perkara niaga di sektor properti ttatkala pengembang … · 2019. 9. 3. · bisnis properti, bahkan...

1
11 Selasa, 3 September 2019 KORUPSI BAILOUT BANK CENTURY Sidang Diputuskan Ditunda Bisnis, JAKARTA — Ha- kim tunggal pada Pengadil- an Negeri Jakarta menunda pelaksanaan sidang gugatan praperadilan penyidikan ko- rupsi bailout Bank Century. Menurut jadwal, sidang gugatan praperadilan yang diajukan oleh Masyarakat An- tikorupsi Indonesia (MAKI) itu digelar Senin (2/9). Akan tetapi, pihak turut tergugat 1 dan 3 dalam hal ini Bareskrim Polri dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta tidak mengha- diri sidang tersebut sehingga hakim Haruni Patriadi me- mutuskan untuk menunda sidang tersebut. “Saya masih minta untuk dipanggil lagi untuk hadir di persidangan,” ujarnya. Kuasa hukum MAKI, Rizky Cahyo Putra mengatakan bah- wa pihaknya berharap dalam agenda sidang selanjutnya, baik tergugat maupun turut tergugat dapat memenuhi pang- gilan sidang sehingga proses persidangan dapat bergulir. Sidang ini, menurutnya, penting karena berkaitan de- ngan perkara korupsi yang merugikan masyarakat. Sebagaimana diketahui, ob- jek praperadilan MAKI kali ini adalah terkait dengan sah tidak- nya penghentian penyidikan kasus korupsi Bank Century. Penggugat menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak menjalankan putusan praperadilan PN Jakarta Selatan dengan nomor register 24/Pid. Prap/2018/PN.Jkt.Sel karena tidak melakukan penyidikan dan menetapkan tersangka terhadap beberapa pejabat seperti Boediono, Muliaman D Hadad, dan Raden Pardede. “Kita sudah menang Pra- peradilan nomor 24. Putusan itu menyatakan bahwa KPK harus melakukan penyeli- dikan, penyidikan, dan pe- netapan tersangka terhadap pihak-pihak yang disebutkan dalam putusan. Sekarang su- dah dimulai penyelidikan tapi belum ditingkatkan ke penyi- dikan apalagi ke penetapan tersangka. Kita menanyakan keseriusan KPK untuk mena- ngani perkara ini,” kata Rizky. Sampai saat ini KPK belum menetapkan tersangka baru terkait kasus dugaan korupsi pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Hal ini lantaran kasus terse- but tergolong unik dan masih ada beberapa hal kendala yang dihadapi KPK. Sejauh ini, KPK baru men- jerat satu orang tersangka. Lembaga antirasuah bahkan harus memanggil kemba- li penyidik lamanya untuk membantu pembahasan dari kasus ini. “Saya belum bisa menuju ke [tersangka] yang baru karena setelah kita pelajari kembali, itu sejarahnya juga rada unik ya,” ujar Komisioner KPK, Saut Situmorang. Dia mengaku memang ada sembilan nama yang disebut dalam putusan Deputi Guber- nur Bank Indonesia Bidang IV Pengelolaan Moneter dan Devisa, Budi Mulya. Hanya saja, KPK masih belum bisa menjerat di antara nama-nama itu lantaran masih belum me- miliki alat bukti yang kuat. (M.G. Noviarizal Fernandez) Masih rendahnya komitmen sejumlah pengembang terhadap perjanjian menjadi salah satu penyebab banyaknya perusahaan properti yang tersangkut perkara niaga. Yanuarius Viodeogo [email protected] T ak jarang konsumen harus gigit jari karena pengembang menunda proses serah terima kunci, kendati konsu- men sudah melaku- kan pembayaran. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan banyaknya konsumen yang pada akhirnya memilih me- nyeret para pengembang yang ing- kar janji atau wanprestasi itu ke pengadilan niaga melalui perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), bahkan ada yang langsung ke permohonan pailit. Pengamat bisnis properti dari Founder Panangian School of Property, Panangian Simanung- kalit mengatakan bahwa dalam industri properti konsumen sering kali diposisikan oleh pengembang sebagai kelompok yang lemah. Celakanya lagi, komitmen sejum- lah pengembang dalam menjalan- kan kewajibannya sesuai dengan perjanjian juga masih rendah. “Konsumen itu [justru] seperti hamba dengan raja. Pengembang tidak komitmen memenuhi kewa- jibannya sesuai perjanjian. Bang- unan belum selesai dan sertifikat belum selesai itu karena komitmen pengembang yang lemah,” kata Panganian kepada Bisnis, Sabtu (31/8). Jadi, ujarnya, tidak heran kalau permohonan PKPU terhadap pe- ngembang properti sering terjadi, bahkan bisa berulang-ulang terjadi karena peraturan hukum untuk melindungi kepentingan konsumen seakan-akan tidak hadir dalam praktik transaksi properti. Dari penelusuran yang dilakukan Bisnis, permohonan PKPU terha- dap pengembang properti di Indo- nesia dari Januari—Agustus 2019 di lima pengadilan niaga mencapai 45 permohonan. Permohonan PKPU tersebut tersebar di lima pengadilan niaga, yakni Jakarta Pusat, Medan, Sura- baya, Semarang, dan Makassar. Adapun perinciannya adalah PKPU kepada pengembang terbesar terjadi di PN Jakarta Pusat, yakni mencapai 31 permohonan. Kemudian, disusul PN Surabaya sebanyak 9 permohonan, PN Me- dan dan Makassar masing-masing 2 permohonan, dan 1 permohonan PKPU di PN Semarang. Pengembang-pengembang terse- but termasuk pemain besar dalam bisnis properti, bahkan ada yang merupakan pengembang perusaha- an terbuka (Tbk.) dan anak usaha dari perusahaan terbuka tersebut. Di antara perusahaan-perusahaan itu, ada yang tidak hanya dimo- honkan PKPU sekali saja, tetapi bahkan berulang kali. Mereka memiliki bisnis memba- ngun apartemen, kondotel, hotel, hingga perumahan. Seperti yang terjadi pada PT For- za Land Indonesia Tbk. dan anak usahanya Forza Properti Serpong. Kedua perusahaan ini dimohon- kan PKPU oleh vendornya dan para pembeli unit apartemen. Da- lam permohonannya, vendor dan sejumlah pembeli menagih serah terima unit apartemen karena me- reka sudah membayar lunas untuk unit yang dibeli. Beruntung anak usahanya bisa lolos PKPU sementara, kendati induknya FORZ masih dibelenggu PKPU saat ini dengan perpanjang- an waktu 60 hari karena masih menanti persetujuan dari kreditur- nya terhadap proposal perdamaian yang diajukan. Proses PKPU juga dialami oleh PT Spekta Properti Indonesia (SPI). Namun, nasib SPI tidak seberun- tung anak usaha FORZ karena SPI menjalani PKPU mendekati 270 hari. SPI dimohonkan PKPU oleh konsumennya karena ingkar janji menyerahkan unit-unit apartemen yang telah dibeli oleh konsumen. SPI diketahui kesulitan dana untuk melanjutkan pembangunan apartemen yang berimbas pada molornya jadwal serah terima unit apartemen. Semula waktu serah terima unit apartemen itu dijanji- kan kepada konsumen pada 2015 tetapi molor hingga dibelenggu PKPU pada 7 Juni 2018 lalu. Menurut pengurus PKPU SPI Sa- bar Simamora, saat ini sudah ada investor Puri Klaudran Sentosa yang berkomitmen menyelesaikan kewajiban utang-utangnya SPI. Terkait dengan minimnya ko- mitmen sejumlah pengembang properti terhadap perjanjian yang telah dibuat, menurut Panangian Simanungkalit, menjadi salah satu alasan bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengeluarkan kebijakan terbaru tentang Pengikatan Jual Beli Rumah (PPJB). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat baru saja menerbitkan beleid No. 11/ PRT/M/2019 tengang Pengikatan Jual Beli Rumah (PPJB) pada 11 Juli 2019 lalu. Permen itu mencabut dua peraturan sebelumnya, yakni tentang Keputusan Menteri Ne- gara Perumahan Rakyat Nomor 11/KPTS/1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun serta Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah. Salah satu aturan menyebut- kan, apabila pengembang lalai melaksanakan pembangunan dan menandatangani AJB, akibatnya pembeli bisa membatalkan pembe- lian. Selain itu, pengembang mesti membayar pengembalian biaya yang sudah dikeluarkan pembeli. “Intinya dengan aturan PPJB yang baru itu, pengembang harus lebih berhati-hati. Jangan asal ber- janji, jagalah kepercayaan konsu- men sehingga tidak terulang lagi hal-hal seperti PKPU ini,” ucapnya. KLAUSUL Pengamat hukum properti Eddy M. Leks mengatakan, ruh dari PKPU tidak selalu dilihat buruk karena esensinya adalah perdamai- an yaitu restrukturisasi kewajiban utang pengembang kepada para krediturnya (konsumen). “Namun, memang PKPU bisa berujung kepailitan jika proposal perdamaian ditolak. Jadi solusinya adalah berhati-hati dalam mene- tapkan jadwal atau bisa mengatur klausul denda keterlambatan yang wajib dibayar pengembang sampai dengan serah terima,” kata Eddy. Dia mengingatkan sebelum pembeli membeli properti maka pembeli semestinya selalu memi- liki perjanjian sebagai dasar hak untuk menagih. Begitu juga bagi pengembang, seharusnya lebih berhati-hati dalam memberikan janji serah terima ka- rena janji itu mengikat dan diang- gap sebagai kewajiban (utang). Menurut Eddy, untuk menyele- saikan kewajiban, biasanya satu perusahaan digunakan untuk satu proyek tertentu. Jadi jarang suatu Perseroan Terbatas (PT) mempu- nyai lini bisnis lain. “Jadi segala piutang tentu akan terkait dengan piutang penjualan unit apartemen. Jika penjualan tidak lancar, piutang turun dan risi- ko gagal serah terima sesuai jadwal menjadi lebih tinggi,” ucapnya. Di sisi lain, peran pemerintah sudah besar dengan adanya UU Rumah Susun, UU Bangunan Gedung hingga Permen terbaru tentang PPJB. Namun demikian, menurutnya, masih butuh pengawasan imple- mentasi dari pemerintah. “PKPU itu esensinya keperdataan antara pengembang dan pembeli- nya. Pemerintah tentu seharusnya tidak ikut campur dalam forum tersebut [PKPU],” kata dia. Kalau mengacu pada Pasal 222 ayat (2) UU No. 37/2004 tentang PKPU dan Kepailitan, restrukturisa- si utang adalah pengajuan rencana perdamaian dari debitur dengan pembayaran sebagian utang atau seluruhnya melalui kesepakatan bersama kreditur atau pemberi utang. Seringkali dalam obrolan di pengadilan, yang muncul di be- nak sebagian masyarakat awam memandang bahwa restrukturisasi utang melalui pengadilan berkono- tasi negatif. PKPU dituding sebagai aib yang harus ditutupi karena perusahaan memiliki utang. Padahal, menurut pengacara sekaligus pemilik sertifikat profesi pengurus PKPU dan kurator kepai- litan, Andi Simangunsong, PKPU justru kesempatan baik dan bagus agar suatu perusahaan yang kon- disi keuangannya pincang, dapat pulih kembali atau sehat lagi. “Semakin banyak masyarakat yang familiar dengan restrukturasi utang PKPU, maka iklim berbisnis di suatu negara semakin sehat. Kompetisi usaha juga menjadi lebih sehat,” kata Andi. Hal senada diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Kurator Pengurus Indonesia Nien Rafles Siregar bahwa PKPU adalah instru- men hukum yang dinilai sangat efektif dalam penagihan utang di- bandingkan dengan hukum acara perdata lainnya. “Kalau kita mengandalkan hukum perdata lain, agak susah, beracara hukumnya sangat lama, bahkan memakan waktu bertahun- tahun. Mulai dari pengadilan nege- ri, banding dan kasasi di pengadil- an tinggi, belum lagi peninjauan kembali,” kata dia. Dalam industri properti konsumen sering kali diposi- sikan oleh pengembang se- bagai kelompok yang lemah. Komitmen sejumlah pengembang dalam menja- lankan kewajibannya sesuai dengan perjanjian juga masih rendah. Komitmen untuk menunaikan kewajiban menyerahkan properti kepada konsumen sering kali dilanggar sendiri oleh pengembang. Tak jarang konsumen harus gigit jari karena pengembang menunda proses serah terima kunci, kendati konsumen sudah melakukan pembayaran. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan banyaknya konsumen yang pada akhirnya memilih menyeret para pengembang yang ingkar janji atau wanprestasi itu ke pengadilan melalui perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), bahkan langsung ke permohonan pailit. PERKARA UTANG PIUTANG PKPU Perusahaan Properti Triwulan I/2018 PKPU: 13 Pailit: - Triwulan II/2018 PKPU: 12 Pailit: 2 Pengadilan Niaga PKPU Pailit Januari—Juni 2018 117 41 Jakarta 76 18 Medan 8 2 Semarang 12 17 Surabaya 16 3 Makassar 5 1 2016 143 67 2017 162 68 31 9 2 2 1 Jakarta Surabaya Medan Makassar Semarang PKPU Januari—Agustus 2019 Sumber: Sistem Informasi Penelusuran Perkara di lima pengadilan niaga, Diolah BISNIS/RADITYO EKO PERKARA NIAGA DI SEKTOR PROPERTI Tatkala Pengembang Dijerat PKPU Tatkala Pengembang Dijerat PKPU Bisnis/Paulus Tandi Bone PT JAYA REAL PROPERTY, Tbk. (“Perseroan”) P E N G U MU M A N RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA (“RUPSLB”) Direksi PT Jaya Real Property, Tbk. akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (untuk selanjutnya disebut “Rapat”) pada : Hari : Kamis Tanggal : 10 Oktober 2019 Tempat : Gedung Jaya lantai 12 Jl. M.H. Thamrin No.12 Jakarta Pusat - 10340 Sesuai dengan ketentuan Pasal 10 ayat (5) Anggaran Dasar Perseroan, dan memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Terbuka juncto Peraturan OJK No.10/POJK.04/2017 Tentang Perubahan Atas POJK No.32/POJK.04/2014 (“POJK No. 32”), pemanggilan untuk Rapat akan diiklankan pada tanggal 18 September 2019 dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, situs web Bursa Efek Indonesia, dan situs web Perseroan dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing dengan ketentuan bahasa asing yang digunakan paling kurang adalah Bahasa Inggris. Yang berhak hadir atau diwakili dalam Rapat adalah: a. Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 17 September 2019 sampai dengan pukul 16.00 WIB, atau kuasa mereka yang sah. b. Untuk saham-saham Perseroan yang berada di dalam Penitipan Kolektif, hanya para pemegang rekening yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Rekening atau Bank Kustodian di PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (“KSEI”) pada tanggal 17 September 2019, atau kuasa mereka yang sah. c. Untuk saham-saham Perseroan yang belum dimasukkan ke dalam Penitipan Kolektif, hanya para pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 17 September 2019 di Biro Administrasi Efek Perseroan yaitu PT. Adimitra Jasa Korpora yang berkedudukan di Jakarta Utara dan beralamat di Kirana Boutique 14250 Telp 021-29745222, atau kuasa mereka yang sah. Setiap usul Pemegang Saham akan dimasukkan dalam acara Rapat jika memenuhi persyaratan dalam Pasal 10 ayat (3) dan (4) Anggaran Dasar Perseroan dan harus sudah diterima oleh Direksi Perseroan sedikitnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pemanggilan untuk Rapat yang bersangkutan dikeluarkan Perseroan. Tangerang Selatan, 3 September 2019 PT JAYA REAL PROPERTY, Tbk. DIREKSI HUKUM BISNIS

