pengembangan lembar kerja siswa berbasis...

12
1 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN KARTU PINTAR UNTUK PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI SMA NEGERI 6 MALANG Rena Liansari, Hadi Suwono, dan Amy Tenzer Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan LKS berbasis discovery learning dan kartu pintar materi Sistem Reproduksi Manusia kelas XI SMA.Validitas LKS dan kartu pintar oleh ahli materi, ahli media, dan ahli praktisi lapangan masing- masing 100%, 83,3%, 76,4%, 100%, 80,5%, dan 77,7%. Hal tersebut menunjukkan produk sudah valid. Uji kepraktisan dengan rata-rata jawaban positif LKS dan kartu pintar masing-masing 87,6% dan 92,52% menunjukkan bahwa LKS dan kartu pintar praktis digunakan. Produk dinilai efektif karena hasil belajar siswa aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan masing-masing adalah 2,79; 3,41, dan 3,43, lebih besar SKM 2,67. Kata kunci : pengembangan, Lembar Kerja Siswa, discovery learning, Kartu Pintar, Sistem Reproduksi Manusia. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari segala sesuatu tentang mahluk hidup baik anatomi, morfologi, fisiologi maupun hubungannya dengan lingkungan sekitar. Ada materi-materi biologi yang obyeknya dapat dihadirkan langsung saat proses pembelajaran misalnya morfologi tumbuhan monokotil, dikotil, anatomi katak, sistem rangka manusia, dan lain-lain. Materi sistem reproduksi manusia merupakan materi yang membutuhkan media pengganti obyek aslinya. Media yang sering digunakan untuk membelajarkan materi ini adalah torso. Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri 6 mengungkap tidak adanya media pembelajaran yang berupa torso menyebabkan proses pembelajaran materi sistem reproduksi dilakukan dengan metode ceramah. Menurut pendapat siswa pembelajaran tersebut membosankan dan kurang menyenangkan. Setelah mengkaji masalah tersebut, peneliti merencanakan untuk mengembangkan kartu pintar sistem reproduksi manusia. Kartu pintar merupakan media yang pernah dikembangkan oleh seorang guru IPA SD Ngalik 01 Batu, Hermina Maulidyah, pada tahun 2012, untuk menjelaskan materi sistem aliran darah dalam tubuh. Kartu pintar yang dikembangkan Hermina ini yang berisi penjelasan tentang alat-alat kedokteran, bagian jantung dan jenis penyakit serta leukosit dan berbagai fungsi lainnya. Menurut pendapat Winanti (2009) kartu pintar merupakan alat permainan inovatif kreatif yaitu sesuatu yang digunakan untuk bermain, yang dapat mengaktifkan anak dalam proses pembelajaran. Masalah lain yang ditemukan peneliti terkait Lembar Kerja Siswa untuk materi sistem reproduksi adalah guru tidak menyusun sendiri LKS untuk

Upload: doandien

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

1

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN KARTU PINTAR UNTUK PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI SMA

NEGERI 6 MALANG

Rena Liansari, Hadi Suwono, dan Amy Tenzer Universitas Negeri Malang

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan LKS berbasis discovery learning dan kartu pintar materi Sistem Reproduksi Manusia kelas XI SMA.Validitas LKS dan kartu pintar oleh ahli materi, ahli media, dan ahli praktisi lapangan masing-masing 100%, 83,3%, 76,4%, 100%, 80,5%, dan 77,7%. Hal tersebut menunjukkan produk sudah valid. Uji kepraktisan dengan rata-rata jawaban positif LKS dan kartu pintar masing-masing 87,6% dan 92,52% menunjukkan bahwa LKS dan kartu pintar praktis digunakan. Produk dinilai efektif karena hasil belajar siswa aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan masing-masing adalah 2,79; 3,41, dan 3,43, lebih besar SKM 2,67.

Kata kunci : pengembangan, Lembar Kerja Siswa, discovery learning, Kartu Pintar, Sistem Reproduksi Manusia.

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari segala sesuatu tentang mahluk hidup baik anatomi, morfologi, fisiologi maupun hubungannya dengan lingkungan sekitar. Ada materi-materi biologi yang obyeknya dapat dihadirkan langsung saat proses pembelajaran misalnya morfologi tumbuhan monokotil, dikotil, anatomi katak, sistem rangka manusia, dan lain-lain. Materi sistem reproduksi manusia merupakan materi yang membutuhkan media pengganti obyek aslinya. Media yang sering digunakan untuk membelajarkan materi ini adalah torso.

Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri 6 mengungkap tidak adanya media pembelajaran yang berupa torso menyebabkan proses pembelajaran materi sistem reproduksi dilakukan dengan metode ceramah. Menurut pendapat siswa pembelajaran tersebut membosankan dan kurang menyenangkan. Setelah mengkaji masalah tersebut, peneliti merencanakan untuk mengembangkan kartu pintar sistem reproduksi manusia. Kartu pintar merupakan media yang pernah dikembangkan oleh seorang guru IPA SD Ngalik 01 Batu, Hermina Maulidyah, pada tahun 2012, untuk menjelaskan materi sistem aliran darah dalam tubuh. Kartu pintar yang dikembangkan Hermina ini yang berisi penjelasan tentang alat-alat kedokteran, bagian jantung dan jenis penyakit serta leukosit dan berbagai fungsi lainnya. Menurut pendapat Winanti (2009) kartu pintar merupakan alat permainan inovatif kreatif yaitu sesuatu yang digunakan untuk bermain, yang dapat mengaktifkan anak dalam proses pembelajaran.

Masalah lain yang ditemukan peneliti terkait Lembar Kerja Siswa untuk materi sistem reproduksi adalah guru tidak menyusun sendiri LKS untuk

Page 2: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

2

pembelajaran. Siswa diminta untuk membeli LKS yang ada di pasaran. Menurut Suyanto, dkk (2011), LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. LKS yang baik haruslah memenuhi persyaratan didaktik, konstruksi dan teknis (Darmodjo dan Kaligis, 1992). Beberapa syarat yang peneliti tidak menemukan di dalam LKS yang dibeli di pasaran tersebut adalah tidak adanya ruangan yang cukup yang memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak tercantum, dan tidak adanya langkah-langkah pembelajaran yang memandu siswa mempelajari materi sistem reproduksi, yang ada hanya materi dan tugas siswa saja.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti memilih judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Discovery learning Berbantuan Kartu Pintar Untuk Pembelajaran Biologi Materi Sistem Reproduksi Manusia Kelas XI SMA Negeri 6 Malang”.

LKS yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran discovery learning, berisi tujuan pembelajaran, langkah kerja, artikel tentang isu terkait sistem reproduksi manusia, soal-soal latihan, dan lembar jawaban. Sedangkan Kartu pintar dicetak diatas kertas Art Papper 150 gram dengan ukuran A6, berisi materi dan gambar ilustrasi sistem reproduksi manusia meliputi subtopik sistem reproduksi perempuan, sistem reproduksi laki-laki, spermatogenesis, oogenesis, siklus menstruasi, fertilisasi, perkembangan zigot perkembangan janin, vasektomi, tubektomi, pil KB, KB kalender, IUD (Intra uterine Device), dan bayi tabung.LKS dan kartu pintar digunakan secara bersama-sama, dengan kartu pintar sebagai salah satu media informasi dalam proses pembelajaran.

METODE

Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan menggunakan model 3-D yang diadaptasi dari model 4-D oleh Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel, M.I. tahun 1974. Langkah-langkah penelitian ini adalah pendefinisian (Define), perancangan (Design), dan pengembangan (Develop).

Tahap Define meliputi analisis awal akhir, analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan spesifikasi tujuan instruksional. Analisis awal-akhir dilakukan dengan menganalisis masalah yang ada selama pembelajaran. Analisis peserta didik dilakukan dengan menganalisis kesulitan belajar siswa. Analisis tugas dilakukan dengan merumuskan Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran. Analisis konsep dilakukan dengan menjabarkan materi sistem reproduksi manusia ke dalam fakta, konsep, dan prinsip. Spesifikasi Tujuan Instruksional dilakukan dengan merumuskan tujuan pembelajaran.

Tahap design meliputi penyusunan test acuan patokan, pemilihan media, pemilihan format, dan rancangan awal. Penyusunan tes acuan patokan dilakukan dengan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar siswa yang meliputi hasil belajar aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pemilihan media dilakukan dengan menetapkan bentuk dan bahan-bahan pembuatan LKS dan kartu pintar.

