pengertian sejarah

53
Pengertian Sejarah Pengertian Sejarah – Sahabat Pustakers, Sejarah adalah sebuah alat ampuh dalam melanggengkan kekuasaan, lihatlah Soeharto mampu bertahan selama 32 tahun berkuasa di Indonesia kerena mampu menguasai dan mengendalikan sejarah. Jadi sejarah itu amat penting untuk dipelajari dan dipahami. Lalu apakah sebenarnya pengertian Sejarah?, para ahli telah mngkaji dan mengeluarkan pendapatnya masing-masing tentang definisi sejarah tentu dengan data dan fakta hasil penemuan para ahli ini. Sejarah jika ditinjau dari sudut etimilogisnya, maka akan dapat didapat sebuah data, bahwa kata SEJARAH itu berasal dari kata Asyajaratun bahasa Arab, yang berarti Pohon Silsilah. Sejarah dalam bahasa Inggris adalah History yang berasal dari bahasa Yunani Istoria atau Historia, Terdapat istilah klasik asal mula kata History atau istoria ini, Dalam terminologi Yunani saat itu muncul istilah Historia Magistra Vitae atau Sejarah adalah Guru yang terbaik, maksudnya sejarah itu merupakan sebuah pengalaman yang akan menjadikan kita bijaksana dan “pintar’ artinya sejarah itu membuat suatu bangsa menjadi arif bijaksana dan tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya atau kesalahan pada masa lalu. Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita. Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena: Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi. Sejarah Menurut Para Ahli Herodotus : Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia. Ibnu Khaldun : Dalam bukunya yang berjudul “Mukadimah”, Ibnu Khldun mendefisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau

Upload: donachita

Post on 17-Jul-2016

155 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Sejarah

Pengertian Sejarah

Pengertian Sejarah – Sahabat Pustakers, Sejarah adalah sebuah alat ampuh dalam melanggengkan kekuasaan, lihatlah Soeharto mampu bertahan selama 32 tahun berkuasa di Indonesia kerena mampu menguasai dan mengendalikan sejarah. Jadi sejarah itu amat penting untuk dipelajari dan dipahami. Lalu apakah sebenarnya pengertian Sejarah?, para ahli telah mngkaji dan mengeluarkan pendapatnya masing-masing tentang definisi sejarahtentu dengan data dan fakta hasil penemuan para ahli ini.Sejarah jika ditinjau dari sudut etimilogisnya, maka akan dapat didapat sebuah data, bahwa kata SEJARAH itu berasal dari kata Asyajaratun bahasa Arab, yang berarti Pohon Silsilah. Sejarah dalam bahasa Inggris adalah History yang berasal dari bahasa Yunani Istoria atau Historia, Terdapat istilah klasik asal mula kata History atau istoria ini, Dalam terminologi Yunani saat itu muncul istilah Historia Magistra Vitae atau Sejarah adalah Guru yang terbaik, maksudnya sejarah itu merupakan sebuah pengalaman yang akan menjadikan kita bijaksana dan “pintar’ artinya sejarah itu membuat suatu bangsa menjadi arif bijaksana dan tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya atau kesalahan pada masa lalu.

Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.

Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena: Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam

kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih

memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi.

Sejarah Menurut Para Ahli Herodotus : Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti melainkan

bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia. Ibnu Khaldun : Dalam bukunya yang berjudul “Mukadimah”, Ibnu Khldun mendefisikan

sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat.

 W.J.S. Poerwadarminta : Dalam bukunya berjudul ” Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Poerwadarminta mengutarakan 3 pengertian. Yaitu: Sejarah adalah kesustraan lama, silsilah, dan asal-usul; Sejarah adalah kejadian dan perisiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; Sejarah adalah ilmu pengetahuan tentang masa lampau.

Moh. Ali : Dalam bukunya ‘ Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia”, Moh. ali menegaskan bahwa kata sejarah mengandung arti sebagai berikut: Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-

Page 2: Pengertian Sejarah

kejadian, dan peristiwa dalam kenyataan disekitar kita.; Cerita tentang perubahan, kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan, kejadian, peristiwa yang merupakan realitas.

Taufik Abdullah : Menurutnya sejarah adalah kejadian masa lampau dan cerita tentang kejadian itu.

 Sartono Kartodirdjo : Gambaran perkembangan dan kehidupan kebudayaan manusia. Kuntowijoyo : Sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris.

Bersift diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.

Kesimpulan Pengertian Sejarah

Seperti yang disinggung sebelumnya,  sejarah itu sangat urgent untuk di kaji, dipelihara dan diluruskan, karena jika sejarah itu jatuh ketangan “penguasa Jahat” maka akibatnya fatal, sang penguasa dapat memegang kekuasaan secara sewenang-wewang tentu saja dengan cara mengendlikan dan mengarahkan sejarah sesuai dengan selera penguasa.

Tapi jika telah mengerti hakikat dari pengertian sejarah, maka niscaya sejarah itu akan berjalan sesuai dengan hakikat dari sejarah itu sendiri.

Kesimpulan pengertian sejarah kita dapat definiskan sebagai berikut, Sejarah adalah ilmu yang khusus mempelajari kejadian masa yang telah terjadi yang dilakukan oleh aktifitas manusia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau kejadian yang sebenarnya.

Okk Demikan sedikit artikel mengenai pengertin sejarah, semoga artikel ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

http://www.pustakasekolah.com/

Sejarah sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu, dan   Seni 1. Sejarah sebagai PeristiwaDalam mempelajari sejarah, salah satu manfaat yang dapat kita perolehialah manfaat pendidikan. Dari manfaat ini maka kita sering mendengar ucapan“Belajarlah dari sejarah” atau “Sejarah mengajarkan kepada kita” atau “Perhatikanlah

Page 3: Pengertian Sejarah

pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejarah”. Dengan demikian, persoalan“belajar dari sejarah” ini menyangkut diktum “L’historie se repete” atau sejarahberulang. Maka kita bertanya : “Benarkah sejarah berulang?”Secara sepintas kita cenderung untuk menjawab dengan tegas “tidak”.Dengan alasan bahwa tidak ada peristiwa yang dapat terjadi lagi. PerlawananPattimura 1817; Perlawanan Kaum Paderi (1821-1838), PerlawananDiponegoro (1825-1830); Perlawanan Bali (1846-1905), Perlawanan Aceh(1871-1904), dan perlawananperlawanandaerah yang lain, demikianjuga Proklamasi 17 Agustus1945 tidak akan terjadi lagi, tidakakan terulang lagi. Semua ini sesuaidengan diktum Geschiste ist einmaligatau sejarah hanya terjadi sekali saja.Jadi, sejarah sebagai peristiwayang tidak mungkin terulang lagi (einmalig= terjadi sekali saja). Dengankata lain, sejarah sebagai peristiwa,hanya sekali terjadi (einmalig).

2. Sejarah sebagai KisahSejarah sebagai kisah adalah sejarah yang menyangkut penulisan peristiwatersebut oleh seseorang sesuai dengan konteks zamannya dan latar belakangnya.Sejarah sebagai kisah dapat kisahkan atau ditulis lagi oleh siapa saja dan kapansaja sehingga ada proses berkelanjutan.Peristiwa-peristiwa seperti Perlawanan Pattimura 1817; Perlawanan KaumPaderi (1821-1838), Perlawanan Diponegoro (1825-1830); Perlawanan Bali(1846-1905), Perlawanan Aceh (1871-1904), Proklamasi 17 Agustus 1945dan sebagainya dapat berulang-kali ditulis kembali (dikisahkan) oleh penulis

Page 4: Pengertian Sejarah

sejarah (sejarawan) atau orang yang berminat pada sejarah, baik oleh angkatan’45, ‘50, ‘66, atau angkatan 2004. Hasil penulisannya berupa karya tulis, dapatberwujud cerpen, buku atau dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.Demikian juga kegiatan upacara peringatan Proklamasi 17 Agustus dapatterulang-ulang di mana saja, oleh siapa saja, misalnya di sekolah oleh wargasekolah, di kantor oleh warga kantor, di kampung oleh warga kampung dansebagainya, yang hingga tahun 2006 telah genap 61 tahun (HUT RI ke-61).Jadi, peristiwanya hanya sekali (prosestidak berkelanjutan = sejarah obyektif =sejarah sebagai peristiwa), namun kisahnya/peringatannya atau makna dariperistiwa tersebut dapat berulang-ulang(ada proses berkelanjutan = sejarahsubyektif = sejarah sebagai kisah).

3. Sejarah sebagai IlmuBerdasarkan uraian di atas kita ketahui bahwa sejarah mempunyai beberapapengertian, yaitu sebagai berikut.a. Sejarah sebagai peristiwa adalah menyangkut peristiwanya itu sendiri, yangsekali terjadi, sehingga tidak berulang.

b. Sejarah sebagai kisah adalah menyangkut penulisan kembali peristiwatersebut oleh seorang sejarawan/siapa saja yang berminat terhadap sejarahlewat jejak-jejak masa lalu.Selain sejarah sebagai peristiwa dan sebagai kisah, sejarah juga sebagaiilmu. Untuk memahami tentang sejarah sebagai ilmu ; perlu kiranya mengetahuiapa ilmu itu dan apa kriterianya? Ada beberapa jalan untuk mencari pengetahuan,antara lain sebagai berikut.

Page 5: Pengertian Sejarah

a. Dengan jalan mendengarkan cerita orang lainPengetahuan yang didapat dari mendengarkan cerita orang, belum sahihjika belum ada bukti-bukti pengujiannya, sebab mungkin sekali cerita ituhanya mengisi waktu luang.b. Dengan jalan keterangan/penelitianPengetahuan yang berdasarkan keterangan, memberi dasar yang kuat, dankokoh akan pengetahuan kita.c. Dengan jalan pengalaman sendiriPengetahuan berdasarkan pengalaman ada yang berdasarkan kenyataan yangpasti; tetapi derajat kebenarannya tergantung akan ketajaman pengetahuankita.Untuk membedakan pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan penelitiandapat diberikan beberapa contoh sebagai berikut.Seorang petani menggunakan pupuk untuk tanamannya karena berdasarkanpengalamannya, tanaman yang dipupuk memberikan hasil lebih baik daripadatanaman yang tidak dipupuk. Pengetahuan tersebut berdasarkan pengalamannyasendiri. Lain halnya seorang ahli tanaman, memberikan pupuk pada tanamanberdasarkan penyelidikan/penelitian, bahwa tanaman itu memerlukan jenispupuk tertentu dan pada saat-saat tertentu sehingga hasilnya baik.Kedua contoh tersebut di atas sama-sama pengetahuan untuk memupuktanaman. Pengetahuan yang didapat berdasarkan pengalaman, disebut pengetahuanpengalaman atau sering disingkat pengalaman. Adapun pengetahuanyang didapat berdasarkan penelitian disebut ilmu. Suatu pengetahuan disebutilmu jika memenuhi beberapa kriteria, yakni : (1) memiliki metode yang efisien,(2) memiliki obyek yang definitif, (3) memiliki formulasi kebenaran yang umum,

Page 6: Pengertian Sejarah

(4) adanya penyusunan yang sistematis, dan (5) memiliki kebenaran yang objektif.Dari uraian di atas mengenai ciri-ciri ilmu, bagaimanakah dengan sejarah?Jelaslah bahwa sejarah juga termasuk ilmu tersendiri, karena memiliki persyaratansebagai ilmu, yakni:a. Memiliki TujuanIlmu memiliki tujuan sendiri untuk membedakan dengan ilmu yang lain.Artinya, dengan memiliki tujuan, sesuatu ilmu akan dibatasi oleh objek materialatau sasaran yang jelas. Misalnya, objek ilmu kedokteran adalah manusia dan

masyarakat dengan sasaran pokok tubuh manusia (misalnya penyakit). Dengandemikian fokus usahanya ialah usaha untuk menyembuhkan supaya manusiamenjadi sehat. Ilmu kedokteran juga bertujuan untuk memanfaatkan ilmu danteknologi kedokteran demi untuk menjaga kesehatan manusia dan masyarakat.Sementara itu, objek kajian sejarah adalah kehidupan manusia masa lampau,yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan kehidupan masa sekarang dan masayang akan datang sebagai kontinuitas kehidupan. Sejarah memiliki ruang lingkupyang jelas, yakni apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dirasakan oleh manusia.b. Memiliki MetodeMetode dalam arti yang luas adalah cara atau jalan untuk melakukan sesuatumenurut aturan tertentu. Dengan menggunakan metode, maka seseorang dapatmelakukan kegiatan secara lebih terarah. Dengan demikian kegiatan tersebutbersifat lebih praktis sehingga dapat mencapai hasil maksimal.

