pengaruh pemupukan n dan interval defoliasi … · karya skripsi yang saya tulis adalah asli ......

53
i PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens) SKRIPSI OLEH : SRI WAHYUNI HAKIM PACI I 111 11 328 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: hoanghanh

Post on 08-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL

DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA

RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN

RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens)

SKRIPSI

OLEH :

SRI WAHYUNI HAKIM PACI

I 111 11 328

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

ii

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL

DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA

RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN

RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens)

SKRIPSI

OLEH :

SRI WAHYUNI HAKIM PACI

I 111 11 328

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Wahyuni Hakim Paci

NIM : I 111 11 328

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 27 November 2015

Sri Wahyuni Hakim Paci

iv

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Skripsi.

Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang

membawa perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab.

Penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dan membimbing dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudul ” Pengaruh Pemupukan N dan Interval Defoliasi terhadap Alokasi

Biomassa Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Signal

(Brachiaria decumbens) ” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

pada jurusan Ilmu peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya Kepada pembimbing akademik sekaligus pembimbing dalam penelitian

Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr dan Dr. Ir. Budiman Nohong, MP

sebagai pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

mendidik, membimbing, memberikan arahan, ide, nasihat, dan motivasi dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selama proses belajar. Ucapan terima

kasih, rasa sayang dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda Hatifah

dan Ayahanda Abd. Hakim Paci atas kasih sayang, cinta, Doa, didikan dan

dukungan yang tulus diberikan, serta kepada Saudara-saudariku Jamal Hakim,

Undin Hakim, Jamila Hakim, Andy Hakim, Santi Hakim yang selalu memberi

vi

semangat dan suasana hangat melalui canda tawa sehingga penulis semakin

bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi. Tak lupa pula penulis mengucapakan

terima kasih kepada kakak tercinta Rusdi, S.Pt yang selama ini senantiasa

mendoakan, setia dan sabar menemani suka dan duka kehidupan penulis dan

kepada sahabat tercinta Muhammad Yunus K, Nurannisa Fitri, Asriani,

Wardayanti, Tirta, Syamsurya, Yatti Dwi Ariyanti yang selalu membantu,

menghibur, serta memotivasi dalam proses belajar,. Terima kasih pula kepada

Kanda Sema dan rekan-rekan SOLANDEVEN, HUMANIKA UNHAS,

HIMAPROTEK UNHAS, KKN UNHAS GELOMBANG 87 Desa Siwolong

Polong Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, yang terus memberi

dukungan dan bantuan kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan.

Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakan kekurangan

tersebut. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.

Amin Ya Robbal Alamin.

Makassar, 27 November 2015

Sri Wahyuni Hakim Paci

vii

RINGKASAN

Sri Wahyuni Hakim Paci. (I 111 11 328). Pengaruh Pemupukan N dan

Interval Defoliasi terhadap Alokasi Biomassa Rumput Benggala (Panicum

maximum) dan Rumput Signal (Brachiaria decumbens). (Dibawah bimbingan

Muhammad Rusdy sebagai Pembimbing Utama dan Budiman Nohong

sebagai Pembimbing Anggota)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N dan

interval defoliasi terhadap alokasi biomassa rumput benggala (Panicum

maximum) dan rumput signal (Brachiaria decumbens). Rancangan yang

digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3 x 3

dengan 3 ulanganyang terdiri dari faktor A dua jenis rumput ( Rumput Benggala

dan Rumput Signal), faktor B tiga tingkat pemupukan N (0 kg/ha, 100 kg/ha, dan

200 kg/ha) dan faktor C tiga interval defoliasi (Defoliasi 20 hari, defoliasi 30 hari,

dan defoliasi 60 hari). Hasil penelitian memperlihatkan rataan panjang akar

rumput benggala pada pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 71,8 cm, 82,1

cm, 99,3 cm dan pada rumput signal pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu

58,7 cm, 68,4 cm, 93,2 cm. Rataan produksi berat kering akar rumput benggala

pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 17,4 g/pot, 19,5 g/pot, 22,1 g/pot dan

pada rumput signal pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 13,1 g/pot, 14,9

g/pot, 18,7 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput benggala dan

rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 20 hari = 1,91 g/pot,

pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 20 hari = 1,88 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot dan

defoliasi 20 hari = 1,73 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput

benggala dan rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 30 hari = 2,54

g/pot, pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 30 hari = 2,12 g/pot, pemupukan 0,8

g/pot 1,59 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput benggala dan

rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 60 hari = 3,27 g/pot,

pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 60 hari = 3,46 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot dan

defoliasi 60 hari = 2,61 g/pot. Analisis ragam memperlihatkan bahwa jenis rumput

berpengaruh nyata (P<0,05) dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

sedangkan interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang

akar rumput benggala dan rumput signal. Analisis ragam memperlihatkan bahwa

jenis rumput dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) sedangkan

interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi berat kering

akar rumput benggala dan rumput signal. Disimpulkan bahwa peningkatan taraf

pemupukan N meningkatkan panjang akar, dan produksi berat kering akar

sedangkan pemupukan N dan interval defoliasi meningkatkan rasio pucuk

dibanding rasio akar pada rumput benggala dan rumput signal.

Kata Kunci : Rumput benggala, Rumput Signal, Pemupukan, Defoliasi, Akar.

viii

ABSTRACT

Sri Wahyuni Hakim Paci. (I 111 11 328). Effect of Fertilizing N and Interval

defoliation to Biomass Allocation Guinea Grass (Panicum maximum) and

Signal grass (Brachiaria decumbens). (Under Guidance of Muhammad Rusdy

and Budiman Nohong).

This study aims was to determine the effect of N fertilization and

defoliation intervals on biomass allocation of Guinea grass (Panicum maximum)

and Signal grass (Brachiaria decumbens). The design used was a randomized

block design (RAK) in factorial 2 x 3 x 3 with three replications consisting of

three factor. A two kinds of grass (Guinea grass and Signal grass), factor B was

three levels of urea fertilization (0 kg / ha, 100 kg / ha and 200 kg / ha) factor C

was three defoliation intervals (defoliation 20 days, 30 days defoliation and

defoliation 60 days) The results of the study showed that the average length of

guinea grass rootsas influenced by N fertilizationat the rates of 0, 0,4, and 0,8 g

urea/pot were 71.8 cm, 82.1 cm, and 99.3 cm, respectively, and lenght of signal

grass rootas influenced by N fertilization at the rates of 0, 0,4, and 0,8 g urea/pot

were 58,7 cm, 68,4 cm, and 93.2 cm, respectively. The average dry weight

production guinea grass roots as influenced by N fertilization at the roots of 0, 0,4,

and 0,8 g urea/pot were 17,4 g/pot, 19,5 g/pot, and 22,1 g/pot, respectively,

andsignal grass day weight as influenced by N fertilization at the roots of 0, 0,4,

and 0,8 g urea/pot were 13,1 g/pot, 14,9 g/pot, and 18,7 g/pot respectively. The

average ratio of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizer at 0 g/pot

and defoliated 20 days interval was 1.91 g/pot, fertilized 0.4 g/pot and defoliated

20 days interval was 1.88 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 1.73 g/pot. The average

ratio of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizedat 0 g/pot and

defoliated 30 daysinterval was 2.54 g/pot, fertilized 0.4 g/pot and defoliated 30

days interval was 2.12 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 1.59 g/pot. The average ratio

of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizer at 0 g/pot and defoliated

60 days interval was3.27 g/pot, fertilized0.4 g/pot and defoliated 60 days interval

was 3.46 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 2.61 g/pot. Analysis of variance showed that

the type of grass significantly (P<0.05) and fertilization was highly significant

(P<0.01), while defoliation interval is not significant (P>0.05) to the length of the

grass roots and grass Bengal signal. Analysis of variance showed that the type of

grass and fertilizing highly significant (P<0.01), while defoliation interval is not

significant (P>0.05) on dry weight production grassroots and grass Bengal signal.

