pengaruh stimulus fiskal pada perekonomian indonesiaa

11
Stabilitas perekonomian di suatu negara merupakan syarat fundamental bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat swasta maupun rumah tangga dalam menyusun rencana kedepannya, khususnya terkait dengan investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Krisis keuangan yang terjadi sejak pertengahan 2008 mengakibatkan penurunan tajam terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan bahkan hampir seluruh negara mengalami kontraksi ekonomi. Kebijakan fiskal yang dibuat oleh pemerintah merujuk pada peningkatan stimulus fiskal yang harus dilakukan. Stimulus fiskal adalah bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek. Pada umumnya, stimulus fiskal diberikan ketika perekonomian berada pada level terendah di mana angka pertumbuhan cenderung mengalami menurun secara terus menerus. Pemerintah menyampaikan paket stimulus fiskal 2009 dengan nilai nominal sebesar Rp 73,3 triliun, setara dengan 1,4% PDB. Ada dua bentuk instrumen fiskal yang digunakan yaitu (1) pemotongan pajak dan (2) menaikkan besarnya belanja pemerintah. Sebagai contoh, ketika George W. Bush dipilih menjadi presiden pada tahun 2001, salah satu isi kampanyenya adalah terkait dengan pemotongan pajak di Amerika Serikat Beliau dan para penasehatnya menggunakan teori suppy-side dan retorika

Upload: nmacitrarasmi

Post on 10-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Perpajakan

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

Stabilitas perekonomian di suatu negara merupakan syarat fundamental bagi terciptanya

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan

kualitas pertumbuhan. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat swasta maupun rumah

tangga dalam menyusun rencana kedepannya, khususnya terkait dengan investasi. Tingkat

investasi yang rendah akan menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Krisis

keuangan yang terjadi sejak pertengahan 2008 mengakibatkan penurunan tajam terhadap

pertumbuhan ekonomi dunia dan bahkan hampir seluruh negara mengalami kontraksi ekonomi.

Kebijakan fiskal yang dibuat oleh pemerintah merujuk pada peningkatan stimulus fiskal yang

harus dilakukan. Stimulus fiskal adalah bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan

untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang selanjutnya (diharapkan)

akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek. Pada umumnya, stimulus

fiskal diberikan ketika perekonomian berada pada level terendah di mana angka pertumbuhan

cenderung mengalami menurun secara terus menerus. Pemerintah menyampaikan paket stimulus

fiskal 2009 dengan nilai nominal sebesar Rp 73,3 triliun, setara dengan 1,4% PDB. Ada dua

bentuk instrumen fiskal yang digunakan yaitu (1) pemotongan pajak dan (2) menaikkan besarnya

belanja pemerintah.

Sebagai contoh, ketika George W. Bush dipilih menjadi presiden pada tahun 2001, salah

satu isi kampanyenya adalah terkait dengan pemotongan pajak di Amerika Serikat Beliau dan

para penasehatnya menggunakan teori suppy-side dan retorika Keynesian untuk membuat

kebijakan. Saat kampanye berlangsung, kondisi perekonomian sedang stabil, mereka berargumen

bahwa tingkat marjinal pajak yang lebih rendah akan meningkatkan insentif kerja. Namun,

kondisi perekonomian mulai berjalan lambat yang mengakibatkan pengangguran meningkat dari

3,9 persen pada bulan Oktober menjadi 4,5 persen pada bulan April 2001. Argumen ini beralih

ke penekanan bahwa pemotongan pajak akan mendorong pengeluaran dan mengurangi risiko

terjadinya resesi. Pada akhirnya Kongres menyetujui pemotongan pajak pada bulan Mei 2001.

Apabila dibandingkan dengan proposal asli Bush, tingkat potongan pajak yang disetujui Kongres

lebih kecil dalam jangka panjang. Tetapi undang-undang ini menambahkan rabat pajak sebesar

$600 per keluarga ($300 untuk setiap pembayar pajak tunggal), seperti yang diberlakukan pada

musim panas 2001. Konsisten dengan teori Keynesian, tujuan dari rabat ini adalah untuk

memberikan stimulus yang cepat kepada permintaan agregat.

