pengaruh pengetahuan etika dan love of money terhadap
TRANSCRIPT
Pengaruh Pengetahuan Etika dan Love Of Money terhadap Persepsi
Etis Mahasiswa Akuntansi
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan etika terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi, pengaruh love of money terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi dan pengaruh pengetahuan etika dan love of money secara simultan terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program
studi akuntansi angkatan 2016 dan angkatan 2017 Universitas Halu Oleo yang berjumlah 388
orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dengan rumus formula slovin yang berjumlah 90 sampel. Metode pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji.asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji auto korelasi.
Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa pengetahuan etika berpengaruh positif terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X1 sebesar
0,695, nilai thitung sebesar 7,380 yang nilainya dibawah ttabel sebesar 1,66256. (2) love of money
tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi, hal ini ditunjukkan oleh nilai
-thitung sebesar -0,902 yang nilainya diatas -ttabel sebesar -1,66256. (3) pengetahuan etika dan love
of money secara simultan berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi, hal ini
ditunjukkan oleh F hitung sebesar 27,467 dan F tabel sebesar 3,10 dan nilai R square yang
diperoleh sebesar 0,387.
Keywords: Love Of Money; Persepsi Etis
Introduction
Manusia adalah makhluk sosial yang saling berkaitan satu sama lain, dimana dalam
menjalin komunikasi terdapat aturan atau etika yang harus dimengerti dan diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Suatu nilai mengenai tingkah laku seseorang yang baik dan
diterima serta digunakan oleh suatu organisasi atau masyarakat yaitu disebut etika. Etika
berhubungan langsung dengan profesi akuntan. Profesi akuntan dalam melaksanakan
tugasnya mempunyai tanggung jawab kepada stakeholder, organisasi atau perusahaannya,
masyarakat maupun dirinya sendiri (Aziz & Taman, 2016).
Setiap profesi pasti memiliki kode etik masing-masing termasuk profesi akuntan. Kode
etik profesi akuntan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) agar akuntan memiliki
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan menjaga profesionalitasnya (IAI, 2020). Seorang
akuntan haruslah dapat menerapkan dan berperilaku sesuai kode etik dalam bertugas, hal ini
dikarenakan profesi akuntan yang rentan terhadap pelanggaran.etika karena terdapat banyak
celah dalam melakukan kecurangan baik dalam proses pembuatan maupun pengauditan
sebuah laporan keuangan. Mahasiswa akuntansi merupakan calon akuntan yang diharapkan
dengan adanya pendidikan etika dan pelanggaran etis yang diketahui dapat memperbaiki
nama baik profesi akuntan dimasa yang akan datang (Normadewi, 2012). Sampai saat ini
semakin banyak kasus yang terjadi dalam dunia bisnis dengan melibatkan profesi akuntan
yang melanggar standar akuntansi. Kasus tersebut mengakibatkan runtuhnya kepercayaan
masyarakat terhadap profesi tersebut (Diana, 2017).
Fenomena atau kasus skandal etis akuntan yang terjadi yaitu Enron Corp. Enron
Corporation merupakan perusahaan terbesar ketujuh di Amerika Serikat yang bergerak di
bidang industri energi. Para manajer Enron Corp melakukan manipulasi data keuangan
dengan mencatat keuntungan USD 600 juta. Dan juga Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur
Andersen tidak independen terhadap Enron Corp. KAP Arthur Andersen benar telah
mengadakan manipulasi pada laporan keuangan Enron Corp, sekaligus melenyapkan barang
bukti berupa dokumen-dokumen penting terkait penyelidikan pada kasus kebangkrutan
Enron Corp. Adapun skandal etis akuntan yang terjadi di indonesia yaitu Perusahaan Garuda
Indonesia. Akuntan Garuda telah memanipulasi laporan keuangannya pada tahun buku 2018
dengan memasukkan keuntungan dari PT. Mahata Aero Teknologi sebagai pendapatan.
Terdapat laba bersih USD 809,85 ribu yang meningkat pesat dari tahun buku 2017 yang
mengalami rugi sebesar USD 216,5 juta. Dua komisaris garuda indonesia yang pada saat itu
menjabat tidak menandatangani laporan keuangan tersebut karena menganggap laporan
keuangan tersebut tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
(Hartomo, 2019).
