat Rendah
Keterangan :
Mi = rata-rata ideal
= 21 ( skor maksimum ideal + sor minimum ideal )
SDi = simpangan baku ideal
= 61 ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal ).
3.6.2 Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa kemampuan penalaran formal
siswa (Y1) dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa (Y2) tidak berkorelasi
secara signifikan. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi untuk mengetahui
apakah data yang tersedia dapat dianalisis dengan statisitik parametrik atau tidak.
Berkaitan dengan statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini
maka uji asumsi yang dilakukan meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas.
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 70/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
70
1) Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dapat dilakukan.
Uji normalitas data dilakukan pada empat kelompok data.
Kelompok pertama adalah penalaran formal siswa yang mengikuti model
inkuiri. Kelompok kedua, penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang
mengikuti model pembelajaran langsung. Kelompok ketiga, data kemampuan
menulis karya ilmiah yang mengikuti model inkuiri . Kelompok keempat, data
kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti pengajaran langsung.
Uji normalitas pada keempat kelompok data menggunakan uji Liliefors.
Harga L dihitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga L tabel dengan
mengambil taraf signifikansi 5%. Jika L hitung lebih kecil dari L tabel maka
sebaran frekuensi skor variabel tersebut adalah normal.
2) Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih
kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji kesamaan varian-kovarian
menggunakan SPSS-10 for windows melalui uji Box’s M untuk uji homogenitas
secara bersama-sama dan dengan uji Levene’s untuk uji homogenitas secara
terpisah (Hair, at.all, 1998: 375). Keriteria pengujian: data memiliki matriks
varians-kovarian yang sama (homogen) jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji
Box’s M dan uji Levene’s lebih dari 0,05 dan data tidak berasal dari populasi yang
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 71/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
71
homogen jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’ M dan uji Levene’s
kurang dari 0,05.
3.6.3 Uji Hipotesis
Hipotesis 1, yang menyatakan terdapat perbedaan penalaran formal dan
kemampuan menulis karya imiah siswa pada pelajaran sains antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran langsung, secara statistik dirumuskan:
Ho :
≤
2
2
1
1
KMK
PF
KMK
PF
µ
µ
µ
µ
1 H :
>
2
2
1
1
KMKI
PF
KMK
PF
µ
µ
µ
µ
Keterangan :
1PF µ = rata-rata penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri
2PF µ = rata-rata penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang
diajar dengan model pembelajaran langsung
1KMK µ = rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
2KMK µ = rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 72/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
72
Untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji F melalui Manova (Multivariate
Analysis of Variance) dengan bantuan SPSS –10 for Windows. Analisis Manova
dipakai, karena hipotesis diatas merupakan uji beda varian dimana varian yang
dibandingkan berasal lebih dari satu variabel terikat. Kriteria pengujian jika harga
F-Wilks’ Lamda menghasilkan angka signifikansi kurang dari 0,05 maka hipotesis
nol ditolak dan dalam hal lain hipotesis diterima (Santosa, 2002: 219).
Hipotesis 2, yang menyatakan penalaran formal pada pelajaran sains siswa
yang diajar dengan model inkuiri lebih baik dari pada siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran langsung, secara statistik dirumuskan:
Ho :21 PF PF µ µ ≤
11 :PF
H µ >2PF
µ
Keterangan :
1PF µ = rata – rata penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri
2PF µ = rata – rata penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang
diajar dengan model pembelajaran langsung
Untuk menguji hipotesis 2, digunakan uji F melalui Manova (Multivariate
Analysis of Variance) dengan bantuan SPSS –10 for Windows. Kriteria pengujian
jika harga F-Wilks’ Lamda menghasilkan angka signifikansi kurang dari 0,05
maka hipotesis nol ditolak dan dalam hal lain hipotesis nol diterima (Santosa,
2002: 219). Sebagai tindak lanjut dari Manova, adalah uji signifikansi perbedaan
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 73/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
73
nilai rata-rata penalaran formal siswa antara siswa yang diajar dengan Model
Inkuiri dan siswa yang diajar dengan Model pembelajaran langsung. Uji
perbedaan nilai rata-rata antar kelompok mengunakan least significant difference
(LSD) ( Hair, et al 1995: 282; Montgomery, 1984: 64-65). Oleh karena jumlah
pengamat masing-masing sel adalah sama, maka digunakan formula Montgomery
(1984:65) LSD =n
MSa N t
ε α
2,2 / − dengan α = taraf signifikansi, N = jumah
sampel total, n = jumlah sampel dalam kelompok, a = jumlah kelompok, dan MSε
= Mean Square Error. Kriteria yang digunakan adalah tolak Ho, artinya nilai rata-
rata penalaran formal siswa yang diajar dengan Model inkuiri lebih tinggi dari
siswa yang diajar dengan Model pembelajaran langsung jika ji µ µ − > LSD
dan i µ > j µ .
Hipotesis 3, yang menyatakan kemampuan menulis karya ilmiah siswa
yang diajar dengan Model inkuiri lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan
Model pembelajaran langsung, secara statistik dirumuskan:
Ho : 21 KMK KMKI µ µ ≤
11 :KMKI
H µ > 2KMKI µ
Keterangan :
KMKI µ = rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
siswa yang diajar dengan model inkuiri
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 74/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
74
2KMKI µ = rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
siswa siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung
Untuk menguji hipotesis 3 digunakan digunakan uji F melalui Manova
(Multivariate Analysis of Variance) dengan bantuan SPSS –10 for Windows.
Kriteria pengujian jika harga F-Wilks’ Lamda menghasilkan angka signifikansi
kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan dalam hal lain hipotesis nol
diterima (Santosa, 2002: 219). Sebagai tindak lanjut dari Manova, adalah uji
signifikansi perbedaan nilai rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa
antara siswa yang diajar dengan Model inkuiri dan siswa yang diajar dengan
Model pembelajaran langsung. Uji perbedaan nilai rata-rata antar kelompok
menggunakan least significant difference (LSD) (Hair, et al 1995: 282;
Montgomery, 1984: 64-65). Oleh karena jumlah pengamat masing-masing sel
adalah sama, maka digunakan formula Montgomery (1984: 65) LSD =
n
MSa N t
ε α
2,2 / − dengan α = taraf signifikansi, N= jumah sampel total, n =
jumlah sampel dalam kelompok, a = jumlah kelompok, dan MSε = Mean Square
Error. Kriteria yang digunakan adalah tolak Ho, artinya nilai rata-rata
kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan Model inkuiri lebih
tinggi dari siswa yang diajar dengan Model pembelajaran langsung jika ji µ µ − >
LSD dan i µ > j µ .
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 75/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
75
8/3/2019 Penerapan metode pembelajaran
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-metode-pembelajaran 76/76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com