Page 7: Pengertian Sejarah

Kumpulanpengetahuan yang memiliki metode akan dapat tersusun secara lebih terarah,lebih teratur serta lebih mudah dipelajari. Tanpa suatu metode, suatu pengetahuanmengenai apa pun tidak dapat digolongkan ke dalam ilmu.Sejarah memiliki metode tersendiri dalam kerangka penelitiannya, yaknimetode sejarah meliputi pengumpulan, mengadakan penilaian sumber (kritik),penafsiran data dan penyajian dalam bentuk cerita sejarah (historiografi).c. Pemikiran yang RasionalIlmu hanya dapat dipahami dengan akal pikiran yakni dengan menggunakanpenalaran yang sehat. Analisis yang dilakukan terhadap sejumlah pengetahuanharus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh aturan-aturanlogika untuk mencapai suatu kesimpulan. Proses penyimpulan itu disebutpenalaran.Demikian pula dengan syariah apa yang disajikan dalam bentuk sejarahdiusahakan sejauh mungkin mendekati seperti peristiwanya. Hal ini dapatdilakukan dengan analisis data secara ilmiah dengan menggunakan rasio.d. Penyusunan yang SistematisPenyusunan secara sistematis memungkinkan pengetahuan yang ditelitisaling berkaitan dengan bidang ilmu lain sehingga merupakan suatu kesatuanyang saling berhubungan satu sama lain. Dengan demikian, berbagai pengetahuantersebut tidak saling bertentangan melainkan dapat runtut dan konsisten.Jadi, yang dimaksud dengan ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuanyang terkumpul menjadi satu.Penyusunan secara sistematis pengetahuan sejarah mulai dari langkah yangpertama (pengumpulan sumber) sampai dengan yang terakhir (penulisan

Page 8: Pengertian Sejarah

sejarahsebagai kisah).

e. Kebenaran Bersifat ObjektifPengetahuan ilmiah dapat dikomunikasikan dengan orang lain dankebenarannya dapat diterima oleh orang lain juga, karena sesuai dengankenyataan (objektif). Sejarah sepanjang menyangkut tentang fakta adalah objektif.Oleh karena fakta sejarah adalah objektif, maka penulisannya harus berdasarkanfakta tersebut. Dengan demikian, sejarah memiliki kebenaran objektif.Dengan kriteria seperti tersebut di atas, maka jelas bahwa sejarah dapatdimasukkan dalam ilmu tersendiri. Jadi ilmu sejarah memperoleh kedudukansebagai ilmu setelah pelbagai peristiwa sejarah itu disoroti sebagai suatupermasalahan dengan cara menganalisis hubungan sebab akibat sedemikianrupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang menjadipatokan bagi terjadinya peristiwa.f. Sejarah sebagai SeniSatu pertanyaan yang terbersit dalam pemikiran kita setelah kita mengetahuibahwa sejarah merupakan ilmu tersendiri karena berbagai kriteria yangdimilikinya, yaitu mengapa sejarah juga sebagai seni?Apabila seseorang menulis (sejarah sebagai kisah), berdasarkan jejak-jejakmasa lampau yang berupa sumber-sumber yang telah diseleksi secara ilmiah,maka sumber itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah. Hasilpenelitian terhadap sumber-sumber itu barulah menjadi bahan-bahan dalampenyusunan penulisan sejarah sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atauderetan angka-angka tahun serta catatan-catatan peristiwa itu semuanya barumerupakan kronik, dan bukan sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan

Page 9: Pengertian Sejarah

sejarahsetelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah denganmenggunakan metode sejarah. Dengan demikian jelas bahwa, meskipunseseorang menulis suatu kisah/sejarah berdasarkan sumber-sumber yang samabelum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan itu bukan dalam data, atau punsumbernya, tetapi penafsirannya dan penyimpulannya. Sebab latar belakangpenulis juga ikut mewarnainya, seperti pendidikan, falsafah hidupnya, danpengalaman, begitu juga penuturannya.Jadi meskipun sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapipenyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa, dan seni penulisan; makakita cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karyaseni, tetapi yang benar-benar seni juga tidak, sebab proses penelitiannyadilakukan secara ilmiah.Dengan demikian jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya sumber sejarahbersifat ilmiah, tetapi dalam taraf penulisannya sejarah bersifat seni.

https://bahanajarguru.wordpress.com

Sejarah Sebagai PeristiwaSejarah Sebagai Peristiwa – Apa yang terjadi pada masa lalu merupakan fakta sejarah atau kenyataan sejarah. Kenyataan tersebut dapat menjadi peristiwa sejarah. Dengan demikian, sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, dan aktualitas. Kenyataan tersebut telah berlangsung pada masa lalu. Sejarah menjadi sesuatu yang objektif karena merupakan kenyataan yang benar-

Page 10: Pengertian Sejarah

benar terjadi. Kehidupan manusia bersifat multidimensi, artinya kehidupan yang dapat dilihat dari berbagai aspek.

Aspek-aspek tersebut yaitu ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain. Kenyataan sejarah dapat berupa aspek-aspek kehidupan manusia. Objektivitas sejarah dapat dibuktikan berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan. Apabila suatu peristiwa sejarah itu diceritakan tetapi tidak ada sumbernya, maka sejarah itu tidak menjadi objektif. Jadi, peristiwa tersebut bukan kenyataan sejarah.

Peristiwa sejarah dapat dilihat dalam hubungan sebab akibat, baik yang bersifat internal maupun eksternal dari peristiwa itu. Internal disebabkan faktor yang ada dalam peristiwa itu sendiri, misalkan lahirnya pergerakan nasional di Indonesia pada awal abad ke-20 disebabkan oleh lahirnya kaum terpelajar sebagai dampak dari politik pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui politik etis. Secara eksternal pergerakan kebangsaan di Indonesia lahir disebabkan oleh kemenangan perang oleh Jepang terhadap Rusia 1904/1905.

Sebab biasanya merupakan syarat utama bagi timbulnya suatu akibat. Syarat tersebut bisa berupa kondisi tertentu. Sebab suatu peristiwa bisa bersifat tunggal atau sebab utama, bisa pula bersifat multisebab atau lebih dari satu. Sebagai contoh, peristiwa perang terjadi disebabkan oleh konflik militer yang tidak dapat diselesaikan oleh dua negara yang bersengkata. Perang dapat pula disebabkan oleh multisebab, bukan hanya konflik militer tetapi disebabkan oleh aspek-aspek lainnya misalnya konflik perbatasan, kepentingan ekonomi, kepentingan politik dalam negeri, dan sebagainya.Dalam sejarah umat manusia, peristiwa sejarah dapat merupakan suatu perubahan kehidupan. Sebab sejarah pada hakikatnya merupakan sebuah perubahan. Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Dengan melihat aspek waktu tersebut, akan terlihat perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan kehidupan tersebut dapat berupa aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Aspek-aspek tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Suatu peristiwa ekonomi bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial, dan budaya, juga sebaliknya.

Peristiwa politik biasanya peristiwa kehidupan manusia yang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan dapat berhubungan dengan penguasa, negara, pemerintahan, keputusan-keputusan pemerintah, partai politik, undang-undang, keterlibatan masyarakat dalam politik misalnya pemilu, dan lain-lain. Penguasa bisa seorang raja, presiden, atau pemimpin partai. Terdapat pula orang-orang tertentu yang bukan penguasa tetapi memiliki pengaruh terhadap kekuasaan, yang biasanya orang-orang tersebut dikategorikan sebagai “orang-orang besar”, misalkan seorang tokoh masyarakat yang memiliki kharisma di mata masyarakatnya.

Peran seorang penguasa dapat menjadi suatu peristiwa politik, misalnya peran yang dilakukan olehDaendels ketika menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Salah satu tindakan dari keputusan politiknya yang sangat penting bagi sejarah Indonesia ialah pembuatan Jalan Raya yang terbentang dari ujung barat Pulau Jawa yaitu Anyer sampai dengan ujung timur Pulau Jawa yaitu Panarukan. Pembuatan jalan raya ini berawal dari keputusan politik Daendels yang bertugas mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, tetapi kemudian berakibat pada aspek-aspek lainnya. Pembangunan jalan raya sebagai suatu sebab, dapat berakibat pada aspek-aspek lain yang tidak lagi merupakan peristiwa politik. Aspek-aspek lain tersebut misalnya pertumbuhan kota-kota di Jawa Barat yang dilalui jalan raya. Kota-kota tersebut misalnya Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan kota-kota lainnya. Di antara kota-kota tersebut dibangun jalur ekonomi, karena jalan tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi bagi barang-barang yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Di dalam kota-kota tersebut memungkinkan tumbuhnya kegiatan ekonomi

Page 11: Pengertian Sejarah

masyarakat, masyarakat mudah berinteraksi secara ekonomi karena terdapat sarana transportasi, sehingga kegiatan perdagangan antarmasyarakat semakin meluas.

Bahkan secara sosial dapat menimbulkan suatu kegiatan usaha jasa, misalnya jasa pengangkutan barang yang menggunakan gerobak kuda. Berdasarkan contoh di atas, dapatlah dilihat bahwa peristiwa politik dapat menjadi sebab terhadap peristiwa-peristiwa lainnya seperti peristiwa ekonomi dan sosial. Selain peran individu dalam politik, peran kelompok juga dapat menjadi peristiwa politik. Misalkan, peristiwa peran yang dilakukan oleh partai politik dalam kampanye. Partai politik merupakan kumpulan individu-individu yang berkumpul untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, yang biasanya akan mereka perjuangkan nanti di parlemen. Kegiatan kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilu. Kegiatan pemilu dapat memperlihatkan bagaimana individuindividu itu berperilaku. Dalam kegiatan kampanye, partai-partai berlombalomba dengan berbagai jargon yang mereka ungkapkan untuk meraih massa.

Kegiatan kampanye sebagai peristiwa politik dapat menjadi sebab bagi peristiwa-peristiwa lainnya. Misalnya apabila kampanye itu dilakukan tidak dengan tertib dan tumbuhnya fanatisme yang berlebihan di kalangan pengikut atau massa partai politik, dapat berakibat lahirnya peristiwa konflik sosial atau kerusuhan. Selain berakibat secara sosial, kampanye dapat pula berakibat pada kegiatan ekonomi. Misalnya setiap partai politik memiliki identitasnya masing-masing. Identitas tersebut dapat dilihat pada bendera dan kaos yang digunakan oleh massanya. Untuk kegiatan kampanye, identitas tersebut harus digunakan, dan membutuhkan jumlah yang cukup banyak. Pemenuhan identitas tersebut tidak mungkin dilakukan oleh partai itu sendiri, sebab partai lebih berkonsentrasi pada kegiatan politik. Akibatnya, tumbuhlah para pengusaha atau penjual bendera dan kaos partai politik. Terjadi perdagangan bendera dan kaos partai dalam jumlah yang lebih besar. Bagi sekelompok pedagang atau pengusaha, ini merupakan peristiwa ekonomi yang sangat menguntungkan.

Partai politik dalam melakukan kampanye biasanya dilakukan di lapangan yang terbuka luas dan membutuhkan kerumunan massa yang cukup besar. Bagi sekelompok pedagang makanan, khususnya pedagang kecil, kerumunan massa ini merupakan potensi untuk mencari konsumen dalam rangka menjual dagangannya. Dalam kegiatan kampanye ini ternyata terjadi peristiwa ekonomi, yaitu terjadinya transaksi dagang antara pedagang makanan yang menjajakan di tempat berlangsungnya kampanye dengan massa pendukung partai. Dalam sejarah Indonesia, peristiwa-peristiwa politik tersebut dapat dilihat dari kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) yang pertama pada tahun 1955 sampai dengan pemilu terakhir pada tahun 2003. Bagi mereka yang mengalaminya pelaksanaan pemilu, dapat melihat secara langsung dari lingkungan terdekat atau lingkungan sekitarnya bagaimana perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada saat pemilu berlangsung, apakah masyarakat terkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan politik, atau adakah kegiatan ekonomi masyarakat dalam rangka pemilu, atau kegiatan-kegiatan lainnya di luar kegiatan yang bersifat politik.

http://www.pustakasekolah.com/

2. Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

Page 12: Pengertian Sejarah

a. Sejarah Sebagai Peristiwa dan KisahSejarah dapat dipahami dari 2 aspek, yaitu :

1. Sejarah sebagai peristiwa atau realitas (I’histoir realite) karena peristiwa sejarah atau kejadian sejarah itu benar-benaada dan terjadi pada masa lampau.2. Sejarah sebagai kisah sejarah (L’histoir recite). Dalam pengertian ini sejarah dipandang sebagai kisah dari peristiwa-peristiwa masa lampau.Sartono kartodirdjo, membagi sejarah menjadi dua, yaitu :1. Sejarah dalam arti objektif  merupakan kejadian atau peristiwa sejarah yang tidak dapat terulang lagi.

2. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu kontruksi (bangunan) yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian cerita (kisah). Kisah tersebut merupakan suatu kesatuan rangkaian dari fakta-fakta yang saling berkaitan.

Tidak semua peristiwa yang terjadi pada masa lampau digolongkan sebagai suatu peristiwa sejarah.

Peristiwa yang dapat digolongkan sebagai suatu peristiwa sejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Peristiwa tersebut UnikPeristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang unik, sebab hanya sejkali terjadi (once) atau dalam bahasa Jerman disebut dengan einmaligh.2. Peristiwa Tersebut Besar PengaruhnyaPeristiwa atau kejadian pada masa lampau mempunyai pengaruh yang besar pada masanya atau pada masa-masa selanjutnya. Contoh, peristiwa pembacaan proklmasi kemerdekaan, sumpah pemuda, dsb.

b. Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni1. Sejarah sebagai IlmuSejarah sebagai ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;

a. EmpirisEmpiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan sejarah lainnya, kemudian diteliti oleh sejarawah untuk menemukan fakta.b. Memiliki ObjekKata Objek berasal dari Latin objectus artinya yang dihadapan, sasaran, tujuan. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan masyarakat yang menekankanpda sudut pandang waktu.c. Memiliki TeoriDalam bahasaYunani theoria berarti renungan. Sama seperti ilmu sosia lainnya, sejarah mempunyai teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu, seperti: teori sosiologi, teori nasionalisme, teori konflik sosial, dsb.d. Memiliki MetodeMethodos (Bahasa Yunani) berarti cara. Dalam rangka penelitian, sejarah mempunyai metodologi penelitian sendiri yang menjadi patokan-patokan tradisi ilmiah yang senantiasa dihayati.2. Sejarah sebagai SeniSejarah sebagai seni, memerlukan :a. InstuisiSejarawan memerlukan instuisi atau ilham, yaitu pemahaman langsung dan insting selama masa penelitian berlangsung. Dalam hal ini cara kerja sejarawan sama dengan seniman.

b. ImajinasiDalam melakukan pekerjaannya seorang sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi seudah itu. Contohnya : Sejarah Sagaranten, harus  membayangkan keadaan geografis kota Sagaranten.

c. EmosiDalam penulisan sejarah harus ada keterlibatan emosi, dalam hal ini penulis sejarah harus mempunyai empati yang tinggi (empatheia = perasaan) untuk menyatukan perasaan dengan objeknya, seolah-olah mengalami sendiri.

Page 13: Pengertian Sejarah

d. Gaya BahasaDalam penulisan sejarah gaya bahasa yang digunakan harus lugas atau tidak berbelit-belit, sehingga kisah sejarah akan mudah dipahami oleh pembaca.

