peraturan daerah terkait pengelolaan sam

4
18 REGULASI P engelolaan Persampahan telah menunjukkan kemajuan paling tidak dari segi ketersediaan regu- lasi. Pada saat ini negara kita telah mem- punyai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang sebentar lagi akan disusul dengan pene- tapan peraturan pemerintah terkait. Se- mentara mendahului undang-undang ter- sebut, Departemen Pekerjaan Umum te- lah menetapkan Peraturan Menteri Pe- kerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pe- ngembangan Sistem Pengelolaan Persam- pahan. Di masing-masing daerah sendiri telah mempunyai acuan berupa peraturan daerah terkait pengelolaan sampah. Tulisan ini mencoba menjelaskan se- cara ringkas bagaimana pengaturan pe- ngelolaan sampah di tingkat kabupaten/ kota melalui peraturan daerah. Aspek apa saja yang dicantumkan dalam peraturan daerah tersebut. Apakah keterlibatan masyarakat juga termasuk aspek yang diliput dalam peraturan daerah tersebut. Peraturan Daerah sebagai Dasar Penegakan Hukum Penyelenggaraan pemerintahan yang tertib merupakan syarat utama bagi ter- wujudnya tujuan Negara. Berdasar Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Ta- hun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa "Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pe- merintahan daerah". Sementara dalam Ayat (2) disebutkan bahwa "Pemerin- tahan Daerah sebagaimana dimaksud pa- da ayat (1) mengatur dan mengurus sen- diri urusan pemerintahan, pemerintahan daerah berhak untuk membuat peraturan daerah yang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi daerahnya. Oleh karena itu, pembentuk peraturan daerah harus memahami kepentingan- kepentingan yang tumbuh dan berkem- bang dalam masyarakat. Selain itu, de- ngan memperhatikan masukan dari ang- gota masyarakat dapat menumbuhkan perasaan memiliki dan kewajiban moral dari mereka untuk mematuhi peraturan daerah tersebut. Penyusunan Perda dimulai dengan merumuskan masalah yang akan diatur, untuk itu harus menjawab pertanyaan "apa masalah sosial yang akan diselesai- kan"? Masalah sosial yang akan diselesai- kan pada dasarnya akan terbagi dalam dua jenis. Pertama, masalah sosial yang ter- jadi karena adanya perilaku dalam ma- syarakat yang bermasalah. Misalnya, ba- nyak masyarakat membuang sampah sembarangan, sehingga menyebabkan lingkungan menjadi kumuh, maka diper- lukan perda kebersihan. Kedua, masalah sosial yang disebabkan karena aturan hu- kum yang ada tidak lagi proporsional de- ngan keadaan masyarakatnya. Misalnya, peraturan daerah tentang retribusi biaya pemeriksaan kesehatan, ternyata mem- beratkan masyarakat kecil, hingga tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam pembentukan peraturan dae- rah akan terkait dengan beberapa organi- sasi pemerintah seperti Kepala Daerah termasuk didalamnya Dinas-dinas Dae- rah dan DPRD yang harus diorganisa- sikan sehingga membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan yakni terbentuk- nya peraturan daerah. Dalam Pasal 143 Undang-Undang No- mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah- an Daerah, ditentukan bahwa : Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sampah Ketersediaan sarana seperti sepasang tong sampah untuk sampah basah dan kering di depan kantor- kantor pemerintah daerah ternyata belum efektif. Foto Bowo Leksono Percik Mei 2009

Upload: imam-nugraha

Post on 27-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sam

TRANSCRIPT

Page 1: Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sam

18 REGULASI

Pengelolaan Persampahan telahmenunjukkan kemajuan palingtidak dari segi ketersediaan regu-

lasi. Pada saat ini negara kita telah mem-punyai Undang-Undang Nomor 18 Tahun2008 tentang Pengelolaan Sampah, yangsebentar lagi akan disusul dengan pene-tapan peraturan pemerintah terkait. Se-mentara mendahului undang-undang ter-sebut, Departemen Pekerjaan Umum te-lah menetapkan Peraturan Menteri Pe-kerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pe-ngembangan Sistem Pengelolaan Persam-pahan. Di masing-masing daerah sendiritelah mempunyai acuan berupa peraturandaerah terkait pengelolaan sampah.

