percobaan-6

22
PERCOBAAN 6 PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN METODE JOB’S I. Tujuan Percobaan Menentukan bilangan koordinasi Fe 3+ pada ion [Fe(CNS) n ] 3-n . II. Alat dan Bahan a. Alat 1. Gelas beker 25 ml 19 buah 2. Gelas beker 400 ml 1 buah 3. Gelas beker 250 ml, 600 ml @2 buah 4. Gelas beker 150 ml 1 buah 5. Gelas beker 100 ml 3 buah 6. Labu ukur 10 ml 3 buah 7. Labu ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml @1 buah 8. Pipet volume 10 ml, 5 ml, 1 ml @1 buah 9. Dragg Ball 2 buah 10.Pengaduk 1 buah 11.Pipet tetes 2 buah 12.Cawan arloji 1 buah 13.Spektrofotometer UV-VIS 1 set b. Bahan 1. FeCl3 5. 10-2M 42 ml 2. FeCl3.6H2O 0,676 gr 3. HNO3 4M 21 ml 4. KCNS 0,24 gr

Upload: yulianto-adi-nugroho

Post on 06-May-2017

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: percobaan-6

PERCOBAAN 6

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN

METODE JOB’S

I. Tujuan Percobaan

Menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n .

II. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Gelas beker 25 ml 19 buah

2. Gelas beker 400 ml 1 buah

3. Gelas beker 250 ml, 600 ml @2 buah

4. Gelas beker 150 ml 1 buah

5. Gelas beker 100 ml 3 buah

6. Labu ukur 10 ml 3 buah

7. Labu ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml @1 buah

8. Pipet volume 10 ml, 5 ml, 1 ml @1 buah

9. Dragg Ball 2 buah

10. Pengaduk 1 buah

11. Pipet tetes 2 buah

12. Cawan arloji 1 buah

13. Spektrofotometer UV-VIS 1 set

b. Bahan

1. FeCl3 5. 10-2M 42 ml

2. FeCl3.6H2O 0,676 gr

3. HNO3 4M 21 ml

4. KCNS 0,24 gr

5. K3Fe (CNS)3 5.10-2 M 42 ml

6. Akuades 105 ml

Page 2: percobaan-6

c. Gambar alat

Spektro Uv-Vis Gelas Beker Labu Ukur Pipet Volume

Dragg Ball Pengaduk Pipet Tetes Cawan Arloji

III. Dasar Teori

Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan X sesuai persamaan :

M2+ + aX [MXa]2+

dapat ditentukan nilai anya dengan metode Job’s atau metode variasi kontinue. Jika a

memiliki harga satu, maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan akan

bereaksi dengan perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks

yang relatif tinggi dalam larutan. Akan tetapi jika dibuat larutan dengan mencampurkan

dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2 maka logam yang tersedia tidak akan cukup untuk

bereaksi dengan ligan yang tersedia dan akibatnya hanya memberikan konsentrasi

kompleks yang relative rendah.

Jika perbandingan stoikiometri kompleks yang terbentuk [M] : [X] = 1 : 2 (bentuk

kompleks MX2), maka konsentrasi maksimum kompleks akan diperoleh jika larutan

dibuat dengan mencampurkan logam dan ligan dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2.

Untuk menentukan perbandingan stoikiometri tersebut dapat digunakan metode Job’s.

Dibuat sejumlah larutan ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu.

Tiap-tiap larutan ion logam dan ligan mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu

MXa. Dalam percobaan ini akan ditentukan banykanya mol ion ligan CNS- dalam ion

kompleks Fe(CNS)63- yang menunjukkan serapan maksimum pada λmaks 480 nm. Ion

Page 3: percobaan-6

Fe3+ dengan ion CNS- dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil

berwarna merah sesuai dengan reaksi :

Fe3+ + n CNS- + H+ [Fe(CNS)n]3-n

dengan n = 1, 2, 3, ……….. 6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe3+

dan ion CNSnya. Dari perbandingan fraksi mol M2+ dan fraksi mol L serta absorbansi

campuran larutan dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk

menentukan perbandingan mol M2+ dan mol L, misalnya seperti ditunjukkan oleh Grafik

berikut :

Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)6]3-

dengan metode variasi kontinue.

Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan ion kompleks yang konsentrasi

masingmasing penyusunnya yaitu larutan ion Fe3+ dan larutan KCNS divariasi, tetapi

jumlahnya dibuat tetap; kemudian masing-masing serapannya diukur pada panjang

gelombang tetap = 480 nm, dan pada temperatur tetap ( suhu kamar)

Selanjutnya dibuat grafik peradaan antara serapan yang diukur dan serapan

campuran jika tidak terjadi reaksi vs mol - fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena dalam

hal ini mol –faksi dengan fraksi volume yaitu VM/(VM+VL), dimana VM adalah larutan

kation, sedang VL adalah volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan menunjukkan

suatu maksimum (atau suatu minimum jika serapan kompleks lebih kecil daripada serapan

campuran) pada perbandingan volume VM/VL, sesuai dengan perbandingan mol antara

kation dan anion dalam kompleks.

(Tim Kimia Anorganik II, 2013)

Page 4: percobaan-6

Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan mengukur

absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu

menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah

sinar tampak . Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting

karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika

maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.

Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi

optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung

konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan.

Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang

berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap)

diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik

aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal

yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi

dalam senyawa.

(Ewing, 1985)

Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan pergantian satu

atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan.

Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara

memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah

(Cotton, 1989)

Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan satu atau

lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi

elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan

kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam

dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara

mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah

tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk.

Page 5: percobaan-6

Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah

pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah

ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi

senyawa kompleks.

(Sunarya, 2003)

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer.

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau

diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang.

(Khopkar, 1990)

Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan

yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi.

Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk

kompleks stabil dengan atom pusat. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik

kualitatif sering trelihat dalam pemisahan dan identifikasi.

Salah satu fenomena yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah

adanya perubahan warna d dalam larutan. Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah

kenaikan kelarutan. Banyak endapan yang dapat melarut karena pembentukan kompleks.

Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan pergantian satu

atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan.

Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara

memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah.

(Sukardjo, 1997)

Page 6: percobaan-6

IV. Cara Kerja

1. Menimbang FeCl3 seberat 0,676 gram.

2. Melarutkan FeCl3 dalam 50 ml akuades didalam labu ukur.

3. Menimbang KCNS seberat 0,24 gram.

4. Melarutkan KCNS dalam 50 ml akuades didalam labu ukur.

5. Membuat larutan seri A yaitu dengan mencampur larutan Fe pada alabu ukur 10 ml

dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu masing masing ditambah

dengan HNO3 1 ml dalam akuades 10 ml menggunakan labu ukur.

6. Membuat larutan seri B yaitu dengan mencampur larutan CNS pada alabu ukur 10 ml

dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3 1 ml dalam

akuades 10 ml menggunakan labu ukur.

7. Membuat larutan seri C yaitu dengan mencampur larutan Fe dan CNS pada alabu ukur

10 ml dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml (variasi volume larutan

Fe dan CNS berbanding terbalik, 0:6, 1:5, dst) lalu ditambah HNO3 1 ml dan ditambah

aquades hingga batas.

8. Mengambil larutan C yang sudah menjadi homogen sebesar 1 ml lalu melarutkannya

dengan aquades pada labu ukur 10 ml hingga batas.

9. Mengkalibrasi spektrofotometer UV-Vis dengan larutan sampel A1 atau B7 dang

larutan blangko yang sama.

10. Menentukan serapan (absorbansi) masing masing larutan (A, B, C) menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis.

11. Mencatat hasil spektrofotometer UV-Vis pada tabel hasil pengamatan.

12. Menghitung ∆A dengan mengurangi selisih antara serapan kompleks dengan

ionionnya.

