pengaruh kebijakan perdagangan negara...

30
PROPOSAL PENELITIAN OPERASIONAL TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA-NEGARA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi M. Dabukke Arief Iswariyadi Muhammad Iqbal Eddy S. Yusuf Dondy A. Setiabudi PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

Upload: duongkhue

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

PROPOSAL PENELITIAN OPERASIONAL TA. 2013

PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA-NEGARA MITRA TERHADAP KINERJA

DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA

Oleh: Budiman Hutabarat

Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi M. Dabukke

Arief Iswariyadi Muhammad Iqbal

Eddy S. Yusuf Dondy A. Setiabudi

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2013

Page 2: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gelombang globalisasi dan liberalisasi perdagangan di seluruh dunia yang

diformalkan melalui perundingan perdagangan dunia oleh Organisasi Perdagangan

Dunia/OPD atau World Trade Organization/WTO, melalui instrumen tiga pilar akses

pasar, bantuan domestik dan subsidi ekspornya, dalam beberapa hal telah

mengubah pola perdagangan komoditas dunia dan antara satu negara ke negara

yang lain, sehingga dengan sendirinya kinerja dan daya saing ekspor pertanian

negara-negara di dunia telah berubah atau menyesuaikan diri terhadap aturan

perdangan yang baru ini. Ada negara yang menyesuaikan dirinya secara konsisten

dengan cepat terhadap semua pilar, tetapi ada pula negara yang melakukannya

secara bertahap dan atau terhadap beberapa aturan di pilar tertentu saja dan di

pilar lain tidak mengalami perubahan sedikitpun dan ada pula negara yang belum

melakukan penyesuaian sama sekali. Bersamaan dengan gerakan perdagangan

multilateral yang diwadahi OPD, kesepakatan perdagangan bebas/KPB atau Free

Trade Agreement/FTA atau persetujuan perdagangan kawasan/PPK atau Regional

Trade Agreement/RTA juga telah berkembang sejak tahun 1990an. Sampai tanggal

15 Januari 2012 yang lalu, telah ada 511 pengajuan PPK (termasuk barang dan jasa

secara terpisah) telah diterima GATT/WTO. Tiga ratus sembilan belas diantaranya

telah berjalan (WTO 2012) dan umumnya bersifat timbal-balik di antara dua atau

lebih mitra dagang, sedangkan Aturan Perdagangan Preferensial/APP atau

Preferential Trade Arrangements/PTAs yang sudah berlaku sejak puluhan tahun,

saat ini masih banyak yang bertahan dan banyak yang berkembang juga. Secara

total OPD mencatat ada sekitar 24 APP yang berjalan (WTO 2012). Hal ini juga akan

mempengaruhi perkembangan ekspor komoditas pertanian suatu negara.

Secara teoretis, sebagaimana dikumandangkan berbagai ahli perdagangan

internasional, apabila perpindahan dan pergerakan komoditas dari satu negara ke

negara lain tidak dihambat oleh kebijakan perdagangan dan subsidi, atau dengan

Page 3: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

2

perkataan lain jika suatu negara mempunyai keunggulan komparatif pada suatu

komoditas dan negara lain tidak mempunyainya, tetapi memiliki keunggulan

komparatif pada komoditas lainnya, maka kedua negara dipastikan akan mendapat

manfaat dari perdagangan komoditas-komoditas tersebut. Inilah pegangan dan

acuan dalam perundingan di OPD untuk menyusun aturan-aturan pelaksanaannya.

Di fihak lain, KPB oleh negara-negara yang terbatas secara teori mungkin

memberikan manfaat bagi pesertanya, tetapi negara-negara yang bukan peserta

akan dirugikan. Masalahnya sekarang, apakah negara-negara anggota OPD dan atau

negara-negara anggota KPB menerapkan kesepakatan yang mereka buat secara

konsisten, mengingat betapa kompleksnya tali-temali antara berbagai faktor yang

mempengaruhi arus perdagangan komoditas dunia dan kawasan. Di sisi lain,

sementara berbagai hambatan perdagangan telah banyak yang dialihkan ke bentuk

tarif dan tingkat tarif juga banyak yang telah diturunkan atau setidaknya diturunkan

secara bertahap, terutama oleh negara-negara berkembang; pada saat yang sama

hambatan perdagangan bukan tarif atau rintangan bukan perdagangan seperti

technical barrier to trade/TBT dan sanitary and phytosanitary/SPS measures untuk

barang-barang dan jasa-jasa juga semakin berkembang. Hal ini terlihat pada aturan-

aturan seperti penjaminan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan konsumen

serta aturan dalam negeri untuk jasa-jasa seperti krisis keuangan baru-baru ini,

kebijakan yang berkaitan dengan perubahan iklim dan bahkan sebagai mekanisme

untuk melindungi industri dalam negeri. Selanjutnya, fenomena ini dapat dilihat dari

tindakan-tindakan negara yang bersifat melindungi ekonominya sendiri, seperti

penyelesaian persetujuan perdagangan yang tertunda-tunda, peningkatan jumlah

perselisihan perdagangan yang diajukan ke Dispute Settlement sejak 1995 serta

dukungan terhadap globalisasi perdagangan semakin menurun di UE dan AS, tetapi

meningkat di pasar-pasar baru dan negara-negara berkembang (Bussiere et al. 2010

dan Bacchetta and Beverelli 2012). Perkembangan rantai produksi global

menimbulkan bentuk baru imbas kebijakan di luar perbatasan. Selain itu,

perusahaan semakin mengandalkan baku privat untuk mengatasi tantangan yang

mereka hadapi dalam rantai pasoknya yang berakibat pada akses pasar (WTO

Page 4: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

3

2012). Brou and Ruta (2009) di dalam WTO (2012) menunjukkan bahwa

kesepakatan yang melakukan pengekangan tarif di satu fihak, tetapi membiarkan

hambatan bukan-tarif yang lain seperti subsidi domestik tidak diikat atau dapat

diubah-ubah, tidak akan memberikan komitmen yang efektif. Sementara fihak yang

banyak mengandalkan instrumen tarif adalah negara-negara berkembang/NB dan

fihak yang menggunakan bantuan subsidi adalah negara-negara maju/NM. Dengan

perkembangan jumlah negara yang semakin mengandalkan tindakan bukan tarif ini,

termasuk pertimbangan kesehatan, keamanan dan lingkungan, WTO (2012) bahkan

menyimpulkan adanya kebutuhan untuk mengembangkan aturan-aturan untuk

memudahkan kerjasama dalam pengidentifikasian penggunaan hambatan bukan

tarif yang efisien dan sahih.

