pengaruh sosio-culture terhadap keputusan pembelian eco-product
TRANSCRIPT
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
Abstrak
Pertumbuhan dunia industri yang semakin pesat ternyata membawa permasalahan
sosial dan lingkungan hidup. Manusia sebagai subjek dalam pemanfaatan sumber
daya alam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk suatu masyarakat
yang bersahabat dengan lingkungan (environmentally friendly), dan masyarakat
dituntut memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian alam dan lingkungan serta
menghormati eksistensi makhluk lain di bumi ini. Ditambah dengan isu Global
Warming yang telah menjadi topik utama perbincangan seluruh penduduk dunia.
Tuntutan akan pengembangan ecoproduct telah menjadi isu yang semakin penting
dan strategis dalam upaya pengembangan daya saing perekonomian suatu negara,
termasuk Indonesia. Dengan kata lain penguasaan 'green technology' dan penerapan
proses 'green industry' yang menghasilkan produk ramah lingkungan, akan menjadi
semakin penting bagi peningkatan daya saing suatu bangsa. Saat ini konsumen
dihadapakan pada alternatif produk ramah lingkungan seiring dengan regulasi
pemerintah pada perusahaan-perusahaan untuk memproduksi produk ramah
lingkungan guna mengurasi pencemaran lingkungan. Apabila produsen tidak
melakukan segmentasi pasar yang tepat maka pemasaran terhadap produk peduli
lingkungan diduga akan gagal, maka dari itu penting bagi produsen untuk melakukan
segmentasi pasar didasarkan pada social-culture dan manfaat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh social-culture dan manfaat terhadap minat masyarakat
melakukan pembelian produk ramah lingkungan. Objek dalam penelitian ini adalah
segmentasi social-culture dan segmentasi manfaat dan unit analisisnya adalah
masyarakat kecamatan babakan ciparay Bandung. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah social-culture (X1) yang terdiri dari keluarga, kelas sosial, budaya, subbudaya,
lintas budaya dan mafaat (X2), dan variable terikat adalah minat masyarakat membeli
produk ramah lingkungan.
1
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan dunia industri yang semakin pesat ternyata membawa
permasalahan sosial dan lingkungan hidup. Manusia sebagai subjek dalam
pemanfaatan sumber daya alam memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk suatu masyarakat yang bersahabat dengan lingkungan (environmentally
friendly), dan masyarakat dituntut memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian
alam dan lingkungan serta menghormati eksistensi makhluk lain di bumi ini.
Ditambah dengan isu Global Warming yang telah menjadi topik utama perbincangan
seluruh penduduk dunia.
Sebagai pasar terbesar dunia, negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika,
juga semakin agresif menerapkan standardisasi proses produksi dan produk jadi yang
ramah lingkungan dalam peredaran barang dan jasa. Standardisasi ini telah dijadikan
sebagai salah satu alat untuk menyeleksi kualitas produk yang masuk ke pasar. Dalam
menghadapi serbuan produk China, negara-negara di Eropa dan Amerika
menggunakan isu ecoproduct ini. Berikut adalah tabel komitmen emisi oleh Negara
berkembang.
Tabel 1.1Komitmen penurunan emisi oleh negara berkembang
Negara Komitmen Baseline Target Brasil 36,1%-38,9% BAU 2020China 40%-45% (intensitas emisi) 2005 2020Costa Rica karbon netral 2019India 20%-25% (intensitas emisi) 2005 2020Indonesia 26%-41% BAU 2020Maldives Karbon netral 2020Meksiko 50% 2000 2050Filipina 5% 1990 Singapura 16% BAU 2020Afrika Selatan 34% BAU 2020Korea Selatan 30% BAU 2020
2
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
Sumber: APOKet.: BAU (business as usual)
Berdasarkan tabel di atas, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi
karbon sebesar 26% pada 2020 sebagaimana yang dideklarasikan presiden Bambang
susilo yudoyono di Copenhagen, Denmark (Bisnis Indonesia online, 24/03/2010).
Keseriusan komitmen tersebut di buktikan dengan Peraturan Presiden No. 28 Tahun
2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, yang di dalamnya menyebutkan bahwa
proses pembangunan industri harus menerapkan prinsip pembangunan industri
berkelanjutan yang didasarkan pada beberapa aspek penting di antaranya
pembangunan lingkungan hidup dan pengembangan teknologi.