Tulisan ini mencoba menjelaskan se-cara ringkas bagaimana pengaturan pe-ngelolaan sampah di tingkat kabupaten/kota melalui peraturan daerah. Aspek apasaja yang dicantumkan dalam peraturandaerah tersebut. Apakah keterlibatanmasyarakat juga termasuk aspek yangdiliput dalam peraturan daerah tersebut.

Peraturan Daerah sebagai DasarPenegakan Hukum

Penyelenggaraan pemerintahan yangtertib merupakan syarat utama bagi ter-wujudnya tujuan Negara. Berdasar Pasal3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Ta-hun 2004 tentang Pemerintahan Daerahdisebutkan bahwa "Negara KesatuanRepublik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itudibagi atas kabupaten dan kota

yang masing-masingmempunyai pe-

merintahan daerah". Sementara dalamAyat (2) disebutkan bahwa "Pemerin-tahan Daerah sebagaimana dimaksud pa-da ayat (1) mengatur dan mengurus sen-diri urusan pemerintahan, pemerintahandaerah berhak untuk membuat peraturandaerah yang sesuai dengan kebutuhan,situasi dan kondisi daerahnya.

Oleh karena itu, pembentuk peraturandaerah harus memahami kepentingan-kepentingan yang tumbuh dan berkem-bang dalam masyarakat. Selain itu, de-ngan memperhatikan masukan dari ang-gota masyarakat dapat menumbuhkanperasaan memiliki dan kewajiban moraldari mereka untuk mematuhi peraturandaerah tersebut.

Penyusunan Perda dimulai denganmerumuskan masalah yang akan diatur,untuk itu harus menjawab pertanyaan"apa masalah sosial yang akan diselesai-kan"? Masalah sosial yang akan diselesai-

kan pada dasarnya akan terbagidalam dua jenis. Pertama,

masalah sosial yang ter-

jadi karena adanya perilaku dalam ma-syarakat yang bermasalah. Misalnya, ba-nyak masyarakat membuang sampahsembarangan, sehingga menyebabkanlingkungan menjadi kumuh, maka diper-lukan perda kebersihan. Kedua, masalahsosial yang disebabkan karena aturan hu-kum yang ada tidak lagi proporsional de-ngan keadaan masyarakatnya. Misalnya,peraturan daerah tentang retribusi biayapemeriksaan kesehatan, ternyata mem-beratkan masyarakat kecil, hingga tidakmemperoleh pelayanan kesehatan yangmemadai.

Dalam pembentukan peraturan dae-rah akan terkait dengan beberapa organi-sasi pemerintah seperti Kepala Daerahtermasuk didalamnya Dinas-dinas Dae-rah dan DPRD yang harus diorganisa-sikan sehingga membentuk satu kesatuanuntuk mencapai tujuan yakni terbentuk-nya peraturan daerah.

Dalam Pasal 143 Undang-Undang No-mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah-an Daerah, ditentukan bahwa :

Peraturan Daerah TerkaitPengelolaan Sampah

Ketersediaan sarana seperti sepasang tong sampah untuk sampah basah dan kering di depan kantor-kantor pemerintah daerah ternyata belum efektif. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

Page 2: Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sam

19REGULASI

(1) Perda dapat memuat ketentuantentang pembebanan biaya paksaan pene-gakan hukum, seluruhnya atau sebagiankepada pelanggar sesuai dengan peratur-an perundangan.

(2) Perda dapat memuat ancaman pi-dana kurungan paling lama 6 (enam) bu-lan atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Perda dapat memuat ancaman pi-dana atau denda selain sebagaimanadimaksud pada ayat (2), sesuai denganyang diatur dalam peraturan perundang-an lainnya.

