pengajaran pancasila untuk mahasiswa dengan metode ... · pdf file... baik dalam konteks...

13
Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Berbasis Imajinasi Rekonstruktif *) HENDAR PUTRANTO Universitas Multimedia Nusantara Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang Banten Telepon (021) 54220808, ext. 3622 Surel: [email protected] Diterima: 30 Juli 2013 Disetujui: 20 Agustus 2013 ABSTRACT The method of teaching Pancasila for university students should be made more interesting, relevant, creative and non- indoctrinative today, more than ever. During New Order era, the teaching of Pancasila largely emphasized on the method of memorizing and reciting and also heavily imbued with thick formality. The goal of this (new) approach is not to make university students feel alienated and detached from Pancasila who some people would still call a relic of the past,but rather, a participatory approach. A reading and close reflection of Nuova Scienza from Giambattista Vico yields to ‘reconstructive imagination’ as a necessary tool and capacity for understanding historical knowledge, such as Pancasila, in a participatory way. By promoting this ‘reconstructive imagination’-based participatory approach, the internalization of Pancasila values and its re-actualization in daily lives of Indonesian citizens is facilitated. Having accumulated five years experience of teaching Pancasila and Citizenship at Multimedia Nusantara University, Tangerang, the writer has tried to introduce this reconstructive imaginationapproach in explaining some teaching materials such as The Historical Birth of Pancasila, Pancasila as Philosophy and Ideology. The students’ participative activities in doing various assignments also strengthen the case argued. Kata kunci: pendekatan partisipatoris, pengetahuan yang menyejarah, imajinasi rekonstruktif, naskah pidato Pancasila versi Bung Karno dan Muh. Yamin, Ideologi Pancasila. Pendahuluan Pada hari Rabu, 1 Juni 2011, dalam rangka memeringati hari Kesaktian Pancasila, mantan Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, menyampaikan pidato yang menggugah audiens yang hadir. Bagian awal pidato tersebut berbunyi sebagai berikut 1 , Di manakah Pancasila kini berada? Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dibahas, dan apalagi diterapkan, baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi, justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik. Sejak Reformasi bergulir pada 1998, pengajaran, pembahasan dan sosialiasi Pancasila memang seolah-olah “tenggelam” di tengah hiruk-pikuk agenda demokratisasi rezim pemerintahan 1 Versi lengkap pidato Pancasila BJ Habibie tersebut bisa diakses di http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/11/06/01/lm3gk2-ini-pidato-pancasila-bj-habibie-reaktualisasi- pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara dan http://news.detik.com/read/2011/06/01/113343/1651577/10/pidato-lengkap-bj-habibie-yang-memukau?n991102605 . Untuk versi rekaman videonya, bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=WTkg5AFdsFU

Upload: vanbao

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Berbasis

Imajinasi Rekonstruktif *)

HENDAR PUTRANTO

Universitas Multimedia Nusantara

Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang – Banten

Telepon (021) 54220808, ext. 3622

Surel: [email protected]

Diterima: 30 Juli 2013

Disetujui: 20 Agustus 2013

ABSTRACT The method of teaching Pancasila for university students should be made more interesting, relevant, creative and non-

indoctrinative today, more than ever. During New Order era, the teaching of Pancasila largely emphasized on the

method of memorizing and reciting and also heavily imbued with thick formality. The goal of this (new) approach is not

to make university students feel alienated and detached from Pancasila who some people would still call ‘a relic of the

past,’ but rather, a participatory approach. A reading and close reflection of Nuova Scienza from Giambattista Vico

yields to ‘reconstructive imagination’ as a necessary tool and capacity for understanding historical knowledge, such as

Pancasila, in a participatory way. By promoting this ‘reconstructive imagination’-based participatory approach, the

internalization of Pancasila values and its re-actualization in daily lives of Indonesian citizens is facilitated. Having

accumulated five years experience of teaching Pancasila and Citizenship at Multimedia Nusantara University,

Tangerang, the writer has tried to introduce this ‘reconstructive imagination’ approach in explaining some teaching

materials such as The Historical Birth of Pancasila, Pancasila as Philosophy and Ideology. The students’ participative

activities in doing various assignments also strengthen the case argued.