13. Membuat grafik perbandingan antara ∆A dan X Fe3+

V. Hasil Percobaan

1. Seri Larutan ion Fe3+

No.Larutan ion Fe3+

5.10-2 MHNO3 4M H2O [Fe3+] Serapan (A)

1. 0 ml 1 ml 9 ml 0 0

2. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10-3 0,005

Page 7: percobaan-6

3. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10-3 -0,007

4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10-3 0,001

5. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10-3 0,001

6. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10-3 -0,001

7. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10-3 0,001

2. Seri Larutan ion CNS-

No.Larutan ion Fe3+

5.10-2 MHNO3 4M H2O [CNS-] Serapan (A)

1. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10-3 0,006

2. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10-3 0,005

3. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10-3 0,006

4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10-3 0,006

5. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10-3 0,006

6. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10-3 0,008

7. 0 ml 1 ml 9 ml 0 0,000

3. Seri larutan ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n

No.Larutan ion

Fe3+ 5.10-2 M

HNO3

4MH2O

Larutan ion

CNS 5.10-2 M

Serapan

(A)Δ A

1. 6 ml 1 ml 3 ml 0 ml 0,082 0,076

2. 5 ml 1 ml 3 ml 1 ml 0,502 0,492

3. 4 ml 1 ml 3 ml 2 ml 0,923 0,924

4. 3 ml 1 ml 3 ml 3 ml 1,148 1,141

5. 2 ml 1 ml 3 ml 4 ml 1,176 1,169

6. 1 ml 1 ml 3 ml 5 ml 0,730 0,723

7. 0 ml 1 ml 3 ml 6 ml 0,038 0,037

Page 8: percobaan-6

VI. Pembahasan

Pada percobaan penentuan bilangan koordinasi ion kompleks dengan metode jobs

kali ini bertujuan untuk menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n.

Prinsip dari metode job’s adalah menentukan bilangan koordinasi suatu kompleks dengan

perbandingan mol menggunakan variasi kontinyu volum ion logam dan ligan dari

kompleks tersebut. Ion logam yang digunakan dalam percobaan ini adalah Fe3+ dan

ligannya adalah CNS-.

Langkah awal dari percobaan ini adalah membuat larutan ion Fe3+ 5.10-2 M dan

larutan ion CNS 5.10-2 M. Larutan dibuat dari 0,676 gr FeCl3.6H2O yang kemudian

dilarutkan dalam 50 ml akuades dengan menggunakan labu ukur. Kemudian membuat

larutan ion CNS 5.10-2 M yang dibuat dari 0,24 gr KCNS yang dilarutkan dalam 50 ml

akuades dalam labu ukur. Larutan ini berwarna orange.

Setelah larutan jadi maka dibuat variasi volume dari larutan ion dan konsentrasi

Fe3+ 5.10-2 M. Volume larutan Fe3+ 5.10-2 M yang dugunakan ialah 0 ml ; 1 ml ; 2 ml ; 3

ml ; 4 ml ; 5 ml ; dan 6 ml. Konsentrasi yang digunakan juga naik seiring naiknya volume

yaitu 0 M ; 1 x 10-3 M ; 2 x 10-3 M ; 3 x 10-3 M ; 4 x 10-3 M ; 5 x 10-3 M ; dan 6 x 10-3 M.

Dari masing masing konsentrasi ditambah dengan 10 ml akuades yang mana berperan

sebagai pelarut. Penambahan pelarut akuades berbanding terbalik dengan larutan Fe3+

yang mana penambahan akuadesnya untuk masing-masing konsentrasi ialah 9 ml ; 8 ml ;

7 ml ; 6 ml ; 5 ml ; 4 ml ; dan 3 ml. Pelarutan dilakukan di labu ukur. Hal ini karena

konsentrasi berbanding terbalik dengan volume palarut. Dari masing masing larutan juga

ditambah dengan HNO3 1 ml. Penambahan HNO3 memberi suasana asam karena

kompleks [Fe(CNS)n] dapat terbentuk hanya dengan suasana asam serta mencegah

adanya hidrolisis ion Fe3+ . Adapun reaksi yang terjadi

Fe3+ + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 H+

Pada larutan ini disebut dengan larutan A. Yang terdiri dari A1 – A7.