Page 3: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

3

Pemilihan format dilakukan dengan mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Rancangan awal adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan, yaitu berupa RPP, LKS, instrumen evaluasi, dan kartu pintar sistem reproduksi manusia.

Tahap develop dilakukan melalui dua langkah yaitu validasi (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi dan uji coba pengembangan (developmental testing). Validasi produk dilakukan oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc sebagai validator ahli media, Dr. Abdul Gofur, M.Si. sebagai validator ahli materi, Dra. Yetti Asmarani sebaga validator ahli praktisi lapangan.

Validitas RPP ditentukan dengan rumus:

100% TseTshVp x= (diadaptasi dari Akbar, 2013)

Sedangkan validitas LKS dan kartu pintar ditentukan dengan rumus:

......%2

VpVa V

100% TseTshVp

100% TseTshVa

=+

=

=

=

x

x

(diadaptasi dari Akbar, 2013)

Hasil penghitungan menggunakan rumus diatas dibandingkan dengan dengan kriteria validitas pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Kriteria Validitas No Kriteria Validitas Tingkat Validitas 1 85,01% -100% valid 2 70,01%-85% cukup valid 3 50,01%- 70% kurang valid 4 01,00%- 50% tidak valid (diadaptasi dari Akbar, 2013)

Berapapun skor validasi yang diperoleh, produk tetap direvisi sesuai dengan saran validator sebelum digunakan dalam pembelajaran.

Uji pengembangan ini terdiri dari dua tahap yaitu uji kepraktisan dan uji keefektifan. Uji kepraktisan dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap produk yang dikembangkan, yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan melalui produk, kemenarikan produk dimata siswa, kemudahan penggunaaan produk oleh siswa. Subyek uji kepraktisan ini adalah 26 siswa kelas XI MIA 4 SMA Negeri 6 Malang. Uji kepraktisan dilakukan dengan

Page 4: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

4

membandingkan hasil pengisian angket oleh siswa dengan kriteria kepraktisan produk. Menurut Hobri (2010) dalam Supiatun, dkk (2012), produk dinyatakan praktis jika mendapatkan respon positif dari siswa yang dilihat dari persentase skor angket. Analisis data pada angket dilakukan berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = peresentase penilaian

∑=

n

xii 1 = jumlah skor penilaian dari siswa n = banyaknya subyek uji coba k = skor penilaian tertinggi

Apabila data hasil pengisian angket menunjukkan persentase lebih dari atau sama dengan 70%, maka respon siswa terhadap produk dinyatakan positif sehingga produk memenuhi kriteria praktis. Apabila persentase kurang dari 70%, maka respon siswa dinyatakan negatif sehingga produk perlu direvisi dengan memperhatikan komentar dari subjek uji coba.Berapapun persentase kepraktisan yang diperoleh, produk harus tetap direvisi sesuai dengan poin yang masih mendapat nilai ketidaksetujuan dari siswa.

Uji keefektifan dilakukan dengan menerapkan produk dalam pembelajaran langsung selama 3 pertemuan dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran. Uji keefektifan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa jika menggunakan produk yang dikembangkan dengan subyek uji siswa dalam satu kelas. Kriteria keefektifan produk ditentukan dengan membandingkan hasil belajar siswa dengan standar ketuntasan minimal sesuai yang tercantum dalam Permendikbud 81A tahun 2013 yaitu 2,67.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap validasi diperoleh data berupa data kuanitatif dan kualititatif. Data kuantitatif berupa hasil validasi yang telah dilakukan oleh para validator yang dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa Kartu Pintar dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Produk Validator Ahli Media

Validator Ahli Materi

Validator Ahli Praktisi Lapangan

Lembar kerja Siswa 83,33% 100% 76,4% Kartu Pintar 80,5% 100% 77,7% Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

- - 100%

Page 5: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

5

Dengan membandingkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa validitas LKS dan kartu pintar menurut validator ahli media dan ahli materi adalah valid. Sedangkan menurut ahli praktisi lapangan validitas LKS dan kartu pintar cukup valid. Peneliti tetap melakukan revisi pada LKS karena meskipun validitasnya cukup, produk harus tetap direvisi hingga validitasnya 100% sesuai dengan saran validator.