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKARA NIAGA DI SEKTOR PROPERTI TTatkala Pengembang … · 2019. 9. 3. · bisnis properti, bahkan ada yang merupakan pengembang perusaha-an terbuka (Tbk.) dan anak usaha dari perusahaan

11 Selasa, 3 September 2019

�KORUPSI BAILOUT BANK CENTURY

Sidang Diputuskan DitundaBisnis, JAKARTA — Ha-

kim tunggal pada Pengadil-an Negeri Jakarta menunda pelaksanaan sidang gugatan praperadilan penyidikan ko-rupsi bailout Bank Century.

Menurut jadwal, sidang gugatan praperadilan yang diajukan oleh Masyarakat An-tikorupsi Indonesia (MAKI) itu digelar Senin (2/9). Akan tetapi, pihak turut tergugat 1 dan 3 dalam hal ini Bareskrim Polri dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta tidak mengha-diri sidang tersebut sehingga hakim Haruni Patriadi me-mutuskan untuk menunda sidang tersebut.

“Saya masih minta untuk dipanggil lagi untuk hadir di persidangan,” ujarnya.

Kuasa hukum MAKI, Rizky Cahyo Putra mengatakan bah-wa pihaknya berharap dalam agenda sidang selanjutnya, baik tergugat maupun turut tergugat dapat memenuhi pang-gilan sidang sehingga proses persidangan dapat bergulir.

Sidang ini, menurutnya, penting karena berkaitan de-ngan perkara korupsi yang

merugikan masyarakat.Sebagaimana diketahui, ob-

jek praperadilan MAKI kali ini adalah terkait dengan sah tidak-nya penghentian penyidikan kasus korupsi Bank Century.

Penggugat menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak menjalankan putusan praperadilan PN Jakarta Selatan dengan nomor register 24/Pid.Prap/2018/PN.Jkt.Sel karena tidak melakukan penyidikan dan menetapkan tersangka terhadap beberapa pejabat seperti Boediono, Muliaman D Hadad, dan Raden Pardede.

“Kita sudah menang Pra-peradilan nomor 24. Putusan itu menyatakan bahwa KPK harus melakukan penyeli-dikan, penyidikan, dan pe-netapan tersangka terhadap pihak-pihak yang disebutkan dalam putusan. Sekarang su-dah dimulai penyelidikan tapi belum ditingkatkan ke penyi-dikan apalagi ke penetapan tersangka. Kita menanyakan keseriusan KPK untuk mena-ngani perkara ini,” kata Rizky.

Sampai saat ini KPK belum menetapkan tersangka baru

terkait kasus dugaan korupsi pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

Hal ini lantaran kasus terse-but tergolong unik dan masih ada beberapa hal kendala yang dihadapi KPK.

Sejauh ini, KPK baru men-jerat satu orang tersangka. Lembaga antirasuah bahkan harus memanggil kemba-li penyidik lamanya untuk membantu pembahasan dari kasus ini.

“Saya belum bisa menuju ke [tersangka] yang baru karena setelah kita pelajari kembali, itu sejarahnya juga rada unik ya,” ujar Komisioner KPK, Saut Situmorang.

Dia mengaku memang ada sembilan nama yang disebut dalam putusan Deputi Guber-nur Bank Indonesia Bidang IV Pengelolaan Moneter dan Devisa, Budi Mulya. Hanya saja, KPK masih belum bisa menjerat di antara nama-nama itu lantaran masih belum me-miliki alat bukti yang kuat. (M.G. Noviarizal Fernandez)

Masih rendahnya komitmen sejumlah pengembang terhadap perjanjian menjadi salah satu penyebab banyaknya perusahaan properti yang tersangkut

perkara niaga.

Yanuarius [email protected]

Tak jarang konsumen harus gigit jari karena pengembang menunda proses serah terima kunci, kendati konsu-men sudah melaku-

kan pembayaran.Hal ini pula yang menjadi salah

satu alasan banyaknya konsumen yang pada akhirnya memilih me-nyeret para pengembang yang ing-kar janji atau wanprestasi itu ke pengadilan niaga melalui perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), bahkan ada yang langsung ke permohonan pailit.

Pengamat bisnis properti dari Founder Panangian School of Property, Panangian Simanung-kalit mengatakan bahwa dalam industri properti konsumen sering kali diposisikan oleh pengembang sebagai kelompok yang lemah.

