pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan

Download Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap Kecemasan

If you can't read please download the document

Upload: j

Post on 12-Aug-2015

786 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap Kecemasan Ibu Rumah Tangga Akan Tindak Kejahatan Pada Anak Di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang Bernardus Liat. W Alummi Fakultas Psikologi Wisnuwardhana Malang Email: [email protected]

Abstrak: Tayangan berita kriminal banyak diwarnai oleh tindak kekerasan terhadap anakanak. Setelah menonton tayangan berita kriminal utamanya mengenai tindak kekerasan terhadap anak, maka para ibu rumah tangga akan berpikir bahwa tindak kekerasan dapat terjadi pada siapapun dan dimanapun, dan menimbulkan kecemasan pada ibu-ibu rumah tangga bahwa kekerasan terhadap anak-anak dapat terjadi pada anak-anak mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tayangan berita kriminal di TV terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak. Semakin sering para ibu menonton tayangan berita kriminal maka semakin tinggi tingkat kecemasan akan tindak kejahatan pada anak-anak mereka. Abstract: Criminality in television used to tulfill with childhood rolenee them parents thimli that violence could happened everyone and every where, lead anxiety. To midnivers that hose could happened to their children. Research has shown there are criminality news affetion to the nidwivers anxiety about childhood violence. As frequent they watch the more anxions they feel about their children. Kata Kunci: Tayangan Berita Kriminal Di Televisi, Kecemasan Ibu Rumah Tangga, Tindak Kejahatan Pada Anak. Perkembangan dunia hiburan dan informasi saat ini telah mengalami kemajuan pesat. Kemampuan ini berjalan seiring dengan berkembangnya dunia pertelevisian sebagai media penyampai pesan. Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai salah satu media massa memiliki fungsi komunikasi massa yaitu mendidik, memberi informasi dan menghibur serta mempengaruhi penonton melalui tayangannya. Karakteristik televisi yang berbeda dengan media lain adalah dalam penyampaian pesannya dilengkapi gambar dan suara sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas dan karena kelebihannya televisi menjadi semakin kuat mempengaruhi masyarakat sebagai pemirsa.1

Munculnya stasiun-stasiun televisi lokal maupun nasional membuktikan bahwa stasiun televisi semakin berlombalomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan dan informasi. Untuk dapat menarik perhatian pemirsa, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Dalam mewujudkan salah satu fungsi komunikasi massa yaitu memberikan informasi maka stasiun televisi menayangkan program berita. Salah satu berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi pemirsa atau penonton adalah berita mengenai bencana (disaster) dan kriminal (crime) (Muda, 2003). Topik ini menjadi sangat penting karena menyangkut tentang keselamatan manusia. Dalam pendekatan psikologi menurut A. Maslow, keselamatan

menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar manusia (basic needs). Tak pelak tayangan berita kriminal kini menjadi menu wajib yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Saat ini hampir di semua stasiun televisi swasta terdapat tayangan berita kriminal diantaranya Patroli dan Jejak Kasus, Buser dan SIGI, Sidik, TKP dan Sergap serta masih banyak tayangan berita kriminal lainnya dan sebagian besar diantaranya ditayangkan setiap hari secara rutin (daily news). Beberapa contoh kasus tindak kriminal yang ditayangkan oleh stasiun televisi adalah perampokan, penyiksaan dan pembunuhan anggota keluarga, mutilasi, pemerkosaan dan pelecehan seksual. Tak dapat dipungkiri tayangan berita kriminal ini mengundang kecemasan pada masyarakat. Perse mengatakan efek dominan dari tayangan kekerasan di televisi pada individu adalah pada kognitif (meyakini tentang realitas sosial) dan afektif (takut akan kejahatan) (Hadi, 2007). Tayangan televisi tentang tindak kriminal ini kemudian menimbulkan adanya kecemasan pada individu-individu. Kecemasan memiliki definisi respon subyektif individu terhadap situasi, ancaman atau stimulus eksternal (Yuliandri, 2000). Kecemasan ini berada pada tingkat kognitif dan afektif serta dapat berkembang mempengaruhi konasi individu. Kecemasan yang timbul akibat sering melihat tayangan berita kriminal ini menimbulkan kecemasan pada semua golongan tak terkecuali golongan ibu-ibu rumah tangga terutama yang memiliki anak-anak yang rentan mengalami tindak kejahatan. Seperti kita ketahui banyaknya berita mengenai tindak kejahatan terhadap anak-anak yang akhir-akhir ini terjadi seperti banyaknya kasus penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap anak-anak membuat ibu-ibu rumah tangga merasa risau akan keselamatan anak-anak mereka dan kerisauan ini juga melanda pada ibu-ibu rumah tangga di RW 062

Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang. Bila sedang berkumpul para ibu rumah tangga ditempat ini sering membicarakan tentang fenomenafenomena tindak kriminal yang mereka saksikan di televisi dan sebagian besar mengungkapkan ketakutan mereka bahwa tindak kriminal terjadi pada keluarga khususnya anak-anak mereka. Ibu-ibu rumah tangga umumnya banyak menghabiskan waktu di rumah dan biasanya waktu senggang mereka habiskan dengan menyaksikan acara di televisi sebagai sarana hiburan di rumah dan mau tidak mau akhirnya menyaksikan acara berita kriminal yang memang banyak ditayangkan oleh stasiun televisi pada siang hari waktu dimana banyak orangorang beristirahat sejenak dari aktivitas mereka. Tayangan berita khususnya berita kriminal dipercaya menggambarkan kenyataan dan terlihat adanya ketertarikan masyarakat pada hal yang menginformasikan tindakan kriminal dalam kehidupan nyata dan baik disadari atau tidak mempengaruhi kehidupan dan sikap masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas timbul permasalahan, Apakah ada pengaruh tayangan berita kriminal di televise terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06, kelurahan Polehan, kecamatan Blimbing, kota Malang?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06, kelurahan Polehan, kecamatan Blimbing, kota Malang. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat di bidang psikologi untuk menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian mengenai efek dari media televisi sebagai media massa terutama tayangan

berita kriminal di televisi yang mempengaruhi pemirsa. 2. Bagi masyarakat pada umumnya dan ibu rumah tangga pada khususnya, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan informasi mengenai efek tayangan berita di televisi sehingga dapat menyikapi tayangan berita kriminal dengan lebih bijaksana. Menurut Mappiare (2003) ada tiga konsep tentang peranan ibu rumah tangga, yaitu: 1. Konsep tradisional Menurut konsep tradisional, ibu rumah tangga adalah wanita yang mempersembahkan waktunya untuk memelihara dan melatih anak-anak, mengasuh anak menurut pola-pola yang dibenarkan masyarakat sekitarnya. Sebagai orang tua yang mempunyai kuasa penuh, wanita melayani keperluan suami dan anak-anak di rumah. Wanita yang dapat berperan melayani keperluan keluarga di rumah sangat terpuji. Pendek kata, pekerjaan yang disebut feminim yang jika dikerjakan sepenuhnya oleh ibu rumah tangga di rumah akan mendatangkan penilaian baik bagi mereka. 2. Konsep menurut perkembangan jaman Konsep menurut perkembangan ini meletakkan penekanan pada adanya kesamaan status bagi orang tua dan status anakpun hampir mempunyai kesamaan dengan status kedua orang tuanya. Bagi wanita, menurut konsep ini, mempunyai tugas sendiri dalam membangkitkan potensi-potensi mereka. Mereka yang lebih suka menggunakan kemampuannya untuk mengembangkan kemampuankemampuan orang lain atau wanita lainnya. Dirumah mereka punya peranan yang sama rata dengan suami mereka. Disepakati oleh banyak ahli bahwa para wanita yang menganut konsep ini, tidaklah merasa bersalah jika meninggalkan rumah, baik untuk kegiatan yang mendayagunakan kemampuannya maupun dalam3

mengikuti latihan keterampilan yang dapat mendatangkan kepuasan baginya. Tidak pula mereka merasa berdosa jika pekerjaan rumahnya (termasuk mengasuh anak-anak) dilimpahkan pada orang lain (misalnya pembantu) manakala mereka tidak dirumah. Ibu rumah tangga menurut konsep ini, mengutamakan membimbing anak sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri, kalau ibu memiliki kebebasan sebagai individu maka anak juga mempunyai kebebasan itu. 3. Konsep Moderat Menurut konsep ini peranan wanita bukan ekstrim tradisional dan tidak pula terlalu mengikuti konsep yang ekstrim menurut perkembangan. Konsep moderat juga mengakui individualitas seseorang yang mempunyai hak untuk bekerja di luar rumah, akan tetapi peranan dan tugas pokoknya tetaplah berpegang kepada nilai luhur naluri kewanitaan. Wanita yang demikian itu, akan merasa bersalah dan mungkin merasa berdosa, jika terpaksa mengabaikan pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya karena mereka merasa bertanggung jawab penuh. Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada, terlepas dari media, begitu juga dengan ibu rumah tangga selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ibu rumah tangga juga berusaha memenuhi kebutuhan baik berupa informasi, pendidikan, pengetahuan dan hiburan melalui media massa khususnya televisi. Ibu rumah tangga adalah satu khalayak yang merupakan sasaran media televisi dan merupakan target acara seperti berita, sinetron, iklan dan acara lainnya. Dikarenakan ibu rumah tangga dianggap sebagai khalayak yang memiliki waktu luang yang banyak, terutama ibu rumah tangga yang murni tidak bekerja. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang

ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir dan bingung (Atkinson, 2001). Ketika mengalami kecemasan, tubuh akan bereaksi dan akan mengatur rasa cemas yang timbul. Pikiran kita mempercayai akan ada bahaya yang akan terjadi dan perasaan ini akan memproduksi hormonhormon dan mempersiapkan tubuh untuk mengalami bahaya atau kejahatan. Tubuh dan pikiran kita akan bereaksi sama seperti ketika kita menghadapi bahaya sesungguhnya, misalnya perampokan di jalanan atau mendengar cerita tentang peristiwa kejahatan saat mengantri di sebuah supermarket. McPhail (2004) mengemukakan beberapa reaksi kecemasan yaitu: 1. Timbulnya gangguan fisik. Seperti, jantung berdebar-debar, berkeringat, otot-otot menegang, keringnya kerongkongan, gemetar, merasa sakit dan pusing atau pening. 2. Sulit berkonsentrasi. 3. Merasa khawatir akan ingatan-ingatan yang tidak menyenangkan muncul dalam pikiran. 4. Ketakutan yang hebat pada situasi tertentu dan berusaha menghindari situasi tertentu. Misalnya, saat berbicara pada orang yang tak dikenal atau saat berjalan dijalanan. 5. Serangan panik yang datang dengan tiba-tiba. 6. Gangguan tidur yang disertai dengan mimpi yang tidak menyenangkan dan mimpi buruk. Ibu rumah tangga yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarga terutama ibu rumah tangga dengan konsep seperti yang diungkapkan oleh Mappiare diatas tentu akan merasa cemas dengan keadaan anak-anak mereka terutama saat anak-anak tidak dapat sepenuhnya dapat diawasi misalnya pada saat mereka sekolah atau bermain, dimana saat-saat seperti ini maka anak-anak rawan menjadi korban tindak kejahatan. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media4

massa sering dibedakan menjadi media bentuk tampak (visual), media bentuk dengar (audio) dan media massa bentuk gabungan tampak dengan (audio visual). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak penerima dengan menggunakan alat-alat komnuikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi. (Mulyana, 2001). Ditinjau dari stimulasi indera, televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat (audio-visual). Deddy Iskandar Muda (2003) mengungkapkan bahwa: Untuk medium televisi, informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui membaca. Hal tersebut disebabkan karena gambar / visualisasi bergerak yang berfungsi sebagai tambahan dan dukungan informasi penulisan narasi penyiar atau reporter memiliki kemampuan untuk memperkuat daya ingat manusia dan memanggilnya (recall) kembali. Alasan tersebut juga diperkuat karena informasi yang disampaikan melalui media televisi, diterima dengan dua indera sekaligus secara bersamaan yaitu melalui indera pendengaran (audio) dan indera penglihatan (visual). Jadi dalam waktu bersamaan penonton atau pemirsa televisi dirangsang kedua inderanya ketika mereka menonton siaran televisi. Karena itulah daya ingatan yang mengendap di dalam ingatannya akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan membaca atau mendengar saja. Kriminalitas berasal dari kata crime yang berarti kejahatan. Disebut kriminalitas karena menunjukkan suatu perbuatan atau tingkah laku kejahatan dimana kejahatan sendiri merupakan perbuatan yang antisosial dan bertentangan dengan norma-norma sosial yang dapat menimbulkan keresahan. Maka kriminalitas dapat diartikan sebagai perbuatan yang dapat mengakibatkan

timbulnya masalah-masalah dan keresahan bagi kehidupan masyarakat. (Abdulsyani, 2000). Tindakan kriminal tidak memilihmilih sasaran, sehingga siapapun dapat menjadi korban, saksi maupun menjadi pelaku dari tindakan kriminal itu sendiri. Tayangan kekerasan di televisi berpotensi memunculkan efek terhadap kecemasan khalayak khususnya tayangan berita kriminal. Perilaku individu mengandung tiga ranah utama : kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (tindakan). Tayangan berita kriminal memberikan dampak yang besar bagi pemirsanya.. Seringnya menonton tayangan kriminal di televisi membuat orang beranggapan bahwa dunia ini tempat yang tidak aman. Tindakan kriminal yang dilihat pemirsa di televisi dapat menanamkan ketakutan sosial yang menjawab dugaan tentang orang yang dapat dipercaya atau keamanan keadaan sekitarnya. Efek tayangan berita di televisi tidak terlepas dari fungsi televisi sebagai salah satu alat komunikasi massa sehingga bisa dikatakan efek tayangan berita ini sebagai efek komunikasi massa. Steven M. Chaffee menyebutkan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat efek komunikasi massa adalah dengan melihat jenis perubahan khalayak komunikasi massa sebagai penerima informasi yang berupa perubahan sikap atau perasaan dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral (Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999). 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan atau pemirsa yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Menurut McLuhan (Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999)5

media massa adalah alat perpanjangan indera kita. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bisa dan tidak cermat. Efek kognitif tayangan kriminal berhubungan dengan penilaian khalayak mengenai realitas yang ditampilkan televisi dengan realitas sebenarnya. 2. Efek Afektif Tayangan kriminal dan kekerasan di televisi, telah lama menimbulkan kegelisahan. Menurut penelitian, khalayak yang telah menonton tayangan kekerasan di televisi mengalami susah tidur, karena terbayang peristiwa tersebut bahkan ada yang sampai terbawa dalam mimpi. Fenomena tersebut menggambarkan meningkatnya kecemasan pada diri seseorang sesudah menonton tayangan kekerasan (Rahmat, 2004). Efek afektif yang dirasakan khalayak pemirsa mengenai tayangan kriminal di televisi adalah khalayak pemirsa menjadi tahu dan setelah menerima informasi maka pemirsa diharapkan dapat merasakan peristiwa yang disiarkan. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul dalam diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Khalayak cenderung melakukan tindakantindakan preventif untuk menghindari tindak kriminal atau kejahatan terjadi pada diri dan keluarganya. Berita kriminal yang disiarkan televisi seperti berita perampasan,

