pentingnya bahasa indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan pengaruh bahasa terhadap perilaku...

124
PENTINGNYA BAHASA INDONESIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN PENGARUH BAHASA TERHADAP PERILAKU MANUSIA Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum itu saya akan mendefinisikan apa itu bahasa. Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang mengkondisikan pikiran manusia tentang suatu masalah yang berada di lingkungan sekitarnya, manusia berpikir tentang suatu objek yang kemudian diubah bentuknya ke dalam suatu simbol. Kita kembali ke pokok permasalahan kita, apakah penting bahasa indonesia dalam kehidupan bermasyarakat? Sesuai dengan definisi bahasa diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa indonesia sangat erat kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam pergaulan sehari- hari bahasa yang digunakan mungkin tidak sesuai dengan bahasa yang seharusnya digunakan. Seiring dengan kemajuan zaman, bahasa indonesia mulai dipandang sebelah

Upload: ilhamchaniago16

Post on 21-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

bahasa indonesia sangat penting dalam menyatukan hubungan kita antarsuku bangsa

TRANSCRIPT

PENTINGNYA BAHASA INDONESIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN PENGARUH BAHASA TERHADAP PERILAKU MANUSIA

Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum itu saya akan mendefinisikan apa itu bahasa.BahasaBahasa merupakan alat komunikasi sosial yang mengkondisikan pikiran manusia tentang suatu masalah yang berada di lingkungan sekitarnya, manusia berpikir tentang suatu objek yang kemudian diubah bentuknya ke dalam suatu simbol.Kita kembali ke pokok permasalahan kita, apakah penting bahasa indonesia dalam kehidupan bermasyarakat?Sesuai dengan definisi bahasa diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa indonesia sangat erat kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam pergaulan sehari-hari bahasa yang digunakan mungkin tidak sesuai dengan bahasa yang seharusnya digunakan. Seiring dengan kemajuan zaman, bahasa indonesia mulai dipandang sebelah mata oleh warga negara indonesia, masyarakat mulai terpengaruh dengan bahasa asing yang menjadi tren di ranah indonesia akhir-akhir ini.Apalagi sejak adanya globalisasi bahasa inggris yang mulai di wajibkan bagi seluruh warga di dunia untuk mempelajarinya. Kurangnya kesadaran warga negara indonesia juga menjadi faktor utama penyebab pudarnya bahasa indonesia dalam kehidupan bermasyarakat.Masyarakat tidak menyadari betapa pentingnya bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup beberapa fungsi bahasa yaitu :Untuk menyatakan ekspresi diriSebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran kita. Ada beberapa unsur yang membuat manusia mengeluarkan ekspresi diri antara lain :- Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita- Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan di mana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai, dan sebagainya.Sebagai Alat komunikasi Komunikasi merupakan akibat dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan penyampaian suatu maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.Dalam pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari kemajuan intelektual itu sendiri.Untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis dengan masyarakat itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata krama masyarakat tersebut.Untuk mengadakan kontrol sosial Yang dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt; yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat tertutup (covert; yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi)Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk bawahannya.Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan dengan cara-cara berikut. Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian berbicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan persyaratan bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi yang penuh dalam masyarakat tersebut. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh.Disamping fungsi bahasa ada hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam bahasa indonesia yaitu, ragam bahasa.Ragam Bahasa Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan. Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan : 1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas : a. Ragam lisan. b. Ragam tulis.Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.2. Berdasarkan situasi dan pemakaian Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :1. Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)a. Ragam bahasa lisan :- Nia sedang baca surat kabar- Ari mau nulis surat- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.- Mereka tinggal di Menteng.- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.- Saya akan tanyakan soal itu.b. Ragam bahasa Tulis :- Nia sedangmembaca surat kabar- Ari mau menulis surat- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.- Mereka bertempat tinggal di Menteng- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.- Akan saya tanyakan soal itu.2. Kosa kata Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :a. Ragam Lisan- Ariani bilang kalau kita harus belajar- Kita harus bikin karya tulis- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pakb. Ragam Tulis- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar- Kita harus membuat karya tulis.- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.a. ragam standar,b. ragam nonstandar, c. ragam semi standar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14). Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :a. topik yang sedang dibahas,b. hubungan antarpembicara,c. medium yang digunakan,d. lingkungan, ataue. situasi saat pembicaraan terjadiCiri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar : penggunaan kata sapaan dan kata ganti, penggunaan kata tertentu, penggunaan imbuhan, penggunaan kata sambung (konjungsi), dan penggunaan fungsi yang lengkap.Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok (1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besokPada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana? Pulang. Sering kali juga kita menjawab Tau. untuk menyatakan tidak tahu. Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.Selain fungsi dan ragam bahasa ada hal yang menurut saya sangat penting yaitu EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam surat-surat pribadi dan kalimat catatan harian misalnya, ketaatan dalam EYD tidak mutlak. Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati. Sebelum, EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947. sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan MaMur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.berikut merupakan contoh perubahan EYD :j berubah menjadi ch dan sekarang menjadi cdj berubah menjadi j dan sekarang menjadi jch berubah menjadi kh dan sekarang menjadi khnj berubah menjadi ny dan sekarang menjadi nysj berubah menjadi sh dan sekarang menjadi syj berubah menjadi y dan sekarang menjadi yoe* berubah menjadi u dan sekarang menjadi uselain itu bahasa juga juga mempengaruhi perilaku manusia, dalam hal ini Fodor(1974) mengatakan bahwa bahasa adalah system symbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system symbol adalah hubungan symbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau bintangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan symbol. Dari penjelasan yang dikatakan Foder tersebut belum terlihat adanya kejelasan tentang makna dari pengungkapan bahasa. Maka dengan itu dijelaskan kembali oleh Bolinger, Bolinger(1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki system fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud engan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.Penjelasan Bolinger(1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada diluar bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hubungan bahasa dan realita.