Celakanya lagi, komitmen sejum-lah pengembang dalam menjalan-kan kewajibannya sesuai dengan perjanjian juga masih rendah.

“Konsumen itu [justru] seperti hamba dengan raja. Pengembang tidak komitmen memenuhi kewa-jibannya sesuai perjanjian. Bang-unan belum selesai dan sertifi kat belum selesai itu karena komitmen pengembang yang lemah,” kata Panganian kepada Bisnis, Sabtu (31/8).

Jadi, ujarnya, tidak heran kalau permohonan PKPU terhadap pe-ngembang properti sering terjadi, bahkan bisa berulang-ulang terjadi karena peraturan hukum untuk melindungi kepentingan konsumen seakan-akan tidak hadir dalam praktik transaksi properti.

Dari penelusuran yang dilakukan Bisnis, permohonan PKPU terha-dap pengembang properti di Indo-nesia dari Januari—Agustus 2019 di lima pengadilan niaga mencapai

45 permohonan.Permohonan PKPU tersebut

tersebar di lima pengadilan niaga, yakni Jakarta Pusat, Medan, Sura-baya, Semarang, dan Makassar.

Adapun perinciannya adalah PKPU kepada pengembang terbesar terjadi di PN Jakarta Pusat, yakni mencapai 31 permohonan.

Kemudian, disusul PN Surabaya sebanyak 9 permohonan, PN Me-dan dan Makassar masing-masing 2 permohonan, dan 1 permohonan PKPU di PN Semarang.

Pengembang-pengembang terse-but termasuk pemain besar dalam bisnis properti, bahkan ada yang merupakan pengembang perusaha-an terbuka (Tbk.) dan anak usaha dari perusahaan terbuka tersebut.

Di antara perusahaan-perusahaan itu, ada yang tidak hanya dimo-honkan PKPU sekali saja, tetapi bahkan berulang kali.

Mereka memiliki bisnis memba-ngun apartemen, kondotel, hotel, hingga perumahan.

Seperti yang terjadi pada PT For-za Land Indonesia Tbk. dan anak usahanya Forza Properti Serpong.

Kedua perusahaan ini dimohon-kan PKPU oleh vendornya dan para pembeli unit apartemen. Da-lam permohonannya, vendor dan sejumlah pembeli menagih serah terima unit apartemen karena me-reka sudah membayar lunas untuk unit yang dibeli.

Beruntung anak usahanya bisa lolos PKPU sementara, kendati induknya FORZ masih dibelenggu PKPU saat ini dengan perpanjang-an waktu 60 hari karena masih menanti persetujuan dari kreditur-nya terhadap proposal perdamaian yang diajukan.

Proses PKPU juga dialami oleh PT Spekta Properti Indonesia (SPI). Namun, nasib SPI tidak seberun-tung anak usaha FORZ karena SPI menjalani PKPU mendekati 270 hari.

SPI dimohonkan PKPU oleh konsumennya karena ingkar janji menyerahkan unit-unit apartemen yang telah dibeli oleh konsumen.

SPI diketahui kesulitan dana untuk melanjutkan pembangunan apartemen yang berimbas pada molornya jadwal serah terima unit apartemen. Semula waktu serah terima unit apartemen itu dijanji-kan kepada konsumen pada 2015 tetapi molor hingga dibelenggu PKPU pada 7 Juni 2018 lalu.

Menurut pengurus PKPU SPI Sa-bar Simamora, saat ini sudah ada investor Puri Klaudran Sentosa yang berkomitmen menyelesaikan kewajiban utang-utangnya SPI.

Terkait dengan minimnya ko-mitmen sejumlah pengembang properti terhadap perjanjian yang telah dibuat, menurut Panangian Simanungkalit, menjadi salah satu alasan bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengeluarkan kebijakan terbaru tentang Pengikatan Jual Beli Rumah (PPJB).

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat baru saja menerbitkan beleid No. 11/PRT/M/2019 tengang Pengikatan Jual Beli Rumah (PPJB) pada 11 Juli 2019 lalu.