Page 2: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

Menurut Keynesian, kebijakan fiskal memiliki effect multiplier pada pendapatan. Hal

inilah yang menyebabkan pemerintah pada masa krisis mengeluarkan berbagai kebijakan fiskal

untuk memacu perekonomiannya. Dalam Mankiw (2003) disebutkan alasan kebijakan fiskal

memiliki dampak pengganda (multiplied effect) terhadap pendapatan adalah karena berdasarkan

fungsi konsumsi C= C(Y-T), pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih

tinggi. Ketika kenaikan belaja pemerintah meningkatkan pendapatan, itu juga meningkatkan

konsumsi, yang selanjutnya meningkatkan pendapatan, kemudian meningkatkan konsumsi, dan

seterusnya. Stimulus fiskal dianggap sebagai solusi yang efektif dalam meredam masa resesi

yang kelam dan memacu pertumbuhan ekonomi serta mengurangi gap antara GDP potensial dan

GDP aktual yang terjadi akibat hilangnya output karena hantaman krisis.

Ketika terjadi krisis ekonomi, mekanisme pasar tidak bekerja sebagaimana mestinya

karena penurunan daya beli masyarakat dan situasi dunia yang ragu-ragu untuk melakukan

investasi. Di Indonesia, pemerintah berupaya untuk menggerakan roda perekonomian dan

mendorong investasi. Dalam APBN 2009, pemerintah Indonesia mencadangkan dana untuk

stimulus fiskal sebesar Rp 73,3 triliun dengan komposisi: Rp 4,2 triliun dialokasikan bagi

stimulus dunia usaha atau lapangan kerja; Rp 0,6 triliun untuk PNPM; dan Rp 12,2 triliun untuk

belanja infrastruktur.

Page 3: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

Program Stimulus Fiskal APBN 2009

Dari data diatas, terlihat bahwa kebijakan fiskal memiliki pengaruh secara langsung

terhadap besarnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Dana stimulus fiskal sebesar Rp 73,3

triliun tersebut juga berbentuk penurunan beban pajak bagi wajib pajak seperti penurunan PPh

wajib pajak perorangan atau perusahaan dan kenaikan pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

Stimulus fiskal tidak hanya memberikan keuntungan bagi negara tetapi juga berdampak

pada perusahaan. Perusahaan dapat mendapatkan manfaat dengan adanya (1) pertumbuhan

ekonomi dan (2) Beban Pajak yang dibayarkan perusahaaan.

Page 4: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

(1) Pertumbuhan ekonomi

Saat krisis ekonomi berlangsung, mekanisme pasar memang sedikit terganggu karena daya

beli masyarakat rendah dan keengganan investasi sehingga pemerintah tetap mendorong

investasi untuk menggerakkan roda perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah

mengeluarkan dana sebesar Rp. 73,3 triliun dalam program stimulus fiskal. Stimulus fiskal

ini digunakan untuk stimulus dunia usaha, PNPM dan belanja infrastruktur ke beberapa

departemen didalam pemerintahan diantaranya Pekerjaan Umum, Perhubungan, Energi,

Kelautan dan Perikanan, Perumahan Rakyat, Koperasi dan UKM, Perdagangan, Tenaga

Kerja dan transmigrasi, dan Kesehatan. Perusahaan-perusahaan swasta yang operasi

bisnisnya berkaitan dengan proyek-proyek yang diampu departemen yang telah disebutkan

dapat menggunakan kesempatan ini untuk turut serta dalam proyek untu memaksimalkan

laba perusahaan.

(2) Beban Pajak yang dibayarkan perusahaan

Paket stimulus fiskal sebesar Rp 73,3 triliun yang disebutkan diatas juga dalam bentuk

penurunan beban pajak bagi wajib pajak seperti penurunan tarif PPh wajib pajak perorangan

atau perusahaan dan kenaikan pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

Pemerintah juga memperkenalkan stimulus melalui penurunan pendapatan, dengan

mengurangi tarif pajak serta meningkatkan pajak dan subsidi non-pajak ditanggung oleh

