pengaruh servicescape terhadap pleasure feeling pada

13
1 Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada Wisata BeeJay Bakau Resort Probolinggo Oleh : Veny Meirlitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Dimas Hendrawan, SE., MM Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh servicescape terhadap pleasure feeling. Jenis dari penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 180 responden yang diambil dari populasi pengunjung Wisata BeeJay Bakau Resort. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik sampel yang dipilih yaitu minimal usia 17 tahun dan minimal pernah satu kali berkunjung ke Wisata BeeJay Bakau Resort. Alat uji yang digunakan untuk menguji instrument penelitian berupa uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda, uji ketepatan model menggunakan uji f dan uji hipotesis menggunakan uji t dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel servicescape yang terdiri dari ambient condition, layout, seating comfort, dan facility aesthetic berpegaruh secara signifikan terhadap pleasure feeling. Namun, terdapat satu variabel servicescape yaitu electric equipment yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pleasure feeling. Kata kunci : Servicescape, Pleasure Feeling. 1. Pendahuluan Perkembangan bisnis di zaman era modern yang saat ini menjadi daya tarik bagi para pelaku bisnis yaitu pada sektor parwisata. Setiap pariwisata memiliki keunikan tersendiri dalam menarik serta memenuhi akan kebutuhan dari para wisatawan. Definisi pariwisata itu sendiri menurut Vanhore, Nobert dalam buku The Economics of Tourism Destinations (2005), bahwa parisiwata sebagai fenomena yang dihasilkan oleh seseorang dari perjalanan dan tinggal di suatu tempat ‘tidak sebagai penduduk, dan melakukan aktifitas menyenangkan dalam jangka waktu yang relatif pendek, tidak

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

1

Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

Wisata BeeJay Bakau Resort Probolinggo

Oleh :

Veny Meirlitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Dosen Pembimbing :

Dimas Hendrawan, SE., MM

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh servicescape terhadap pleasure feeling.

Jenis dari penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal

antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 180 responden yang diambil dari populasi pengunjung Wisata BeeJay Bakau

Resort. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik

sampel yang dipilih yaitu minimal usia 17 tahun dan minimal pernah satu kali berkunjung ke

Wisata BeeJay Bakau Resort. Alat uji yang digunakan untuk menguji instrument penelitian

berupa uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Teknik analisis data menggunakan

analisis regresi linear berganda, uji ketepatan model menggunakan uji f dan uji hipotesis

menggunakan uji t dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel servicescape yang terdiri dari ambient condition, layout, seating comfort, dan

facility aesthetic berpegaruh secara signifikan terhadap pleasure feeling. Namun, terdapat

satu variabel servicescape yaitu electric equipment yang tidak berpengaruh signifikan

terhadap pleasure feeling.

Kata kunci : Servicescape, Pleasure Feeling.

1. Pendahuluan

Perkembangan bisnis di zaman era

modern yang saat ini menjadi daya tarik

bagi para pelaku bisnis yaitu pada sektor

parwisata. Setiap pariwisata memiliki

keunikan tersendiri dalam menarik serta

memenuhi akan kebutuhan dari para

wisatawan. Definisi pariwisata itu sendiri

menurut Vanhore, Nobert dalam buku

The Economics of Tourism Destinations

(2005), bahwa parisiwata sebagai

fenomena yang dihasilkan oleh seseorang

dari perjalanan dan tinggal di suatu

tempat ‘tidak sebagai penduduk’, dan

melakukan aktifitas menyenangkan dalam

jangka waktu yang relatif pendek, tidak

Page 2: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

2

tinggal permanen dan tidak melakukan

kegiatan secara produkif secara berulang-

ulang dan berkelanjutan.

Pariwisata yang ada saat ini sangatlah

beragam, salah satunya yaitu tempat

wisata buatan dengan memanfaatkan

kekayaan alam yang diolah menjadi

tempat tujuan wisata yang menarik. Hutan

bakau memiliki fungsi ekologis dalam

pelesatarian jaringan makanan, selain nilai

ekologis tersebut, hutan bakau juga

mempunyai nilai dalam perlindungan

pantai, habitat satwa, estetika dan nilai

ekonomis (Dignwall dalam Chandra,

2011). Nilai estetika yang dimiliki oleh

hutan bakau menjadi peluang bagi pelaku

bisnis untuk dikembangkan sebagai

sebuah pariwisata dengan memberikan

edukasi bagi para wisatawan

(pengunjung).