Penjelasan di atas tentang kasus-kasus yang terjadi terdapat krisis etika pada diri
akuntan. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa pentingnya pendidikan mengenai etika
yang harus dilakukan dengan benar kepada Mahasiswa Program Studi Akuntansi yang
terdapat dalam mata kuliah Akuntansi, khususnya pada mata kuliah Etika Bisnis Profesi
Akuntan yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai kode etik profesi akuntan dimana
pendidik dapat mengenalkan nilai-nilai dan standar etik dalam profesi akuntan kepada
mahasiswa. Diperlukan pendidikan etika untuk meningkatkan etika baik yang dimiliki
mahasiswa akuntansi dalam menjalankan profesinya sebagai akuntan maupun dalam
memberikan pertimbangan etis atas pengambilan keputusan perusahaan. Mahasiswa
akuntansi perlu memahami etika profesi akuntan sejak dini sebagai bekal dalam diri calon
akuntan sebelum memasuki dunia kerja, yang mampu mengimplementasikan apa yang telah
ia pelajari yang tujuannya agar dapat mencegah terjadinya perilaku tidak etis. Diperlukannya
peran dunia pendidikan untuk menciptakan karakter dan moral seseorang atau dalam hal ini
mahasiswa agar menghasilkan lulusan yang beretika dan bermoral tinggi (Wati & Sudibyo,
2016).
Adanya kasus perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang akuntan membuat
peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi dan perilaku dari mahasiswa akuntansi yang
merupakan masa depan profesi tersebut. Perlu adanya deteksi sejak dini mengenai faktor-
faktor penyebab seseorang melakukan tindakan kecurangan tersebut. Menurut Tang, Chen,
Sutarso (2008) penelitian mengenai love of money masih terbatas, sehingga dibutuhkan
investigasi lebih lanjut mengenai potensi love of money dan persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Penekanan ini dibutuhkan agar mahasiswa lulusan akuntansi lebih mengerti etika dalam
berprofesi. Begitu pula dengan pengajar.agar lebih mengerti apakah pengajaran atau
pendidikan etika selama ini sudah cukup dan baik serta agar pengajar dapat menanamkan
pentingnya love of money pada diri mahasiswa akuntansi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
studi lebih lanjut mengenai love of money dan persepsi mengenai etika masih sangat
dibutuhkan (Tang et al., 2008).
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Pengetahuan Etika berpengaruh positif terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Universitas Halu Oleo.
H2 : Love Of Money berpengaruh negatif terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Universitas Halu Oleo.
H3 : Pengetahuan Etika dan Love Of Money secara simultan berpengaruh terhadap Persepsi
Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Halu Oleo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan etika terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi universitas halu oleo, pengaruh love of money terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi universitas halu oleo dan pengaruh pengetahuan etika dan
love of money secara simultan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi universitas halu
oleo.
Literature Review
Teori Perilaku dan Terencana (Theory of Planned Behavior)
Pada tahun 1988 Icek Ajzen memperkenalkan Theory of Planned Behavior (TPB) yang
dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang merupakan individu akan
berperilaku apabila memiliki keinginan atau niat untuk melakukan. Niat individu
mempengaruhi perilaku individu. Niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
: (Ajzen, 1991)
Pertama, sikap terhadap berperilaku (Attituted toward the Behavior) dibentuk dari
kumpulan keyakinan seseorang (beliefs) tentang suatu perilaku. Kedua, norma Subjektif
(subjective norm) adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Ketiga, kontrol Perilaku Persepsian
(perceived behavioral control) mengacu pada persepsi seseorang terhadap sulit tidaknya
melaksanakan perilaku yang diinginkan, terkait dengan keyakinan akan tersedia atau
tidaknya sumber dan kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan perilaku tertentu
dengan mencerminkan pengalaman masa lalu serta antisipasi terhadap hambatan dan
rintangan.
Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)
Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior) yang dikembangkan oleh
Triandis (1980), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh untuk apa orang-orang ingin
lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan (aturan-aturan sosial), apa
yang mereka bisa lakukan (kebiasaan) dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka
pikirkan. Sikap menyangkut komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan, sedangkan
komponen afektif memiliki konotasi suka atau tidak suka. Sikap juga melayani suatu hal yang
bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan (Triandis, 1980).
Pengetahuan Etika dan Perkembangan Moral
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran) atau segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (KBBI, 2020). Etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
(KBBI, 2020). Maka dapat disimpulkan pengetahuan etika adalah informasi yang diperoleh
dan dijadikan acuan terkait tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan etika atau aturan
yang berlaku.
Etika tidak dapat dilepaskan dari pembahasan moral. Etika berasal dari kata
Yunani..ethos.(bentuk tunggal) yang artinya : adat, perasaan, watak, kebiasaan, sikap, padang
rumput, kandang, tempat tinggal, dan cara berpikir. Sedangkan dalam bentuk jamak etika
artinya adat. Etika dan moral mempunyai pengertian yang sama. Moral berasal dari bahasa
latin: mos (bentuk tunggal) atau mores (bentuk jamak) yang artinya watak, akhlak, kebiasaan,
kelakuan, adat istiadat, tabiat, cara hidup. Ada beberapa konsep yang dikeluarkan oleh
Kohelberg yang berkaitan dengan pemahaman teori perkembangan moral yaitu perilaku
moral, perilaku tidak moral, perilaku di luar kesadaran moral dan perkembangan moral.
