pengintegrasian kecerdasan lokal (local genius …

16
Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA 622 PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS) WILAYAH 3 CIREBON DALAM MATERI AJAR SOSIOLINGUISTIK Pipik Asteka¹; Risma Khairun Nisya²; Deden Sutrisna³ 1,2,3 Universitas Majalengka 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Urgensi dalam penelitian ini adalah perlunya materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon untuk meningkatkan kompetensi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mata kuliah Sosiolinguistik, baik itu kompetensi sikap dan tata nilai, kompetensi pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus pada mahasiswa yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah pengintegrasian kecerdasan lokal (local genius) wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik, menemukan keefektifan materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon , dan mendiseminasikan hasil penelitian di Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Artinya data terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Seperti yang telah disebutkan Semi (2012) bahwa dalam penelitian yang bersifat deskriptif, penulis berupaya menemukan pandangan, membuat kesimpulan dan memberikan rumusan-rumusan yang diarahkan kepada pemerkayaan hasil kajian lewat kata- kata. Jadi, penelitian jenis ini lebih mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Kata kunci: pengintegrasian, materi ajar, kecerdasan lokal, Sosiolinguistik, wilayah 3 Cirebon Abstract The urgency in this research is the need for Sociolinguistic teaching materials that are integrated with local intelligence in Cirebon 3 area to improve the competency of Graduate Learning Outcomes (CPL) for Sociolinguistics courses, be it attitudes and values competence, knowledge competence, general skills and special skills in students who are integrated into Sociolinguistics teaching materials in Higher Education. The purpose of this research is to integrate local genius (local genius) in Cirebon region 3 in Sociolinguistics teaching materials, find the effectiveness of Sociolinguistics teaching materials integrated with local intelligence in Cirebon 3 area, and disseminate research results in universities. This research uses descriptive- analytical method. This means that the data is decomposed in the form of words, not in the form of numbers. As mentioned by Semi (2012) that in descriptive research, the author seeks to find views, draw conclusions and provide formulations that are directed at enriching the results of the study through words. So, this type of research prioritizes the depth of appreciation of the interactions between concepts that are being studied empirically. Keywords: integration, teaching materials, local genius, sociolinguistics, region 3 Cirebon

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

622

PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS)

WILAYAH 3 CIREBON DALAM MATERI AJAR SOSIOLINGUISTIK

Pipik Asteka¹; Risma Khairun Nisya²; Deden Sutrisna³ 1,2,3Universitas Majalengka

[email protected], [email protected],

[email protected]

Abstrak

Urgensi dalam penelitian ini adalah perlunya materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon untuk meningkatkan kompetensi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mata kuliah Sosiolinguistik, baik itu kompetensi sikap dan tata nilai, kompetensi pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus pada mahasiswa yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah pengintegrasian kecerdasan lokal (local genius) wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik, menemukan keefektifan materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon , dan mendiseminasikan hasil penelitian di Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Artinya data terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Seperti yang telah disebutkan Semi (2012) bahwa dalam penelitian yang bersifat deskriptif, penulis berupaya menemukan pandangan, membuat kesimpulan dan memberikan rumusan-rumusan yang diarahkan kepada pemerkayaan hasil kajian lewat kata- kata. Jadi, penelitian jenis ini lebih mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.

Kata kunci: pengintegrasian, materi ajar, kecerdasan lokal, Sosiolinguistik, wilayah 3 Cirebon

Abstract

The urgency in this research is the need for Sociolinguistic teaching materials that are integrated with local intelligence in Cirebon 3 area to improve the competency of Graduate Learning Outcomes (CPL) for Sociolinguistics courses, be it attitudes and values competence, knowledge competence, general skills and special skills in students who are integrated into Sociolinguistics teaching materials in Higher Education. The purpose of this research is to integrate local genius (local genius) in Cirebon region 3 in Sociolinguistics teaching materials, find the effectiveness of Sociolinguistics teaching materials integrated with local intelligence in Cirebon 3 area, and disseminate research results in universities. This research uses descriptive-analytical method. This means that the data is decomposed in the form of words, not in the form of numbers. As mentioned by Semi (2012) that in descriptive research, the author seeks to find views, draw conclusions and provide formulations that are directed at enriching the results of the study through words. So, this type of research prioritizes the depth of appreciation of the interactions between concepts that are being studied empirically.

Keywords: integration, teaching materials, local genius, sociolinguistics, region 3 Cirebon

Page 2: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

623

A. PENDAHULUAN Kecerdasan lokal atau kearifan

lokal merupakan identitas atau ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat di suatu daerah dan diturunkan oleh nenek moyangnya. kearifan lokal merupakan bentuk kemampuan kebudayaan setempat dalam memertahanan suatu kebudayaannya untuk menghadapi pengaruh kebudayaan asing.

Kecerdasan lokal atau kearifan lokal sebagai ciri khas kebudayaan suatu bangsa dimaknai oleh Wales (2006) sebagai keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat/bangsa sebagai hasil pengalaman mereka pada masa lampau (local genius sebagai the sum of the cultural characteristics which the vast majority af a people have in common as a result of their experiences in early life).

Kearifan lokal merupakan pemikiran yang berasumsi pada pentingnya pemahaman yang positif terhadap pemeliharaan pengetahuan lokal (local knowledge), kearifan lokal (local wisdom), dan kecerdasan setempat (local genius).

