pkl fix.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka diperlukan juga sumber
daya manusia yang mampu untuk mengimbangi hal tersebut. Perkembangan ilmu
pengetahuan sangat mempengaruhi pertumbuhan pembangunan dan industri yang
merupakan salah satu factor penentu bagi kemajuan bangsa. Karena dengan
majunya suatu bangsa, maka kesejahteraan rakyat akan dapat dirasakan secara
merata baik dari kalangan atas, menengah, sampai golongan rendah.
Dengan melihat hal tersebut, khususnya dibidang perindustrian maka sangat
diperlukan tenaga-tenaga yang terampil yang mampu bekerja dengan baik dan
professional yang mampu bersaing dengan lainnya. Sehingga dari itulah
diperlukan praktek kerja lapangan yang mana nantinya diharapkan dapat menjadi
acuan bagi mahasiswa untuk terjun langsung kelingkungan kerja yang nyata,
sehingga mahasiswa dapat mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah mata kuliah khusus yang diwajibkan
kepada setiap mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara terbimbing pada
unit kerja tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya telah
ditekankan pada analisa terhadap kenyataan yang ada di sektor-sektor produksi
(organisasi perusahaan, penanganan bahan baku, proses pengolahan dan produksi,
pengendalian mutu, kesehatan, sanitasi dan aspek pemasaran).
Universitas Bengkulu sebagai institusi pendidikan berkewajiban
menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional dan berwawasan luas yang
memiliki kemampuan skill dan manajerial, dituntut untuk mengakomodir
kebutuhan ilmu dan teknologi yang terus berkembang. Disamping perkuliahan
yang bersifat mempelajari teori, mahasiswa perlu melakukan praktek kerja
lapangan sesuai dengan ilmu yang dipelajari diperkuliahan yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kenyataan yang ada di
lapangan pekerjaan. Adapun Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa Kimia FMIPA
Univertitas Bengkulu sebagai salah satu syarat dalam mancapai program sarjana
(S1). Secara umum, kerja praktek ini diharapkan dapat menciptakan seorang
1
mahasiswa yang berkualitas, memiliki skill kerja yang baik dan dapat mengurangi
tingkat pengangguran. Sebagai manusia yang berstatus Warga Negara Indonesia,
kita dituntut untuk memiliki keahlian dan keterampilan dalam bekerja.
Dalam pelaksanaannya Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan disesuatu
lembaga tertentu, dapat berupa Perusahaan Terbatas (PT) ataupun balai-balai
pengujian milik pemerintah maupun swasta, seperti Praktek Kerja Lapangan yang
dilakukan di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Provinsi
Bengkulu yang berada dibawah naungan Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Bengkulu.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.1.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1 Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa sebelum memasuki
dunia kerja yang dapat membuktikan dengan surat keterangan kerja
(referensi).
2 Menambah pengetahuan mahasiswa dalam hal instrument kimia dan
bahan-bahan kimia yang selama ini belum tahu, terutama dalam hal
kesempatan praktek yang diberikan oleh lembaga penelitian dan
perusaan industri.
3 Mengembangkan potensi pribadi mahasiswa secara optimal.
4 Memperoleh pengalaman dalam menerapkan konsep dan keterampilan
manajerial pada dunia kerja nyata seperti hubungan atasan-bawahan,
hubungan sesama kolegan, bekerja dalam tim, pemecahan masalah,
penerapan lapangan yang terkadang tidak sesuai dengan teori akademik
dan lain-lain.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui nama-nama alat dan dapat mengoperasikan
alat-alat yang ada di laboraturium untuk menganalisa sampel.
2. Mahasiswa mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan Balai Pembinaan
dan Penawasaan Mutu Barang Provinsi Bengkulu.
2
3. Mahasiswa mengetahui proses standarisasi mutu produk-produk
perkebunan yang ada di Provinsi Bengkulu.
1.3 Waktu Kegiatan PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 1 bulan, di
Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Provinsi
Bengkulu mulai tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari 2015.
1.4 Ruang Lingkup PKL
Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan meliputi :
Analisa kadar Nitogen SIR 10 dan SIR 20
Penetuan kadar nitrogen SIR 10 dan SIR 20
Penentuan hasil uji banding kadar nitrogen SIR 10 dan SIR 20
antar beberapa sampel dengan menggunakan metode analisa
data dan keadaan kelompok yaitu untuk menentukan nilai rata-
rata hitung, simpangan baku dan batas atas serta batas bawah.