It is concluded that increasing level of N fertilization increases root length and

root dry weight production while N fertilization and defoliation intervals increase

shoot ratio inguinea grass and signal grass.

Keywords : Guinea grass, Signalgrass, fertilizing, defoliation, Roots.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Pentingnya Hijauan Makanan Teranak ................................................... 3

Sifat-sifat Umum Rumput Benggala (Panicum maximum) ................... 3

Sifat-sifat Umum Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ................... 6

Pemupukan ............................................................................................. 8

Pemotongan (Defoliasi) .......................................................................... 10

Alokasi Biomassa ................................................................................... 13

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 15

Materi Penelitian ..................................................................................... 15

Perlakuan dan Pelaksanaan Penelitian .................................................... 15

Rancangan Percobaan ............................................................................ 15

Prosedur Kerja ........................................................................................ 16

Parameter yang Diukur ........................................................................... 17

Model Statistik ........................................................................................ 17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Akar .......................................... 18

Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Berat Kering Akar ................... 20

Pengaruh Perlakuan terhadap Rasio Akar dengan Pucuk ...................... 22

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26

LAMPIRAN ................................................................................................... 30

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Rataan Panjang Akar (cm) Rumput Benggala dan Rumput Signal ............. 18

2. Rataan Produksi Berat Kering Akar (g/pot) Rumput Benggala dan

Rumput Signal ............................................................................................. 20

3. Rataan Rasio Akar dengan Pucuk ............................................................. . 22

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Gambar Rumput Benggala (Panicum maximum) ....................................... 4

2. Gambar Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ....................................... 8

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Perhitungan Dosis Pemupukan Urea ........................................................... 30

2. Denah Penempatan Perlakuan ..................................................................... 31

3. Hasil SPSS Panjang Akar Rumput Benggala Rumput Signal ..................... 32

4. Hasil SPSS Berat Kering Rumput Benggala dan Rumput Signal ............... 34

5. Hasil SPSS Rasio Akar dengan Pucuk Rumput Benggala dan Signal ........ 36

6. Dokumentasi ............................................................................................... 38

1

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi ternak khususnya ternak ruminansia sangat perlu

didukung oleh ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun, mengingat hijauan

pakan merupakan sumber serat kasar yang tinggi dan sebagai pakan utama dalam

ransum ternak ruminansia, sehingga sangat perlu ditunjang oleh penyediaan

hijauan pakan secara berkala, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas

ternak ruminasia.

Ketersediaan unsur hara di dalam tanah merupakan salah satu faktor yang

penting untuk menentukan produktivitas hijauan makanan ternak. Oleh karena itu

perlu disuplai dengan penambahan unsur hara dalam bentuk pemupukan seperti

pemupukan urea dimana pupuk urea ini diketahui kaya akan unsur nitrogen yang

dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan awalnya karena nitrogen

merupakan unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman serta salah

satu unsur penyusun klorofil pada proses fotosintesis. Selain itu nitrogen yang

terkandung pada pupuk urea juga berperan dalam meningkatkan dan

mempertahankan kesuburan tanah serta mampu meningkatkan produksi maupun

nilai nutrisi hijauan makanan ternak (Sutedjo, 1992).

Dalam pemeliharaan tanaman beberapa hal sangat penting untuk

diperhatikan yaitu interval defoliasi seperti waktu defoliasi dalam hal ini berkaitan

pada umur tanaman, dan tinggi rendahnya pemotongan pada tanaman, karena

defoliasi dengan menggunakan teknik yang tepat berpengaruh terhadap produksi

hijauan, nilai nutrisi hijauan, kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali,

komposisi botani dan ketahanan spesies tanaman.

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N dan

interval defoliasi terhadap biomassa rumput benggala dan rumput signal.

Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi kepada masyarakat

khususnya peternak mengenai pentingnya pemupukan N dan interval defoliasi

dalam meningkatkan produksi dan kualitas hijauan makanan ternak yang dapat

menunjang produksi ternak.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Pentingnya Hijauan Makanan Ternak

Hijauan makanan ternak merupakan sumber serat kasar yang utama. Di

dalam sistem pemeliharaan ternak tradisional di Indonesia hijauan merupakan

bagian terbesar dari keseluruhan pakan yang diberikan, seperti rumput dan

leguminosa (Maryono, 2009).

Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan

ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk

(susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan

adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan pada ternak, maka dari

itu sangat penting diperhatikan jenis, porsi dan mutu pakan yang akan diberikan

pada ternak peliharaan sehingga perkembangan ternak sesuai yang diharapkan

(Prawiradiputra dkk., 2006).

Sifat-sifat Umum Rumput Benggala

Rumput benggala merupakan jenis rumput tahunan yang memiliki tinggi

60-90 cm, batang pada rumput benggala memiliki rongga halus yang memiliki

diameter ±2,5mm . Rumput benggala memiliki daun berbentuk linear yang

memiliki panjang daun hingga 90 cm dan lebar ±10 mm. Pada permukaan

daunnya bertekstur kasar, pangkal daun ditutupi oleh rambut-rambut yang pendek

dan menyebar, warna bunga hijau atau keunguan. Panen pertama dilakukan

setelah 2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1988).

4

Kingdom : Plantae

Phylum : Spermatophyte

Subphylum : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Giumiflora

Family : Poaceae

Sub Familia : Panicoideae

Genus : Panicum

Species : Panicum maximum

Gambar 1. Rumput Benggala di Laboratorium Tanaman

Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

Rumput benggala (Panicum maximum) atau disebut juga Guinea grass

adalah rumput berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat

berfungsi sebagai penutup tanah, penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk

hay dan silase (Reksohadiprodjo, 1985). Ciri atau karakterisasi tanaman ini adalah

5

tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai 1-1,8 m, daun lebih

halus dari pada rumput gajah, buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk

anakan,bunga berwarna hijau atau kekuningan, akar serabut dalam (Setyati, 1980).

Rumput benggala juga tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen,

dan juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan rumput potong ataupun

pastura (Reksohadiprodjo, 1985). Pengelolaan tanaman ini dapat dilakukan

dengan budidaya total, untuk perbanyakan tanaman ini dapat menggunakan biji 4

– 12 kg/ha atau dengan menggunakan sobekan rumput, jarak tanam yang sesuai

adalah 60 x 60 cm (Soegiri dkk., 1982). Pemotongan dapat dilakukan 40 – 60 hari

sekali atau dengan kata lain pemotongan pertama dapat dilakukan 2 – 3 bulan

(Widjajanto, 1992).

Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan rumput benggala sebagai

hijauan pakan ternak telah dilakukan introduksi beberapa kultivar unggul. Untuk

mengetahui sifat agronomi dan produktivitasnya, telah dilakukan penelitian secara

intensif di Bogor oleh Siregar dkk., (1980) hasilnya menunjukkan bahwa rumput

Panicum maximum cv Guinea dengan interval pemotongan 3 sampai 8 minggu

yang diberi pupuk Urea 900 kg ha/th, TSP dan KCl masing-masing 450 kg ha/th

menghasilkan hijauan segar dan kering yang optimal sehingga mampu mensuplai

kebutuhan dalam negeri sepanjang tahun. Sifat agronomis tinggi tanaman dan

produktivitas beberapa kultivar yang diintroduksi menunjukkan bahwa tinggi

tanaman dan jumlah tunas tidak berhubungan dengan produksi hijauan.