Local genius merupakan merupakan suatu hal yang sentral, karena merupakan kekuatan yang mampu bertahan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar dan yang mampu pula berkembang untuk masa-masa mendatang. Hilangnya atau musnahnya local genius berarti pula memudarnya kepribadian suatu masyarakat, sedangkan kuatnya local genius untuk bertahan dan berkembang menunjukan pula kepribadian masyarakat itu (Poespowardoyo, 1986:33).

Konteks akademik memandang nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat bercirikan: (1) berdasarkan pengalaman, (2) teruji setelah digunakan berabad-abad, (3) dapat beradaptasi dengan kultur kini, (4) pada dalam praktek keseharian masyarakat dan lembaga (5) lazim dilakukan oleh individu dan masyarakat secara keseluruhan (6) bersifat dinamis dan terus berubah, dan (7) sangat terkait dengan sistem kepercayaan (Alwasilah, 2009) .

Ciri-ciri tersebut di atas pada dasarnya menunjukkan bahwa setiap nilai kearifan lokal yang menjadi karakter budaya mempunyai keunggulan-keunggulan yaitu: (1) mampu bertahan terhadap budaya luar, (2) memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar kedalam budaya asli (3) mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur-unsur budaya luar ke dalam budaya asli, (4) memiliki kemampuan mengendalikan, (5) mampu memberikan arah pada perkembangan budaya. Merujuk pada berbagai teori tersebut, maka pembelajaran yang berbasis kearifan lokal (Indegenous learning), menjadi hal yang layak untuk diperhatikan dan dikembangkan (Rohaedi, 1986).

Berdasarkan pelbagai teori yang disebutkan di atas, dapat kita ketahui bahwa upaya pemertahanan kearifan lokal merupakan tugas bersama anggota masyarakat di suatu daerah. Kecerdasan lokal atau kearifan lokal sebagai hal sentral merupakan kekuatan untuk bertahan dari pengaruh dunia luar. Jika terjadi akulturasi budaya, dengan

Page 3: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

624

kecerdasan lokal yang mampu bertahan maka wawasan kearifan lokal yang ada di dalamnya akan mampu bertahan dan bukan tidak mungkin akan berkembang pada masa yang akan datang.

Pengintegrasian kecerdasan lokal dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi muda terhadap budayanya sendiri yang sangat beraneka ragam, sehingga generasi muda tidak kehilangan jati diri akan kebhinekaan dan multikultur yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Selain itu, pengintegrasian kecerdasan lokal Sunda dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi dapat menjawab kebutuhan dosen pengampu mata kuliah Sosiolinguistik dalam mengimplementasikan materi ajar Sosiolinguistik yang terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon yang menjadi kekayaan dan identitas bangsa Indonesia.

Objek dan fokus penelitian ini mengenai pengintegrasian kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi. Pengintegrasian kecerdasan lokal dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi yang bermuatan kecerdasan lokal dan disesuaikan dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Sosiolinguistik.

Materi ajar disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam perolehan pengetahuan mengenai teori dari mata kuliah yang diampunya. materi ajar terintegrasi

kecerdasan lokal juga memudahkan dosen dalam transfer pengetahuan kepada mahasiswanya. Materi ajar yang disusun tentu harus memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kedekatan dengan lingkungan tempat dimana mahasiswa itu tinggal. Pengintegrasian materi mengenai kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik di perguruan tinggi didasarkan pada kontekstualitas, artinya pemilihan materin ajar harus dekat dengan kehidupan siswa. Kontekstualisasi pembelajaran dilakukan dengan mengaitkan materi-materi yang dipelajari dengan situasi dan kondisi di lingkungan setempat.

Pengintegrasian kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi degradasi budaya tersebut.

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah adalah pengintegrasian kecerdasan lokal dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi menemukan keefektifan materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal untuk meningkatkan kompetensi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mata kuliah Sosiolinguistik, baik itu kompetensi sikap dan tata nilai, kompetensi pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus pada mahasiswa yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik

Page 4: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

625

Urgensi penting dalam penelitian ini adalah perlunya pengintegrasian kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kompetensi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mata kuliah Sosiolinguistik, baik itu kompetensi sikap dan tata nilai, kompetensi pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus pada mahasiswa yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik yang bermuatan kecerdasan lokal di perguruan tinggi sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi degradasi budaya dan salah satu bentuk pemertahanan kearifan lokal yang saat ini melanda generasi muda supaya memiliki kembali karakter kecintaan terhadap kearifan lokal Indonesia. Materi ajar akan diintegrasikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) bermuatan kecerdasan lokal Sunda di wilayah 3 Cirebon.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Artinya data terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Seperti yang telah disebutkan Semi (2012) bahwa dalam penelitian yang bersifat deskriptif, penulis berupaya menemukan pandangan, membuat kesimpulan dan memberikan rumusan-rumusan yang diarahkan kepada pemerkayaan hasil kajian lewat kata-kata. Jadi, penelitian jenis ini lebih mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi

antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.

Metode deskriptif-analisis ini digunakan dalam kegiatan menganalisis cerpen. Data yang terkumpul kemudian diseleksi, dilakukan pengkajian, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil kesimpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta yang berhubungan dengan kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon yang menjadi objek penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Bentuk

Kecerdasan Lokal di Wilayah 3 Cirebon Kecerdasan lokal merupakan

identitas atau ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat di suatu daerah dan diturunkan oleh nenek moyangnya. Kecerdasan lokal merupakan bentuk kemampuan kebudayaan setempat dalam memertahanan kebudayaannya dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing.