Ketentuan pasal 143 UU Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae-rah menjadi dasar hukum pengaturansanksi administrasi, tujuan utamanyaadalah menyelesaikan pelanggaran (re-paratory). Sanksi administrasi dapat di-terapkan langsung oleh pemerintah. Olehsebab itu, peraturan daerah harus meru-muskan secara lengkap dasar hukum, je-nis sanksi, prosedur dan pejabat yang ber-wenang menerapkan sanksi administrasi.Hal ini berbeda dengan sanksi pidana, ka-rena perancang perda hanya cukup meru-muskan dalam perda, sedang penerapansanksinya dilakukan melalui prosedurKUHAP.

Menilik Peraturan Daerah TerkaitPengelolaan Sampah

Walaupun undang-undang terkait pe-ngelolaan sampah baru saja diluncurkan,sementara peraturan pemerintahnya ma-sih dalam tahap penyusunan, tetapi pera-turan daerah yang mengatur pengelolaansampah telah dimiliki oleh masing-ma-sing daerah.

Untuk mendapatkan gambaran ten-tang perda persampahan, dilakukan per-bandingan terhadap paling tidak 7 (tujuh)

peraturan daerah persampahan dariKabupaten Maluku Tenggara,

Kota Depok, KotaS u r a b a y a ,

Kabupaten Tangerang, Kota Bontang,Kabupaten Sleman dan Kota Bandung.

Ditemukan beberapa hal menarik.Pertama, ternyata nama peraturan daerahjuga beragam. Ada yang khusus mengatursampah secara keseluruhan tetapi banyakjuga yang hanya mengkaitkan dengan re-tribusi pelayanan sampah/kebersihan.Sebagai ilustrasi Kabupaten MalukuTenggara, Kota Depok, Kota Surabaya,dan Kota Bandung menggunakan judulretribusi pelayanan persampahan/keber-sihan, sementara Kabupaten Sleman, Ko-ta Bontang, dan Kabupaten Tangerangmenggunakan judul pengelolaan persam-pahan/kebersihan. Namun contoh yangbenar-benar hanya mengatur retribusisampah yang tujuannya menarik uang se-banyak-banyaknya dari sampah adalah Per-da Kota Solok Nomor 6 Tahun 1999 me-ngenai Retribusi Pelayanan Sampah/Ke-bersihan. Keseluruhan perda tersebut hanyauntuk pengaturan retribusi pengambilan,pengangkutan, pengolahan atau pemus-nahan sampah rumah tangga, perdagangan,rumah sakit, hotel dan pabrik.

Kedua, aspek yang dibahas dalam per-aturan daerah juga berbeda. Jika dirang-kum, keseluruhan aspek yang dibahas da-lam peraturan daerah tersebut adalah (i)ketentuan umum (definisi); (ii) tujuandan sasaran; (iii) tata cara penggunaanhak setiap orang untuk mendapatkan pe-

layanan dalam pengelolaan sampah se-cara baik dan berwawasan lingkungan da-ri pemerintah daerah; (iv) tata cara pelak-sanaan kewajiban pengelolaan sampahrumah tangga dan sampah sejenis rumahtangga; (v) tata cara memperoleh izin ke-giatan usaha pengelolaan sampah; (vi)jenis usaha pengelolaan sampah; (vii) pe-nanganan sampah; (viii) pembiayaan pe-ngelolaan sampah; (ix) pemberian kom-pensasi oleh Pemerintah Daerah; (x) ben-tuk dan tata cara peran masyarakat; (xi)larangan membuang sampah; (xii) peng-awasan pengelolaan sampah; (xiii) pene-rapan sanksi administratif; (xiv) ketentu-an retribusi; (xv) ketentuan pidana.Selengkapnya pada tabel berikut.