Berikut model perkembangan moral yang dibuat oleh Kohelberg : (Agoes & Ardana, 2013)
Tabel 1
Tahap-tahap Perkembangan Moral Kohelberg
Tingkat (Level) Sublevel Ciri menonjol
Tingkat I
(Preconventional)
usia ˂ 10 tahun
1. Orientasi pada
hukuman
Mematuhi peraturan untuk
menghindari hukuman
2. Orientasi pada
hadiah
Menyesuaikan diri untuk
memperoleh hadiah/pujian
Tingkat II
(Conventional)
Usia 10-13 tahun
3. Orientasi anak
baik
Menyesuaikan diri untuk
menghindari celaan orang lain
4. Orientasi otoritas
Mematuhi hukuman dan peraturan
sosial untuk menghindari kecaman
dari otoritas dan perasaan bersalah
karena tidak melakukan
kewajiban.
Tingkat III
(Postconventional)
5. Orientasi kontrak
sosial
Tindakan yang dilaksanakan atas
dasar prinsip yang disepakati
usia ˃ 13 tahun bersama masyarakat.demi
kehormatan diri.
6. Orientasi prinsip
etika
Tindakan yang didasarkan atas
prinsip etika yang diyakini diri
sendiri untuk menghindari
penghukuman diri.
Sumber:Agoes dan Ardana (2013)
Kode Etik Umum Profesi Akuntan
Kode etik profesi akuntan terdiri dari 8 prinsip etika yang harus dipatuhi sebagai
dasar berperilaku, yaitu sebagai berikut:
Tanggung Jawab Profesi, setiap anggota dalam melaksanakan tanggungjawabnya
sebagai seorang profesional harus selalu menggunakan pertimbangan moral disetiap
tugas yang dilakukannya. Setiap anggota memiliki tanggungjawab kepada semua
pemakai jasa akuntan dan juga memiliki tanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota demi memelihara kepercayaan masyarakat. Hal tersebut diperlukan
untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
Kepentingan Publik, setiap anggota berkewajiban dalam melaksanakan tugasnya
untuk selalu berorientasi pada kepentingan publik. Demi menjaga independensi dan
kualitas jasa diberikan, tidak boleh ada benturan kepentingan. Oleh karena itu, setiap
anggota harus selalu bertindak mengikuti standar yang berlaku pada kepentingan publik
untuk menjaga kepercayaan mereka.
Integritas, setiap anggota dalam melaksanakan setiap tugasnya harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas yang tinggi demi menjaga dan
meningkatkan kepercayaan publik. Integritas mengharuskan setiap anggota untuk
bersikap jujur dan transparan tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa dan
tanpa ada unsur keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima perbedaan pendapat dan
kesalahan yang tidak disengaja, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.
Objektivitas, setiap anggota harus dapat menjaga objektivistasnya dengan kualitas
jasa yang memadai dalam memberikan pelayanan kepada publik. Arti dari objektivitas
yaitu bebas dari berbagai benturan kepentingan atau tidak dibawah pengaruh salah satu
pihak, harus bersikap adil, dan jujur secara intelektual.
Kompetensi dan Kehati-hatian, setiap anggota dalam melaksanakan setiap tugasnya
sebagai akuntan profesional, harus mempunyai kompetensi yang memadai dan bersikap
hati-hati yang akan direncanakan dan harus diawasi pada setiap kegiatan yang menjadi
tanggungjawab seksama. Kompetensi diperoleh dari pendidikan dan pengalaman. Setiap
anggota harus mempunyai pengetahuan pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
yang berikan dan teknik yang paling mutakhir. Sedangkan kehati-hatian, setiap anggota
harus bertindak sesuai dengan etika dan standar yang berlaku.
Kerahasiaan, setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus menjaga dan
menghormati kerahasiaan klien atau pemberi kerja yang diperoleh dari jasa professional
yang diberikan dan wajib menjaga kerahasiaan tersebut setelah hubungan kerja atau
pemberi jasa berakhir. Kerahasiaan juga mengharuskan setiap anggota untuk dapat
memperoleh informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan tugas yang dilakukan dan
tidak menggunakan informasi tersebut untuk diungkap tanpa perstujuan klien, kecuali
ada hak dan kewajiban hukum atau tanggung jawab professional untuk
mengungkapkannya.
Perilaku Profesional, setiap anggota dalam memberikan jasa profesionalnya harus
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan bertindak sesuai
dengan prinsip etika untuk menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal
tersebut sebagai perwujudan tanggungjawab setiap anggota kepada penerima jasa,
sesama anggota, dan masyarakat umum.