Saat ini, generasi muda mulai tidak memahami dan mengenal kecerdasan lokal yang ada di wilayah tempat tinggalnya. Padahal, wilayah 3 Cirebon yang melingkupi kabupaten Cirebon, kota Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Indramayu dan kabupaten kuningan merupakan wilayah yang sarat akan identitas kebudayaan dan kaya akan kearifan lokal yang ada di dalamnya.

Berbagai upaya harus terus dilakukan agar generasi muda tidak kehilangan jati diri dan identitas kearifan lokal wilayah tempat tinggalnya. Pengintegrasian

Page 5: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

626

kecerdasan lokal dalam materi ajar Sosiolinguistik merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar generasi muda dapat lebih mengenal, memahami dan mencintai kecerdasan lokal di wilayah tempat tinggalnya sehingga dapat terhindar dari degradasi budaya yang berakibat pada memudarnya nilai kecerdasan lokal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengintegrasian kecerdasan lokal dalam materi ajar Sosiolinguistik di perguruan tinggi untuk mempermudah pencapaian kompetensi pembelajaran yang tentu saja tidak hanya pencapaian kompetensi kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Materi kajian kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon dapat diintegrasikan ke dalam capaian pembelajaran mata kuliah, indikator pencapaian kompetensi dan kemampuan akhir yang diharapkan tercapai oleh mahasiswa setelah mengampu mata kuliah Sosiolinguistik.

Berikut ini merupakan kartu data sebaran kecerdasan lokal di wilayah 3 Cirebon.

Tabel 4.1

Kartu Data Sebaran Kecerdasan Lokal di Kabupaten Majalengka

No Jenis Wawasan Kearifan Lokal

Keterangan

1 Pertunjukan kuda Renggong

Penjelasan mengenai wawasan kearifan lokal majalengka yang diintegrasikan sebagai materi ajar Sosiolinguistik secara lengkap dapat dilihat pada BAB XIII

2 Tradisi Pareresan/Ngalaksa

3 Ngukusan 4 Sasajen 5 Babarit 6 Rebo Wekasan 7 Bubur Sura 8 Ngarupus 9 Ritual ziarah ke

makam petilasan Nyi Rambut Kasih

10 Tari Kedempling Penerapan Sosiolinguistik. 11 Tari Simbarkencana

12 Sampyong 13 Gaok 14 Bongkar Bumi 15 Nujuh Bulanan 16 Jum’at Bersih 17 Sedekah Bumi 18 Munjung 19 Puputan 20 Munah

Tabel 4.2

Kartu Data Sebaran Kecerdasan Lokal di Kabupaten Cirebon

No Wawasan Kearifan Lokal

Keterangan

1 Nadran 2 Ritus Tiwu Panganten 3 Sedekah Bumi 4 Memitu 5 Bancakan 6 Mapag Sri 7 Kirab Budaya Gegesik 8 Tradisi Tawurji 9 Syawalan Gunungjati 10 Ganti Walit 11 Muludan 12 Selawean Trusmi 13 Rajaban 14 Tradisi Panjang Jimat 15 Petatah Petitih 16 Tarling 17 Tari Topeng Cirebon 18 Sintren 19 Kesenian Gembyung 20 Sandiwara Cirebonan 21 Topeng Cirebon 22 Lukisan Kaca 23 Bunga Rotan 24 Batik Mega Mendung 25 Wayang 26 Barong 27 Ronggeng 28 Upacara Sekaten

Tabel 4.3

Kartu Data Sebaran Kecerdasan Lokal di Kabupaten Kuningan

No Wawasan Kearifan Lokal

Keterangan

1 Upacara Adat Seren Taun 2 Cingcowong 3 Kawin Cai 4 Tari Buyung

Page 6: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

627

5 Reog Cengal 6 Pesta Dadung 7 Balap Kuda Saptonan 8 Panahan Tradisional 9 Babarit Desa 10 Kemprongan 11 Goong Renteng 12 Sedekah Bumi 13 Budaya Lisan Sunda

(Pepatah) 14 Sintren 15 Sandiwara Rakyat 16 Wayang Golek 17 Calung 18 Tayuban 19 Gembyung Terbangan 20 Sunda Wiwitan Cigugur

Tabel 4.4

Kartu Data Sebaran Kecerdasan Lokal di Kabupaten Indramayu

No Wawasan Kearifan Lokal

Keterangan

1 Tari Topeng Dermayon 2 Wayang Kulit 3 Mapag Dewi Sri 4 Kearifan Lokal Sejarah

Alam Ngaji Rasa, Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu (Dayak Losarang)

5 Sintren/Lais 6 Tarling 7 Genjring Akrobat 8 Sandiwara 9 Berokan

10 Singa Depok 11 Kebo Ngamuk 12 Jaringan 13 Mapag Tamba 14 Nadran 15 Ngarot 16 Sedekah Bumi 17 Ngunjung 18 Tarling 19 Wayang Golek Cepak

2. Pendeskripsian Nilai-nilai

yang terkandung dalam Kecerdasan Lokal di Wilayah 3 Cirebon Pada penjelasan di awal bab

mengenai hubungan bahasa dengan konteks sosial, ditemukan

pemahaman bahwa Sosiolinguistik adalah satu kajian yang menekankan dan mendasarkan pendekatannya pada hal-hal yang berada diluar bahasa, yang berkaitan dengan pemakaian bahasa olehpara penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.

