percobaan ke 2
DESCRIPTION
Denaturasi ProteinTRANSCRIPT
I. Percobaan ke : II
II. Tanggal Praktikum :
III. Judul : Denaturasi Protein
IV. Tujuan : Untuk mempelajari beberapa uji terhadap larutan
protein
V. Dasar Teori
Denaturasi protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau
modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier
maupun kuartener dari protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat
empat jenis interaksi pada rantai samping seperti ikatan hidrogen, jembatan
garam, ikatan disulfida, interaksi non polar pada bagian non hidrofobik. Adapun
penyebab dari denaturasi protein bisa berbagai macam, antara lain panas, alkohol,
asam-basa, maupun logam berat.
Ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi bisa dilihat dari berbagai
hal. Salah satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya, protein yang
terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu.
Selain itu, protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan
molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan posisi dari dalam ke
luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan. Selain itu,
masing-masing penyebab denaturasi protein juga mengakibatkan ciri denaturasi
yang spesifik. Panas, misalnya. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari
protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah.
Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen.
Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu
bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa
entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin
tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan
kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya
koagulasi.
Selain oleh panas, asam dan basa juga dapat membuat protein terdenaturasi.
Seperti telah diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur zwitter ion.
Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan
negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah, protein dapat terdenaturasi
yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada
saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Mekanismenya
adalah penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang
terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan
dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam
pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi
kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi. Bentuk protein terdenaturasi
yang mengendap ini juga dapat diakibatkan oleh pengaruh logam-logam berat.
Dengan adanya logam-logam berat itu akan terbentuk kompleks garam protein-
logam. Kompleks inilah yang membuat protein akan sulit untuk larut. Dan sama
dengan ketika protein terdenaturasi akibat asam dan basa, entalpi pelarutannya
akan naik. Protein bermuatan negatif atau protein dengan pH larutan di atas titik
isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif atau logam lebih mudah. Sebaliknya,
protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik isoelektrik
membutuhkan ion-ion negatif. Contoh ion-ion positif yang dapat mengendapkan
protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Dan contoh ion-ion
negatif yang dapat mengendapkan protein misalnya ion salisilat, trikloroasetat,
piktrat, tanat, dan sulfosalisilat. Namun selain membentuk kompleks garam
protein-logam yang sukar larut, logam berat dapat menarik sulfur pada protein
sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan protein
terdenaturasi pula.
Gangguan pada ikatan disulfida selain disebabkan oleh logam berat juga dapat
disebabkan oleh agen-agen pereduksi. Agen pereduksi ini bisa menyebabkan
ikatan disulfida putus dan dapat membentuk gugus tiol (-SH) dengan penambahan
atom hidrogen. Selain ikatan disulfida, ikatan lain yang apabila terganggu dapat
menyebabkan denaturasi protein adalah ikatan hidrogen. Dengan adanya alkohol
dapat merusak ikatan hidrogen antar rantai samping dalam struktur tersier suatu
protein. Selain itu, alkohol juga dapat mendenaturasi protein. Alkohol seperti kita
ketahui umumnya terdapat kadar 70% dan 95%. Alkohol 70% bisa masuk ke
dinding sel dan dapat mendenaturasi protein di dalam sel. Sedangkan alkohol 95%
mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan mencegah alkohol lain masuk
ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang digunakan sebagai disinfektan
adalah alkohol 70%. Alkohol mendenaturasi protein dengan memutuskan ikatan
hidrogen intramolekul pada rantai samping protein. Ikatan hidrogen yang baru
dapat terbentuk antara alkohol dan rantai samping protein tersebut.Secara
kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-
asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino terikat satu sama lain
melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino
yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan
melepaskan satu molekul air, peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut
dipeptida. Sebaliknya, peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino
masing-masing disebut tripeptida, tetra peptide, dan seterusnya. (Amstrong, 199)
Denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah. Sebagian besar protein globuer mudah mengalami
denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut
rusak, molekul akan mengembang. Kadang-kadang perubahan ini memang
dikehendaki dalam pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap merugikan
sehingga perlu dicegah. Ada dua macam denaturasi, pengembangan polipeptida
dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai
pengembangan molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini tergantung pada
keadaan molekul. Yang pertama terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan yang
kedua terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder.
Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi ini adalah : (a) ikatan
hidrogen, (b) ikatan hidrofobik misalnya pada leusin, valin, fenilalanin, triptofan
yang saling berdekatan membentuk suatu micelle dan tidak larut dalam air, (c)
ikatan ionik antara gugus bermuatan (+) dan (-), (d) ikatan intramolukuler seperti
yang tedapat pada gugus disulfida dalam sistin.
Denaturasi dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur
sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya
pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu
proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan
terbukanya lipatan molekul. Pemekaran atau pengembangan lipatan molekul
protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai
polipeptida, selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang
sama atau berdekatan. Bia unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga
protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein tersebut
mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan pada gugus-gugus reaktif protein
tersebut menahan seluruh cairan, akan terbentuklah gel. Sedangkan bila cairan
terpisah dari protein yang terkoagulasi itu, protein akan mengendap. Protein yang
terdenaturasi berkurang kelarutannya. Lapisan molekul protein bagian dalam yang
bersifat hidrofobik berbalik ke luar, sedangakan bagian luar yang bersifat hidrofil
terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembalikan terjadi khususnya bila larutan protein
telah mendekati pH isoelektrik, dan akhirnya protein akan menggumpal dan
mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang dan
menjadi asimetrik, demikian jua sudut putaran optik larutan protein akan
meningkat. Enzim-enzim yang gugus prostetiknya terdiri dari protein akan
kehilangan aktivitasnya sehingga tidak berfungsi lagi sebagai enzim yang aktif.
Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu oleh panas, pH
ekstrim, bahan kimia, mekanik, beberapa pelarut organik seperti alkohol atau
aseton, urea, deterjen, dan lain-lain. Masing-masing cara mempunyai pengaruh
yang berbeda-beda terhadap denaturasi protein. Senyawa kimia seperti urea dan
garam guanidina dapat memecah ikatan hidrogen yang pada akhirnya
menyebabkan denaturasi protein. Dengan cara tersebut, urea dan garam guanidina
dapat memecah interaksi hidrofobik dan meningkatkan daya kelarutan gugus
hidrofobik dalam air. Deterjen atau sabun dapat menyebabkan denaturasi protein
karena senyawa ini dapat membentuk jembatan antara gugus hidrofobik dengan
hidrofilik sehingga praktis terdenaturasi.
VI. Alat dan Bahan
Alat :
1. Pipet tetes
2. Gelas ukur
3. Beker gelas
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Penjepit tabung reaksi
7. Water bath
Bahan:
1. Larutan Albumin
2. Larutan Putih telur 1-5%
3. Buffer Asetat pH 4,7 (1 M)
4. HCl 0,1 M
5. NaOH 0,1 M
VII. Prosedur
1. Tempatkan tiga tabung isilah dengan larutan albumin2. Tambahkan larutan seperti tabel
Tabung 1 2 3Larutan Albumin 9 mL 9 mL 9 mLBuffer Asetat pH 4,7 ( 1 M) - - 1 mLHCl 0,1 M 1 mL - -NaOH 0,1 M - 1 mL -
3. Masukkan tabung kedalam waterbath selama 15 menit,kemudian dinginkan pada temperatur kamar,dalam tabung yang mana kelihatan mengendap
4. Untuk tabung 1 dan 2 tambahkan 10 mL buffer asetat pH 4,75. Ulangi langkah 1-4 dengan mengganti albumin dengan larutan putih telur
1-5%
VIII. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No LarutanTabung Sebelum
PemanasanSesudah
PemanasanPenambahan Buffer 10 mLHCl NaOH Buffer
1. Albumin + Bening Larutan keruh Larutan keruh
2. Albumin + Bening Larutan beningLarutan putih & endapan putih
3. Albumin + BeningLarutan putih & endapan putih
-
4. PT 1 % + Bening Bening Bening
5. PT 1 % + Bening BeningLarutan keruh &
endapan putih6. PT 1 % + Bening Keruh -
7. PT 2 % + Bening BeningLarutan sedikit
keruh
8. PT 2 % + Bening BeningLarutan keruh &
endapan putih
9. PT 2 % + BeningLarutan keruh &
endapan putih-
10. PT 3 % + Bening Bening Keruh
11. PT 3 % + Bening BeningLarutan keruh & endapan putih
12. PT 3 % + BeningLarutan keruh &