pembunuhan atau pemerkosaan tak jarang disiarkan secara vulgar, langkah demi langkah rekonstruksi kadang dipaparkan secara gamblang. Sehingga maksud pemberian informasi kepada masyarakat berkembang menjadi isu yang mencemaskan. Tinggi rendahnya Fear of crime, menurut penelitian James Garofalo dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain (Prabowo, 2005). a) Tingkat konsumsi media Tingkat konsumsi media dapat dilihat dari berapa lama atau seberapa sering menonton atau mengkonsumsi media dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah televisi. b) Pengalaman individu Pengalaman individu berarti apakah pernah berhubungan langsung dengan tindak kriminal atau kekerasan. Entah mengalaminya sendiri atau menjadi saksi peristiwa kriminal atau kekerasan. c) Interaksi Individu Bagaimana interaksi individu yang satu dengan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Saat berinteraksi dengan individu lainnya, adakah perselisihan atau pertikaian yang terjadi. Tayangan kekerasan di televisi berpotensi memunculkan efek terhadap kecemasan khalayak khususnya tayangan berita kriminal. Perilaku individu mengandung tiga ranah utama : kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (tindakan). Oleh karena itu, efek tayangan siaran berita kriminal di televisi dapat dirinci sebagai pengaruh yang diberikan kepada khalayak melalui isi berita kriminal di televisi. Efek kognitif berhubungan dengan persepsi khalayak pemirsa terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis khalayak akan tindak kejahatan dan penilaian khalayak terhadap realitas. Efek afektif berkaitan dengan perasaan khalayak sesudah menonton tayangan kekerasan meliputi rasa takut dan curiga. Efek konatif berhubungan dengan reaksi individu saat dirasa terjadi tindakan6

kriminal atau kejahatan. Efek berita kriminal di televisi juga tergantung pada penerimaan khalayak pada berita kriminal yang berkaitan dengan jenis berita kriminal, frekuensi dan durasi menonton sesuai dengan peran media massa dalam memberikan pengaruh pada pemirsanya adalah berdasarkan jenis berita, frekuensi menonton dan durasi menonton (Vera, 2002). Seperti dijelaskan sebelumnya bahwasannya ibu rumah tangga selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga terutama merawat dan menjaga anak-anak, ibu rumah tangga juga berusaha memenuhi kebutuhan baik berupa informasi, pendidikan, pengetahuan dan hiburan melalui media massa khususnya televisi. Ibu rumah tangga adalah satu khalayak yang merupakan sasaran media televisi dan merupakan target acara seperti berita, sinetron, iklan dan acara lainnya. Dikarenakan ibu rumah tangga dianggap sebagai khalayak yang memiliki waktu luang yang banyak, terutama ibu rumah tangga yang murni tidak bekerja. Salah satu tayangan berita yang kerap disaksikan oleh ibu rumah tangga adalah tayangan berita kriminal dan fenomena yang saat ini kerap mengisi tayangan berita kriminal adalah kejahatan terhadap anak seperti penculikan, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap anak. Setelah menonton tayangan berita kriminal tersebut maka akan muncul kecemasan pada diri ibu rumah tangga akan keselamatan anak-anak mereka khususnya yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekolah dasar dimana ada saat anak-anak tidak dapat sepenuhnya diawasi misalnya pada saat mereka sekolah atau bermain, dan saatsaat seperti ini maka anak-anak rawan menjadi korban tindak kejahatan, seperti yang banyak diberitakan dalam tayangan berita kriminal yaitu tindakan kriminal atau kejahatan pada anak sering terjadi saat anak-anak lepas dari pengawasan orang tua.

Berdasarkan teori-teori diatas maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut: ada pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang. METODE Subyek penelitian ini adalah ibu rumah tangga di lingkungan RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling yaitu dilakukan dengan cara dipilih berdasarkan kriteria ibu rumah tangga yang mempunyai anak yang duduk di bangku TK sampai dengan kelas 6 SD berjumlah 182 orang dan diambil secara acak 100 orang dari nomor urut 1 sampai dengan 100 sebagai sampel dan 60 orang dari nomor urut 101 sampai 161 untuk try out. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir dan bingung Penyusunan skala kecemasan ibu rumah tangga dan skala tayangan berita kriminal di televisi memakai skala Guttman, yaitu metode berupa daftar yang berisikan pernyataan-pernyataan yang harus dipilih berdasarkan dengan keadaan diri yang sebenarnya. Skala yang dibuat adalah skala tertutup, yakni menyediakan jawaban Ya dan Tidak (Hasan ,M.Iqbal, 2002). Terdiri dari item atau pernyataan yang favourable yaitu item yang mendukung variabel skala kecemasan dan item atau pernyataan yang unfavourable yaitu item yang tidak mendukung variabel skala kecemasan. Untuk setiap pernyataan subyek akan diberi nilai sesuai dengan skor skala kecemasan dengan kategori jawaban sebagai berikut. Tabel 1 Skoring Skala Kecemasan Item Nilai Item Favourable Unfavourable7

