pengaruh struktur dewan komisaris dan struktur kepemilikan .../pengaruh...struktur kepemilikan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH STRUKTUR DEWAN KOMISARIS DAN
STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ERNA ERMAWATI
NIM : F0308045
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
“Kadang lebih baik DIAM daripada mengatakan sesuatu yg tanpa kamu sadari
membuat semua orang akhirnya tahu kebodohanmu.”
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
( H.R Bukhari )
A life spent making mistakes is not only more honorable, but more useful than a life
spent doing nothing.
( George Bernard Shaw )
A person who never made a mistake never tried anything new
( Albert Einstein )
Entrepreneurs are simply those who understand that there is little difference
between obstacle and opportunity and are able to turn both to their advantage
( Niccolo Machiavelli )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan jalan, kemudahan,
dan kekuatan bagi penulis
Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian dan
iringan doa serta untuk kasih sayang yang tak tergantikan sampai kapanpun.
Almamater Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Terima kasih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH STRUKTUR DEWAN
KOMISARIS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN
LABA”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini guna memenuhi syarat-syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam proses penyusunan dan penulisan sampai terselesaikannya skripsi ini,
penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan karena penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyuguhkan
karya ini.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan dan penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati yang tulus ikhlas, penulis dalam
kesempatan ini ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah yang penulis terima.
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
3. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak Drs Djoko Suhardjanto, M.COM., (Hons), Ph.D, Ak. selaku Pembimbing
Akademik.
5. Ibu Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, atas
kesediaannya meluangkan waktu, memberikan kritik, perhatian dan sarannya
yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta karyawan FE UNS yang telah memberikan
ilmu dan bantuannya selama penulis duduk di bangku kuliah.
7. Keluarga (ayah, ibu, kakak) yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang,
semangat serta doa yang tiada henti-hentinya untuk keberhasilan penulis.
Keponakanku tersayang Azwa, yang bikin gemez dan Zella, yang susah diatur.
8. Sahabat-sahabatku Genk Naga Ting” terima kasih sudah mau menjadi tempat
berbagi suka-duka: Asfi, terima kasih sudah mau tak repotin terus dengan semua
keperluanku. Sunia, makasih sudah mau bantu aku dari awal sampai akhir kuliah.
Ayu, makasih dah menjadi miss rempong yang selalu bikin suasana meriah.
Megy, businesswomen yang sudah banyak banget direpotin, ayo cepet diselesaiin
kuliahnya baru kerja lagi.
9. Temanku dari TK-Sekarang, Vera, makasih sudah mau jadi sahabat terbaikku dan
terima kasih sudah mau menerimaku dan menghadapiku dengan segala sifat
jelekku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
10. Teman-teman Akuntansi ‘08 yang menjadi keluarga keduaku. Terima kasih untuk
genk “WOYO-WOYO” yang sudah membuat suasana kelas B menjadi hangat
dan lebih meriah seperti keluarga sendiri. Makasih untuk Lita dan Habib yang
memberikan semangat dan menjadi teman seperjuangan waktu Kompre. Tias,
Pika, dan Indah yang sudah memberikan masukan dalam mengolah data.
Chondro, yang sudah membuat suasana di perpus jadi rame. Makasih untuk
Windi, Wulan, Ocha, Rodif, yang telah memberikan semangat selama ujian
Kompre. Makasih juga untuk Hanindya cs yang selalu heboh kalau ketemu.
11. Teman-Teman seperjuangan waktu bimbingan skripsi, Intan dan Eko, makasih
sudah menyalurkan semangat kalian padaku.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi
perbaikan yang berkelanjutan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………........... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………........... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………............ iii
MOTTO ……………………………………………………………........... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………............. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………............ vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………........... ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………........... xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….......... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………........... xiv
ABSTRAK …………………………………………………………........... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………............. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………........... 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………............. 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………............ 6
E. Sistematika Penulisan ………………………………………........... 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Agency Theory ….………………………………………………… 9
B. Manajemen Laba ……………….......…………………………….... 11
1. Pengertian Manajemen Laba …...…………………………….... 11
2. Motivasi Manajemen Laba ......………………………………... 12
3. Pola Manajemen Laba ........................................ ..................... 14
4. Teknik Manajemen Laba ........................................................... 16
C. Struktur Komisaris ……………………………………………........ 17
D. Struktur Kepemilikan ……………………………………....…….... 19
1. Kepemilikan Institusional ………………....………………...... 20
2. Kepemilikan Manajerial ……………………………………...... 21
E. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis …........ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………………………………………………….... 27
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……………..... 27
C. Data dan Metode Pengumpulan Data …………………………….... 29
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………………….... 30
E. Metode Analisis Data …………………………………………….... 33
F. Pengujian Hipotesis ……………………………………………....... 47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
A. Deskripsi Obyek Penelitian ……………………………………....... 38
B. Analisis Data ………………………………………………............. 50
1. Analisis Statistik Deskritif .......................................................... 38
2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 40
3. Pengujian Hipotesis .................................................................... 45
C. Hasil Pengujian Hipotesis ………………………………………...... 53
D. Pembahasan ……………………………………………………...... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………........ 59
B. Keterbatasan ……………………………………………………...... 60
C. Rekomendasi ……………………………………………………..... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 : Pemilihan Sampel ………………………………………….. 49
Tabel IV.2: Statistik Deskriptif …………………………………............ 50
Tabel IV.3: Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov Smirnov ……….. 52
Tabel IV.4 : Hasil Uji Multikolonieritas ………………………………… 53
Tabel IV.5 : Hasil Uji Autokolerasi ……………………………………... 54
Tabel IV.6 : Hasil Uji Statistik t …………………………………………. 56
Tabel IV.7 : Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………… 58
Tabel IV.8: Statistik Deskriptif Setelah Data Outlier Dihapus …………. 46
Tabel IV.9 : Hasil Uji Normalitas Setelah Data Outlier Dihapus ............. 48
Tabel IV.10 : Hasil Uji Multikolonieritas Setelah Data Outlier Dihapus .... 48
Tabel IV.11 : Hasil Uji Autokolerasi Setelah Data Oulier Dihapus ........... 49
Tabel IV.12 : Hasil Uji Statistik t Setelah Data Oulier Dihapus ............... 51
Tabel IV.13 : Hasil Uji Koefisien Determinasi Setelah Data Outlier Dihapus 51
Tabel IV.14 : Hasil Uji Statistik F ............................................................ 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 : Kerangka Konseptual ………………………………………. 26
Gambar IV.1 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ………………………………. 43
Gambar IV.2 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Data Outlier Dibuang.. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Daftar Nama Sampel Perusahaan ..................................... 70
Lampiran II: Data Discretionary Accrual.............................................. 71
Lampiran III: Hasil Pengolahan Data .............................................. .......... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
PENGARUH STRUKTUR DEWAN KOMISARIS DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ERNA ERMAWATI NIM.F0308045
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur dewan komisaris dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba. Struktur dewan komisaris diproksikan dengan ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris independen. Struktur kepemilikan diproksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Penelitian ini mengambil sampel 15 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan 2008-2011. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Manajemen laba diukur dengan Discretionary Accrual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komposisi dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah dewan komisaris dan kepemilikan manajerial akan menambah tindakan manajemen laba. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan dewan komisaris dan jumlah kepemilikan saham belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba. Kata Kunci : struktur dewan komisaris, struktur kepemilikan, manajemen laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
THE INFLUENCE OF BOARD OF COMMISSIONER STRUCTURE AND OWNERSHIP STRUCTURE TO EARNING MANAGEMENT IN MINING
INDUSTRIES LISTED AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ERNA ERMAWATI F0308045
ABSTRACT
The objective of this research is to investigate the effect of board of
commissioner structure and ownership structure on earning management. Boards of commissioner structure are represented by size of board of commissioner and composition of independent commissioners. Ownership structures are represented by institutional ownership and managerial ownership. The sample consist of 15 mining and mining services companies listed in Indonesian Stock Exchange publishing financial reports and annual reports in 2008-2011. The method used in the selection of sample was purposive sampling. Earning management measured by discretionary accrual.