Kata kunci: pendekatan partisipatoris, pengetahuan yang menyejarah, imajinasi rekonstruktif, naskah

pidato Pancasila versi Bung Karno dan Muh. Yamin, Ideologi Pancasila.

Pendahuluan

Pada hari Rabu, 1 Juni 2011, dalam rangka memeringati hari Kesaktian Pancasila, mantan Presiden

RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, menyampaikan pidato yang menggugah audiens yang hadir.

Bagian awal pidato tersebut berbunyi sebagai berikut1,

Di manakah Pancasila kini berada? Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak

reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang

tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang

dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip,

dibahas, dan apalagi diterapkan, baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan,

kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong

sunyi, justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk

dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik.

Sejak Reformasi bergulir pada 1998, pengajaran, pembahasan dan sosialiasi Pancasila

memang seolah-olah “tenggelam” di tengah hiruk-pikuk agenda demokratisasi rezim pemerintahan

1 Versi lengkap pidato Pancasila BJ Habibie tersebut bisa diakses di

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/11/06/01/lm3gk2-ini-pidato-pancasila-bj-habibie-reaktualisasi-

pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara dan

http://news.detik.com/read/2011/06/01/113343/1651577/10/pidato-lengkap-bj-habibie-yang-memukau?n991102605 .

Untuk versi rekaman videonya, bisa disaksikan di

http://www.youtube.com/watch?v=WTkg5AFdsFU

Page 2: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

Republik Indonesia dan dinamika kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Setahun setelah pidato

tersebut berlalu keluarlah Undang-Undang No. 12, tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi. Salah

satu pasalnya (Pasal 35 ayat 3) membela dan mempertahankan keberadaan Pembelajaran Pancasila

dan Kewarganegaraan di tingkat Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Namun disayangkan bahwa

gaung keberadaan payung hukum tentang sosialisasi formal Pancasila dan Kewarganegaraan ini

sayup-sayup tidak sampai. Kembali energi bangsa tersedot oleh aneka macam isu politis dan

keamanan seperti terkuaknya pelbagai kasus korupsi tingkat tinggi yang melibatkan sejumlah

petinggi partai (Demokrat dan PKS) serta ketua Mahkamah Konstitusi, misteri sosok Bunda Putri

yang dikabarkan dekat dengan jajaran kabinet SBY, sengketa Pilkada selama 2012 – 2013, kontestasi

penetapan partai politik sebagai peserta Pemilu 2014 oleh KPU, juga kisruh seputar DPT dan e-KTP.

Di hadapan semua gejala dan peristiwa yang terjadi di bumi pertiwi ini, sekali lagi kita bertanya

sebuah pertanyaan yang mendasar, “Quo vadis, Pancasila”?

Sudah jamak dipahami bahwa normativitas pengajaran Pancasila dan Kewarganegaraan di

tingkat PT merupakan sebuah keniscayaan “untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara

yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,”2 dalam rangka pembangunan mentalitas

kebangsaan serta pewarisan kemampuan hidup sebagai warganegara yang baik (nation-building

capacity). Terkait dengan itu, sejauh menyangkut materi ajar dan metode pengajaran Pancasila dan

Kewarganegaraan, kita bisa melihat bahwa di satu sisi, materi ajar Pancasila dan Kewarganegaraan

di tingkat PT tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini merupakan sesuatu yang baik dalam arti

penguatan identitas kebangsaan.

Di sisi lain, metode pengajaran Pancasila dan Kewarganegaraan terbilang masih belum terlalu

banyak disentuh oleh pembaruan dan penyegaran3, belum cukup dieksplorasi dan diperkaya, belum

dibuat jadi lebih menarik dan relevan, padahal zaman terus bergerak dan kita sudah memasuki era

digital dan Media Baru. Ketika mahasiswa sekarang sudah mulai terbiasa mencatat dengan

menggunakan laptop, tabs dan digital notes di dalam ruang kelas, metode pengajaran dan

pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan juga perlu di-update agar tidak menjadi “sekedar

nostalgia masa lalu” dan diacuhkan siswa karena dirasa membosankan.