Kajian sosiolinguistik yang bersifat eksternal ini menghasilkan kaidah-kaidah yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat. Dalam kerjanya, ia menggunakan teori dan disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu, misalnya, sosiologi, psikologi dan antropologi.

Dalam kacamata sosiolinguistik, bahasa tidak didekati atau dilihat sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik struktural/umum, melainkan dilihat sebagai sarana interaksi di dalam masyarakat manusia. Karenanya, semua rumusan mengenai sosiolinguistik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan/aspek- aspek kemasyarakatan.

Aspek-aspek kemasyarakatan yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa Sosiolinguistik menyoroti pula penggunaan bahasa dalam kegiatan kemasyarakatan melalui prosesi kecerdasan lokal. Di bawah ini akan dideskripsikan kecerdasan lokal yang ada wilayah 3 Cirebon yang sarat dengan nilai kearifan lokal yang kaya dan masih dipertahankan eksistensinya oleh masyarakat setempat.

Page 7: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

628

A. Deskripsi Kecerdasan Lokal Majalengka Salah satu kabupaten di

wilayah 3 Cirebon yang sarat akan nilai-nilai kecerdasan lokal adalah kabupaten Majalengka. Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa tuturan sehari-hari sebagian besar masyarakatnya dan sebagiannya lagi menggunakan bahasa Jawa. Bukan tanpa sebab jika kabupaten Majalengka menggunakan variasi bahasa yang berbeda, hal ini dikarenakan letak geografis kabupaten Majalengka yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cirebon dan Indramayu yang menggunakan bahasa tutur Jawa dalam interaksi komunikasi sehari-hari masyarakatnya.

Bahasa Sunda yang digunakan di kabupaten Majalengka juga memiliki berbagai variasi dialek, dialek tutur masyarakat kabupaten Majalengka pun disesuaikan dengan letak geografisnya, misalnya Majalengka bagian selatan yang merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten Tasikmalaya, Garut dan Ciamis menggunakan dialek sunda yang halus berdasarkan undak usuk basa yang sejatinya terintegrasi dengan kecerdasan lokal bahasa pada masyarakat Sunda Priangan. Lain halnya dengan Majalengka bagian utara yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cirebon, undak usuk basa lebih mengarah pada kecerdasan lokal bahasa

Cerbonanan yang tentu saja secara secara dialek sangat berbeda dengan dialek Sunda Majalengka bagian selatan.

Majalengka dikenal sebagai kabupaten yang sarat akan nilai kebudayaan dan memiliki wujud kecerdasan lokal yang masih dipertahankan warga masyarakatnya hingga kini, akan tetapi pemertahanan tersebut bukan tidak mungkin akan terdegradasi oleh kemajuan zaman sehingga diperlukan upaya untuk mempertahankan kecerdasan lokal tersebut. B. Kecerdasan lokal di

Kabupaten Cirebon Pada awalnya wilayah Cirebon

berstatus sebagai Keresidenan Cirebon, yang meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon, serta Kabupaten Indramayu. Kota (madya) Cirebon yang luasnya 37,36 km2, merupakan pusat industri, pertokoan, pariwisata, dan pusat pemasaran hasil bumi di daerah sekitarnya. Kabupaten Cirebon memiliki luas 981,05 km2, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Barat dengan Kabupaten Majalengka, sebelah selatan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah timur dengan Laut Jawa. Hasil buminya, antara lain, padi, tebu, kacang kedelai, kelapa, wilayah pessisir terkenal sebagai penghasil rebon (udang kecil). Objek wisatanya, antara lain, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan makam Sunan Gunungjati. Kabupaten Indramayu berada di bagian timur laut Provinsi Jawa Barat, luasnya 2.006,04 km2, terletak di dekat Muara Sungai Cimanuk,

Page 8: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

629

terkenal sebagai daerah penghasil buah mangga. Bahasa Daerah dan Penuturnya di Wilayah Cirebon Di wilayah Cirebon tinggal tiga kelompok sosial, yakni kelompok orang Sunda, kelompok orang Jawa, dan kelompok orang asing. Kelompok orang asing sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1930, misalnya, di Cirebon terdapat sekitar 40.284 orang asing, yang terdiri atas 3.379 orang Eropa, 32.090 orang Cina, dan 4.815 orang Timur Asing. Kecuali orang Cina, sesudah Indonesia merdeka (sejak 1945) jumlah dan peranan orang asing dapat dikatakan tidak mempunyai arti lagi. Secara berangsur orang Belanda pulang kembali ke negaranya di Eropa. Orang Arab berhasil mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Indonesia sehingga tidak dipadang orang asing lagi.

Orang Sunda (urang Sunda) adalah orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda (Warnaen et al., 1987:1). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang atau sekelompok orang bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu atau keduanya, orang Sunda, dimana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang atau sekelompok orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya

Sunda, tentu saja termasuk bahasa Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya, dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang atau sekelompok orang yang orang tuanya atau leluhurnya bukan orang Sunda, menjadi orang Sunda karena ia atau mereka dilahirkan, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan sosial budaya Sunda serta menghayati dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya.