2. Bahasa dan perilaku Seperti yang telah diuraikan diatas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada perilaku selalu merujuk pada pelaku komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik, jika baik encoder mupun decoder sama-sama memilki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986).Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikan juga akan membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Karena tutur kata yang baik sangat diperlukan dimanapun kita berada. Hal ini membuktikan bahasa sangat berpengaruh terhadap perilaku masing-masing individu terhadap lingkungan di sekitarnya.I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang beraneka ragam, kaya akan Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia. Negara ini memiliki Beribu - ribu kepulauan dari Sabang hingga Merauke. Bahasa dan adat istiadat pun juga beragam. "Walau berbeda - beda tetapi satu jua". Maka itu Indonesia menetapkan Bahasa Persatuan. Yaitu Bahasa Indonesia, yang bisa digunakan oleh setiap daerah untuk saling mengenal dari Sabang hingga Merauke. Maka itu dalam Karya Ilmiah ini, penulis mengambil judul "Pentingnya Bahasa Indonesia bagi Negara Indonesia".

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul makalah ini Pentingnya Bahasa Indonesia maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:1. Apa pengertian dari Bahasa Indonesia ?2. Mengapa penting sekali mempelajari Bahasa Indonesia ? II. TEORISesuai dengan judul Tulisan ini yaitu "Pentingnya Bahasa Indonesia bagi Negara Indonesia" maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :1. Definisi dari Bahasa Indonesia2. Faktor - faktor adanya Bahasa Indonesia?III. PEMBAHASANIII.1 Definisi Bahasa IndonesiaBahasa merupakan komunikasi antara seseorang dengan orang lain sehingga membentuk sebuah interaksi melahirkan pemahaman antara keduanya.Bahasa juga dapat diibarat sebuah remote control yang dapat menyetel manusia tertawa, sedih, menangis, lunglai, semangat dsb. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan -gagasan ke dalam pikiran manusia.Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai Indonesia. Sebagai warga Negara Indonesia pasti sadar diri, betapa banyaknya ragam bahasa Indonesia III.2. Faktor factor pentingnya mempelajari Bahasa IndonesiaBetapa pentingnya sebuah bahasa dalam kehidupan sehari - hari. Lain daerah maka lain pula bahasanya. Orang Sumatera memiliki bahasa sendiri, orang Jawa memiliki bahasa sendiri, orang Kalimantan memiliki bahasa sendiri. Dan ragam bahasa itu menjadi kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia. Ada beberapa alasan, mengapa kita perlu belajar bahasa Indonesia:

1.Bahasa menunjukkan bangsa.

Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah yang memakai 2 unsur atau kata pokok yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur dapat disimpulkan 3 arti yaitu:1. tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka.2. kesopansantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya.3. bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.

2. Ilmu Pengetahuan

Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu kita harus belajar bahasaIndonesia. Sejak kecil kita sekolah mulai dari sekolah di tingkat dasar, menengah, atas dan sampai kuliah. Ilmu itu di ajarkan dalam bahasa Indonesia. Kalau dulu kita belajar dari orang lain, kini giliran kita untuk mengajarkan kepada orang lain. Bagaimana kita dapat mengajarkan kepada orang lain sedangkan bahasa Indonesia kita berantakan. Apakah ada media lain selain bahasa tulisan untuk kita berbagi ilmu pengetahuan ? tentu tidak, maka dari itu kita di tuntut untuk melatih agar bahasa Indonesia kita baik dan sesuai dengan EYD. Kita tidak dituntut 100% baik dalam EYD tetapi separuhnya juga boleh dan yang paling penting selalu berlatih.

3. Sebelum mempelajari struktur bahasa Asing, pelajari dulu struktur bahasa sendiri

Jadi aneh kalau orang Indonesia bahasa Inggrisnya baik dan struktur bahasanya bagus, tapi di kasih untuk menulis dalam bahasa Indonesia jadi berantakan. Maka dari itu pondasi awal untuk mempelajari bahasa asing baik itu bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan lain sebagainya maka dari itu pelajari dulu struktur bahasa Indonesia dulu baru lanjut belajar strukrur bahasa Asing.

4. Bahasa Nasional

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi:1. lambang kebanggaan nasional,2. lambang identitas nasional,3. alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan 4. alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.Fungsi pertamamencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan.Fungsi keduamengindikasikan bahwa bahasa Indonesia -sebagaimana halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda- mau takmau suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Fungsi ketigamemberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Fungsi keempatmengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia.5. Bahasa NegaraBahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut:1. bahasa resmi kenegaraan,2. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,3. alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan4. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.Fungsi pertamabahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan.Fungsi keduamengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa Indonesia.Fungsi ketigaengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang.Fungsi keempatmengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah Bahwa Bangsa Indonesia memang sangat Penting sekali untuk dipelajari. Karena Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang paling penting antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Dengan adanya Bahasa Indonesia, persatuan sesama bangsa bisa erat dalam kerjasama dan bisa mempermudah komunikasi karena saling mengerti antar sesama bangsa. Selain itu Bahasa Indonesia juga merupakan kepribadian dari Negara Indonesia di mata Negara lain.Pentingnya Mempelajari Bahasa IndonesiaParagraf DeduktifBahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang digunakan oleh bangsa Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia yang baik tentunya kita harus memahami dan menguasai bahasa kita sendiri. Karena di negara kita memiliki beragam bahasa mungkin kita sulit untuk mempelajari semuanya, sehingga ditetapkanlah bahasa pokok yang kita gunakan di negara kita yaitu Bahasa Indonesia. Keragaman bahasa tersebut disebabkan oleh asal daerah, sarana, serta konteks pemakaiannya. Mulai dari murid TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan orang tua sekalipun diajarkan cara berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik.