Sejarah sebagai seni memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

a. BerkurangnyaKetetapan dan ObjektivitasAccuracy (ketepatan) dan objektivitas sangat diperlukan dalam penulisan sejarah. Penulisan sejarah berdasarkan fakta, sedangkan seni merupakan hasil imajinasi.b. Penulisan Sejarah akan TerbatasPenulisan sejarah yang terlalu dekat dengan seni akan terbatas kepada objek-objek yang dapat dideskripsikan . Penulisan sejarah akan penuh dengan gambaran tentang perang dan biografi yang penuh sanjungan.

https://adeirawan74.wordpress.com

2. Sejarah sebagai Kisah

Membicarakan sejarah sebagai kisah berarti berbicara sejarah sebagai sebuah cerita dalam berbagai bentuk, baik narasi maupun tafsiran dari suatu peristiwa sejarah. Kisah ini pun dapat berupa tulis atau lisan. Secara tulisan, kisah sejarah ini dapat dilihat dalam bentuk tertulis seperti pada buku, majalah atau surat kabar. Secara lisan, kisah dapat diambil dari ceramah, percakapan atau pelajaran di sekolah. Sejarah merupakan suatu kisah yang diceritakan dalam berbagai bentuk, baik narasi maupun tafsiran dari suatu kejadian. Secara tulisan kisah ini akan didapat dalam bentuk tulisan di buku, majalah atau surat kabar. Secara lisan, kisah didapat dari ceramah, percakapan atau pelajaran di sekolah.

Oleh karena sejarah di sini bersifat kisah atau cerita maka isi kisahnya pun berbeda bergantung kepada siapa yang menyampaikannya, kepentingan, serta latar belakang si penyampai kisah bersangkutan. Kisah yang dituturkan berbeda karena setiap orang akan memberikan tafsiran yang berbeda tentang peristiwa yang dilihatnya. Dengan demikian, akan cukup bijaksana apabila sejarah dikisahkan itu disertai pula oleh uraian mengenai sifat-sifat orang yang menyampaikan sejarah.

Contoh sejarah sebagai kisah adalah kisah mengenai Sultan Iskandar Muda dalam Hikayat Aceh. Dalam hikayat ini diceritakan cukup detail mengenai masa kecil Iskandar Muda hingga ia memerintah Kerajaan Aceh dengan cukup bijaksana. Di sini kita melihat sosok positif dari sultan tersebut karena yang menulis hikayat pun adalah orang dalam Aceh. Dengan demikian sejarah sebagai kisah subjektif sifatnya. Contoh lain adalah kitabkitab yang ditulis oleh para pujangga istana di Jawa seperti Negarakretagama, Pararaton, Kidung Sundayana, Carita Parahyangan, dan lain-lain.

http://mengerjakantugas.blogspot.com/

c. Sejarah sebagai ilmuIlmu pengetahuan sejarah seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya, mulai berkembang pada abad ke-19. Sejarah berusaha untuk mencari hukum-hukum yang mengendalikan kehidupan manusia dan juga mencari penyebab terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat.Sejarah sebagai ilmu adalah ilmu yang menyelidiki dan meneliti kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia dimasa lampau dengan menggunakan metode ilmiah. Sejarah memenuhi syarat sebagai ilmu karena dalam penelitian sejarah ada metode, objek sistematika.

Page 14: Pengertian Sejarah

Sebagai ilmu sejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1) EmpirisIlmu sejarah termasuk ilmu-ilmu empiris. Berasal dari kata Yunani “empiro” yang berarti perjalanan manusia. Pengalaman manusia tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan-peninggalan sejarah, lalu diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta itu kemudian diinterpretasikan dan dilakukan penulisan sejarah. Jadi sejarah sangat beruntung pada pengalaman manusia.2) Memiliki objekKata objek berasal dari bahasa latin objectus yang berarti dihadapan, sasaran, tujuan. Setiap ilmu memiliki tujuan dan objek material atau sasaran yang jelas untuk membedakan dengan ilmu yang lain. Objek sejarah adalah manusia dan masyarakat, tetapi sasaran lebih ditekankan pada manusia dalam sudut pandang waktu.3) Memiliki teoriDalam bahasa yunani theoria yang berarti renungan. Sejarah mempunyai teori yang berisi kumpulan kaidah pokok suatu ilmu. Contoh tentang nasionalisme, teori geopolitik, teori konflik sosial (Karl Mark).4) Memiliki metodeBerasal dari bahasa Yunani methodes yang berarti cara. Dalam melakukan penelitian sejarah mempunyai metode tersendiri dengan menggunakan pengamatan disertai bukti-bukti untuk membuat kesimpulanSejarah sebagai ilmu, mempelajari sepanjang kehidupan manusia, tetapi tidak semua peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dapat digolongkan sebagai peristiwa bersejarah. Peristiwa yang dapat digolongkan sebagai peristiwa bersejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a) Peristiwa tersebut unikPeristiwa sejarah merupakan peristiwa yang unik, karena setiap peristiwa sejarah hanya satu kali terjadi (once) atau dalam bahasa Jerman disebut einmailgh. Oleh karena itu, dan tidak akan pernah ada peristiwa sejarah yang berulang dan setiap peristiwa akan berbeda dengan peristiwa sebelumnya baik jenis peristiwa, pelaku, waktu ataupun tempatnya.b) Peristiwa tersebut besar pengaruhnyaSuatu peristiwa dianggap bersejarah apabila peristiwa besar pengaruhnya pada masanya dan masa berikutnya.

http://redikayulanto.blogspot.com/

Sejarah Sebagai SeniGambar tari anoman di

prambanan

Page 15: Pengertian Sejarah

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut Travelyan menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah karena memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai seni. Seperti halnya seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa.

Intuisi dibutuhkan sejarawan terutama yang berkaitan dengan pemahaman langsung selama penelitian. Setiap langkah yang harus dikerjakan oleh sejarawan memerlukan kepandaian dalam memutuskan apa yang harus dilakukan. Seringkali untuk memilih suatu penjelasan, bukanlah perangkat ilmu yang berjalan tetapi intuisi. Demikian halnya ketika harus menggambarkan suatu peristiwa atau berupa deskripsi, sejarawan sering tidak sanggup melanjutkan tulisannya. Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya yang diperlukan adalah intuisi. Namun, meskipun mengandalkan intuisi, sejarawan harus tetap berdasarkan data yang dimilikinya.

Sejarawan juga membutuhkan imajinasi, misalnya membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, pada suatu periode yang ditelitinya. Imajinasi yang digunakan tentunya bukanlah imajinasi liar melainkan berdasarkan keterangan atau data yang mendukung. Misalnya seorang sejarawan akan menulis priyayi awal abad ke-20. Ia harus memiliki gambaran, mungkin priyayi itu anak cucu kaum bangsawan atau raja yang turun statusnya karena sebab-sebab alamiah atau politis. Imajinasi seorang sejarawan juga harus jalan jika ia ingin memahami perlawanan Sultan Palembang yang berada di luar ibu kota pada abad ke-19. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai dan hutan yang mungkin jadi tempat baik untuk bersembunyi (Kuntowijoyo 2001:70).

Demikian halnya dengan emosi. Dalam penulisan sejarah terdapat pula keterlibatan emosi. Di sini penulis sejarah perlu memiliki empati yang menyatukan dirinya dengan objek yang diteliti. Pada penulisan sejarah zaman Romantik yaitu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, sejarah dianggap sebagai cabang sastra. Akibatnya, menulis sejarah disamakan dengan menulis sastra, artinya menulis sejarah harus dengan keterlibatan emosional. Orang yang membaca sejarah penaklukan Meksiko, jatuhnya Romawi, pelayaran orang Inggris ke Amerika, harus dibuat seolah-olah hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. Penulisnya harus berempati, menyatukan perasaan dengan objeknya. Diharapkan sejarawan dapat menghadirkan objeknya seolah-olah pembacanya mengalami sendiri peristiwa itu (Kuntowijoyo 2001:70-71).

Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah gaya bahasa. Dalam penulisan sejarah, sejarawan harus menggunakan gaya bahasa yang tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tidak membosankan, komunikatif dan mudah dipahami. Khususnya dalam menghidupkan suatu kisah di masa lalu. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan menulis secara terperinci (detail).

Berbeda dengan karya sastra, dalam penulisan sejarah harus berusaha memberikan informasi yang lengkap dan jelas. Serta menghindari subjektivitas dan mengedepankan obyektivitas berdasarkan penggunaan metode penelitian yang tepat.

Namun, sejarah sebagai seni memiliki beberapa kekurangan yaitu sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan obyektivitasnya. Alasannya, seni merupakan hasil imajinasi. Sementara ketepatan dan obyektivitas merupakan hal yang diperlukan dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti adanya kesesuaian antara fakta dan penulisan sejarah. Sedangkan obyektivitas berarti tidak ada pandangan yang individual.  Kedua hal ini menimbulkan

Page 16: Pengertian Sejarah

kepercayaan orang pada sejarawan dan memberikan kesan penguasaan sejarawan atas detail tulisan sejarah. Namun, kesan akan kedua hal itu akan hilang jika sejarah menjadi seni karena sejarah berdasarkan fakta dan seni merupakan hasil imajinasi. Sejarah yang terlalu dekat seni pun dapat dianggap telah memalsukan fakta.

Referensi : Abdullah, Taufik. 2001. Nasionalisme & Sejarah. Bandung: Satya Historika.

Alfian, Ibrahim (eds.). 1992. Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Ali. R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. diterbitkan pertama kali 1963 oleh Bharata

Jakarta. Yogyakarta: LKIS.

Ankersmit, F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah. Jakarta: Gramedia.

Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Kuntowidjoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Febriyanti, Rosiana.2013. “Metode Pembelajaran Sejarah” Republika 16 Maret

Gardiner, Juliet (ed). 1988. What is History Today...?. Hongkong: Macmillan Education.

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Hassan, Hamid.S. 2010. “Pendidikan Sejarah: Kemana dan Bagaimana? ” dalam Jurnal Pendidikan

Sejarah AGSI. Jakarta: Asosiasi Guru Sejarah Indonesia & Institut Sejarah Sosial Indonesia.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Munajat, Ade. 2004. Sejarah 1. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Resink, G.J. 2012. Bukan 350 Tahun Dijajah. Depok: Komunitas Bambu.

Sjamsudin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Soedjatmoko (ed). 1995. Historiografi Indonesia. Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Swantoro, P. 2002. Dari Buku ke Buku. Jakarta: KPG & Tembi.

SEJARAH SEBAGAI ILMU

2.1 Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu            Dalam perkembangannya, sejerah mempunyai beberapa fungsi. Diantaranya adalah sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai seni, dan sejarah sebagai ilmu. Sejarah juga mempunyai peranan dalam perkembangan suatu negara atau daerah. Banyak negara atau daerah yang besar karena menghargai sejarah masa lalunya.

Page 17: Pengertian Sejarah

            Salah satunya adalah Indonesia, masyarakat Indonesia selalu mengenang dan menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dan mengukir sejarah besar dalam perjalanan negara Republik Indonesia. Hal ini terbukti dengan diperingatinya tanggal-tanggal penting yang berkaitan dengan pejuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan dari para penjajah. Seperti diadakannya upacara hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus, mengibarkan bendera merah-putih bagi setiap masyarakat Indonesia menjelang hari kemerdekaan, diadakannya upacara bendera setiap hari senin di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, digunakannya sejarah sebagai salah satu mata pelajaran di lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.            Seiring dengan bekembangnya zaman, berkembang pulalah ilmu pengetahuan dan sains. Pengetahuan sejarah sudah mulai mencangkup kondisi pada jenjang sosial tertentu.            Pada perkembangan inilah sejarah sebagai ilmu pengetahuan mulai dibahas dan dibuktikan keabsahannya. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Shuderman(2012) “ ilmu sejarah berusaha mencari hukum-hukum yang mengendalikan manusia dan kehidupannya dan juga mencari penyebab timbulnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia. Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan hendaknya dibahas dan dibuktikan secara keilmuan (ilmiah)”. Untuk mencari keabsahannya tersebut muncul metode dalam sejarah. Munculnya metode dalam sejarah inilah yang membuat sejarah mempunyai funsi sebagai ilmu. Banyak ahli sejarah yang mendefinisikan sejarah

Page 18: Pengertian Sejarah

sebagai ilmu, dari berbagai definisi tersebut, diantaranya yang telah diungkapkan oleh Shuderman(2012) yaitu.

Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (abody of Knowledge) tentang peristiwa dan cerita yangterjadi di masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.

Jadi, definisi sejarah sebagai ilmu sesuai pernyataan dari Shuderman adalah pengetahuan tentang suatu kejadian masa lalu yang disusun secara berurutan dan metode berdasarkan asas,prosedur dan teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan.            2.2 Alasan Sejarah Dijadikan Sebagai Ilmu

            Suatu hal dapat dikatakan sebagai ilmu apabila hal tersebut memenuhi syarat umum yaitu objek, tujuan, metodelogi dan sistematika. Sesuatu dikatakan memiliki objek, jika ilmu itu memiliki sasaran atau tujuan penelitian. Ilmu yang memiliki tujuan adalah ilmu yang mengantarkan kepada tujuan tertentu seperti biologi, biologi adalah ilmu yang memepelajari tentang mahluk hidup. Itu berarti biologi bertujuan mengajarkan tentang mahluk hidup dan segala aspek-aspeknya .Ilmu yang memiliki metodelogi adalah ilmu yang memiliki cara dalam mengembangkan materi-materi yang dibahas seperti pengalaman dan sebagainya. Sedangkan ilmu yang sistematika adalah ilmu yang secara berurutan atau kronologinya jelas sedang membahas atau mempelajari suatu hal.            Sedangkan sejarah dikatakan sebagai ilmu, jika memiliki syarat yaitu empiris, memiliki objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode. Berikut ini penjabaran dari aspek tersebut :

2.2.1 Sejarah Itu Empiris

Sejarah itu empiris mempunyai arti pengalaman, ini sesuai dengan ungkapan  Kuntowijoyo (2013:46), “empiris berasal dari kata “Empeiria” Yunani yaitu pengalaman”. Mengapa sejarah itu empiris? Sejarah berasal dari pengalaman yang masih tercatat oleh memori kita. Pengalaman yang tadi telah diamati dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan itulah yang diteliti keabsahannya oleh sejarawan untuk menentukan fakta. Fakta itu ditafsirkan secara berbeda-beda. Jika suatu ilmu alam memiliki objek yang pasti. Sedangkan sejarah menjadikan bukti sebagai objeknya.  Letak perbedaan ilmu alam dan sejarah dilihat dari bagaimana mereka mangamati objeknya bukan dari cara kerjanya.