Dikeluarkannya regulasi pemerintah untuk produk ramah lingkungan
diantaranya UU RI No. 17 / 2004, tentang perubahan iklim termasuk pembatasan
Emisi gas rumah kaca serta Peraturan Presiden RI No. 33 tahun 2005, Beijing
Amendment, pengendalian produksi dan perdagangan HCFC. Saat ini cukup banyak
perusahaan memiliki program yang ambil bagian pelaksanaan kegiatan peduli
lingkungan (go green), mulai dari perusahaan industri elektronik, misalnya General
Electric dan Braun, perlengkapan olah raga seperti Nike dan Adidas, serta tidak
ketinggalan industri otomotif yakni Toyota Motor Manufactur mengeluarkan produk
mobil eco car dan Honda Civic Hybrid yang berlomba-lomba meluncurkan produk
mobil dengan konsep yang menggunakan teknologi ramah lingkungan dan sekaligus
irit bahan bakar atau memakai bahan bakar terbarukan (non-fosil) seperti yang
dikeluarkan PT.Pertamina (Persero) yaitu produk Biofuel. Philips Light Bulb
Company, sebagai contoh perusahaan Philip yang berhasil menggunakan produk
yang mengklaim ramah lingkungan karena komposisi yang dihasilkan tersebut hemat
energi, yaitu produk light compact fluorescent yang hanya membutuhkan 40 watt arus
listrik jika dibandingkan bolam pijar yang konvensional (Majalah Manajemen
Usahawan Indonesia, Edisi No. 06/Juni-2002:15). Dengan dikeluarkannya produk-
3
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
produk tersebut kini konsumen dihadapkan pada pilihan untuk memutuskan
pembelian produk ramah lingkungan.
Tuntutan akan pengembangan ecoproduct telah menjadi isu yang semakin
penting dan strategis dalam upaya pengembangan daya saing perekonomian suatu
negara, termasuk Indonesia. Dengan kata lain penguasaan 'green technology' dan
penerapan proses 'green industry' yang menghasilkan produk ramah lingkungan, akan
menjadi semakin penting bagi peningkatan daya saing suatu bangsa
Green marketing merupakan sebuah evolusi pemasaran era baru akibat
tumbuhnya kesadaran masyarakat akan produk yang lebih ramah lingkungan demi
keberlangsungan hidup yang lebih baik. Banyak perusahaan yang merasa enggan
menerapkan Green Marketing dalam memasarkan produk mereka, karena produk
yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui dan di daur ulang pada umumnya akan
dijual dengan harga yang tinggi. Mayoritas masyarakat tidak ingin membayar lebih
untuk hal tersebut, akan tetapi tidak jarang masyarakat yang memiliki kesadaran
tinggi terhadap lingkungan akan memilih produk-produk yang ramah lingkungan
walaupun harganya relatif lebih mahal. Konsumen yang menghendaki produk-produk
yang berdampak minimal pada lingkungan disebut pelanggan hijau atau green
customer.
Menurut Webster (1975) dalam Follows dan Jobber (1999), kesadaran sosial
konsumen adalah konsumen yang mengingat akan akibat secara umum dari konsumsi
pribadi atau usaha memanfaatkan daya beli dalam permasalahan sosial pada
keputusan pembelian dengan mengevaluasi dampak dari konsumsi mereka dalam
masalah sosial. Apabila konsekuensi lingkungan dirasa penting bagi konsumen, maka
akan menghasilkan konsumen yang akan membeli barang-barang yang ramah
lingkungan. Produk semacam ini tidak hanya memuaskan kebutuhan dan keinginan
tetapi juga memberikan keuntungan bagi lingkungan dalam jangka panjang.
Permasalahan lingkungan pada saat ini menjadi tantangan besar bagi para
pemasar. Dengan demikian, para praktisi pemasaran perlu berupaya untuk
4
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
memprofilkan dan mensegmentasikan konsumen hijau berdasar pada perilaku yang
bertanggung jawab pada lingkungan.