Paragraf InduktifBaik Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan Pulau Kalimantan, bahasa yang digunakan pada umumnya adalah Bahasa Indonesia. Walaupun mereka mempunyai bahasa khasnya masing-masing, tetapi Bahasa Indonesia pun tetap digunakan untuk berbicara dengan masyarakat yang berbeda pulau. Tidak mungkin kita berbicara dengan masyarakat yang berbeda Pulau menggunakan bahasa khasnya, tentu mereka tidak akan saling mengerti bahasa yang disampaikannya. Tidak hanya dengan ekspresi dan gerakan tubuh saja, kita pun bisa menyampaikan sesuatu dengan bahasa. Sehingga alat komunikasi yang digunakan oleh mereka yaitu Bahasa Indonesia agar kita bisa lebih mudah berkomunikasi.

Paragraf Analogi Setiap murid di Indonesia harus mempelajari Bahasa Indonesia. Kita harus mencintai bahasa tanah air kita. Seperti pribahasa tak kenal maka tak sayang. Jika kita tidak bisa memahami Bahasa Indonesia maka tidak cinta terhadap bahasa sendiri. Setiap negara tentunya memiliki bahasanya masing masing, begitu pula Bahasa Indonesia sebagai ciri khas bahasa yang digunakan di Negara Indonesia.Paragraf Deskripsi

Belajar bahasa Indonesia sangatlah penting. Belajar Bahasa Indonesia pun dapat menambah wawasan dan pola pikir manusia. Untuk melatih berbicara, maka kita harus pahami dan pelajari Bahasa Indonesia. Dengan belajar Bahasa Indonesia kita dapat mengetahui cara berbicara yang sopan kepada orang yang lebih tua dari kita atau yang lebih muda dari kita sekalipun. Dengan mempelajari Bahasa Indonesia kita dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan belajar Bahasa Indonesia, kita dapat menyatakan kegembiraan, kesedihan, harapan dan juga perasaan yang lainnya yang kita rasakan.Paragraf Campuran

Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan belajar. Dengan adanya bahasa kita dapat berpikir secara abstrak. Mahasiswa umumnya, membuat skripsi menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga dalam perkuliahan pun terdapat mata kuliah Bahasa Indonesia. Mahasiswa diajarkan cara penulisan skripsi sesuai dengan EYD, dan diajarkan pula cara penyampaian dengan menggunakan tutur kata yang baik. Skripsi pun ditulis dengan bahasa yang baku. Dengan ini, belajar Bahasa Indonesia menjadi sangat penting untuk dipelajari.PENTINGNYA BAHASA INDONESIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Bahasa dimiliki setiap Negara dan Daerah selalu berbeda-beda. Bahasa itu sendiri menjadi ciri khas setiap Negara dan Daerah tersebut. Di Negara kita Indonesia , banyak sekali bahasa yg di gunakan, setiap pulau selalu berbeda-beda bahasa yang di gunakannya. Akan tetapi, bahasa pemersatu kita ialah Bahasa Indonesia. Dimana telah di sebutkan di semboyan Negara kita BHINEKA TUNGGAL IKA.

BHINEKA TUNGGAL IKA itu sendiri memiliki arti WALAUPUN BERBEDA-BEDA TETAP SATU TUJUAN. Tapi sangat di sayangkan banyak masyarakat-masyarakat pedalaman yang tidak bisa berbahasa Indonesia, itu pernah saya alami sewaktu saya sedang di Yogyakarta. Orang tua- orang tua di sana banyak yang tidak mengerti bahasa Indonesia, mereka menggunakan bahasa daerahnya yaitu bahasa Jawa.

Seberapa pentingkah bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kita ? mungkin menurut saya, sangat lah penting sekali. Lihat dari fungsi bahasanya sendiri itu bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi, jika kita tidak mengerti bahasa Indonesia, bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia !

Dilihat dari bacaan di atas yang terekam betul betapa pentingnya kita menggunakan bahasa Indonesia, apalagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) . Tidak sedikit orang asli Indonesia sendiri yang masih sangat kurang mengerti dalam penggunaan EYD. Mungkin di sebabkan oleh faktor-faktor seperti pergaulan, kebiasaan menggunakan bahasa daerah dll.

Seperti contoh yang telah saya berikan di atas, masih banyak masyarakat pedalaman yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa daerah mereka sendiri. Hal yang seperti itu sangatlah di sayangkan sekali. Tidaklah masyarakat pedalaman saja, sekarang banyak pemuda-pemudi yang dalam penggunaan bahasa Indonesianya tidak sesuai EYD, mereka lebih senang menggunakan bahasa sehari-hari mereka (bahasa gaul).

Bahasa gaul itu sekarang sudah tidak lumrah lagi untuk di dengar, seperti kata GUA,LU kata itu mereka gunakan untuk pengganti kata SAYA, KAMU . Mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. Mereka dan saya sendiri pun mengakui selalu menggunakan bahasa tersebut dalam pergaulan sehari-hari.