Pada tahun 2013, dibangun tempat

ekowisata bakau di Kota Probolinggo,

tepatnya di Pelabuhan Perikanan Pantai

Mayangan Probolinggo yakni bernama

BeeJay Bakau Resort atau disingkat

menjadi BJBR. Selain berada pada lokasi

yang strategis, BJBR juga memiliki area

wisata yang luas, yaitu 89 hektar (BJBR,

2016). Daya tarik utama dari BJBR, selain

menyuguhkan pemandangan yang alami

dengan dikelilingi hutan bakau, BJBR juga

menyediakan berbagai macam spot-spot

untuk berfoto. Hal ini menunjukkan

bahwa, masing-masing tempat wisata

memiliki konsep unik yang berbeda dari

para pesaing lainnya dengan tujuan untuk

menarik pada wisatawan. para pelaku

bisnis harus memiliki tingkat kreativitas

tinggi dan memiliki nilai jual tinggi dalam

meciptakan tempat wisata buatan yang

memiliki perbedaan dengan tempat wisata

buatan yang didirikan oleh para pesaing.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan

oleh pelaku bisnis atau pemilik dari tempat

wisata buatan tersebut yaitu dengan

menawarkan servicescape dengan tujuan

untuk memberikan perbedaan dari para

pesaing.

Menurut Zeithaml, Bitner, dan

Gremler (2013), servicescape termasuk

dalam physical evidence yaitu keseluruhan

aspek yang terdiri dari fasilitas fisik pada

sebuah organisasi yang berupa komunikasi

nyata. Jika menurut jurnal Kim dan Moon

(2009) menyebutkan bahwa servicescape

memiliki lima dimensi, yaitu : (1) ambient

condition, (2) facility aesthetic, (3) layout,

(4) electric equipment dan (5) seating

comfort.

Pendapat dari Zeithaml, Bitner dan

Gremler (2013) menyatakan bahwa

servicescape memiliki pengaruh yang

cukup besar terhadap pengalaman

konsumen. Pengalaman yang diperoleh

konsumen secara tidak langsung mampu

menunjukkan sebuah perasaan dari apa

yang telah dilakukan. rangsangan

lingkungan dapat mempangaruhi setiap

Page 3: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

3

keadaan individu berupa emosional yang

berpengaruh terhadap tanggapan dari

individu tersebut berupa dua dasar perilaku

yaitu approach dan avoidance. Perilaku

approach (pendekatan) berupa pleasure

feeling dipengaruhi oleh perasaan puas

yang didapatkan konsumen terhadap

lingkungan itu sendiri. Pleasure feeling

merupakan penyataan mengenai perasaan

yang baik, senang, bahagia, ataupun

keceriaan dimana seseorang tersebut juga

merasakan kenyamanan dan puas terhadap

suatu keadaan (Mehrabian, dalam

Anderson, 2012).

Servicescape yang telah didesain

dengan konsep alami dan unik yang

ditawarkan kepada wisatawan, diharapkan

dapat menicptakan suatu perasaan yang

menyenangkan atau pleasure feeling,

sehingga wisata BJBR wajib untuk

dikunjungi ketika sedang berada di Kota

Probolinggo.

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan

ambient condition terhadap pleasure

feeling pada wisata BeeJay Bakau

Resort Probolinggo.

2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan

layout terhadap pleasure feeling pada

wisata BeeJay Bakau Resort

Probolinggo.

3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan

seating comfort terhadap pleasure

feeling pada wisata BeeJay Bakau

Resort Probolinggo.

4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan

facility aesthetic terhadap pleasure

feeling pada wisata BeeJay Bakau

Resort Probolinggo.

5. Untuk mengetahui pengaruh signifikan

electric equipment terhadap pleasure

feeling pada wisata BeeJay Bakau

Resort Probolinggo.