Perlu dikemukakan bahwa ada orang yang mendefinsikan orang Sunda berdasarkan salah satu kriteri tersebut, misalnya, Rosidi (1984:13) mendefinisikan orang Sunda berdasarkan kriteria kedua. Oleh orang yang tinggal di daerah pesisir, misalnya, penduduk Cirebon, orang Sunda biasa disebut urang gunung, wong gunung, atau tiyang gunung, artinya ‘orang gunung’ (Rosidi, 1984:129). Besar kemungkinan timbulnya sebutan itu setelah adanya anggapan bahwa pusat Tanah Sunda di Priangan. Priangan memang merupakan daerah pegunungan dengan puncak-puncaknya yang cukup tinggi. Dalam pada itu, peranan orang Sunda di daerah pesisir sejak akhir abad ke-16 Masehi dianggap berakhir, beralih ke daerah pegunungan atau pedalaman. Namun, pada kenyataannya di Cirebon digunakan bahasa Sunda dialek Cirebon. Penduduk Cirebon, yang cenderung tinggal di daerah pesisir, kebanyakan orang Jawa. Percampuran orang Jawa dan orang Sunda di Cirebon melahirkan sebutan orang Cirebon. Keduanya hidup berdampingan dan

Page 9: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

630

berkomunikasi menggunakan dua bahasa yang bercampur, disamping menggunakan bahasa Indonesia. Percampuran dua bahasa atau lebih dalam sebuah lingkungan masyarakat dalam sosiolinguistik lazim disebut campur kode (code mixing).

Campuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa di wilayah Cirebon inilah yang sekarang disebut bahasa Cirebon. Sebenarnya, bahasa Cirebon ini dapat dipandang sebagai dialek dari dua bahasa. Jika yang dominan adalah bahasa Sunda, maka dapat dikatakan bahasa Sunda dialek Cirebon. Sebaliknya, jika yang dominan adalah bahasa Jawa, maka dapat dikatakan bahasa Jawa dialek Cirebon. Oleh karena muncul dua sebutan dialek yang objeknya bahasa yang sama, maka munculah sebutan bahasa Cirebon. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa bahasa Cirebon merupakan sebuah bahasa, yang bukan bahasa Sunda dan bukan bahasa Jawa.

Kasus yang sama terjadi pula di Kabupaten Indramayu. Dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa Sunda dan bahasa Jawa, berkembang secara bersamaan di Indramayu. di beberapa kecamatan dominan menggunakan bahasa Jawa, tetapi di kecamatan-kecamatan lainnya di Indramayu menggunakan bahasa Sunda. Pemakaian bahasa Sunda di daerah Indramayu dapat disebut sebagai bahasa Sunda dialek Indramayu.

Demikian juga, pemakaian bahasa Jawa di Indramayu dapat disebut sebaagai bahasa Jawa dialek Indramayu. Masyarakat Indramayu menyebut bahwa bahasa yang

mereka gunakan adalah bahasa Indramayu, sebagai pencampuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Indramayu, bukan bahasa Cirebon. Jika dilihat dari segi geografis dan isoglos, sebenarnya pemakaian bahasa daerah di Indramayu dan di Cirebon dapat disebut sebagai kelompok bahasa yang sama. Apalagi jika dilihat dari asal pembatasan wilayah yang disebut Keresidenan Cirebon dahulu. Kultur Cirebon dan Indramayu memiliki kemiripan, yakni pencampuran antara kultur Sunda dan kultur Jawa. Demikian juga bahasanya adalah pencampuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa Indramayu termasuk kelompok bahasa Cirebon. Tentu saja yang disebut kelompok bahasa, tidak persis sama, terdapat perbedaan-perbedaan. Komparasi Bahasa Sunda, Indramayu, dan Cirebon Apakah bahasa di daerah Cirebon dan Indramayu merupakan dialek dan variasi bahasa Sunda dan atau Jawa, atau bahasa tersendiri? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak bisa dilakukan secara emosional, tetapi harus dikaji secara historis dan dialektologis (dialek geografis). Penelitian yang telah dilakukan, antara lain, Bahasa Sunda di daerah Cirebon (Ayatrohaedi, 1978), yang mencatat 549 kata. Paparan ini merupakan hasil bandingan dari bahasa Sunda, Indramayu, dan Cirebon. Sumber datanya sejumlah mahasiswa di Bandung yang berasal dari Cirebon dan Indramayu. Dari sumber data tersebut dikumpulkan 4167 kata pokok dari tiga bahasa .

Secara historis perkembangan bahasa daerah di Cirebon dan Indramayu berada di persimpangan,

Page 10: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

631

yakni kehidupan bahasa Sunda dan kehidupan bahasa Jawa. Dalam pertumbuhannya terjadi saling memengaruhi diantara keduanya, lahirlah bahasa di daerah Cirebon dan Indramayu. Tampaknya perkembangan bahasa tersebut mengarah kepada dua rel yang relatif berbeda, yakni 1) bahasa Sunda dialek Cirebon/Indramayu, dan 2) bahasa Jawa dialek Cirebon/Indramayu. Jadi, ketika muncul pengibaran bendera “Bahasa Cirebon” dan atau “Bahasa Indramayu”, tidak mengherankan jika ada dua kubu, yakni yang pro dan yang kontra. Jika dari hasil kajian diperoleh perbedaan bahasa Sunda dengan Cirebon dan Indramayu sekitar 62 – 63%, hal itu mudah dipahami, karena arus pengaruh bahasa Jawa ke Cirebon lebih besar dibandingkan dengan arus pengaruh bahasa Sunda ke Cirebon. Mungkin masyarakat yang berbau kehidupan Sunda yang disebut-sebut sebagai “Tiyang Gunung” lebih berorientasi ke Priangan daripada ke Cirebon. Sementara itu, masyarakat yang berbau kehidupan Jawa lebih berorientasi ke tetangga dekatnya Jawa Tengah. C. Deskripsi Kecerdasan Lokal