Seberapa sulitkah berbahasa Indonesia dengan EYD ? EYD biasanya sangatlah penting ketika kita membuat artikel,proposal,skirpsi dll yang bersifat formal. Kita tidak lah mungkin menggunakan bahasa gaul kita untuk yang bersifat formal tersebut. Tidaklah sulit untuk menggunakan bahasa dengan EYD, hanya saja sedikit perlu teliti dalam penggunaannya.

Bahasa Indonesia EYD pun sangatlah sopan jika kita pakai sehari-hari. Berbeda dengan kita menggunakan bahsa gaul. Hanya saja kita akan merasa baku untuk mengucapnya dan mendengarnya. Karena kita terbiasa dengan bahasa gaul dan bahasa daerah yang setiap saat kita dengar.

Dengan kita berbahasa Indonesia EYD, kita bisa dengan mudah berkomunikasi dengan orang-orang yang mungkin terbiasa dengan bahasa Indonesia EYD tersebut. Kita bisa menjadi lebih sopan, dan kita akan lebih di hargai oleh orang tersebut. Tidak bosan-bosannya kita bertemu pelajaran bahasa Indonesia yang sejak SD telah kita pelajari. Tapi mengapa kita tetap saja sulit untuk menggunakan bahasa Indonesia EYD tersebut ? padahal sudah berapa tahun kita mempelajarinya. SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

A. Sejarah Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat.

Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya dalam kongres ini.

B. Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan. Kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.

Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.

Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.

Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.

Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.

18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.

19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi.

Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa.

28 Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas prakarsa Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Mohammad Yamin.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No. 2/1972.

10 s.d. 14 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa Indonesia. Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Tanggal 28 Oktober 2 November 1993 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta.

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

C. Beberapa Fungsi dalam Bahasa Indonesia1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku :

a. Sebagai pemersatu : dalam hubungan sosial antar manusia

b. Sebagai penanda kepribadian mengungkapkan perasaan & jati diri

c. Sebagai penambah wibawa : menjaga komunikasi yang santun

d. Sebagai kerangka acuan : dengan tindak tutur yang terkontrol

2. Secara umum sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis.

Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi informasi mengungkapkan perasaan

b. Fungsi ekspresi diri perlakuan terhadap antar anggota masyarakat

c. Fungsi adaptasi dan integrasi berhubungan dengan sosial

d. Fungsi kontrol social mengatur tingkah laku

3. Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:

a. Fungsi instrumental untuk memperoleh sesuatu

b. Fungsi regulatoris : untuk mengendalikan prilaku orang lain

c. Fungsi intraksional untuk berinteraksi dengan orang lain

d. Fungsi personal : untuk berinteraksi dengan orang lain

e. Fungsi heuristik ( untuk belajar dan menemukan sesuatu

f. Fungsi imajinatif untuk menciptakan dunia imajinasi

g. Fungsi representasional untuk menyampaikan informasi

D. Kedudukan Bahasa Indonesia1. Sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut. Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah

2. Sebagai Bahasa Resmi/Negara

Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

1) Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum MerdekaPada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.

2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia

3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.

4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

2) Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah MerdekaBahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.

Peresmian Nama Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan Bahasa Indonesia di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan Imperialisme bahasa apabila nama bahasa Melayu tetap di gunakan.

Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruan-perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.

Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.

Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:

1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.

2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

1. Fungsi Bahasa Indonesia

Secara umum fungsi bahsa sebagai alat komunikasi: lisan maupun tulis

Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi informasib) Fungsi ekspresi diric) Fungsi adaptasi dan integrasid) Fungsi kontrol sosial

2. Fungsi Bahasa Indonesia

Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:

a) Fungsi instrumental, bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatub) Fungsi regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lainc) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang laind) Fungsi personal, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang laine) Fungsi heuristik, bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatuf) Fungsi imajinatif, bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasig) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi

3. Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus, yaitu:

a) Bahasa resmi kenegaraanb) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikanc) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahd) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mempunyai fungsi:

a) Bahasa resmi kenegaraanb) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikanc) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahd) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

5. Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perlu dibakukan atau distandarkan.

a) Ejaan Van Ophuijen (1901)b) Ejaan Soewandi (1947)c) Ejaan yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972)d) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975)e) Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988)

6. Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu:

a) Fungsi pemersatu, bahasa Indonesia memersatukan suku bangsa yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda-bedab) Fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lainc) Fungsi penambah kewibawaan, bagi orang yang mahir berbahasa indonesia dengan baik dan benard) Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau ragam bahasaPERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Fungsi Bahasa Indonesia

Secara umum fungsi bahsa sebagai alat komunikasi: lisan maupun tulis

Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi informasib) Fungsi ekspresi diric) Fungsi adaptasi dan integrasid) Fungsi kontrol sosial

Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:

a) Fungsi instrumental, bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatub) Fungsi regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lainc) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang laind) Fungsi personal, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang laine) Fungsi heuristik, bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatuf) Fungsi imajinatif, bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasig) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus, yaitu:

a) Bahasa resmi kenegaraanb) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikanc) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahd) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mempunyai fungsi:

a) Bahasa resmi kenegaraanb) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikanc) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahd) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perlu dibakukan atau distandarkan.

a) Ejaan Van Ophuijen (1901)b) Ejaan Soewandi (1947)c) Ejaan yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972)d) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975)e) Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988)

Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu:

a) Fungsi pemersatu, bahasa Indonesia memersatukan suku bangsa yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda-bedab) Fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lainc) Fungsi penambah kewibawaan, bagi orang yang mahir berbahasa indonesia dengan baik dan benard) Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau ragam bahasa

Peranan dan fungsi bahasa indonesia Dalam kehidupan sehari-hari kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia. itulah penggalan dari isi Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928. Lahirnya Sumpah pemuda merupakan sebuah awal menjadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.