Jika dalam ilmu alam mereka bisa mengulang-ulang percobaan tentang suatu hal, akan tetapi dalam sejarah, hal itu tidak bisa dilakukan, karena sejarah itu hanya terjadi satu kali karena bersifat pengalaman, seperti pada saat proklamasi. Kejadian ini tidak bisa terjadi kembali dan diulang-ulang untuk diteliti. Hal ini yang menjadi sebab muncul pebedaan pendapat dari para sejarawan dalam mendiskripsikan suatu peristiwa tersebut. Karena kebenaran dalam sejarah hanya ada pada peristiwa itu semdiri.

2.2.2 Sejarah Memiliki Objek

Page 19: Pengertian Sejarah

Berbeda dari  sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah mempelajari manusia yang dikejar oleh waktu. Jika lebih dikhususkan, objek penelitian sejarah memang manusia. Akan tetapi waktu sangat berperan penting dalam proses pembelajaran sejarah. Kebanyakan sejarawan bingung bagaimana menentukan waktu pas terjadinya sejarah tersebut. Kebanyakan ilmuwan hanya mengira-ngira waktu terdekat sejarah itu terjadi. Karena informasi yang mereka dapatkan sangat minim dan peristiwa tersebut tidak bisa terulang kembali.

2.2.3 Sejarah Memiliki Teori

Seiring dengan munculnya banyak filsafat sejarah di muka bumi. Tentu saja, hal ini juga memicu munculnya teori-teori tentang sejarah.teori yang terdapat dalam sejarah ini berbeda-beda antara negara yang satu dengan yang lain, contohnya saja di Amerika yang beroriantasi pragmatis sedangkan di Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif. Ini semua sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2013:48) “di universitas-universitas Amerika yang berorientasi pragmatis, tidak diajarkan teori sejarah yang bersifat filosof. Sebaliknya, di negara Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif, teori sejarah yang bersifat filosof yang diajarkan”.

2.2.4 Sejarah Mempunyai GeneralisasiGeneralisasi sejarah memiliki arti seperti yang diungkapkan Kuntowijoyo dalam

bukunya pengantar ilmu sejarah. Kuntowijoyo (2013:48)Generalisasi, dari bahasa latin “generalis” yang berarti umum. Sama dengan ilmu lain

sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Hanya saja perlu diingat kalau ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sejarah itu pada dasarnya bersifat ideografis. Kalau sosiologi membicarakan masyarakat di pojok jalan atau antropologi membicarakan pluralisme amerika, mereka dituntut untuk menarik kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan dapat dianggap sebagai kebenaran umum.

Generalisasi dalam hal sejarah disini mempunyai arti koreksi dari kesimpulan ilmu pengetahuan lain yang kurang akurat. Banyak kejadian atau ilmu yang belum mempunyai jawaban pasti, akan tetapi setelah menyangkut pautkan dengan sejarah akhirnya ditemukan jawaban yang pasti.

2.2.5 Sejarah Mempunyai Metode

Dalam perkembangannya ternnyata sejarah memiliki metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian, seperti yang dipaparkan oleh Bailey(dalam Hamid&Majid, 2011:41). “...Teknik penelitian atau alat yang dipergunakan untuk mengumpulakan data, sedangkan

Page 20: Pengertian Sejarah

metodologi adalah falsafah tentang proses penelitaian yang di dalamnya mencakup asumsi-asumsi, nilai-nilai, standar atau kriteria yang digunakan utuk menafsirkan data dan mencari kesimpulan”. Jadi dengan adanya metode yang digunakan dalam sejarah inilah akan mempermudah sejarawan untuk mengumpulkan data dari suatu kejadian.

Page 21: Pengertian Sejarah

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN3.1.1 definisi sejarah sebagai ilmu adalah pengetahuan tentang suatu kejadian masa lalu yang

disusun secara berurutan dan metode berdasarkan asas,prosedur dan teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan.

3.1.2 Alasan sejarah dijadikan sebagai ilmu karena sejarah memiliki syarat sebagai ilmu, yaitu empiris, memiliki objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode.

Page 22: Pengertian Sejarah

DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.R dan Madjid, M.S. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.Kuntowijoyo. 2013. Pengangtar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Frederick, W.H dan Soeroto, S. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES.Windscale, H. 2012. Pengertian dan Definisi Sejarah Menurut Para Ahli. (Online). http://kaiser-of-

history.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-definisi-sejarah-menurut.html. Diakses tanggal 18 September 2013.

Shuderman, Y. S. 2012. Sejarah sebagai ilmu. (Online ).http://akrabsenada.blogspot.com/2012/02/sejarah-sebagai-ilmu.html. Diakses tanggal 18 september 2013.

http://pendsejarah.blogspot.com/

Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

1. Sejarah sebagai peristiwa.

Sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang sebenarnya telah terjadi atau

berlangsung pada masa lalu. Disebut sejarah sebagai objek

2. Sejarah sebagai Kisah

Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun berdasarkan pendapat seseorang, memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau.Disebut sejarah sebagai subyek yang artinya sejarah tersebut telah mendapatkan penafsiran dari penyusunan cerita sejarah. Dalam hal ini sejarawan mempunyai peran sebagai ”The Man Behind the Gun”, artinya mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (sejarah sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang sejarawan itu sendiri.

3. Sejarah sebagai IlmuSejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lalu yang disusun secara sistematis dan menggunakan metode yang didasarkan atas asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.Syarat pokok sejarah disebut sebagai ilmu adalah:a). Obyek yang definitifb). Adanya formulasi kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannyac). Metode yang efisiend). Menggunakan sistem penyusunan tertentu

Page 23: Pengertian Sejarah

4. Sejarah sebagai SeniSejarah sebagai seni merupakan cara bagaimana membuat pembaca sejarah tertarik atas informasi kejadian masa lalu yang disajikan karena unsur keindahan yang disertakan di dalam menyajikan informasi sejarah di masa lalu sehingga akan mencapai sasaran penyampaian informasi sejarah. Sejarah berperan sebagai seni sangat terkait sekali dengan cara penulisan sejarah itu sendiri.

No Sebagai Deskripsi

1. Peristiwa Sbg fkta yg benar terjadi, kejadian yg sudah tiada lg, bukan mitos

2. Kisah Hsil krya/cpta org yg mnuliskan (d’men behind d’pen), jd sumber

3. Ilmu Tidak kurang tdk lbh (Burry), bukan crta tp cbg IP (York Powell)

4. Seni Pengetahuan rasa yg memerlukan paham yg dlm (Dithley) #I2GE

#I2GE itu yg diperlukan sejarah sbg seni, yakni:

1. Intuisi/ilham

2. Imajinatif

3. Gaya Bahasa

4. Emosi

http://edukasi-pelajar.blogspot.com/

SEJARAH SEBAGAI ILMU

Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin, cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.

Page 24: Pengertian Sejarah

Menurut Ismaun, sejarah sebagai ilmu meliputi:

1) Metode khusus sejarawan untuk merekonsruksi secara kritis, analitis dan imajinatif peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau berdasarkan bukti-bukti peninggalan, data, tulisan, dan rekaman

2) Pernyataan, pendapat dan pandangan sejarawan yang diungkapkan berdasarkan dokumen, text-book atau kisah-kisah tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada waktu yang lalu.

Kuntowijoyo mengatakan beberapa ciri atau karakteristik sejarah sebagai ilmu, yaitu:

a. Memiliki objek, yakni perubahan atau perkembangan aktivitas manusia. Karena objeknya terkait dengan manusia, maka sejarah sering dimasukkan ke dalam kelompok ilmu humaniora. Objek sejarah adalah aktivitas manusia dalam dimensi waktu. Jadi waktu menjadi unsur yang penting dalam sejarah. Kalau fisika membahas waktu fisik, maka sejarah bicara waktu manusia. Waktu dalam pandangan sejarah tidak bisa lepas dari manusia, terutama waktu lampau.

b. Memiliki metode. Untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan itu secara benar, perlu ada metode. Dalam penelitian untuk mencari kebenaran sejarah, ada metode tersendiri yang disebut dengan metode sejarah. Penggunaan metode sejarah mengharuskan seseorang untuk lebih hatihati. Dengan metode sejarah seseorang tidak boleh menarik kesimpulan yang terlalu berani, tetapi sewajarnya saja.

c. Mempunyai generalisasi. Generalisasi itu biasanya menjadi kesimpulan umum. Begitu juga sejarah ada kesimpulan umum. Tetapi, kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sementara sejarah bersifat idiografis. Kesimpulan umum suatu ilmu (bukan sejarah) biasanya diakui kebenarannya di mana-mana (kebenaran umum). Tetapi kesimpulan sejarah bisa menjadi koreksi kesimpulan ilmu lain. Kesimpulan umum dalam sejarah lebih mendekati pola-pola atau kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dari kecenderungan bisa dilihat bagaimana di tempat lain atau bagaimana yang akan datang. Itulah generalisasi dalam sejarah.

d. Bersifat pengalaman. Maksudnya sejarah melakukan kajian apa atau peristiwa yang sungguh terjadi di masa lampau. Sejarah akan sangat tergantung pengalaman dan aktivitas nyata manusia. Pengalaman itulah yang direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen itulah yang diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta ini yang kemudian diinterpretasikan, barulah muncul tulisan sejarah.

e. Memiliki teori. Teori ini berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Dalam filsafat disebut dengan epistemologi. Sejarah memiliki tradisi yang panjang, jauh lebih panjang daripada ilmu-ilmu sosial yang lain. Dalam setiap tradisi itu terdapat teori sejarah.

Menurut Gilbert J Garraghan bahwa ilmu sejarah terbagi menjadi tiga, seperti terlihat pada bagan di bawah ini:

Page 25: Pengertian Sejarah

Sedangkan Muhammad Yamin dalam Ismaun mengemukakan sembilan sendi sejarah sebagai ilmu, yaitu:

a. Ilmu Pengetahuan. Sendi pertama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah suatu ilmu pengetahuan sebagai petumbuhan hikmah kebijaksanaan (rationalism) manusia. Dengan perkataan lain, sejarah itu adalah suatu sistem ilmu pengetahuan, yakni sebagai daya cipta manusia untuk mencapai hasrat ingin tahu serta perumusan sejumlah pendapat yang tersusun sekitar suatu pokok permasalahan tertentu dan sehubungan dengan itu tak dapat dilepaskan sifatnya sebagai ilmu tentang berlakunya hukum sebab dan akibat atau kausalitas.

b. Hasil Penyelidikan. Sejarah sebagai cabang imu pengetahuan disusun menurut hasil-hasil penyelidikan (investigation, research) yang dilakukan dalam masyarakat manusia. Jadi, penyelidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu oleh manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi itu disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran.

c. Bahan Penyelidikan. Ilmu sejarah ialah hasil penelitian dengan menggunakan bahan-bahan penyelidikan sebagai kenyataan. Semua disebut sumber sejarah, baik berupa benda, dokumen tertulis, maupun tradisi lisan.

d. Cerita. Sendi cerita yang berupa pelaporan tentang kejadian pada zaman yang lampau. Untuk membedakan cerita biasa dengan dongeng, sejarah dalam pengertian ilmiah harus menunjukkan hubungan antara satu gejala dengan gejala lain secara kronologis. Cerita adalah anasir subjektif, tetapi anasir ini menghubungkan dengan bahan sejarah yang objektif secara rapih.

e. Kejadian. Yang diselidiki atau diriwayatkan dalam pengertian sejarah ialah kejadian dalam masyarakat manusia pada zaman lampau. Kejadian itu meliputi sekumpulan masyarakat dan keadaan-keadaan yang berpengaruh. Semuanya itu ialah objek sejarah yang harus diseleksi dan diteliti. Kejadian ialah hal-hal yang terjadi. Muhammad Yamin menyatakan bahwa rangkaian kejadian itu mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain, ada kausalitasnya.

f. Masyarakat Manusia. Kejadian pada zaman yang lampau itu berlaku dalam masyarakat manusia, yakni gejala, perbuatan, dan keadaan masyarakat manusia dalam ruang dan waktu yang menjadi objek sejarah. Muhammad Yamin

Page 26: Pengertian Sejarah

dalam hal ini menegaskan pembatasannya dengan mengutif ucapan Ernst Bernheim bahwa Nur der Mensch ist Object der Geschiktswissenshart (Hanya manusialah yang menjadi objek sejarah)

g. Waktu yang Lampau. Sejarah menyelidiki kejadian-kejadian pada zaman atau waktu yang lampau. Sedangkan gejala-gejala masyarakat pada waktu sekarang dan tinjauan kemungkinan pada waktu yang akan datang menjadi bidang objek ilmu politik dan futurologi. Jikalau batas-batas waktu dalam tiga babakan dahulu, kini dan nanti kita hilangkan, maka sang waktu menjadi tidak berpangkal dan tidak berujung. Begitulah penentuan waktu itu penting sekali sebagai batas tinjauan dan ruang gerak kita guna memudahkan pemahaman masalah bagaimana tonggak-tonggak dalam perjalanan sejarah itu.

h. Tanggal dan Tarikh.Waktu yang telah lampau adalah demikian jauh dan lamanya, sehingga sukar mengirakannya. Apabila sang waktu itu bermula atau berpangkal. Masa lampau itu tak pernah putus dari rangkaian masa kini dan masa nanti, sehingga waktu dalam perjalanan sejarah adalah suatu kontinuitas. Oleh karena itulah, untuk memudahkan ingatan manusia dalam mempelajari sejarah perlu ditentukan batas awal dan akhirnya setiap babakan dengan satuan waktu sebagai petunjuk kejadian: tahun, bulan, tanggal/hari, jam dan detik, windu, dasawarsa atau dekade, abad, millennium atupun usia relatif.

i. Penafsiran atau Syarat Khusus. Penyelidikan sejarah secara ilmiah dibatasi oleh cara meninjau yang dinamakan juga menafsirkan keadaan-keadaan yang telah berlalu. Cara menafsirkan itu kita namakan tafsiran atau interpretasi sejarah, yang menentukan warna atau corak sejarah manakah atau apakah yang terbentuk sebagai hasil penyelidikan yang telah dilakukan. Misalnya Sejarah Dunia, Sejarah Nasional, Sejarah Kesenian, Sejarah Pendidikan, dan sebagainya. Selain itu ideologi atau paham tertentu dapat menentukan corak sejarah. Misalnya, penafsiran sejarah menurut paham Liberalisme, paham Marxisme dan menurut paham Pancasila. Cara penafsiran dari sudut pandang ilmu tertentu atau ideologi tertentu

merupakan syarat khusus dalam rangkaian sendi sejarah. Demikianlah syarat-syarat atau sembilan sendi yang merupakan kerangka dan isi pokok yang membentuk pengertian sejarah sebagai ilmu pengetahuan menurut rumusan dan penjelasan Muhammad Yamin. 