2. Kajian Pustaka

2.1 Pemasaran

Menurut American Marketing

Asocciation (AMA) dalam Kotler & Keller

(2012) pemasaran adalah salah satu fungsi

organisasi dan seperangkat proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, serta

untuk menyerahkan nilai kepada

pelanggan dan mengelola hubungan

pelanggan yaitu dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan para

pemiliki sahamnya. Pendapat berbeda

disampaikan oleh Kotler & Amstrong

(2012), mendefinisikan pemasaran sebagai

proses dimana perusahaan menciptakan

nilai bagi pelanggan dan membangun

hubungan pelanggan yang kuat untuk

memanfaatkan nilai dari pelanggan dari

sebuah imbalan.

2.2 Jasa

Kotler dan Keller dalam Tjiptono

(2014) mendfenisikan jasa sebagai setiap

tindakan atau perbuatan yang ditawarkan

oleh suatu pihak kepada pihak lain yang

Page 4: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

4

memiliki sifat tidak berwujud fisik

(intangible) dan tidak menghasilkan suatu

kepemilikan. Sedangkan, menurut

Lovelock, Wirtz, & Mussry (2011), jasa

merupakan aktivitas ekonomi yang

ditawarkan oleh dari satu pihak kepada

pihak lainnya, sering kali kegiatan yang

dilakukan dalam jangka waktu tertentu

(time based), sebagai bentuk dari suatu

kegiatan (performance) dengan membawa

hasil yang diinginkan kepada penerima,

obyek, maupun asset-aset lainnya yang

menjadi tanggung jawab dari pembeli.

2.3 Servicescape

Lovelock, Witz, dan Mussry (2011)

menyatakan bahwa servicescape adalah

gaya dan tampilan fisik dari unsur

pengalaman lain yang ditemui oleh

pelanggan di tempat penghantaran jasa.

Sedangkan menurut Hoffman dan Bateson

(2011) memberikan definisi servicescape

sebagai lingkungan terdekat dari aktivitas

jasa tersebut berlangsung. Berdasarkan

penjelasan dari servicescape tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa

servicescape merupakan lingkungan

berupa tampilan fisik yang diberikan oleh

perusahaan kepada konsumen untuk

merasakan kenyamanan serta pengalaman

menyenangkan yang berbeda dari pesaing

lainnya.

Adapun lima dimensi servicescape

yang diadaptasi dari jurnal Kim & Moon

(2009) yakni terdiri dari (1) Ambient

condition merupakan dimensi yang

berhubungan dengan daya tarik estetika

seperti color, lighting, noise/music, dan

scent (Lovelock, 2012), (2) layout

merupakan tata letak perlengkapan,

peralatan, furniture yang meliputi ukuran

serta bentuk item, dan spatial relation

antara item-item yang terdapat pada

lingkungan layanan (Zeithmal et al, 2013)

(3) seating comfort yaitu mengacu pada

perasaan nyaman bagi pelanggan berupa

fisik atau bentuk dari tempat duduk dan

ruang untuk duduk (Walfield dalam Panji,

2016), (4) facility aesthetic, yakni yang

berhubungan dengan desain arsitektur

seperti desain interior dan dekorasi, dan

semua yang dapat menarik dari lingkungan

layanan (Ryu & Jang, dalam Elok, 2015),

(5) electric equipment merupakan seluruh

peralatan elektronik seperti TV, AC, radio

dan lain sebagainya dengan tujuan dapat

meningkatkan kenyamanan bagi konsumen

pada saat berkunjung (Kim dan Moon,

2009).

2.4 Pleasure Feeling

Suatu emosi yang timbul dari

konsumen atau afeksi merupakan perasaan

emosional individu dikarenakan adanya

rangsangan tertentu dari lingkungan (Peter

dalam Elok, 2016). Russel dan Pratt dalam

Lovelock (2011) menyebutkan bahwa

afeksi atau emosi konsumen terdiri dari

dua dimensi yaitu arousal (menggerakann)

dan pleasure (menyenangkan). Arousal

Page 5: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

5

adalah suatu keadaan seseorang merasa

tertarik, terstimuli, perhatian, dan aktif.