Dalam era globalisasi, kita sebagai warga negara indonesia sudah sepantasnya bangga dan menjunjung tinggi bahasa persatuan kita, yaitu bahasa indonesia. jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan. Hal ini diperlukan, agar bangsa indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia.

bahasa indonesia memiliki fungsi sbb :

1. Sebagai Bahasa Nasional

Sebagailambang kebanggaan dan identitas nasional, Bahasa persatuan kita, memiliki nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada rasa renda diri, malu, dan acuh tak acuh.Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda-beda hampir di setiap daerah. Pastinya, tidak akan mungkin kita bisa saling memahami ketika berkomunikasi antar sesama. Oleh karena itulah betapa pentingnya kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa dan sebagai alat penghubungan antarbudaya dan daerah.

2. Bahasa Negara

Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakandi Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai : bahasa dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentinganperencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjadi bahasa resmi kenegaraan, pengantar di lembaga-lembaga pendidikan/ pemanfaatan ilmu pengetahuan, pengembangan kebudayaan, pemerintah dll.

fungsi itu harus dilaksanakan, sebab itulah ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan harus bangga menggunakan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau kita cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang menyangkut penghitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berpikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.

Sejalan dengan uraian di atas dapat diformulasikan bahwa makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya. Makin teratur bahasa seseorang, maka makin teratur pula cara berpikirnya. Dengan berpegangan pada formula itulah, dapat dikatakan bahwa seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang intelektual pasti berpikir, dan pasti memerlukan bahasa indonesia untuk mempermudah dalam proses berfikirnya.

Cara Melestarikan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsaSebagai salah satu dari pemuda Indonesia, saya melestarikan Bahasa Indonesia dengan cara bersikap bahasa. Bersikap bahasa menurut saya adalah menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu untuk rajin mengungkapkan pemikiran saya dengan bahasa Indonesia dan dengan sering membaca karena membaca merupakan salah satu pintu terbukanya wawasan sehingga kemampuan bahasa akan bertambah. Bahasa Indonesia dapat lestari karena setelah membaca kumpulan ide dengan bahasa Indonesia kemudian kita salurkan ide kita sendiri dengan tulisan dalam bahasa Indonesia juga bila hal ini terjadi terus menerus dan berkesinambungan. Selain itu, cara lain adalah dengan mengurangi pengunaan bahasa gaul yang kebarat-baratan sehingga bahasa Indonesia tidak tergeser nilai keberadaannya.

Jelaskan peranan Bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah!Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang telah disahkan pada sumpah pemuda 1928. Selain itu bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi waga Negara Indonesia. Dalam peranannya bahasa Indonesia dalam penulisan atau dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Dikarenakan dalam penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik. Penggunaan tata bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata bahasa yang telah mengikuti aturan EYD yang benar. Dimana dalam segi penggunaan tata bahasa, segi pemilihan kata, dan segi penggunaan tanda baca

.Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.

Dalam penulisan karya ilmiah yang harus diperhatikan ialah dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan harus mengikuti EYD.

Adapun manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:

1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.

2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.

3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.

4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.

5. Memperoleh kepuasan intelektual.

6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Jadi dapat disimpulkan peranan dan fungsi bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Karena hasil baik dari penulisan ilmiah tidak lepas dari segi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep IlmiahKarya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu.

Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.

Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.

Terdapat beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat di kategorikan sebagai berikut :

MakalahKarya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.

Kertas KerjaPada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari makalah.

Laporan Praktik KerjaKarya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).

SkripsiMerupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1 :

1. Langsung (observasi lapangan)2. Skripsi3. Tidak langsung (studi kepustakaan)

TesisKarya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.

DisertasiKarya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta objektif.Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau ambigu makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa penulisan karya ilmiah tidak mengandung bahasa yang sifatnya konstektual,Oleh karena itu, pengajar perlu memperhatikan kaidah yang berkaitan dengan pembentukan istilah, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) yang dikeluarkan oleh pusat pembinaan bahasa Indonesia merupakan sumber yang baik sebagai pedoman dalam memperhatikan hal-hal tersebut. Dan juga tanda baca yang tepat untuk di setiap kalimat yang dimuat dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :

1. Bermakna isinya2. Jelas uraiannya3. Berkesatuan yang bulat4. Singkat dan padat5. Memenuhi kaidah kebahasaan6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah7. Komunikasi secara ilmiah

Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat EfektifKalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.Ciri-Ciri Kalimat Efektif1.KesepadananSuatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.Contoh:Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).Tidak Menjamakkan SubjekContoh:Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan KataDalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).Contoh:Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).3.KehematanKehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:a. Menghilangkan pengulangan subjek.b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.Contoh:Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)4.KelogisanKelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.Contoh:Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)5.Kesatuan atau KepaduanKesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.Contoh:Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)6.Keparalelan atau KesajajaranKeparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.Contoh:Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)7.KetegasanKetegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).Contoh:Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)b. Membuat urutan kata yang bertahap.Contoh:Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).Contoh:Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.Contoh:Anak itu bodoh, tetapi pintar.e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan kah.Contoh:Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