Page 9: percobaan-6

Kemudian pada larutan CNS- sama halnya dengan larutan ion Fe3+. Pada larutan

ini juga dibuat variasi volume dan konsentrasi. Volume CNS- yang digunakan ialah 6 ml;

5 ml ; 4 ml ; 3 ml ; 2 ml ; 1 ml ; dan 0 ml . Sedangkan konsentrasi yang di dapat 6 x 10-3

M ; 5 x 10-3 M ; 4 x 10-3 M ; 3 x 10-3 M ; 2 x 10-3 M ; 1 x 10-3 M ; 0 M. Volume

berbanding lurus dengan konsentrasi. Semakin turun konsentrasi maka volume yang

digunakan semakin turun juga. Kemudian ditambah dengan H2O untuk masing – masing

konsentrasi dari yang besar ke kecil adalah 3 ml ; 4 ml ; 5 ml ; 6 ml ; 7 ml ; 8 ml ; dan 9

ml. Penambahan pelarut berbanding terbalik dengan konsentrasi dimana konsentrasi kecil

maka volume pelarut yang digunakan juga kecil. Masing- masing larutan juga ditambah

dengan HNO3 1 ml. Penambahan HNO3 untuk memberi suasan basa karena [Fe(CNS)n]

dapat terbentuk hanya dalam keadaan suasana basa. Adapun reaksi yang terjadi :

CNS- + H2O HCNS + OH -

Pada larutan ini disebut sebagai larutan B. Yang terdiri dari B1 – B7.

Kemudian membuat seri larutan ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n. Pada larutan ini

dibuat dengan mencampurkan larutan Fe3+ 5.10-2 M dengan larutan CNS- 5.10-2 M.

Volume Fe3+ 5.10-2 M ialah 6 ml; 5 ml ; 4 ml ; 3 ml ; 2 ml ; 1 ml ; dan 0 ml. Sedangkan

volume CNS- 5.10-2 M yang digunakn adalah 0 ml ; 1 ml ; 2 ml ; 3 ml ; 4 ml ; 5 ml ; dan

6 ml. Pada volume Fe3+ 5.10-2 M dengan CNS- 5.10-2 M berbanding terbalik. CNS-

berperan sebagai ligan sedangkan Fe3+ sebagai logam. Masing- masing larutan ditambah

dengan 3 ml akuades dan 1 ml HNO3 1 ml. Penambahan akuades ialah sebagai pelarut

sedangkan HNO3 adalah pemberi suasana asam. Adapun reaksi yang terjadi yaitu

Fe3+ + n CNS [Fe(CNS)n]3-n

Nilai n dapat sebesar 1, 2, 3, 4, 5, dst. Nilai tersebut tergantung dari perbandingan ion

logam dan ligan yang berikatan. Pada larutan ini disebut sebagai larutan C. yang terdiri

dari C1- C2.

Setelah masing masing larutan telah siap maka diukur absorbansinya. Pengukuran

absorbansi menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Prinsip dari alat ini yaitu adanya

interaksi antara molekul dengan energi dari sinar yang dihasilkan dari alat yang akan

menyebabkan elektron dari atom/molekul tersebut tereksitasi dan kembali ke groundstate

untuk menjadi stabil dengan memancarkan spektra energi, dan spektra ini yang akan

Page 10: percobaan-6

diserap oleh detektor pada spektrofotometer. Besarnya absorbansi larutan dipengaruhi

oleh jenis atom atau molekul yang diuji, dan konsentrasinya. Pengukuran dilakukan pada

λ = 480 nm.

Didapatkan pada larutan Fe3+ 5.10-2 M absorbansi yang didapat 0 ; 0,005 ; -0,007 ;

0,001 ; 0,001 ; -0,001; 0,001 (dari konsentrasi kecil ke besar). Sedangkan pada larutan

ion CNS 5.10-2 M absorbansi yang didapat 0,006 ; 0,005; 0,006; 0,006; 0,006 ; 0,008 ;

0,000 (dari konsentrasi besar ke kecil) . Sedangkan pada kompleks [Fe(CNS)n]3-n

absorbansi yang didapat ialah 0,082 ; 0,502 ; 0,923 ; 1,148 ; 1,176 ; 0,730 ; dan 0,038.