*) Versi asli dari artikel ini dalam bentuk power point presentations pernah disampaikan dalam Kongres Pancasila V, 31

Mei – 1 Juni 2013, di kampus Universitas Gadjah Mada. Abstrak artikel, dalam bahasa Indonesia, dimuat di Prosiding

Kongres Pancasila 2013 (ISBN = 978-602-7918-01-6), hlm. 125. Versi lengkap artikel ini tidak dimuat dalam Prosiding. 2 Lih. bagian Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia, No. 12 Tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, hlm. 81.

3 Beberapa pengecualian dapat dikatakan di sini, yaitu adanya sejumlah artikel atau naskah penelitian yang disertakan

dalam Kongres Pancasila I s/d V, di mana penulis beruntung ikut serta dalam Kongres Pancasila V, 31 Mei – 1 Juni

2013. Artikel-artikel berisikan pembaruan dan penyegaran metode Pengajaran Pancasila yang dimaksud, abstraknya

dapat dilihat dalam Prosiding Kongres Pancasila V (2013), hlm. 120 – 143.

Page 3: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

Lantas, apa yang harus dilakukan agar metode pengajaran Pancasila dan Kewarganegaraan

jadi lebih menarik dan relevan bagi para siswa didik di tingkat Perguruan Tinggi? Bagaimana

caranya? Dua pertanyaan inilah yang meresahkan penulis ketika mulai menulis artikel ini sejak

beberapa bulan yang lalu. Dalam gerak bolak-balik antara telusur gagasan dan amatan lapangan,

penulis berhipotesis bahwa kurangnya pengayaan metode pengajaran Pancasila dan

Kewarganegaraan yang partisipatoris berbasis imajinasi rekonstruktif adalah sebuah penyebab

kurang menarik dan kurang disukainya Mata Kuliah KWN ini di Perguruan Tinggi.

Berikut paparan reflektif yang didasarkan pada pengalaman penulis selama mengajar MK

Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Multimedia Nusantara (Tangerang) sejak 2009

hingga sekarang (2013) guna mengeksplorasi hipotesis sekaligus menjawab pertanyaan dan

kegelisahan tersebut.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian kecil dan penulisan artikel ini adalah metode hermeneutika

kritis-evaluatif yang didasarkan pada amatan (observasi) terhadap penerapan metode partisipatoris

berbasis imajinasi rekonstruktif di ruang kelas selama pengajaran MK Pendidikan Kewarganegaraan

di Universitas Multimedia Nusantara, yang dilakukan sejak Semester Gasal tahun ajaran 2009 – 2010

sampai dengan Semester Genap tahun ajaran 2012 - 2013.

Metode hermeneutika yang bersifat kritis evaluatif---yang awal mulanya dikembangkan oleh

Wilhelm Dilthey (1833 – 1911) berlanjut sampai Hans-Georg Gadamer (1900 – 2002)---adalah

sebuah metode ilmiah untuk mencari makna dan kebenaran dari sebuah teks atau peristiwa, dengan

tujuan memahami (verstehen) dan bukan menjelaskan (erklären) fenomena. Pemahaman tentang

kebenaran adalah peristiwa penyingkapan (aletheia) makna yang terjadi secara terus menerus,

sehingga pada prinsipnya kebenaran itu bisa digali dan ditemukan dalam aktivitas menafsir

(hermeneutic). Seorang penggiat dan penulis metode hermeneutika, Thomas Hidya Tjaya,

mengatakan bahwa

“pengetahuan manusia tidak pernah berelasi langsung dengan realitas telanjang pada

dirinya, melainkan selalu dengan realitas dalam konteks kultural tertentu yang dihidupi

oleh manusia, dengan penafsirannya melalui tradisi dan asimilasi kontemporer yang

dilaluinya.” (Tjaya, 2005: 68).

