pengalengan
DESCRIPTION
pengalenganTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG (Bearbrand)
KELOMPOK : A3
Putu Agung Sujud Rama Krishna 1411205010
Ni Kadek Ariani Dewi 1411205011
Zainal Abidin 1411205013
Komang Adi Darmawan 1411205014
I Wayan Eko Fridayana 1411205015
Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam industri pangan pengemasan merupakan salah satu cara untuk membantu
melindungi bahan pangan dari kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran mikrobiologis selama
pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan industri pengalengan
makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi
ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai
logistik mereka. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan
5-6 kaleng per jam. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar
untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan
prinsip ungkit. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian
dan penutupannya yang lebih maju dan bersih. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara
komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan
pertama sekali tahun 1965.
Bedasarkan pemaparan diatas tersirat bahwa perlunya pengetahuan tentang pengemas
logam untuk mengemas bahan pangan. Pada kesempatan kali ini kami akan mencoba
memaparkannya dalam bentuk laporan hasil praktikum tentang sambungan ganda pada
kaleng.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pratikum yang berjudul “ Sambungan Ganda Pada Kaleng” yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui sambungan ganda pada kaleng sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh perusahaan pembuat kaleng (overlap minimum 45%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemasan Kertas
Kemasan logam merupakan konduktor (peghantar panas yang baik). Kemasan logam
memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan kemasan nonlogam, antara lain dapat
ditempa dan dibengkokkan dalam keadaan padat jika dipanaskan dengan suhu tinggi,
mempunyai kilap logam, tidak tembus pandang, dan bentuknya padat.
Kemasan logam yang paling dikenal adalah dalam bentuk wadah kaleng. Menurut
cara dan tujuannya terdapat dua jenis kaleng. Jenis yang pertama yaitu kaleng untuk
pengemasan steril. Kaleng ini ditutup sampai kedap udara dengan alat khusus sehingga
diperoleh sambungan ganda (double seam). contohnya tin plate, tin free steel dan alumunium.
Jenis yang kedua yaitu kaleng tidak untuk proses steril, kaleng ini biasanya tidak ditutup
dengan alat khusus sehingga tidak ada sambungan double seam pada batas badan dan tutup
kaleng.
Beberapa keuntungan dari wadah kaleng yaitu mempunyai sifat sebagai pelindung
atau barrier yang baik khususnya terhadap gas, daya toksisitas yang rendah, tahan perubahan
suhu ekstrim, memiliki permukaan yang ideal untuk dekorasi dan labeling.
Pada mulanya kaleng terbuat dari plat timah dan berkembang berbagai jenis kaleng
yang berbeda dengan plat timah standar, seperti kaleng baja bebas timah, kaleng tiga lapis,
dan kaleng lapis ganda. Pemilihan jenis atau tipe kaleng perlu memperhatikan sifat korosif
dan keasaman makanan. Untuk mencegah korosi dan kontak langsung antara bahan pangan
dengan wadah logam dilakukan pelapisan dengan lapisan enamel. Enamel ini merupakan
bahan pelapis organic golongan senyawa resin. Tipe keleng berdasarkan komposisi bahan
kimianya antara lain Tipe L, Tipe MR, Tipe MC, Tipe N, dan lain-lain.
2.2 Karakteristik Logam
Karakteristik bahan logam dibandingkan bahan non logam dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Keuntungan wadah kaleng untuk makanan dan minuman :
- Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
- Barrier yang baik terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok
untuk kemasan hermetis.
- Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke
bahan yang dikemas.
- Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim.
- Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan.
Tabel 2.1. Karakteristik logam dibandingkan bahan non logam
Logam Non Logam
a. Penghantar (konduktor) panas dan
listrik yang baik
Konduktor yang buruk, isolator yang
baik
b. Dapat ditempa atau dibengkokkan
dalam keadaan padat
Rapuh dan tidak dapat ditempa
c. Mempunyai kilap logam Kilap non logam
d. Tidak tembus pandang Beberapa jenis bersifat tembus
pandang (translusid)
e. Densitas tinggi Densitas rendah
f. Berbentuk padat (kecuali merkuri) Berbentuk padat, cair atau gas
Sumber : Syarief et al., 1989.
Bentuk kemasan dari bahan logam yang digunakan untuk bahan pangan yaitu :
- bentuk kaleng tinplate
- kaleng alumunium
- bentuk alumunium foil
Kaleng tinplate banyak digunakan dalam industri makanan dan komponen utama
untuk tutup botol atau jars. Kaleng alumunium banyak digunakan dalam industri minuman.