Kesembilan sendi-sendi yang disebutkan oleh Muhammad Yamin dapat dibagi dan dimasukan ke dalam empat bagian dalil atau definisi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

http://ssbelajar.blogspot.com/

Page 27: Pengertian Sejarah

HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU   SEJARAH A. Pengertian SejarahSecara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah (syajaratun)artinya pohon. Di Indonesia sejarah dapat berarti silsilah, asal-usul, riwayat, danjika dibuat skema menyerupai pohon lengkap dengan cabang, ranting, dan daun.Di dalam kata sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah.Pada masa sekarang ini, untuk kepentingan tertentu kita memerlukan keteranganriwayat hidup. Kata riwayat kurang lebih berarti laporan atau cerita tentang kejadian.Sedangkan kata hikayat (yang dekat dengan kata sejarah), artinya cerita tentangkehidupan, yaitu yang menjadikan manusia sebagai objeknya, disebut juga biografi(bios = hidup, graven = menulis). Jadi, cerita yang berkisar mengenai kehidupanpenulis yang ditulis oleh diri sendiri atau pelakunya sendiri disebut autobiografi.Dalam bahasa Arab kata “kisah” yang umumnya menunjuk ke masa lampau,justru lebih mengandung cerita yang benar-benar terjadi pada masa lampau,yakni sejarah. Di dalam bahasa-bahasa nusantara ada beberapa kata yang kuranglebih mengandung arti sejarah ialah “babad”, yang berasal dari bahasa Jawa“tambo”, bahasa Minangkabau “tutui teteek”, bahasa Roti “pustaka” atau “cerita”.Barangkali kata babad ada hubungannya dengan kata “babad” bahasa Jawadalam arti “memangkas”. Hasil pembabadan ialah suasana terang, dengandemikian babad dalam arti sejarah bertugas untuk menerangkan suatu keadaan.

Page 28: Pengertian Sejarah

Untuk lebih memahami secara lebih mendalam, maka mari kita simakpengertian sejarah di negara lain. Perkataan sejarah dalam bahasa Belanda ialahgeschiedenis (dari kata geschieden = terjadi). Sedangkan dalam bahasa Inggrissejarah disebut history, (berasal dari bahasa Yunani “historia” yang berarti apayang diketahui dari hasil penyelidikan atau ilmu. Sejarah berarti peristiwa yangterjadi dalam masyarakat manusia di masa lampau.Selanjutnya, mari kita perhatikan beberapa pendapat mengenai pengertiansejarah yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dengan penyajian beberapadefinisi sejarah dari beberapa ahli, dapat dijadikan bahan perbandingan menujuke arah pengertian sejarah yang sempurna dan benar, serta memiliki kesadaransejarah yang mendalam.Beberapa definisi sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, antara lainsebagai berikut.1. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yangmeneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembanganmasyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya;dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untukdijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaanmasa sekarang serta arah progres masa depan.

Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke masasilam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Ataudengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskandiri dari kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dansedikit banyak tidak dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa

Page 29: Pengertian Sejarah

depan.2. Moh. Yamin, SH, memberikan definisi sejarah ialah suatu ilmu pengetahuanyang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapatdibuktikan dengan kenyataan.3. Thomas Carlyle, memberikan definisi sejarah adalah peristiwa masalampau yang mempelajari biografi orang-orang terkenal. Mereka, adalahpenyelamat pada zamannya. Mereka merupakan orang-orang besar yangpernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.4. Herodotus, ahli sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yangmendapat julukan: The Father of History atau Bapak Sejarah. MenurutHerodotus sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yangpasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnyadiakibatkan oleh keadaan manusia.5. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakatumat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yangterjadi pada watak masyarakat itu.Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atastidaklah sama dalam hal isi, taraf dan tujuannya. Namun, dapat diambil beberapaunsur pokoknya, yakni adanya peristiwa, kisah, dan ilmu sejarah. Dalam hal ini,R. Moh. Ali menyimpulkan definisi sejarah sebagai berikut.1. Sejarah yaitu ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadiankejadiandi masa lampau.2. Sejarah yaitu kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungandengan manusia, yakni menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupanmanusia.3. Sejarah yaitu cerita yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).Dari definisi Moh. Ali ini dapat dipahami bahwa sejarah menyangkut seluruhperubahan dan perkembangan kehidupan manusia. Dengan demikian jelas jugabahwa yang mempunyai sejarah hanyalah manusia.Untuk mengungkap kehidupan manusia masa lampau, sejarah telah

Page 30: Pengertian Sejarah

memformulasikan dalam enam pertanyaan, yakni sebagai berikut.1. What (apa), yang menunjuk kepadaperistiwa yang terjadi pada masalampau.2. Who (siapa), yang menunjuk tentangtokoh atau orang yang terlibat dalamperistiwa.

3. When (kapan), menunjuk waktu terjadinya peristiwa tersebut.4. Where (di mana), menunjuk kepada tempat peristiwa terjadi.5. How (bagaimana), menunjuk kepada proses terjadinya peristiwa tersebut.6. Why (mengapa), menunjuk kepada keterkaitan sebab akibat peristiwatersebut.

https://bahanajarguru.wordpress.com

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, KISAH, ILMU, DAN SENISejarah sebagai peristiwaSejarah adalah peristiwa yg terjadi pada masa lampau sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah sebagaimana terjadinya (historie realite). Tidak semua peristiwa di masalalu dianggap sebagai sejarah. Sutu peristiwa dianggap sebagai peristiwa jika peristiwa itu dapat dikaitkan dengan peristiwa yg lain sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam suatu konteks historis. Antara peristiwa-peristiwa itu terdapat hubungan sebab akibat. Penyebab merupakan hal yg menyebabkan suatu peristiwa dapat terjadiKesinambungan antara peristiwa yg satu ke peristiwa yg lain dalam hubungan sebab akibat terdapat dalam konteks waktu,pelaku,dan tempat Sejarah sebagai peristiwa Pada dasarnya adalah objektif ojektivitas sejarah sebagai peristiwa pada fakta yg berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yg benar-benar terjadi.

Sejarah sebagai kisahAda kemungkinan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif subjektivitasnya terletak pada bagaimana sejarah tersebut diturunkan atau duceritakan oleh seseorangFactor kepentingan terlihat dari cara seseorang menuturkan kisah sejarahnya.

Page 31: Pengertian Sejarah

Factor kelompok social yg dimiliki si penutur ejarah juga dapat mempengaruhi cara penulisan sejarah.

Sejarah sebagai ilmuSejarah sebagai ilmu positif berawal dari anjuran Leopold von Ranke kepada para sejarawan untuk menulis apa yg sesungguhnya terjadi.dengan menulis apa yg terjadi,sejarah akan menjadi objektif.Sejarah dapat dilihat sebagai ilmu dengan karakteristik tertentu.sejarah termasuk dalam ilmu manusia yg dalam perjalanan waktu di pecah menjadi ilmu social dan ilmu kemanusiaan.Sejarah termasuk ilmu empiris,Karenna itu lah sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia.Karena sejarah berbicara tentang manusia,biasanya sejarah di masukkan dalam ilmu kemanusiaan.akan tetapi,sejarah berbeda dengan antropologi dan sosiologi.sejarah membicarakan manusia dari segi waktu. Dalam waktu. Ada 4 hal yg perlu diperhatikan.yakni perkembangan,kesinambungan,pengulangan,dan perubahan artinya sejarah melihat perkembangan masyarakat dari satu bentuk kebentuk yg lain.Sejarah juga melihat kesinambungan yg terjadi dalam suatu masyarakat.sejarah juga melihat pengulangan peristiwa yg terjadi pada masa lampau.sejrah juga melihat perubahan yg terjadi di dalam masyarakat yg biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar.Dalam maneliti objeknya,sejarah berpegang dengan teorinya sendiri.selain mempunyai teori,sejarah juga mempunyai generalisasi seperti ilmu lain,sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum.sering kali generalisasi sejarah merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu lain.untuk itu sejarah juga mempunyai metode sendiri,berbeda dengan hokum ilmu-ilmu social yg terlalu bersifat mekanis.metode sejarah bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta.Sejarah juga seperti ilmu-ilmu lain yg membutuhkn riset,penulisan yg baik,penalaran yg teratur,dan sistematika ygruntut,serta konsep yang jelas.

Sejarah sebagai seniSejarah juga dapat di lihat sebagai seni.sebagaimana seni,sejarah juga bmembutuhkan intuisi,emosi,dan gaya bahasa.Dalam melihat sejarah sebagai seni yg akan memakai intuisi.sejarawan harus dapat membayangkan apa yg sebenarnya sedang terjadi dan apa yg terjadi sesudahnya.Sejarah sebagai seni mempunyai beberapa kekurangan.pertama,sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektivitasnya Karenna seni merupakan hasil imajinasi,kwtepatan dan objektivitas sangat perlu dalam penulisan sejarah.ketepatan berarti kesesuaian antara fakta dgn tulisan sejarah,objektivitas berarti tidak ada pandangan yg individual.kedua sejarah akan terbatas.Sejarah juga memberikan sumbangan terhadappenulisan sejarahseni memberikan

karakteristik yg dapat menggambarkan watak orang dalam biografi kolektif.

http://sejarah-interaktif.blogspot.com/

Page 32: Pengertian Sejarah

SEJARAH SEBAGAI KISAH

R. Moh. Ali dalam Ismaun menyatakan sejarah sebagai kisah ialah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadiankejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai kisah merupakan hasil rekonstruksi dari suatu peristiwa oleh para sejarawan.

Menurut Ismaun bagi orang kebanyakan, sejarah yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah sejarah sebagai cerita. Secara tertulis cerita sejarah dapat dibaca dalam buku-buku sejarah baik bukubuku pelajaran, karya ilmiah atau buku-buku sejarah, untuk perguruan tinggi, majalah dan surat-surat kabar. Sejarah lisan dapat didengarkan dari narasi, ceramah, percakapan-percakapan, penyajian pelajaran sejarah di sekolah-sekolah atau kuliah-kuliah diperguruan tinggi dan dari siaran radio atau televisi. Juga dapat menyaksikan dalam sandiwara dan film.

Sejarah sebagai kisah dapat diulang-ulang, ditulis oleh siapa saja, dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah, diperlukan suatu proses rekonstruksi dengan metode sejarah. Hal ini terkait dengan sejarah sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu sudah tentu memiliki objek, tujuan dan memiliki metode. Sebagai ilmu sejarah juga bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga objektivitasnya, sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektivitasnya.

Sejarah sebagai kisah ialah ceritera berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa atau kenyataan sejarah sifatnya objektif. Sedangkan sejarah sebagai kisah dapat menjadi subjektif, karena sejarah sebagai kisah adalah sejarah sebagaimana dituturkan, diceritakan oleh seseorang.

Sejarah sebagai kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan misalnya penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh sesorang maupun sekelompok tentang peristiwa yang telah terjadi. Bentuk tulisan sejarah sebagai kisah dapat berupa catatan-catatan atau buku-buku sejarah yang menceritakan tentang kejadian yang telah terjadi. Ada kebiasaan pada orang-orang tertentu mencatat dalam buku hariannya tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya, seorang pejuang perempuan RA Kartini, mencatat bagaimana langkah-langkah yang lakukan dia untuk meningkatkan emansipasi perempuan Indonesia.

http://ssbelajar.blogspot.com/

SEJARAH SEBAGAI SUATU ILMU2.1    Pengertian Sejarah Jika kita membahasa suatu hal, pengertian pertama yang dapat kita tarik dan rumuskan adalah pengertian secara etimologis atau urat kata. Pengertian ini adalah pengertian yang didapat dari berbagai istilah asing dan juga kata asing yang

Page 33: Pengertian Sejarah

menjadi sumbernya. Berdasarkan aspek etimologis sejarah dapat kita kaji dari 4 bahasa asing yaitu :

Jika kita lhat dari bahasa inggris sejarah tersebut berasal dari kata History yang artinya Masa Lampau , catatan , cerita, peristiwa

Di jerman digunakan kata Geschicht yang berarti Telah terjadi , Belanda mengartikann kata Gischedinisch sebagai Kejadian, Peristiwa Istilah sejarah yang kita gunakan hingga saat ini adalah kata yang berasal dari

bahasa Arab, yaitu dari kata syajara dan syajarah. Syajara berarti terjadi dan syajarah berarti pohon yang kemudian diartikan silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos, dan legenda. Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa kata sejarah yang berasal dari kata arab berarti masa lampau

Namun selain pengartian secara etimologis masih ada beberapa ahli yang merumuskan pengertian sejarah seperti yang telah tercantum di dalam suatu artikel yang berjudulPengertian Sejarah yang ditulis oleh Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd. Ahli sejarah tersebut antara lain adalah Dr. R. Ruslan Abdul Gani : Sejarah adalah merupakan cabang ilmu pengetahuan

yang meneliti dan menyelidiki secara sistematic perkembangan masyarakat serta manusia di masa lampau beserta kejadian-kejadian.

Prof. Dr. H. Muh. Yamin : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan bberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan ( fakta-fakta ).

Patrick Gardiner : Sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari apayang telah diperbuat manusia.

 W.H. Walsh : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang menitik beratkan pada pencatatan yang berarti danpenting bagi manusia.

JV. Bryce : Sejarah adalah catatan dari apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.

R. Moh. Ali : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia.

Berdasarkan pengertian sejarah baik secara etimologis maupun dari para ahli maka kita dapat mengetahui bahwa sejarah itu adalah

Kejadian-kejadian, pereistiwa seluruhnya yang berhubungan dengan manusia, benda yang secara menyebabkan perubahan dalam kehidupan manusia.

Peristiwa yang tersusun secara sistematis melalui penelitian Ilmu yang mempelajari perkembangn peristiwa atau kejadian pada masa lampauJadi dapat disimpulkan bahwa sejarah itu adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian masa lampau dalam kehidupan manusia.