Pertumbuhan lingkungan yang cepat ternyata membawa permasalahan sosial
yang berdampak pada lingkungan. Permasalahan tersebut dapat dikendalikan dengan
adanya tindakan proaktif dari konsumen hijau, yaitu konsumen yang mengehendaki
produk-produk yang berdampak minimal pada lingkungan. Keputusan Pembelian di
pengaruhi oleh faktor-faktor sosio demografi, seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, tingkat pengeluaran, daerah asal, pekerjaan, dan statusnya. Selain
itu,social culture seperti pengaruh pribadi, referensi kelompok, budaya, keluarga,
kelas sosial, budaya, dan subbudaya dalam keputusan konsumen untuk membeli
produk ramah lingkungan (Green Product).
Manfaat dari satu produk juga menjadi salah satu pertimbangan masyarakat
konsumen untuk memutuskan pembelian sebuah produk, berubahnya gaya hidup
memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk yang penting bagi
konsumen (Schifman, Kanuk 2007:55-56).
Untuk membahas lebih jauh mengenai fenomena minat masyarakat pada
produk-produk ramah lingkungan, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh faktor social culture dan manfaat produk terhadap minat masyarakat
membeli produk ramah lingkungan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka pembahasan penelitian ini akan dibatasi pada
beberapa pokok permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana peran social cultural pada minat masyarakat untuk membeli
produk ramah lingkungan
2. Sejauh mana peran segmentasi manfaat pada minat masyarakat untuk
membeli produk ramah lingkungan
3. Seberapa besar pengaruh social cultural dan manfaat terhadap minat
masyarakat membeli produk ramah lingkungan.
5
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
penelitian untuk memperoleh hasil temuan mengenai:
1. Peran faktor social culture pada masyarakat dalam pembelian produk
ramah lingkungan
2. Peran segmentasi manfaat produk pada masyarakat dalam pembelian
produk ramah lingkungan
3. Analisis pengaruh social culture dan manfaat produk terhadap minat
pembelian masyarakat pada produk ramah lingkungan
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat akademik, penemuan dari studi ini dapat memberikan kontribusi
pada pemahaman mengenai teori tentang perilaku konsumen kaitannya
dengan penerapan green marketing di sejumlah perusahaan.
2. Manfaat Praktis, sebagai referensi bagi perusahaan-perusahan untuk
memperhatikan segmentasi kosumen yang memiliki kepedulian, kesadaran
terhadap lingkungan berdasarkan social culture dan manfaat produk guna
memproduksi serta menargetkan konsumen produk ramah lingkungan.
5. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
6
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
1. Kajian Pustaka
A. Alternatif Segmentasi Lingkungan: Pendekatan Social Culture
Permasalahan lingkungan menjadi tantangan besar bagi para pemasar. Dengan
demikian, para praktisi pemasaran perlu berupaya untuk memprofilkan dan
mensegmentasikan konsumen hijau ini berdasar pada perilaku yang bertanggung
jawab pada lingkungan. Dasar segmentasi dapat menggunakan pendekatan social
culture yang terdiri dari siklus kehidupan keluarga, kelas sosial, budaya, subbudaya
dan lintas budaya (Schiffman, Kanuk 2007:49). Adapun yang termasuk dalam
karekteristik Social Culture adalah sebagai berikut:
(1) Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang dikaitkan oleh
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal bersama-sama. Dalam arti
lebih dinamis, para individu yang merupakan satu keluarga dapat digambarkan
sebagai anggota kelompok sosial paling dasar yang hidup bersama-sama dan
berinteraksi untuk memuaskan kebutuhan pribadi bersama (Schiffman, Kanuk
2007:305). Salah satu fungsi keluarga yang paling penting dari segi perilaku
konsumen adalah pembentukan gaya hidup yang cocok bagi keluarga.
(2) Kelas Sosial
Kelas sosial memiliki pengaruh kuat pada preferensi seseorang terhadap suatu
produk dan jasa, misalnya mobil, pakain rumah, kebiasaan membaca, dan
sebagainya. Banyak perusahaan merancang barang atau jasa bagi kelas sosial
tertentu. Schiffman, Kanuk (2007:329) mendefinisikan kelas sosial sebagai
pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda,
sehingga para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau
lebih rendah.