Data kualitatif berupa komentar dari validator ahli yang dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Komentar Validator Ahli Produk Validator Ahli

Media Validator Ahli Materi

Validator Ahli Praktisi Lapangan

Lembar kerja Siswa

Sebaiknya LKS diberi nomor sehingga jelas untuk pertemuan ke berapa, materi yang mana.

LKS sudah layak untuk digunakan, bahasa mudah dimengerti

LKS sudah cukup bagus dan menarik peserta didik, namun waktu pembelajaran masih kurang, sehingga ada beberapa siswa yang tidak menyelesaikan LKS nya.

Kartu Pintar

Masih ada sedikit kesalahan ketik

Kartu pintar perlu diberi sampul dan nomor halaman

Perlu ditambahkan tahapan mitosis dan meisosis pada spermatogenesis dan oogenesis serta penjelasan tempat terjadinya ferttilisasi.

Berdasarkan komentar dari ahli praktisi lapangan, pembelajaran menggunakan LKS disini adalah alokasi waktu pembelajaran yang kurang sehingga tidak semua siswa dapat mengumpulkan LKS nya tepat waktu. Menurut Ilahi (2012) metode pembelajaran Discovery learning memang memiliki kelemahan berkenaan dengan waktu pembelajarannya. Belajar mengajar menggunakan metode Discovery learning membutuhkan waktu lebih lama dbandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan untuk memahami strategi ini dibutuhkan tahapan-tahapan yang panjang dan kemampuan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Setelah tahap validasi selesai, langkah selanjutnya adalah revisi produk, yaitu revisi LKS dan Kartu Pintar. Lembar Kerja Siswa mengalami beberapa revisi setelah dilakukan validasi yaitu perbaikan kesalahan penulisan, penggantian nomor halaman yang awalnya di pojok kiri atas menjadi di pojok kanan atas, ditambahkannya keterangan pertemuan ke berapa pada awal artikel, ditambahkannya sumber artikel yang disajikan serta tanggal pengaksesan artikel.

Page 6: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

6

Kartu pintar mengalami beberapa revisi yaitu dari segi tampilan dan isi materi. Dari segi tampilan kartu pintar setelah direvisi diberi sampul dan nomor halaman, pada submateri perkembangan janin, ditambahkan gambar tahapan gastrula pada manusia. Dari segi materi terdapat beberapa kesalahan konsep yang harus dibenarkan. Hasil revisi kartu pintar dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Hasil Revisi Materi Kartu Pintar

Subtopik materi Konsep yang salah Konsep yang benar

Sistem reproduksi laki-laki

Kelenjar bulbouretral mensekresikan cairan yang bersifat basa pada awal ejakulasi

Kelenjar bulbouretral mensekresikan cairan yang bersifat basa pada menjelang ejakulasi

Struktur kelenjar susu perempuan

Jaringan lemak (adiposa) menyusun masa utama kelenjar susu manusia yang tidak berlaktasi

Jaringan lemak (adiposa) menyusun masa utama kelenjar susu perempuan

Fertilisasi Setelah ejakulasi ke dalam saluran repduksi perempuan, sperma akan hidup selama beberapa hari

Setelah ejakulasi ke dalam saluran repduksi perempuan, sperma akan hidup selama 24-48 jam

Perkembangan janin

Aktivitas janin mungkin berkurang ketika janin mengisi seluruh ruangan yang tersedia dalam membran embrio

Aktivitas janin mungkin berkurang ketika janin mengisi seluruh ruangan yang tersedia dalam uterus

Vasektomi Vasektomi adalah salah satu metode pengendali kelahiran atau KB khusus laki-laki dimana saluran sperma (vas deferens) yang berfungsi membawa sperma dari skrotum ke testis dipotong sehingga tidak ada sperma yang keluar bersama air mani ketika ejakulasi.

Vasektomi adalah salah satu metode pengendali kelahiran atau KB khusus laki-laki dimana saluran sperma (vas deferens) yang berfungsi membawa sperma dari testis ke vesikula seminalis dipotong sehingga tidak ada semen yang keluar ketika ejakulasi.