Permen itu mencabut dua peraturan sebelumnya, yakni tentang Keputusan Menteri Ne-gara Perumahan Rakyat Nomor 11/KPTS/1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun serta Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.

Salah satu aturan menyebut-kan, apabila pengembang lalai melaksanakan pembangunan dan menandatangani AJB, akibatnya pembeli bisa membatalkan pembe-lian. Selain itu, pengembang mesti membayar pengembalian biaya yang sudah dikeluarkan pembeli.

“Intinya dengan aturan PPJB yang baru itu, pengembang harus lebih berhati-hati. Jangan asal ber-janji, jagalah kepercayaan konsu-men sehingga tidak terulang lagi hal-hal seperti PKPU ini,” ucapnya.

KLAUSULPengamat hukum properti Eddy

M. Leks mengatakan, ruh dari PKPU tidak selalu dilihat buruk karena esensinya adalah perdamai-an yaitu restrukturisasi kewajiban utang pengembang kepada para krediturnya (konsumen).

“Namun, memang PKPU bisa berujung kepailitan jika proposal perdamaian ditolak. Jadi solusinya adalah berhati-hati dalam mene-tapkan jadwal atau bisa mengatur klausul denda keterlambatan yang wajib dibayar pengembang sampai dengan serah terima,” kata Eddy.

Dia mengingatkan sebelum pembeli membeli properti maka pembeli semestinya selalu memi-liki perjanjian sebagai dasar hak untuk menagih.

Begitu juga bagi pengembang, seharusnya lebih berhati-hati dalam memberikan janji serah terima ka-rena janji itu mengikat dan diang-gap sebagai kewajiban (utang).

Menurut Eddy, untuk menyele-saikan kewajiban, biasanya satu perusahaan digunakan untuk satu proyek tertentu. Jadi jarang suatu Perseroan Terbatas (PT) mempu-nyai lini bisnis lain.

“Jadi segala piutang tentu akan terkait dengan piutang penjualan

unit apartemen. Jika penjualan tidak lancar, piutang turun dan risi-ko gagal serah terima sesuai jadwal menjadi lebih tinggi,” ucapnya.

Di sisi lain, peran pemerintah sudah besar dengan adanya UU Rumah Susun, UU Bangunan Gedung hingga Permen terbaru tentang PPJB.

Namun demikian, menurutnya, masih butuh pengawasan imple-mentasi dari pemerintah.

“PKPU itu esensinya keperdataan antara pengembang dan pembeli-nya. Pemerintah tentu seharusnya tidak ikut campur dalam forum tersebut [PKPU],” kata dia.

Kalau mengacu pada Pasal 222 ayat (2) UU No. 37/2004 tentang PKPU dan Kepailitan, restrukturisa-si utang adalah pengajuan rencana perdamaian dari debitur dengan pembayaran sebagian utang atau seluruhnya melalui kesepakatan bersama kreditur atau pemberi utang.

Seringkali dalam obrolan di pengadilan, yang muncul di be-nak sebagian masyarakat awam memandang bahwa restrukturisasi utang melalui pengadilan berkono-tasi negatif. PKPU dituding sebagai aib yang harus ditutupi karena perusahaan memiliki utang.

Padahal, menurut pengacara sekaligus pemilik sertifi kat profesi pengurus PKPU dan kurator kepai-litan, Andi Simangunsong, PKPU justru kesempatan baik dan bagus agar suatu perusahaan yang kon-disi keuangannya pincang, dapat pulih kembali atau sehat lagi.

“Semakin banyak masyarakat yang familiar dengan restrukturasi utang PKPU, maka iklim berbisnis di suatu negara semakin sehat. Kompetisi usaha juga menjadi lebih sehat,” kata Andi.

Hal senada diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Kurator Pengurus Indonesia Nien Rafl es Siregar bahwa PKPU adalah instru-men hukum yang dinilai sangat efektif dalam penagihan utang di-bandingkan dengan hukum acara perdata lainnya.