2.2    Karakteristik Sejarah 

Page 34: Pengertian Sejarah

Selain memiliki ciri-ciri sebagai ilmu, sejarah (sebagai kisah) juga memiliki karakter tersendiri. Karakteristik ini memandang dan menganalisis sesuatu berdasarkan sifat, waktu, dan sifat faktanya. Karakteristik sejarah yang paling mendasar seperti yang diuraikan dalam Materi Penyuluhan Workshop Penelitian dan Pengembangan Kabudayaan yang ditulis oleh A. Sobana Hardjasaputra adalah:

1. Sifat PeristiwaSifat peristiwa sejarah menyangkut hakekat dan makna peristiwa serta

keunikan peristiwa.

Hakekat dan Makna PeristiwaSeperti telah disebutkan, obyek sejarah sebagai ilmu adalah peristiwa. Akan tetapi, tidak segala peristiwa termasuk ke dalam lingkup sejarah (sebagai kisah). Peristiwa yang menjadi obyek kajian ilmu sejarah hanya peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia secara langsung, dan memiliki signifikansi (arti/makna penting) serta besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia secara luas. Hal itu berarti, sejarah adalah ilmu tentang manusia, tepatnya ilmu tentang pengalaman dan kiprah manusia di masa lampau.

Keunikan PeristiwaSelain hakekat dan makna peristiwa, studi sejarah juga ditujukan pada keunikan peristiwa. Keunikan itu mungkin menyangkut individu, isnstitusi, situasi, bahkan mungkin juga ide. Keunikan unsur-unsur peristiwa itu menjadi bahan pertanyaan, mengapa? (why?). Oleh karena itu, keunikan peristiwa merupakan salah satu alasan bagi pemilihan topik penelitian sejarah. Contoh peristiwa unik antara lain: Kedudukan bupati zaman Hindia Belanda (1808-1942).Pada zaman Hindia Belanda, sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811), bupati dijadikan pegawai pemerintah kolonial. Namun kedudukannya sebagai bupati dalam arti kepala pemerintahan kabupaten dan pemimpin tradisional terus berlangsung. Berarti bupati waktu itu memiliki kedudukan rangkap yang bersifat unik.

1. Perspektif WaktuPenelitian dan penulisan sejarah mengacu pada periodisasi (pembabakan waktu). Peristiwa yang dikaji harus jelas ruang-lingkup temporalnya.

1. Sifat FaktaPenulisan sejarah harus berdasarkan fakta. Fakta sejarah adalah hasil seleksi atas sifat fakta (kuat atau lemah). Berarti tidak setiap fakta adalah fakta sejarah.

 2.3    Fungsi Sejarah

Page 35: Pengertian Sejarah

Fungsi umum sejarah adalah sebagai sumber pengetahuan. Sejarah (sebagai kisah) merupakan media untuk mengetahui masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting dengan berbagai pemasalahannya. Peristiwa-peristiwa yang menjadi obyek sejarah syarat dengan pengalaman penting manusia yang penting artinya sebagai pelajaran. Atas dasar itulah lahirnya motto atau slogan mengenai sejarah, seperti “Sejarah adalah obor kebenaran”, “Sejarah pedoman untuk membangun masa depan”, “Belajarlah dari sejarah”, dll. Bung Karno (alm.) berpesan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” (“JASMERAH”).

Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsic (fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).

1. Fungsi IntrinsikAda beberapa fungsi intrinsik sejarah. Akan tetapi, fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui masa lampau dan sebagai ilmu.

1. Fungsi EkstrinsikSama halnya dengan ilmu-ilmu lain, sejarah sebagai ilmu memiliki fungsi ekstrinsik. Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif sejarah mencakup :

Pendidikan nalar (penalaran)Mempelajari sejarah secara kritis, atau menulis sejarah secara ilmiah, akan mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan (kekuatan sejarah). Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Berarti sejarah mendidik orang berpikir plurikausal (multidimensional) (multidimensional), bukan berpikir monokausal. Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan (wal ashri). Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah. Berarti sejarah mendidik kita untuk memiliki daya nalar yang dilandasi oleh sikap kritis. Pendidikan moralSejarah syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang pada dasarnya memuat dua sifat, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, berhak dan tidak berhak, cinta dan benci, dan lain-lain.

Pendidikan kebijakan/kebijaksanaan

Page 36: Pengertian Sejarah

Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya kebijakan atau kebijaksanaan. Kebijakan/kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini. Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.

Pendidikan politikSejarah mengandung pendidikan politik, karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik.

Pendidikan mengenai perubahanSejarah adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu terjadi karena disengaja atau tidak disengaja.

Pendidikan mengenai masa depanDengan mempelajari sejarah secara baik dilandasi oleh sikap kritis, akan dapat memprediksi, bagaimana kira-kira kehidupan di masa depan. (“Sejarah pedoman untuk membangun masa depan”).

Sejarah sebagai ilmu bantuFungsi edukatif sejarah juga ditunjukkan oleh sejarah sebagai ilmu bantu. Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, dll.).

2.4    Pencabangan Sejarah Berdasarkan artikel yang berjudul sejarah di id.wikipedia.org ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Kronologi adalah istilah yang artinya diambil dari bahasa Yunani chronos yang

artinya waktu dan -logi yang artinya ilmu maka disimpulkan kronologi adalah ilmu yang mempelajari waktu atau sebuah kejadian pada waktu tertentu. Adapun kronologi digunakan dan bermanfaat pada sebuah kejadian baik kriminal maupun nonkriminal. Kronologi sering diajarkan pada badan badan hukum untuk mengetahui kapan dan persisnya suatu kejadian atau tindak pidana terjadi

Paleografi (Yunani παλαιός palaiós, “kuno” dan γράφειν graphein, “menulis”) adalah ilmu yang meneliti perkembangan bentuk tulisan atau tulisan kuno. Paleografi dalam banyak kasus merupakan prasyaratan untuk mendalami filologi atau ilmu kebukuan.

Kliometrik yang kadang disebut sejara ekonomi yang baru adalah aplikasi sistemik dari teori-teori, dan teknik ekonomi serta ilmu-ilmu matematika yang lain yang digunakan untuk mempelajari sejarah.

Historiografi adalah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa

Page 37: Pengertian Sejarah

bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.

Genealogi (bahasa Yunani: γενεά, genea, “keturunan” dan λόγος, logos, “pengetahuan”) adalah kajian tentang keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli genealogi menggunakan berita dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari anggota-anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan (disebut bagan silsilah) atau ditulis dalam bentuk narasi.

2.5    Teori dan Pandangan Ahli tentang Sejarah Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.”

Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya. “Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata “Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya.” Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: “Sejarah ditulis oleh sang pemenang.” Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah — dan pemelesetan fakta sejarah — sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.

Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat

Page 38: Pengertian Sejarah

dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik.

BAB IIIPENUTUP

3.1  KesimpulanBerdasarkan pemaparan diatas dapat penulis simpulakan berbagai hal sebagai berikut yaitu :

Sejarah itu adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian masa lampau dalam kehidupan manusia.

Selain memiliki ciri-ciri sebagai ilmu, sejarah (sebagai kisah) juga memiliki karakter tersendiri. Karakteristik ini memandang dan menganalisis sesuatu berdasarkan sifat, waktu, dan sifat faktanya.

Fungsi umum sejarah adalah sebagai sumber pengetahuan. Sedangkan fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsic (fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).

Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.

Pandangan dan teori dari para ahli dapat disimpulkan yaitu kita harus bisa belajar drioi sejarah dan tidak sekali-sekali melupakannya.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, T. dan A. Surjomihardjo. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.Gazalba, S. 1981. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bhratara.Hardjasaputra A. Sobana. 2008.  “ Meode Pneleitian Sejarah “ di dalam Materi Penyuluhan Workshop Penelitian dan Pengembangan Kabudayaan. BPSBP:BandungHardjono, Wiyanto Dwijo ,S.Pd. 2011. “Pengertian sejarah”  termuat di situshttp://mustwiebagoes.blogspot.com/2008/02/pengertian-sejarah.html. Diakses 13 Maret 2011Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Sejarah Sebagai IlmuSejarah Sebagai Ilmu Sejarah sebagai ilmu dapat kita lihat dari berbagai ciri. Pertama, sejarah merupakan ilmu empiris. Empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman manusia tersebut terekam baik dalam bentuk artefak-artefak maupun dokumen-dokumen. Artefak-artefak dan dokumen-dokumen yang merupakan data tersebut diteliti oleh

Page 39: Pengertian Sejarah

sejarawan untuk menemukan fakta. Faktafakta tersebut diinterpretasi/ditafsirkan. Berdasarkan dari interpretasi atas fakta-fakta tersebut dibuat dalam bentuk tulisan sejarah, misalnya Bung Karno dan Bung Hatta membacakan Proklamasi sebagai data dan kita menafsirkannya menjadi fakta dimana Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Berikutnya adalah sejarah memiliki objek. Objek berasal dari bahasa Latin objectus yang berarti di hadapan, sasaran, tujuan. Sejarah biasanya dimasukkan dalam ilmu tentang manusia (humaniora) karena selain objek yang diteliti adalah manusia, khususnya perubahan atau perkembangan manusia pada masa lalu, metodologi yang digunakan juga berbeda dengan ilmu lain, misalnya antropologi. Apabila antropologi membahas manusia pada masa sekarang, maka sejarah berkisah tentang manusia pada masa lalu. Oleh karena itu objek lain dari sejarah adalah waktu. Waktu di sini adalah waktu manusia. Dengan demikian, soal asal mula selalu menjadi bahasan utama sejarah, misalnya masuknya Islam di Indonesia apakah pada abad ke-8 atau ke-13 seharusnya tidak menjadi persoalan bagi sejarawan asalkan penjelasannya dapat diterima.Ciri lain adalah sejarah mempunyai generalisasi. Generalisasi dari bahasa Latin generalis yang berarti umum. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum dari pengamatan yang dilakukan. Antropologi, misalnya membahas pluralisme Amerika, maka mereka dituntut untuk menarik kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku di mana-mana dan dapat dianggap sebagai kebenaran umum. Namun, menurut Sartono Kartodirdjo (1992) bila kita berbicara tentang generalisasi dalam sejarah sebenarnya merupakan suatu pertentangan arti dalam istilah (contradictio in terminis). Generalisasi menunjuk pada suatu keteraturan, dalil atau hukum yang berlaku untuk beberapa kasus, sedangkan sejarah didefinisikan sebagai ilmu yang mengungkapkan peristiwa dalam keunikannya dimana hal-hal unik itu menunjuk kepada sesuatu yang sekali terjadi dan tidak terulang lagi. Yang jelas mengenai tempat dan waktu, situasi dan konteks tidak mungkin diulang, hanya sekali itu saja terjadi. Hal yang berulang dalam sejarah lazimnya berhubungan dengan pola kelakuan manusia berdasarkan orientasi nilai, sistem sosial, kebutuhan ekonomis, sifat psikologis. Contoh generalisasi dalam sejarah adalah Revolusi Industri menciptakan suatu kebutuhan akan sumber-sumber bahan mentah, pasar-pasar baru, dan tempat-tempat penanaman modal yang membawa persaingan di antara bangsa-bangsa untuk mendapatkan kolonikoloni (Sjamsudin 2012: 34)Sejarah dengan pendekatan ilmu sosial membuka kesempatan untuk mengungkapkan generalisasi yang hanya dapat diekstrapolasikan dengan alatalat analitis ilmu-ilmu sosial. Misalnya dalam mengungkapkan suatu konflik ditemukan berbagai fase gerakan sosial, antara lain mobilisasi, agitasi, akselerasi, polarisasi, dan akhirnya tercetuslah kekerasan. Demikian pula dengan jalannya suatu revolusi mirip dengan revolusi lain dalam segi formalnya, tetapi dalam segi substansinya setiap revolusi adalah unik (Kartodirdjo 1992:104)Lalu sejarah mempunyai metode. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara. Menurut Sartono Kartodirdjo (1992) metode adalah bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know). Berkaitan dengan ilmu sejarah, metode sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah. Seorang sejarawan yang ingin mengetahui, misalnya sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia akan menempuh secara sistematis prosedur penelitian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu pengumpulan bahan-bahan sejarah, baik dari arsip-arsip dan perpustakaan-perpustakaan, maupun wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup sehubungan dengan peristiwa bersejarah itu, atau dari orang-orang terdekat dengan tokoh-tokoh itu (misalnya anggota keluarga atau sahabat) sehingga ia dapat menjaring informasi selengkap mungkin (Sjamsudin 2012: 12) Selain ketrampilan teknis praktis dari metode ini, seorang sejarawan harus dilengkapi pula dengan pengetahuan-pengetahuan metodologis, teoritis bahkan juga filsafat. Sejarawan harus mengetahui bagaimana ia menggunakan ilmu metode itu pada tempat yang seharusnya. Ia harus mengetahui prosedur-prosedur apa yang harus ditempuh dalam menjaring informasi; pertanyaanpertanyaan apa yang harus ditanyakan dan kemungkinan jawaban apa yang akan diperoleh; mengapa dan bagaimana ia melakukan kritik terhadap sumbersumber yang diperolehnya (Sjamsudin 2012: 12) Salah satu ciri penting suatu ilmu adalah teori. Teori berasal dari bahasa Yunani theoria yang berarti renungan. Seperti ilmu lainnya, sejarah juga memiliki teori pengetahuan yang sering disebut filsafat sejarah kritis. Teori dalam sejarah pada umumnya berisi satu kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu (Kuntowijoyo 2001:62). Menurut Lubasz (1963) yang dikutip oleh Sjamsudin (2012) teori dalam sejarah, terutama dalam eksplanasi sejarah, pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu keberadaan kolektif, untuk merekonstruksi suatu perangkat kepercayaan menurut suatu analisis karakter kolektif, untuk menguji kebenaran dan ketepatan (verifikasi), penjelasan (eksplanasi) suatu peristiwa kolektif. Teori adalah sangat esensial dalam kajian tentang segala (fenomena) pada masa lalu maupun masa sekarang yang tidak terbuka untuk diamati secara langsung. Fenomena kolektif itu misalnya lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, peristiwa-peristiwa kolektif (Sjamsudin 2012: 49.