(3) Budaya
7
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
Schiffman, Kanuk (2007:356) mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan
kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu
mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. Budaya ada
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat. Budaya
memberikan aturan arahan, dan pedoman di semua tahap pemecahan masalah
manusia dengan memberikan metode “coba-dan-benar” untuk memuaskan
kebutuhan psikologis, pribadi, dan masyarakat.
(4) Subbudaya
Subbudaya didefinisikan Schifman, Kanuk (2007:382) sebagai kelompok budaya
berbeda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenali dalam masyarakat tertentu
yang lebih luas dan lebih kompleks. Pembagian subbudaya ini didasarkan pada
berbagai macam variable sosiobudaya dan demografis seperti:kebangsaan, agama
lokasi geografis, ras, usia, gender, dan bahkan status pekerjaan
(5) Lintas Budaya
Ketika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, mereka mungkin
akan sampai pada pertimbangan akan asal negara produk yang mereka pilih. Para
peneliti menunjukkan bahwa konsumen menggunakan pengetahuan mereka
tentang dimana produk tersebut di buat sebagai evaluasi pilihan pembelian
mereka. Efek negara asal ini muncul karena konsumen seringkali sadar bahwa
nama perusahaan atau merek tertentu berhubungan dengan negara tertentu. Para
pemasar harus menyadari dan sensitif terhadap berbagai kesamaan dan perbedaan
lintas budaya yang dapat meningkatkan peluang penjualan.
B. Manfaat
Segmentasi manfaat global berfokus pada pembilangan dari persamaan nilai
(value equation): Value = Benefit/Price. Pendektan ini dapat memberikan hasil yang
memuaskan melalui pemahaman superior pemasar atas masalah yang dapat
diselesaikan oleh suatu produk atau manfaat yang ditawarkannya, terlepas dari
wilayah geografisnya. Dengan mengklasifikasikan segmenntasi yang kuat adalah
8
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
dengan mengklasifikasikan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka cari dari
suatu produk.
Salah satu dari segmentasi manfaat yang paling berhasil dilaporkan oleh
Haley, yang mempelajari pasta gigi. Riset Haley menyinkap segmen manfaat:
ekonomi, pengobatan, kosmetik, dan selera. Masing-masing kelompok pencari
manfaat memiliki ciri-ciri demografi, perilaku, dan psikografi tersendiri. Contohnya
konsumen yang berusaha mencegah kerusakan memiliki keluarga yang besar,
pemakai pasta gigi yang berkualitas tinggi, dan konservatif. Masing-masing segmen
juga menggemari merek tertentu. Perusahaan pasta gigi ini dapat menggunakan
penemuan ini untuk memusatkan perhatian lebih baik pada mereknya saat ini dan
untuk meluncurkan merek baru. Karena itu, Procter&Gamble meluncurkan pasta gigi
Crest yang menawarkan manfaat “perlindungan terhaap kerusakan” dan menjadi
sangta berhasil. “Perlindungan terhadap kerusakan” menjadi pernyataan penjualan
yang unik.
C. Perspektif Perilaku Pembelian yang Bertanggung Jawab Pada Lingkungan
Pemenuhan kebutuhan konsumen merupakan tantangan yang harus dihadapi
oleh setiap pemasar. Dengan terjadinya krisis lingkungan menuntut adanya
peningkatan kepedulian sosial dan pengetahuan lingkungan bagi konsumen, dengan
demikian akan mempengaruhi pertumbuhan perilaku konsumen yang bertanggung
jawab pada lingkungan.
Konsumen yang memutuskan untuk melakukan suatu pembelian produk
tertentu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Pada umumnya
suatu peristiwa konsumsi dipandang sebagai proses ekonomik, namun pada
kenyataannya konsumsi juga merupakan suatu proses sosial dan budaya yang
diindikasikan melalui simbol-simbol (Peattie, 1995). Berdasarkan survai yang
dilakukan di Inggris, Skotlandia, dan Wales, konsumen hijau dapat diklasifikasikan
menjadi konsumen berat, menengah, dan ringan. Konsumen yang selalu mencari
produk-produk yang ramah lingkungan secara aktif kebanyakan adalah wanita yang
9
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
memiliki anak, mereka lebih dipengaruhi oleh kualitas produk daripada harga dalam
membuat keputusan pembelian Davies, Titterington, & Cochrane (1995). Temuan
yang sama juga diperoleh dalam penelitian Fotopoulos dan Krystallis (2002) yang
dilakukan di Yunani dengan objek makanan organik, yaitu mayoritas konsumen hijau
adalah wanita yang melakukan pembuat keputusan pembelian makanan dari rumah
tangga yang memiliki anak.