Standar Teknis, setiap anggota dalam melaksanakan jasa profesionalnya harus sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Setiap anggota harus
mematuhi standar yang disusun dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
Internasional Federation of Accountants.
Seorang akuntan harus memahami dan mematuhi kode etik profesi akuntan. Kode
Etik Umum Profesi Akuntan merupakan suatu aturan yang menjadi pedoman dasar
dalam melaksanakan pekerjaannya untuk menghindari tindakan yang merugikan bagi
masyarakat dan negara yang merusak nama baik profesi akuntan.
Love Of Money (Kecintaan terhadap uang)
Konsep love of money dikenalkan oleh Tang pada tahun 1992 untuk literature
psikologis lalu membangun sebuah alat ukur kecintaan seseorang terhadap uang yang
disebut MES (Money Ethic Scale) yang diambil dari generalisasi berbagai penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian maslow (1954) mengenai pengaruh uang terhadap berbagai
kebutuhan yang berbeda, penelitian wernimont dan fizpatrik (1972) mengenai sikap
positif maupun negative terhadap uang, penelitian furham (1984) mengenai manajemen
atau control terhadap uang dan mengenai obsesi serta kekuatan (Yamauchi & Templer,
1982). Kemudian dari berbagai penelitian sebelumnya dilakukan penyederhanaan faktor-
faktor yang mempengaruhi kecintaan terhadap uang pada MES antara lain sikap positif,
sikap negatif/jahat, penghargaan kekuatan, manajemen terhadap uang dan penghargaan
terhadap diri sendiri/self-esteem (Tang, 1992). Good merupakan gagasan bahwa uang
adalah ‘baik’, yaitu sikap positif terhadap uang. Evil merupakan sikap negatif terhadap
uang. Echievement yaitu uang melambangkan prestasi seseorang. Respect/self-esteem yaitu
uang dapat membantu orang mendapatkan harga diri dan rasa hormat dari orang lain.
Budget yaitu bagaimana orang menganggarkan uang mereka. Freedom/power yaitu uang
adalah kekuatan, dengan uang seseorang mampu memiliki otonomi, kebebasan, da
keamanan, menjadi apa yang diinginkan, mempengaruhi orang lain.
Pada tahun 2003 Tang melakukan pengembangan atau sub dari Money Ethical Scale
(MES) yang diberi nama LOMS (Love of Money Scale) berdasarkan model ABC yaitu
affective (kecenderungan), behavioural (kebiasaan), dan cognitive (Tang & Chiu, 2003). Tang
menganggap bahwa Money Ethical Scale (MES) yang dibangun Tang pada tahun 1992
merupakan salah satu yang dianggap paling “well-developed” dan secara sistematik
digunakan untuk mengukur sikap atas uang.
Love Of Money adalah tingkat kecintaan seseorang terhadap uang dimana setiap
tindakan yang dilakukan berhubungan dengan uang. Karena cintanya akan uang,
seseorang akan melakukan berbagai macam tindakan demi memperoleh uang sesuai yang
di inginkan. Uang dianggap sebagai tolak ukur dari pencapaian sebuah kebahagiaan.
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi.mahasiswa dalam
memahami skandal akuntan yang terjadi. Persepsi Etis adalah pandangan seorang
mahasiswa dengan melibatkan pengetahuan yang dimiliki dalam menanggapi suatu
peristiwa etis yang terjadi. Peristiwa yang dibuat berdasarkan skandal etis yang biasanya
terjadi, terdapat beberapa penyebabnya yaitu: (Teoh et al., 1999)
Konflik kepentingan. Ketika seseorang memegang sebuah posisi dimana ia diberikan
kepercayaan untuk membuat penilaian atas nama pihak lain namun kepentingan.atau
kewajiban pribadinya bertentangan (berkonflik) dengan kepentingan atau kewajiban
pihak lainnya. Pembayaran kembali atau biasa disebut reimbursement. Reimburse biasanya
dilakukan apabila karyawan sebuah perusahaan atau instansi melakukan pengeluaran
dari kantong pribadi untuk kepentingan perusahaan atau instansi tersebut. Pengeluaran
yang telah dibayar dari keuangan pribadi sudah selayaknya diganti oleh perusahaan
mereka bekerja.
Methods
Objek. Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Etika (X1) dan Love Of Money (X2) sebagai
variabel independen serta Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Haluoleo (Y)
sebagai variabel dependen atas Mahasiswa Akuntansi di Jurusan Akuntansi Universitas Halu
Oleo.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Halu Oleo yaitu Angkatan 2016 dan 2017
yaitu berjumlah 388 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi
aktif semester 7 dan semester 9 dan telah menempuh mata kuliah etika bisnis profesi akuntan.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data Kuantitatif
adalah data yang dapat diukur dalam skala numerik (angka) (Sujarweni, 2015). Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah jawaban responden atas pernyataan kuesioner yang
diukur dengan menggunakan skala Likert.
Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data Primer
adalah data yang didapat dari subjek penelitian dengan cara melakukan pengamatan,
percobaan atau wawancara (Sujarweni, 2015). Data primer dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari responden melalui angket atau kuesioner.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang.dilakukan adalah angket atau kuesioner. Angket atau
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2017).
Metode analisis data yang dilakukan yaitu :
1. Analisis deskriptif persentase. Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai
variabel-variabel penelitian yakni Pengetahuan Etika, Love Of Money dan Persepsi Etis.
Berdasarkan data primer yang diperoleh, distribusi frekuensi masing-masing jawaban
dikelompokkan sesuai dengan indikator dan item jawaban. Skala yang digunakan untuk
menilai pertanyaan adalah skala Likert yang mempunyai skor 1 sampai 5. Nilai rata-rata
pembobotan atau nilai skor jawaban responden yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam
rentang skala kategori nilai yang disajikan dalam tabel berikut : (Solimun & Handoyo,
2017)
Tabel 2
Penentuan Kategori Rata-rata Skor Pernyataan Responden
No Nilai Rata-rata Skor Jawaban Makna Kategori/Interpretasi
1 1-1,8 Sangat Rendah/Tidak Baik
2 1,8 ≤ 2,6 Rendah/Kurang Baik
3 2,6 ≤ 3,4 Cukup Tinggi/Cukup Baik
4 3,4 ≤ 4,2 Tinggi/Baik
5 ˃ 4,22 Sangat Tinggi/Sangat Baik
Sumber : Solimun dan Handoyo (2017)
2. Analisis regresi linear berganda. Menurut Sugiyono (2017) analisis regresi linear
berganda bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen, bila dua atau lebih independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi dinaik
turunkan nilainya. Model analisis linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis hubungan antara variabel pengetahuan etika (X1), love of money (X2)
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi (Y) secara parsial dan simultan. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linear berganda dengan bantuan
software IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Satistics Versi 22.
Keterangan:
Y = Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
X1 = Pengetahuan Etika
X2 = Love Of Money
a = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0)
β = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang
didasarkan variabel X1, dan X2.
e = error yang ditolerir (5%)
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji statistik F, uji statistik t dan uji koefisien
determinasi. Pengujian dapat dilakukan setelah model regresi bebas dari gejala-gejala asumsi
klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolineritas, uji heterokedastisitas, uji auto korelasi.
Results
Hasil koefisien korelasi dan cronbach alpha untuk menguji validitas dan realibilitas
menggunakan item pernyataan dan indicator variabel sebagai berikut :
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + e
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Indikator Item Koefisien
Korelasi Sig. Ket.
Cronb
ach
Alpha
Ket.
Pengetahuan
Etika (X1)
Tanggung
Jawab (X1.1)
X1.1.1 0,784 0,000 Valid
0,842
Reliabel
X1.1.2 0,745 0,000 Valid Reliabel
X1.1.3 0,850 0,000 Valid Reliabel
Kepentingan
Publik (X1.2)
X1.2.1 0,677 0,000 Valid
0,748
Reliabel
X1.2.2 0,687 0,000 Valid Reliabel
X1.2.3 0,798 0,000 Valid Reliabel
Integritas
(X1.3)
X1.3.1 0,844 0,000 Valid
0,859
Reliabel
X1.3.2 0,749 0,000 Valid Reliabel
X1.3.3 0,848 0,000 Valid Reliabel
Objektivitas
(X1.4)
X1.4.1 0,894 0,000 Valid 0,811
Reliabel
X1.4.2 0,700 0,000 Valid Reliabel
Kompetensi
dan Kehati-
hatian (X1.5)
X1.5.1 0,801 0,000 Valid
0,833
Reliabel
X1.5.2 0,756 0,000 Valid Reliabel
X1.5.3 0,847 0,000 Valid Reliabel
Kerahasiaan
(X1.6)
X1.6.1 0,782 0,000 Valid 0,870
Reliabel
X1.6.2 0,949 0,000 Valid Reliabel
Perilaku
Profesional
(X1.7)
X1.7.1 0,732 0,000 Valid
0,845
Reliabel
X1.7.2 0,940 0,000 Valid Reliabel
Standar
Teknis (X1.8)
X1.8.1 0,627 0,000 Valid 0,785
Reliabel
X1.8.2 0,918 0,000 Valid Reliabel
Love Of
Money (X2)
Good (X2.1) X2.1.1 0,852 0,000 Valid
0,817 Reliabel
X2.1.2 0,754 0,000 Valid Reliabel
Evil (X2.2) X2.2.1 0,915 0,000 Valid
0,877 Reliabel
X2.2.2 0,805 0,000 Valid Reliabel
Echievement
(X2.3)
X2.3.1 0,941 0,000 Valid 0,946
Reliabel
X2.3.2 0,917 0,000 Valid Reliabel
Respect/
self-esteem
(X2.4)
X2.4.1 0,908 0,000 Valid
0,933
Reliabel
X2.4.2 0,917 0,000 Valid Reliabel
Budget (X2.5) X2.5.1 0,932 0,000 Valid
0,933 Reliabel
X2.5.2 0,898 0,000 Valid Reliabel
Freedom/
power (X2.6)
X2.6.1 0,923 0,000 Valid 0,944
Reliabel
X2.6.2 0,928 0,000 Valid Reliabel
Persepsi Etis
Mahasiswa
Akuntansi
(Y)
Konflik
Kepentingan
(Y1.1)
Y1.1.1 0,941 0,000 Valid
0,948
Reliabel
Y1.1.2 0,922 0,000 Valid Reliabel
Pembayaran
Kembali (Y1.2)
Y1.2.1 0,978 0,000 Valid 0,980
Reliabel