Tampaknya produktivitas tanaman dipengaruhi oleh sifat tanaman itu sendiri.

6

Sifat-sifat Umum Rumput Signal (Brachiaria decumbens)

Rumput signal merupakan rumput asli Afrika dan sekarang menyebar luas

di tropis dan sub tropis. Menurut Keller-Grain et al. (1996) dalam Shelton (2007)

rumput signal genus tropis paling banyak digunakan di daerah Amerika Selatan

dan Amerika Tengah. Rumput signal lebih toleran terhadap kondisi kering dan

telah terbukti bahwa rumput tersebut di daerah tropika basah tumbuh agresif dan

secara relative membebaskan pastura dari gulma dan menghasilkan produksi

ternak yang tinggi (Humpreys, 1994).

Kingdom : Plantae

Phylum : Spermatophyte

Divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Graminales

Family : Graminaea

Genus : Brachiaria

Species : Brachiaria decumbens

Menurut Shelton (2007) secara morfologi, rumput signal merupakan

rumput yang tidak terlalu tinggi, berdiri tegak, berakar rizoma dengan warna hijau

terang. Lebar daun berkisar antara 7-20 mm dengan panjang 5-25 cm, berbentuk

lanceolata. Daun muncul dari batang yang bergandengan. Habitat alami rumput

signal berada di padang rumput tebuka dan ternaungi berada di garis lintang

27°LU – 27° LS . Selain itu rumput ini dapat bertahan di ketinggian 0-1750 m.

Temperatur optimal pertumbuhan signal grass antara 30-35°C.

7

Rumput signal adalah salah satu rumput gembala yang memiliki produksi

lebih baik dibandingkan dengan rumput lapangan, memiliki nilai nutrisi yang

tinggi, lebih tahan pada musim kemarau dan cocok untuk wilayah tropis. Sebagai

rumput budidaya yang banyak dipergunakan oleh peternak. Rumput signal

memiliki kandungan nutrisi yang baik yang dibutuhkan oleh ternak. Brachiaria

decumbens berada di daerah tropik dan sub tropik di Australia terkenal dengan

nama rumput signal, di Indonesia dengan nama rumput bede. Tanaman tahunan,

tumbuh tegak membentuk hamparan lebat, tinggi 30-100 cm, daun pendek, kaku

dan berstruktur halus, warna hijau gelap, berbulu, panjang daun 4-14 cm dan lebar

8 -12 mm. Batang tumbuh tegak dari dasar buku yang terdapat pada stolon yang

menjalar di atas permukaan tanah (Karti, 2004).

Shelton (2007) menyebutkan bahwa rumput signal tumbuh pada kisaran

kesuburan tanah yang luas, termasuk tanah miskin hara. Sistem perakaran rumput

signal memiliki akar lebih halus dan dalam, menjadikannya superior dalam

penyerapan unsur hara, terutama P dan N dari dalam tanah. Rumput signal dapat

tumbuh baik pada iklim tropis yang lembab dengan curah hujan berkisar antara

1000-3000 mm/thn.

Rumput Signal biasanya ditanam sebagai penutup tanah yang digembalai

pada perkebunan dan memberi penutup yang baik untuk menahan erosi pada

daerah yang miring. Budidayanya bisa menggunakan biji atau pols, dan bisa

dipanen pada umur 3-5 bulan setelah biji disebar. Rumput signal mengandung

nilai nutrisi yang baik, seperti nilai palatabilitas dan kandungan protein yang

tinggi (Kismono dan Susetyo, 1977).

8

Gambar 2. Rumput Signal di Laboratorium Tanaman Pakan

dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin

Pemupukan

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanaman

agar langsung maupun tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan yang

tersedia dalam tanah, disamping itu untuk memperbaiki keadaan fisik, kimia

maupun biologis tanah. Pemupukan dilakukan karena media tanam tidak mampu

menyediakan satu beberapa unsur hara yang diperlukan tanaman (Sutedjo, 1999).

Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara utama yang banyak

dibutuhkan tanaman (Tisdale and Nelson, 1975). Nitrogen diperlukan untuk

merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Pada

tanaman, N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan

pertumbuhan daun dengan warna yang lebih hijau (Sutedjo, 1999). Secara umum

fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat

9

pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, dan mempercepat pembungaan,

sedangkan kalium berperan untuk membantu pembentukan protein dan

karbohidrat, dapat memperkuat jaringan tanaman serta berperan mambentuk

antibodi tanaman terhadap penyakit dan kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001).

Pemupukan dasar untuk tanaman dilakukan bersamaan dengan pengolahan

tanah. Dosis pemupukan disesuaikan dengan kesuburan tanah, karena penggunaan

pupuk buatan yang terlalu tinggi akan meracuni tanah dan tanaman. Perlakuan

pemupukan terhadap tanaman dapat dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh akar,

dapat melalui 2 perlakuan, yaitu pemupukan melalui akar dan pemupukan melalui

daun (Reksohadiprojo, 1994).

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar

tinggi. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus

kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya

sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di

tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar

46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen

(Hardjowigeno, 1987).

Penambahahan nitrogen ke dalam padang rumput akan menaikan produksi

bahan kering dan kualitas hijaun makanan ternak terutama kadar proteinnya.

Perbaikan kesuburan tanah dengan pemupukan terutama pupuk nitrogen dan

fosfat akan menaikan produksi hijauan pada tanah-tanah yang miskin hara

(Nakagawa and Momonoki, 2000).

10

Sabri (1980) menyatakan bahwa teknologi penggunaan pupuk untuk

mencapai tingkat daya guna yang tinggi perlu diperhatikan ketepatan, kecermatan

dosis, waktu dan cara pemupukannya. Dosis pemupukan untuk tanaman rumput

yang sering digunakan (Skerman and Riveros,1990) :

1. Pupuk Triple Super Posfat/ TSP, KCL/ ZK (Zwalvelziur Kali) sebanyak

150-200 kg/ha/th, diberikan sebelum atau bersamaan tanam sebagai pupuk

dasar.

2. Pemupukan dengan Urea sebanyak 250-300 kg/ha/th, diberikan setelah

rumput berumur 2 minggu setelah tanam di lapangan .

3. Pemupukan lanjutan diberikan setiap selesai potong/defoliasi dengan

pupuk

urea sebanyak 50 kg/ha dengan cara disebar atau dibenam dalam tanah.

Pemotongan (defoliasi)

Interval pemotongan adalah selang waktu antara pemotongan awal sampai

saat pemotongan berikutnya. Intensitas pemotongan dimaksudkan sebagai tinggi

pemotongan dari atas permukaan tanah (Kristyowantari, 1992). Intensitas

defoliasi meningkatkan penyerapan N yang dialokasikan untuk pertumbuhan daun

yang diperoleh dari akar dan daun tua. Frekuensi defoliasi tidak mempengaruhi

pengambilan alokasi N pada akar, daun tua maupun daun muda, namun frekuensi

defoliasi/pemotongan meningkatkan jumlah anakan pada tanaman. Hal ini

mengindikasikan bahwa mobilisasi N digunakan untuk pertumbuhan anakan pada

tanaman akibat pengaruh frekuensi defoliasi/pemotongan (Lestienne et al., 2006).

11

Pemotongan sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya, semakin

sering dilakukan pemotongan dalam interval yang pendek maka pertumbuhan

kembali akan semakin lambat, disebabkan karena tanaman tidak ada kesempatan

yang cukup untuk berasimilasi (Rahman, 2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam defoliasi adalah saat atau waktu untuk defoliasi dan tinggi rendahnya

pemotongan pada tanaman (Reksohadiprojo, 1999).