The results show that size of board of commissioners and managerial ownerships have positive significant effect on earning management. Composition of independent commissioners and institutional ownerships have insignificant effect on earning management. This results show that further size of board of commissioner and managerial ownership are positively associated on higher level of earning management.
This research provides evidences that board of commissioner, institutional ownership, and managerial ownership not yet reducing earning management. Key words: board of commissioner structure, ownership structure, earning management
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laba merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan (Subramanyam, 1996 dalam Siregar dan Utama, 2005).
Banyak pemegang saham (investor) menilai kinerja perusahaan dengan
melihat pada laba yang dihasilkan perusahaan. Pemegang saham beranggapan
semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin besar pula
dividen yang mereka terima. Disamping hal tersebut, pemegang saham juga
menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai alat pengambilan
keputusan. Ketergantungan investor terhadap laporan keuangan tersebut dapat
mendorong pihak manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba
(Widyaningdyah, 2001).
Manajemen laba sendiri dapat diartikan sebagai cara akuntansi yang
dilakukan oleh manajer dengan memanfaatkan fleksibilitas dalam menyusun
laporan keuangan untuk memenuhi target pendapatan (Levitt, 1998). Menurut
Schipper (1989) manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen
melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak
eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba.
Sedangkan Healy dan Wahlen (1999) dalam Beneish (2001) berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
bahwa manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang
mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para
stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk
mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi
yang dilaporkan.
Menurut Scott (2009), manajemen laba sendiri dapat bersifat efisien
(meningkatkan keinformatifan laba) dan dapat bersifat oportunis
(memaksimumkan laba untuk kepentingan pribadi). Dari kedua sifat
manajemen laba tersebut, manajemen laba yang bersifat oportunis yang paling
merugikan pemegang saham. Jika manajemen bertindak oportunis, maka
manajemen akan memanipulasi labanya agar terkesan kinerja perusahaan
bagus sehingga investor akan tertarik dan menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Tindakan ini dapat meugikan pemegang saham karena
dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang salah.
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa telah terjadi konflik keagenan
antara manajemen dengan pemilik (pemegang saham). Manajemen melakukan
tindakan memanipulasi laba agar laba terlihat baik sedangkan pihak pemilik
dapat dirugikan dari tindakan yang dilakukan manajemen tersebut. Dengan
adanya manajemen laba, pemilik (pemegang saham) dapat melakukan
kesalahan dalam mengambil keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
Banyak kasus manajemen laba yang telah terungkap, baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Di Indonesia, kasus manajemen laba yang sempat
menghebohkan adalah kasus PT Kimia Farma dimana terjadi kesalahan
penilaian persediaan dan pencatatan penjualan yang mengakibatkan
overstated laba. Kasus yang sama juga pernah dialami oleh PT Indofarma
dengan menaikkan nilai persediaan dan merendahkan harga pokok penjualan
sehingga laba menjadi oversateted. Untuk tingkat global, The SEC telah
menerbitkan laporan beberapa kasus manajemen laba yang terjadi,
diantaranya adalah kasus dari Intile Design, Inc yang menilai terlalu rendah
persediaan akhir agar pajak properti mengecil. Kasus lain adalah kasus dari
ABS Industries, Inc yang membukukan penjualan tanpa adanya pesanan dari
pelanggan, bahkan pada beberapa kasus produk belum selesai dibuat.
Konsep corporate governance diperlukan demi peningkatan kinerja
perusahaan dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007).
Dalam hal ini konsep corporate governance yang diambil adalah struktur
dewan komisaris, yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris,
komposisi dewan komisaris independen, dan struktur kepemilikan, yaitu
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Ukuran dewan komisaris harus sesuai, tidak boleh terlalu banyak dan
tidak boleh terlalu sedikit. Jika ukuran dewan komisaris terlalu banyak, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
akan memperburuk kinerja karena komunikasinya tidak lancar. Jika terlalu
sedikit maka dapat mengarah akan terjadinya praktik manajemen laba
(Yermack, 1996 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Komposisi dewan
komisaris independen harus seimbang. Melalui peran komisaris independen
yang dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan
keuangan, diharapkan dapat diperoleh laporan keuangan yang berkualitas.
(Boediono, 2005). Dengan laporan keuangan yang berkualitas diharapkan
dapat mengurangi tindakan manajemen laba.
Dengan kepemilikan saham oleh pihak institusional yang lebih besar
diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba dibandingkan bila
saham lebih banyak dimiliki oleh pihak manajemen. Pihak institusional dapat
memonitor tindakan manajemen yang dampaknya akan dapat mengurangi
motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba (Pranata dan Mas’ud,
2003). Dengan adanya kepemilikan manajerial maka manajemen akan
cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan
pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri karena manajemen
juga akan menanggung baik dan buruknya keputusan yang mereka ambil
(Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan
Setiawan (2007), dengan objek penelitian perusahaan-perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Perusahaan pertambangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
dipilih karena pada penelitian dari Baharuddin dan Satyanugraha (2008)
menunjukkan bahwa perusahaan pertambangan merupakan salah satu industry
yang banyak melakukan manajemen laba. Penelitian ini berusaha menyelidiki
adanya praktik manajemen laba dan menguji kembali factor-faktor yang
mempengaruhinya seperti ukuran dewan komisaris dan komposisi komisaris
independen. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial sebagai proksi dari struktur
kepemilikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul
“PENGARUH STRUKTUR DEWAN KOMISARIS DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA.”
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk mengungkapkan pokok-pokok
permasalahan secara jelas dan sistematis serta dapat memberikan gambaran
yang tepat dan jelas. Dengan demikian perumusan masalah sesuai latar
belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya adalah:
1. Bagaimana pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
2. Bagaimana pengaruh komposisi dewan komisaris independen terhadap
manajemen laba?