Alumunium foil banyak digunakan sebagai bagian dari kemasan bentuk kantong bersama-
sama atau dilaminasi dengan berbagai jenis plastik, dan banyak digunakan oleh industri
makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya.
2.3 Kaleng Plat Timah dan Baja Bebas Timah
Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat kemasan kaleng,
terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa lembaran atau gulungan
baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan timah putih berkisar
antara 1.0-1.25% dari berat kaleng. Digunakan untuk produk yang mengalami sterilisasi.
Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat timah (tin plate) yang terdiri dari : lembaran
dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan cara pencelupan dalam timah cair panas (hot
dipping) atau dengan elektrolisa.
Di dalam perkembangannya ada beberapa jenis kaleng plat timah yaitu :
kaleng baja bebas timah (tin-free steel)
kaleng 3 lapis (three pieces cans)
kaleng lapis ganda (two pieces cans)
Kemasan plat timah mempunyai daya tahan terhadap karat yang rendah, tetapi daya
tahannya terhadap reaksi-reaksi dengan bahan pangan yang dikemasnya lebih lambat
dibanding baja. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk mengalengkan
bahan makanan yang mempunyai daya korosif lebih tinggi.
Dalam memilih kemasan kaleng untuk pengemasan bahan pangan, maka perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. sifat korosif kaleng
2. sifat keasaman makanan
3. kekuatan kaleng (daya tahan terhadap tekanan dalam retort atau keadaan vakum
4. Ukuran kaleng
2.4 Kemasan Aluminium
Aluminium merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih
ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat
menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.
Tetapi penggunaan aluminium sebagai bahan kemasan juga mempunyai kelemahan yaitu
kekuatan (rigiditasnya) kurang baik, sukar disolder sehingga sambungannya tidak rapat
sehingga dapat menimbulkan lubang pada kemasan, harganya lebih mahal dan mudah
mengalami perkaratan sehingga harus diberi lapisan tambahan.
Aluminium dapat digunakan untuk mengemas produk buah-buahan dan sayuran,
produk daging, ikan dan kernag-kerangan, produk susu dan minuman. Reaksi aluminium
dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan lapisan film yang tahan
terhadap korosi dari atmosfir. Penggunaan aluminium sebagai wadah kemasan, menyebabkan
bagian sebelah dalam wadah tidak dapat kontak dengan oksigen, dan ini menyebabkan
terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah terjadinya karat,
maka di bagian dalam dari wadah aluminium ini harus diberi lapisan enamel.
Secara komersial penggunaan aluminium murni tidak menguntungkan, sehingga
harus dicampur dengan logam lainnya untuk mengurangi biaya dan memperbaiki daya
tahannya terhadap korosi. Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai campuran pada
pembuatan wadah aluminium adalah tembaga, magnesium, mangan, khromium dan seng
(pada media alkali).
Contoh dari kemasan aluminium adalah aluminium foil, adalah bahan kemasan
berupa lembaran logam aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm.
Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti
keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut semakin keras.
2.5 Kemasan Aerosol
Kemasan aerosol banyak digunakan untuk mengemas produk-produk non pangan
seperti kosmetika (parfum), pembersih kaca, pengharum ruangan, cat semprot, pemadam
kebakaran dan pestisida. Penggunaan kemasan aerosol untuk bahan pangan adalah untuk
whipped cream yaitu krim sebanyak 90% erdiri dari susu, sirup jagung, sukrosa dan minyak
nabati yang diberi cita rasa dan bahan penstabil.
Kemasan aerosol terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu : produk cair, propelen pendorong
cairan dan bagian gas dengan pengaruh tekanan. Berdasarkan bahan kemasannya maka
kemasan aerosol dibedakan atas: 1)kemasan aerosol logam, 2)kemasan aerosol gelas dan 3)
kemasan aerosol plastik. Kemasan aerosol logam terbuat dari logam aluminum, plat timah
atau nir karat (stainless steel), dan paling banyak digunakan dibanding kemasan aerosol lain.