Ya Tidak

1 0

Tidak Ya

Penyusunan skala kecemasan ibu rumah tangga terhadap tindak kekerasan pada anak didasarkan pada aspek-aspek mengenai efek tayangan berita di televisi yang diungkapkan oleh Steven M. Chaffee (Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999), dengan aspek-aspek sebagai berikut. 2. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan atau pemirsa yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Efek kognitif tayangan kriminal berhubungan dengan penilaian khalayak mengenai realitas yang ditampilkan televisi dengan realitas sebenarnya. 2. Efek Afektif Tayangan kriminal dan kekerasan di televisi, telah lama menimbulkan kegelisahan. Menurut penelitian, khalayak yang telah menonton tayangan kekerasan di televisi mengalami susah tidur, karena terbayang peristiwa tersebut bahkan ada yang sampai terbawa dalam mimpi. Efek afektif yang dirasakan khalayak pemirsa mengenai tayangan kriminal di televisi adalah khalayak pemirsa menjadi tahu dan setelah menerima informasi maka pemirsa diharapkan dapat merasakan peristiwa yang disiarkan.

3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul dalam diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Khalayak cenderung melakukan tindakantindakan preventif untuk menghindari tindak kriminal atau kejahatan terjadi pada diri dan keluarganya. Berdasarkan tiga aspek diatas maka dibuatlah Blue print skala kecemasan seperti pada tabel 2. Tabel 2 Blue Print Skala Kecemasan N Aspek Favourab Unfavour Jum o. le able lah 1 Efek 1,7,13,19, 3,9,15,21, 12 Kogni 25,31 27,33 tif 2 Efek 2,8,14,20, 5,11,17,2 12 Afekti 26,32 3,29,35 f 3 Efek 4,10,16,2 6,12,18,2 12 Behav 2,28,34 4,30,36 ioral Jumlah 18 18 36 Penelitian ini menggunakan cara try out terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Try out merupakan cara yang digunakan untuk menguji coba kualitas alat tes berupa itemitem yang telah dibuat pada tempat yang memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian sebelum menguji pada tempat penelitian sesungguhnya. Selain itu juga untuk melakukan perbaikanperbaikan item soal yang berkualitas rendah. Adapun prosesnya yaitu menggunakan ibu rumah tangga yang memiliki anak yang duduk di TK sampai kelas 6 SD di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang yang berjumlah 60 orang. Untuk menghitung validitas butir skala kecemasan digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), program analisis kesahihan butir edisi Sutrisno Hadi dan Yuni8

Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada Yogyakarta Versi IBM/IN. Setelah dilakukan uji validitas terhadap 36 item terdapat 31 item yang dinyatakan sahih dan 5 item yang dinyatakan gugur (8,10,26,30,36), dimana item yang sahih memiliki nilai rbt yang berkisar antara 0,173 sampai 0,535. Hasil perhitungan validitas diperoleh 31 item yang valid, sehingga dibuat blue print skala kecemasan yang baru seperti terlihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Blue Print Skala Kecemasan Hasil Try Out No. Aspe Favoura Unfavour Ju k ble able mla h 1 Efek 1,7,13,1 3,9,15,21 12 Kogni 9,25,31 ,27,33 tif 2 Efek 2,14,20, 5,11,17,2 10 Afekt 32 3,29,35 if 3 Efek 4,16,22, 6,12,18,2 9 Beha 28,34 4 vioral Ju 15 16 31 mla h Pengukuran reliabilitas atau keandalan alat ukur menggunakan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS2000) Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Universitas Gajah Mada Yogyakarta Versi IBM/IN dengan menggunakan uji keandalan teknik Hoyt. Uji reliabilitas hanya dilakukan pada itemitem yang sahih saja. Hasil uji reliabilitas selengkapnya disajikan dalam tabel 4 berikut. Tabel 4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Skala Kecemasan No. Aspek r tt p Statu s 1 Efek 0,586 0,000 Anda Kognitif l

Efek 0,653 0,000 Anda Afektif l 3 Efek 0,651 0,000 Anda Behavioral l Hasil uji reliabilitas 3 aspek skala kecemasan dinyatakan sangat signifikan dengan p = 0,000, dimana nilai rtt bergerak antara 0,586 sampai 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa skala kecemasan reliabel atau andal untuk digunakan dalam penelitian ini. Penyusunan skala tayangan berita kriminal memakai skala Guttman, yaitu metode berupa daftar yang berisikan pernyataan-pernyataan yang harus dipilih berdasarkan dengan keadaan diri yang sebenarnya. Skala yang dibuat adalah skala tertutup, yakni menyediakan jawaban Ya dan Tidak (Hasan , M.Iqbal, 2002). Terdiri dari item atau pernyataan yang favourable yaitu item yang mendukung variabel skala kecemasan dan item atau pernyataan unfavourable yaitu item yang tidak mendukung variabel skala kecemasan. Untuk setiap pernyataan subyek akan diberi nilai sesuai dengan skor skala kecemasan dengan kategori jawaban sebagai berikut. Tabel 5 Skoring Skala Tayangan Berita Kriminal Item Nilai Item Favourable Unfavourable Ya 1 Tidak Tidak 0 Ya Penyusunan skala tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan pendapat Vera (2002) yang membagi peran media massa dalam memberikan pengaruh kepada pemirsa, terdiri dari 3 aspek yaitu: 1) Jenis berita kriminal 2) Frekuensi menonton 3) Durasi menonton Berdasarkan 3 aspek diatas maka dibuatlah Blue print skala tayangan berita kriminal seperti pada tabel 6. Tabel 69