Selama proses operasi vasektomi, vas deferens pada masing-masing testis dijepit atau dipotong untuk mencegah sperma bercampur dengan air

Selama proses operasi vasektomi, vas deferens pada masing-masing testis dijepit atau dipotong untuk mencegah agar semen tidak keluar saat ejakulasi

Page 7: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

7

mani saat ejakulasi

Metode KB kalender

Satu siklus haid dihitung mulai hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya lalu masukkan ke dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18

Satu siklus haid dihitung mulai hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya lalu masukkan ke dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 14

Lalu jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11

Lalu jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 14

Tahap setelah revisi produk adalah tahap ujicoba lapangan. Pada tahap ini diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Hasil Belajar Siswa No Hasil belajar

pengetahuan Hasil belajar sikap

Hasil Belajar Keterampilan

Rata-rata 2,79 3,41 3,43 Tuntas 16 26 26 Belum Tuntas

10 0 0

Berdasarkan Tabel 1.5, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa aspek pengetahuan belum berhasil melampaui Kriteria Belajar Klasikal (KBK) yang ditetapkan oleh Kemendikbud yaitu 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas. Siswa yang hasil belajar pengetahuannya tuntas hanya sebanyak 61,53%, sedangkan siswa yang belum tuntas yaitu 38,47%. Rata-rata hasil belajar siswa dalam satu kelas sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan Kemendikbud yaitu 2,67. Siswa-siswa yang belum mencapai standar ketuntasan minimal tersebut mengalami kesulitan belajar.

Menurut Hamalik (1982), kesulitan belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dua diantaranya yaitu minat belajar, gaya belajar. Setiap siswa memiliki minat belajar yang berbeda-beda. Minat menentukan sukses atau gagalnya kegiatan sesorang. Minat yang tinggi akan meningkatkan motivasi, sedangkan kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga menghambat studinya. Selain minat, kebiasaan belajar yang juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar bagi siswa.

Tiap siswa memiliki kebiasaan belajarnya sendiri-sendiri, ada yang bisa belajar hanya pada malam hari, ada yang bisa belajar hanya pada siang hari, ada

Page 8: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

8

yang belajar dengan mencorat-coret bukunya, dan ada yang suka belajar dengan membuat catatan-catatan kecil. Kebiasaan belajar ini memang bersifat individual, sehingga jika siswa terlalu terikat dengan kebiasaan belajarnya, maka siswa tidak bisa belajar dengan efisien sehingga menghambat studinya.

Selain itu kesulitan belajar siswa juga disebabkan oleh kelemahan metode yang digunakan. Bagi peserta didik berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. Hal ini disebabkan karena usia mereka yang muda membutuhkan kematangan dalam berpikir rasional mengenai suatu konsep atau teori (Illahi, 2012).

Faktor kebudayaan dan kebiasaan juga menjadi penghambat bagi siswa untuk belajar menggunakan metode discovery learning. Belajar discovery menuntut kemandirian, kepercayaan kepada dirinya sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subyek. Tuntutan terhadap pembelajaran metode discovery learning membutuhkan kebiasaan sesuai dengan kondisi peserta didik. Tuntutan tersebut setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dilakukan dengan menggunakan aktivitas yang biasa dalam proses pembelajaran. Jika selama ini siswa terbiasa belajar dengan model pembelajaran ceramah, maka penggunaan metode ini dapat menyulitkan siswa pada awalnya (Illahi, 2012).

Selain itu, pada pertemuan kedua siswa tidak hanya mengerjakan LKS sistem reproduksi saja, tetapi juga mengerjakan tugas peta konsep yang diberikan oleh guru kelas sehingga fokus belajar siswa menjadi terbagi dan waktu belajar siswa dan konsentrasi belajar untuk materi sistem reproduksi juga berkurang. Hal tersebut bisa terjadi karena peneliti yang belum berpengalaman mengelola pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan pengambilan data dengan hanya dibantu oleh guru kelas saja. Sehingga peneliti kurang dapat memperhatikan keadaan siswa secara keseluruhan.

Selain evaluasi hasil belajar kognitif, evaluasi belajar juga meliputi penilaian sikap yang hasilnya menunjukkan tidak ada siswa yang nilai sikapnya dibawah standar ketuntasan minimal. Evaluasi sikap dilakukan dengan pengisian angket oleh siswa. Angket sikap terdiri dari soal-soal yang bersifat konatif yaitu kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap (Permendikbud 81A, 2013). Angket ini memiliki 3 pilihan jawaban yaitu setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Angket dapat dilihat pada lampiran 5. Skor siswa menunjukkan korelasi antara pengetahuan yang didapat dengan kemauan siswa mengikuti proses pembelajaran sehingga jika siswa memperhatikan penjelasan guru dan teman-temannya selama proses pembelajaran maka siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada angket tersebut dengan benar.

