pengelolaan dan pengembangan zakat
TRANSCRIPT
Makalah Revisi Kelompok V
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN ZAKAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah : Manajemen Zakat dan Wakaf
Dosen : Drs. Surya Sukti, MA
Disusun oleh
NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184
RIFDAWATI NIM. 1202120166
SA’ADATUNNISA NIM. 1202120194
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A
TAHUN 1436 H / 2014 M
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara etimologis, zakat adalah berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan
secara terminlologis, zakat adalah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada orang yang berhak, di samping berarti mengeluarkan jumlah
tertentu sendiri. Zakat hukumnya wajib bagi setiap Muslim yang sudah mencapai
nisabnya. Peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan adalah peran yang tidak
bisa dipungkiri keberadaannya, baik dalam kehidupan Muslim maupun dalam
kehidupan lainnya. Khalayak umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan dari
zakat adalah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para fakir miskin,
tanpa mengetahui gambarannya secara gamblang. Kenyataannya, zakat dalam
Islam bukanlah satu-satunya cara untuk dapat mengentaskan kemiskinan. Masih
banyak cara lain yang diupayakan secara individu ataupun pemimpin masyarakat
untuk dapat memenuhi dan menutupi kebutuhan seorang fakir miskin dan
keluarganya hingga tidak terus bergantung pada orang lain.1
Dalam pengupayaan itulah kemudian Negara mengatur perihal pengelolaan
zakat dalam perundang-undangan. Setelah sebelumnya kita telah membahas
mengenai kelembagaan zakat, maka dalam makalah ini kita akan membahas
pengelolaan zakat meliputi gambaran pengelolaan zakat diberbagai Negara, peran
dari Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat serta pengelolaan dan
pengembangan zakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan zakat diberbagai negara?
2. Bagaimana peran BAZ dan LAZ?
3. Bagaimana strategi pengelolaan dan pengembangan zakat?
1 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat: Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2005, h. 29.
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memahami pengelolaan zakat diberbagai negara.
2. Agar mampu memahami peran BAZ dan LAZ.
3. Agar mampu memahami strategi pengelolaan dan pengembangan zakat.
D. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
Pengelolaan dan Pengembangan Zakat.
2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang
mempelajari Manajemen Zakat dan Wakaf.
E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
metode telaah kepustakaan dan telusur internet, yang mana penulis menggunakan
buku-buku dari perpustakaan dan bahan dari internet sebagai bahan referensi
dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam
makalah ini dan penulis menyimpulkannya dalam bentuk makalah.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Zakat Di Berbagai Negara
Di zaman sekarang ini terdapat beberapa negara Islam yang mewajibkan warga
negaranya untuk mengeluarkan zakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan
dan demi menjalankan perintah agama. Negara-negara tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Saudi Arabia
Penerapan zakat di Saudi Arabia yang didasarkan pada perundang-undangan
negara dimulai sejak tahun 1951 M. Sebelum itu, penunaian zakat di Saudi
Arabia tidak diatur oleh perundang-undangan. Penerapan pengelolaan zakat
oleh pemerintah Saudi Arabia berdasarkan pada keputusan Raja (Royal Court)
No. 17/2/28/8634 yang berbunyi:
“Zakat syar’i yang sesuai dengan ketentuan syar’iyah Islamiyah diwajibkan
kepada individu dan perusahaan yang memiliki kewarganegaraan Saudi
Arabia”.
Sebelumnya, terbitnya keputusan Raja terkait pengenaan pajak pendapatan
bagi warga non Saudi Arabia. Dengan terbitnya keputusan tersebut, warga non
Saudi Arabia tidak lagi diwajibkan mengeluarkan zakat, melainkan hanya
diwajibkan membayar pajak pendapatan. Sementara warga Saudi Arabia hanya
dikenai kewajiban membayar zakat tanpa pajak. Kewenangan menghimpun
zakat di Saudi Arabia mulai kebijakan sampai urusan teknis berada di bawah
kendali Departemen Keuangan yang kemudian membentuk bagian khusus yang
diberi nama Maslahah az-Zakah wa ad-Dakhl (Kantor Pelayanan Zakat dan
Pajak Pendapatan). Sedangkan kewenangan penyaluran zakat berada dalam
kendali Departemen Sosial dan Pekerjaan di bawah Dirjen Jaminan Sosial.