2

Blue Print Skala Tayangan Berita Kriminal N Aspek Favoura Unfavour Jum o. ble able lah 1 Jenis 1,4,10,1 12,16,22, 10 berita 9,25 26,28 krimin al 2 Freku 7,13,17, 2,8,14,15, 10 ensi 23,29 20 meno nton 3 Durasi 5,6,18,2 3,9,11,21, 10 meno 4,30 27 nton Jumlah 15 15 30 Try Out Skala Tayangan Berita Kriminal Dalam penelitian ini menggunakan cara try out terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Try out merupakan cara yang digunakan untuk menguji coba kualitas alat tes berupa item-item yang telah dibuat pada tempat yang memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian sebelum menguji pada tempat penelitian sesungguhnya. Selain itu juga untuk melakukan perbaikan-perbaikan item soal yang berkualitas rendah. Adapun prosesnya yaitu menggunakan ibu rumah tangga yang memiliki anak yang duduk di TK sampai kelas 6 SD berjumlah 60 orang di lingkungan RW 06 Kelurahan Polehan. Validitas Butir Skala Tayangan Berita Kriminal Untuk menghitung validitas butir skala tayangan berita kriminal digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), program analisis kesahihan butir edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada Yogyakarta Versi IBM/IN. Setelah dilakukan uji validitas terhadap 30 item terdapat 20 item yang dinyatakan sahih dan 10 item yang dinyatakan gugur (4,5,9,16,17,18,20,24,26,27), dimana item

yang sahih memiliki nilai rbt yang berkisar antara 0,171 sampai 0,657. Hasil perhitugan validitas diperoleh 20 item yang valid, sehingga dibuat blue print skala tayangan berita kriminal yang baru seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 7 Blue Print Skala Tayangan Berita Kriminal Hasil Try Out Aspek Favour Unfavour Juml able able ah Jenis 1,10,19, 12,22,28 7 berita 25 krimin al Frekue 7,13,23, 2,8,14,15 8 nsi 29 menon ton Durasi 6,30 3,11,21 5 menon ton 10 10 20

N o. 1

signifikan dengan p = 0,000, dimana nilai rtt bergerak antara 0,553 sampai 0,604. Hal ini menunjukkan bahwa skala tayangan berita kriminal reliabel atau andal untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan rumus analisis regresi dengan bantuan komputasi versi IBM/IN Seri Program Statistik (SPS-2000) Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih. Selanjutnya untuk menganalisis data dari variabel bebas dan variabel terikat dalam mencari korelasi antara kedua variabel tersebut menggunakan prosedur. 1. Mentabulasikan nilai variabel bebas dan variabel terikat dalam tabel komputasi. Tabel 9 Tabel Komputasi X Y X Y X1 Y1 X1 Y1 X2 Y2 X2 Y2 Xn Yn X Y

2

3

Subyek 1 2 N

XY XY1 XY2 XY

Pengukuran reliabilitas atau keandalan alat ukur menggunakan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS2000) Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Universitas Gajah Mada Yogyakarta Versi IBM/IN dengan menggunakan uji keandalan teknik Hoyt. Hasil uji Reliabilitas selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 8 Hasil perhitungan reliabilitas skala Tayangan Berita Kriminal No. Aspek Rtt p Status 1 Jenis 0,604 0,000 Andal berita kriminal 2 Frekuensi 0,598 0,000 Andal menonton 3 Durasi 0,553 0,000 Andal menonton Hasil uji tayangan berita reliabilitas 3 aspek kriminal dinyatakan10

Keterangan: N = Jumlah subyek X = Tayangan berita kriminal Y = Kecemasan ibu rumah tangga 2. Mencari koefisien korelasi dengan menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut. rxy= N xy (x)(y)

Keterangan: rxy = koefisien korelasi N = Jumlah sampel yang digunakan x = Jumlah skor item y = Jumlah skor total xy = Jumlah perkalian skor item dan skor total x2 = Jumlah kuadrat skor y2 = Jumlah kuadrat skor total

3. Apabila ada korelasi antara x dan y, maka analisis dengan analisis regresi yaitu membuat persamaan garis regresi datu prediktor dengan rumus sebagai berikut. Y = a.X + K Keterangan: Y = Kriterium a = Harga koefisien alternatif P = Prediktor K = Harga bilangan konstan Harga a dan K dapat dicari melalui metode skor kasar dari persamaan: 1. XY = a. x + K. X 2. X = a. X + NK 4. Membuat regesi: tabel ringkasan analisis