Selain hasil belajar siswa, data kuantitatif juga diperoleh dari angket evaluasi produk. Angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap produk yang dikembangkan yaitu Kartu Pintar dan LKS. Kalimat pernyataan dalam angket dibuat bersifat positif sehingga dapat dilihat apakah siswa setuju atau tidak setuju dengan penyataan tersebut. Jawaban sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam persentase jawaban postif sedangkan jawaban tidak setuju

Page 9: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

9

dan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam persentase jawaban negatif. Hasil pengisian angket tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6 Hasil Pengisian Angket Evaluasi Produk Oleh Siswa Produk Persentase

jawaban positif

persentase jawaban negatif

Jumlah

Kartu Pintar 87,6% 0,12% 100 %

Lembar Kerja Siswa 92,52% 0,07% 100 %

Menurut Hobri (2010) dalam Supiatun, dkk (2012), apabila data hasil

pengisian angket menunjukkan persentase lebih dari atau sama dengan 70%, maka respon siswa terhadap produk dinyatakan positif sehingga produk memenuhi kriteria praktis. Apabila persentase kurang dari 70%. Bila membandingkan teori tersebut dengan Tabel 4.5 maka produk dikatakan memenuhi kriteria praktis baik dari segi tampilan maupun isinya.

Data kualitatif yang diperoleh dari deskripsi kegiatan pembelajaran siswa. Pada pertemuan pertama, siswa terlihat antusias dengan pembelajaran sistem reproduksi. Sebelum memulai pembelajaran, guru menerangkan terlebih dahulu langkah-langkah pembelajaran kepada siswa. Awalnya siswa akan dibagi menjadi 8 kelompok dalam satu kelas, dengan anggota kelompok masing-masing 4 orang. Pada saat pelaksanaan pembelajaran ada 6 siswa yang tidak masuk, sehingga hanya terbentuk 7 kelompok dalam kelas. Setelah selesai menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mempersilahkan siswa untuk membaca ulang studi kasus yang ada pada LKS mereka dan mengerjakan soal-soal latihannya. Siswa langsung membaca LKS yang telah dibagikan pada mereka sambil mencari jawaban dengan bantuan materi yang ada di dalam kartu pintar. Siswa yang tidak mengerti dengan topik yang mereka baca, berusaha bertanya pada guru.

Setelah selesai mengerjakan studi kasus pertama beserta latihan soal yang menyertainya, masing-masing kelompok berlomba untuk maju mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas. Namun karena keterbatasan waktu hanya kelompok 2 dan kelompok 4 yang maju untuk presentasi. Setelah presentasi selesai, siswa mendiskusikan kembali jawaban LKS dengan guru jika ada yang kurang tepat atau berbeda dengan kelompok lain. Setelah diskusi selesai siswa menuliskan kesimpulan belajarnya hari ini di LKS pada lembar “Hasil Belajar Saya”. Pada akhir pembelajaran guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari studi kasus kedua dan mengerjakan soal-soal latihannya di rumah. Selain mendapat tugas tersebut, siswa juga diberi tugas oleh guru kelas untuk membuat peta konsep semua materi biologi kelas XI semester 2.

Pertemuan kedua berlangsung dengan kegiatan pembelajaran yang hampir sama dengan pertemuan pertama. Guru mempersilahkan siswa untuk membaca ulang studi kasus yang ada pada LKS mereka dan mengerjakan soal-

Page 10: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

10

soal latihannya. Siswa langsung membaca LKS sambil mencari jawaban dengan bantuan materi yang ada di dalam kartu pintar. Siswa yang tidak mengerti dengan topik yang mereka baca, berusaha bertanya pada guru. Selama pembelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan LKS teapi mengerjakan tugas membuat peta konsep yang diberikan oleh guru kelas pada pertemuan sebelumnya sehingga siswa tidak fokus mengerjakan LKS.

Pada saat presentasi, kelompok 1 dan kelompok 5 yang mendapat kesempatan untuk maju. Pada akhir pembelajaran guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis artikel tentang kelainan sistem reproduksi manusia untuk dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya.