Crowder and Cheda (1982) menyatakan bahwa interval pemotongan pada

tanaman berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan

tanaman untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies

tanaman. Frekuensi pemotongan berlaku bahwa pada batas tertentu, frekuensi

pemotongan/defoliasi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi

kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh

pemotongan yang lebih sering.

Interval defoliasi sangat penting dipertimbangkan oleh setiap peternak

karena setelah pemotongan pertumbuhan tanaman kembali memerlukan zat-zat

yang kaya energi seperti gula yang erat hubungannya dengan zat-zat nitrogen,

fospor dan kalium. Pada interval pemotongan yang singkat kadar karbohidrat

cadangan dalam akar tanaman akan menurun sehingga dapat mengganggu

pertumbuhan kembali pada tanaman (Rahman, 2002). Adaptasi tanaman setelah

pemotongan sangat bergantung terhadap respon morfologi dan fisiologi tanaman.

Kemampuan tanaman menggunakan karbon dan nitrogen akan mengembalikan

kemampuan tanaman untuk berfotosintesis memenuhi kebutuhan organ tanaman

untuk bertahan hidup setelah pemotongan (Kavanova and Gloser, 2004).

12

Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval

pemotongan (Puger, 2002). Adanya kencenderungan perubahan produksi segar

dan kering seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering

yang dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin

tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding

selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever and Gill, 2000). Pada

rerumputan, konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan

meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian dinding sel

dan menurunnya bagian silitol (Whitehead, 2000).

Menurut Minson (1990) penurunan kadar protein kasar selain karena umur

tanaman juga disebabkan oleh penurunan proporsi helai daun dengan kelopak

daun dan batang dimana pada helai daun mempunyai kandungan protein yang

lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai kelopak daun dan batang. Menurut

Djajanegara et al. (1998) menyatakan bahwa umur tanaman pada saat pemotongan

sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya.

Pengaturan interval dan tinggi pemangkasan sangat penting diperhatikan

karena berhubungan dengan aspek fisiologi dan produksi yang dihasilkan serta

kesanggupan untuk tumbuh kembali. Pemangkasan yang terlalu berat dengan

tidak memperhatikan kondisi tanaman akan menghambat pertumbuhan tunas baru

sehingga produksi yang dihasilkan dan perkembangan anakan menjadi berkurang.

Sebaliknya pemangkasan yang terlalu ringan menyebabkan pertumbuhan tanaman

didominas oleh pucuk dan daun saja, sedangkan pertumbuhan anakan berkurang

(Ella, 2002).

13

Semakin singkat interval pemangkasan mengakibatkan semakin singkat

pula waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan cadangan makanan dalam

aktifitas pertumbuhan. Primandini (2007), menyatakan pemangkasan (defoliasi)

berat mengakibatkan terhambatnya pembentukan tunas baru pada tanaman dan

terkurasnya cadangan makanan tanaman.

Alokasi Biomassa

Secara umum biomassa merupakan seluruh bagian dari tanaman mulai dari

akar sampe pucuk daun, seperti rumput dan legum yang merupakan hijauan yang

berkualitas tinggi. Rumput adalah jenis tanaman yang tumbuh cepat serta

menghasilkan lebih banyak biomassa dalam jangka waktu yang singkat dibanding

dengan tanaman lain (Nakagawa and Momonoki, 2001).

Biomassa tanaman dapat terjadi jika adanya pengikatan atau penyerapan

CO2 melalui proses fotosintesis diubah oleh tanaman menjadi karbon organik.

Kandungan karbon absolut dalam biomassa disebut pula dengan istilah cadangan

carbon atau carbon stock (Ulumuddin dkk., 2005).

Kandungan karbon dan biomassa tanaman dipengaruhi oleh komposisi

vegetasi tumbuhan penyusunnya, dimana vegetasi akan memproduksi biomassa

yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah (Asril, 2009).

Frekuensi pemotongan dan pemupukan N memberikan efek pada kuantitas

dan kualitas rumput-rumputan serta hasil dan proporsi bagian tanaman. Seperti

pada daerah Nsukka dan Nigeria, menunjukkan bahwa produksi bahan kering,

helai daun, batang dan fraksi bunga dari padang rumput yang rusak meningkat

secara signifikan dengan peningkatan interval pemotongan pada rumput.

14

Selain itu juga menunjukkan bahwa aplikasi pupuk N mengurangi secara

signifikan pada proporsi helai daun, tetapi meningkatkan persentase fraksi batang

(Onyeonagu and Asiegbu, 2012).

Partisi biomassa dalam hijauan sangat bervariasi selama pengembangan

tanaman, sesuai dengan tingkat pasokan nutrisi yang di peroleh selama masa

pertumbuhan. Nitrogen mengubah partisi biomassa selama masa pertumbuhan

kembali, dimana nitrogen mensuplai pemulihan biomassa akar dan daun.

Pasokan N yang lebih tinggi mengurangi mobilisasi pangkal batang dan massa

akar untuk mempertahankan produksi di sekitar 10-13 hari setelah defoliasi.

Misalnya pada rumput benggala cv mombasa yang sangat responsif terhadap

penggunaan nitrogen, dengan pasokan N yang tinggi dapat mensuplai peningkatan

fertilisasi setelah 6-11 hari pertumbuhan kembali, sehingga rumput tersebut dapat

dipanen sekitar 24-28 hari pertumbuhan (Revista, 2014).

Adapun tanaman rumput lainnya yang memiliki efek spesifik pada

biomassa akar dan partisi nutrisi dengan penyerapan nitrogen, yaitu rumput

Bluestem dan switchgrass dengan pemupukan N sekitar 140 kg N/ha-¹

meningkatkan biomassa rumput yaitu alokasi nutrisi ke akar lebih besar dari pada

pucuk. Sebaliknya, untuk rumput Indian grass dan Gamagrass timur, alokasi

biomassa akar dan nutrien dipengaruhi secara buruk oleh penyerapan unsur N

(Heggenstaller at al., 2009).

15

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015,

berlokasi di Laboratorium Lapangan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti cangkul, parang, meteran,

ayakan tanah, selang, pisau (cutter), pot, ember, gunting, oven dan timbangan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah rumput benggala, rumput signal,

pupuk TSP, KCL, urea, amplop, tanah dan air.

Perlakuan dan Pelaksanaan penelitian

a. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok

(RAK) pola faktorial 2 x 3 x 3 dengan 3 ulangan . Sebagai faktor (A) adalah dua

jenis rumput (rumput benggala dan rumput signal), faktor (B) adalah 3 tingkat

pemupukan N (0 kg/ha, 100 kg/ha dan 200 kg/ha) dan faktor (C) 3 interval

defoliasi (20, 30, dan 60 hari setelah pemotongan seragam). Pemupukan N

menggunakan urea dilakukan bersamaan dengan pemotongan untuk

penyeragaman sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pemupukan urea

dilakukan dengan membenamkan pupuk ke dalam tanah sedalam 2 cm. Defoliasi

dilakukan dengan jarak sesuai dengan perlakuan dengan menggunakan gunting

setinggi 10 cm dari permukaan tanah.