Y1.2.2 0,970 0,000 Valid Reliabel
Sumber : Data Primer diolah tahun 2021
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua item pada indikator masing-masing variabel
Pengetahuan Etika (X1), Love Of Money (X2), dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Y)
memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,30 dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 dan
memiliki nilai cronbach’s alpha ≥ 0,60, artinya bahwa semua item pernyataan yang digunakan
sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel atau dapat diandalkan.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi variabel dependen dan
variabel indenpenden mempunyai ditribusi normal. Model regresi yang baik adalah data
distribusi normal atau mendekati normal.
Gambar 1 Gambar 2
Normal Probability Plot Histogram
Sumber : Hasil output IBM SPSS 22, data prmer diolah tahun 2021
Berdasarkan gambar normal probability plot pada gambar 1, terdapat bahwa data
menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Sehingga model regresi layak dipakai untuk prediksi dan telah memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan gambar histogram pada gambar 2, tampak bahwa residual terdistribusi secara
normal ditunjukkan dengan pola berbentuk simetris tidak melenceng ke kanan atau kiri.
Dengan demikian model regresi telah memenuhi asumsi normal.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas di dalam
model regresi dapat dilihat dari hubungan antar variabel bebas yang dtunjukan oleh angka
Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tabel 4
Hasil Uji Multikolineritas
Model Colinearity Statistic
Tolerance VIF
Pengetahuan Etika (X1) 0,954 1,048
Love Of Money (X2) 0,954 1,048
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021
Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu pengetahuan etika dan love of money
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,954 dan nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,048.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel bebas sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolineritas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah nilai dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Gambar 3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil output IBM SPSS 22, Data primer diolah pada Tahun 2021
Berdasarkan gambar scatter plot pada gambar 3, terlihat secara visual bahwa titik-titik
menyebar secara acak (tidak membentuk pola yang jelas) dan tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear
adakorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W (Durbin-
Watson) yang bisa dijadikan patokan, sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,622a ,387 ,373 ,55615 1,774
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1
Sumber : Hasil Output IBM SPSS 22, data primer diolah tahun 2021
Berdasarkan output summary pada tabel 5, terlihat pada angka Durbin-Watson (D-W)
adalah 1,774 dimana angka tersebut berada di antara -4 sampai +4 yang berarti tidak terjadi
autokorelasi.
Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis membuktikan apakah variabel pengetahuan etika dan love of
money secara parsial dan simultan mempunyai punyai pengaruh terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi. Untuk membuktikan hal tersebur maka digunakan uji t dan uji f.
Ringkasan hasil uji t, uji f dan koefisien determinasi disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji t, Uji F, dan Koefisien Determinasi
Persamaan
Variabel thitung ttabel Sig. Fhitung Ftabel Sig. R.Square
X1 7,380 1,66256 0,000 27,467 3,10 0,000 0,387
X2 -0,902 -1,66256 0,370
Sumber : Data Primer diolah tahun 2021
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai thitung untuk variabel pengetahuan etika yaitu sebesar
7,380 ˃ dari ttabel yaitu sebesar 1,66256 atau sebesar dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 ˂
dari α = 0,05, maka hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau H0
ditolak. Hal ini berarti bahwa pengetahuan etika berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai -thitung untuk variabel love of money yaitu sebesar --0,902
˂ dari -ttabel yaitu sebesar -1,66256 atau sebesar dengan tingkat signifikansi sebesar 0,370 ˃ dari
α = 0,05, maka hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak atau H0 diterima.
Hal ini berarti bahwa love of money tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai fhitung sebesar 27,467 ˃ dari nilai ftabel yaitu sebesar 3,10
atau dengan tingkat signifikansi f sebesar 0,000 ˂ dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa H3 diterima atau H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas yakni
pengetahuan etika dan love of money berpengaruh secara simultan terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi.