Pada pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran diisi dengan presentasi dan diskusi tentang berbagai kelainan sistem reproduksi manusia. Pada pertemuan kali ini, semua kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan artikel yang mereka tulis. Setiap kali selesai presentasi, siswa bersama guru mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan seputar kelainan sistem reproduksi yang mereka bahas. Pada akhir pembelajaran, guru mengingatkan siswa untuk mempelajari semua topik yang telah dibahas selama tiga pertemuan untuk ulangan harian di pertemuan berikutnya.

Keunggulan dan Kelemahan Produk Hasil Pengembangan

Lembar Kerja Siswa dan Kartu Pintar yang dikembangkan oleh peneliti memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan yang dimiliki oleh LKS tersebut adalah penggunaan model discovery learning yang sesuai dengan pendekatan ilmiah dalam kurikulum 2013 sehingga pembelajaran tidak lagi bersifat teacher center melainkan student center. Sedangkan keunggulan kartu pintar adalah dengan adanya rangkuman materi dan gambar, mempermudah siswa untuk mempelajari materi sistem reproduksi baik struktur maupun fungsi serta proses-proses fisiologi di dalamnya.

LKS berbasis discovery learning dan kartu pintar melancarkan kegiatan diskusi siswa. Siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar dan guru sebagai pembicara. Tetapi siswa menjadi aktif selama pembelajaran. Komunikasi terjadi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa. Siswa aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari teman-temannya.LKS berbasis discovery learning dan kartu pintar melatih siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa mudah menangkap konsep-konsep yang ada pada materi sistem reproduksi manusia dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Selain keunggulan, LKS dan kartu pintar ini juga memiliki kelemahan. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis discovery learning ini membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada pembelajaran dengan metode ceramah. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh kartu pintar adalah hanya berisi rangkuman materi sehingga informasi yang diperoleh siswa menjadi terbatas. Kartu Pintar hanya sebagai salah satu media informasi yang tidak utama dalam proses pembelajaran.

Page 11: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

11

SARAN

Produk Pengembangan berupa LKS dan Kartu pintar ini dapat digunakan secara bersamaan dalam proses pembelajaran karena keduanya bersifat saling melengkapi. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis discovery learning dengan bantuan kartu pintar ini perlu pembiasaan agar siswa dapat beradaptasi dengan model pembelajaran discovery learning yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga waktu pembelajaran menjadi efisien. Kartu Pintar bukan media pembelajaran yang utama, tetapi hanya sebagai media pendamping, sehingga selama pembelajaran menggunakan LKS berbasis discovery learning siswa juga dapat mengakses sumber informasi lain yang relevan. Pada tahapan Disseminate (Penyebaran), LKS dan Kartu Pintar dapat dicetak dalam jumlah besar dan digunakan sebagai media pembelajaran di SMA Negeri 6 Malang untuk tahun pelajaran selanjutnya berdasarkan uji keefektifan yang menunjukkan bahwa LKS berbasis discovery learning dan kartu pintar efektif digunakan untuk pembelajaran materi sistem reproduksi manusia.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hamalik, O. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

Illahi, M.T, 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta: DIVA Press

Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Koran Pendidikan. 2012. Kartu Pintar Hermina Maulidyah Raih Penghargaan Nasional Permudah Anak Belajar tentang Tubuh. (online). (http://presensi.koranpendidikan.com/view/848/kartu-pintar-hermina-maulidyah-raih-penghargaan-nasional-permudah-anak-belajar-tentang-tubuh.html, diakses pada 26 Februari 2015)

Supiatun, Mulyati, S., Hidayanto, E. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Model Pembelajaran Grup Investigasi Pada Materi Trigonometri Kelas XI IPA MA Muhammadiyah I Malang. Artikel tidak diterbitkan.

Suyanto, S., Paidi, Wilujeng, I . 2011. Lembar Kerja Siswa. (online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-insih-wilujeng-mpd/LEMBAR%20KERJA%20SISWA.docx, diakses tanggal 15 Desember 2014)

Page 12: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA1C278ED79BEB1F048CF717... · Hasil wawancara peneliti dengan guru Biologi di SMA Negeri

12

Winanti, R. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dengan Kartu Pintar. (online), (http://apik-alatpermainaninovatifkreatif.blogspot.com, diakses pada 26 Februari 2015)