“Kalau kita mengandalkan hukum perdata lain, agak susah, beracara hukumnya sangat lama, bahkan memakan waktu bertahun-tahun. Mulai dari pengadilan nege-ri, banding dan kasasi di pengadil-an tinggi, belum lagi peninjauan kembali,” kata dia.

�Dalam industri properti konsumen sering kali diposi-sikan oleh pengembang se-bagai kelompok yang lemah.

�Komitmen sejumlah pengembang dalam menja-lankan kewajibannya sesuai dengan perjanjian juga masih rendah.

Komitmen untuk menunaikan kewajiban menyerahkan properti kepada konsumen sering kali dilanggar sendiri oleh pengembang. Tak jarang konsumen harus gigit jari karena pengembang menunda proses serah terima kunci, kendati konsumen sudah melakukan pembayaran.

Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan banyaknya konsumen yang pada akhirnya memilih menyeret para pengembang yang ingkar janji atau wanprestasi itu ke pengadilan melalui perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), bahkan langsung ke permohonan pailit.

PERKARA UTANG PIUTANG

PKPU Perusahaan Properti

Triwulan I/2018

PKPU: 13Pailit: -

Triwulan II/2018

PKPU: 12Pailit: 2

Pengadilan Niaga PKPU Pailit

Januari—Juni 2018 117 41

Jakarta 76 18

Medan 8 2

Semarang 12 17

Surabaya 16 3

Makassar 5 1

2016 143 67

2017 162 68

31

92 2 1

Jakarta Surabaya Medan Makassar Semarang

PKPU Januari—Agustus 2019

Sumber: Sistem Informasi Penelusuran Perkara di lima pengadilan niaga, Diolah BISNIS/RADITYO EKO

�PERKARA NIAGA DI SEKTOR PROPERTI

Tatkala Pengembang Dijerat PKPUTatkala Pengembang Dijerat PKPU

Bisnis/Paulus Tandi Bone

PT JAYA REAL PROPERTY, Tbk.(“Perseroan”)

P E N G U MU M A NRAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA (“RUPSLB”)

Direksi PT Jaya Real Property, Tbk. akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (untuk selanjutnya disebut “Rapat”) pada :

Hari : KamisTanggal : 10 Oktober 2019Tempat : Gedung Jaya lantai 12 Jl. M.H. Thamrin No.12 Jakarta Pusat - 10340

Sesuai dengan ketentuan Pasal 10 ayat (5) Anggaran Dasar Perseroan, dan memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Terbuka juncto Peraturan OJK No.10/POJK.04/2017 Tentang Perubahan Atas POJK No.32/POJK.04/2014 (“POJK No. 32”), pemanggilan untuk Rapat akan diiklankan pada tanggal 18 September 2019 dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, situs web Bursa Efek Indonesia, dan situs web Perseroan dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing dengan ketentuan bahasa asing yang digunakan paling kurang adalah Bahasa Inggris.

Yang berhak hadir atau diwakili dalam Rapat adalah:

a. Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 17 September 2019 sampai dengan pukul 16.00 WIB, atau kuasa mereka yang sah.

b. Untuk saham-saham Perseroan yang berada di dalam Penitipan Kolektif, hanya para pemegang rekening yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Rekening atau Bank Kustodian di PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (“KSEI”) pada tanggal 17 September 2019, atau kuasa mereka yang sah.

c. Untuk saham-saham Perseroan yang belum dimasukkan ke dalam Penitipan Kolektif, hanya para pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 17 September 2019 di Biro Administrasi Efek Perseroan yaitu PT. Adimitra Jasa Korpora yang berkedudukan di Jakarta Utara dan beralamat di Kirana Boutique

14250 Telp 021-29745222, atau kuasa mereka yang sah.

Setiap usul Pemegang Saham akan dimasukkan dalam acara Rapat jika memenuhi persyaratan dalam Pasal 10 ayat (3) dan (4) Anggaran Dasar Perseroan dan harus sudah diterima oleh Direksi Perseroan sedikitnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pemanggilan untuk Rapat yang bersangkutan dikeluarkan Perseroan.

Tangerang Selatan, 3 September 2019PT JAYA REAL PROPERTY, Tbk.

DIREKSI

H U K U M B I S N I S