Metode hermeneutika merupakan sebuah metode yang menarik sekaligus menantang untuk

dipraktikkan dalam pengajaran dan pembelajaran Pancasila justru karena sifatnya yang terbuka dan

dinamis. Metode hermeneutika tidak pernah memutlakkan makna suatu teks, entah itu, sebagai

Page 4: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

missal, rumusan baku Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD‟45, maupun teks

pidato rumusan Pancasila versi Bung Karno maupun versi Muh. Yamin.

Sementara itu, berbicara tentang metode “partisipatoris berbasis imajinasi rekonstruktif”4

(untuk ringkasnya akan disebut PBIR dalam artikel ini), penulis merujuk pada pandangan

Giambattista Vico (1668 – 1744), seorang filsuf bahasa dan sejarah dari Italia sekaligus profesor

retorika di Universitas Napoli, yang terkenal dengan adikaryanya Scienza Nuova (Sains yang Baru).

Alasan penulis memilih tokoh ini sebagai inspirator metode PBIR adalah karena dalam buku adi

karyanya tersebut, Vico menekankan pentingnya imajinasi untuk memahami pengetahuan sejarah.

Menurut Ernst Cassirer (dalam Auxier, 1997), Vicolah pemikir pertama yang dengan sukses

mengaitkan bidang sejarah, kodrat manusia, dan matematika. Dalam Nuova Scienza, Vico

berpandangan bahwa

“Dalam kabut kegelapan yang mencungkupi era kuno, bersinarlah nur kebenaran yang

abadi: bahwa dunia masyarakat sipil itu sudah jelas-jelas dibuat oleh manusia-manusia

dan bahwa prinsip-prinsipnya dapat ditemukan dalam modifikasi akal budi kita sendiri.”

(Vico, 1744: 361 dalam Berlin, 1976: 27)

Yang dimaksud Vico dengan modifikasi di sini ialah tahap-tahap pertumbuhan, cakupan, atau

arah, dari pikiran manusia, imajinasi, kehendak, perasaan yang dengannya manusia dapat „masuk‟ ke

dalam alam pikiran orang-orang tertentu, di tempat tertentu, pada era tertentu. „Memodifikasi akal

budi kita sendiri‟, atau dalam istilah asli Vico disebut sebagai “Dentro le modificazioni della

medesima nostra mente umana,” merupakan kartu truf Vico untuk membulatkan filsafat sejarahnya.

Tidak hanya sekedar mengetahui fakta (prinsip verum/factum), tugas manusia lebih terletak pada

memahami motivasi-motivasi atau tindakan-tindakan orang lain sebab manusia memiliki kapasitas

pemahaman yang imajinatif. Pengetahuan historis bukan sekedar pengetahuan tentang peristiwa,

kejadian masa lalu, namun lebih pada peristiwa-peristiwa sejauh mereka “masuk” (menjadi bagian)

ke dalam aktivitas manusia dan merupakan unsur dari biografi seorang individu atau sebuah

kelompok.

Vico percaya bahwa dengan berupaya sangat keras, kita dapat memahami masyarakat dan

peradaban “zaman batu” yang bercirikan dunia komunikasi yang minim “kata dan kalimat,” namun

kaya akan gerak-gerik tubuh, isyarat, atau gambar. Yang kita butuhkan hanyalah imaginative faculty

untuk dapat memahami sejarah dari suatu kebudayaan, peradaban, yang terpisah jauh dari kita, baik

dalam artian waktu maupun tempat (Berlin, 1976: 30). Dengan memperkenalkan dan

mempromosikan metode modificazioni atau imaginative reconstruction of the historical facts ini

Vico mengkritik kecenderungan berpikir para tokoh intelektual pada zaman itu, baik mereka yang

4 Berlin, dalam Verene (1991: 125), mengajukan istilah “reconstructive fantasia” guna membahasakan metode yang

digunakan Vico untuk memahami fakta dan peristiwa sejarah dengan menggunakan daya imajinasi rekonstruktif.