Dilihat dari hasil percobaan hal ini tidak sesuai dengan teori karena menurut teori

semakin besar konsntrasi maka absorbansinya juga besar. Konsntrasi berbanding lurus

dengan absorbansi. Namun ada juga beberapa data yang konsentrasinya naik maka

absorbansinya juga naik. Dari ketidak sesuaian tersebut dapat terjadi karena :

1. Larutannya sudah mencair karena FeCl3.6H2O dan KCNS bersifat higroskopis.

2. Kesalahan saat penambahan larutan yang mana pengukurannya tidak teliti.

Setelah tau absorbansi absorbansi yang digunakan maka dapat dihitung Δ A

(selisih serapan) dengan rumus :

Δ A = Abs [Fe(CNS)n]3-n - [Abs Fe3+ + Abs CNS-]

Dari perhitungan didapatkan nilai Δ A ialah 0,076 ; 0,492 ; 0,924 ; 1,141 ; 1,169 ; 0,723 ;

dan 0,037. Kemudian dicari fraksi mol tiap tiap larutan dengan menggunakan rumus

X Fe3+¿=V Fe3+¿

V Fe3+¿+V CNS−¿¿ ¿¿¿

dan

X CNS−¿=V CNS−¿

V CNS−¿+V Fe3+¿¿ ¿¿¿

Untuk perhitungan dan hasil fraksi mol dapat dilihat dilampiran. Dilihat dari perhitungan

fraksi mol X Fe3+¿¿ berbanding terbalik dengan fraksi mol X CNS−¿¿. Semakin besar X Fe3+¿¿

maka semakin kecil X CNS−¿¿.

Setelah didapat ∆A selanjutnya adalah menentukan besarnya n atau bilangan kordinasi

dari kompleks yang terbentuk dengan membandingkan fraksi mol ion Fe3+ dan ligan

CNS- dengan rumus :

Page 11: percobaan-6

n = X Fe3+ / X CNS-

Dari perhitungan didapat nilai n adalah 0,5, yang menunjukkan bahwa bilangan

koordinasi Fe3+ adalah 0,5 dan kompleks yang terjadi adalah [Fe(CNS)0,5]2,5+. Hal ini juga

menunjukkan bahwa ion pusat Fe3+ hanya mampu mengikat 0,5 ligan CNS-. Namun hal

ini tidak sesuai dengan teori bahkan dalam teorinya pun tidak ada. Hal ini dikarenakan

data absorbansinya tidak sesuai. Banyak data absorbansi yang fluktuatif. Dapat juga

dengan melihat grafik hubungan Δ A vs X Fe3+ (Grafik dapat dilihat dilampiran) titik

maksimum terjadi saat X Fe3+ = 0,333 dan X CNS- = 0,667 yang menunjukkan

kompleks stabil pada keadaan tersebut.

VII. Kesimpulan

1. Bilangan koordinasi Fe3+ adalah 0,5 yang menunjukkan ion pusat Fe3+ hanya

mampu mengikat 0,5 ligan CNS-.

2. Rumus kompleks yang terbentuk adalah [Fe(CNS)0,5]2,5+.

Page 12: percobaan-6

VIII. Daftar Pustaka

Cotton F.A, Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press

Ewing, G. W. 1985. Instrument Method of Chemical Analysis. New York: Mc Graw-Hill

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia. Bandung: JICA.

Tim Kimia Anorganik II. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Anorganik II. Surakarta :

FMIPA UNS

IX. Lampiran

- Perhitungan

- Laporan sementara

- Spektra

Mengetahui, Surakarta, 8 Juni 2013

Asisten Praktikan

Page 13: percobaan-6

Herlina Ita Permadani

IX. Lampiran

- Perhitungan

1. Menghitung massa FeCl3.6H2O dan KCNS

- Massa FeCl3.6H2O

M = 0,05 M

V = 50 ml = 0,05 L

Mr = 270 gr/mol

Gram = V x M x Mr

= 0,05 L x 0,05 M x 270 gr/mol

= 0,675 gr

- Massa KCNS

M = 0,05 M

V = 50 ml = 0,05 L

Mr = 97,18 gr/mol

Gram = V x M x Mr

= 0,05 L x 0,05 M x 97,18 gr/mol

= 0,24 gr

2. Menentukan Δ A

Δ A = Abs [Fe(CNS)n]3-n - [Abs Fe3+ + Abs CNS-]

a. Larutan Fe3+ 6 ml dengan larutan ion CNS– 0 ml

Δ A = [0,082] - [0 + 0,006]