Dampaknya terhadap perdagangan mungkin sangat kecil, tetapi kebijakan-

kebijakan ini dapat dirancang dan dilaksanakan secara tidak sengaja menghambat

perdagangan dan ekspor negara atau perusahaan di negara berkembang. Meskipun

tarif telah menurun sejak kelahiran the General Agreement on Tariffs and

Trade/GATT tahun 1948, berbagai negara semakin mengandalkan rintangan bukan

tarif atau non-tariff measures/NTMs.yang didasarkan pada berbagai tujuan

kebijakan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Indonesia merupakan anggota OPD, anggota ASEAN Free Trade Area/FTA,

anggota ASEAN-China FTA/ACFTA, anggota ASEAN-Australia-New Zealand FTA,

anggota ASEAN-Korea FTA, anggota ASEAN-India FTA, anggota ASEAN-Japan FTA,

dan anggota Indonesia-Japan Partnership Agreement dan telah berusaha membuka

pasar dalam negerinya dengan mengikuti kesepakatan menurunkan tarif impor

berbagai produk pertanian dan olahannya. Jadi dengan konstelasi pola perdangan

seperti ini, Indonesia masih tetap mengharapkan bahwa ekspor pertanian atau hasil

olahannya dapat tetap berkembang, berdayasaing dan mampu bersaing di pasar

internasional. Permasalahannya adalah apakah harapan seperti itu terlihat dalam

Page 5: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

4

kenyataan dan dapat dibuktikan secara empiris melalui data dan informasi yang ada.

Untuk menelaah masalah itulah penelitian ini dilakukan. Penelitian ini diperlukan

karena tantangan yang dihadapi sektor pertanian dalam konteks pola perdagangan

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian terdiri dari:

1. Mengidentifikasi komoditas pertanian utama yang diekspor ke negara mitra

utama dari Indonesia,

2. Mengidentifikasi kebijakan perdagangan dan kebijakan pemerintah negara

mitra utama yang berkaitan dan berpengaruh terhadap komoditas pertanian

utama yang diimpor dari Indonesia,

3. Menganalisis dampak kebijakan perdagangan dan kebijakan pertanian negara

mitra utama terhadap produksi dan ekspor komoditas pertanian dari

Indonesia.

1.4. Keluaran yang Diharapkan

1. Satu paket senaraian (list) komoditas pertanian yang diimpor negara mitra

utama dari Indonesia,

2. Satu paket senaraian kebijakan perdagangan (tarif dan bukan-tarif) dan

kebijakan pemerintah negara mitra utama yang berkaitan dan berpengaruh

terhadap komoditas pertanian utama yang diimpor dari Indonesia,

3. Satu paket data, informasi dan pengetahuan tentang dampak kebijakan

perdagangan dan kebijakan pertanian negara mitra utama terhadap produksi

dan ekspor komoditas pertanian dari Indonesia,

4. Rumusan kebijakan dalam mengantisipasi dan merespons dan mengantisipasi

kebijakan perdagangan dan kebijakan pertanian negara mitra utama.

Page 6: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

5

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang strategi

pengembangan komoditas yang berpotensi diperdagangkan ke negara-

negara mitra dan strategi perdagangannya.

2. Dengan perolehan informasi dan data ini, Direktorat Jenderal Pemasaran dan

Pengolahan Pertanian, dan Direktorat-direktorat Jenderal di lingkup

Kementerian Pertanian dapat menyusun program pengembangan komoditas

di tingkat produksi dan pengolahannya secara lebih terarah.

Page 7: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Setiap negara di dunia ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan warganya, antara lain dengan mengolah sumberdaya yang

dimilikinya: alam, manusia, teknologi, manejemen, teknologi dan lain sebagainya

dan bahkan untuk memanfaatkan semua itu sehemat dan seefisien mungkin dengan

tingkat kesejahteraan tertentu atau untuk mencapai tingkat kesejahteraan tertinggi

dengan memanfaatkan sumberdaya.tertentu, termasuk di dalamnya untuk

melakukan perdagangan dan peminjaman modal dan melakukan investasi. Evolusi

dari pemikiran untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan ini memunculkan

beberapa model analisis untuk menjelaskan mengapa negara-negara mau

berdagang satu sama lain dan membuat rumusan kebijakan bagaimana sebaiknya

perdagangan harus dilakukan. Beberapa model yang dicatat dalam literatur antara

lain adalah: (i) Smith, (ii) Ricardo, (iii) Hechscher-Ohlin, (iv) Faktor khas, (v) Teori

perdagangan baru, (vi) Gravitas, (vii) Teori Ricardian, (viii) Teori kontemporer, (ix)

Teori perdagangan Ricardian baru, (x) Barang setengah jadi yang diperdagangkan,

dan (xi) Teori perdaganga Ricardo-Sraffa. Namun, satu pun dari teori ini belum

dapat menjawab dengan baik pertanyaan mengapa perdagangan antar berbagai

negara terjadi, apalagi mencari jawaban yang berlaku umum bagi setiap negara,

sehingga rumusan kebijakannya pun banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan

yang dihadapi suatu atau berbagai negara. Helpman (1998) menyatakan bahwa

memang kita saat ini telah memiliki ragam teori perdagangan internasional yang

mengutamakan ekonomi skala, pemilahan produk dan perbedaan komposisi faktor

sebagai penentu dari struktur perdagangan dunia. Kalau dipadukan, mereka dapat

menjelaskan pola pokok pengkhususan perdagangan, volume perdagangan,

kandungan faktor perdagangan, dan pola perdagangan antar kawasan secara luas.

Meskipun upaya penelitian secara massif selama 20 tahun terakhir telah berjalan,

tetapi hasil-hasilnya belum lengkap. Ini adalah akibat dari kenyataan bahwa kita

Page 8: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

7

mengejar ke titik sasaran yang bergerak, karena sifat perdagangan dunia berubah

dengan laju sangat cepat.

Sampai saat ini, kenyataan menunjukkan bahwa hampir setiap negara

memberikan perlindungan terhadap ekonomi dan industri dalam negerinya sendiri,

melalui berbagai cara, sehingga komoditas dari suatu negara tertentu terhambat

masuk ke negara yang lain. Banyak ragam kebijakan yang dapat dilakukan atau

ditempuh negara yang bersangkutan, yakni melalui:

(i) Pembatasan akses pasar: Ini ditujukan untuk membuat hasil produksi sendiri

lebih murah di dalam negeri dan lebih meluas penyebarannya yang dilakukan

dengan berbagai rintangan perdagangan (tarif dan rintangan bukan-tarif seperti

pembatasan jumlah impor atau kuota, pembatasan akses pasar dan lisensi,

pembatasan permodalan asing dan mitra usaha, monopoli impor dan lain-lain) serta

rintangan bukan-perdagangan seperti sistem hukum yang terbatas keefektifan dan

penegakannya, hak kekayaan intelektual yang terbatas, ragam isu antar-budaya,

hak azasi manusia dan sosial, isu buruh anak-anak dan lingkungan hidup,

pengawasan teknis baik di tingkat pusat dan daerah, antidumping. Kadang-kadang

literatur juga menggolongkan pembatasan akses pasar ini ke dalam dua golongan,

yakni: rintangan kuantitatif dan tindakan kualitatif. Di dalam tindakan kuantitatif

yang terutama adalah tarif, termasuk juga kuota dan pembatasan impor, subsidi

and pengendalian jumlah barang yang beredar. Semuanya digolongkan ke dalam

tindakan kuantitatif karena mudah dilambangkan dalam angka dan juga relatif

mudah diukur karena pada umumnya diumumkan ke publik. Sebaliknya, hambatan

kualitatif mengacu pada kebijakan pemerintah dan aturan-aturan yang secara

langsung atau tidak langsung menghambat perdagangan bebas. Contoh-contohnya

adalah kebijakan persaingan, kebijakan industri, perlakuan berbeda terhadap modal

asing, perbedaan perhitungan bea masuk atau cukai dan pengelompokan, baku

industri dan mutu. Oleh karena itu, hambatan kualitatif lebih sulit diukur karena;

pertama, mungkin tidak disampaikan ke publik dan kedua tidak dinyatakan dalam

angka. Analisis tentang pengenaan tarif atau pemotongannya telah banyak

dilakukan dan pada umumnya dapat diperikan dalam bentuk grafik yang sederhana.

Page 9: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

8

Dari pemaparan tentang alasan-alasan penerapan hambatan tarif atau

perlindungan industri domestik dan penghapusannya untuk menuju ke arah

perdagangan bebas, kenyataan menunjukkan bahwa banyak negara masih

membatasi perdagangannya. Bentuk hambatan perdagangan utama adalah tarif,

kuota, embargo, persyaratan lisensi, penerapan baku dan subsidi. Sebagaimana

disebutkan dalam Anakbab Tujuan Penelitian, sasaran penelitian ini antara lain

untuk menginventatisasi berbagai kambatan tarif atau perlindungan domestik

dengan segala turunannya yang berpengaruh terhadap kinerja ekspor komoditas

pertanian Indonesia. Sebagai suatu ilustrasi adalah dampak pengenaan tarif secara

bersamaan terhadap suatu komoditas, seperti digambarkan pada Diagram 1.

Tentu ada beberapa andaian-andaian yang dipakai untuk menganalisis tarif

ini, antara lain: (1) Negara yang berdagang hanya 2, A dan B, (2) Setiap negara

mempunyai produsen dan konsumen produk yang diperdagangkan, (3) Produk

bersifat seragam, (4) Pasar bersaing sempurna yang berimplikasi: (i) Perusahaan

memproduksi sejumlah barang pada titik keuntungan maksimum dan konsumen

memaksimumkan kepuasan atas barang yang dibeli, (ii) Barang yang

diperjualbelikan sama dan dapat disubstitusikan, (iii) Perusahaan dapat masuk atau

ke luar dari industri secara bebas tergantung dari adanya keuntungan, (iv) Informasi

tersedia secara sempurna, dan (5) Sebelumnya kedua negara berdagang secara

bebas.

Anggap A Negara Besar

Andaikan hanya ada dua negara yang terlibat dalam perdagangan produk, satu

negara pengimpor dan satu negara pengekspor. Kurva penawaran dan permintaan

,masing-masing negara diperlihatkan pada Diagram 1. HB adalah harga

keseimbangan perdagangan bebas. Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

dengan tambahan penawaran B. Angka impor dan ekspor diperlihatkan oleh garis

putus-putus di setiap negara, yakni perbedaan antara penawaran dan permintaan

pada harga pasar bebas HB. Kalau A sebagai negara besar menerapkan tarif impor,

Page 10: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

9

maka harga barang meningkat di pasar domestik A dan harga dunia menurun.

Andaikan setelah pengenaan tarif harga di A meningkat menjadi HmT dan harga di B

turun menjadi HxT . Kalau tarifnya pajak yang khas, maka nilainya adalah T = Hm

T -

HxT sama dengan panjang garis tegak potong-potong di kedua grafik. Kalau tarifnya

pajak ad valorem, maka nilainya adalah T = (HmT / Hx

T) - 1. Hasil perhitungan

dampak pengenaan tarif ini dapat diringkas pada Tabel 1. Jadi bagi negara besar

yang mengimpor, secara umum berlaku bahwa: (1) jika ia mengenakan tarif yang

rendah, kesejahteraan nasionalnya akan meningkat, (2) jika tarif terlalu tinggi,

kesejahteraan nasionalnya akan merosot, dan (3) ada suatu tarif optimal positif

yang dapat memperbesar kesejahteraan nasionalnya. Sedangkan bagi negara

pengekspor terjadi penurunan kesejahteraan nasional, karena surplus produsen

menurun meskipun surplus konsumen meningkat. Namun, perlu diperhatikan atas

terjadinya distribusi pendapatan, yakni sebagian kelompok mendapat manfaat

sementara sebagian kelompok lain menerima kerugian, di mana jumlah nilai

kerugian lebih besar daripada manfaat.

Diagram 1. Ilustrasi dampak kesejahteraan pengenaan tarif negara pengimpor besar

Negara A (Pengimpor)

Negara B (Pengekspor)

D S

J J

H

HmT

HB

HxT

SmT Dm

T DxT Sx

T

A

E F G H

C

B D

e

a b c d

h gf

S

D

Page 11: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

10

Tabel 1. Dampak Kesejahteraan Pengenaan Tarif Impor

Negara

Pengimpor

Negara

Pengekspor

Surplus Konsumen - (A + B + C + D) + e

Surplus Produsen + A - (e + f + g +h)

Penerimaan Pemerintah + (C + G) 0

Kesejahteraan Nasional + G - (B + D) - (f + g + h)

Kesejahteraan Dunia - (B + D) - (f + h)

Anggap A Negara Kecil

Negara ini menghadapi harga dunia dalam pasar bebas sebesar HB.

Keseimbangan pasar bebas terlihat di Diagram 2 dibawah dengan HB adalah harga

pasar bebas. Pada harga senilai ini permintaan domestik adalah DB, sebagian

diperoleh dari pasar domestik sebesar SB, dan sisanya dari impor sebesar (DB -

SB). Kalau A mengenakan tarif khas, maka harga di dalam negeri meningkat senilai

tarif itu. Andaikan harga di A meningkat menjadi HmT akibat tarif tersebut. Nilai tarif

adalah t = (HmT - HB), yang besarnya adalah garis putus-putus pada diagram. Hasil

perhitungan dampak kesejahteraan pengenaan tarif ini bagi konsumen, produsen

dan pemerintah negara pengimpor serta agregat nasional diringkas pada Tabel 2.