Jika pleasure (menyenangkan) merupakan

suatu keadaan seseorang yang dapat

merasakan kenyamanan, kesenangan, dan

kepuasan. Berdasarkan penjelasan diatas,

maka afeksi atau emosi konsumen adalah

Menurut Mehrabian-Russel, dalam

Panji (2016), menjelaskan bahwa

pendekatan Mehrabian-Russel disebut juga

sebagai model M-R, yang menunjukkan,

jika reaksi konsumen dalam menanggapi

rangsangan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu

rangsangan lingkungan, emosional, dan

dua tanggapan yang berlawanan yaitu

perilaku avoidance (penghindaran) dan

perilaku approach (pendekatan). Model

M-R kemudian menggabungkan konsep

dari lingkungan fisik, emosi dan respon

konsumen. Model yang dijelaskan tersebut

mengasumsikan bahwa lingkungan fisik

seperti servicescape dapat mempengaruhi

konsumen berupa perilaku avoidance dan

perilaku approach terhadap lingkungkan

fisik melalui perasaan emosi dan

tanggapan dari konsumen.

3. Hipotesis

H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan

pada ambient conditon terhadap pleasure

feeling.

H2 : Diduga terdapat pengaruh signifikan

pada layout terhadap pleasure feeling.

H3 : Diduga terdapat pengaruh signifikan

pada seating comfort terhadap pleasure

feeling.

H4 : Diduga terdapat pengaruh signifikan

pada facility aesthetic terhadap pleasure

feeling.

H5 : Diduga terdapat pengaruh signifikan

pada electric equipment terhadap pleasure

feeling.

4. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah explanatory research.

Populasi yang diambil pada penlitian ini

yaitu para pengunjung Wisata BJBR

Probolinggo. Sampel yang digunakan

yakni sejumlah 180 responden. Metode

dalam penelitian ini adalah non probability

sampling serta teknik purposive sampling

dengan karakteristik, pernah berkunjung

ke Wisata BJBR minimal satu kali dan

berusia di atas 17 tahun. Instrumen

penelitian menggunakan kuesioner yang

diukur dengan menggunakan skala likert.

Instrument tersebut diuji menggunakan uji

validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi

klasik. Teknik analisis data menggunakan

regresi linear berganda untuk mengetahui

pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent. Uji hipotesis

Page 6: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

6

menggunakan uji t dan uji ketepatan model

menggunakan uji f.

5. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh pada

saat penelitian, responden didominasi oleh

wanita sebanyak 61,7%. Mayoritas usia

17-22 tahun, dengan pendidikan terakhir

SMA/SMK yang memiliki status sebagai

pelajar/mahasiswa dan tingkat pendapatan

sebesar <Rp. 1.000.000,- serta kunjungan

terbanyak yaitu 3-4 kali.

Kuesioner yang telah disebar telah

memenuhi syarat uji validitas, reliabilitas,

uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji

heterokedastisitas, uji multikolinearitas, uji

linearitas dan teknik analisis regresi linear

berganda, dengan hasil sebagai berikut :

Hasil Uji Validitas

Tabel 1

Hasil Uji Validitas

Berdasarkan pada tabel 1 tersebut,

dapat diketahui bahwa seluruh item

variabel bebas dan terikat yaitu ambient

condition (X1), layout (X2), seating

comfort (X3), facility aesthetic (X4),

electric equipment (X5), dan pleasure

feeling (Y), memiliki nilai r hitung lebih

besar dari r tabel yakni sebesar (0,1463)

atau nilai signifikansi lebih kecil dari

alpha (0,05) sehingga dapat dikatakan

bahwa seluruh item pernyataan telah valid.

Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 2

Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat

diketahui bahwa seluruh variabel yang

digunakan memiliki nilai koefisien

cronbach alpha lebih besar dari 0,60

sehingga dapat dikatakan bahwa semua

variabel yang digunakan dalam penelitian

ini reliabel atau dapat diandalkan.

Hasil Uji Normalitas

Tabel 3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan pada tabel 3 diatas, telah

menunjukkan bahwa hasil pengujian dari

Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai

Page 7: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

7

signifikansi sebesar 0,293 yang lebih besar

dari alpha (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa data pada penelitian ini telah

berdistribusi normal atau dikatakan bahwa

asumsi normalitas terpenuhi.

Hasil Uji Multikolinearitas

Tabel 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat

diketahui bahwa semua variabel bebas

mulai dari X1 sampai dengan X5

mempunyai nilai VIF (Variance Inflation

Factor) < 10 dan nilai tolerancenya > 0,1,

dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa semua variabel bebas yang

digunakan dalam model regresi pada

penelitian ini bebas multikolinearitas.