Proses Pembakuan Bahasa Indonesia

oleh Rukni Setyawati

Usaha pembakuan bahasa Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1979. Pembakuan bahasa Indonesia tersebut dimaksudkan agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, tepat, dan efisien bagi masyarakat Indonesia. Langkah yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan kaidah berupa aturan yang tepat di bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan.Bahasa baku atau bahasa standar sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia berbeda dengan ragam-ragam lain (ragam santai, ragam akrab, dll) yang tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam pemakaian bahasa perlu ditetapkan kaidah (aturan) standar sebagai pegangan bagi pemakai bahasa. Adapun langkah yang ditempuh dalam usaha pembakuan bahasa Indonesia ialah dengan kodifikasi, elaborasi, dan implementasi.Kodifikasi dalam KBBI (2008:578) bermakna pencatatan norma yang telah dihasilkan oleh pembakuan dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman lafal, pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah, atau kamus. Dua aspek penting dalam pengodifikasian bahasa Indonesia adalah kodifikasi menurut situasi pemakai dan pemakaiannya dan kodifikasi menurut struktur sebagai suatu sistem komunikasi. Kodifikasi yang pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ragam dan gaya bahasa ini tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan bahasa tulis. Tiap ragam dan gaya bahasa akan mengembangkan variasi menurut pemakaiannya di dalam pergaulan keluarga, sekolah, lingkungan, dll. Di dalam hubungan formal, ragam dan gaya bahasa digunakan dalam administrasi pemerintahan, perundang-undangan, peradilan, lingkungan pendidikan, sarana komunikasi massa, iptek, dan sebagainya. Kodifikasi yang kedua menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku.Ada beberapa langkah dalam kodifikasi. Pertama adalah inventarisasi bahan, kemudian dipilih tiap bidang untuk dihimpun menjadi satu kesatuan. Kedua ialah elaborasi, yakni penyebarluasan hasil kodifikasi yang dapat dilakukan dengan cara menerapkan hasil kodifikasi ke dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan, kedokteran, pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi, hukum, iptek, dll. Langkah terakhir adalah implementasi (pelaksanaan). Jika langkah ini telah sesuai dengan aturan, tujuan pembakuan bahasa telah tercapai. Hal ini bergantung kepada pemakai bahasa dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan bahasa baku secara baik dan benar sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

PEMBAKUAN BAHASA (B.Indonesia)

PEMBAKUAN BAHASA1. Pengertian Bahasa Baku dan Tidak Baku

Pembakuan bahasa adalah proses pemilihan satu ragam bahasa untuk dijadikan ragam bahasa resmi kenegaraan maupun kedaerahan, serta usaha-usaha pembinaan dan pengembangannya, yang biasa dilakukan terus menerus tanpa henti. Sementara kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan.

Kata tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum. 2. Fungsi Bahasa Baku

Bahasa baku memiliki fungsi, antara lain :1. Fungsi PemersatuAdalah kesanggupan bahasa baku untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat terciptanya kesatuan masyarakat tutur, dalam bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialectal dan menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.2. Fungsi KekhasanPemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.3. Pembawa KewibawaanPemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.4. Kerangka AcuanBahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknnya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.5. Fugsi PemisahMaksudnya ragam baku dapat memisahkan atau membedakan penggunaan ragam bahasa untuk situasi yang formal dan yang tidak formal.6. Fungsi Harga DiriMaksudnya pemakai ragam baku akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tingi daripada yang tidak dapat menggunakannya, sebab ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari.3. Ciri- Ciri Bahasa Baku

Bahasa baku memiliki ciri antara lain : Tidak dipengaruhi bahasa daerah Tidak dipengaruhi bahasa asing Bukan menurupakan bahasa percakapan Pemakaian imbuhan secara eksplisit pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat Tidak terkontaminasi, tidak rancu Tidak mengandung arti pleonasme Tidak mengandung hiperkorek4. Pemilihan Ragam Baku

Dasar atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan atau memilih sebuah ragam menjadi ragam bahasa baku, antara lain :a. Dasar otoritas, maksudnya penentuan bahasa baku atau tidak baku berdasar kewenangan orang yang dianggap ahli, atau pada kewenangan buku tata bahasa atau kamus.b. Dasar bahasa penulis-penulis terkenal, maksudnya bahasa dari para penulis terkenal sebaiknya digunakan untuk menjadi patokan bahasa yang baik.c. Dasar demokrasi, maksudnya menentukan bentuk bahasa yang baik dan tidak benar atau baku dan tidak baku harus menggunakan data statistik.d. Dasar logika, maksudnya penentuan baku dan tidak baku digunakan pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak.e. Dasar bahasa orang-orang yang dianggap terkemuka dalam masyarakat, maksudnya penentuan baku dan tidak baku suatu bentuk bahasa didasarkan pada bahasa orang-orang terkemuka. 5. Contoh Kata Baku dan Tidak BakuBakuTidak Baku