Penghimpunan zakat di Saudi Arabia diterapkan pada semua jenis kekayaan.
Zakat ternak dikelola oleh komisi bersama antara Departemen Keuangan dan
Departemen Dalam Negeri yang disebut al-‘Awamil yaitu komisi khusus yang
bertugas melakukan pemungutan zakat ternak ke pelosok-pelosok daerah,
3
4
kemudian menyalurkan semua hasilnya ke Departemen Keuangan. Komisi
khusus al-‘Awamil ini juga mengumpulkan zakat pertanian, zakat perdagangan,
zakat simpanan uang, dan zakat pendapatan.2
2. Malaysia
Di Malaysia setiap negeri mempunyai Majelis Agama Islam yang telah
diberi kuasa oleh Pemerintah untuk mengurusi masalah Islam, termasuk urusan
wakaf dan zakat. Di bawah Majelis Agama Islam terdapat organisasi atau
Kantor yang bertanggung jawab untuk zakat dan wakaf. Salah satunya adalah
Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang pertama kali beroperasi pada 1 Januari
1991. Fungsi utama PPZ ialah mencari muzakki baru, menjaga
pembayarannya, memberi penerangan seputar zakat, menghimpun zakat,
mengeluarkan resi zakat kepada pembayar, membuat laporan harian, bulanan,
dan tahunan, membina loket-loket baru dan saluran-saluran baru untuk
pembayaran zakat agar lebih memudahkan pembayar zakat.
Pendistribusian zakat di wilayah Malaysia sebagai contoh melalui program-
program bantuan langsung untuk Fakir dan Miskin contohnya bantuan
makanan, bantuan keuangan, bantuan medis, sekolah, seragam sekolah, kontrak
rumah, bencana alam, pernikahan dan usaha. Bantuan tidak langsung dapat
berbentuk pemberian manfaat tidak langsung, seperti Institut Kemahiran Baitul
mal (IKB) yang giat melakukan pembinaan, pelayanan pelatihan keterampilan
untuk fakir miskin. Sedangkan Komplek Kebajikan Darus Sa’adah merupakan
tempat perlindungan dan pendidikan bagi muallaf, janda, dan fakir miskin.
Institut Profesional Baitulmal (IPB) juga memberikan pendidikan profesional
setingkat perguruan tinggi kepada anak-anak fakir miskin, di samping hotel dan
rumah sakit yang mereka miliki.3
3. Sudan
Peraturan pengelolaan zakat di Sudan dinyatakan resmi setelah
diterbitkannya Undang-undang Dewan Zakat pada bulan April 1984 dan mulai
2Faisal, Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia dan Indonesia (Pendekatan Teori Investigasi-
Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Http://www.Fejournal.
iainradenintan.ac.id/analisis/article/download/Faisal/, diakses pada tanggal 18 September 2014. 3 Ibid.
5
efektif sejak September 1984. Penghimpunan harta zakat di Negara Sudan
berada dalam “satu atap” dengan penghimpunan pajak. Sehingga ada semacam
tugas dan pekerjaan baru bagi para pegawai pajak, yaitu menyalurkan harta
zakat kepada mustahiq. Dewan zakat ini mendelegasikan pendistribusian zakat
kepada Departemen Keuangan dan Perencanaan Ekonomi Nasional.
Pendistribusian zakat sebelumnya hanya diberikan kepada Lima asnaf mustahiq
(fakir, miskin, amil zakat, Ibnu Sabil, dan gharim). Sedangkan tiga asnaf
lainnya tidak dimasukkan. Namun Majelis Fatwa kemudian mengeluarkan
fatwa bahwa semua asnaf mustahiq yang berjumlah delapan golongan seperti
diterangkan dalam Al-Quran menjadi target pendistribusian zakat di Sudan.4
B. Peran Organisasi Pengelola Zakat
Setiap orang Muslim memahami bahwa zakat adalah salah satu rukun Islam.
Disini tampaknya umat Islam belum begitu sepakat mengenai bagaimana
terlaksananya dan bahkan kesadaran mereka arti penting zakat tampaknya masih
belum memadai. Masyarakat Muslim kaya sudah merasa membayar zakat hanya
dengan membayar pajak, sedangkan pihak yang miskin merasa enggan mendalami
persoalan zakat karena memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan.