Hasil Uji Heterokedastisitas

Tabel 5

Hasil Uji Glejser

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat

diketahui nilai t hitung dari seluruh

variabel lebih kecil dari t tabel (1,973) dan

memiliki nilai siginifikansi lebih besar dari

0,05, sehingga dikatakan bahwa seluruh

variabel bebas dalam penelitian ini bebas

dari heterekodastisitas.

Hasil Linearitas

Tabel 6

Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan pada tabel 6 tersebut, dapat

menunjukkan bahwa semua variabel bebas

memilki nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 yang berarti bahwa linearitas dapat

terpenuhi.

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Tabel 7

Hasil Regresi Linear Berganda

Berdasarkan pada tabel 7 diatas, dapat

menunjukkan bahwa variabel ambient

condition, layout, seating comfort, dan

facility aesthetic memiliki pengaruh

signifikan terhadap pleasure feeling,

sedangkan variabel electric equipment

Page 8: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

8

tidak berpengaruh signifikan terhadap

pleasure feeling.

Model regresi dalam penelitian ini,

menggunakan standardized coefficient

karena menggunakan skala likert dalam

pengukurannya dan yang diukur adalah

persespsi konsumen. Hasil uji regresi

menunjukkan bahwa empat variabel dari

servicescape yaitu ambience condition,

layout, seating comfort dan facility

aesthetic memiliki nilai standardized

coefficient positif atau pengaruh yang

searah terhadap pleasure feeling dan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga

dapat dikatakan bahwa keempat variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap

pleasure feeling. Jika pada dimensi electric

equipment memiliki nilai standardized

coefficient yang positif pula atau pengaruh

yang searah terhadap pleasure feeling,

namun nilai signifikansi lebih besar dari

0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa

variabel tersebut tidak berpengaruh

signifikan terhadap pleasure feeling.

Hasil Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis dapat dilihat dalam

tabel 7 pada kolom t hitung dan nilai

signifikansi yang menunjukkan bahwa

empat variabel bebas yaitu ambience

condition, layout, seating comfort, dan

facility aesthetic memiliki nilai t hitung

lebih besar dari t tabel (1,973) dan nilai

signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05

yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, sedangkan untuk variabel electric

equipment memiliki nilai t hitung lebih

kecil dari t tabel (1,973) dan nilai

signifikansi lebih besar dari alpha 0,05,

hal tersebut menunjukkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak.

Hasil Ketepatan Model (Goodnes of

Fit)

Hasil ketepatan model dapat dilihat

pada tabel 7 dalam kolom F hitung yang

menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih

besar dari F tabel (2,26) dan nilai

signifikansi dibawah 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa persamaan model

regresi yang digunakan dalam penelitian

ini sudah tepat atau baik.

6. Pembahasan

6.1 Pengaruh Ambience Condition

Terhadap Pleasure Feeling

Hasil penelitian telah membuktikan

bahwa ambient condition memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

pleasure feeling. Pada tempat wisata di

BJBR, walaupun wisata tersebut

berkonsepkan outdoor, namun tetap

memiliki bagian atau ruangan atau sudut

yang membutuhkan tingkat pencahayaaan.

Pencahayaan yang diberikan ditampilkan

dalam bentuk unik yaitu dengan

meletakkan lilitan lampu- lampu kecil di

beberapa bakau tersebut, tiang lampu

sepanjang cycling track atau trail jembatan

kayu dan sebagian lilin-lilin kecil yang

diletakkan di beberapa sudut pinggir pantai

Page 9: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

9

pasir putih buatan atau Majengan Bakau

Beach dan lampion besar berbentuk hewan

laut. Latar belakang musik atau

background music dapat membuat

pengunjung merasa terhibur dengan musik

instrument yang dapat menyenangkan hati

para wisatawan dan puas selama berwisata

di BJBR.

6.2 Pengaruh Layout Terhadap Pleasure

Feeling

Pada hasil penelitian menjelaskan

bahwa layout memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pleasure feeling. Tata

letak berupa jarak antara meja dan kursi

yang dirancang oleh wisata BJBR mampu

memberikan kesan yang menarik namun

tetap mengutamakan kenyamanan bagi

pengunjung yaitu dengan jarak yang

cukup luas sehingga pengunjung dapat

leluasa berjalan di sekitar area tersebut.