Dari keseluruhan aspek tersebut, terli-hat hanya ketentuan umum yang terdapatpada ke tujuh perda. Sementara aspek be-rikutnya yang banyak dicantumkan ada-lah tata cara memperoleh izin kegiatanusaha pengelolaan sampah dan jenis usa-ha pengelolaan sampah, ketentuan re-tribusi, diikuti ketentuan pidana. Se-pertinya kesadaran pemerintah daerahbahwa sampah mempunyai peluang bis-nis mulai mengemuka. Selain bahwa per-aturan daerah sebagai alat penegakanhukum dengan adanya ketentuan pidana.

Sementara terkait dengan keterli-batan masyarakat, didalam contoh perdatersebut, diatur dalam bentuk hak dan

Pemerintah daerah senang dengan himbauan yang dipajang secara megah. Namunpemda sendiri

PercikMei 2009

Page 3: Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sam

20 REGULASI

Perda pengelolaan sampah yang dapat dianggap terlengkap aspeknya adalah perda persampahan Kabupaten Sleman,dan Kabupaten Tangerang.

ASPEK YANG TERDAPAT DALAM PERATURAN DAERAH MENGENAI SAMPAH: HASIL PENGAMATAN 7 PERATURAN DAERAH

kewajiban, larangan membuang sampah,dan secara khusus bentuk dan tata caraperan masyarakat. Namun demikian,aspek ini hanya tercantum pada 4 dari 7contoh perda.

Efektifitas Peraturan Daerah Ketentuan pasal 289 H ayat (1) UUD

1945 memberikan hak kepada setiaporang untuk mendapatkan lingkunganhidup yang baik dan sehat. Ketentuan inimembawa konsekuensi bahwa Pemerin-tah wajib memberikan pelayanan publik

dalam pengelolaan sampah. Peme-rintah merupakan pihak yang berwe-

nang dan bertanggung-jawab dibidang pen-

gelolaan sam-

pah meskipun secara operasional dalampengelolaannya dapat mengikutsertakanmasyarakat atau bermitra dengan badanusaha yang bergerak dibidang persam-pahan.

Namun secara umum kondisi keber-sihan diberbagai kota di Indonesia masihjauh dibawah rata-rata. Salah satu penye-babnya adalah masih kurangnya pen-didikan yang berkaitan dengan perilakuhidup bersih dan sehat sejak dini sertatidak dilakukannya penerapan sanksihukum (pidana) dari Perda yang ada secaraefektif. Bahkan mungkin masyarakat belumsepenuhnya mengetahui adanya ketentuandalam penanganan sampah termasukadanya sanksi hukum yang berlaku.

Di Indonesia, sebelum dikeluarkan-nya undang-undang pengelolaan sampah,

memang tidak ada stan-dar yang tegas me-

ngenai pengelolaan sampah beserta aspekhukumnya. Semua daerah berpeganganpada Peraturan Daerah masing-masing,sehingga penanganannya pun berbeda-beda di masing-masing daerah. Selain itu,Pemerintah Daerah lebih terjebak padamasalah retribusi dan sanksi-sanksi(denda) untuk meningkatkan pendapatandaerah bahkan terlalu berharap padainvestor, dibanding tanggungjawab ma-najemen pengolahan sampah yang dibe-bankan kepada mereka.

Peningkatan efektifitas dari perdapersampahan kedepan akan sangat ber-gantung pada tersedianya peraturanpemerintah sebagai turunan dari undang-undang pengelolaan sampah. Pada saatini peraturan pemerintah tersebut masihdalam tahap penyelesaian. Peraturanpemerintah ini yang nantinya akan men-jadi payung bagi perda persampahan.