Page 5: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

mendukung teori Natural Law atau kontrak sosial (Hobbes, Locke, Rousseau) maupun para

rasionalis semacam Descartes dan Spinoza, yang kukuh berpegang pada asumsi mengenai kodrat

manusia yang ajeg, yang tidak pernah berubah sekali dan selama-lamanya, yang berlaku universal

pada umat manusia sepanjang segala zaman.

Keyakinan akan kodrat manusia yang ajeg pada gilirannya dapat mengarahkan kita pada

argumen reductio ad absurdum. Sejarah bukanlah proses linier dalam loop tertutup. Sejarah perlu

lebih dimengerti sebagai nascimento, proses kelahiran kembali, coming-into-being, lagi dan lagi, dari

cara manusia memahami baik dirinya sendiri maupun tindakan manusia secara kolektif, tidak hanya

pada zamannya saja namun juga pada zaman dan tempat tertentu, berkat bantuan rekonstruksi

imajinasinya serta dibimbing oleh penyelenggaraan ilahi atau daya kreatif Roh Ilahi (Berlin, 1976:

35). Memahami sejarah dengan demikian bukanlah melulu amatan terhadap gerak objektif fakta dan

peristiwa dalam kronologi namun justru pelibatan imajinasi rekonstruktif yang sudah selalu

mengundang sekaligus mengandung kebaruan dan kemenjadian.

Isaiah Berlin mengakui dan memuji orisinalitas pemikiran Vico tentang pengetahuan sejarah

(historical knowledge) sebagai berikut,

“[berbicara tentang Vico] Ketika berpikir tentang masa lalu, kita bergerak

melampaui perilaku; kita ingin memahami bagaimana mereka (manusia) hidup pada

waktu itu, juga memahami motif-motif, ketakutan dan harapan, ambisi dan cinta dan

kebencian … Kita dapat melakukan ini karena kita sendiri juga manusia dan

memahami dunia batin kita sendiri yang terkait dengan istilah-istilah ini tadi.”

(Berlin, 2002: 7)

Berangkat dari serpih gagasan di atas, pantas dipertanyakan dan direnungkan kembali,

sudahkah inspirasi dari pemikiran Vico dan penafsirannya oleh Isaiah Berlin ini berlaku dan

diberlakukan dalam metode pengajaran ilmu-ilmu sosial yang berbasis pada pengetahuan sejarah

seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan?

Metode pengajaran yang umum berlaku di Indonesia sampai saat ini cenderung masih

merujuk pada model taksonomi Bloom, yang memberikan arah serta tekanan tujuan pendidikan pada

tiga wilayah (domain), yaitu: Kognitif, Afektif dan Psikomotorik (Bloom, 1956; Krathwohl, Bloom,

& Masia, 1956.) Apa yang masih kurang dari pembelajaran dengan menggunakan model taksonomi

Bloom ini? Kemampuan berimajinasi (faculty of imagination). Di sinilah pentingnya sumbangan

pemikiran Vico tentang pengetahuan sejarah dan peran kemampuan imajinasi rekonstruktif manusia

untuk melengkapi taksonomi Bloom.

Mengapa disebut “imajinasi rekonstruktif”? Apa yang khas dari pendekatan ini dibandingkan

pendekatan sejenis (misalnya, active learning atau CBSA)? Pendekatan imajinasi rekonstruktif,

mengajak peserta didik dengan difasilitasi oleh dosen untuk masuk lebih ke dalam dari „apa yang

Page 6: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

nampak‟ (phenomenon) dalam teks atau gambar. Peserta didik diundang untuk “memodifikasi

pikiran mereka” dan berimajinasi, seperti apa rasanya hidup, merasa, berpikir, berharap, berbincang,

berdebat, pada zaman pra-kemerdekaan RI, pada tahun-tahun formulasi Pancasila, terutama sejak

Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI dan sehari sesudahnya,

saat rumusan Pancasila yang sah akhirnya termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Berimajinasi di

sini bukan aktivitas mengkhayal dan melantur (daydreaming), melainkan, seperti disampaikan Vico

di atas, aktivitas untuk memahami baik teks maupun konteks, isi maupun mood yang menyertai

Proses Kelahiran Pancasila dan setelahnya.