16

b. Prosedur Kerja

Rumput benggala dan rumput signal ditanam di dalam pot berdiameter

atas 22,5, bawah 13 cm dan tinggi 31 cm, dengan menggunakan anakan sebanyak

2 batang per pot. Pot-pot diisi dengan tanah sebanyak 8 kg tanah kering matahari

yang telah disaring menggunakan saringan kawat dengan jarak 0,5 cm. Bersamaan

dengan waktu penanaman, rumput dipupuk dengan pupuk urea dengan dosis 1

gr/pot, TSP 1,6 gr/pot dan KCL 1,3 gr/pot sebagai pupuk dasar, dengan cara

dibenamkan di dalam tanah. Setelah berumur 1 bulan rumput dikelompokkan

berdasarkan jumlah anakan per pot, yang terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok

rendah jumlah anakan sekitar 1-4 anakan, kelompok sedang jumlah anakan terdiri

dari 5-8 anakan dan kelompok tinggi jumlah anakan sekitar 9-13. Bersamaan pada

waktu pengelompokan rumput dipotong seragam dengan tinggi 10 cm dari

permukaan tanah dan diberikan pupuk urea yaitu pemupukan kontrol, pemupukan

0,4 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot. Penyiraman rumput dilakukan setiap hari, dan

dilakukan pencabutan gulma untuk menghindari persaingan tanaman dalam

penyerapan unsur hara.

Pemotongan rumput benggala dan rumput signal dilakukan pada umur 20,

30, dan 60 hari setelah penyeragaman. Pada umur 60 hari rumput didefoliasi

terakhir, dan dilakukan pengukuran parameter tanaman di bagian akar rumput

yang telah dicabut, dibersihkan dan diukur panjangnya, di masukkan ke amplop

yang diketahui berat awalnya kemudian ditimbang dan di oven dengan suhu 700C

selama 3 hari untuk mengetahui biomassa akar (Goering and Van Soest, 1970).

17

c. Parameter yang Diukur

Parameter yang diteliti adalah alokasi biomassa akar tanaman, meliputi

panjang akar, produksi berat kering akar dan rataan rasio pucuk dengan akar.

Produksi berat kering akar ditentukan dengan menimbang sampel segar rumput

dan masukkan ke dalam oven temperatur 70º C selama 24 jam lalu ditimbang.

Perbedaan hasil timbangan sebelum dan sesudah diovenkan lalu dibagi dengan

berat sampel segar merupakan kadar berat kering (Aryanto dan Polakitan, 2009)

d. Model Statistik

Model statistika percobaan rancangan kelompok pola faktorial yang

terdiri dari 3 faktor (A, B, dan C) dengan RAK ( Asja, 2013).

Yijkr=µ+Kɩ + αɩ +β ϳ + γk + (αβ)ij + (αγ)ik + (βγ ) jk + (αβγ)ijk + ϵijkr

i = 1,2,

j = 1,2,3

k = 1,2,3

r =1,2,3

Dimana :

Yijkr = Nilai pengamatan kelompok ke -1 yang memperoleh kombinasi

perlakuan ke-i (taraf perlakuan faktor A), ke-j (taraf perlakuan

faktor B) dan ke-k (taraf perlakuan faktor C).

µ = Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya).

Kɩ = Pengaruh aditif dari kelompok ke-1

αɩ = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A

βϳ = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B

γk = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor C

(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B

(αγ)ik = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-k faktor C

(βγ) jk = Pengaruh interaksi taraf ke-j faktor B dan taraf ke-k faktor C

(αβγ)ijk = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B

dan taraf ke-k faktor C.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Panjang Akar.

Rataan panjang akar rumput benggala dan rumput signal pada perlakuan

pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada Tabel 1.

Sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh

nyata (P<0,05) dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

panjang akar sedangkan interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap panjang akar kedua jenis rumput.

Tabel 1: Rataan Panjang Akar (cm) Rumput Benggala dan Rumput Signal.

Pemupukan Jenis Rumput

(g/pot) Rumput Benggala Rumput Signal Rata-rata

0 71,8 58,7 65.25a

0,4 82,1 68,4 75,25b

0,8 99,3 93,2 96,25c

Rata-rata 71,1b 58,1a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01).

Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan panjang akar pada rumput

benggala (71,1 cm) nyata lebih panjang dibanding dengan rumput signal (58,1 cm),

hal ini karena adanya perbedaan bentuk akar pada rumput benggala dan rumput

signal dimana rumput benggala memiliki akar yang panjang, tebal dan kuat

sehingga mampu menyebar atau memperluas sistem perakaran ke jarak yang lebih

jauh untuk memperoleh suplai hara yang akan di translokasikan ke daun tanaman,

sedangkan pada rumput signal memiliki sistem perakaran yang lebih pendek, kecil

19

dan bercabang-cabang sehingga terlihat banyak dan padat, maka dari itu akar

rumput signal yang pendek mengakibatkan tidak mampu mendapatkan suplai hara

secara optimal karena akar rumput tersebut hanya mampu memperoleh suplai hara

yang terdapat di sekitar media tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat

Palupi dan Dedywiryanto (2008) yang menyatakan bahwa tanaman berakar

panjang akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengabsorbsi air

dibandingkan dengan tanaman berakar pendek sehingga dapat menyerap air dan

laju tumbuh yang lebih dalam atau kesamping sampai ke lapisan tanah yang

memiliki ketersediaan unsur hara dan air yang cukup, untuk di pergunakan

tanaman sehingga mampu bertahan hidup.

Pemupukan N sangat respon terhadap bagian akar tanaman rumput

benggala dan rumput signal, seperti pada rumput benggala yaitu panjang akarnya

meningkat di banding pada rumput signal. Selain itu rumput benggala memiliki

bentuk akar yang lebih keras dan tebal akan tetapi memiliki sedikt rambut-rambut

akar halus, sedangkan pada rumput signal akarnya panjang menjalar ke samping

dan terbentuk banyak cabang akar yang di sertai rambut-rambut akar halus yang

lebih banyak dan padat, serta terbentuk buku ruas pada batangnya yang disertai

rambut-rambut akar dan calon anakan yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat

Setyamidjaja (1986 ) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen pada tanaman

berperan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman, jumlah anakan, lebar

daun, dan panjang akar (Setyamidjaja, 1986 ). Pendapat ini juga di dukung oleh

Whitemen (1974) bahwa Pemberian pupuk ke dalam tanah untuk meningkatkan

kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat di serap tanaman untuk

20

mensuplai pertumbuhan awal tanaman seperti akar, batang dan daun, dapat di

lakukan dengan pemberian pupuk urea yang mengandung Nitrogen (N) berkadar

tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman

khususnya pada masa pertumbuhan, membantu dalam proses metabolisme

sehingga dapat memperoleh biomassa tanaman yang tinggi. Kekurangan unsur

hara nitrogen dalam tanah menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan

akar terbatas, daun kuning atau menjadi kering, sedangkan kelebihan nitrogen

akan memperlambat kematangan tanaman.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Berat Kering Akar.

Adapun rataan produksi berat kering akar rumput benggala dan rumput

signal akibat perlakuan pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada

Tabel 2.

Sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa jenis rumput dan

pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi berat kering

akar rumput benggala dan rumput signal sedangkan defoliasi tidak berpengaruh

nyata (P>0,05).

Tabel 2 : Rataan Produksi Berat Kering Akar (g/pot) rumput Benggala dan

rumput signal.

Pemupukan Jenis Rumput

(g/pot) Rumput Benggala Rumput Signal Rata-rata

0 17,4 13,1 15,25a

0.4 19,5 14.9 17,2b

0.8 22,1 18,7 20,4c

Rata-rata 19,7b 5,6a

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01).