di Kabupaten Kuningan Suku bangsa Sunda sebagai

salah satu suku yang mendiami Nusantara (Indonesia), dalam konsep kearifan lokal juga memiliki ciri tersendiri. Menurut Sumardjo (2003: 333) menyatakan bahwa: Untuk mencari akar budaya sunda seperti pada umumnya etnis lain di Indonesia, bertolak dari pandangan dunia orang Sunda awal itu. Dan

pandangan dunianya ini bertolak dari apa yang dipercayai, yakni sistem religinya. Apa yang dipercayai sebagai ada dengan segala asal usulnya ini termuat dalam agama awal itu. Dalam perspektif lain, definisi Sunda dapat memberikan gambaran dari apa yang ingin dikaji dari kearifan lokal Sunda. Menurut Indrawardana (2012: 2) “masyarakat Sunda, atau dalam hal ini masyarakat etnis atau suku bangsa Sunda, merupakan bagian dari masyarakat suku bangsa-suku bangsa lainnya yang hidup di bumi nusantara (nusantara)”. Sementara itu, Rosidi (2011: 57) “istilah Sunda menunjuk kepada suku bangsa yang berbahasa dan berkebudayaan yang khas, terutama tinggal di daerah yang disebut Jawa Barat dan Banten”. Begitu juga dengan Koentjaraningrat (2004) sebagaimana dikutif Indrawardana (2012: 3) “secara antropologi-budaya, yang disebut sebagai Orang Sunda atau Suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa dan dialek Sunda sebagai bahasa ibu serta dialek dalam percakapan sehari-hari.” Dari sisi kearifan lokal yang paling menonjol dari Sunda adalah terkait budaya lisan, seperti pengembangan bahasa Sunda melalui peribahasa, pepetah dan lain sebagainya. Hal tersebut sebagaimana dikemukakkan oleh Mustapa (2010, hal. 219), yakni:

Orang Sunda kuat sekali dalam memegang peribahasa nenek moyang seperti: ciri sabumi cara sadesa, pengasuhnya indung hukum bapa drigarna. Kalau ada yang merantau, dinasehati: kudu pindah cai pindah tampian. Berbakti dengan

Page 11: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

632

jiwa raga maupun benda, katanya: nyawa gagaduhan banda sasampeureun. Kalau berganti majikan atau kepala, kudu bisa ngawula pindah juragan. Menurut Harsojo dikutif oleh (Rosidi 2011: 125) mengatakan bahwa “bahasa Sunda terdapat kesusateraan yang kaya, seperti dalam cerita-cerita pantun, wayang, wawacan, bahkan reog”. Untuk meninjau aspek lain dari kearifan lokal Sunda, dapat dipahami juga dari makna kebudayaan secara umum. Dalam pandangan Rosidi (2011: 48-49): Kebudayaan meliputi tiga bidang yaitu filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan suku-suku bangsa di Indonesia, termasuk suku bangsa Sunda, boleh dikatakan tidak memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Pada suku bangsa Sunda misalnya yang nampak berkembang terutama hanya seni teater,tari musik dan sastera. Dari pandangan di atas, Kurnia (2012: 5-6) mengutif salah satu hasil kajian “Jamaludin yang meneliti dasar estetika Sunda yang berangkat dari anggapan bahwa estetika tercermin dari seni, laku, bahasa, terkait dengan waktu., disampaikan dari simbol-simbol alam”. Dari beberapa sumber yang diperoleh temtang kesusateraan Sunda, maupun aspek lain dari kearifan lokal Sunda banyak didomunasi oleh karya sastra seperti dongeng, puisi, pantun, pepatah, cerita-cerita legenda. Dalam bahasa C.A van Peursen “menyebutnya sebagai kebudayaan mitis, yang berasal dari spiritual, karena semua gagasan, tindakan dan apa yang dihasilkannya bertolak dari sistem

religinya (Sumardjo (2003: 333)”. Sementara itu, Suryalaga (2009: 103) menguraikan bahwa Yargon (B.S.Babasan) atau moto “Silih Asih-Asah-Asuh” dikenal pula denggan akronim SILAS atau 3 SA telah sangat akrab bagi masyarakat Sunda malah digunakan dalam ideomatika nasional.Seuntai kalimat yargon yang secara harfiah serta pemaknaan filosofinya, agar masyarakat mampu mencerna dan mengaplikasikan maksud kandungan yargon tersebut dalam perilaku kehidupannya. Karuhun Sunda, para lokal genius telah lebih awal membuat semacam tarekah, atau konsep-konsep bermasyarakat agar anak cucu serta alam lingkungan, baik mikro maupun makro selalu dalam lingkungan hidup yan penuh harmoni. Hidup yang harmoni pada intinya adalah kesadaran akan adanya saling ketergantungan (interdepedency) dengan tidak melupakan jati diri dan habitatnya masing-masing. Proses perwujudan kehidupan yang harmonis secara holistik ini merupakan hasil optimal dari sistem berkomunikasi “Silih Asih, Silih-Asah dan Silih-Asuh”