Hasil dan Pembahasan

Ketika pertama kali mengajar PKN di tingkat Perguruan Tinggi (September 2009), terus terang

penulis merasa gamang dan kurang percaya diri, mengingat luhur dan mulianya materi ajar yang

disampaikan, yang sayangnya sudah terkontaminasi bias ideologis rezim Orde Baru di bawah

Soeharto “yang pernah menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo

kekuasaan dan indoktrinasi pemaknaan Pancasila lewat penataran P4.” (Azra, 2010: 10). Akan tetapi,

syukurnya, berkat latihan teater yang diikuti selama dua tahun selama di bangku kuliah (2001 –

2002), juga naik ke atas panggung untuk pementasan naskah, penulis merasa tertantang untuk

memadukan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki tentang dasar-dasar teknik teater ke

dalam metode pengajaran. Kesempatan itu datang ketika masuk ke materi ajar “Kelahiran Pancasila”

dan “Ideologi Pancasila.” Pada materi ini, ruang untuk berimajinasi dan berekspresi terbuka lebih

luas mengingat siswa didik diajak untuk masuk menyelami alam pikiran masa lalu sambil senantiasa

berpijak pada kekinian dan aktualitas zaman.

Meskipun mendapat resistensi kecil di awal introduksi metode ini dari sejumlah peserta didik,

misalnya komentar, “wah, repot, Pak” atau “wah, sulit juga ya membayangkan bagaimana Bung

Karno, Muh. Yamin, atau Moh. Hatta waktu itu berpidato dalam sidang BPUPKI,” namun penulis

sebagai pengajar bergeming. Pemahaman sejarah yang dicapai lewat imajinasi rekonstruktif

partisipan lebih menantang untuk dilakukan daripada bertahan menggunakan metode konvensional

seperti kuliah mimbar atau dikte. Kebiasaan (habit) peserta didik untuk menggeluti metode “baru”

ini masih bisa dibentuk asalkan ada visi yang memandu, kepercayaan kuat, dan dosen yang asertif.

Berdasarkan metode PBIR yang dipercaya penulis dapat meningkatkan respon dan

ketertarikan mahasiswa pada materi ajar Pancasila dan Kewarganegaraan, berikut adalah sejumlah

aplikasinya yang sudah diuji-cobakan di ruang kelas:

Page 7: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

1. Mahasiswa melakukan pementasan teatrikal ideologi Pancasila berhadap-hadapan dengan

sejumlah ideologi besar dunia lainnya (liberalisme, kapitalisme, komunisme, marxisme,

fasisme, dan sosial demokrat).

2. Dosen bersama-sama mahasiswa membaca naskah asli pidato Pancasila versi Bung Karno

dan versi Muh. Yamin, lalu kedua naskah tersebut dipresentasikan di depan kelas secara

kreatif dan menggugah.

3. Pembuatan website “ideologi Pancasila” yang di dalamnya diisi dengan gambar, wawancara,

video, dan artikel.

Dari tiga model aplikasi di atas, berikut adalah perbandingannya dalam bentuk bagan:

Nomenklatur

parameter

Teatrikal Ideologi

Pancasila vis-à-vis

ideologi-ideologi besar

dunia lainnya

Membaca ulang dan

merepresentasikan teks

pidato Bung Karno dan

Muh. Yamin

Pembuatan website

Ideologi Pancasila

(http://id-

one.wix.com/manuk-

dadali)