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba?
4. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh ukuran dewan
komisaris terhadap manajemen laba.
2. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh komposisi dewan
komisaris independen terhadap manajemen laba.
3. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan
institusional terhadap manajemen laba.
4. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-
pihak yang membutuhkan, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
1. Bagi investor, dapat dijadikan sarana untuk mengetahui tindakan
perusahaan yang melakukan manajemen laba sehingga investor bisa lebih
cermat dalam mengambil keputusan.
2. Bagi pembaca, memberikan informasi mengenai manajemen laba.
3. Bagi akademisi, memberikan kontribusi mengenai penelitian tentang
manajemen laba dan sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai
manajemen laba.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
lima Bab yang diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang
berisi tentang masalah-masalah atau issue yang mendasari penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, selanjutnya akan dibahas mengenai perumusan
masalah yaitu masalah-masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam bab ini
juga dipaparkan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penyusunan skripsi berupa urutan-urutan penyusunan dan penulisan dalam
penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari
penelitian ini. Teori ini merupakan penjabaran dari variabel-variabel yang
digunakan juga hal-hal yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut.
Selain itu didalamnya juga berisi tentang penjabaran kerangka pemikiran
hubungan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
diilustrasikan dalam bentuk gambar.
BAB III METODE PENELITIAN.
Di dalam bab ini berisi tentang bahasan hal-hal yang mencakup
tentang proses pemilihan sampel, yaitu penentuan sampel, kriteria dan cara
pengambilan sampel. Selain itu akan dibahas tentang pencarian data, yaitu
jenis data yang akan digunakan serta cara pengumpulannya. Di dalam bab ini
juga akan dibahas tentang metodologi yang akan digunakan dalam penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.
Di dalam bab ini akan dijabarkan tentang pengolahan data, yaitu
perhitungan-perhitungan setelah mendapatkan data mentah, kemudian
dimasukkan ke dalam rumus yang telah ditentukan dan diuji dengan metode
pengujian yang telah dipilih oleh peneliti dengan bantuan program komputer
SPSS. Perhitungan analisis data akan dibahas dan ditampilkan dalam bentuk
tabel-tabel sebagai hasil dari program SPSS.
BAB V PENUTUP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
Dalam bab ini dijelaskan tentang simpulan yang didapat dari hasil
analisis data secara jelas dan ditentukan apakah masing-masing variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen atau tidak. Selain itu
dalam bab ini juga dibahas tentang keterbatasan penelitian dan saran bagi
penelitian selanjutnya agar penelitian ini dapat diteruskan dan dikembangkan
oleh peneliti selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan merupakan
sebuah kontrak antara principal (pemilik/pemegang saham) dengan agen
(manajer/pengelola) dimana baik pemilik dan pengelola merupakan
pemaksimum kesejahteraan. Teori keagenan biasanya dilihat sebagai konflik
kepentingan yang mengasumsikan bahwa setiap individu bertindak sesuai
dengan kepentingannya masing-masing. Pihak principal berkepentingan
untuk menyejahterakan dirinya dengan memperoleh tingkat profitabilitas yang
terus meningkat. Sedangkan pihak agen berkepentingan untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, seperti
dalam memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Hubungan keagenan ini muncul ketika pihak principal
mempekerjakan seseorang (pihak agen) dan mendelegasikan wewenang
pengelolaan perusahaan serta pengambilan keputusan kepada agen tersebut
sesuai dengan kepentingan pihak principal. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information). Pihak
agen lebih banyak mengetahui kondisi dan informasi perusahaan
dibandingkan pihak principal. Asimetri informasi ini dapat menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
masalah keagenan (agency problem). Pihak agen memanfaatkan adanya
asimetri informasi ini dengan menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui pihak principal. Adanya asimetri informasi dan perbedaan
kepentingan antara kedua belah pihak mendorong pihak agen untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pihak principal. Pihak
agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007)
Untuk mengurangi masalah keagenan yang muncul diperlukan biaya
keagenan (agency cost). Menurut Brigham dan Daves (2004) dalam Ummah
(2005), biaya keagenan merupakan biaya yang ditanggung oleh pemegang
saham untuk mendorong manajer agar memaksimumkan harga saham jangka
panjang daripada bertindak sesuai kepentingan sendiri. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa biaya keagenan dibutuhkan untuk menyelaraskan
antara kepentingan agen dengan pemilik perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Ang, Cole, dan Lin (2000) menemukan bahwa biaya keagenan
lebih tinggi pada perusahaan yang tidak seratus persen dimiliki oleh manajer,
dan biaya keagenan meningkat seiring dengan turunnya bagian kepemilikan
owner manager. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi biaya keagenan
salah satunya dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh
manajemen (Jensen dan Meckling, 1976).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
B. Manajemen Laba
1. Pengertian Manajemen Laba
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses
penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat
meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba. Sugiri (1998) dalam
Widyaningdyah (2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua,
yaitu:
a) Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam arti sempit
didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan
komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.
b) Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit
tersebut.
2. Motivasi Manajemen Laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
Terdapat beberapa motivasi dalam melakukan manajemen laba
diantaranya:
a. Bonus Purpose (Watt dan Zimmerman, 1986 dalam Sugiri, 1998 dan
Scott, 1999 dalam Sanjaya, 2008)
Manajer akan bertindak opportunis dengan memaksimumkan
laba sehingga dapat memaksimalkan bonus berdasarkan perencanaan
kompensasi perusahaan.
b. Debt to Equity Hypothesis (Watt dan Zimmerman, 1986 dalam Sugiri)
Debt to equity hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki rasio debt to equity yang tinggi akan cenderung
menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan labanya.
c. Political Motivation (Watt dan Zimmerman, 1986 dalam Sugiri, 1998
dan Scott, 1999 dalam Sanjaya, 2008)
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
memberikan aturan yang lebih ketat.
d. Taxation Motivation (Scott, 1999 dalam Sanjaya, 2008)
Manajemen menggunakan berbagai metode akuntansi dengan
tujuan untuk menghemat pembayaran pajak pendapatan. Salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
dengan menggunakan metode LIFO dalam pelaporan keuangan untuk
tujuan pembayaran pajak.
e. Pergantian CEO (Scott, 1999 dalam Sanjaya, 2008)
CEO yang mendekati masa pension akan cenderung
meningkatkan laba dengan tujuan untuk meningkatkan bonus mereka.
Begitu juga dengan CEO yang kurang berhasil meningkatkan kinerja
perusahaan akan memaksimalkan laba agar tidak diberhentikan.
f. Initial Public Offering (IPO) (Scott, 1999 dalam Sanjaya, 2008)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki harga saham
sehingga manajemen akan memaksimalkan labanya agar harga saham
waktu diperdagangkan pertama kali bisa tinggi.
g. Pentingnya memberi informasi kepada investor (Scott, 1999 dalam
Sanjaya, 2008)
Perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan informasi
kinerja perusahaan kepada investor sehingga perlu menyiapkan
laporan keuangan.