21

Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan bahwa produksi berat kering

akar rumput benggala (19,7 g) nyata lebih tinggi dibanding dengan berat kering akar

rumput signal (15,6 g). Hal ini mungkin karena pada rumput benggala akarnya

lebih panjang dan memiliki lebih banyak cabang akar di banding dengan rumput

signal yang sistem perakarannya lebih pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sitompul dan Guritno (1995) berpendapat bahwa produksi bahan kering akar

meningkat seiring dengan meningkatnya panjang akar sehingga semakin tinggi

pula hasil tanaman.

Pemupukan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi

berat kering akar dimana semakin tinggi dosis pemupukan N, maka penggunaan

nitrogen semakin tinggi, sehingga mensuplai produksi berat kering akar rumput

meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryanto dan Polakitan (2009),

mengatakan bahwa besarnya persentasi pertumbuhan tergantung ketersediaan

unsur hara di dalam tanah khususnya nitrogen dimana unsur N dapat

meningkatkan respirasi untuk merangsang serapan unsur hara sehingga

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Unsur N yang mampu meningkatkan produksi berat kering, dimana

semakin tua tanaman hasil fotosintesis yang berupa produksi berat kering yang

cukup bagus. Sebaliknya tanaman yang dipotong pada interval waktu yang

singkat, maka produksi berat kering akan menurun. Hal ini sesuai pendapat

(Kismono dan Susetyo, 1977 bahwa apabila rumput dipotong pada interval

defoliasi yang lebih singkat akan mengakibatkan rendahnya fotosintesis dan

22

kandungan cadangan makanan dan N memiliki kandungan unsur hara yang sangat

tinggi, sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman.

Pemenuhan kebutuhan tanaman akan unsur N umumnya dilakukan dengan

pemberian pupuk kimia yaitu pupuk urea yang diketahui mnegandung unsur

nitrogen yang sangat tinggi. Semakin tinggi taraf pemupukan semakin meningkat

serapan nitrogen oleh tanaman. Hal ini terkait dengan ketersediaan nitrogen dalam

tanah yang semakin meningkat dengan penambahan pupuk.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Rasio Akar dengan Pucuk.

Rata-rata rasio akar dengan pucuk rumput benggala dan rumput signal

akibat perlakuan pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada Tabel 3.

Sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemupukan urea

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio akar seluruhnya dengan bagian

tanaman pucuk sedangkan interval defoliasi menunjukkan pengaruh sangat nyata

(P<0,01) tetapi jenis rumput tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rasio akar

kedua jenis rumput.

Tabel 3 : Rataan Rasio Akar dengan Pucuk.

Defoliasi Pemupukan (g/pot)

0 0.4 0.8 Rata-rata

20 hari 1,91 1,88 1,73 1,84a

30 hari 2,54 2,12 1,59 2,08b

60 hari 3,27 3,46 2,61 3,11c

Rata-rata 2,57c 2,48b 1,98a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01).

Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan semakin tinggi taraf pemupukan

N dan interfal defoliasi tanaman rumput, maka diperoleh rataan hasil rasio pucuk

23

nyata (P<0,05) semakin meningkat dibanding rasio akar tanaman. Hal ini karena

tanaman rumput memiliki peluang yang besar untuk tumbuh dan melakukan

fotosintesis untuk memenuhi cadangan makanannya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Huda (2000) menyatakan bahwa semakin lama umur defoliasi maka

semakin banyak kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis,

sehingga akumulasi karbohidrat semakin besar dan sebagian besar karbohidrat

yang terbentuk digunakan untuk pembentukan dinding sel kemudian

meningkatkan proporsi hijauan segar rumput.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Reksohadiprodjo (1985) bahwa

defoliasi tanaman pada umur relatife muda akan menghasilkan rasio yang lebih

besar pada pucuk dibanding rasio akar. Pada umur defoliasi yang pendek tanaman

sedang membentuk tunas baru dan berkembang sehingga tanaman membutuhkan

banyak unsur hara terutama unsur nitrogen yang berperan penting mensuplai

dalam proses pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman.

Tanaman sangat membutuhkan nitrogen karena nitrogen merupakan unsur

esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman. Hal ini sesuai dengan

pendapat Dilz (1998) bahwa ketersediaan nitrogen dalam tanah yang semakin

meningkat dengan penambahan pupuk. Pemberian pupuk urea untuk memenuhi

kebutuhan nitrogen merupakan upaya meningkatkan produksi maupun nilai nutrisi

hijauan makanan ternak, namun pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah besar

dapat menyebabkan terjadinya akumulasi mineral nitrogen dalam tanah.

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan taraf pemupukan N meningkatkan panjang akar rumput

benggala dibanding rumput signal, hal ini karena rumput benggala mampu

menyebar atau memperluas sistem perakaran ke jarak yang lebih jauh

untuk memperoleh suplai hara seperti unsur N yang dapat merangsang

kemampuan tanaman untuk berproduksi secara normal.

2. Pemupukan N dan interfal defoliasi menyababkan rasio pucuk lebih tinggi

dari rasio akar pada kedua jenis rumput, hal ini karena semakin lama umur

defoliasi maka peluang dan kesempatan tanaman untuk tumbuh dan

melakukan proses fotosintesis semakin panjang, hingga terbentuk

akumulasi karbohidrat yang akan digunakan untuk pembentukan dinding

sel dalam meningkatkan proporsi hijauan segar rumput.

Saran

Sebaiknya masyarakat memperhatikan teknologi penggunaan pupuk untuk

mencapai daya guna yang tinggi, yaitu diperhatikan ketepatan dosis pupuk yang

digunakan, waktu pemupukan yang tepat yaitu harus di dukung oleh cuaca yang

baik, dapat pula dilakukan pada saat bersamaan dengan penanaman tanaman

sebagai pupuk dasar, dan cara pemupukan yaitu paling efektif dengan cara di

benamkan ke dalam tanah dengan kedalaman 2 cm dari permukaan tanah, karena

dengan dibenamkan pupuk akan cepat terurai sehingga cepat di serap oleh

tanaman.

25

Defoliasi tanaman juga sangat penting dilakukan secara tepat agar

diperoleh produksi hijauan yang meningkat, ketahanan spesies tanaman dapat

dipertahankan, serta kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali. Maka dari itu

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah waktu defoliasi dalam hal

ini tidak boleh dilakukan pada umur tanaman yang terlalu muda karena dapat

mengganggu proses pertumbuhan tanaman, pemotongan/defoliasi tidak terlalu

sering karena defoliasi dalam interval yang pendek akan memperlambat

pertumbuhan kembali, dan tinggi rendahnya pemotongan tanaman sekitar 10 cm

dari permukaan tanah.

26

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto dan D. Polakitan. 2009. Uji produksi rumput dwarf (Pennisetum

purpureum CV. Dwarf). Jurnal Ilmiah, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Sulawesi Utara, JL. Kampus Pertanian Kalasey.

Asril. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah Rawa

Gambut Di Stasiun Penelitian Suaq balimbing Kabupaten Aceh Selatan

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program Pascasarjana, Universitas

Sumatera Utara.

Asja Mawardi, 2013. Pengantar Percobaan Faktorial. Wawasan Peternakan dan

Statistik. http://mawardiasja/Wawasan Peternakan dan Statistika. Html. 26

November 2014.

Beever, D.E.N. Offer and M. Gill. 2000. The feeding value of grass and grass

products. In: A. Hopkins (Ed)., Grass: Its Production and Utilization.

Published for British Grassland Soc. By Beckwell Science. 141-195.

Crowder, L.V. and H.R. Cheda (1982). Tropical Grassland Husbandry. Tropical

Agri. Series. Longman, London. p. 562.

Dilz, K. 1988. Efficiency of uptake and utilization Of fertilizer nitrogen by plants.