Tingkat kesulitan

preparasi Tinggi Sedang Tinggi

Tingkat imajinasi yang

dibutuhkan Tinggi Sedang Sedang

Tingkat keterlibatan

(partisipasi) semua

anggota kelompok

Sedang Rendah Sedang

Retensi pengetahuan dan

pemahaman post-event Sedang (diskontinyu) Sedang (diskontinyu) Tinggi (kontinyu)

Efek dramatis Tinggi Sedang Rendah

Sejumlah amatan dan catatan evaluatif:

1. Perbedaan kualitatif rendah, sedang, dan tinggi didasarkan pada hasil amatan penulis sebagai

dosen, baik di dalam ruang kelas selama semester berjalan maupun sesudahnya (dalam percakapan

sehari-hari ketika bertemu di kantin, di selasar, di saat-saat santai non-formal). Selain itu, juga

didapatkan feedback dari mahasiswa baik secara lisan maupun tertulis setelah metode ini diuji-

cobakan.

2. Beberapa print-screen dilampirkan di bagian akhir untuk menguatkan objektivitas temuan

sekaligus sebagai langkah awal untuk proses koroborasi dan triangulasi hasil temuan.

3. Feedback tertulis dari mahasiswa mengenai kinerja dosen dalam pengajaran Mata Kuliah ini,

berupa kuisioner isian (format kuisioner dibuat oleh BAAK UMN) menunjukkan hasil “memuaskan”

(dalam rentang skala 2.80 – 3.40 dari 0 – 4.00)

Page 8: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

4. Masih ada sejumlah aplikasi lainnya dari metode PBIR, seperti pembuatan video (stop motion,

animasi maupun live) yang didahului dengan riset kecil serta turun ke lapangan (contohnya untuk

Materi Ajar: Multikulturalisme, Demokrasi), games “I, You, We and They” (materi ajar: Identitas

Nasional dan Multilkulturalisme), namun hal tersebut tidak dielaborasi dalam artikel ini dikarenakan

keterbatasan ruang penyampaian dan fokus pembahasan pada tiga jenis aplikasi di atas.

5. Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan metode partisipatoris berbasis imajinasi rekonstruktif

di kelas adalah:

a. Daya imajinasi yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan lainnya. Ada siswa yang

antusias, hidup, dan “out of the box” dalam berimajinasi, ada juga yang masih “inside the box” dan

kurang antusias,

b. Sulitnya siswa „masuk dan memodifikasi akal budi mereka‟ ke dalam alam pikiran Indonesia

tahun 1945 sehingga daya imajinasi mereka tentang peristiwa-peristiwa sejarah tersebut relatif

kurang berkembang sesuai harapan penulis sebagai pengajar,

c. Kesulitan dosen untuk menembus bahkan membongkar zona nyaman siswa yang sudah terbiasa

(dibiasakan para guru Kewarganegaraan sejak bangku SD?) dengan model Taksonomi Bloom yang

bertumpu pada dimensi Kognitif, Afektif dan Motorik, minus imajinasi, apalagi imajinasi

rekonstruktif untuk mencapai pemahaman sejarah.

d. Mekanisme penilaian (scoring) hasil imajinasi rekonstruktif (dalam bentuk theatrical performance

atau imaginative speech recital, atau pembuatan website Pancasila yang kreatif dan interaktif) yang

masih belum baku serta terstandarisasi sehingga kecenderungan subjektif dalam menilai masih sulit

dielakkan penulis.

Simpulan

Dari feedback lisan maupun tertulis yang disampaikan mahasiswa kepada penulis, sebagian besar

dari mereka merasa terkesan dan bersemangat mengikuti Mata Kuliah Pancasila dan

Kewarganegaraan. Artikel ini, meskipun tidak memerinci langkah demi langkah pengajaran

Pancasila yang menggunakan metode PBIR, diharapkan sudah memberikan gambaran awal soal

pentingnya metode PBIR ini. Bukan hanya membuat suasana pembelajaran di ruang kelas menjadi

lebih hidup dan bergairah, namun juga, dalam jangka panjang, kesan tentang Pancasila (proses,

tokoh, peristiwa, filsafatnya) menjadi lebih positif dan melekat di sanubari siswa didik. Pada

gilirannya nanti, ketika ditanya orang asing dan orang yang “mengasingkan serta mencemooh”

Pancasila, mereka dapat dengan bangga dan percaya diri dapat menjelaskan bahwa upaya mengenali

dan mencintai Pancasila tidaklah semembosankan dan se-indoktrinatif seperti yang awalnya mereka

Page 9: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

sangka. Bukankah tidak ada satu usaha pun yang mudah untuk mendapatkan serta berbagi cinta yang

sejati dan mendalam?