Page 40: Pengertian Sejarah

Sejarah Sebagai Fakta Dan PeristiwaBerita yang kita baca di suratkabar bukanlah kejadian melainkan berupa pernyataan tentang suatu kejadian atau fakta. Kejadian yang telah terjadi sebagai sejarah dalam arti obyektif tidak dapat lagi diulang atau dialami kembali. Namun, jejaknya sebagai memori dapat diungkapkan kembali (Kartodirdjo 1992:17). Sejarah sebagai fakta dapat didefinisikan sebagai suatu unsur yang dijabarkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari dokumendokumen atau sumber sejarah setelah melalui serangkaian pengujian dan kritik. Dokumen-dokumen atau sumber sejarah yang merupakan data tersebut diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta tersebut diinterpretasi/ditafsirkan.Fakta merupakan bahan utama yang digunakan sejarawan untuk menyusun suatu cerita atau menganalisis sejarah. Pada hakikatnya fakta itu merupakan suatu konstruk yang dibuat oleh sejarawan sehingga mengandung faktor subyektivitas (Kartodirdjo 1992:88). Ada fakta yang untuk jangka waktu lama masih belum mantap atau masih lunak, misalnya tentang pembunuhan presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy di tahun 60-an. Siapakah pembunuhnya masih merupakan tanda tanya. Di samping itu ada banyak teori berbeda yang digunakan berkenaan dengan pembunuhan tersebut. Selain itu ada pula fakta keras, antara lain Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejarawan memerlukan informasi berupa fakta sebanyak mungkin sesuai dengan keperluan penelitian dan penulisan. Bagi sejarawan fakta-fakta itu dapat diibaratkan sebagai batu bangunan kajian sejarah. Adalah sesuatu yang mustahil untuk memahami dunia ini tanpa fakta karena tanpa adanya fakta-fakta itu kita tidak dapat mendapatkan gambaran tentang kejadian atau individu di masa lalu (Sjamsudin 2012:17).Sejarawan Amerika Carl L. Becker berpendapat bahwa fakta adalah sebuah simbol. Sebuah fakta yang sederhana dapat berubah menjadi fakta yang sangat penting karena jaringan-jaringan yang terbentuk mempunyai kaitan yang jauh lebih besar dan besar. Becker memberikan contoh tentang penyeberangan sungai kecil yang bernama Rubicon yang berada di perbatasan antara Galia (sekarang Prancis) dan Italia. Sudah banyak orang yang menyeberangi sungai kecil itu sepanjang masa. Namun, peristiwa penyeberangan oleh orang-orang itu tidak pernah diangkat menjadi fakta sejarah. Ketika Julius Caesar (100-44 SM) menyeberanginya pada 49 sebelum Masehi, barulah peristiwa itu menjadi fakta sejarah. Caesar merupakan panglima tentara Romawi di Galia. Ia dipecat oleh Senat Romawi sebagai komandan. Caesar menolak pemecatan itu dan bersama pasukannya ia kembali ke Roma dengan menyeberangi Sungai Rubicon. Caesar lalu berhasil merebut Roma dan menyingkirkan lawan-lawannya hingga akhirnya menjadi penguasa emperium Romawi. Tindakan Caesar menyeberangi Sungai Rubicon merupakan suatu keputusan yang menentukan nasibnya di kemudian hari yang juga berkaitan dengan nasib lawan-lawannya para senator yang memecatnya. Demikian juga nasib Republik Roma, rakyat dan emporium selanjutnya (Ankersmit 1987: 99; Sjamsudin 2012:19). Sejarah sebagai peristiwa dapat dipahami sebagai sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat pada masa lampau. Di sini, pengertian ‘sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat’ merupakan hal penting karena segala sesuatu yang terjadi yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan masyarakat bukanlah sejarah.Berikutnya, pengertian ‘pada masa lampau’ sangat jelas bahwa sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu, bukan sekarang yang menurut R. Moh Ali disebut sejarah sebagai obyek. Namun, tidak semua peristiwa yang terjadi pada masa lalu dianggap sebagai sejarah. Suatu peristiwa dianggap sebagai peristiwa sejarah jika peristiwa itu dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain sebagai bagian dari proses dinamika dalam konteks historis. Selain itu peristiwa-peristiwa tersebut perlu pula diseleksi untuk mendapatkan peristiwa yang memang penting dan berguna.Peristiwa yang dapat digolongkan sebagai peristiwa sejarah haruslah unik, terjadi sekali saja (eenmalig) dan memiliki pengaruh yang besar pada masanya dan masa sesudahnya. Sejarah sebagai peristiwa tidak dapat kita

Page 41: Pengertian Sejarah

amati lagi karena kita tidak dapat lagi menyaksikan peristiwa tersebut. Misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ketika itu Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Sejarah Sebagai Cerita atau KisahSejarah sebagai cerita atau kisah adalah peristiwa sejarah yang diceritakan atau dikisahkan kembali sebagai hasil rekonstruksi ahli sejarah (sejarawan) terhadap sejarah sebagai peristiwa. Sejarah sebagai cerita merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa baik yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang sehingga sejarah dapat berupa kisah yang berbentuk lisan dan tulisan.Sejarah sebagai kisah merupakan peristiwa sejarah yang dikisahkan kembali atau diceritakan kembali sebagai hasil konstruksi dari para ahli sejarah (sejarawan) terhadap sejarah sebagai peristiwa. Oleh R. Moh Ali (2005) hal itu disebut sejarah sebagai serba subjek. Sehingga tidak tertutup kemungkinan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif. Subjektivitasnya ada pada bagaimana sejarah itu disampaikan, diceritakan oleh seseorang. Faktor kepentingan dan latar belakang penulis sejarah itu juga mempengaruhi cara penulisan sejarah. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu.Suatu peristiwa yang sama dapat saja dikisahkan dengan cara berbeda oleh dua orang atau lebih karena mereka memiliki penafsiran yang berbeda. Misalnya ketika kita mewawancarai orang-orang yang pernah mengalami atau melihat peristiwa Bandung Lautan Api pada 1946 akan berbeda mengisahkannya antara satu dengan yang lainnya. Apabila yang kita wawancarai adalah seorang prajurit yang terlibat pertempuran tersebut, kemungkinan ia akan menceritakan peristiwa Bandung Lautan Api dalam perspektif dirinya sebagai seorang tentara. Demikian halnya apabila yang kita wawancarai adalah seorang petani, dia akan menceritakan peristiwa tersebut berbeda dengan sudut pandang prajurit.Apabila kita mendengarkan seseorang menceritakan tentang peristiwa Bandung Lautan Api, maka itu termasuk kategori kisah lisan. Namun, apabila kita ingin mengetahui peristiwa Bandung Lautan Api dengan membaca bukubuku yang bercerita tentang Bandung Lautan Api, maka itu termasuk dalam kategori kisah tulisan.Sejarah Sebagai SeniTokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut Travelyan menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah karena memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai seni. Seperti halnya seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa. Intuisi dibutuhkan sejarawan terutama yang berkaitan dengan pemahaman langsung selama penelitian. Setiap langkah yang harus dikerjakan oleh sejarawan memerlukan kepandaian dalam memutuskan apa yang harus dilakukan. Seringkali untuk memilih suatu penjelasan, bukanlah perangkat ilmu yang berjalan tetapi intuisi. Demikian halnya ketika harus menggambarkan suatu peristiwa atau berupa deskripsi, sejarawan sering tidak sanggup melanjutkan tulisannya. Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya yang diperlukan adalah intuisi. Namun, meskipun mengandalkan intuisi, sejarawan harus tetap berdasarkan data yang dimilikinya. Sejarawan juga membutuhkan imajinasi, misalnya membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, pada suatu periode yang ditelitinya. Imajinasi yang digunakan tentunya bukanlah imajinasi liar melainkan berdasarkan keterangan atau data yang mendukung. Misalnya seorang sejarawan akan menulis priyayi awal abad ke-20. Ia harus memiliki gambaran, mungkin priyayi itu anak cucu kaum bangsawan atau raja yang turun statusnya karena sebab-sebab alamiah atau politis. Imajinasi seorang sejarawan juga harus jalan jika ia ingin memahami perlawanan Sultan Palembang yang berada di luar ibu kota pada abad ke-19. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai dan hutan yang mungkin jadi tempat baik untuk bersembunyi (Kuntowijoyo 2001:70).Demikian halnya dengan emosi. Dalam penulisan sejarah terdapat pula keterlibatan emosi. Di sini penulis sejarah perlu memiliki empati yang menyatukan dirinya dengan objek yang diteliti. Pada penulisan sejarah zaman Romantik yaitu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, sejarah dianggap sebagai cabang sastra. Akibatnya, menulis sejarah disamakan dengan menulis sastra, artinya menulis sejarah harus dengan keterlibatan emosional. Orang yang membaca sejarah penaklukan Meksiko, jatuhnya Romawi, pelayaran orang Inggris ke Amerika, harus dibuat seolah-olah hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. Penulisnya harus berempati, menyatukan perasaan dengan objeknya. Diharapkan sejarawan dapat menghadirkan objeknya seolah-olah pembacanya mengalami sendiri peristiwa itu (Kuntowijoyo 2001:70-71). Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah gaya bahasa. Dalam penulisan sejarah, sejarawan harus menggunakan gaya bahasa yang tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tidak membosankan, komunikatif dan mudah dipahami. Khususnya dalam menghidupkan suatu kisah di masa lalu. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan menulis secara terperinci (detail). Berbeda dengan karya sastra, dalam penulisan sejarah harus berusaha memberikan informasi yang lengkap dan jelas. Serta menghindari subjektivitas dan mengedepankan obyektivitas berdasarkan penggunaan metode penelitian yang tepat.Namun, sejarah sebagai seni memiliki beberapa kekurangan yaitu sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan obyektivitasnya. Alasannya, seni merupakan hasil imajinasi. Sementara ketepatan dan obyektivitas merupakan hal yang diperlukan dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti adanya kesesuaian antara fakta dan penulisan sejarah. Sedangkan obyektivitas berarti tidak ada pandangan yang individual. Kedua hal ini menimbulkan kepercayaan orang pada sejarawan dan memberikan kesan penguasaan sejarawan atas detail tulisan sejarah. Namun, kesan akan kedua hal itu akan hilang jika sejarah menjadi seni karena sejarah berdasarkan fakta dan seni merupakan hasil imajinasi. Sejarah yang terlalu dekat seni pun dapat dianggap telah memalsukan fakta.[gs]Fiksi dan Mitos Dalam Sejarah

Page 42: Pengertian Sejarah

Berkaitan dengan peristiwa di masa lalu muncul kesangsian apakah masa lalu itu pernah ada. Mungkin saja masa lalu itu merupakan rekaan kita, hasil khayalan kita atau fiksi. Di sini bila kita menyangsikan adanya sesuatu di masa silam, maka kita harus memiliki gambaran mengenai dunia yang disangsikan tersebut dan merumuskan kesangsian itu. Selain itu juga kita harus menanyakan mengapa kita menyangsikannya. Filsuf Bertrand Russel (1872-1970) menuliskan bahwa segala kenang-kenangan kita akan masa silam, ternyata diciptakan lima menit yang lalu. Semua kenang-kenangan kita dan bahan historis serasi satu sama lain sehingga tampak seolah-olah ada masa silam yang mendahului saat penciptaan itu (Ankersmit 1987:77) Di samping itu fiksi merupakan karya rekaan yang melibatkan imajinasi dan merupakan bagian dari seni. Sejarah dapat juga disebut sebagai seni karena sejarah berhubungan dengan penyimpulan dan penulisan suatu peristiwa sejarah yang berhubungan dengan kaidah dan keindahan bahasa. Selain itu sejarah memerlukan intuisi atau ilham. Khususnya ketika sejarawan memilih topik, selama penelitian dan dalam proses penulisan sejarah.Namun, meskipun berhubungan dengan cerita, sejarah bukanlah sastra, terutama karya fiksi, karena berbeda dengan karya sastra sebagai hasil subyektivitas sastrawan, sejarah harus berusaha memberikan informasi selengkap dan sejelasnya dengan menghindari subyektivitas melalui penggunaan metode sejarah. Kita mengenal adanya karya sastra (fiksi) yang berlatar belakang sejarah. Misalnya karya tetralogi Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca yang menggambarkan suasana Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dalam karya-karyanya tersebut Pramoedya menghubungkan antara sejarah (realitas) dengan sastra (fiksi). Berikutnya adalah mitos dalam sejarah. Mitos merupakan bagian dari budaya sebagai bagian dari olah pikir manusia. Daya ingat manusia terbatas. Segala hal yang menyenangkan dirinya tentu akan selalu diingat. Ingatan tersebut ditambah atau diperindah sesuka hati. Apabila diceritakan kepada orang lain yaitu kepada anak cucu maka ingatan itu akan menjadi cerita yang indah. Semakin lama, semakin indah cerita itu dan semakin jauh isi cerita dari kejadian yang sebenarnya. Ini yang menjadi asal mula cerita-cerita kuno seperti mitos, legenda, dan saga (Ali 2005: 101)Baik sejarah maupun mitos, keduanya menceritakan masa lalu tetapi sejarah dan mitos adalah dua hal berbeda. Mitos berasal dari bahasa Yunani, mythos berarti dongeng. Oleh karena merupakan dongeng, mitos biasanya menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas serta kejadian yang tidak masuk akal. Sedangkan sejarah memiliki waktu berlangsungnya suatu peristiwa dengan jelas serta kejadian yang rasional, terbukti secara empirik dan dapat dimengerti.Contoh mitos di Indonesia adalah kisah Kanjeng Ratu Kidul yang memiliki istana di dalam Laut Selatan dan menjadi permaisuri raja-raja Jawa. Demikian halnya dengan kisah Ken Angrok dalam kitab Pararaton (Swantoro 2002:143). Sebenarnya mitos tidak hanya dikenal di Jawa, di wilayah-wilayah lain di Indonesia juga mengenal mitos. Di Sumatera dikenal mitos raja Iskandar Zulkarnain turun di Bukit Siguntang, yang kemudian menurunkan raja-raja. Demikian halnya di Sulawesi dikenal mitos To manurung yang kemudian juga menurunkan raja-raja.Meskipun kisah dalam mitos di luar rasio manusia ada saja orang Indonesia yang mempercayainya dan menyatakan bahwa itu merupakan peristiwa nyata, peristiwa faktual yang benar terjadi. Mereka menyatakan bahwa mereka pernah melihat Kanjeng Ratu Kidul dengan mata kepala sendiri. Bagi mereka, Kanjeng Ratu Kidul memang betul ada dan bukan mitos. Menurut Locher (1959) yang dikutip Swantoro, mitos pada umumnya menunjuk wahana bahasa pada peristiwa-peristiwa yang yang dipandang oleh manusia sangat penting bagi eksistensinya, yang memberi arti baginya pada masa sekarang, masa lalu, dan masa depan sekaligus (Swantoro 2002:143) Dalam sejarah Indonesia dikenal mitos mengenai penjajahan Indonesia oleh Belanda selama 350 tahun. Sejarawan G.J. Resink sejak awal mengatakan bahwa Indonesia tidak dijajah selama 350 tahun. Demikian halnya dengan sejarawan Onghokham yang mengutuk pandangan ini. Menurutnya Belanda pada awalnya datang untuk berdagang dan pada saat itu masih ada kekuasaan lokal yang berkuasa. Kolonialisme yang terjadi di Indonesia tepatnya dimulai setelah VOC bangkrut dan wewenangnya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Sehingga jika dihitung tidak terbukti selama 350 tahun. Namun, hal ini sudah terlanjur ada dalam ingatan bawah sadar masyarakat Indonesia dan muncul dalam buku-buku pelajaran. Hal inilah yang menurut Onghokham disebut mitos. Meskipun mitos bukan sejarah tetapi mitos-mitos memiliki kegunaan sendiri. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, mitos merupakan bagian dari budaya. Mitos Dewi Sri, misalnya merupakan bagian dari budaya agraris. Bagi Indonesia, mitos dapat menjadi kekuatan sejarah dan oleh karena itu layak mendapat perhatian. Demikian halnya dengan mitos Ratu Adil yang mampu menggerakkan orang Jawa untuk melawan Belanda (Kuntowijoyo 2001:143). Taufik Abdullah menuliskan bahwa mitos boleh juga dianggap sebagai peristiwa ‘sejarah’ yang harus selalu diingat dan diingatkan, sebagai pelajaran dan alat pemersatu. Namun, Taufik Abdullah juga mengingatkan untuk tidak mencampuradukannya dengan sejarah dan ingatan. Sejarah memang tidak ada dengan sendirinya. Sejarah adalah hasil dari sebuah usaha untuk merekam, melukiskan, dan menerangkan peristiwa di masa lalu (Abdullah 2001:98).Tema Kajian Ilmu SejarahSejarah berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu tema-tema kajian dalam ilmu sejarah berdasarkan kategori tema yang biasa menggunakan konsep-konsep ilmu sosial dalam penelitian dan penulisan sejarahnya. Konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial digunakan untuk menganalisis peristiwa masa lalu sesuai minat dan tema. Obyek kajian sejarah antara lain sejarah sosial, sejarah politik, sejarah mentalitas, sejarah intelektual, sejarah ekonomi, sejarah agraria, sejarah kebudayaan, sejarah maritim, sejarah geografi, sejarah militer, sejarah perempuan, sejarah diplomatik, sejarah pendidikan, sejarah ilmu pengetahuan.Sejarah sosial merupakan setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok. Manifestasi kehidupan sosial itu beragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam bentuk rekreasi seperti permainan, kesenian, olah raga, peralatan, upacara. Ruang lingkup sejarah sosial sangat luas karena hampir melingkupi segala aspek hidup manusia. Contoh jenis sejarah ini adalah karya Trevelyan, English Social