3. Pola Manajemen Laba
Terdapat tiga tipe strategi manajemen laba. Pertama, manajer
meningkatkan laba periode sekarang. Kedua, manajer melakukan big bath
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
dengan mengurangi laba periode sekarang. Ketiga, manajer mengurangi
laba dengan income smoothing.
Pola manajemen laba menurut Scott (2009) dapat dilakukan
dengan cara:
a. Taking a Bath
Teknik ini mengakui biaya-biaya pada periode yang akan
datang dan kerugian yang terjadi pada saat ini sehingga mengharuskan
manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang yang
mengakibatkan laba periode mendatang lebih tinggi.
b. Income Minimazation
Perusahaan melakukan income minimization pada saat
mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi dan diperkirakan tingkat
profitabilitas periode mendatang mengalami penurunan yang drastis.
Laba pada saat ini dikurangi guna untuk mengatasi penurunan tingkat
laba periode mendatang.
c. Income Maximization
Income maximization dilakukan pada saat perusahaan
mengalami penurunan laba. Tindakan ini bertujuan melaporkan laba
bersih yang lebih tinggi dengan tujuan bonus yang lebih tinggi. Pola
ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas
kontrak hutang jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
d. Income Smoothing
Income smoothing dilakukan perusahaan dengan meratakan
laba agar terlihat lebih stabil karena pada dasarnya perusahaan lebih
menyukai laba yang stabil.
e. Offsetting extraordinary/unusual gains
Offsetting extraordinary/unusual gains dilakukan dengan
memindahkan efek-efek laba yang yang tidak biasa atau temporal yang
berlawanan dengan tren laba.
f. Aggresive accounting applications
Teknik ini didefinisikan sebagai salah saji (misstatement) dan
dipakai untuk membagi laba antar periode.
g. Timing Revenue dan Expense Recognition
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang
berkaitan dengan timing suatu transaksi.
4. Teknik Manajemen Laba
Teknik Manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)
dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba dengan melakukan
perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara estimasi piutang tak
tertagih, estimasi waktu depresiasi aktiva tetap, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
b. Mengubah metode akuntansi
Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode
akuntansi yang digunakan atas suatu transaksi. Contohnya, perubahan
metode akuntansi atas depresiasi aktiva dari metode depresiasi garis
lurun menjadi metode depresiasi angka tahun.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode
atau pendapatan. Contohnya, mempercepat/menunda pengeluaran
promosi ke periode berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran
penelitian dan pengemnbangan sampai pada periode berikutnya.
C. Struktur Dewan Komisaris
Untuk mengatasi masalah keagenan yang terjadi antara principal
(pemilik) dengan agen (manajemen) diperlukan struktur komisaris dan
struktur kepemilikan yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Dalam
penelitian ini komponen struktur dewan komisaris diproksikan dengan ukuran
dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris independen.
Menurut Egon Zehnder International (2000) dalam FCGI (2001),
dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntanbilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Dewan Komisaris memiliki peranan dalam memonitor manajemen tingkat
atas (Gunarsih dan Hartadi, 2002). Secara lebih rinci, dewan komisaris
memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengawasan untuk kepentingan Perseroan denga
memperhatikan kepentingan para pemegang saham dan bertanggung
jawab kepada RUPS
2. Melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan Perseroan
yang dilakukan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam
menjalankan Perseroan termasuk Rencana Pengembangan, Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan, pelaksanaan ketentuan-ketentuan
Anggaran Dasar dan keputusan RUPS serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang disiapkan oleh Direksi serta
menandatangani laporan tahunan tersebut
4. Menghindari benturan kepentingan dalam pelaksanaan kewajibannya agar
dapat melakukan tanggung jawabnya secara efektif
5. Memastikan terselenggaranya Tata Kelola Perusahaan dalam setiap
kegiatan usaha pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi
Dewan Komisaris bersifat independen sehingga diharapkan dapat
melaksanakan tugasnya secara obyektif. Menurut Peraturan Pencatatan
Nomor I-A Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
Bursa, yaitu jumlah komisaris independen minimal 30 persen. Komisaris
Independen diangkat berdasarkan kriteria dan ketentuan yang berlaku, sebagai
berikut:
1. Berasal dari luar perusahaan publik itu.
2. Tidak mempunyai hubungan affiliasi dengan perusahaan, komisaris,
direksi atau pemegang saham utama perusahaan itu;
3. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan usaha perusahaan;
4. Tidak memiliki saham, baik langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan.
5. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang
terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan;
6. Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
D. Struktur Kepemilikan
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan
oleh institusi (badan). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor
institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer
(Arif, 2006 dalam Machmud & Djaman, 2008). Kepemilikan Saham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
Instiusional merupakan prosentase saham yang dimiliki institusi dan
kepemilikan blockholder,yaitu kepemilikan individu atau atas nama
perorangan diatas lima persen (5%) tetapi tidak termasuk dalam golongan
kepemilikan insider atau manajerial. Biasanya institusi menyerahkan
tanggung jawab pengelolaan investasi kepada divisi tertentu. Keberadaan
institusi yang memantau secara profesional perkembangan investasinya
menyebabkan tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat
tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan (Lastanti, 2005)
Kepemilikan institusional menunjukkan konsentrasi pemegang
saham diluar perusahaan yang dimiliki oleh suatu institusi atau lembaga
pemerintah maupun swasta. Dengan adanya kepemilikan institusional ini
diharapkan dapat mengurangi sikap opportunis manajemen karena
manajemen memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi
kepada pihak pemegang saham institusional. Di samping itu, kepemilkan
institusional dapat mengendalikan perilaku manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen
untuk memanipulasi laba. Hal ini dikarenakan pihak institusional
merupakan orang yang berpengalaman dan memiliki informasi yang
memadai mengenai manajemen laba sehingga dapat mengurangi perilaku
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen karena asimetri
informasi dapat dikurangi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
2. Kepemilikan Manajerial
Menurut Mehran et.al (1992) dalam Aida (2004), struktur
kepemilikan saham manajerial merupakan proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh para manajemen. Dengan kepemilikan manajemen yang
lebih besar diharapkan dapat mengatasi adanya agency problem.
Kepemilikan oleh manajemen juga akan ikut menentukan kebijakan dan
metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan yang mereka kelola.
(Boediono, 2005). Dengan adanya kepemilikan oleh manajemen maka
tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen dapat dikurangi
karena mereka juga akan ikut menanggung baik dan buruknya keputusan
yang mereka ambil. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam
perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk
kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Kepemilikan saham oleh manajemen dapat mensejajarkan
kepentingan pemilik (pemegang saham) dengan kepentingan manajemen
sehingga dapat mengurangi konflik kepentingan yang mendorong
manajemen melakukan manajemen laba (Jensen dan Meckling, 1976).
Penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003)
menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
kepemilikan saham oleh manajemen dapat mengurangi perilaku
manajemen laba oleh manajemen. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Gabrielsen (1997) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007)
menunjukkan hasil yang positif tapi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang diteliti memiliki struktur kepemilikan yang lebih banyak
dimiliki oleh pihak institusi.
Struktur kepemiikan saham suatu perusahaan tidak boleh terpusat
pada satu pihak karena fungsi pengawasan (monitoring) akan sulit
dilakukan apabila saham perusahaan terkonsentrasi pada satu pihak. Jika
sebagian besar kepemilikan saham terkonsentrasi pada satu pihak, maka
manajer akan memiliki kontrol penuh dan cenderung akan mengendalikan
perusahaan untuk tujuannya (Shleifer dan Vishny, 1997). Jika saham lebih
banyak dimiliki oleh pihak institusi maka manajemen akan melakukan
manajemen laba untuk memenuhi target dari pihak intitusi. Jika saham
lebih banyak dimiliki oleh pihak manajemen maka manajemen akan
bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu, kepemilikan
saham diusahakan seimbang antara kepemilikan saham institusional dan
kepemilikan saham manajerial.
E. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
1. Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
Dalam pengukuran kinerja perusahaan, semakin banyak anggota
dewan komisaris mengakibatkan semakin buruknya kinerja perusahaan.
Hal ini dikarenakan adanya kesulitan komunikasi dan koordinasi tugas
dari masing-masing anggotanya. Sedangkan dalam pengukuran
manajemen laba, ukuran dewan komisaris dapat berakibat berkebalikan
dengan kinerja.
Penelitian dari Yu (2006) menemukan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba.
Chtourou, Bedard, dan Courteau (2001) juga menyatakan hal yang sama
dengan Yu (2006). Berbeda dengan penelitian Zhou dan Chen (2004)
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
1H : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen
laba
2. Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Manajemen Laba
Vafeas (2000) mengatakan bahwa selain kepemilikan manajerial,
peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring
atas pelaporan keuangan.
Chtourou,et. al. (2001) memberikan pernyataan, dimana semakin
besar ukuran dewan komisaris maka proses monitoring justru menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
lebih baik/mengurangi aktivitas manajemen laba. Namun, Suranta dan
Merdistusi (2005) menyatakan keberadaan komisaris independen ternyata
tidak mampu menjadi mekanisme corporate governance yang baik dalam
upaya mengurangi praktik manajemen laba.
Penelitian mengenai komposisi dewan komisaris telah banyak
dilakukan. Hasil penelitian Peasnell, Pope, dan Young (1998)
menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen membatasi pihak
manajemen untuk melakukan manajemen laba. Penelitian lain diantaranya
Beasley (1996), Kao dan Chen (2004), Chen, Ken, Elder, dan Hsieh
(2005), Wedari (2004), Wilopo (2004), Nasution dan Setyawan (2007)
juga menyatakan bahwa semakin besar peoporsi komisaris independen,
semakin berkurang praktek manajemen laba.
Berbeda dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) yang
menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba. Dari uraian diatas, dapat
ditarik hipotesis:
2H : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
3. Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba
Penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional yang tinggi dapat membatasi manajer untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
melakukan pengelolaan laba. Hal ini diperkuat penelitian Palestin (2006)
yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar kepemilikan institusional dapat mengurangi adanya manajemen laba
oleh manajemen.
Berbeda dengan penelitian Wedari (2004) dan Cornett, Marcuss,
Saunders, dan Tehranian (2006) yang menemukan bukti konsentrasi
kepemilikan oleh institusional tidak mampu mengurangi aktivitas
manajemen laba didalam perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat
ditarik hipotesis :
3H : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba
4. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba
Penelitian dari Midiastuty dan Machfoedz (2003) menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen
laba. Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Ujiyantho dan Pramuka
(2007). Berbeda dengan penelitian dari Siallagan dan Machfoedz yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap
manajemen laba.
4H : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
Gambar II.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
+
-
-
-
Komposisi dewan komisaris independen
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Manajemen Laba
Ukuran Dewan Komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan
untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh
struktur komisaris yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris,
komposisi dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan yang
diproksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Menurut Sekaran (2006), pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat
dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok atau
independensi dua variabel atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau minat yang ingin peneliti investigasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pertambangan
yang listing di BEI selama periode 2008-2011. Peneliti memilih
perusahaan pertambangan berdasarkan penelitian dari Baharuddin dan
Satyanugraha (2008) yang menyatakan bahwa industri pertambangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
merupakan salah satu jenis industri yang paling banyak melakukan
manajemen laba. Di samping itu, Pertambangan merupakan salah satu
jenis industri yang vital. Jika industri pertambangan melakukan
manajemen laba maka akan merugikan banyak pihak, tidak hanya investor
saja.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dipelajari secara detail
(Sekaran, 2006). Sampel penelitian ini adalah semua perusahaan
pertambangan yang listing di BEI periode 2008-2011. Namun, perusahaan
yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti akan
dikeluarkan dari sampel. Kriteria yang digunakan dalam menentukan
sampel di penelitian ini yaitu:
a) Perusahaan pertambangan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa
Efek Jakarta antara periode 2008-2012
b) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan
untuk periode 31 Desember 2008-2011
c) Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama tahun 2008-2011
d) Bukan perusahaan yang baru listing setelah tahun 2008
e) Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada
publikasi periode 31 Desember 2008-2011), baik data mengenai
struktur komisaris dan struktur kepemilikan perusahaan serta data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba rugi tahun
sebelumnya karena dapat menutupi laba pada tahun bersangkutan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling method, yaitu pemilihan sampel yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian) (Indriantoro dan
Supomo, 2002).
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan keuangan periode 2008-2011. Data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu
dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2000). Data-data tersebut
diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id , Pojok BEI UNS, dan ICMD
2008-2011.
2. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan
dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel,
jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
pembahasan dari penelitian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan
perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
struktur komisaris dengan proksi ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris independen, dan struktur kepemilikan dengan proksi
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
a) Ukuran dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan
komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari
eksternal perusahaan sampel.
DEKOM = jumlah dewan komisaris
b) Komposisi dewan komisaris independen
Komposisi dewan komisaris independen adalah persentase
jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris
yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel.
KOMIND = komisarisdewan anggota total
independen komisarisjumlah
c) Kepemilikan institusional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
Kepemilikan institusional menunjukkan konsentrasi pemegang
saham diluar perusahaan yang dimiliki oleh suatu institusi atau
lembaga pemerintah maupun swasta dalam bidang keuangan seperti
bank, lembaga asuransi, perusahaan investasi dan institusi lainnya.
Variabel ini diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh
institusi pada akhir tahun.