Page 12: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

11

Diagram 2. Ilustrasi dampak kesejahteraan pengenaan tarif negara pengimpor kecil

Tabel 2. Dampak Kesejahteraan Pengenaan Tarif Impor

Negara Pengimpor

Surplus Konsumen - (A + B + C + D)

Surplus Produsen + A

Penerimaan Pemerintah + C

Kesejahteraan Nasional - (B + D)

Negara A (Pengimpor)

D

S

J

H

HmT

HB

SmT Dm

T

A C B D

DB SB

Page 13: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

12

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Mengikuti uraian yang disampaikan dalam Bab Kerangka Teoritis sebelumnya,

kinerja perdagangan sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya pengenaan hambatan

perdagangan berupa tarif dan lain-lain atau hambatan bukan-perdagangan serta

instrumen-instrumen lain yang mungkin tidak kasat mata atau terpublikasi secara

meluas. Dengan demikian, ada tidaknya hambatan ekspor di negara-negara

pengimpor ini akan terdeteksi dalam perkembangan ekspor Indonesia, dalam

jumlah, volume atau nilai ke negara-negara tersebut. Indikator-indikator jumlah,

volume atau nilai ekspor ini lazimnya tersedia dalam berbagai sumber data

sekunder, sehingga peneliti tidak perlu menciptakan indicator baru lagi.

Indonesia aktif dalam perdagangan dunia pada berbagai ragam komoditas,

termasuk pertanian. Secara garis besar, komoditas yang diperdagangkan tersebut,

kalau menggunakan Kode HS 2-Angka, berada dalam Kode HS 01-02, 04-21, 40 dan

52, tetapi pegelompokan ini masih terlalu umum dan setiap kelompok mencakup

ribuan mata dagang (Tabel 3). Oleh karena itu, tim penelti mencermati pemilihan

komoditas yang ada di kelompok-kelompok HS ini untuk kemudian ditelusuri kinerja

ekspornya di berbagai Negara tujuan ekspor. Cakupan waktu yang akan diambil

sebagai patokan adalah perkembangan ekspor selama 5 tahun terakhir.

Tabel 3. Pengelompokan Komoditas Pertanian menurut Perjanjian Pertanian/PP,

OPD

Kode HS 2-

Angka Nama Komoditas

01 Binatang hidup

02 Daging dan sisa daging yang dapat dimakan

04 Produk susu; telur unggas; madu alam; produk hewani yang

dapat dimakan, Dairy produce; birds' eggs; natural honey;

edible products of animal origin,

Page 14: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

13

tidak dirinci atau termasuk dalam pos lain

05 Produk hewani, Products of animal origin,

tidak dirinci atau termasuk dalam pos lain

06 Pohon hidup dan tanaman lainnya; umbi, akar dan sejenisnya;

Live trees and other plants; bulbs, roots and the like;

bunga potong dan daun ornamen

07 Sayuran dan akar serta bonggol tertentu yang dapat dimakan

08 Buah dan buah bertempurung yang dapat dimakan; kulit dari

buah jeruk atau melon

09 Kopi, teh, mate dan rempah-rempah

10 Serealia

11 Produk industri penggilingan; malt; pati; inulin; gluten

gandum

12 Biji dan buah mengandung minyak; bermacam-macam butir,

biji dan buah; tanaman industri atau tanaman obat; jerami

dan makanan ternak

13 Lak; getah, damar dan sap serta ekstrak nabati lainnya

14 Bahan anyaman nabati; produk nabati tidak dirinci atau

termasuk dalam pos lain

15 Lemak dan minyak hewani atau nabati serta produk

disosiasinya; lemak olahan yang dapat dimakan; malam

hewani atau malam nabati

16 Olahan dari daging, dari ikan, dari krustasea, moluska atau

invertebrata air lainnya

17 Gula dan kembang gula

18 Kakao dan olahan kakao

19 Olahan dari serealia, tepung, pati atau susu; produk industri

kue

20 Olahan dari sayuran, buah, biji/kacang atau bagian lain dari

tanaman

21 Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan

40 Karet dan barang daripadanya

52 Kapas Sumber : BTBMI.

Page 15: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

14

Berhubung komoditas-komoditas dalam Kode HS 2-Angka masih terlalu luas,

tidak mudah menelusuri dan mengidentifikasikan komoditasnya karena merupakan

agregasi ribuan mata dagang, serta agar penelitian ini dapat dilakukan di lapangan,

maka peneliti perlu mengikuti enam (6) langkah sebagai berikut:

1. Menginventarisasi jenis komoditas pertanian ekspor Indonesia dan jumlah

serta nilainya selama lima tahun terakhir secara agregat, tanpa

memperhatikan negara tujuan ekspornya,

2. Dari inventarisasi ini, tim peneliti secara sengaja mengesampingkan

komoditas-komoditas perkebunan yang terkait dengan kelapa sawit, karet,

kakao, kopi dan teh karena berbagai penelitian sudah banyak dilakukan untuk

komoditas-komoditas ini; serta komoditas-komoditas perikanan yang tidak

lagi merupakan komoditas-komoditas yang menjadi binaan Kementerian

Pertanian,

3. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di butir (1) dan (2), dilakukan

pemilihan pelabuhan utama (berdasarkan nilai ekspornya) yang mengekspor

komoditas pertanian di Indonesia, sekaligus mengidentifikasi komoditas

pertanian utama yang diekspor dari pelabuhan terpilih,

4. Kemudian dari setiap pelabuhan ekspor dipilih satu komoditas yang bernilai

ekspor paling besar dan laju pertumbuhan nilai ekspornya juga tinggi, yang

selanjutnya dipertimbangkan sebagai komoditas yang diteliti lebih lanjut,

5. Menetapkan negara tujuan komoditas pertanian utama yang terpilih di butir

(4),

6. Menginventarisasi jenis hambatan yang mempengaruhi ekspor komoditas-

komoditas pertanian terpilih di butir (4) dan mencari kaitannya dengan

kebijakan perdagangan dan kebijakan lain yang berpengaruh,

7. Melakukan analisis deskriptif dan inferensial intensif terhadap indikator-

indikator volume, jumlah, atau nilai ekspor dan hubungannya dengan faktor-

faktor penghambat di butir (6) dan peubah yang mempengaruhinya,

Page 16: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

15

8. Melakukan analisis simulasi dampak perubahan hambatan-hambatan yang

dipertimbangkan dengan kinerja ekspor pertanian Indonesia di Negara

pengimpor.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Sampai saat ini ragam komoditas ekspor yang menonjol masih seputar

produk bahan mentah atau setengah-jadi perkebunan seperti minyak sawit mentah,

biji kakao asalan, biji kopi asalan, kopra dan berbagai komoditas rempah-rempah

lainnya. Berhubung penelitian pada komoditas-komoditas tersebut sudah sangat

sering dan banyak dilakukan, maka penelitian ini memilih komoditas-komoditas

selain itu. Untuk itu penelitian ini akan menyoroti komoditas-komoditas yang juga