- Bila Fhitung Ftabel 1%, maka hipotesis alternatif diterima karena variabel X mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan variabel Y. (Hadi,2001) HASIL Mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, menggunakan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000) Analisis regresi, edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta Indonesia versi IBM/IN. Tabel 11 Koefisien Beta dan Korelasi Parsial Model Penuh X Beta () SB () rT p parsi al 0 17,9121 40 1 0,49244 0,1104 0,41 4,46 0,00 2 08 1 0 0 p = dua-ekor Galat Baku Est. = 5,194 Korelasi r = 0,411 Korelasi r sesuaian = 0,421

Tabel 10 Tabel Analisis Regresi Sumb er Varia n Reges i ( reg ) Resid u ( res ) Total D b Jk Rk F reg

1 N -2 N -1 Y2-a. XYK. Y Y2 (Y)2--------------N

Tabel 12 Rangkuman Analisis Regresi Sum JK d RK F R ber b Vari asi Regr 536,6 1 536, 19,8 0,1 esi 29 629 93 69 Resi 2,643, 9 26,9 --du 562 8 75 Tota 3,180, 9 ---l 192 9

-

-

p

5. Membuat kesimpulan atas hasil analisis Adapun pengujian hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengujian hipotesis sebagai berikut. - Bila Fhitung < Ftabel 5%, maka hipotesis alternatif ditolak karena variabel X tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel Y. - Bila Ftabel 5% Fhitung < Ftabel 1%, maka hipotesis alternatif diterima karena variabel X mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel Y.11

0,0 00 ---

Hasil uji analisa regresi diperoleh F reg = 19,893 dengan p = 0,000 dinyatakan sangat signifikan, artinya ada pengaruh tayangan berita kriminal di televisi (X) dengan kecemasan (Y) ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06

Kelurahan Polehan. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi : ada pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang diterima pada taraf kepercayaan 99%. Korelasi sebesar 0,411 menunjukkan arah positif, yang berarti semakin sering para ibu rumah tangga menonton tayangan berita kriminal, semakin tinggi tingkat kecemasan akan tindak kejahatan pada anak-anak mereka, demikian pula sebaliknya semakin jarang para ibu menonton tayangan berita kriminal, semakin rendah pula tingkat kecemasan akan tindak kejahatan pada anak mereka. Koefisien determinan (R) sebesar 0,169 berarti tayangan berita kriminal di televisi memberikan sumbangan terhadap kecemasan sebesar 16,9 % dan sisanya 83,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dari tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang. Hal ini membuktikan bahwa tayangan berita kriminal di televisi sangat mempengaruhi kecemasan ibu rumah tangga terhadap keselamatan anak-anak mereka. Dengan adanya tayangan berita kriminal yang ditayangkan di televisi dan menjadi teman yang setia dalam melewatkan kegiatan sehari-hari, berita kriminal membawa ingatan yang menimbulkan kecemasan akan tindak kriminal yang dapat terjadi pada setiap orang. Seperti dikemukakan oleh James Gorofalo bahwa tinggi rendahnya fear of crime dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah tingkat konsumsi media. Tingkat konsumsi media dapat dilihat dari berapa lama atau seberapa12

sering menonton atau mengkonsumsi media dalam hal ini televisi (Prabowo, 2005). Ibu rumah tangga sesuai dengan perannya banyak menghabiskan waktu dirumah untuk mengurus rumah tangga seperti merawat dan menjaga anak-anak dan pada umumnya saat senggang mereka cenderung mencari hiburan dengan menonton televisi. Hurlock menyatakan bahwa perempuan memiliki kecenderungan untuk menikmati hiburan dengan menonton televisi dirumah (Hurlock, 2004). Saat-saat dimana para ibu rumah tangga memiliki waktu senggang dan menonton siaran televisi ini biasanya bertepatan juga dengan stasiun-stasiun televisi menayangkan berita kriminal, maka mau tidak mau para ibu rumah tangga menyaksikan tayangan tersebut dan bahkan beberapa dapat menjadikannya sebagai acara favorit. Tayangan berita kriminal saat ini banyak diwarnai dengan tindak kekerasan terhadap anak-anak. Setelah menonton tayangan berita kriminal utamanya mengenai tindak kekerasan terhadap anak, maka para ibu rumah tangga akan berpikir bahwa tindak kekerasan dapat terjadi pada siapapun dan dimanapun, tak ayal menimbulkan kecemasan pada ibu-ibu rumah tangga bahwa kekerasan terhadap anak-anak dapat pula terjadi pada anakanak mereka. Tayangan berita kriminal di televisi memberikan pengaruh terhadap kecemasan individu, namun disamping itu kecemasan akan tindak kejahatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti pengalaman individu yang mungkin pernah berhubungan langsung dengan tindak kriminal atau kekerasan. Entah mengalaminya sendiri atau menjadi saksi peristiwa kriminal yang mengakibatkan trauma sehingga setelah menyaksikan tayangan berita kriminal maka ingataningatan mengenai tindak kriminal atau kejahatan yang pernah dialami muncul kembali dan menyebabkan timbul