Sama hal nya dengan pendapat yang

disampaikan oleh Wakefield & Blodgett,

dalam Ryu & Jang, (2007), bahwa sebuah

tata letak yang secara langsung memiliki

efek pada kualitas persepsi pelanggan

terhadap tingkat kesenangan atau pleasure

feeling.

6.3 Pengaruh Seating Comfort Terhadap

Pleasure Feeling

Seating comfort memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pleasure feeling.

Pemberian fasilitas oleh wisata BJBR

dilakukan dengan semaksimal mungkin

yaitu berupa tempat duduk dengan bahan

yang lebih lunak sehingga pengunjung

merasa nyaman, khususmya yang ada pada

café dan restoran di BJBR. Berdasarkan

pada kenyamanan yang dirasakan oleh

pengunjung untuk menikmati fasilitas dari

wisata BJBR, tidak menutup kemungkinan

bahwa para pengunjung memiliki tingkat

kepuasan, sehingga dapat menimbulkan

pearasaan menyenangkan ketika sedang

berwisata di BJBR.

6.4 Pengaruh Facility Aesthetic

Terhadap Pleasure Feeling

Facility aesthetic mengacu pada

perpaduan arsitektur dengan interior dan

dekorasi yang menjadikan service

environment lebih menarik. Desain

arsitektur pada wisata BJBR memiliki

karakter yang unik dan menarik seperti

icon dari wisata ini yaitu pahatan kayu

bertuliskan BJBR dengan ukuran besar.

Pengunjung memanfaatkan seluruh desain

arsitektur tersebut yaitu dengan

mengabadikan melalui kamera bersama

dengan teman maupun keluarga. Pada

moment seperti itu lah wisata BJBR dapat

menciptakan pleasure feeling atau

perasaan yang menyenangkan kepada para

pengunjung dengan menikmati fasilitas

obyek foto yang disediakan oleh wisata

BJBR. Pemilihan warna yang tepat pada

seluruh dekorasi yang ada membuat

suasana wisata BJBR menjadi ceria,

khusus nya pada kaum remaja yang dapat

Page 10: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

10

merasakan makna dari warna-warna yang

berbeda.

6.5 Pengaruh Electric Equipment

Terhadap Pleasure Feeling

Pada hasil penelitian menjelaskan bahwa

electric equipment memiliki pengaruh yang

tidak signifikan terhadap pleasure feeling.

Pada wisata BJBR, terdapat dua tempat

makan yang ada di wisata BJBR yaitu Café

Tenda dan Rest-O-Tent, dimana kedua

tempat makanan tersebut terdapat sebuah

panggung kecil yang dilengkapi dengan

sound system serta TV untuk membuat

pengunjung terhibur. Namun hal tersebut

tidak membuat pengunjung merasa senang

karena jenis (genre) musik yang diputarkan

tidak sesuai dengan selera musik dari

pengunjung tersebut. Begitu juga dengan

fasilitas elektronik berupa wifi yang

memiliki kualitas tinggi. Namun hal

tersebut tidak dapat menciptakan pleasure

feeling bagi para wisatawan, hal ini dapat

dikarenakan pengunjung tidak berfokus

pada fasilitas wifi yang disediakan,

melainkan lebih menikmati pemandangan

alami yang ditawarkan oleh wisata BJBR.

7. Kesimpulan dan Saran

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ambient condition atau karakteristik

lingkungan yang berhubungan dengan

tingkat pencahayaan dan latar belakang

musik pada wisata BJBR berpengaruh

secara signifikan terhadap pleasure

feeling atau perasaan yang

menyenangkan.

2. Layout atau penataan jarak berupa

perlengkapan meja dan kursi pada

wisata BJBR bepengaruh secara

signifikan terhadap pleasure feeling

atau perasaanyang menyenangkan.

3. Seating comfort atau perasaan nyaman

berupa fasilitas fisik tempat duduk

(kursi) yang berpengaruh signifikan

terhadap pleasure feeling atau mampu

menyenangkan hati para wisatawan

BJBR.