berupa bahan mentah dan berpotensi dikembangkan menjadi produk setengah jadi

atau jadi, tetapi belum banyak diangkat dalam penelitian-penelitian sebelumnya,

meskipun pada saat ini volume dan nilai ekspornya masih jauh dibandingkan

komoditas ekspor pertanian yang disebutkan di atas. Namun, demikian penentuan

jenis-jenis komoditas ini tidaklah mudah, karena sangat mungkin pos tarif (tariff

line) komoditas-komoditas ini, dalam hal ini Kode HS lebih dari 4-Angka, belum ada

sehingga ia masuk dalam suatu kelompok besar. Untuk itu para peniliti menempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Berdasarkan ruang lingkup masalah dan Anakbab Kerangka Pemikiran diatas,

komoditas yang menjadi perhatian dan data yang dibutuhkan dalam

penentuan jenis komoditasnya ditentukan dari besaran berat, jumlah dan

volume ekspor selama lima (5) tahun terakhir, yaknitahun 2007 sampai

dengan 2011 secara agregat, dari pelabuhan terpilih tanpa memperhatikan

negara tujuan ekspornya,

2. Dari inventarisasi ini, secara sengaja komoditas-komoditas perkebunan yang

terkait dengan kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan teh serta komoditas-

komoditas perikanan diabaikan, sehingga diperoleh gambaran tentang nilai

ekspor komoditas pertanian lain dari berbagai pintu keluar ekspor di

Indonesia,

Page 17: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

16

3. Berdasarkan hasil butir (2) dipilih pelabuhan utama yang mengekspor hasil

pertanian melalui pertimbangan nilai ekspornya,

4. Setelah pelabuhan utama ekspor pertanian teridentifikasi, langkah

selanjutnya adalah mengurai jenis komoditas pertanian utama yang diekspor

dari pelabuhan terpilih tersebut, dan memilih komoditas pertanian ekspor

utama, berdasarkan pertimbangan nilai ekspornya dan laju pertumbuhannya ,

5. Komoditas-komoditas pertanian ekspor yang terpilih ini kemudian diikuti

aliran perdagangannya mulai dari petani, pedagang desa, pedagang

kecamatan, pedagang besar atau ekspor sampai negara-negara tujuan

ekspornya,

6. Di negara-negara tujuan, tim peneliti akan menggali data dan informasi

tentang negara-negara lain sebagai sumber pemasok komoditas yang sama

dengan komoditas pertanian ekspor Indonesia dan memperbandingkan

kinerja ekspor sesama negara pemasok ini, yang diwakili oleh perkembangan,

kecenderungan penurunan atau peningkatan pada peubah-peubah seperti

volume, nilai, dan harga komoditas ekspor pertanian di pelabuhan ekspor

(FOB) dan di negara-negara tujuan (CIF) serta harga-harga di pasar dunia,

pangsa pasar dan perkembangan pangsa pasar Indonesia di negara-negara

tujuan,

7. Pada setiap simpul-simpul pemasaran atau perdagangan ini, terutama di

dalam negeri akan dilakukan wawancara terhadap pelakunya untuk menggali

informasi tentang berbagai hal menyangkut: aspek produksi mencakup antara

lain ketersediaan masukan seperti bibit, penggunaan pupuk, pola pemasaran,

kendala budidaya, kesesuaian harga; aspek pemasaran, menyangkut

ketersediaan bahan baku, bentuk produk yang diperdagangkan, ketersediaan

dan sumber permodalan, pemahaman tentang pasar ekspor dan kesesuaian

mutu produk untuk ekspor, serta kebijakan pendukung dan penghambat

usaha ekspor di dalam negeri dan negara tujuan. Sementara tentang

kebijakan negara tujuan, akan digali data dan informasi tentang kebijakan-

kebijakan yang menghambat atau mendorong impor komoditas pertanian dari

Page 18: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

17

Indonesia dari berbagai sumber seperti literatur, penelusuran daring (online

search) di jejaring komunikasi, komunikasi dengan perwakilan perdagangan

atau pertanian, kamar dagang di negara-negara tujuan ekspor,

8. Selain menganalisis data secara langsung, data dan informasi kuantitatif dan

kualitatif di butir (6) juga akan digunakan untuk membangun skenario-

skenario untuk analisis simulasi perubahan kebijakan perdagangan dan atau

kebijakan lain yang berkaitan dengan ekspor komoditas pertanian Indonesia,

9. Merumuskan kesimpulan dan saran-saran kebijakan dari hasil analisis data

dan informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara dan metoda

pengolahan data.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Berdasarkan ruang lingkup masalah dan penjelasan sebelumnya, daftar

pelabuhan utama pengeksporan komoditas pertanian yang dipertimbangkan dan

menjadi nmenjadi sorotan penelitian ini tertera di Lampiran Tabel 1. Pelabuhan-

pelabuhan tersebut adalah Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya),

Belawan (Medan), Panjang (Lampung), dan Bitung, Manado. Selanjutnya,

berdasarkan nilai kumulatif ekspor komoditas pertanian selama 5 tahun kemudian

dipilih komoditas-komoditas pertanian, yang diwakili oleh pos tarif dan nama

komoditasnya, yang memiliki nilai kumulatif ekspor tertinggi untuk setiap pelabuhan

utama tadi. Senaraian komoditas untuk setiap pelabuhan tertera pada Lampiran

Tabel 2. Dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta ekspor utama adalah produk

kembang gula (termasuk coklat putih), tidak mengandung kakao: Lainnya (HS

1704909000); dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya produk pertanian ekspor

utama adalah kacang mede berkulit (HS 0801310000); pelabuhan Belawan,

Medan terutama mengekspor biji pinang (betel nuts) dengan nomor HS

0802901000; dari pelabuhan Panjang, Lampung diekspor komoditas nanas (HS

2008200000); dan pelabuhan Bitung, Manado lebih utama mengekspor minyak

Page 19: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

18

kelapa (kopra) dan fraksinya minyak mentah dengan nomor HS 1513110000.

Namun, karena produk kembang gula (HS 1704909000) sudah lebih mengarah ke

produk industri, maka analisis untuk komoditas ini dilakukan tidak terlalu mendalam

sehingga komoditas ekspor pertanian dari Tanjung Priok akan diutamakan pada

komoditas-komoditas ekpor pertanian dari pelabuhan di atas lainnya, yakni HS

0801310000), HS 0802901000, HS 2008200000, dan HS 1513110000.

Selain itu komoditas biji pinang (HS 0802901000) yang diekspor dari pelabuhan

Belawan juga diabaikan pada penelitian ini, karena nilai kumulatif ekspornya selama

5 tahun terakhir hanya sekitar 55 persen dari nilai ekspor nanas dan olahannya (HS

2008200000) dari pelabuhan Panjang.