Pemerintah. stimulus tersebut dirancang untuk mempertahankan daya beli rumah tangga serta

memberikan insentif untuk bisnis di tengah krisis ekonomi global. Pada tahun 2009 diperkirakan

penghematan yang dibuat oleh perusahaan dan individu melalui pengurangan pajak penghasilan

sebesar Rp 50,3 triliun, yakni penurunan sebesar 9,3% di Pajak Penghasilan Badan Usaha dan

7,7% pada Pajak Penghasilan Individual, dibandingkan dengan pendapatan dari pajak

penghasilan di tahun 2008 yang berjumlah Rp. 305 triliun. Selain itu, stimulus fiskal juga

diperkenalkan dalam bentuk pengecualian PPN untuk minyak goreng dan bahan bakar nabati

(BBN) serta kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, sebesar Rp. 3,5 triliun. Nilai PPN yang

diterima pada tahun 2008 adalah Rp 195,5 triliun, sehingga stimulus fiskal dari PPN ini setara

dengan 1,79%. Usaha terakhir meliputi penurunan bea masuk (BM) untuk bahan baku dan modal

sebesar Rp. 2,5 triliun, yang menunjukkan penurunan sebesar 14% dibandingkan tahun 2008

(pendapatan dari bea impor Rp 17,8 triliun). Secara nominal, stimulus fiskal dari pengurangan

pajak mencapai Rp. 60,5 triliun, yang akan mempengaruhi perekonomian melalui mekanisme

Page 5: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

PPh, PPN dan bea impor. Secara garis besar, stimulus fiskal Indonesia tahun 2009 disajikan pada

tabel dibawah ini:

Sumber: Bank Indonesia

Banyak yang menyangsikan efektivitas stimulus fiskal yang diterapkan di Indonesia.

Pertama, dengan pendekatan berupa keringanan dan subsidi pajak, sebenarnya pemerintah

mengambil posisi pasif dalam mengantisipasi krisis. Sebagai ilustrasi, subsidi harga obat generik

serta pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas beberapa produk akhir untuk minyak goring dan

bahan bakar nabati (BBN) tidak signifikan dalam memperkuat daya beli masyarakat miskin atau

mendorong konsumsi dalam negeri. Hal itu disebabkan harga kebutuhan pokok dalam negeri

maupun produk manufaktur tidak secara otomatis turun dengan adanya subsidi harga tersebut.

Subsidi pajak menjadi tidak efektif jika diberikan kepada sektor-sektor usaha yang sudah tidak

layak lagi menjadi obyek pajak karena mereka sudah terancam bangkrut. Apalagi gejala

deindustrialisasi, dalam bentuk penutupan perusahaan dan pengurangan tenaga kerja sudah mulai

terlihat.

Page 6: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

Sumber: Bank Indonesia

Tabel di atas menunjukan bahwa dalam APBN tahun 2009, telah dimasukkan penurunan

tarif pajak orang pribadi sebagai hasil diberlakukannya amandemen UU PPh. Dengan demikian,

pendapatan riil masyarakat meningkat sehingga diharapkan akan mampu mendorong daya beli.

Penurunan tarif PPh orang pribadi memberikan pengurangan pembayaran pajak (tax saving)

sebesar Rp 24,5 triliun yang berdampak pada bertambahnya likuiditas perekonomian dan

mendorong daya beli rumah tangga.

Kedua, masalah-masalah teknis dan nonteknis yang berkaitan dengan penyerapan

anggaran harus diperbaiki sebelum stimulus dikeluarkan. Keberhasilan stimulus sangat

bergantung pada kecepatan daya serap dan pencairan dana stimulus tersebut. Stimulus harus

diberikan sedini mungkin di awal tahun agar terserap seluruhnya ke dalam perekonomian dan

memberikan dampak pengganda yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan

pengurangan PHK.

Ketiga, pemerintah tidak banyak mengucurkan “dana segar” (direct stimulus) untuk

menciptakan program dan proyek yang menggerakkan perekonomian. Terkait dana segar yang

sifatnya langsung dapat bisa dirasakan oleh rakyat, menyebabkan daya beli dan menciptakan

lapangan kerja baru meningkat. Bagi pelaku bisnis di sektor riil nampaknya dibutuhkan stimulan

kebijakan yang lebih mendasar. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pengangguran

nampaknya akan dirasakan pada semester pertama 2009.