K.INST = beredar saham total
institusipihak sahamjumlah
d) Kepemilikan manajerial
Menurut Mehran et.al (1992) dalam Aida (2004), struktur
kepemilikan saham manajerial merupakan proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh para manajemen. Semakin besar kepemilikan manajemen
dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan
untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
K.MNJRL = beredar saham total
manajemenpihak dimiliki yang sahamjumlah
2. Variabel Dependen
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen
melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi
pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan
laba (Schipper, 1989). Pengukuran manajemen laba menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
discretionary accrual (DAC). Dalam penelitian ini discretonary accrual
digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat
dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit. Untuk mengukur
DAC, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual
diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary
(Midiastuty, 2003), dengan tahapan:
a) Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang
dimodifikasi.
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus
kas operasi (cash flow from operating)
b) Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi
OLS (Ordinary Least Square):
eAPPEARECREVAATAC tttttttt ++D-D+= ---- )/()/)(()/1(/ 1312111 aaa
Dimana
tTAC : total accruals perusahaan i pada periode t
1-tA :total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1
tREVD : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke
tahun t
tRECD : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
tPPE : aktiva tetap (gross property plant and equipment)
perusahaan tahun t
c) Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai
berikut:
)/()/)(()/1( 131211 --- +D-D+= ttttttt APPEARECREVANDA aaa
Dimana :
tNDA : nondiscretionary accruals pada tahun t
a : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accrual
d) Menghitung discretionary accruals
tttt NDAATACDAC -= - )/( 1
Dimana :
tDAC : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
E. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang
memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud
menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan
menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas
keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan (Nurgiyantoro et al.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
2004). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
standar deviasi, maksimum, dan minimum.
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi
secara normal (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana
dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel
dependen dan independen. Uji lainnya yang digunakan adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
b) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali,
2005). Model regresi yang baik seharusnya bebas dari
multikolonieritas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolonieritas
yaitu (a) Nilai R square (R²) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model
regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak
terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.
Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
(lebih dari 0,09), maka merupakan indikasi adanya multikolonieritas,
(c) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), suatu
model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila
mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10
(Ghozali, 2006).
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi
(Ghozali, 2005). Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat
diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil
dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka 0H ditolak
yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du,
maka 0H diterima yang berarti tidak ada autokolerasi.
d) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghozali, 2006). Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas). Heteroskedastisitas
dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan
titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar
di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
e) Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas
manajemen laba dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
3. Pengujian Hipotesis
a) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²)
adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
amat terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel
independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan model ini, maka kesalahan penganggu
diusahakan minimum sehingga R² mendekati 1, sehingga perkiraan
regresi akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
b) Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas
signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
c) Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai
probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu variabel independen
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2011. Sampel
dipilih dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan di Bab III, diperoleh sampel sebanyak 15 perusahaan yang
terdaftar antara tahun 2008-2011 dengan data observasi sebanyak 60 sampel.
Adapun sampel penelitian dapat dilihat di tabel IV.1 berikut:
Tabel IV.1 Prosedur Pemilihan Sampel
Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah 1 Jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 31
dari tahun 2008-2011
2 Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 2
setelah 31 Desember 2007 yang mengalami delisting
selama periode pengamatan 3 Perusahaan pertambangan yang baru listing setelah 13
tanggal 31 Desember 2008
4 Perusahaan dengan data tidak lengkap 1
Jumlah Perusahaan 15
Jumlah Sampel (15 perusahaan x 4 tahun) 60 Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
B. Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk
menggambarkan suatu data dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-
masing variabel. Tabel IV.2 berikut ini menyajikan statistik deskriptif data
penelitian:
Tabel IV.2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
UDK 60 2.00 10.00 5.2000 1.84850 KDK 60 .22 .50 .3695 .06646 KINST 60 .00 .90 .5743 .22574 KMNJRL 60 .00 .76 .0493 .15371 DA 60 -.21 .30 .0020 .09180
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Berdasarkan hasil dari pengujian statistik deskriptif dapat
diketahui nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris adalah 10 orang
dan nilai minimumnya adalah 2 orang. Sedangkan rata-rata ukuran dewan
komisaris setiap perusahaan adalah sebanyak 5 orang dengan standar
deviasi sebesar 1,84850
Nilai minimum untuk variabel komposisi dewan komisaris
independen sebesar 0,22 dan nilai maksimumnya sebesar 0,50. Rata-rata
perusahaan pertambangan telah mematuhi peraturan yang diterbitkan oleh
BAPEPAM dan BEI yang menyatakan bahwa setidaknya dalam satu
perusahaan memiliki komposisi dewan komisaris independen sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
30%. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata komposisi dewan komisaris
perusahaan sebesar 37%.
Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya adalah terhadap
variabel kepemilikan institusional yang memiliki nilai minimum 0,00 dan
nilai maksimum 0,90 dengan rata-rata kepemilikan institusional sebesar
0,5743 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,22574.
Nilai minimum variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,00 dan
nilai maksimumnya sebesar 0,76 dengan nilai rata-rata sebesar 0,0493
serta standar deviasi sebesar 0,15371.
Variabel yang terakhir adalah Discretionary Accrual. Dari
pengujian diatas menunjukkan nilai minimum dari discretionary accrual
sebesar -0,21 dan nilai maksimumnya sebesar 0,30 dengan rata-rata
sebesar 0,0020 serta standar deviasinya sebesar 0.09180.
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi
secara normal (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
Tabel IV.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z .799 Asymp. Sig. (2-tailed) .546
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012
Hasil pengujian normalitas dari tabel diatas menunjukkan
bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,799 dengan
signifikansi 0,546. Hal ini menunjukkan bahwa data residual
terdistribusi normal karena signifikansinya lebih dari 0,05.
b) Uji Multikolonieritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
bebas. Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Batas dari nilai VIF adalah 10 dan tolerance
value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance
kurang dari 0,1 maka akan terjadi multikoloniaritas dan model regresi
tidak layak untuk dipakai.
Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan UDK 0.833 1.201 tidak terdapat multikolonieritas KDK 0.895 1.117 tidak terdapat multikolonieritas KINST 0.613 1.631 tidak terdapat multikolonieritas KMNJRL 0.587 1.702 tidak terdapat multikolonieritas
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance
dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari
setiap variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas antar variabel
independen dalam model regresi.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi
(Ghozali, 2005). Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin –
Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau
lebih besar dari 4-d1, maka 0H ditolak yang berarti terdapat
autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka 0H diterima
yang berarti tidak ada autokolerasi.
Tabel IV.5
Hasil Uji Autokorelasi
Parameter yang diuji Durbin-Watson Keterangan
Unstandardized Residual 1.843 Tidak terjadi autokoreasi Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
1,843 (du = 1,727; 4 – du = 2,273). Hal ini berarti model regresi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
atas tidak terdapat masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka
Durbin-Watson berada di antara du tabel dan (4-du tabel), oleh karena
itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai.
d) Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas).
Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik
ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang
jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
Gambar IV.1 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Hasil Pengolahan Data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi Discretionary Accrual berdasarkan masukan variabel
independen ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
e) Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas
manajemen laba dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut hasil analisis regresinya:
Tabel IV.6 Hasil Analisis Regresi
Unstandardized
Coefficients t Sig. B Std. Error
(Constant) -.048 .094 -.513 .610 UDK .001 .007 .087 .931
KDK .075 .196 .385 .702 KINST .032 .070 .458 .649 KMNJRL .017 .105 .160 .873
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari tabel diatas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
DA = -0,048 + 0,001UDK + 0,075KDK + 0,032KINST –
0,017KMNJRL
Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa semua
variabel independen memiliki pengaruh positif terhadap manajemen
laba.
3. Pengujian Hipotesis
a) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Berikut hasil dari koefisien
determinasi:
Tabel IV.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1 .094a .009 -.063 0.09465
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari tabel diatas dapat diketahui adjusted R² sebesar -0,063.
Dikarenakan hasil dari adjusted R² negatif maka langkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah data outlier dan menghapus data outlier
untuk dilakukan penelitian dari awal karena sifat data outlier
mengganggu proses penelitian sehingga harus dikeluarkan dari
sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
Penentuan data outlier dilakukan dengan metode penentuan Z
Score dimana sampel yang bernilai lebih dari 3 dan kurang dari -3
(untuk jumlah sampel lebih dari 80) dan sampel yang bernilai lebih
dari 2,5 dan kurang dari -2,5 (untuk jumlah sampel kurang dari 80)
merupakan data outlier. Dari metode ini ditemukan 11 sampel yang
merupakan data outlier. Setelah dikeluarkan dari sampel penelitian
maka dilakukan pengujian asumsi klasik dan statistik deskriptif sekali
lagi.
1) Analisis Statistik Deskriptif
Berikut hasil statistik deskriptif setelah outlier dikeluarkan
dari sampel :
Tabel IV.8 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
UDK 49 2.00 10.00 5.5510 1.74476 KDK 49 .22 .50 .3802 .06706 KINST 49 .05 .90 .6364 .17430 KMNJRL 49 .00 .08 .0090 .02396 DA 49 -.20 .30 .0020 .09185
Hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan hasil dari pengujian statistik deskriptif dapat
diketahui nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris adalah 10
orang dan nilai minimumnya adalah 2 orang. Sedangkan rata-rata
ukuran dewan komisaris setiap perusahaan adalah sebanyak 4
orang dengan standar deviasi sebesar 1,74476.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
Nilai minimum untuk variabel komposisi dewan komisaris
independen sebesar 0,22 dan nilai maksimumnya sebesar 0,50.
Rata-rata perusahaan pertambangan telah mematuhi peraturan
yang diterbitkan oleh BAPEPAM dan BEI yang menyatakan
bahwa setidaknya dalam satu perusahaan memiliki komposisi
dewan komisaris independen sebesar 30%. Hal ini ditunjukkan
dari rata-rata komposisi dewan komisaris perusahaan sebesar 38%.
Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya adalah terhadap
variabel kepemilikan institusional yang memiliki nilai minimum
0,05 dan nilai maksimum 0,90 dengan rata-rata kepemilikan
institusional sebesar 0,6364 sedangkan standar deviasinya sebesar
0,17430.
Nilai minimum variabel kepemilikan manajerial sebesar
0,0000 dan nilai maksimumnya sebesar 0,09 dengan nilai rata-rata
sebesar 0,0090 serta standar deviasi sebesar 0,02396. Hal ini
menunjukkan bahwa kepemilikan oleh pihak manajemen
perusahaan masih rendah dibandingkan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak institusi.
Variabel yang terakhir adalah Discretionary Accrual. Dari
pengujian diatas menunjukkan nilai minimum dari discretionary
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
accrual sebesar -0,20 dan nilai maksimumnya sebesar 0,30 dengan
mean sebesar 0,0020 serta standar deviasinya sebesar 0.09185.
2) Uji Normalitas
Pengujian normalitas setelah data outlier dihapus adalah
sebagai berikut:
Tabel IV.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual Kolmogorov-Smirnov Z .885 Asymp. Sig. (2-tailed) .413
Hasil Pengolahan Data, 2012
Hasil pengujian normalitas dari tabel diatas menunjukkan
bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,885 dengan
signifikansi 0,413. Hal ini menunjukkan bahwa data residual
terdistribusi normal karena signifikansinya lebih dari 0,05.
3) Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas setelah data outier dihapus
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.10 Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan UDK 0.806 1.240 tidak terdapat multikolonieritas KDK 0.792 1.263 tidak terdapat multikolonieritas KINST 0.949 1.053 tidak terdapat multikolonieritas KMNJRL 0.988 1.012 tidak terdapat multikolonieritas
Hasil Pengolahan Data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai
tolerance dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai
VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas
antar variabel independen dalam model regresi.
4) Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi setelah data outlier dihapus adalah
sebagai berikut:
Tabel IV.11
Hasil Uji Autokorelasi
Parameter yang diuji Durbin-Watson Keterangan
Unstandardized Residual 1.757 Tidak terjadi autokoreasi Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson
sebesar 1,757 (du = 1,721; 4 – du = 2,279). Hal ini berarti model
regresi di atas tidak terdapat autokorelasi ditunjukkan dengan
angka Durbin-Watson berada di antara du tabel dan 4-du tabel,
sehingga model regresi ini dinyatakan bebas dari autokorelasi.
5) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas setelah data outier dihapus
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
Gambar IV.2
Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi Discretionary Accrual berdasarkan masukan variabel
independen ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
6) Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil analisis linier berganda setelah data outlier dihapus
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
Tabel IV.12
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std.
Error (Constant) -.200 .110 -1.815 .076 UDK .015 .008 1.949 .058 * KDK .208 .204 1.024 .312 KINST .039 .070 .558 .580 KMNJRL 1.585 .520 3.047 .004**
Hasil Pengolahan Data, 2012 * signifikan pada 10% ** signifikan pada 5%
Dari tabel diatas maka dapat dibuat persamaan regresi
sebagai berikut:
DA = -0,200 + 0,015UDK + 0,208KDK + 0,038KINST –
1,585KMNJRL
Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa
semua variabel independen memiliki pengaruh positif terhadap
manajemen laba.
7) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Hasil pengujian koefisien determinasi setelah data outlier
dihapus adalah sebagai berikut:
Tabel IV.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate 1 .479a 0.23 0.16 0.0841951
Hasil Pengolahan Data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
Dari tabel diatas dapat diketahui adjusted R² sebesar 0,16
yang berarti 16% variasi variabel manajemen laba dapat dijelaskan
oleh variasi dari keempat variabel independen ukuran dewan
komisaris, komposisi komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan manajerial. Sedangkan sisanya
sebesar 84% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.
b) Uji Statistik F
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen.