Maka dari itu badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat sebagai wadah
pengelola penerimaan, pengumpul, penyaluran dan pendayagunaan ZIS (Zakat,
Infaq, Sadaqah) dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai
wujud partisipasi umat Islam dalam pembangunan nasional juga berfungsi sebagai
pembinaan dan masyarakat. Adapun peran BAZ dan LAZ adalah sebagai berikut:
1. Peran Badan Amil Zakat
Badan Amil Zakat (BAZ) adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk
oleh pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.5 Organisasi Badan
Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan Badan
4 Ibid. 5 Tim Penyusun, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat
Departemen Agama RI, 2009, h. 7.
6
Pelaksana. Dalam UU No. 38 tahun 1999, Badan amil zakat (BAZ) mempunyai
beberapa peran sebagai berikut:
a. Fungsi pengurus dan kewenangan Badan Amil Zakat (BAZ)
1) Badan Pelaksana Badan Amil Zakat bertugas :
a) Menyelenggarakan tugas administratif, teknis pengumpul, teknis
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
b) Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk
penyusunan rencana pengelolaan zakat.
c) Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi,
informasi, dan edukasi pengelolaan zakat.
d) Membentuk dan mengukuhkan Unit Pengumpul Zakat sesuai wilayah
operasional.
2) Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat bertugas:
a) Memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana baik dminta
maupun tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi.
b) Komisi Pengawas Badan Amil Zakat bertugas, melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas Badan
Pelaksana tugas Badan Pelaksana dalam pengelolaan zakat.
c) Menunjuk akuntan publik untuk melakukan audit pengelolaan
keuangan zakat.6
b. Lingkup kewenangan Badan Amil Zakat
1) Badan Amil Zakat Nasional mengumpulkan zakat dan muzakki pada
instansi atau lembaga pemerintah tingkat pusat, swasta nasional dan luar
negeri.
2) Badan Amil Zakat daerah Propinsi mengumpulkan zakat dan muzakki
pada pada instansi atau lembaga pemerintah dan swasta, perusahaan-
perusahaan dan Dinas Propinsi.
3) Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten atau Kota mengumpulkan zakat
dari muzakki pada instansi atau lembaga pemetintah dan swasta,
perusahaan-perusahaan dan dinas Daerah Kabupaten atau Kota.7
6 Ibid.
7
c. Tugas dan tanggung jawab pengurus Badan Amil Zakat
1) Dewan Pertimbangan mempunyai tugas :
a) Menetapkan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat bersama
Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.
b) Mengeluarkan fatwa syari’ah baik diminta maupun tidak berkaitan
dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh Pengurus Badan Amil
Zakat.
c) Memberikan pertimbangan, sarana dan merekomendasi kepada
Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.
d) Menampung, mengolah, dan menyampaikan pendapat umat tentang
pengelolaan zakat.
2) Komisi pengawas mempunyai tugas:
a) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan dan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
b) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,
yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
c) Melakukan operasional dan pemeriksaan syari’ah dan peraturan
perundang-undangan.
d) Menunjuk akuntan publik.
3) Badan Pelaksana mempunyai tugas:
a) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
b) Mengumpulkan dan mengolah zata yang diperlukan untuk
penyusunan rencana pengelolaan zakat.
c) Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
d) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi,
informasi dan edukasi pengelolaan zakat.
e) Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan,
penyaluran dan pendayagunaan zakat.
7 Ibid.,h. 8.
8
f) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja
yang telah disahkan dan sesuai dengan kebujakan yang telah
ditetapkan.
g) Menyusun laporan tahunan.
h) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dan
Dewan Pertimbangan Rakyat sesuai tingkatannya.
i) Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil
Zakat baik ke dalam maupun ke luar.8
2. Peran Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat yang disingkat LAZ adalah institut pengelolaan zakat
yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat, yang
dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah yang terdiri dari Lembaga
Amil Zakat tingkat pusat dan Lembaga Amil Zakat tingkat propinsi. Lembaga
Amil Zakat (LAZ) mempunyai beberapa peran sebagai berikut :9
a. Melakukan kegiatan sesuai program kerja yang telah dibuat.