PercikMei 2009

Page 4: Peraturan Daerah Terkait Pengelolaan Sam

21REGULASI

Segera setelah disahkannya peraturanpemerintah tersebut, maka perda yang adaperlu direview dan jika dipandang perludirevisi. Sehingga penegakan hukum dapatditerapkan dan perda menjadi efektif dalammeningkatkan kinerja pengelolaan sampahdi daerah. Termasuk tentunya mendorongmeningkatnya keterlibatan masyarakat

Pemerintah Daerah juga harus lebihhati-hati dalam penanganan sampah karenamasyarakat dapat menggunakan hak dalamupaya mendapat fasilitas pengelolaan sam-pah yang lebih baik, serta bagi masyarakatyang dirugikan akibat perbuatan melawanhukum dibidang pengelolaan sampah jugaberhak mengajukan gugatan. ImplementasiUndang-Undang ini membawa konsekuensibagi daerah untuk menata ulang pengelo-laan sampah, baik dari aspek kebijakan, me-tode, teknik maupun regulasinya. (Dewidan OM)

Ketika pemerintah meributkanmengenai kelembagaan, dana, dan

regulasi persampahan, sejumlah LSMdan kelompok masyarakat telahberhasil mengelola sampah di tingkatrumah tangga dan lingkungan. Merekamelakukan pembinaan di beberapapermukiman kumuh. Masyarakat dia-jak untuk melakukan pemilahan sam-pah organik dan non-organik. Ke-mudian dilakukan kegiatan 3R berupacomposting (pengomposan), daurulang sampah menjadi barang-barangkerajinan, dan penghijauan kawasan.Sayangnya, peran serta masyarakat initidak difasilitasi pemerintah. Merekahanya bekerja sendiri-sendiri.

Untuk itu, menjadi menarik me-ngetahui seberapa jauh sebenarnyaketerlibatan masyarakat ini telah di-wadahi dalam kebijakan dan strateginasional. Tentu saja perlu diingat bah-wa keberadaan kebijakan dan strategi

ini sebelum disahkannya undang-undang pengelolaan sampah.

Pada dasarnya keterlibatan masya-rakat telah diwadahi dalam salah satustrategi dari kebijakan ke-2 dalam Pera-turan Menteri Nomor 21/PRT/M/2006tentang Kebijakan dan Strategi Na-sional Pengembangan Sistem Penge-lolaan Persampahan, yaitu pening-katan peran aktif masyarakat dandunia usaha/swasta sebagai mitra pe-ngelolaan. Masyarakat terbukti mampumelaksanakan berbagai program se-cara efektif dan bahkan dengan tingkatkeberhasilan yang sangat tinggi teruta-ma bila keikutsertaan mereka dili-batkan sejak awal. Kegiatan ini dapatdilaksanakan untuk meningkatkanpengelolaan sampah di lingkunganperumahan melalui pemberdayaanmasyarakat setempat, yang selanjutnyadapat direplikasi di tempat lainnya.

Peraturan Menteri PU Nomor

21/PRT/M/2006 merupakan amanatPP Nomor16 Tahun 2005 tentangPengembangan Sistem Penyediaan AirMinum dan dapat digunakan sebagaiacuan Pusat dan Daerah dalam me-ningkatkan sistem pengelolaan per-sampahan secara berkelanjutan dan ra-mah lingkungan.

Keterlibatan masyarakat dalam pe-ngelolaan sampah secara resmi disebutsebagai Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat (PSBM) yang diterjemahkansebagai suatu sistem penanganan sam-pah yang direncanakan, disusun, di-operasikan, dikelola dan dimiliki olehmasyarakat. Tujuannya adalah keman-dirian masyarakat dalam memperta-hankan kebersihan lingkungan melaluipengelolaan sampah yang ramah ling-kungan. Adapun prinsip-prinsip dalamPSBM adalah partisipasi masyarakat,kemandirian, efisiensi, perlindunganlingkungan serta keterpaduan.

Kebijakan dan Strategi Nasional PengembanganSistem Pengelolaan Persampahan

Inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sampah ternyata lebih efektif mengurangi timbulansampah di komunitas. Foto: Dokumentasi Pusdakota.

PercikMei 2009