Tabel 6 menunjukkan bahwa besarnya R2 (R-Square) = 0,387. Hal ini menunjukkan bahwa
besarnya pengaruh langsung variabel pengetahuan etika dan love of money terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi adalah sebesar 38,7%. Hal ini berarti bahwa ada variabel lain atau
variabel epselon (ε) sebesar 61,3% yang mempengaruhi variabel Y namun tidak diukur dalam
penelitian ini seperti religiusitas, orientasi etis, machiavellian, kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, persepsi tekanan etis, moral reasoning, ethical
sensitivity dan lain sebagainya.
Discussion
1. Pengaruh Pengetahuan Etika terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 7,380 ˃ ttabel 1,66256
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 ˂ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Nilai
koefisien regresi pengetahuan etika yang bernilai positif sebesar 0,695 menunjukan bahwa
pengetahuan etika berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dengan
demikian hipotesis pertama (H1) diterima.
Rata-rata skor jawaban responden secara keseluruhan variabel pengetahuan etika (X1)
adalah sebesar 4,00 atau berada pada kategori baik, yang artinya mahasiswa akuntansi
universitas halu oleo mempunyai pengetahuan etika yang tinggi dan banyak (luas). Dimana
semakin banyak atau luas pengetahuan etika mengenai penerapan kode etik profesi akuntan
yang dimiliki setiap mahasiswa maka akan semakin tinggi persepsi etis yang dimilikinya. Hal
ini dapat terjadi karena mahasiswa yang memiliki pengetahuan etika yang tinggi akan
berperilaku sesuai dengan aturan atau etika yang berlaku. Mahasiswa yang memahami kode
etik profesi akuntan akan dapat membedakan yang mana tindakan etis dan tidak etis atas
suatu peristiwa yang terjadi. Seseorang yang memiliki etika juga akan dapat bereaksi atas
tindakan yang tidak etis. Hal tersebut sesuai dengan teori tahapan perkembangan moral,
dimana pada usia 13 tahun, seseorang akan lebih cenderung berorientasi pada etika.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ana Risma
Diana (2017) yang menyatakan bahwa pengetahuan etika berpergaruh positif terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi. Akan tetapi, penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Revita Mardawati dan Mimin Nur Aisyah (2016) yang menyatakan
bahwa pengetahuan etika berpergaruh negatif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
2. Pengaruh Love Of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa.Akuntansi
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai -thitung sebesar -0,902 ˂ -ttabel -1,66256
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,370 ˃ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa love of
money tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dengan
demikian hipotesis kedua (H2) ditolak atau H0 diterima. Tingkat kecintaan mahasiswa pada
uang tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Ketidakdukungan hipotesis ini mungkin disebabkan oleh norma subjektif. Sehingga
mahasiswa akan mempertimbangkan tekanan sosial (norma subjektif) ketika akan
berperilaku tidak etis. Hal ini juga dikarenakan mahasiswa belum bekerja di perusahaan atau
instansi atau masih fokus di studi yang berarti masih belum menyadari arti penting
kebutuhan dan bagaimana memenuhi kebutuhan dalam hidup. Rata-rata skor jawaban
responden secara keseluruhan variabel love of money (X2) adalah sebesar 3,27 atau berada pada
kategori cukup tinggi, yang artinya mahasiswa akuntansi memiliki tingkat kecintaan pada
uang. Dimana tinggi nya tingkat kecintaan mahasiswa pada uang akan mempengaruhi
persepsi etisnya yang menurun.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rosadalima Wade, Putu Kepramareni, I Gusti Ayu Pramesti (2019) yang menyatakan bahwa
love of money tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dan
bertentangan dengan penelitian sebelumnya yaitu Toriq Ibnu Aziz dan Abdullah Taman
(2016), Ana Risma Diana (2017), dan Wildatari Wandari (2018) yang menyatakan bahwa love
of money berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
3. Pengaruh Pengetahuan Etika dan Love Of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai fhitung sebesar 27,467 ˃ dari nilai ftabel
yaitu sebesar 3,10 atau dengan tingkat signifikansi f sebesar 0,000 ˂ dari α = 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yakni pengetahuan etika dan love of money
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Berdasarkan pengujian koefisien determinasi pengaruh yang diberikan oleh pengetahuan
etika dan love of money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi adalah sebesar 38,7%,
sedangkan sisanya sebesar 61,3 dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian hipotesis
ketiga (H3) diterima. Rata-rata skor jawaban responden secara keseluruhan variabel persepsi
etis (Y) adalah sebesar 3,61 atau berada pada kategori baik, mengindikasikan bahwa
mahasiswa akuntansi dapat membedakan tindakan yang etis dan tidak etis.