abjadabjat

adeganadehan

aerobaerobe

aerodinamikaaerodinamik

ahliakhli

aksenasen

aktualaktuil

anarkianrchi

anggotaanggauta

atmosferatmosfir

bazarbasar

cekcheck

dialogdialoh

formalormil

masyarakatmasarakat

pasienpasen

prematurpremater

transportasi tranportasi

vakumvakem

zodiakjodiak

Pembakuan Bahasa

A. Bahasa Baku Berbicara tentang bahasa baku dan bahasa nonbaku, berarti membicarakan tentang variasi bahasa, karena yang disebut bahasa baku adalah salah satu variasi bahasa yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang akan dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan maupun tulisan. Keputusan untuk memilih dan mengangkat salah satu ragam bahasa, baik ragam regional maupun sosial, merupakan keputusan yang bersifat politis, sosial, dan linguistis. Disebut keputusan politis karena menyangkut strategi politik yang berkaitan dengan kehidupan banga dan negara secara nasional di masa masa mendatang. Disebut keputusan sosial karena ragam yang dipilih itu pada mulanya hanyalah digunakan oleh satu kelompok anggota masyarakat tutur, yang kelak akan menjadi alat komunikasi dalam status sosial yang lebih tinggi, yaitu dalam situasi komunikasi yang bersifat resmi kenegaraan, padahal ragam ragam lain tetap digunakan dalam kelompok kelompok sosial yang tidak bersifat resmi kenegaraan. Disebut keputusan linguistik karena ragam yang dipilih menjadi ragam bahasa baku itu harus mempunyai dan memenuhi persyaratan persyaratan linguistik tertentu. Artinya dilihat dari segi linguistik ragam bahasa mempunyai kepadaan dalam hal tata bunyi, tata bentukan (morfologi), tata kalimat (sintaksis), dan tata kata (leksikon). Jika ragam yang dipilh itu tidak mempunyai kepadaa dalam hal hal tersebut, tentu ragam itu kelak sukar digunakan untuk komunikasi resmi itu.Penyebutan nama atau pemberian nama terhadap suatu bahasa menjadi bahasa nasional, bahasa pemersatu, bahasa negara, dan juga bahasa tinggi adalah penamaan bahasa sebagai langue, sebagai kode secara utuh keseluruhan padahal penamaan bahasa baku adalah penamaan terhadap salah satu ragam dari sejumlah ragam yang ada dalam suatu bahasa. Oleh karena itu penamaan yang lebih tepat adalah ragam bahasa baku atau bahasa ragam baku. Jadi, penamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa resmi, atau bahasa persatuan, adalah penamaan terhadap keseluruhan bahasa Indonesia sebagai sebuah langue dengan segala macam ragam dan variasinya. Sedangkan bahasa Indonesia baku hanyalah salah satu ragam dari sekian banyak ragam bahasa Indonesia yang ada, yang hanya digunakan dalam situasi resmi kenegaraan.Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang sama dengan resmi kenegaraan yang digunakan dalam situasi resmi kenegaraan, termasuk kedalam pendidikan, dalam buku pelajaran, dalam undang undang dan sebagainya. Tetapi sebenarnya bahasa baku pun ada pada tingkat kedaerahan. Bahasa bali seperti dilaporkan Jendra (1981), bahasa sunda seperti dilaporkan Widjajakusuma (1981), mempunyai ragam bahasa baku. Begitu juga dengan bahasa jawa, bahasa jawa telah mempunyai Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa yang di susun oleh Sudaryanto, dkk (1991). Fungsi penggunaannya sama yaitu untuk komunikasi yang bersifat resmi dalam lingkup kedaerahan.Pengertian bahasa baku menurut beberapa pakar. Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakainya sebagai resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa baku. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku ditandai oleh norma dan kaidah yang digunakan sebagai pengukur benar atau tidaknya penggunaan bahasa. Dittmar (1976 : 8) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam ujaran dari suatu masyarakat bahasa yang di sahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas kepentingan dari berbagai pihak yang dominan di dalam itu. Tindakan pengesahan norma dilakukan melalui pertimbangan nilai yang bermotivasi sosiopolitik. Menurut J.S. Badudu pembakuan atau standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-norma bahasa. Berdasarkan bahasa yang dipakai oleh masyarakat, ditetapkan pola-pola yang berlaku pada bahasa itu. Pola yang dipilih itulah yang dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata atau menyusun kalimat, maka bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang sudah ditetapkan. Hartmann dan Stork (1972:218) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungi, sering kali lebih berdasarkan pada ujaran orang orang yang berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat kebudayaan dan atau politik suatu masyarakat tutur. Sedangkan Pei dan Geynor (1954:203) mengatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek dialek lainnya, dan di sepakati penutur dialek dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna. B. Fungsi dan Ciri Bahasa BakuSelain fungsi penggunaanya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasa baku menurut Gravin dan Mathiot (1956:785-787) juga mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemisah, (3) fungsi harga diri dan (4) fungsi kerangka acuan.Fungsi pemersatu (the unifying function) adalah kesanggupan bahasa baku untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat terciptanya kesatuan masyarakat tutur dalam bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialectal dan menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.Fungsi pemisah (separatist function) adalah bahwa ragam bahasa baku itu dapat memisahkan atau membedakan pengunaan ragam bahasa tersebut untuk situasi yang formal dan yang tidak formal.Fungsi pemberi kekhasan yang adalah membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Misalnya bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Singapura dan Brunei Darussalam. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau, Johor yang menjadi induknya.Fungsi harga diri (prestige function) adalah bahwa pemakai ragam baku itu akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak menggunakannya sebab ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari. Ragam bahasa baku hanya dapat dicapai melalui pendidikan formal, yang tidak menguasai ragam baku tentu tidak dapat masuk ke dalam situasi-situasi formal, dimana ragam baku itu harus digunakan. Fungsi kerangka acuan (frame of reference function) adalah bahwa ragam bahasa baku itu akan dijadikan tolok ukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum.Kelima fungsi akan dapat dilakukan oleh ragam bahasa baku kalau ragam bahasa baku itu telah memiliki tiga ciri yang sangat penting, yaitu (1) memiliki ciri kemantapan dinamis, (2) memiliki ciri kecendekiawan, dan (3) memiliki ciri kerasional. Ketiga ciri ini bukan merupakan sesuatu yang sudah tersedia di dalm kode bahasa itu, melainkan harus diusahakan keberadaannya melalui usaha yang terus-menerus yang harus dilakukan dan tidak terlepas dari rangkaian kegiatan perencanaan bahasa.Ciri kemantapan yang dinamis, wujudnya yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Namun, kemantapan kaidah itu cukup luwes sehingga dapat menerima kemungkinan perubahan dan perekembangan yang bersistem baik di bidang kaidah gramatikal maupun di bidang kosakata, peristilahan, dan berbagai ragam gaya di bidang semantik dan sintaksis. Ciri kemantapan ini dapat diusahakan dengan melakukan kodifikasi bahasa terhadap dua aspek yang penting, yaitu (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakainanya; dan (2) berkenaan dengan strukturnya sebagai suatu sistem komunikasi. Kaidah-kaidah tersebut ersifat dinamis artinya, mempunyai kemungkinan untuk berubah dalam jangka waktu tertentu, sebab secara teoritis tidak ada bahasa yang statis. Bahasa itu akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat penutur bahasa itu.Ciri kecendekiaan bahasa baku harus diupayakan agar bahasa itu dapat digunakan untuk membicarakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan modern.Kecendekiaan ini dapat dilakukan dengan memperkaya kosakata dalam segala bidang kegiatan dan keilmuan.Ciri kerasionalan bahasa harus tampak dalam penggunaan bahasa, baik di bidang kosakata maupun struktur. Kerasionalan bahasa baku ini sangat tergantung pada kecendikiaan penutur untuk menyusun secara logika untuk diterima isinya.C. Pemilihan Ragam BakuMoeliono (1957:2) mengatakan, bahwa pada umumnya yang layak dianggap baku ialah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar kewibawaannya. Termasuk didalamnya para penjabat negara, para guru, warga media massa, alim ulama, dan cendekiawan.Dasar kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan atau memilih sebuah ragam bahasa baku, antara lain (1)otoritas, (2) bahasa-bahasa penulis terkenal, (3) demokrasi, (4) logika, (5) bahasa orang-orang yang dianggap terkemuka dalam masyarakat.Dasar otoritas, maksudnya, penentuan baku atau tidak baku berdasar pada kewenangan orang yang diangap ahli, atau pada kewenangan orang yang dianggap ahli, atau pada kewenangan buku tata bahasa kamus. Dasar otoritas ini diajukan karena pada umumnya manusia bekum puas bahwa yang dikerjakannya atau yang dikatakannya itu benar. Maka dia akan bertanya kepada guruatau kepada orang yang dianggap pandai, atau kepada buku pegangan yang ada. Dalam hal masalah bahasa tentu kepada guru bahsa atau ahli bahasa, atau kepada buku tata bahasa atau kamus. Otoritas orang dan buku tata bahasa atau kamus boleh saja digunakan asal saja pemikiran orang yang ditanya, dan buku-buku yang digunakan masih sesuai dengan kenyataan sekarang.Dasar bahasa penulis-penulis terkenal, maksudnya, seperti dikatakan Alisjahbana (dalam Robin 1971) bahwa bahasa dari penulis terkenal sebaiknya digunakan untuk menjadi patokan bahasa yang baik. Tetapi terdapat kelemahan bahasa para penulis terkenal yang dijadikan bahasa baku. Pertama, bahasa penulis lebih banyak menggunakan bahasa tulis sedangkan komunikasi sehari-hari lebih banyak menggunakan bahasa lisan. Kedua, tidak ada yang menjamin penulis-penulis terkenal menguasai aturan tata bahasa dengan baik. Ketiga, penulis-penulis terkenal itu berada pada zaman yang lalu yang bahasanya mungkin sudah tidak sesuai dengan bahasa sekarang.Dasar demokrasi memang baik untuk menentukan keputusan-keputusan politisi, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan keputusa-keputusan kebahsaan. Sejarah telah membuktikan, dalam pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia ternyata dasar demokrasi seperti itu tidak digunakan, meskipun penutur bahasa Jawa jauh lebih banyak, namun yang dipilih menjadi bahasa Indonesiaadalah bahasa Melayu, yang jumlah penuturnya lebih sedikit.Dasar logika, maksudnya, dalam penentuan bahasa baku dan tidak baku digunakan pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak. Tampaknya dasar logika tidak dapat digunakan untuk menentukan kebakuan bahasa, sebab seringkali benar dan tidak benar strktur bahasa tidak sesuai dengan pemikiran logika.Dasar bahasa orang-orang terkemuka dalam masyarakat sejalan dengan konsep Moeliono (1975:2), maksudya, penentuan baku tidaknya suatu bentuk bahasa didasarkan pada bahasa orang-orang terkemuka seperti pemimpin, wartawan, pengarang, guru, dan sebagainya. Dewasa ini otoritas untuk pembakuan bahasa Indonesia ada pada Lembaga Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Pusat Bahasa). Maka daam proses pembakuan bahasa Indonesia sudah seharusnya lembaga ini mencari dan mengumulkan data, menganalisis, mengatur, dan menyusun kaidah-kaidah lalu menyebarluaskannya kepada masyarakat luas. Usaha pembakuan bahasa, sebagai salah satu usaha pembinaan dan pengembangan bahasa, tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai sarana, antara lain :1. Pendidikan, kiranya jalur pendidikan formal merupakan salah satu sarana yang paling tepat untuk menghidupkan eksistensi bahasa baku. Pendidikan, sebagai situasi formal, bukan hanya membutukan penggunaan baha