b. Menyusun laporan tahunan, yang didalamnya termasuk laporan keuangan.
c. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik atau lembaga pengawas pemerintah yang berwenang melalui
media massa sesuai dengan tingkatannya.
d. Menyerahkan laporan tersebut kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat sesuai dengan tingkatannya.
e. Merencanakan kegiatan tahunan.
f. Mengutamakan pendistribusian dan pendayagunaan dari dana zakat yang
diperoleh di daerah masing-masing sesuai tingkatan, kecuali Badan atau
Lembaga Amil Zakat Tingkat Nasional dapat mendistribusikan dan
mendayagunakan dana zakat keseluruh wilayah Indonesia.
8Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2009, h.
131-132. 9 Tim Penyusun, Manajemen Pengelolaan Zakat…h. 7.
9
Dalam perkembangannya, UU No. 38 Tahun 1999 ini kemudian terus
diperbaiki hingga melahirkan UU No. 23 Tahun 2011 yang ketentuan pengelolaan
zakatnya hampir serupa dengan yang tercantum pada UU sebelumnya. Adapun
beberapa perubahan yang menjadi pembedanya adalah sebagai berikut: 10
Dalam UU No. 38 tahun 1999 posisi pemerintah dan masyarakat sejajar dalam
pengelolaan zakat, sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 posisi pemerintah
dan BAZNAS lebih tinggi.
Dalam UU No. 38 tahun 1999 masyarakat diberi kebebasan mengelola zakat,
sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 hanya masyarakat yang mendapatkan
izin saja yang dibolehkan.
Dalam UU No. 38 tahun 1999 Lembaga Amil Zakat dibentuk oleh masyarakat,
sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 Lembaga Amil Zakat dibentuk oleh
organisasi kemasyarakatan Islam.
Dalam UU No. 38 tahun 1999 tidak diatur adanya sanksi dan ketentuan pidana,
sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 terdapat sanksi administratif (pasal
36) bagi pelanggaran atas pasal 19, 23 ayat (1), pasal 28 ayat (2) dan (3), serta
pasal 29 ayat (3), dan ketentuan pidana (pasal 39).
C. Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Zakat
Pengelolaan zakat sudah mengalami perkembangan yang pesat, dari yang
semula bersifat tradisional beralih ke pengelolaan zakat yang bersifat modern. Hal
ini tergambar melalui manajemen yang modern dengan dukungan berbagai
teknologi yang sudah menjamur dewasa ini, tertib hukum, tertib administrasi,
disiplin dalam pengumpulan serta pengelolaan zakat dan juga pendistribusiannya,
bersifat transparan, efektif, efisien dan yang paling penting adalah pengelolaan
yang bersifat professional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
syari’at yang berlaku.
10 Ahmad Harisul Miftah, Analisis UU Zakat (UU No. 38 Tahun 1999 dan UU No. 23 Tahun
2011), http://s3.amazonaws.com/ppt-download/materi8-analisisuuzakat-140108233713-phpapp01.
pdf, di akses pada tanggal 18 Oktober 2014.
10
Pengelolaan zakat yang baik hanya bisa dilakukan oleh suatu organisasi zakat
yang baik. Untuk itu organisasi pengelolaan zakat harus memperhatikan asas dan
tujuan pengelolaan zakat itu sendiri yaitu melaksanakan amanah para muzakki
agar harta zakat mereka dapat mencapai sasarannya sesuai dengan tuntunan
agama.11 Hingga sekarang ini pengelolaan zakat khususnya di Indonesia dapat
dikatakan belum terlaksana dengan baik. Walaupun pencanangan zakat sebagai
modal umat Islam untuk pembangunan dan memerangi kemelaratan dengan cara
yang lebih prinsipil sudah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak
Suharto, melalui pidato sambutannya pada peringatan Isra’ Miraj Nabi
Muhammad SAW di Istana Negara pada tanggal 26 Oktober 1968, namun sampai
hari ini zakat dengan segala kemampuannya belum berhasil menepis kemelaratan
yang menimpa kehidupan sebagian umat Islam Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan kegiatan pengelolaan zakat sampai sekarang
ini baru mampu menyentuh sisi pengumpulan dan pendistribusian, itupun pada
umumnya langsung didistribusikan oleh pengelola kepada para mustahik, atau
justru langsung dilakukan oleh muzakki kepada mustahik yang diinginkannya.