= 0,076

b. Larutan Fe3+ 5 ml dengan larutan ion CNS– 1 ml

Δ A = [0,502] - [0,005 + 0,005]

= 0,492

c. Larutan Fe3+ 4 ml dengan larutan ion CNS– 2 ml

Δ A = [0,923] - [-0,007 + 0,006]

= 0,924

Page 14: percobaan-6

d. Larutan Fe3+ 3 ml dengan larutan ion CNS– 3 ml

Δ A = [1,148] - [0,001 + 0,006]

= 1,141

e. Larutan Fe3+ 2 ml dengan larutan ion CNS– 4 ml

Δ A = [1,176] - [0,001 + 0,006]

= 1,169

f. Larutan Fe3+ 1 ml dengan larutan ion CNS– 5 ml

Δ A = [0,730] - [-0,001 + 0,008]

= 0,723

g. Larutan Fe3+ 0 ml dengan larutan ion CNS– 6 ml

Δ A = [0,038] - [0,001 + 0,000]

= 0,037

3. Menentukan Fraksi mol

X Fe3+¿=V Fe3+¿

V Fe3+¿+V CNS−¿¿ ¿¿¿

X CNS−¿=V CNS−¿

V CNS−¿+V Fe3+¿¿ ¿¿¿

a. Fraksi mol larutan Fe3+ 6 ml dan larutan ion CNS– 0 ml

X Fe3+¿= 6 ml

6 ml+0 ml ¿

¿1 ml

X CNS−¿= 0 ml

0ml+6ml ¿

¿0 ml

b. Fraksi mol larutan Fe3+ 5 ml dan larutan ion CNS– 1 ml

X Fe3+¿= 5 ml

5 ml+1 ml ¿

¿0,833 ml

X CNS−¿= 1ml

1 ml+5 ml ¿

¿0,167 ml

c. Fraksi mol larutan Fe3+ 4 ml dan larutan ion CNS– 2 ml

Page 15: percobaan-6

X Fe3+¿= 4 ml

4ml+2 ml ¿

¿0,66 ml

X CNS−¿= 2 ml

2 ml+4 ml ¿

¿0,33ml

d. Fraksi mol larutan Fe3+ 3 ml dan larutan ion CNS– 3 ml

X Fe3+¿= 3 ml

3ml+3 ml ¿

¿0,5 ml

X CNS−¿= 3 ml

3 ml +3 ml ¿

¿0,5 ml

e. Fraksi mol larutan Fe3+ 2 ml dan larutan ion CNS– 4 ml

X Fe3+¿= 2 ml

2ml+ 4 ml ¿

¿0,33ml

X CNS−¿= 4 ml

4 ml+2 ml ¿

¿0,67 ml

f. Fraksi mol larutan Fe3+ 1 ml dan larutan ion CNS– 5 ml

X Fe3+¿= 1 ml

1ml+5 ml ¿

¿0,167 ml

X CNS−¿= 5ml

5 ml+1 ml ¿

¿0,83ml

g. Fraksi mol larutan Fe3+ 0 ml dan larutan ion CNS– 6 ml

X Fe3+¿= 0 ml

0 ml+6 ml ¿

¿0 ml

X CNS−¿= 6 ml

6 ml +0 ml ¿

¿1 ml

h. Grafik

Page 16: percobaan-6

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Grafik X Fe3+ vs Δ A

Δ A Logarithmic (Δ A )Logarithmic (Δ A )

X Fe 3+

delta

A

X Fe3+ Δ A1 0.076

0.833 0.4920.66 0.924

0.5 1.1410.33 1.169

0.167 0.7230 0.037