Kemasan aerosol gelas mempunyai sifat inert terhadap bahan kimia dan sesuai untuk produk-
produk yang korosif. Kemasan aerosol plastik terbuat dari asetal, nilon atau propilena, dan
biasanya digunakan untuk pembersih alat rumah tangga.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan
- Kaleng (Bear Brand)
3.2 Alat
- Jangka sorong
- Mikrometer sekrup
- Kaca pembesar
3.3 Prosedur Percobaan
1. Kaleng dipersiapkan
2. Kemudian kaleng dipotong pada bagian sambungan antara tutup dan badan
kaleng
3. Bagian-bagian sambungan diukur dengan jangka sorong
4. Untuk tebal tutup (EPT) dan tebal badan kaleng (BPT) diukur dengan
micrometer sekrup
5. Dihitung nilai overlapnya.
Perhitungan Overlap:
% Overlap = BH +CH+EPT−LL−(2EPT+BPT ) = x 100%
Keterangan:
BH = Panjang lipatan badan kaleng (body hook)
CH = Panjang lipatan tutup kaleng (cover hook)
L = Panjang sambungan (seam lenght)
EPT = Ketebalan penutup (end plate thickness)
BPT = Ketebalan badan kaleng (Body plate thickness)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Data yang didapat dari pengukuran kaleng Bear Brand yaitu sebagai berikut :
Keterangan Nilai Pengukuran
(mm)
1. EPT 0,55
2. BPT 0,65
3. BH 2,2
4. CH 1,5
5. L 3,03
Nilai overlap yang didapatkan yaitu :
% Overlap = BH +CH+EPT−LL−(2EPT+BPT )
X100 %
% Overlap (pengukuran pertama) = 2,2+1,5+0,55−3,033,03−(2.0,55+0,65)
X100 %
% Overlap (pengukuran pertama) = 1,221,28
X 100 %
= 95%
4.2 Pembahasan
Pada pratikum sambungan ganda pada kaleng, digunakan kaleng susu merk Bear
Brand. Langkah kerja yang pertama dilakukan yaitu pemotongan kaleng pada bagian
sambungan antara tutup dan badan kaleng . Kemudian dilakukan pengukuran panjang BH
(Body Hook) , panjang CH ( Cover Hook) dan panjang L ( Seam Length ) dengan
menggunakan jangka sorong dan pengukuran ketebalan penutup (EPT) dan ketebalan badan
kaleng (BPT) dengan menggunakan mikrometer sekrup. Setelah dilakukan pengukuran
dan diperoleh hasil pengukuran sebesar 2,2mm untuk panjang BH (Body Hook ), 1,5mm
untuk panjang CH ( Cover Hook ), 3,03mm untuk panjang L ( Seam Length ), 0,55mm untuk
ketebalan penutup (EPT) dan 0,65mm untuk ketebalan badan kaleng (BPT). Dari hasil
pengukuran yang sudah diperoleh dimasukkan kedalam rumus untuk menghitung % overlap
sambungan ganda pada kaleng berikut :
% Overlap = BH +CH+EPT−LL−(2EPT+BPT )
X100 %
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar % overlap
sambungan ganda pada kaleng sarden merk sarden sebesar 95%. Untuk persyaratan
sambungan ganda kaleng dan nilai persentase overlap kaleng berdasarkan SNI 01-2372.4-
2006 yang berada pada kisaran standar minimum overlap sebesar 45% dan maksimum
sebesar 65%. Hasil pengukuran di atas tidak memenuhi presentase overlap kaleng yang
ditetapkan karena melebihi maksimum overlap.
Hasil tersebut mungkin tidak terlalu tepat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor kurangnya ketelitian praktikan saat melakukan pengukuran dengan jangka sorong
maupun mikrometer sekrup, selain itu faktor dari kesehatan mata praktikan yang memiliki
gangguan pada mata seperti silindris sehingga cukup mempengaruhi dalam proses
pengukuran dengan alat ukur tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pratikum pengukuran sambungan ganda lipatan kaleng pada susu bearbrand kali ini
yang pengukurannya menggunakan Jangkasorong dan Micrometer skrup dapat diambil
kesimpulan bahwa tebal lipatan setelah pengukuran, ketebalan penutup (EPT) sebesar 0,55
mm, ketebalan badan kaleng (BPT) sebesar 0,65 mm, Countersink depth sebesar 3,6 mm,
panjang BH (Body Hook) sebesar 2,2 mm, panjang Seam Thickness sebesar 1,3 mm, overlap
sebesar 1,12 mm, panjang CH (Cover Hook) sebesar 1,5 mm, dan panjang L (Seam Length)
sebesar 3,03 mm. Di hitung kembali menggunakan rumus % Overlap =
BH +CH+EPT−LL−(2EPT +BPT )
X100% dan mendapatkan hasil 99 %. Jadi pengukuran diatas melebihi
standar yang ditetapkan SNI 01-2372.4-2006 yaitu minimum 45% dan maksimum 95%.
LAMPIRAN