Akibat kurangnya upaya dan kegiatan pengelolaan harta zakat, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja zakat hari ini belum mancapai tujuan sebagaimana
yang diharapkan. Untuk meningkatkan kinerja zakat di masa yang akan datang
diperlukan pemikiran kreatif dan tindakan nyata dari semua pihak, terutama pada
Badan amil zakat dan Lembaga amil zakat. 12
Adapun strategi dalam pengelolaan dana zakat dan pendistribusian dana zakat
di Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan yang pada awalnya dalam pendistribusian yang selalu
menggunakan pola konsumtif maka lebih baiknya pengelolaan dilakukan
dengan pola produktif yang mana tidak semua dana zakat yang terhimpun
segera disalurkan kepada para mustahik tetapi sebagian dari dana zakat tersebut
dikelola menjadi modal usaha. Modal kemudian dikelola dan dikembangkan
11 Surya Sukti, Hukum Zakat dan Wakaf Di Indonesia, Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2013, h. 57. 12 Tim Penyusun, Fiqh Zakat, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI,
2009. h.112.
11
secara baik dan hasil pengelolaan itu akan diditribusikan secara adil dan
bijaksana.
2. Menjaga agar tidak berkurang secara tidak wajar.
3. Mengamankan agar tidak hilang.
4. Mengembangkan dana zakat yang terkumpul sehingga berkembang dan tidak
habis sesaat.
5. Mendata dan meneliti mustahik yang ada, mulai dari jumlah rumah tangga dan
anggota keluarga masing-masing rumah tangga.
6. Mendata dan meneliti ragam kebutuhan mustahik yang terdaftar sekaligus
menyusun skala prioritasnya.
7. Membagi dana kepada masing-masing mustahik dengan asas keadilan dan
pemerataan dan senantiasa berpedoman kepada skala prioritas.
8. Mengupayakan agar pendistribusian tidak hanya terbatas pada pola konsumtif
murni tetapi sebagian dengan pola konsumtif kreatif.
9. Menyerahkan bagian masing-masing mustahik dengan cara mengantarkannya
ketempat mereka masing-masing, bukan justru memanggil para mustahik ke
kantor Badan amil zakat.13
Strategi yang lain adalah dalam pengembangan teknis pembayaran zakat, yang
mana di dalam kajian fikih sering dijumpai perdebatan antara aliran satu dengan
alirannnya mengenai teknis pembayaran zakat. Dulunya ada yang berpendapat
zakat fitrah harus dibayarkan menggunakan beras dan tidak boleh diuangkan dan
ada juga yang berpikir sebaliknya. Seiring berjalannya waktu ada beberapa
strategi dalam teknis pembayaran zakat yaitu sebagai berikut.
a. Tata Cara Pengumpulan Zakat14
1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara
menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.
2) Badan Amil Zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan
zakat harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.
13 Ibid., h. 113. 14 Tim Penyusun, Manajemen Pengelolaan Zakat…h. 33-34.
12
3) Badan Amil Zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, sedekah,
hibah, wasiat, waris dan kafarat.
4) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama.
5) Apabila muzakki tidak dapat menghitung, maka dibantu oleh lembaga yang
bersangkutan.
b. Pendistribusian Zakat15
Zakat didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam, yang
dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.
c. Sistem Pemungutan Zakat16
1) Self Assesment, yaitu teknis pembayaran zakat yang dihitung dan
dibayarkan sendiri oleh muzakki atau disampaikan ke Lembaga amil zakat
dan Badan amil zakat untuk diberikan kepada yang berhak. Disini zakat
merupakan kewajiban yang pelaksanaannya merupakan kesadaran orang
Islam yang berkewajiban.