kecemasan bahwa tindak kriminal itu dapat terjadi lagi. Interaksi individu yang satu dengan lainnya dalam kehidupan sehari-hari juga berperan dalam timbulnya kecemasan akan terjadinya tindak kriminal atau kekerasan seperti saat berbincangbincang dan mendengar kabar tentang adanya kejadian kriminal dari orang lain sehingga individu merasa cemas karena menganggap bahwa kejahatan dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Disamping itu media massa selain televisi seperti koran, radio maupun internet juga banyak memberikan informasi mengenai tindakan kriminal atau kejahatan. Semakin beragam media yang tersedia dan mudahnya akses bagi media-media tersebut maka informasi yang diperoleh mengenai kriminalitas yang terjadi semakin banyak dan hal ini diperparah oleh para wartawan yang sering melebih-lebihkan berita tentang kejadian yang sebenarnya tidak terlalu penting namun dibesar-besarkan sehingga tampak seperti berita yang heboh serta meresahkan masyarakat, hal ini juga mempengaruhi meningkatnya kecemasan individu. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kecemasan ibu rumah tangga akan tindak kejahatan pada anak di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang, dimana semakin tinggi intensitas ibu rumah tangga menyaksikan tayangan berita kriminal maka semakin tinggi pula kecemasan ibu rumah tangga tersebut akan tindak kekerasan yang terjadi pada anak dan sebaliknya semakin rendah intensitas ibu rumah tangga menyaksikan tayangan berita kriminal maka semakin rendah pula kecemasan ibu rumah tangga tersebut akan tindak kejahatan pada anak. Tayangan berita kriminal mempengaruhi kecemasan ibu rumah tangga sebesar 16,9 % dan selebihnya 83,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti misalnya pengalaman individu akan13

tindak kriminal, interaksi individu serta informasi yang diperoleh melalui media massa selain televisi seperti koran, radio dan internet. REKOMENDASI 1. Hendaknya para ibu rumah tangga tidak terlalu terpengaruh dengan tayangan berita kriminal yang disaksikan namun juga tetap harus waspada terhadap lingkungan sekitarnya dengan memantau kegiatan anak diluar rumah. 2. Sebaiknya para ibu rumah tangga mengurangi intensitas menonton televisi khususnya tayangan berita kriminal dan mencari kesibukan lain yang positif dan berguna diantaranya mengikuti kegiatan-kegiatan rutin di lingkungan masing-masing seperti PKK serta penyuluhan-penyuluhan. Untuk Ketua RW a. Hendaknya ketua RW menghimbau warganya untuk aktif berpartisipasi menjaga lingkungan dengan menggalakkan siskamling. b. Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti kepolisian dan kelurahan mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai keamanan lingkungan. Untuk Stasiun Televisi a. Hendaknya stasiun-stasiun televisi lebih memperhatikan lagi penayangan berita kriminal dengan tidak menayangkan tindakan kriminal secara vulgar yang bisa berdampak buruk bagi masyarakat. b. Hendaknya stasiun-stasiun televisi membatasi frekuensi penayangan berita kriminal dengan mempertimbangkan khalayak pemirsa adalah dari berbagai tingkat usia maupun golongan. Untuk Peneliti Selanjutnya a. Mengadakan penelitian menggunakan faktor-faktor penyebab kecemasan lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini seperti faktor pengalaman individu, interaksi individu serta peran media massa lain seperti koran, radio dan internet.

b. Penelitian ini dilakukan pada lingkup yang masih sempit yaitu pada tingkat RW saja sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dilakukan dengan lingkup yang lebih luas misalnya pada tingkat kelurahan maupun kota. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R.L., Atkinson R.C. (1993) Introduction to Psychology. New York: Harcourt Brace Jovanovich. Hadi, Ido Priana. (2007). Cultivation Theory, sebuah perspektif teoritik dalam analisis televisi. Jurnal Ilmiah Scriptura. l(1), 1-13. Hadi, Sutrisno. (2001). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi. Hasan , M.Iqbal. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Erlangga Hurlock. Elisabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Komala, Sumirat dan Karlinah, Siti. (1999). Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka. Mappiare, Andi. (2003). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional McPhail, Catherine. (2004). Understanding Anxiety and Panic Attack. http://www.dundee.ac.uk/consellin g/leaflets/anxiety.htm Diakses pada 12 April 2010 Muda, Dedi Iskandar. (2003). Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nargis, Nila. (2008). Menyikapi Tayangan Kekerasan di Televisi. http://www.wordpress.com/. Diakses pada 12 April 2010. Prabowo, Gunawan Eko dan Emrus. (2005, Januari). Pengaruh tayangan informasi kriminalitas di televisi terhadap tingkat ketakutan ibu rumah tangga pada kejahatan. Jurnal Ilmiah Communique. 1(2), 43-56. Rahmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riadi. (2009). Efek Tayangan Kekerasan Terhadap Masyarakat http://masriadi.multiply.com/journa l/item/13/Peran_Komunikasi_Massa_ Terhadap_Perubahan_Pola_Perilaku_ Masyarakat. Diakses pada 9 Mei 2010 Vera, Nawiroh. (2002). Kekerasan dalam Media Massa; Perspektif Kultivasi. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang. http//:www.jurnal.bw.ac.id. Diakses pada 12 April 2010

Yuliandri, Elly. (2000). Psikologi Klinis. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

14

15

16