In: nitrogen Efficiency in agricultural soils. D.S. Jenkinson and K.A. smith

(eds.). Elsevier Applied science, london and new york.

Djajanegara, A., M. Rangkuti., Siregar, Soedarsono, S.K. Sejati. 1998. Pakan

ternak dan Faktornya. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Departemen

Pertanian, Bogor.

Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan

Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.

Goering, H. K. and P. J. Van Soest. 1970. Forage Fiber Analysis (Apparatus,

Reagents, Procedure and some Application). Agriculture Hand book

No.379. Agriculture Research Service. United States Department of

Agriculture.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Edisi pertama. PT.Medyatama Sarana

Perkasa, Jakarta.

Humphreys, L.R. 1994. Tropical Forages: Their Role in Sustainable Agriculture.

Longman Scientific & Technical.

Huda, K. 2000. Pengaruh Umur Defoliasi dan Dosis Pemupukan Urea terhadap

Laju Asimilasi Bersih Rumput Gajah (Pannisetum purpureum).

27

Heggenstaller, H. Andrew, Moore, J. Kenneth, Liebman, Matt, Anex, P. Robert.

2009. Nitrogen Influences Biomass and Nutrient Partitioning by Perennial,

Warm-Season Grasses. Agronomy Journal. 101 (6) : 1363-1371.

Kismono, I. dan S. Susetyo. 1977 . Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting

Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . BPLPP . Lembang,

Bandung .

Kristyowantari, R. 1992. Pengaruh interval dan tinggi pemotongan terhadap

produksi dan beberapa aspek kualitas rumput Raja. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Karti, P.D.M.H. 2004. Efektivitas SKM dan kombinasinya terhadap pertumbuhan

tanaman sayuran. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kavanova, M. and V. Glozer. 2004. The use of internal nitrogen stores in the

rhizomatous grass Calamagrostis epigejos during regrowth after

defoliation. Annuals of Botany. 95 (3) : 457 - 463.

Lestienne, F., B. Thornton and F. Gastal. 2006. Impact of defoliation intensity and

frequency on N uptake and mobilization in Lolium perenne. Journal of

Experimental Botany. 57 (4) : 997-1006.

Minson, D. J, 1990. The chemical composition and nutritive value of tropical

grasses, In: P.J. Skerman dan F. Riveros. Tropical Grasses. FAO Plant

Production and Protection Series No. 23. FAO, Rome.

Marsono dan P.Sigit. 2001. Pupuk Akar dan Aplikasi. Jakarta : PT. Penebar

Swadaya.

Maryono, 2009. Memanfaatkan Hasil Hutan Ikutan Tanaman Pangan dan

Perkebunan untuk Pakan Ternak, Warta Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Vol. 31 no.4.

Nakagawa, H. and T. Momonoki. 2000 : Yield and persistence of guinea grass

and Rhodes grass cultivars in subtropical Ishigaki Island. Grassland

Sciences, vol. 46, pp. 234-241.

.2001. Development and cultivation of forage and crops for clean

biomethanol production to keep global environment. Farming Japan. 35

(2) : 22-31.

Onyeonagu, C. C and J.E. Asiegbu. 2012. Effects of Cutting Frequency and

Nitrogen Fertilizer Application on Yield, Proportion of Crop Fractions and

Leaf to Stem Ratio in Guinea Grass (Panicum maximum). Departemen of

Crop Sciens. African Journal of Agricultural Research.7 (21), pp 3217-

3225.

28

Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N.D. Purwantari dan I. Herdiawan. 2006. Hijauan

Pakan Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Departemen

Pertanian, Jakarta.

Puger, A.W. 2002. Pengaruh interval pemotongan pada tahun ketiga terhadap

pertumbuhan dan produksi Gliciridia sepium yang ditanam dengan system

penyangga. Majalah ilmiah peternakan. 5 (2): 53-57.

Primandini, Y. 2007. Hijauan Pakan Ternak. http://poultry Indonesia/

file:///c:/users/acer/downloads/literatur/peternakan/ hijauan pakan

ternak.html. Diakses 20 Desember 2014.

Palupi ER dan Dedywiryanto Y (2008) Kajian karakter toleransi cekaman

kekeringan pada empat genotipe bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq). Bul Agron 36 (1): 24-32.

Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.

Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: UGM Salisbury FB,

Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Lukman DR dan

Sumaryono. Jilid 3. Penerbit ITB Bandung.

.1994. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Gadjah Mada University.

Yogyakarta.

. 1999. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak Tropik.

BPFE UGM, Yogyakarta.

Rahman, S. 2002. Introduksi tanaman makanan ternak di lahan perkebunan:

respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dan

tatalaksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 4 (1): 46-53.

Revista, B. 2014. Tillering and Biomas Partitioning of Mombasa Grass Under

Nitrogen Fertilization During Regrowth. http

www.scielo.br/scieolo/php.html. 12 Nov 2014.

Setyati, S. H. 1980. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sabri S.A. 1980. Tingkat Daya Guna Pemupukan Tanaman Padi Sawah di

Wilayah III Cirebon. Majalah Pertanian No. 2, XXVII, th 1980.

Departemen Pertanian.

Siregar, M. E., M. Martawijaya Dan T. Herawati. 1980. Pengaruh Tatalaksana

Interval Panen Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Produksi Rumput

Benggala (P. Maximum Cv Guinea). Bulletin Lembaga Penelitian

Peternakan. No. 26.

29

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan

Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Pertanian,

Jakarta.

Setyamdjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

Skerman, P .J . and F . Riveros . 1990 . Tropical grasses . Food and Agriculture

Organization of the United Nationsn Rome.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman . Gadjah

Mada University Press.

Sutedjo M M.1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

.1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Shelton. M, 2007. Brachiaria decumbens. http://www.fao.org/AG/AGP/agpc/doc/

Gbase / data / pdf.000188/ html 26 Des 2014.

Tisdale, G.D. and V. Nelson, 1975. Effect of Cutting management and Nitrogen

Fertilization on Yield and Quality of Pennisetum pedicellatum

Trin, (Dinanath Grass ), Trp. Agric. Trinidad Vol. 63 ( 2 ).

Ulumuddin, Y.I., Sulistyawati, E., Hakim, D.M., dan Harto, A.B. 2005. Korelasi

Stok Karbon dengan Karakteristik Spektral Citra Landsat: Studi Kasus

Gunung Papandayan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV

“Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan

Kesejahteraan Bangsa” Surabaya 14 – 15 September 2005.

Whitemen, P. C. 1974. The Enviroment and Pasture Growth ”In A Course Manual

in Tropical Pasture Science”. A. V. C. Watson Fergusson and co, Ltd

Brisbane.

Widjajanto, D. W. 1992. Pertumbuhan dan Produksi Potong pada Berbagai Kadar

Lengas Tanah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Whitehead, D.C. 2000. Nutrient Element In Grassland: Soil-Plant-Animal

Relationships. Cab International, United Kingdom.

30

Lampiran 1.

Lampiran Perhitungan Dosis Pemupukan Urea

Rumus Lingkaran : 22 x r x r

7

22 x 11,25 x 11,25

7

= 397,76 cm2

= 0,03976 m2

100 kg urea = 100.000 g/urea

1 ha 10.000 m2

= 10 g urea/m2

= 0,03976 m2

10 g urea/m2

= 0,03976 g urea

= 0,4 g urea

10 g urea/m2 = 10 g urea/m2 x 0,03976/m2

= 0,3976 g urea

= 100 x 0,3976

46

= 0,8 g

31

Lampiran 2.

Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada lampiran berikut.

Lampiran 1. Denah Penempatan Perlakuan

PERLAKUAN

(R) S.