2) Official Assesment, yaitu teknis pembayaran zakat yang dihitung dan
diberikan oleh pihak yang berwenang, misalnya BAZ atau LAZ. Disini
muzakki hanya memberikan informasi tentang kekayaannya kepada para
penilai dan penghitung kekayaan zakat.
d. Pendayagunaan Zakat17
1) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan
berdasarkan persyaratan:
a) Hasil pendataan dan penelitian mustahiq kebenaran delapan asnaf.
b) Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan.
c) Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
15 Kutipan dari Pasal 25 dan 26 Bab III Bagian Kedua tentang pendistribusian Zakat UU No. 23
Tahun 2011. 16 Ibid., h. 34-35. 17 Ibid., h. 44-45.
13
2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif
dilakukan berdasarkan persyaratan:
a) Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahiq delapan asnaf telah
terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.
b) Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
c) Setelah melalui kajian dan pertimbangan pengurus.
3) Prosedur Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif
dilakukan berdasarkan persyaratan:
a) Melakukan studi kelayakan.
b) Menetapkan jenis usaha produktif.
c) Melakukan bimbingan dan penyuluhan.
d) Melakukan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan.
e) Mengadakan evaluasi.
f) Membuat laporan.
14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dari serangkaian penjelasan tersebut, maka kita dapat menarik beberapa
kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pada negara Saudi Arabia, zakat diwajibkan kepada warga yang berdomisili di
Negara tersebut, tanpa harus lagi membayar pajak. Sedangkan untuk warga
pendatang, maka hanya wajib membayar pajak pendapatan tanpa membayar
zakat. Untuk pengumpulan zakat, diserahkan sepenuhnya dibawah kendali
Departemen Keuangan dan untuk penyaluran zakatnya dikendalikan oleh
Departemen Sosial. Berbeda halnya dengan Negara Malaysia, zakat
didistribusikan melalui program-program bantuan langsung seperti bantuan
untuk pendidikan, medis, dan sebagainya. Sedangkan untuk program bantuan
tidak langsung diserahkan kepada Institut Kemahiran Baitul mal (IKB). Lain
lagi di Sudan, zakat dihimpun seiring dengan penghimpunan pajak.
2. Peran BAZ dan LAZ dalam pengelolaan zakat sangat besar, terutama dalam hal
penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan dengan
memaksimalkan kerja Dewan Pertimbangan, Badan Pelaksana dan Komisi
Pengawas sesuai dengan kewenangan yang telah disebutkan pada bab
sebelumnya.
3. Zakat dihimpun dengan cara penghitungan langsung oleh pribadi wajib zakat
atau dengan penghitungan yang dibantu oleh lembaga zakat yang
bersangkutan. Disalurkan untuk mustahik sesuai dengan syariat Islam, dan
didayagunakan untuk modal dalam rangka produktifitas usaha apabila delapan
asnaf telah terpenuhi dan dana zakat masih berlebih.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
A. Telaah Kepustakaan
Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani
Press, 2009.
Qaradhawi, Yusuf, Spektrum Zakat: Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,
Jakarta: Zikrul Hakim, 2005.
Sukti, Surya, Hukum Zakat dan Wakaf Di Indonesia, Yogyakarta: Kanwa
Publisher, 2013.
Tim Penyusun, Fiqh Zakat, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen
Agama RI, 2009.
Tim Penyusun, Manajemen Pengelolaan Zakat, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Zakat Departemen Agama RI, 2009.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Palangkaraya: STAIN Palangkaraya
Press, 2007.
B. Telusur Internet
Faisal, Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia dan Indonesia (Pendekatan Teori
Investigasi- Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve),
Http://www.Fejournal.iainradenintan.ac.id/analisis/article/download/Faisal/,
diakses pada tanggal 18 September 2014.
Miftah, Ahmad Harisul, Analisis UU Zakat (UU No. 38 Tahun 1999 dan UU No.
23 Tahun 2011), http://s3.amazonaws.com/ppt-download/materi8-analisisuu
zakat-140108233713-phpapp01.pdf, di akses pada tanggal 18 Oktober 2014.
16
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga makalah dengan judul “Pengelolaan dan
Pengembangan Zakat” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai
pemenuhan tugas Manajemen Zakat dan Wakaf.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada
intelektualitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palangka Raya, November 2014
Tim Penulis
i
17
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MOTO
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D. Kegunaan Penulisan ........................................................................ 2
E. Metode Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Zakat Di Berbagai Negara .......................................... 3
B. Peran Organisasi Pengelola Zakat .................................................. 5
C. Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Zakat ............................. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
ii