3.3.2. Lokasi dan Responden

Berdasarkan data dan informasi tentang pelabuhan utama dan komoditas

utama di atas, dengan demikian lokasi-lokasi penelitian akan berada di provinsi DKI

Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Utara, sedangkan kabupaten/kotanya

akan ditentukan kemudian. DKI Jakarta menjadi lokasi penelitian karena dengan

teridentifikasinya komoditas-komoditas pertanian beserta nomor HSnya di atas,

maka dengan sendirinya wilayah Jakarta juga layak menjadi lokasi penelitian, karena

penentu kebijakan serta pemangku kepentingan komoditas pertanian ekspor banyak

terdapat di sini. Cakupan responden data primer adalah mulai dari kelompok petani,

nara sumber (pedagang pengumpul, pedagang besar atau pengekspor), dan nara

sumber-nara sumber lain di bidang perdagangan komoditas pertanian serta penentu

kebijakan di berbagai tingkat administrasi pemerintahan, termasuk administrasi

pelabuhan. Pengambilan data dan informasi dilakukan secara bertahap mulai dari

nara sumber dan penentu kebijakan yang dapat mengidentifikasi permasalahan

pengembangan komoditas pertanian.

Kecuali petani atau kelompok tani, para responden di atas akan dipilih secara

sengaja untuk mengikuti aliran komoditas pertanian dari lokasi produksi sampai ke

titik akhir pengekporan, yakni pelabuhan. Sedangkan responden petani atau

kelompok petani akan dipilih secara acak di daerah produsen utama komoditas

Page 20: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

19

ekspor pertanian tersebut yang berada di dua daerah administrasi kabupaten/kota

dan masing-masing diwakili oleh satu kecamatan per kabupaten. Secara garis besar,

cakupan persebaran contoh dicantumkan pada Lampiran Tabel 3. Sementara itu,

negara-negara tujuan ekspor belum dapat ditentukan pada saat proposal ini ditulis,

karena para peneliti masih membutuhkan data yang lebih banyak dan tepat dan

pengumpulan dan penghimpunan data masih sedang berjalan, dan akan terus

berlangsung bersama-sama dengan pelaksanaan penelitian.

3.4. Data dan Metoda Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini akan menggabungkan data primer dan data sekunder. Data

primer tentang jenis-jenis hambatan bukan tarif akan dikumpulkan dari mulai

kelompok produsen komoditas pertanian ekspor (petani/kelompok tani); kelompok

asosiasi produsen/pedagang/pengekspor; kelompok pedagang (desa, kecamatan,

kabupaten, propinsi), pedagang besar, serta perusahaan pengekspor produk

pertanian melalui modul kuesioner, masing-masing Lampiran Tabel 4, Lampiran

Tabel 5, Lampiran Tabel 6.

Kecuali petani atau kelompok tani, para responden di atas akan dipilih secara

sengaja untuk mengikuti aliran komoditas pertanian dari lokasi produksi sampai ke

titik akhir pengekporan, yakni pelabuhan. Sedangkan responden petani atau

kelompok petani akan dipilih secara acak di daerah produsen utama komoditas

ekspor pertanian tersebut yang berada di dua daerah administrasi kabupaten/kota

dan masing-masing diwakili oleh satu kecamatan per kabupaten. Dengan demikian

lokasi-lokasi penelitian akan berada di provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Lampung,

dan Sulawesi Utara, sedangkan kabupaten/kotanya akan ditentukan kemudian.

Meskipun demikian penelitian ini lebih mengutamakan analisis data agregat nasional

dan internasional berupa data sekunder baik dari hasil-hasil kajian terkait OPD dan

Perjanjian Pertanian/PP, hasil-hasil kajian terkait dengan integrasi ekonomi dan

perdagangan di berbagai wilayah dunia, terutama di Asia maupun data statistik,

Page 21: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

20

serta bahan-bahan perundingan Perjanjian Pertanian/PP atau AoA dan perundingan-

perundingan KPW/KPT/KPB di berbagai wilayah tersebut pada periode sebelumnya.

Data sekunder lain diperoleh melalui wawancara (dengan kuesioner di Lampiran

Tabel 7) dan penelusuran pustaka, laporan-laporan dan publikasi data dari instansi-

instansi terkait, seperti: Kantor Badan Statistik Propinsi; Dinas

Pertanian/Perkebunan/Peternakan/Perindustrian/Perdagangan Propinsi; Badan

Statistik; Departemen Perdagangan/Keuangan/Luar Negeri; Forum WTO Nasional;

Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat

Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Perternakan, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Departemen Pertanian; Direktorat Jenderal Bea Cukai, Departemen

Keuangan, Asosiasi Eksportir dan Importir Komoditas Pertanian; Asosiasi Petani atau

Produsen Komoditas Pertanian; PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) ; OPD; Bank

Dunia; Dana Moneter Internasional/DMI; Sekretariat Jenderal ASEAN; Kedutaan

Besar Berkuasa Penuh China di Indonesia; lembaga komoditas dan penelitian milik

pemerintah dan lembaga internasional, jasa ekspedisi (courier) swasta nasional dan

internasional, dan lain-lain.

Data dan informasi dari sumber sekunder yang diperlukan meliputi tarif dan

strukturnya, Produk Domestik Bruto, keragaan penduduk dan keragaan ekspor dan

impor tiap negara mitra dagang/KPW Indonesia yang diharapkan dapat diperoleh di

kantor bea dan cukai (pelabuhan) [Lampiran Tabel 8].

Di negara-negara tujuan, tim peneliti akan menggali data dan informasi

tentang negara-negara lain sebagai sumber pemasok komoditas yang sama dengan

komoditas pertanian ekspor Indonesia dan memperbandingkan kinerja ekspor

sesama negara pemasok ini, yang diwakili oleh perkembangan, kecenderungan

penurunan atau peningkatan pada peubah-peubah seperti volume, nilai, dan harga

komoditas ekspor pertanian di pelabuhan ekspor (FOB) dan di negara-negara tujuan

(CIF) serta harga-harga di pasar dunia, pangsa pasar dan perkembangan pangsa

pasar Indonesia di negara-negara tujuan.

Page 22: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

21

Sedangkan aspek pertanian meliputi luas areal; produksi dan produktivitas

komoditas pertanian; volume dan nilai ekspor serta impor komoditas pertanian

Indonesia, negara mitra utama/KPW Indonesia dan dunia; harga berbagai

komoditas pertanian di dalam negeri di tingkat produsen dan konsumen serta di

pasar dunia; baku mutu komoditas pertanian di dalam negeri dan dunia; kebijakan

perdagangan pertanian negara mitra KPW Indonesia, yang menyangkut antara lain

tingkat tarif, kuota tarif, hambatan nontarif, dan baku mutu komoditas pertanian.

Untuk mendukung analisis penelitian dilakukan wawancara dengan para pengambil

kebijakan daerah maupun pusat ataupun informan kunci yang relevan (dengan

kuesioner di Lampiran Tabel 7). Walaupun pendekatan ini bukan yang utama,

namun dalam mencari pengaruh dampak dari berbagai kebijakan yang dihasilkan

perundingan perdagangan wilayah atau kawasan, tentunya dalam penelitian ini

diperlukan informasi dari berbagai pengambil/pemberi kebijakan di tingkat daerah

dan pusat.