Page 7: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

Keeempat, pentingnya dialog dan kesepakatan antara pemerintah dan pengusaha untuk

fokus pemberian stimulus fiskal kepada sektor mana saja. Pemerintah perlu menggandeng Kadin

dan seluruh asosiasi bisnis dalam penentuan sektor yang perlu diberikan stimulus tambahan.

Kelima, pemerintah perlu mengajak pemda kabupaten, kota, dan provinsi dalam

menyusun stimulus kebijakan yang lebih komprehensif. Praktik realisasi APBN dan APBD

selama ini lebih bernuansa sektoral, tetapi mengabaikan perbedaan masalah dan kebutuhan

antardaerah. Banyak dana daerah yang masih disimpan dalam bentuk SBI menunjukkan: (1)

betapa masih adanya peluang pembiayaan; (2) belum adanya sense of crisis bagi kebanyakan

pemda di Indonesia.

Menurut Menteri Keuangan (Sri Mulyani) pada masa itu, pada tahun 2010 anggaran dan

program stimulus fiskal masih tersedia. Namun, sebutannya bukanlah stimulus fiskal. Menurut

Menkeu, sesuai pembahasan negara-negara anggota G-20 baru-baru ini, yang disebut stimulus

fiskal adalah bentuk pengeluaran pemerintah, yakni belanja maupun pemotongan atau

pengurangan pajak, atau dalam bentuk bantuan sosial langsung ke masyarakat. Penjelasan di atas

berbeda dengan pengertian stimulus selama ini, yakni berupa anggaran yang langsung disalurkan

untuk belanja dan pembiayaan kementrian/lembaga (K/L). Untuk itu, pemerintah akan lebih

mengutamakan stimulus berupa pengurangan pajak, meskipun tidak berarti anggaran K/L akan

dikurangi. Menurut observasi yang telah dilakukan selama delapan bulan ini, stimulus yang

paling efektif adalah yang berhubungan dengan penurunan pajak. Ini disebabkan karena dapat

langsung dinikmati oleh masyarakat. Sedangkan terkait dengan belanja negara, membutuhkan

proses administrasi yang cukup rumit.

Melalui penjelasan di atas, menurut saya stimulus fiskal merupakan kebijakan yang

sangat penting. Stimulus fiskal memiliki dampak bagi beberapa pihak, yaitu bagi pengusaha,

pemotongan pajak sangat membantu mengurangi beban biaya operasional, sehingga akan

berguna untuk mempertahankan kapasitas produksinya. Bagi masayarakat, penurunan tarif PPh

orang pribadi dan kenaikan penghasilan tidak kena pajak, subsidi harga untuk obat generik dan

minyak goreng, dan PPN untuk produk akhir ditanggung pemerintah, serta penurunan harga

BBM tentunya akan meningkatkan daya beli masyarakat.

Page 8: Pengaruh Stimulus Fiskal Pada Perekonomian Indonesiaa

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Mengatasi Dampak Krisis Global Melalui Program Stimulus Fiskal APBN 2009.

Departemen Keuangan

http://aph168.blogspot.com/2009/12/dampak-kebijakan-stimulus-fiskal.html (Diakses pada

Rabu, 26 Desember 2012)

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7AB8DDF7-2E3D-4E62-B8D086E14C63325E/15749/APBN

Penyesuaian_20091.pdf (Diakses pada Kamis, 27 Desember 2012)

http://purpl3star.wordpress.com/2009/02/11/stimulus-fiskal-dalam-apbn-2009/ (Diakses pada

Selasa, 25 Desember 2012)

Investor Daily Indonesia

Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics. 3th Edition. South-Western College

Prima, Hamidi dkk. 2010. Stimulus Fiskal sebagai Penangkal Dampak Krisis Global.

www.setneg.go.id (Diakses pada Senin, 24 Desember 2012)

Simorangkir, Iskandar dan Justina Adamanti. 2010. Peran Stimulus Fiskal dan Pelonggaran

Moneter pada Perekonomian Indonesia selama Krisis Finansial Global : Dengan

Pendekatan Financial Computable General Equilibrium. Jurnal Ekonomi dan Perbankan :

Bank Indonesia