Konsumen hijau menurut Fotopoulos dan Krystallis (2002) dibedakan
menjadi konsumen yang tidak sadar (unaware consumers), konsumen yang sadar
tetapi bukan pembeli (aware nonbuyers), dan konsumen yang sadar dan membeli
(aware buyers). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok konsumen yang
sadar dan yang tidak sadar, yaitu tingkat pendidikan yang rendah dan hidup di
wilayah negara yang jauh dari pusat produksi organik. Perbedaan signifikan terjadi
antara pembeli dan bukan pembeli. Hal ini disebabkan karena menu makan mereka
yang kurang berorientasi pada kesehatan. Alasan tidak membeli makanan organik
adalah karena rendahnya ketersediaan dan harganya yang relatif tinggi. Sedangkan
kelompok konsumen yang sadar dan membeli mayoritas adalah wanita yang bekerja
di luar rumah, memiliki anak, berpendidikan tinggi, dengan pendapatan di atas rata-
rata.
Penelitian yang telah dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa konsumen
hijau pada umumnya wanita yang mempunyai anak yang lebih dipengaruhi kualitas
daripada harga dan diarahkan menjadi spesifikasi hijau ketika mereka membuat
keputusan beli (Fotopoulos & Krystallis, 2002). Konsumen hijau ini
dikarakteristikkan sebagai wanita berumur antara 35-44 tahun yang memiliki sosial
ekonomi dan budaya yang lebih tinggi yang membeli di supermarket dan memiliki
anak berumur lebih dari 6 tahun.
10
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
2. Kerangka Pemikiran
11
Peran Sosio-Budaya (Social culture)1. Keluarga2. Kelas Sosial3. Budaya4. Subbudaya5. Lintas Budaya
Segmentasi Manfaat Value equation : Value = Benefit/price
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Peran Social-culture berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian produk
ramah lingkungan
2. Segmentasi manfaat berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian produk
ramah lingkungan
3. Peran social-culture dan manfaat bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap minat pembelian produk ramah lingkungan
12
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
III. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini di kategorikan kedalam penelitian
pengujian hipotesis. Metode survey digunakan dalam penelitian ini, yaitu suatu
metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
responden individu (Jogiyanto, 2004: 115)
Dilihat dari hubungan antar variabelnya, penelitian ini merupakan penelitian
kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang diadakan untuk menjelaskan hubungan
antar variabel, variabel yang satu menyebabkan atau menentukan nilai variabel yang
lain (Cooper Schindler, 2006: 154).
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian
cross sectional artinya hanya mengmbil data penelitian pada satu kurun waktu
tertentu, mungkin selama periode harian mingguan atau bulanan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2003:135).
Unit analisis adalah individu karena jawaban setiap responden mewakili
pendapatnya sendiri, yang pada penelitian ini adalah masyarakat kecamatan Babakan
Ciparay Kota Bandung. Dan pengukuran construct dalam penelitian ini menggunakan
skala interval, yaitu skala yang menytkan kategori, peringkat dan jarak construct yang
diukur. Skala interval yang digunakan dinyatakan dengan angka 1 sampai 5.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
A. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek atau unit analisis yang
karakteristiknya akan diteliti (Djarwanto Ps, 1996: 102). Target populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Babakan Ciparay yang
mengetahui tentang produk-produk ramah lingkungan. Dengan asumsi jumlah dalam
penlitian ini bahwa jumlah populasi tidak terbatas.
13
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
B. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili
populasi (Djarwanto Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman
ukuran sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel
laten.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan
pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam
penelitian (n=30).
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu
berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu semua masyarakat yang
mengetahui produk ramah lingkungan.