Pada setiap simpul-simpul pemasaran atau perdagangan di dalam negeri

akan dilakukan wawancara terhadap pelakunya untuk menggali informasi tentang

berbagai hal menyangkut: aspek produksi mencakup antara lain ketersediaan

masukan seperti bibit, penggunaan pupuk, pola pemasaran, kendala budidaya,

kesesuaian harga; aspek pemasaran, menyangkut ketersediaan bahan baku, bentuk

produk yang diperdagangkan, ketersediaan dan sumber permodalan, pemahaman

tentang pasar ekspor dan kesesuaian mutu produk untuk ekspor, serta kebijakan

pendukung dan penghambat usaha ekspor di dalam negeri dan negara tujuan.

Sementara tentang kebijakan negara tujuan, akan digali data dan informasi tentang

kebijakan-kebijakan yang menghambat atau mendorong impor komoditas pertanian

dari Indonesia dari berbagai sumber seperti literatur, penelusuran daring (online

search) di jejaring komunikasi, komunikasi dengan perwakilan perdagangan atau

pertanian, kamar dagang di negara-negara tujuan ekspor.

Page 23: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

22

3.4.2. Metoda Analisis

Penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik analisis, kombinasi

metoda dan alat-alat deskriptif, ekonometrik dan simulasi komputer untuk

menjelaskan masalah-masalah penelitian dengan Global Trade Analysis Project

(GTAP) Modeling. Pemilihan metoda atau alat analisis didasarkan pada kerelevanan

masalah dan ketersediaan data dan informasi untuk menjawab masalah.

Metoda Analisis Kinerja Perdagangan Bilateral/Regional

Kinerja perdagangan bilateral dan regional dianalisis melalui perkembangan

pangsanya, pertumbuhan nilainya, dan nilai derajat intensitas perdagangan intra

industri dan model gravitas. Dalam model gravitas, arus barang antara dua negara

(ekspor, impor, atau jumlah ekspor dan impor dapat dijelaskan oleh tiga jenis

peubah. Kelompok pertama berkaitan dengan potensi permintaan negara

pengimpor, kelompok ke dua menyangkut keadaan pasokan di negara pengekspor,

dan kelompok ke tiga berkaitan dengan semua faktor yang mungkin menghambat

atau mendorong arus barang secara bilateral. Dayatarik pendekatan gravitas berasal

dari kemampuannya untuk memberi kesempatan untuk mengkaji adanya

penympangan pola perdagangan dari keadaan normalnya (Agostino et al. Tak

bertahun). Ini dilakukan dengan penambahan peubah baru yang mempengaruhi

perdagangan. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan dua pilihan model

berdasarkan tingkat agregasi data yang tersedia. Untuk kasus ekspor total dan

ekspor pertanian total digunakan persamaan gravitas sebagai berikut:

Persamaan 1;

1 2 3 4 1 2

3 4 5 6 7 1 2 3

ln ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( )ijt it jt it jt ij ij

ij ij ij ij ijt ijt ijt ijt ijt

b nb

X PDB PDB POP POP JAR BAH

TET BJJ PUL DAR KPB GSP GSP Lain

Sedangkan apabila tingkat agregasi untuk peubah takbebas diambil 2-digit,

persamaannya adalah

Page 24: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

23

Persamaan 2;

1 2 3 4 1 2

3 4 5 6 7 1 2 3

ln ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( )ijt it jt it jt ij ij

ij ij ij ij ijt ijst ijst ijst ijt

s

b nb s

X PDB PDB POP POP JAR BAH

TET BJJ PUL DAR KPB GSP GSP Lain

di mana: indeks i menunjukkan negara pengekspor dan j negara pengimpor, dan s

untuk sektor pertanian dan t adalah waktu. X adalah volume ekspor, PDB adalah

Produk Domestik Bruto, POP adalah populasi dan JAR adalah jarak antara dua

ibukota negara. Unsur ijt

. dan ijt

s adalah galat. Untuk mengawasi pengaruh faktor

yang khas dari pasangan dua negara dalam perdagangan bilateral, model juga

memasukkan beberapa peubah boneka seperti BAH dan TET bernilai satu manakala

kedua negara memiliki bahasa yang sama dan bertetangga. JJH adalah peubah

boneka untuk menunjukkan apakah negara i adalah jajahan negara j dan PUL dan

DAR adalah jumlah negara pulau dan negara daratan dalam pasangan ke dua

negara. KPB adalah peubah boneka yang bernilai 1 apabila i dan j termasuk dalam

KPB yang sama, seperti ASEAN, selainnya bernilai 0. Peubah boneka GSPb bernilai 1

apabila arus barang dari negara i ke negara j diatur dalam program GSP biasa dan

GSPnb bernilai 1 apabila arus barang dari negara i ke negara j terjadi karena adanya

program GSP secara khusus untuk negara berkembang, dan peubah LAIN adalah

peubah boneka yang bernilai 1 apabila arus perdagangan dari negara i ke negara j

terjadi karena program GSP lainnya.

Metoda Analisis Dampak Perdagangan Bilateral/Regional

Untuk melihat secara ex–ante dampak KPB Indonesia–dengan negara atau

kelompok negara-negara lain (akan ditentukan kemudian)1, para peneliti melakukan

simulasi sederhana melalui model GTAP. Di dalam basis data GTAP perlu dilakukan

penyesuaian dalam “closure” (peubah yang digolongkan sebagai endogenous dan

exogenous). Peubah yang dimasukkan adalah peubah yang berlaku dalam jangka

panjang walaupun dalam hal ini program yang dipergunakan masih “static”. Jangka

                                                            1   Pada hakekatnya KPB ini juga sebenarnya adalah suatu kebijakan perdagangan yang

dilakukan dua fihak.

Page 25: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

24

panjang dalam perekonomian ini ditandai dengan adanya akumulasi modal yang

terjadi dalam suatu perekonomian, sehingga CAPITAL masuk ke dalam peubah

endogenous, sedangkan penentuan hasil nilai akhir simulasi atau solution method

dilakukan melalui Johansen Step–1 yang menghitung iterasi solusi optimal secara

linier.

Analisis GTAP merupakan salah satu dari paket model CGE yang memiliki

basis data hingga 89 negara dengan 57 sektor. Paket program ini memuat : [1]

Peubah kuantitatif (Quantity variables); [2] Peubah harga (Price Variables); [3]

Peubah kebijakan (Policy Variables); [4] Peubah perubahan teknologi (Technical

Change Variables); [5] Peubah boneka (Dummy Variables); [6] Peubah cadangan

(Slack Variables); [7] Peubah nilai dan perdapatan (Value and Income Variables);

[8] Peubah kepuasan/utilitas (Utility Variables); [9] Peubah Kesejahteraan (Welfare

Variables) dan [10] Peubah neraca perdagangan (Trade Balance Variables). Analisis

GTAP dapat dipergunakan untuk melihat dampak perdagangan (tarif, subsidi ekspor,

dll) dalam kerangka: (1) satu negara (single country) dan (2) multi market, multi

country (banyak pasar atau negara).