4. Facility aesthetic atau yang mengacu

pada pemilihan warna, desain arsitektur

dan dekorasi berpengaruh secara

signifikan terhadap pleasure feeling.

5. Electric equipment atau fasilitas

elektronik yang ada di wisata BJBR

tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap pleasure feeling.

7.2 Saran

Berkaitan dengan penelitian yang

telah dilakukan maka peneliti dapat

memberikan saran diantaranya sebagai

berikut :

1. Wisata BJBR lebih meningkatkan

karakterisitik lingkungan atau ambient

condition yaitu berupa penambahan

pencahayaan khususnya pada malam

hari dengan penataan yang lebih

menarik, sehingga selain wisatawan

Page 11: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

11

dapat memanfaatkan fasilitas tersebut

sebagai objek foto tetapi juga

memberikan rasa aman kepada para

wisatawan yang berkunjung ke BJBR.

2. Lebih meningkatan tata letak jarak

antar kursi dan meja atau layout yang

ada pada wisata BJBR melalui

seringnya pemantauan dari pihak

manajaemen pada setiap area yang

dilengkapi dengan kursi dan meja

tersebut, sehingga wisatawan teteap

memiliki keleluasaan berjalan,

3. Untuk memberikan kenyamanan atau

seating comfort pada wisatawan

BJBR, maka pihak manajemen perlu

menambahkan tempat duduk atau

kursi yang lebih lunak di sekitar area

wisata BJBR atau tidak hanya pada

café atau resoran saja.

4. Untuk menyenangkan hati para

wisatawan atau pleasure feeling, pihak

manajemen wisata BJBR perlu

meningkatkan facility aesthetic atau

berupa pemilihan warna, desain

arsitektur, dan dekorasi yang

disesuaikan dengan mayoritas

karakteristik wisatawan seperti pada

usia remaja akhir.

5. Pada fasilitas elektronik atau electric

equipment, pihak manajemen wisata

BJBR, sebaiknya memberikan suatu

tempat atau ruang tersendiri yang

memilki banyak manfaat seperti dapat

dijadikan obyek foto, tempat bersantai

untuk menikmati fasulitas elektronik

berupa wifi yang sudah memiliki

kualitas tinggi. Disisi lain, pihak

manajemen wisata BJBR juga perlu

mengubah jenis (genre) musik yang

disesuaikan dengan mayoritas

wisatawan seperti music pop, jazz

maupun klasik.

Daftar Pustaka

Agung, Putu. 2012. Metode Penelitian

Bisnis. Universitas Brawaijaya Press

(UB Press), Malang.

Andersson, P. K., Kristensson, P.,

Wastlund, E., Gustafsson, A. 2011.

Let The Music Play or Not : The

Infulence of Background Music on

Consumer Behavior. Juornal of

Retailing and Consumer Services 6,

pp 535-560.

Aniswara, P. R. 2016. Analisis Pengaruh

Servicescape Terhadap Revisit

Intention Yang Dimediasi Pleasure

Feeling Dan Perceived Service

Quality Pada Theme Resto (Studi

Pada Taman Indie Resto

Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

FEB, 4(2).

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2016. Diakses pada

7 Februari 2017, pkl 15.30

<http://www.bps.go.id/brs/view/id/11

92>.

Page 12: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

12

Cooper, D.R & Schindler, P.S. 2013.

Business Research Methods, 12th

Edition. McGraw-Hill: New York.

Gelge, I Putu. 2009. Industri Pariwisata

Indonesia Dalam Globalisasi

Perdagangan Jasa (GATS-WTO)

Implikasi Hukum dan Antisipasinya.

Refika Aditama : Bandung.

Ghozali, Imam. 2011. Analisis

Multivariate dengan Program IBM

SPSS 19. Universitas Diponegoro:

Semarang.

Hawkins, Del. I and David. 2010.

Consumer Behavior : Building

Marketing Strategy. Eleven Edition.

McGraw-Hill: New York.

Heung, Vincent & Gu, Tianiming. 2012.

Influence of Restaurant Atmospherics

on Patron Satisfaction and Behavioral

Intentions. International Journal of

Hospitality Management 31, pp 1167-

1177.

Hoffman, Doughlass & Bateson, John.

2011. Services Marketing Concept,

Strategies, & Cases, fourth edition.