Dari uraian di atas semakin menegaskan bahwa dominasi kearifan lokal Sunda sangat bertumpu pada aspek bahasa lisan, namun walau demikian dasar dari itu menjadi sumber segalanya bagi orang Sunda yang sangat menjunjungtinggi bahasa atau pepatah para orangtua. Bahkan pada aspek perilaku pun, orang Sunda sangat patuh pada yang sering dilakukan oleh orangtua atau orang yang lebih tua. Dengan kata lain, nilai

Page 12: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

633

sikap lebih penting dari tradisi simbolik pada budaya Sunda. D. Deskipsi Kecerdasan Lokal di

Kabupaten Indramayu Indramayu merupakan salah

satu kota yang terletak di provisi Jawa Barat bagian utara. Indramayu juga bisa disebut sebagai kota Mangga. Indramayu dijuluki kota mangga karena hampir semua rumah di sana memiliki pohon mangga di halaman, selain itu mangga Indramayu juga terkenal manis serta memiliki banyak jenis mangga yang salah satunya adalah mangga Cengkir dan mangga Gedong Gincu. Selain itu, Indramayu juga dikenal sebagai kota budaya yang memiliki banyak tradisi kearifan lokal. Berikut ini akan dideskripsikan beberapa kearifan lokal dan kesenian kabupaten Indramayu. E. Gambaran Umum

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal Wilayah 3 Cirebon dalam Materi Ajar Sosiolinguistik Kecerdasan lokal merupakan

identitas atau ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat di suatu daerah dan diturunkan oleh nenek moyangnya. Kecerdasan lokal merupakan bentuk kemampuan kebudayaan setempat dalam memertahanan kebudayaannya dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing.

Hal tersebut diperkuat dengan teori yang dicetuskan oleh HG Quaritch Wales dalam karyanya Culture Change in Greater India (1948) yang kemudian ditegaskan lagi dalam The Making of Greater India: A Study in Southeast Asian Cultures (1951) yang menyatakan

bahwa Kecerdasan lokal merupakan ialah sejumlah ciri kebudayaan yang dimiliki oleh komunitas masyarakat sebagai akibat pengalamannya di masa lampau. Wales menitikberatkan bahwa kecerdasan lokal merupakan bentuk keteguhan suatu kebudayaan dalam menghadapi pengaruh kebudayaan lain yang masuk pada komunitasnya.

Pakar lainnya, F.D.K Bosch melalui karyanya Local Genius en Oud-javaanse Kunst (1952) pada dasarnya menerima gagasan Quarits Wales ini, akan tetapi ia lebih menitikberatkan pendapatnya kemampuan suatu masyarakat dalam mempertahankan kebudayaannya. Bosch lebih menekankan bahwa mempertahankan kecerdasan lokal sebagai identitas kebudayaan merupakan kewajiban masyarakat itu sendiri. Bosch menujukkan pentingnya integritas dan kreativitas para anggota masyarakat dalam mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya sendiri untuk menghadapi akulturasi budaya, yakni jika dalam kehidupan kebudayaannya datang pengaruh dari luar yang berlainan dengan kebudayaannya sendiri.

Berdasarkan teori yang dicetuskan 2 pakar di atas, dapat kita ketahui bahwa mempertahankan Kecerdasan lokal merupakan tugas bersama anggota masyarakat di suatu daerah. Kecerdasan lokal sebagai hal sentral merupakan kekuatan untuk bertahan dari pengaruh dunia luar. Jika terjadi akulturasi budaya, dengan kecerdasan lokal yang mampu bertahan maka Kecerdasan lokal

Page 13: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

634

yang ada di dalamnya akan mampu bertahan dan bukan tidak mungkin akan berkembang pada masa yang akan datang.

Saat ini, generasi muda di wilayah 3 Cirebon pada khususnya mulai tidak memahami dan mengenal kecerdasan lokal yang ada di wilayah tempat tinggalnya. Padahal, wilayah 3 Cirebon yang melingkupi kabupaten Cirebon, kota Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Indramayu dan kabupaten kuningan merupakan wilayah yang sarat akan identitas kebudayaan dan kaya akan kecerdasan lokal yang ada di dalamnya.

Ajip Rosidi, yang merupakan sastrawan asal kabupaten Majalengka banyak menuangkan gagasannya yang menggambarkan nilai kearifan lokal Sunda Majalengka pada berbagai buku yang ditulisnya. Salah satu buku yang menggambarkan kearifan lokal Sunda karya Ajip Rosidi adalah kumpulan cerpen Dua Orang Dukun dan Cerita Pendek Sunda Lainnya secara refresentatif mencerminkan wawasan kearifan lokal pada lingkungan masyarakat Sunda baik berupa sikap, pandangan, identitas dan kemampuan masyarakat Sunda.

Berbagai upaya harus terus dilakukan agar generasi muda tidak kehilangan jati diri dan identitas kecerdasan lokal wilayah tempat tinggalnya. Pengintegrasian kecerdasan lokal pada buku ajar Sosiolinguistik merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar generasi muda dalam hal ini mahasiswa di perguruan tinggi wilayah 3 Cirebon dapat lebih mengenal, memahami

dan mencintai kecerdasan lokal di wilayah tempat tinggalnya sehingga dapat terhindar dari degradasi budaya yang berakibat pada memudarnya nilai kecerdasan lokal.

Sosiolinguistik sendiri merupakan bidang ilmu yang menjadikan masyarakat serta segala sesuatu yang ada di dalamnya sebagai fokus kajian. Bahasa, masyarakat dan kebudayaan merupakan entitas yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat (Sizler, 1990) yang menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam, atau sekeping mata uang yang pada satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem yang lain berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa atau juga sebaliknya.

