pengaturan keseimbangan natrium
TRANSCRIPT
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel.
Yengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron
dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
konsentirasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur
sejumlah air yang diserap ke;mbali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga
mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak
hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan c;airan
tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil meelalui
tinja, keringat dan air mata.
2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal
dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron.
E1ldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan
ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
1) Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2) Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam
kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan
paru, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi
melalui tinja dan keringat.
3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls
kontraksi otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim
pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh
diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium
darah me:nurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang
langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat
ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan
natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia
merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia
merupakan kelebihan klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang
de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.
5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan
intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari
saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Ilipomagnesemia te°.rjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila
hipermagneaemia kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.
6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan
tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
MASALAH KEBUTUHAN ELEKTROLIT
1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari B5 ml;q/h,
mual, muntah, diare sehingga timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat,
hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering. Iliponatremia ini dapat disebabkan oleh
kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi diare yang berkepanjangan.
2. Hipernatremia
Hipernatre;mia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma
tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan ke:merahan, konvulsi,
suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 m h;q/h. Kondisi demikian
dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, peasupan air yang berlebihan sedang asupan
garam sedikit.
3. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan
darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot,
denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma
menurun kurang dari 3,5 mT;q/L.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, pe:nyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian
kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas
sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya
kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma me:ncapai lebih
dari 5 ml;q
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mI/,q/h dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah
yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D sec:ara berlebihan, ditandai de;ngan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot,
batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/h.
7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi,
hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
ml;q/h.
8. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, (Ian kadar magnesium lebih dari 2,5
mI;q/h.
MASALAH KESEIMBANGAN ASAM BASA
1. Asidosis Respiratori
• Asidosis Respiratori ini terjadi karena kegagalan sistem pernafasan dalam membuang
CO2 dari cairan tubuh. Hal ini menimbulkan kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2
arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35
• Penyebab : Penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll)
2. Alkalosis Respiratori
• Alkalosis Respiratori ini terjadi karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada
kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan
PCO2 arteri <35 mmHg, pH >7,45.
• Penyebab : Hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin,
pneumonia dan emboli paru.
3. Asidosis Metabolik
• Asidosis Metabolik ini terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan
basa. pH arteri < 7,35, HCO3 menurun dibawah 22 mEq/L
• Gejala : pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4. Alkalosis Metabolik
• Alkalosis Metabolik ini terjadi karena kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/L dan pH arteri >7,45
• Penyebab : mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO3, antasida, soda kue)
untuk mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung.
• Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram dan pusing.
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh
lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH.
Klasifikasi pH
• pH 7,0 adalah netral
• pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
• pH dibawah 7,0 adalah asam
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa
kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat
kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
lanjut
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting
dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru
mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal
hasil pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45
pO2 80-100 mmHg
pCO2 35-45 mmHg
[HCO3-] 21-25 mmol/L
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis
atau alkalosis.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Penanganannya
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :
1. Konsentrasi ion hidrogen [H+]
2. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
- disebut asidosisBila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun
- alkalosisBila konsentrasi H+ turun, maka pH naik
- Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolik
- Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolic
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolic
4. Alkalosis respiratorik
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari
adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Asidosis Metabolik
Definisi
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan
jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit;
salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan
juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah
yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal
tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau
amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi
atau kolostomi.
Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya
asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual
dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai
contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui
penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah.
Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan
suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa
asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena.
Contoh kasus
1. Yoshiharu Kubo, seorang pemain sepak bola, tiba-tiba terjatuh di lapangan setelah mencetak
gol. Setelah dilakukan analisa gas darah, ditemukan data sebagai berikut :
- pH 7,2 (turun)
- HCO3- 15 mEq/L (turun)
- pCO2 38 mmHg (normal)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -13 (turun)
menunjukkan belum adanya hipoksia. menandakan belum terkompensasinya asidosis. Nilai
pO2 yang normal menandakan proses metabolik sebagai penyebab primernya. Nilai pCO2
masih normal menandakan asidosis. Nilai HCO3- turun Dari data di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa mas Yoshiharu mengalami asidosis metabolik belum terkompensata. Nilai
pH turun
2. Setengah jam kemudian, analisa gas darah mas Yoshiharu adalah sebagai berikut :
- pH 7,28 (turun)
- HCO3- 9 mEq/L (turun)
- pCO2 20 mmHg (turun)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -17 (turun)
menandakan belum terjadi hipoksia. disebut “telah terkompensata”. Nilai pO2 masih normal
Kondisi mas Yoshiharu sekarang adalah asidosis metabolik terkompensata tanpa hipoksia. Nilai
pCO2 telah turun
Asidosis metabolik berat terjadi apabila :
- pH < 7,2
- HCO3- 7,45 dan HCO3- > 28 mEq
Contoh kasus
- pH 7,58 (naik)
- HCO3- 29 mEq/L (naik)
- pO2 100 mEq/L (normal)
- pCO2 38 mEq/L (normal)
- base excess + 6 (naik)
Diagnosisnya adalah alkalosis metabolik tanpa hipoksia
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respratorik terjadi bila ada hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan
kadar CO2 tubuh turun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan
meretensi H+ oleh ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Ingat, bila pH tinggi berarti [H+]
turun.
Gambaran klinis
- Pasien sering menguap
- Napas lebih cepat dan dalam
- Kepala terasa ringan
- Parestesi sekitar mulut serta kesemutan
Penyebab akut dapat berupa stimulasi saraf sentral pada tumor serebri, ensefalitis, dan
intoksikasi. Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis.
Contoh kasus
- pH 7,6 (naik)
- HCO3- 24 mEq/L (normal)
- pO2 65 mEq/L (turun)
- pCO2 25 mEq/L (turun)
- base excess + 4 (naik)
Diagnosisnya adalah alkalosis respiratorik dengan hipoksia.
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. Usia perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga
dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan makanan
yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutiuhan cairan.
4. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi
natrium dan air.
5. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa
meningkat menurun meningkat asidosis respiratorik
menurun menurun menurun asidodsis metabolik
menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik
meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan
hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan.
TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH/GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
1. Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui ifus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan c:ara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantiuan pe°rangkat infus, dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan celektrolit se:rta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/aboath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol 70%.
8. Plester.
9. Gunting
10. Kasa Steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus (cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukkan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infus/ abocath.)
11. Tarik jarum infus dan hubungkan de;ngan sdang infus.
12. Buka tetesan.
13. :akukan desinfe;ksi dengan Betadine dan tutup de:ngan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.
Cara Menghitung Tetesan Infus:
a. Dewasa:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit =
Lamanya infus (jam) x 3
b. Anak:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan per menit (mikro)=
Lamanya infus (jam)
2. Tranfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan c;ara memasukkan darah me;lalui vena dengan menggunakan
seperangkat alat tranfusi. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki
perfusi jaringan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi .
3. NaCl 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas alkohol 70%.
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril.
12. Betadine
13. Sarung tangan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tiangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaCI 0,9% dan perangkat tranfusi dengan cara menusukan.
4. Isi cairan NaCI 0,9% ke dalam perangkat tiranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya.
5. Letakan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/ abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan sdang tranfusi.
12. Buka tetesan.
13. hakukan deainfeksi dengan Be;tadine dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 me:nit ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
16. Darah sebelum dimasukkan terlebih dahulu, cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah, dan tanggal kadaluwarsa.
17. hakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
18. Catat respons terjadi
19. Cuci tangan.