P01(0)

S.

P011(0.4)

S.

P021(0.8)

(R) B.

P01(0)

B.

P011(0.4)

B.

P021(0.8)

(S) S.

P02(0)

S.

P012 (0.4)

S.

P022(0.8)

(S) B.

P02(0)

B.

P012(0.4)

B.

P022(0.8)

(T) S.

P03(0)

S.

P013(0.4)

S.

P023(0.8)

(T) B.

P03(0)

B.

P013(0.4)

B.

P023(0.8)

Keterangan :

Kelompok Rendah = (R) S. P01 (0) : Kontrol (0 g/pot)

(R) B. P01 (0)

(R) S. P011 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot)

(R) B. P011 (0,4)

(R) S. P021 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot)

(R) B. P021 (0,8)

Kelompok Sedang = (S) S. P02 (0) : Kontrol (0 g/pot)

(S) B. P02 (0)

(S) S. P012 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot)

(S) B. P012 (0,4)

(S) S. P022 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot)

(S) B. P022 (0,8)

Kelompok Tinggi = (T) S. P03 (0) : Kontrol (0 g/pot)

(T) B. P03 (0)

(T) S. P013 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot)

(T) B. P013 (0,4)

(T) S. P023 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot)

(T) B. P023 (0,8)

32

Lampiran 3.

1. Hasil SPSS Panjang Akar

Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

Rumput

Benggala27

Rumput

Signal27

Kontrol 18

0,4 gr 18

0,8 gr 18

Defoliasi 20

hari18

Defoliasi 30

hari18

Defoliasi 60

hari18

1

2

Rumput

1

2

3

Pemupukan

1

2

3

Defoliasi

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Panjang Akar

14074.167a 17 827.892 3.681 .000

225428.167 1 225428.167 1002.315 .000

2255.574 1 2255.574 10.029 .003

8445.778 2 4222.889 18.776 .000

174.111 2 87.056 .387 .682

1326.815 2 663.407 2.950 .065

442.704 2 221.352 .984 .384

864.111 4 216.028 .961 .441

565.074 4 141.269 .628 .646

8096.667 36 224.907

247599.000 54

22170.833 53

Source

Corrected Model

Intercept

Rumput

Pemupukan

Defoliasi

Rumput * Pemupukan

Rumput * Def oliasi

Pemupukan * Defoliasi

Rumput * Pemupukan

* Def oliasi

Error

Total

Corrected Total

Type II I Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .635 (Adjusted R Squared = .462)a.

33

Pemupukan

Defoliasi

Lampiran 4.

Panjang Akar

18 50.9444

18 61.7222

18 81.1667

.093 1.000

18 50.9444

18 61.7222

18 81.1667

1.000 1.000 1.000

Pemupukan

Kontrol

0,4 gr

0,8 gr

Sig.

Kontrol

0,4 gr

0,8 gr

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are display ed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 224.907.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

Panjang Akar

18 62.5000

18 64.4444

18 66.8889

.657

18 62.5000

18 64.4444

18 66.8889

.415

Defoliasi

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are display ed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 224.907.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

34

2. Hasil SPSS Berat Kering Akar

Homogeneous Subsets

Pemupukan

Between-Subjects Factors

Rumput

Benggala27

Rumput

Signal27

Kontrol 18

0,4 gr 18

0,8 gr 18

Defoliasi 20

hari18

Defoliasi 30

hari18

Defoliasi 60

hari18

1

2

Rumput

1

2

3

Pemupukan

1

2

3

Defoliasi

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Kering Akar

945.606a 17 55.624 2.915 .003

13933.014 1 13933.014 730.051 .000

266.667 1 266.667 13.973 .001

599.249 2 299.625 15.699 .000

23.040 2 11.520 .604 .552

17.043 2 8.522 .447 .643

.310 2 .155 .008 .992

4.783 4 1.196 .063 .992

34.513 4 8.628 .452 .770

687.060 36 19.085

15565.680 54

1632.666 53

Source

Corrected Model

Intercept

Rumput

Pemupukan

Defoliasi

Rumput * Pemupukan

Rumput * Def oliasi

Pemupukan * Defoliasi

Rumput * Pemupukan

* Def oliasi

Error

Total

Corrected Total

Type II I Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .579 (Adjusted R Squared = .380)a.

35

Defoliasi

Lampiran 5.

Berat Kering Akar

18 11.7389

18 16.6056

18 19.8444

1.000 .081

18 11.7389

18 16.6056

18 19.8444

1.000 1.000 1.000

Pemupukan

Kontrol

0,4 gr

0,8 gr

Sig.

Kontrol

0,4 gr

0,8 gr

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1 2 3

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are display ed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 19.085.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

Berat Kering Akar

18 15.2611

18 16.0667

18 16.8611

.521

18 15.2611

18 16.0667

18 16.8611

.308

Defoliasi

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are display ed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 19.085.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

36

3. Hasil SPSS Rasio Akar

Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

Rumput

Benggala27

Rumput

Signal27

Kontrol 18

0,4 gr 18

0,8 gr 18

Defoliasi 20

hari18

Defoliasi 30

hari18

Defoliasi 60

hari18

1

2

Rumput

1

2

3

Pemupukan

1

2

3

Defoliasi

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Rasio Akar

19.629a 17 1.155 2.945 .003

34.289 1 34.289 87.456 .000

.055 1 .055 .141 .709

2.627 2 1.313 3.350 .046

10.104 2 5.052 12.886 .000

.728 2 .364 .929 .404

.182 2 .091 .232 .794

5.045 4 1.261 3.217 .023

.887 4 .222 .566 .689

14.114 36 .392

68.032 54

33.743 53

Source

Corrected Model

Intercept

Rumput

Pemupukan

Defoliasi

Rumput * Pemupukan

Rumput * Def oliasi

Pemupukan * Defoliasi

Rumput * Pemupukan

* Def oliasi

Error

Total

Corrected Total

Type II I Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .582 (Adjusted R Squared = .384)a.

37

Pemupukan

Defoliasi

DOKUMENTASI

Rasio Akar

18 .5800

18 .7111 .7111

18 1.0994

.806 .165

18 .5800

18 .7111 .7111

18 1.0994

.534 .071

Pemupukan

0,4 gr

0,8 gr

Kontrol

Sig.

0,4 gr

0,8 gr

Kontrol

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are display ed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .392.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

Rasio Akar

18 .3972

18 .5956

18 1.3978

.613 1.000

18 .3972

18 .5956

18 1.3978

.348 1.000

Defoliasi

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Defoliasi 20 hari

Defoliasi 30 hari

Defoliasi 60 hari

Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1 2

Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .392.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.

Alpha = .05.b.

38

Pengolahan tanah dan penanaman Rumput Benggala dan Rumput Signal

39

Pembersihan gulma serta pencatatan data dan defoliasi R. Benggala dan R.Signal

Pengovenan sampel

Desikator dan Penimbangan Sampel

40

RIWAYAT HIDUP

Sri Wahyuni Hakim P. lahir di Maroangin pada

tanggal 23 Agustus 1991, anak ke enam dari enam

bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua kandung

bernama Abd. Hakim Paci (Ayah) dan Hatifah (Ibu).

Tingkat pendidikan dimulai di SD Negeri 55

Maroangin, lulus tahun 2004. Setelah lulus SD,

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Maiwa lulus tahun 2007, kemudian

melanjutkan di SPP Negeri Rappang lulus tahun 2010. Setelah menyelesaikan

pendidikan di SPP, penulis kemudian diterima di PTN (Perguruan Tinggi Negeri)

melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

tertulis di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hingga

akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2015.

41