Pendapat lain yang menyatakan bahwa antara berbahasa dan berbudaya tidak dapat dipisahkan adalah Pride dan Holmes (1972) merumuskan Sosiolinguistik secara sederhana yaitu kajian bahasa hal yang tidak terpisah dari kebudayaan dan masyarakat (the study of language as part of culture and society). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan (language in culture) dan bahasa bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri (language and culture).

Fishman (1972), menyebut istilah Sosiolinguistik menjadi Sosiologi Bahasa (Sociology of language) yang menyatakan bahwa Sosiolinguistik merupakan ilmu yang

Page 14: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

635

mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan antara bahasawan dengan ciri dan fungsinya dalam suatu masyarakat bahasa.

Teori yang dicetuskan oleh para pakar di atas pada dasarnya menjelaskan dua hal yang dijadikan fokus studi mereka yaitu bahasa dan dimensi kemasyarakatan. Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa.

Pengintegrasian kecerdasan lokal sebagai materi ajar Sosiolinguistik dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam pemerolehan pengetahuan mengenai teori dari mata kuliah yang diampunya. Materi ajar yang terintegrasi kecerdasan lokal dapat memudahkan dosen dalam transfer pengetahuan kepada mahasiswanya. Materi ajar yang terintegrasi kecerdasan lokal yang disusun tentu harus memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kedekatan dengan lingkungan tempat dimana mahasiswa itu tinggal. Pengintegrasian kecerdasan lokal sebagai materi ajar Sosiolinguistik didasarkan pada kontekstualitas, artinya pemilihan bahan ajar harus dekat dengan kehidupan mahasiswa. Kontekstualisasi pembelajaran dilakukan dengan mengaitkan materi-materi yang dipelajari dengan situasi dan kondisi di lingkungan setempat. Hal ini sejalan dengan

pendapat Sudikan (2016: 4) bahwa sastra dengan identitas lokalitas bisa membentuk pilar dan citra kebudayaan suatu bangsa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengintegrasian kecerdasan lokal sebagai materi ajar Sosiolinguistik dapat dilakukan karena dapat mempermudah pencapaian kompetensi pembelajaran yang tentu saja tidak hanya pencapaian kompetensi kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Materi kajian kecerdasan lokal diintegrasikan ke dalam capaian pembelajaran mata kuliah, indikator pencapaian kompetensi dan kemampuan akhir yang diharapkan tercapai oleh mahasiswa setelah mengampu mata kuliah Sosiolinguistik melalui materi ajar Sosiolinguistik berwawasan kearifan lokal yang berupa contoh studi kasus wawasan kearifan lokal di wilayah 3 Cirebon.

Kecerdasan lokal yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik dengan menyesuaikan Capaian Pembelajaran Lulusan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Indikator Ketercapaian Kompetensi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Kerangka Kualifikasi Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah , A. Chaedar, dkk. 2009.

Etnopedagogi Landasan Praktek Pendidikan Guru. Bandung:Kiblat.

Ayat, Rohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local

Page 15: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

636

Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Borg, W.R. and Gall, M.D. 1989. Educational Research: An Introduction. London: Longman, Inc.

Chomsky, Noam.1957. Syntactic Structures. The Hague: Mouton

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988)

Judistira, K.G. (2008). Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menentang Masa Depan. Bandung: Lemlit UNPAD.

Kridalaksana, Harimurti.1982. Introduction to Word Formation and Word Classes. Jakarta. Universitas Indonesia.

Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.

Lubis, B.Z. (2008). “Potensi Budaya dan Kearifan Lokal Sebagai Modal Dasar Membangun Jati Diri Bangsa”. Jurnal Ilmu- Ilmu Sosial. “vol” 9, (3), 339-346.

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Mihardja, Achdiat K. 1998. Polemik Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nababan. P.W.J. 1984. Sosiolingustik. Jakarta: Gramedia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Pusat Kurikulum (Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Permana, Cecep Eka. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mengatasi Bencana. Jakarta: Wedatama Widia Sastra.

Prastowo, Adi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Prevoir Budaya. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Ramansyah, W. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Madura Bangkalan. Jurnal Widyagogik, Volume1 Nomer 1.

Richadeau, F. 1980. The Design and Production of Textbooks: A Practical Guide. Gower.

Rokhman, Fathur., Yuliati. 2010. “The development of the Indonesian teaching material based on multicural context by using sociolinguistic approach at junior high school” dalam Procedia Social and Behavioral Sciences. Hlm. 1481-1488.

Page 16: PENGINTEGRASIAN KECERDASAN LOKAL (LOCAL GENIUS …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Pengintegrasian Kecerdasan Lokal | Asteka; Nisya; Sutrisna - UNMA

637

Rosidi, Ajip. 2011. Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

Sedyawati, Edy. 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudikan, Satya Yuwana. 2013. Kearifan Budaya Lokal. Sidoarja:Damar Ilmu

Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung: Transito.

Sukmadinata, N.S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Wales, Katie. A Social and Cultural History. 2006. Newyork: Cambridge University Press.

Wierma, W. 1995. Research Methods In Education: an Introduction . Boston: Allyn and Bacon.

Yunus, Rasid. 2014. Nilai-nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa : Studi Empiris Tentang Huyula. Yogyakarta : Deepublish