Tabel IV.14 Hasil Uji Statistik F
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression .093 4 .023 3.283 .019a Residual .312 44 .007
Total .405 48
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012
Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 3,283 dengan probabilitas 0,019. Karena probabilitasnya lebih
kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat digunakan untuk
memprediksi manajemen laba atau dapat dikatakan bahwa ukuran
dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
institusional, dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama
berpengaruh terhadap manajemen laba.
c) Uji Statistik t
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, komposisi
komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan
manajerial terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel IV.12 menunjukkan
bahwa dari empat variabel dalam regresi, variabel ukuran dewan
komisaris berpengaru signifikan pada signifikansi 10% dan
kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba karena nilai probabilitas dari kepemilikan manajerial sebesar
0,004 lebih kecil dari 0,05. Sedangkan kedua variabel yang lainnya
tidak signifikan.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama yaitu ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dari pengujian analisis regresi diperoleh
t hitung sebesar 1,949 dengan signifikansi sebesar 0,058 maka variabel ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan pada probabilitas 10%
terhadap manajemen laba yang berarti H1 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
Hipotesis kedua yaitu komposisi komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dari pengujian analisis regresi diperoleh
t hitung sebesar 1,024 dengan signifikansi sebesar 0,312 maka variabel ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap
manajemen laba yang berarti H2 ditolak.
Hipotesis ketiga yaitu kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dari pengujian analisis regresi diperoleh
t hitung sebesar 0,558 dengan signifikansi sebesar 0,580 maka variabel ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap
manajemen laba yang berarti H3 ditolak.
Hipotesis keempat yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dari pengujian analisis regresi diperoleh
t hitung sebesar 3,047 dengan signifikansi sebesar 0,004 maka variabel ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen
laba yang berarti H4 diterima.
D. Pembahasan
1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya ukuran dewan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
komisaris belum mampu mengatasi praktik manajemen laba. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian dari Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba perusahaan. Namun, hasil ini berbeda
dengan penelitian Yu (2006) yang menemukan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba.
Chtourou, Bedard, dan Courteau (2001) juga menyatakan hal yang sama
dengan Yu (2006).
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya ukuran dewan
komisaris yang besar tidak mampu mengatasi manajemen laba
dikarenakan dengan adanya jumlah komisaris yang besar menyebabkan
koordinasi antar anggota menjadi lebih sulit sehingga menghambat proses
pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris
(Yermack 1996, dan Jensen 1993).
2. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba, berarti banyaknya jumlah anggota
komisaris independen dalam perusahaan belum berhasil mengurangi
manajemen laba yang terjadi. Hasil penelitian ini tidak mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
penelitian Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa
proporsi dewan komisaris independen secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap praktek manajemen laba di perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
Siregar dan Utama (2005) yang menyatakan bahwa proporsi dewan
komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap tindak
manajemen laba yang dilakukan di perusahaan di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena peranan dewan komisaris tidak dapat meningkatkan
kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi
monitoring atas pelaporan keuangan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil
survai Asian Development Bank bahwa kuatnya kendali pendiri
perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan
komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya
menjadi tanggung jawabnya menjadi tidak efektif. Ada kemungkinan
penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar perusahaan hanya
sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham
mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting
sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan bisa menurun (Boediono,
2005)
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Wedari (2004) dan Cornett et al. (2006) yang menemukan bukti
konsentrasi kepemilikan oleh institusional tidak mampu mengurangi
aktivitas manajemen laba didalam perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena
investor institusional lebih mementingkan kinerja perusahaan jangka
panjang sehingga investor institusional kurang mengawasi kinerja dari
manajemen saat ini (Porter, 1992 dalam Boediono, 2005).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Midiastuty dan
Machffoedz (2003) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang
tinggi dapat membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba.
4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan manajerial yang besar
dapat menyebabkan manajemen laba yang tinggi dikarenakan adanya
kontrol dari pihak manajemen yang lebih besar. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari Siallagan dan Machfoedz yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap manajemen laba.
Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian dari Midiastuty
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
dan Machfoedz (2003) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
berhubungan negatif dengan manajemen laba.
Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan
manajerial belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba tetapi
lebih mendukung praktik manajemen laba dikarenakan pihak manajemen
dengan adanya kepemilikan saham memiliki kontrol yang besar dengan
tujuan untuk lebih dapat mendukung tindakan manajemen dalam
mengelola perusahaan (Al-Fayoumi et al, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur dewan
komisaris dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba di peruasahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011.
Struktur dewan komisaris diproksikan dengan ukuran dewan komisaris dan
komposisi komisaris independen sedangkan struktur kepemilikan diproksikan
dengan kepemilikan institusional.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Ukuran dewan komisaris berpengaruh secara positif signifikan pada
signifikansi 10% terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa semakin
besar jumlah dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen
labanya dikarenakan tingkat koordinasi antar dewan komisaris menjadi
lebih sulit.
2. Komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah
komisaris independen dalam perusahaan belum mampu mengurangi
praktik manajemen laba karena kuatnya kendali pendiri perusahaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak
independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung
jawabnya menjadi tidak efektif.
3. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional
belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini bisa terjadi
karena investor institusional lebih mementingkan kinerja perusahaan
jangka panjang sehingga investor institusional kurang mengawasi kinerja
dari manajemen saat ini
4. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan
saham oleh manajerial maka semakin besar pula tindakan manajemen laba
oleh manajemen. Pihak manajemen memiliki tujuan dengan adanya
kepemilikan saham oleh manajemen maka pihak manajemen lebih bebas
dalam mengelola perusahaan.
B. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan baik dalam pengambilan
sampel maupun metodologi yang digunakan. Keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
1. Sampel penelitian yang digunakan hanya 15 perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga jumlah sampel
dirasa masih kurang.
2. Penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini
mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik
sehingga masih memerlukan penggunaan model lain untuk mencari
discretionary accrual-nya.
3. Variabel struktur dewan komisaris hanya diproksikan dengan ukuran
dewan komisaris dan komposisi komisaris independen.
4. Variabel struktur kepemilikan hanya diproksikan dengan kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial.
5. Sampel penelitian hanya mencakup perusahaan pertambangan.
C. Saran
Bertitik tolak dari keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat
diberikan beberapa saran dalam rangka meningkatkan mutu penelitian
selanjutnya, yaitu:
1. Menambah jumlah sampel perusahaan, tidak hanya perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
2. Perlunya penggunaan model berbeda yang digunakan dalam menentukan
discretionary accrual sehingga dapat melihat adanya manajemen laba
dengan sudut pandang yang berbeda.
3. Menambah proksi dari struktur dewan komisaris misalnya, kompetensi,
background pendidikan, pengalaman, dan jumlah rapat yang dilakukan.
4. Menambah proksi dari struktur kepemilikan misalnya, kepemilikan
keluarga dan kepemilikan asing.
5. Menambah cakupan penelitian, tidak hanya pada perusahaan
pertambangan.