Sekiranya imajinasi diberikan ruang yang lebih luas, intensif, dan ekstensif dalam pengajaran

dan pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan, mungkin saja kita tidak perlu terlalu khawatir

“Pancasila dibahas dalam ruang-ruang sempit dan pengap ... penghayatan dan pengamalan Pancasila

menjadi kedodoran ... (mengalami) existential vacuum, (bahkan) masuk angin dan merana.” (Bagun,

2010: xviii).

Daftar Pustaka

Anderson, Benedict. ([1983] 1996). Imagined Communities: Reflections on the Origins and Spread

of Nationalism. New York dan London: Verso.

A.Sudiarja, G. Budi Subanar, St. Sunardi dan T. Sarkim. Tim Penyunting. (2006). Karya Lengkap

Driyarkara: Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Auxier, Randall E. (1997). "Imagination and Historical Knowledge in Vico: A Critique of Leon

Pompa‟s Recent Work" dalam HUMANITAS, X (1). (bisa diakses di

http://www.nhinet.org/auxier2.htm)

Azra, Azyumardi. (2010). “Revisitasi Pancasila” dalam Rindu Pancasila. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, hlm. 9 – 12.

Bagun, Rikard. (2010). “Pancasila Janganlah Diabaikan” dalam Rindu Pancasila. Jakarta: Penerbit

Buku Kompas, hlm. xvii – xx.

Bloom, B.S. (Ed.) (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational

goals: Handbook I, cognitive domain. New York, Toronto: Longmans, Green.

Berlin, Isaiah. (1976). Vico and Herder: Two Studies in the History of Ideas. London: The Hogarth

Press.

---. (2002). The Power of Ideas. Princeton: Princeton University Press.

Caponigri, A. R. (1968). Time and Idea: The Theory of History in Giambattista Vico. Notre Dame:

University of Notre Dame Press.

Hogg, Jonathan. (2004). “The Ambiguity of Intellectual Engagement: Towards a Reassessment of

Isaiah Berlin's Legacy,” dalam Jurnal on-line ERAS, Edisi 6, Nov. 2004. Diakses dari

http://www.arts.monash.edu.au/publications/eras/edition-6/hoggarticle.php oleh Hendar

Putranto, pada 11 September 2013 pukul 15.48 WIB

Page 10: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam

Krathwohl, D., Bloom, B., & Masia, B. (1956). Taxonomy of educational objectives. Handbook II:

Affective domain. New York: David McKay.

Kresna, Aryaning Arya, Agus Riyanto, dan Hendar Putranto. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan

(Civics). Tangerang: UMN Press.

Tjaya, Thomas Hidya. (2005). “Hermeneutika Tradisi dan Kebenaran” dalam Tjaya, T. H. dan

Sudarminta, J. Menggagas Manusia sebagai Penafsir. Jogjakarta: Kanisius, hlm. 59 – 83.

Verene, Donald Phillip. (1991). Vico's Science of Imagination. Cornell (USA): Cornell University

Press.

Vico, Giambattista. ([1744] 1948). The New Science (Nuova Scienza). Diterjemahkan dari edisi

ketiga (1744) oleh Thomas Goddard Bergin dan Max Harold Fisch. Ithaca, New York:

Cornell University Press.

Lampiran foto dan print-screen (website):

Page 11: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam
Page 12: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam
Page 13: Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode ... · PDF file... baik dalam konteks kehidupan ... pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan ... Sejarah bukanlah proses linier dalam