pio derma

15
PIODERMA Jenis Definisi/Sinonim Etiologi Gejala Klinis Diagnosis banding/pengobatan Impetigo Krustosa Impetigo kontagiosa, Vulgaris, tillbury fox Streptococcus B hemolyticus Tanpa gejala konstitusi, hanya terdapat pada anak. Predileksi : muka (lubang hidung dan mulut) Eflouresensi : eritema dan vesikel yang mudah memecah, sehingga tampak krusta tebal berwarna kuning seperti madu, jika dilepas tampak erosi dibawahnya, krusta menyebar ke perifer dan sembuh debagian tengah. DD : Ektima Pengobatan : Krusta dilepaskan dan diberi antibiotik topikal, jika banyak dibberikan antibiotik sistemik. Impetigo Bulosa Impetigo vesiko- Staphylococcus aureus Tanpa gejala DD :

Upload: arip-septadi

Post on 28-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pio Derma

PIODERMA

Jenis Definisi/Sinonim Etiologi Gejala Klinis Diagnosis banding/pengobatan

Impetigo Krustosa Impetigo kontagiosa, Vulgaris, tillbury fox

Streptococcus B hemolyticus

Tanpa gejala konstitusi, hanya terdapat pada anak.Predileksi : muka (lubang hidung dan mulut)Eflouresensi : eritema dan vesikel yang mudah memecah, sehingga tampak krusta tebal berwarna kuning seperti madu, jika dilepas tampak erosi dibawahnya, krusta menyebar ke perifer dan sembuh debagian tengah.

DD : EktimaPengobatan : Krusta dilepaskan dan diberi antibiotik topikal, jika banyak dibberikan antibiotik sistemik.

Impetigo Bulosa Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet

Staphylococcus aureus Tanpa gejala konstitusi, pada anak dan dewasa.Predileksi : ketiak, dada, punggung, sering bersama miliaria.Eflouresensi : eritema, bula, bula hipopion. Bula dapat pecah menyisakan koleret dengan dasar eritematosa. Sebelumnya terdapat lepuh.

DD : Dermatofitosis (jika bula pecah)Pengobatan : jika bula hanya sedikit dipecahkan kemudian oleskan salep antibiotik atau antiseptik, kalau banyak berikan juga antibiotik sistemik. Ventilasi diperbaiki jika banyak keringat.

Impetigo Neonatorum Impetigo bulosa pada neonatus

Staphylococcus aureus Sama dengan Impetigo Bulosa

DD : Sifilis kongenital (snuffle nose, saddle nose,

Page 2: Pio Derma

pseudo paralisis parrot.Penobatan : antibiotok sistemik, topikal bedak salisil 2%

Folikulitis Superficialis Impetigo Bockhart Staphylococcus aureus Predileksi : tungkai bawahEflouresensi : papul atau pustul eritematosa, ditengahnya terdapat rambut biasanya multipel.

Antibiotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi

Folikulitis Profunda Staphylococcus aureus Sama dengan Folikulitis Superficialis hanya saja teraba infiltrat subkutan. Contohnya sirkosis barbe predileksi : bibir atas, dagu, bilateral.

DD : Tinea barbe (mandibula/subamndibula, unilateral) dengan sediaan KOH positif.Pengobatan : Antibiotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi.

Furunkel/Karbunkel Radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel.

Staphylococcus aureus Nyeri. Eflouresensi : nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Predileksi : tempat banyak friksi , seperti aksila dan bokong.

Sedikit antibiotika topikal. Banyak digabungkan dengan antibiotik sistemik. Cari predisposisi jika furunkulosis berulang.

Ektima Ulkus superficial dengan krusta diatasnya

Streptococcus B hemolyticus

Krusta tebal berwarna kuning, lokasi tungkai bawah tempat yg relatif banyak trauma. Diangkat ternyata lekat dan tampak

DD : Impetigo krustosa.Pengobatan : sedikit krusta diangkat diolesi antibitik.Jika banyak berikan antibiotik sistemik.

Page 3: Pio Derma

ulkus yang dangkal.Pionikia Radang disekitar kuku Staphylococcus aureus

dan atau Streptococcus B hemolyticus

Didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate) dapat terbentuk abses subungual.

Kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika terdapat abses subungual kuku diekstraksi.

Erisipelas Infeksi akut biasanya oleh Streptococcus

Streptococcus B hemolyticus

Gejala konstitusi (demam malaise). Eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas, tepinya meninggi dan tanda-tanda radang akut. Disertai edema, vesikel, bula dan leukositosis. biasanya menyerang dermis dan epidermis. Didahului oleh trauma. Predileksi tungkai bawah. Tidak diobati menjalar ke proksimal dapat terjadi elefantiasis.

DD : selulitis (terdapat infiltrat subkutan)Pengobatan : istirahat, tungkai bawah dan kaki ditinggikan sedikit lebih tinggi dari kor. Sistemik dengan antibiotik, topikal dengan kompres terbuka menggunakan larutan antiseptik. Jika ada edema berikan diuretik.

Selulitis Sama dengan erisipelas Streptococcus B hemolyticus

Infiltrat difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.

Sama dengan erisipelas

Flegmon Sama dengan erisipelas Sama dengan erisipelas Sama dengan erisipelas Sama dengan erisipelas ditambah insisi.

Ulkus Piogenik Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus

Page 4: Pio Derma

diatasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negatif-gram. Diperlukan kultur.

Abses Multipel Kelenjar Keringat

Abses multipel tak nyeri berbentuk kubah

Staphylococcus aureus Pada anak. Predisposisi : daya tahan tubuh yang menurun (malnutrisi, morbili), juga banyak keringat, karena itu sering bersa-sama miliaria.Eflouresensi : nodus eritematosa, multipel, tak nyeri, berbentuk kubah, dan lama memecah. Lokasinya ditempat yang banyak keringat.

DD : Furunkulosis (nyeri, pustul ditengah cepat memecah)Pengobatan : antibiotik sistemik dan topikal. Ingat predisposisi.

Hidraadenitis Infeksi kelenjar apokrin Staphylococcus aureus Terdapat pada usia setelah akil baliq dan dewasa muda. Didahului oleh trauma/mikrotrauma. Misal : banyak keringat, deodoran, rambut ketiak digunting.Disertai gejala konstitusi : demam, malaise.Ruang berupa nodus dengan kelima tanda radang akut. Kemudian melunak menjadi abses, pecah membentuk fistel disebut hidraadenitis

DD : sklofuloderma.Pengobatan : antibiotik sistemik. Ada abses diinsisi. Jika belum melunak dengan kompres terbuka, jika kronik residif kelenjar apokrin dieksisi.

Page 5: Pio Derma

supurativa. Jika menahun dapat terbentuk abses, fistel dan sinus multipel. Lokasi terbanyak di ketiak, perineum, dan tempat yg banyak mengandung kelnjar apokrin. Terdapat leukositosis.

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

Penyakit Ritter von Rittershain, dermatitis eksfoliativa neonatorum.Infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri khas epidermolisis.

Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan

atau faga 71

Terdapat pada anak dibawah 5 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita. Sumber infeksi : mata dan THT. Eksotoksin (epidermolin, eksfoliatin) menyebabkan epidermolisis.Demam tinggi diseratai ISPA.Eflouresensi : eritema mendadak pada muka, leher, ketiak dan lipat paha kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam. 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur. Nikolskiy positif (kulit tampaknya normal terkelupas jika ditekan dan digeser). 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disetai dengan pengelupasan lembaran-

DD : N.E.T (nekrolisis epidermal toksik)Pengobatan : antibiotik yang tahan terhadap penisilinase, seperti kloksasilin 3 kali 250 mg untuk dewasa, pada neonatus (penyakit Ritter) diberikan 3 kali 50 mg. Dapat juga klindamisin dan sedalosporin golongan I. Topikal diberikan sufratulle krim dan antibiotik. Selain itu harus memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.Penyebab utama kematian akibat ketidak seimbangan elektrolit dan sepsis.