D. Teknik Pengukuran Variabel dan Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Delgado dan
Munuera (2005). Skala yang digunakan dalam penelitin ini adalah skala likert. Skala
ini berinterasi 1-5 dengan pilihan jawaban sebagai berikut :
• ( 1 ) Sangat Tidak Setuju (STS)
• ( 2 ) Tidak Setuju (TS)
• ( 3 ) Netral (N)
• ( 4 ) Setuju (S)
14
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
• ( 5 ) Sangat Setuju (SS)
Pemberian skor untuk masing-masing jawaban dalam kuesioner adalah sebagai
berikut :
• Pilihan pertama, memiliki nilai skor 1 (satu)
• Pilihan kedua, memiliki nilai skor 2 (dua)
• Pilihan ketiga, memiliki nilai skor 3 (tiga)
• Pilihan keempat, memiliki nilai skor 4 (empat)
• Pilihan kelima, memiliki nilai skor 5 (lima)
E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau
perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari
jawaban responden yang disebar melalui responden.
F. Metode Pengumpulan Data
Data yang diolah dalam rangka pengujian hipotesis berupa data primer yang
diperoleh dari hasil tanggapan responden atas daftar pertanyaan (kuesioner) yang
bersifat tertutup yang disebarkan kepada responden. Tahap pertama peneliti
menyebar 30 kuesioner guna pengujian pendahuluan (pretest), tujuan dari pretest
adalah confirmatory kuesioner, alat analisis untuk pretest adalah Faktor Analisis.
Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliable, kuesioner tersebut layak untuk
disebarkan pada sampel besar.
Metode pengumpulan data kuesioner pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode personnally administrated qustonnaires, yaitu peneliti
menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden dan mengambil sendiri kuesioner
kepada responden, tujuan utamanya supaya tingkat pengembalian kuesioner dapat
terjaga didalam periode waktu yang relatif pendek (Sekaran, 2003: 236).
15
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
F. Prosedur dan Analisis Data
1. Pengujian Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui
apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan
dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan dipadukan
dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam penlitian
ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan
indikator konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir
pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representative yang
telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Schindler, 2006: 318).
Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indikator masing-
masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk
yang diukur maka dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan
adalah Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS
versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang lebih
dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111).
Dalam CFA kita juga harus melihat pada output dari rotated component
matrix yang harus secara ekstrak secara sempurna. Jika masing-masing item
pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan
Factor analisys harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang
memiliki nilai ganda.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan
yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha denga bantuan SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang
dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable, apabila nilai Cronbach
Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas
16
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria
sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural
Eqation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang
mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis fktor untuk mengstimasi
serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk
menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
17
Pengaruh Social Culture Dan Manfaat Produk Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Pada Produk Ramah Lingkungan (ecoproduct) (Survei Pada Masyarakat Kecamatan Babakan Ciparay Bandung)
Daftar Pustaka
Arimbi, H.P. (2003), “Gerakan Konsumen Hijau di Indonesia,” diakses dari http://members.fortunecity.com/lingkungan/artikel/GeerakanKHijau.htm. pada tanggal 1 Februari 2003
Follows, Scott B. & David Jobber, (2000), “Environmentally responsible purchase behaviour: a test of a consumer model,” European Journal of Marketing, Vol. 34, No. 5/6, pp.723-746.
Fotopoulos, Christos & Athanasios Krystallis, (2002), “Purchasing motives and profile of the Greek organic consumer: a countrywide survey,” British Food Journal, Vol. 104, No. 9, pp.730-765.
Haley, Russell I. (1995), “ Benefit Segmentation: A Decision-Oriented Research Toll,” dalam Marketing Classics, Prentice-Hall Inc.
Hair, Joseph F. Jr., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham, & William C. Black
(1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Kasali, Rhenald, (2000), Membidik Pasar Indonesia , Segmentasi Targeting Positioning, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Kassaye, W. Wossen, (2001), “Green Dilemma,” Marketing Intelligence & Planning, 19/6, pp.444- 455.
Ottman, J.A. (1994), Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age, NTC Publishing Group, Lincolwood.
Ottman, J.A. (2001), Green Marketing: Opportunity for Innovation, Pitman Publishing.
Peattie, Ken (1995), Environmental Marketing Management, Meeting the Green Challenge, Pitman Publishing.
Schiffman, Leon G. & Leslie Kanuk (2007), Consumer Behavior, Seventh Edition, New Jersey: Prentice Hal, Inc.
Sekaran, Uma (1992), Research Method for Business: A Skill Building Approach, Second Edition, Singapore: John Wiley & Sons, Inc.
web.bisnis.com
18