Pengetahuan etika diperoleh dari sebuah informasi dan dijadikan acuan terkait tindakan
yang akan dilakukan dalam melihat suatu peristiwa yang terjadi. Love of money akan
mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan terkait dengan peristiwa yang
dihadapinya. Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang tidak hanya berasal dalam diri
seseorang tetapi ada faktor eksternal lainnya seperti tingkat pendidikan, keadaan sosial, dan
lingkungan yang sangat mempengaruhi sikap individu dalam penelitian ini mampu
mengambil keputusan yang akan dilakukannya.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ana Risma Diana
(2017) yang menyatakan bahwa pengetahuan etika berpergaruh positif terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi. Dan juga penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosadalima
Wade, Putu Kepramareni, I Gusti Ayu Pramesti (2019) yang menyatakan bahwa love of money
tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Conclusion
1. Pengetahuan Etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi. Semakin tinggi dan banyak (luas) pengetahuan etika yang dimiliki seorang
mahasiswa, maka semakin tinggi pula persepsi etis yang dimilikinya. Mahasiswa yang
memiliki pengetahuan etika yang banyak atau luas akan sangat mudah membedakan
mana tindakan yang etis dan tidak etis.
2. Love of money tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Tingkat kecintaan mahasiswa pada uang tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi universitas halu oleo.
3. Pengetahuan etika dan love of money secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi. Hal ini dibuktikan dengan nilai fhitung sebesar 27,467 ˃
dari nilai ftabel yaitu sebesar 3,10 atau dengan tingkat signifikansi f sebesar 0,000 ˂ dari α
= 0,05, dan pengujian koefisien determinasi pengaruh yang diberikan oleh pengetahuan
etika dan love of money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi adalah sebesar 38,7%,
sedangkan sisanya sebesar 61,3 dipengaruhi oleh faktor lain.
References
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2013). Etika Bisnis dan Profesi (tantangan membangun manusia
seutuhnya). Salemba Empat.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Journal of Organizational Behavior and Human
Decision Processes. https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-T
Aziz, T. I., & Taman, A. (2016). Pengaruh Love Of Money Dan Machiavellian Terhadap
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UNY
Angkatan 2013 dan Angkatan 2014). Jurnal Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan
Manajemen. https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.7998
Diana, A. R. (2017). Pengaruh Pengetahuan Etika, Religiusitas Dan Love Of Money Terhadap
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi
Universitas Negeri Yogyakarta dan Mahasiswa Akuntansi Syariah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta). Jurnal Pendidikan Akuntansi.
Hartomo, G. (2019). Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia hingga Kena Sanksi.
Okezone.Com. https://economy.okezone.com/amp/2019/06/28/320/2072245/kronologi-
kasus-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3
IAI. (2020). Kode Etik Akuntan Indonesia. Komite Etika Ikatan Akuntan Indonesia.
KBBI. (2020). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Google.Co.Id.
https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id.html
Normadewi, B. (2012). Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love of Money Sebagai Variabel
Intervening. Universitas Diponogoro.
Solimun, A. A. R., & Handoyo, S. (2017). Perancangan dan Pengujian Kuesioner Serta
Transformasi Skor Menjadi Skala Berbasis MSI, SRI dan Rasch Model. Program Studi Jurusan
Mate-matika Fakultas Mate-matika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2015). Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Pustaka Baru Press.
Tang, T. L. P. (1992). The Meaning of Money Revisited: The Development of the Money Ethic
Scale. Journal of Organizational Behavior.
Tang, T. L. P., Chen, Y. J., & Sutarso, T. (2008). Bad apples in bad (business) barrels: The love
of money, machiavellianism, risk tolerance, and unethical behavior. Journal of
Management Decision. https://doi.org/10.1108/00251740810854140
Tang, T. L. P., & Chiu, R. K. (2003). Income, Money Ethic, Pay Satisfaction, Commitment, and
Unethical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Employees?
Journal of Business Ethics. https://doi.org/10.1023/A:1024731611490
Teoh, H. Y., Serang, D. P., & Lim, C. C. (1999). Individualism-Collectivism Cultural
Differences Affecting Perceptions of Unethical Practices: Some Evidence from Australian
and Indonesian Accounting Students. Teaching Business Ethics.
https://doi.org/10.1023/A:1009832018849
Triandis, H. C. (1980). Values, attitudes, and interpersonal behavior. Journal of Nebraska
Symposium on Motivation. Nebraska Symposium on Motivation.
Wati, M., & Sudibyo, B. (2016). Pengaruh Pendidikan Etika Bisnis Dan Religiusitas Terhadap
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Economia.
https://doi.org/10.21831/economia.v12i2.11775
Yamauchi, K. T., & Templer, D. I. (1982). The Development of a Money Attitude Scale. Journal
of Personality Assessment. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa4605_14