Cengage Learning, South Western.

Kementrian Pariwisata. 2016. Data

Grafik Kunjungan Wisatawan

Mancanegera Bulan Januari-Februari,

diakses pada tanggal 8 February

2017.

<http://www.kemenpar.go.id/asp/inde

x.asp>.

Kim, Woo Gon & Moon Yu Ji. 2009.

Customer’s Cognitive, Emotional, And

Actionable Response To The

Servicescape : A Test Of The

Moderatin Effect Of The Restaurant

Type. International journal of

Hospitality Mangement 28, pp 144-

156.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009.

American Marketing Association

terjemahan Bob Sabran. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2012.

Marketing Management. 14nd edn.

Pearson Education, Prentice Hall.

Kuncoro, M. 2014. Metode Riset untuk

Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4.

Erlangga, Jakarta.

Lin, I. Y. 2004. Evaliauting A

Servicescape : The Effect of Cognition

And Emotion. International Journal of

Hospitality Management. Vol. 23 pp

163-178.

Lovelock, Cristhoper. Wirtz, Jochen &

Mussry, Jack. 2011. Pemasaran Jasa

Edisi 7 Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Lovelock, Cristhoper. Wirtz, Jochen &

Mussry, Jack. 2011. Pemasaran Jasa

Edisi 7 Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Lupiyoadi, Rambat & Hamdani A. 2011.

Manajemen Pemasaram Jasa.

Salemba Empat, Jakarta.

Mattila, A. S., & Wirtz, J. 2001.

Congruency Of Scent And Music As A

Driver Of In-Store Evaliations And

Behavior. Journal of Retailing. Vol.

Page 13: Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada

13

77, pp 273-289.

Mei, Teh, Goi & Vigneswari, Kalidas.

2015. Constructing a Servicescape

Scale for Higher Education

Institution. International Journal of

Innovation, Management and

Technology, Vol. 6. No. 3.

Oakesm, S. 2003. Musical Tempo And

Waiting Perceptions. Psycology and

Marketing. Vol. 20, pp 685-705.

Parwati, K. Y. & Hendrawan, D. 2016.

Pengaruh Servicescape terhadap

Revisit Intention dengan Perceived

Service Quality sebagai Variabel

Mediasi (Studi Pada Ubud Hotel &

Villas). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

FEB, 3(2).

Peter, J Paul & Olson, Jerry C. 2008.

Consumer Behavior & Marketing

Strategy eighteen edition. McGraw-

Hill, New York.

Rohmah, E. A. (2016). Pengaruh

Servicescape terhadap Revisit

Intention dengan Pleasure Feeling

Emotion sebagai Variabel Mediasi

(Studi pada Wisata Edukasi Kampung

Coklat di Kabupaten Blitar). Jurnal

Ilmiah Mahasiswa FEB, 4(2).

Rianse, Usaman dan Abdi. 2009.

Metodologi Penelitian Sosial Dan

Ekonomi (Teori dan Aplikasi), Edisi

Pertama. Alfebeta, Bandung.

Ryu, Kisang & Jang Soo Cheon. 2007. The

Effect of Environmental Perceptions

on Behavioral Intentions Through

Emotions: The Case of Upscale

Restaurants. Journal of Hospitality &

Tourism Research. Vol. 31, pp 56-72.

Sinta, Agustina. 2011. Manajemen

Pemasaran. Universitas Brawaijaya

Press (UB Press), Malang.

Solimun. 2002. Multivariate Analysis

Structural Equation Modelling (SEM)

Lisrael dan Amos. Fakultas MIPA,

Universitas Brawijaya.

Suliyanto. 2015. Diktat Ekonometrika.

Universitas Airlangga Surabaya.

Suwena, Ketut., Widyatama. 2010.

Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.

Udayana Universisty Press, Denpasar.

Tejo, Adhi. 2015. “Pengaruh

Konsep Produk, Budaya Konsumsi,

dan Keluarga Terhadap Perilaku

Konsumen dalam Mengkonsumsi

Produk Kebab”, Skripsi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa,

Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.

Andy Offset, Yogyakarta.

Vanhore, Nobert. 2005. The Economic of

Tourism Destinations. Elsevier:

Norfolk.

Wardiyanta, M. 2006. Metode Penelitian