Selain menggunakan analisis GTAP, alat analisa lain yang dapat digunakan

adalah WITS (World Integrated Trade Solution). WITS adalah software yang

diciptakan oleh Bank Dunia dan merupakan pintu masuk untuk menganalisis data

perdagangan dan proteksi. Selain itu WITS merupakan alat analisis untuk

aggregasi, ekstraksi data dan analisis dan simulasi perubahan tarif. WITS sendiri

mencakup beberapa data seperti :

1. COMTRADE, berisikan data impor dan ekspor komoditas (HS code 6

digit) dari 274 negara sejak tahun 1962 – sekarang,

2. TRAINS (Berisikan data IMPOR, Tarif, hambatan bukan tarif/HBT atau

Non-tariff barrier/NTB)

3. WTO IDB (impor dan tarif)

4. WTO CTS (bound).

Page 26: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

25

IV. ANALISIS RISIKO

No RISIKO PENYEBAB DAMPAK

I. Beragam dan luasnya

cakupan kebijakan yang

diterapkan oleh negara

mitra terhadap komoditas

yang diimpor dari Indonesia

Keragaman posisi,

status, dan target

negara mitra serta

keragaman berbagai

komoditas yang diimpor

dari Indonesia

Hanya beberapa

kebijakan utama

yang terukur dan

tersedia data dan

informasinya yang

signifikan saja yang

dianalisis padahal

dampak kebijakan

lain yang diabaikan

bisa saja lebih

signifikan

II. Beragam dan luasnya

cakupan kebijakan

perdagangan (tarif dan non-

tarif serta lainnya) yang

diterapkan oleh negara

mitra terhadap komoditas

yang diimpor dari Indonesia

Keragaman posisi,

status, dan target

negara mitra serta

keragaman berbagai

komoditas yang diimpor

dari Indonesia

Hanya beberapa

kebijakan

perdagangan (tarif

dan non-tarif) utama

yang terukur dan

tersedia data dan

informasinya yang

signifikan saja yang

dianalisis padahal

dampak kebijakan

perdagangan lain

yang diabaikan bisa

saja lebih signifikan

III. Terbatasnya informasi dan

data yang dapat didapatkan

tentang kebijakan-kebijakan

terutama yang terkait

kebijakan perdagangan dari

negara-negara mitra

Kesulitan mendapatkan

informasi dan data

tentang kebijakan

termasuk kebijakan

perdagangan negara

mitra baik dari kantor

pemerintah resmi

Indikator dan data

tentang kebijakan

termasuk kebijakan

perdagangan dari

negara mitra kurang

signifikan, tidak

lengkap, tidak

Page 27: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

26

maupun dari lembaga

internasional dan atau

web

terukur, dan kurang

dapat diandalkan

IV. Perbedaan besaran tarif dan

non-tarif yang diterapkan

oleh negara mitra dengan

informasi dari dalam negeri

Kesulitan mendapatkan

dokumen resmi dan

konsisten tentang besar

dan penerapan tarif dan

non-tarif negara mitra

Perhitungan akibat

dan dampak

kebijakan termasuk

kebijakan

perdagangan

terhadap ekspor

Indonesia menjadi

kurang presisi dan

tajam serta

kemungkinan akan

bias

V. Banyaknya cakupan dan

luasnya nama, jenis dan

level pengolahan dari

komoditas ekspor yang akan

dianalisis termasuk

pelabuhan ekspor yang

digunakan

Nama, jenis dan level

pengolahan dari

komoditas ekspor yang

akan dianalisis sangat

beragam termasuk

pelabuhan ekspor yang

digunakan

Analisis, kunjungan

lapang, perhitungan,

dan biaya penelitian

akan terlalu banyak,

lama dan

membutuhkan biaya

besar

Page 28: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

27

IV. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Susunan Tim Pelaksana

No N a m a Gol. Jabatan Fungsional/Bidang Keahlian

Kedudukan Dalam Tim

1. Prof. Budiman Hutabarat, SP, Ph.D. IV/e

Profesor Riset / Ekonomi Pertanian

Penanggung Jawab/ Anggota

2. Dr. Saktyanu K. Dermoredjo IV/a Ekonomi Pertanian Anggota

3. Frans B. M. Dabukke, SP, MSi III/c Ekonomi Pertanian Anggota

4. Ir. Arief Iswariyadi, Ph.D. IV/a Ekonomi Pertanian Anggota

5. Ir. Muhammad Iqbal, MS IV/a Ekonomi Pertanian Anggota

6. Eddy S. Yusuf, SE III/b Staf Penunjang Anggota

7. Drs. Dondy A. Setiabudi, MSi(Peneliti dari BBPasca Panen) IV/b Teknologi

Pertanian Anggota

Page 29: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

28

5.2. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan B u l a n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan :

Studi Pustaka

Pembuatan/Penyempurnaan

proposal

Penyusunan kuesioner

Seminar Proposal

2. Pengumpulan data

3. Pengolahan dan Analisa data

4. Penulisan Laporan Tengah

Tahun

5. Penulisan Laporan Akhir

6. Seminar Laporan Akhir

7. Perbaikan Laporan Akhir

8. Penggandaan Laporan

Page 30: PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_10.pdf · PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN ... Pada harga HB, tambahan permintaan A sama

29

Daftar Pustaka

Agostino, M. R. , F. Aiello and P. Cardamone. Analysing the Impact of Trade Preferences in Gravity Models_Does Aggregation Matter. Working Paper 07/4. http://ageconsearch.umn.edu/handle/7294. Accessed August 2012.

Bacchetta, M. and C. Beverelli. 2012. Non-tariff measures and the WTO. http://www.voxeu.org/article/trade-barriers-beyond-tariffs-facts-and-challenges. Accessed August 2012.

Bussière, M., E. Pérez-Barreiro, R. Straub and D. Taglioni. 2010. Protectionist Responses to the Crisis_Global Trends and Implications. European Central Bank. Frankfurt am Main, Germany. www.ecb.int/pub/pdf/scpops/ecbocp110.pdf. Accessed August 2012.

Helpman, E. 1998. Explaining the Structure of Foreign Trade: Where Do We Stand? Weltwirtschaftliches Archly 134(4) : 573-589. www.economics.uni-lintz.ac.at. Accessed August 2012.

WTO. 2012. World Trade Report 2012. Trade and public policies: A closer look at non-tariff measures in the 21st century. http://www.wto.org/english/res_e/publications_e/wtr12_e.htm. Accessed August 2012.