endapan putih-
13. PT 4 % + Bening Bening Keruh
14. PT 4 % + Bening BeningLarutan keruh &
endapan putih
15. PT 4 % + BeningLarutan keruh &
endapan putih-
16. PT 5 % + Bening Bening Keruh
17. PT 5 % + Bening BeningLarutan keruh &
endapan putih
18. PT 5 % + BeningLarutan keruh &
endapan putih-
IX. Persamaan Reaksi
X. Pembahasan
Pada percobaan uji protein larutan yang dipakai adalah larutan albumin dan
larutan putih telur 1-5%. Uji yang digunakan adaah uji denaturasi protein. Pada
percobaan dengan menggunakan uji denaturasi ini larutan albumin dan putih telur
1-5% ditambah dengan HCl, NaOH dan buffer asetat. Hasil dari pencampuran
larutan albumin dengan HCl, NaOH dan buffer asetat dan putih telur 1-5%
dengan HCl dan NaOH dan buffer asetat menghasilkan larutan yang warnanya
berbeda-beda dan endapan yang berwarna putih. Pencampuran HCl ke dalam
larutan albumin menghasilkan larutan keruh. Pencampuran NaOH bening,namun
setelah ditambah buffer asetat 10 mL menghasilkan larutan putih dan ada
endapan. Sedangkan pada tabung yang berisi larutan albumin dan buffer asetat
menghasilkan larutan putih dan endapan putih. Untuk larutan putih telur 1-5%
dicampur HCl menghasilkan larutan bening setelah ditambah buffer asetat
berubah menjadi keruh,sedangkan untuk larutan putih telur 1-5% dicampur
NaOH menghasilkan warna bening namun setelah ditambah buffer asetat berubah
keruh dan ada endapan putih. Dan larutan putih telur 1% dicampur dengan buffer
asetat menghasilkan warna keruh,putih telur 2-4% larutan keruh dan endapan
putih sedangkan larutan putih telur 5% larutan putih dan endapan putih.
Ketika kedalam larutan protein ditambahkan HCl 0,1 M, ion H+ dari asam kuat
maka akan berikatan dengan gugus – COO- dari asam amino sehingga membentuk
suatu kation +H3NRCHCOOH. Penambahan HCl pada larutan protein ini akan
membuat kesetimbangan asam-basa bergeser sedemikian rupa sehingga muatan
netto negatif pada asam amino berkurang dan pH larutan menjadi lebih rendah.
Sedangkan pada penambahan NaOH akan membuat ion OH- dari basa bereaksi
dengan NH3+ dari asam amino pada protein sehingga membentuk suatu anion,
H2NRCHCOO-, sehingga asam amino mengemban muatan negatif netto dengan
pH larutan lebih besar daripada titik isoelektriknya. Penambahan larutan buffer
asetat yang mempunyai pH 4,7 membuat larutan protein yang mengandung asam
amino berada pada titik isoelektriknya. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat
larutan buffer itu sendiri yang dapat mempertahankan pH nya saat ditambahkan
asam, basa, atau dilakukan pengenceran. Sehingga ketika larutan buffer ini
ditambahkan kedalam asam amino, pH larutan cenderung tetap atau hanya
berkurang sangat sedikit. Hal ini ditunjukkan juga dengan data yang terlihat pada
literatur bahwa pada sampel albumin, titik isoelektriknya adalah 4,6 sehingga
ketika ditambahkan buffer asetat asam amino pada sampel protein terutama
albumin berada pada titik isoelektriknya. Pada proses denaturasi terjadi
perubahan sifat-sifat dari protein. Karena larutan protein secara perlahan-lahan
dipanaskan larutan tersebut lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk
koagulasi berbentuk seperti tali. Dimana albumin tersebut berkoagulasi menjadi
padatan putih dengan pemanasan. Produk yang dihasilkan tidak dapat melarut
kembali dengan pendinginan. Perubahan sifat fisik dapat disebabkan oleh suhu,
pemanasan, reagen yang digunakan..
XI. Kesimpulan
1. Larutan albumin dan larutan putih telur 1-5% positif terhadap uji denaturasi
protein
2. Denaturasi dipengaruhi oleh perubahan suhu dan pH
3. Perubahan pada denaturasi protein larutan menjadi keruh dan adanya endapan
Daftar Pustaka
Imelda,Yanni..2012. Denaturasi Protein. (online)
(http://suasanab.blogspot.co.id/2012/06/denaturasi-protein.html , diakses
pada tanggal 13 September 2015).
Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Niam.2013. Sifat Kimia Protein. (online)
(http://niamts.blogspot.co.id/2013/06/sifat-kimia-protein-laporan-
praktikum.html,diakses pada tanggal 13 September 2015).