Page 6: Pio Derma

lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif. Epidermolisis tersebut tampak seperti combustio. Daerah tersebut mengering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Pada daerah yang tidak mengelupas deskuamasi terjadi dalam 10 hari. Bibir sering terkena namun mukosa jarang diserang.

I. Gambar Impetigo Krustosa

Page 7: Pio Derma

II. Gambar Impetigo Bulosa

Page 8: Pio Derma

III. Impetigo Neonatorum

1.Terapi nonmedikamentosa

Ø  Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basahØ  Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anakØ  Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuhØ  Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk mencegah penyebaran localØ  Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo krustosa.Ø  Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah2.Terapi medikamentosa

Page 9: Pio Derma

a.   Terapi topikalPengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik (Djuanda, 57:2005).1). AntiseptikAntiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan impetigo terutama yang telah dilakukan penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan menggunakan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil penelitian didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh setelah kontak dengan triklosan 2% selama 30”, 60”, 90”, dan 120” adalah sebanyak 0 koloni (Suswati, 6:2003).Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2%mampu untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat infeksi Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).2). Antibiotik Topikal Ø  MupirocinMupirocin topikal merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai digunakan sejak tahun 1980an. Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari bakteri. Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan mupirocin topikal yang dibandingkan dengan pemberian eritromisin oral pada pasien impetigo yang dilakukan di Ohio didapatkan hasil sebagai berikut:Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan mupirocin topikal jauh lebih unggul dalam mempercepat penyembuhan pasien impetigo, meskipun pada awal kunjungan diketahui lebih baik penggunaan eritromisin oral, namun pada akhir terapi dan pada evaluasi diketahui jauh lebih baik mupirocin topikal dibandingkan dengan eritromisin oral dan penggunaan mupirocin topikal memiliki sedikit failure (Goldfarb, 1-3).Untuk penggunaan mupirocin topikal dapat dilihat pada tabel berikut:Ø  Fusidic AcidTahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan dengan plasebo pada praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo dan didapatkan hasil sebagai berikut:Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik dibandingkan dengan menggunakan fassidic acid.Ø  RatapamulinPada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin resisten. Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri (Buck, 1:2007).Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau >2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada pasien tersebut didapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasien-pasien tersebut diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi. Evaluasi dilakukan mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benar-benar telah membaik tanpa

Page 10: Pio Derma

penggunaan terapi tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan ratapamulin didapatkan perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang menggunakan plasebo (Buck, 1:2007).Ø  DicloxacillinPenggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk pengobatan impetigo, namun akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan ratapamulin topikal karena diketahui ratapamulin memiliki lebih sedikit efek samping bila dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin sebagai terapi topical pada impetigo sebagai berikut:(Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)b.Terapi sistemik1).  Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)a.Penicillin G procaine injeksiDosis: 0,6-1,2 juta IU im 1-2 x sehariAnak: 25.000-50.000 IU im 1-2 x seharib.AmpicillinDosis: 250-500 mg per dosis 4 x sehariAnak: 7,5-25 mg/Kg/dosis4x sehari acc.AmoksicillinDosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehariAnak: 7,5-25 mg/Kg/dosis 3 x sehari acd.Cloxacillin (untuk Staphylococcus yang kebal penicillin)Dosis: 250-500 mg/ dosis, 4 x sehari acAnak: 10-25 mg/Kg/dosis 4 x sehari ace.Phenoxymethyl penicillin (penicillin V)Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari acAnak: 7,5-12,5 mg/Kg/dosis, 4 x sehari ac2).  Eritromisin (bila alergi penisilin)Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari pcAnak: 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari pc3).  Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)Dosis: 150-300 mg/dosis, 3-4 x sehariAnak > 1 bulan 8-20 mg/Kg/hari, 3-4 x sehari4).  Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnyaPada penggunaan sistemik antibiotik lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah, sebagai berikut:

Page 11: Pio Derma

XI.PENCEGAHANTindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya :1.      Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien, terutama apabila terkena luka.2.      Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita3.      Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien4.      Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)5.      Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih6.      Jauhkan diri dari orang dengan impetigo7.      Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.8.      Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.9.      (Sumber: Northern Kentucky Health Department, 1:2005).XII.PROGNOSISPada umumnya baik.