Page 43: Pengertian Sejarah

History yang memuat banyak aspek dalam masyarakat Inggris, seperti soal pakaian, makanan, rumah tangga (Kartodirdjo 1992:50). Contoh lainnya adalah disertasi Prof. Sartono Kartodirdjo mengenai “Pemberontakan Petani Banten tahun 1888” (1966) di Universitas Amsterdam yang menyinggung masalah aspek, gejala dan fenomena Ratu Adil dalam pemberontakan petani di Banten. Dalam disertasinya Prof. Sartono menyoroti sebuah ‘peristiwa kecil’ dengan aktor-aktor ‘orang kecil’, ulama lokal dan petani dengan memakai pendekatan yang bercorak multidimensional.Sejarah politik dalam historiografi Barat lazim disebut sebagai sejarah konvensional. Ciri yang menonjol dalam sejarah ini adalah deskriptif naratif. Proses politik diungkapkan hanya satu dimensi yaitu dimensi politik saja, aspek lain seperti ekonomi, sosial dan kultural kurang mendapat perhatian, sehingga berkesan datar dan kurang memperhatikan relief (Kartodirdjo 1992: 46). Namun, pemaparan deskriptif-naratif pada sejarah politik gaya lama digantikan sejarah politik baru dengan analisis kritis-ilmiah karena sejarah politik model baru telah mengunakan pendekatan dari berbagai ilmu-ilmu sosial (Sjamsudin 2012:251). Kajian sejarah politik berhubungan dengan struktur kepemimpinan, peranan elit, jaringan politik. Sejarah mentalitas memiliki cakupan yang luas. Garapan utamanya adalah mentifact yang mencakup ide, ideologi, orientasi nilai, mitos, serta segala struktur kesadarannya. Semua itu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan faktor apa yang mendorong terjadinya suatu peristiwa. Kata kunci untuk pertanyaan itu adalah ideologi, mitos, etos, jiwa, ide-ide, mentalitas, nilai-nilai. Contoh dari karya sejarah mentalitas adalah Fire in the Mind of Men karya Billington yang mengembalikan dahsyatnya revolusi-revolusi kepada semangat, ideologi, atau nilai-nilai yang memberi inspirasi serta membentuk pola sikap yang radikal serta penuh dedikasi terhadap suatu ide (Kartodirdjo 1992:170)Sejarah intelektual mempelajari ide-ide yang pernah berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Ide-ide tersebut terdapat dalam filsafat, sejarah, kesusastraan, seni lukis, patung, arsitektur, musik. Pendidikan. Seringkali kajian sejarah intelektual memiliki kemiripan dan saling tumpah tindih dengan sejarah mentalitas karena keduanya bersumber pada mentifact, fakta kejiwaan atau mentalitas. Perbedaannya sejarah intelektual mempelajari ‘ide-ide’ sedangkan sejarah mentalitas mengkaji ‘kepercayaan dan sikap-sikap rakyat’ (Kartodirdjo 1992:170-171; Sjamsudin 2012:256). Kajian sejarah intelektual berupa kajian  ideologi politik seperti kapitalisme, liberalisme, komunisme, sosialisme. Sejarah ekonomi adalah cabang sejarah yang paling sesuai dengan teknikteknik kuantitatif sehingga dianggap sebagai sains atau ilmu sosial. Substansi materi sejarah ekonomi - produksi barang dan jasa, pekerjaan, penghasilan, harga – dapat diukur (dihitung). Ada dua aliran dalam sejarah ekonomi modern yaitu mazhab Prancis Annales dan sejarah ekonomi baru. Para pengikut aliran Annales dalam melakukan pendekatan kuantitatif terhadap masa silam tidak ketat menggunakan data-data kuantitatif dengan bantuan teori-teori dan modelmodel ekonomis. Tokoh terkemuka aliran Annales adalah Fernand Braudel (1902-1985) yang menulis The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. Sedangkan penganut aliran sejarah ekonomi baru meneliti aspek-aspek ekonomi dengan bantuan teori-teori yang sudah jauh berkembang (Sjamsudin 2012: 246-248) Sejarah agraria mencakup sejarah pertanian, sejarah petani, sejarah pedesaan. Pada umumnya buku sejarah berisi dengan cerita tentang perang dan perebutan kekuasaan, tindakan manusia yang penuh kekerasan dan kekejaman, kepahlawanan dan pengkhianatan. Sedangkan uraian mengenai kehidupan sehari-hari jarang dimuat. Padahal sebagian besar umat manusia tidak secara aktif terlibat dalam kejadian-kejadian besar. Orang kebanyakan tersebut hanya mengenal bekerja, makan, dan tidur. Bagi mereka peristiwa yang penting adalah kelahiran, perkawinan, dan kematian. Sebelum perkembangan industri, pertanian merupakan sumber pokok dari kehidupan mereka (Kartodirdjo 1992:183)Sejarah kebudayaan melingkupi ruang lingkup yang luas. Semua bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta benda), mentifact (fakta mental-kejiwaan), dan sociofact (fakta atau hubungan sosial) termasuk dalam kebudayaan. Semua perwujudan berupa struktur dan proses kegiatan manusia menurut dimensi ideasional, etis, dan estetis adalah kebudayaan (Kartodirdjo 1992: 17, 176, 195, 199; Sjamsudin 2012: 252). Contoh buku sejarah kebudayaan adalah Sejarah Pengantar Kebudayaan Indonesia karya Dr. R. Sukmono.Berdasarkan wilayah antara lain dikenal sejarah perkotaan, sejarah lokal, sejarah Indonesia, sejarah Asia Tenggara, sejarah Asia, sejarah dunia. Tema-tema sejarah tersebut memiliki konsep-konsep tersendiri yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.[gs]

Tujuan Dan Makna Belajar Masa LaluMempelajari sejarah adalah mempelajari masa lalu. Namun, bukan berarti mempelajari masa lalu tidak ada gunanya. Seringkali kita mendengar ungkapan ‘Belajarlah dari sejarah’, Adanya kemiripan peristiwa sejarah yang pernah terjadi pada masa lalu dengan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa sesudahnya seharusnya membuat kita lebih bijak dalam menyikapinya.

Di dalam kisah sejarah terdapat nilai-nilai atau makna tertentu. Misalnya upaya kerja keras, rela berkorban demi nusa bangsa para tokoh sejarah. Dalam hal ini sejarah dapat memberikan inspirasi bagi kita. Berikutnya dalam mempelajari sejarah kita memperoleh kesenangan berupa lawatan spiritual ke masa silam. Dengan membaca buku sejarah, kita dapat melihat dan mengetahui berbagai peninggalan unik serta peradaban masa silam. Di sini sejarah memberikan nilai guna kesenangan (rekreatif) bagi mereka yang mempelajarinya (Munajat 2004:5) Sejarah tidak hanya memiliki nilai guna secara teoritis, tetapi juga memiliki kegunaan praktis. Kegunaan sejarah secara praktis dapat dibagi dua yaitu tujuan secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, sejarah berguna untuk pengetahuan. Secara intrinsik ada empat guna sejarah yaitu sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan sejarah sebagai profesi (Kuntowijoyo 2001:20) Tujuan belajar sejarah juga berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, pemahaman, wawasan mengenai berbagai peristiwa yang terjadi baik di tanah air maupun di luar tanah air, pengembangan sikap

Page 44: Pengertian Sejarah

kebangsaan dan sikap toleransi. Secara ekstrinsik sejarah dapat digunakan sebagai liberal education yang mempersiapkan pelajar secara filosofis. Di sini sejarah memiliki manfaat untuk pendidikan moral, pendidikan penalaran, pendidikan politik, pendidikan kebijakan, pendidikan perubahan, pendidikan masa depan, pendidikan keindahan. Sejarah dipelajari karena keinginan untuk meneladani moral yang dijunjung para tokoh, pelaku sejarah dalam kisah sejarah. Ada pula yang mempelajari sejarah karena berhubungan dengan penalaran di mana setiap peristiwa sejarah memiliki multidimensi baik berupa pendorong terjadinya peristiwa maupun proses terjadinya peristiwa. Di lain sisi pemahaman atas peristiwa sejarah dimanfaatkan untuk kepentingan politik, mengkaji suatu kebijakan, memahami perubahan, merancang atau merencanakan sesuatu untuk masa depan. Bagi disiplin ilmu lain, misalnya ilmu sosial, sejarah dapat digunakan sebagai ilmu bantu untuk memahami suatu kondisi sosial yang menjadi bagian dari suatu peristiwa di asa silam

http://www.katailmu.com/

d. Sejarah sebagai seniSejarah sebagai seni adalah imajinasi terhadap fakta-fakta sejarah sehingga didapatkan gambaran kehidupan dimasa lampau. Tugas untuk menghidupkan membalik kehidupan manusia dimasa lalu sangat mirip dengan seorang penulis novel atau penyair. Namaun sejarawan harus sadar bahwa imajinasi hendaknya ditata dan diatur secara hati-hati sekali agar dapat mendekati kebenaran. Sejarawan harus merelakan dirinya untuk dibatasi oleh fakta dan sama sekali tidak dapat menghindari atau menentang fakta. Elemen yang tedapat dalam sejarah tidak hanya elemen ilmiah tetapi juga terdapat elemen seni. Dalam elemen seni, seorang sejarawan memerlukan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa.1) IntuisiDalam sejarawan dalam menulis sejarah memerlukan intuisi atau ilham, yaitu pemahaman langsung dan insting masa penelitian berlangsung.2) ImajinasiSeorang sejarawan harus dapat membahayakan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudah itu. Contohnya dalam menggambarkan perang Aceh, sejarawan harus mampu berimajinasi mengenai partai, desa, istana, masjid dan bukit.3) EmosiSeorang penulis sejarah harus memiliki empati yang tinggi (dalam bahasa Yunani) emphatheia berarti perasaan, untuk menyatukan perasaan dengan objeknya. Sejarawan diharapkan dapat menghadirkan peristiwa sejarah, seolah-olah mengalami sendiri peristiwa itu.4) Gaya bahasaGaya bahasa yang baik adalah gaya bahasa yang luas, tidak berbelit-belit dan sistematis. Dalam penggunaan gaya bahasa ini perlu diperhatikan pemakaian istilah dan idiom yang terkait dengan suatu zaman dan berbeda dengan lainnya.Contoh : Istilah siap pada masa revolusi kemerdekaan 1945 bermakna kewaspadaan menghadapi bahaya-bahaya, pada masa orde baru istilah diamankan berarti ditahan, dipenjarakan, dikucilkan, dan dibunuh.Sejarah sebagai seni memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut.1) berkurangnya ketetapan dan objektivitasKetetapan (accuracy) dan objektivitas sangat diperlukan dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah. Penulisan sejarah

Page 45: Pengertian Sejarah

berdasarkan pada fakta sedangkan seni merupakan hasil imajinasi. Sejarah terlalu dekat dengan seni sehingga dapat mengurangi ketepatan dan objektivitas.

2) Penulisan sejarah akan terbatasPenulisan sejarah yang terlalu dekat dengan seni akan terbatas pada objek-objek yang dapat dideskripsikan. Penulisan sejarah penuh gambarang tentang perang dan biografi, sedangkan tema sejarah lain yang penting, seperti sejarah ekonomi dan sejarah kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan analisis tidak tertulis.