1.5 Pengawasan Mutu Barang Eksportir
Proses Pelaksanaan Sertifikasi Mutu
Eksportir yang telah mampu melakukan kegiatan eksport tanpa perlu
lagi pembinaan, diwajibkan menerbitkan dua dukomen berdasarkan hasil
pengujiannya sendiri, yakni Surat Pernyataan Mutu (SPM) dan Sertifikat
Mutu (SM). SPM digunakan untuk lampiran PEB yang merupakan
dokumen eksport untuk disampaikan pada bank devisa dan sebagainya
didalam negeri, sedangkan SM digunakan untuk keperluan perdagangan
internasional yang wajib dimiliki oleh eksporter.
Eksportir yang masih perlu pembinaan, diwajibkan untuk
menertibkan SPM atas dasar hasil pengujiannya sendiri maupun kerja
sama dengan pihak lain. SPM tersebut digunakan sebagai dokumen
eksport lampiran PEB seperti tersebut diatas oleh badan pengambilan
contoh yang ditunjuk. Kegiatan pengambilan contoh tersebut dituangkan
dalam laporan pengambilan contoh (LPC).
3
EKSPORTIR
LAPORAN HASIL ANALISA TIDAK MEMENUHI SNI
BADAN PENGAMBILAN CONTOH
PAMBELI
LABORATORIUM PENGUJI MUTU YANG TELAH TERAKREDITASI OLEH “KAN”
SERTIFIKAT MUTU
PETUGAS PENGAMBILAN CONTOH
BARANG SUDAH BISA DIKAPALKAN BANK DEVISA
Contoh yang diambil beserta LPC disampaikan oleh badan
pengambilan contoh pada laboratorium penguji mutu yang ditunjuk sesuai
dengan permintaan eksportir untuk keperluan pengkajian kembali SPM
dan penerbitan SM, bila memenuhi persyaratan untuk keperluan
perdagangan. Bila hasil pengujian ini tidak memenuhi persyaratan,
diterbitkan laporan hasil analisa. Laporan hasil analisa digunakan sebagai
dasar untuk memberikan sanksi kepada eksportir yang bersangkutan. Jadi
kepada eksportir yang masih perlu pembinaan ada kewajiban untuk
pengujian contoh kepada laboratorium pengujian mutu yang ditunjuk
(BPPMB).
Prosedur Sertifikasi Mutu Komoditi Ekspor
Keputusan Mentri Perdagangan RI
Nomor : 22/kp/II/95
Berlaku : Februari 1996
4
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini dibagi dalam beberapa
bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan,
ruang lingkup praktek kerja lapangan serta sistematika penulisan.
BAB II DATA BPPMB
Menginformasikan tentang profil Balai Pembinaan dan Pengawasan
Mutu Barang Dinas Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Bengkulu diantaranya adalah menginformasikan
sejarah dalam perkembangannya sejak dari LP3MB, BPSMB dan BPPMB,
dan tugas-tugas pokok BPPMB sampai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing staf, struktur organisasi, perangkat pendukung beserta
sumber daya manusia yang ada.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
SIR (Standard Indonesian Rubber)
Menguraikan tinjauan pustaka serta materi pendukung yang di peroleh
dari buku – buku pustaka yang digunakan sebagai tambahan pengetahuan
dari lingkup praktek kerja lapangan yang telah dilakukan, menjelaskan
sistematika analisa mulai dari alat serta bahan analisa sampai pelaksanaan
percobaan dan hasil.
BAB IV PELAKSANAAN ANALISA
Menguraikan tentang sistematika atau metode atau cara kerja yang
dilakukan juga memberikan informasi tentang alat-alat dan bahan-bahan
yang digunakan. Juga diberikan tentang perhitungan yang dilakukan dalam
mendapatkan hasil percobaan.
5
BAB V PEMBAHASAN
Menguraikan pembahasan dari keseluruhan pelaksanaan analisa yang
dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan kesimpulan terhadap semua pelaksanaan yang telah
dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan serta saran-saran terhadap
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan manajemen Dinas Koperasi,
UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu.
6
BAB II
INSTITUSI BALAI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MUTU BARANG
(BPPMB) PROVINSI BENGKULU
2.1 Sejarah BPPMB Provinsi Bengkulu
Dalam rangka pengawasan mutu produk eksport pada tahun 1984 didirikan
Laboratorium Pembantuan Pusat Pengujian Mutu Barang (LP3MB) yang
bertempat dijalan S.Parman N0.21 Padang Jati Bengkulu.
Sesuai dengan surat Keputusan Mentri Perdagangan Nomor 02/KP/I/1993
tanggal 7 januari 1993 tentang organisasi dan tata kerja BPSMB Departemen
Perdagangan, Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) yang
diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1993 oleh Sekretaris Jendral Departemen
Perdagangan yaitu Bapak Bakir Hasan.
Setelah Berlakunya otonomi daerah (OTODA),Balai Pengujian dan
Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) berubah namanya menjadi Balai Pembinaan
dan Pengawasaan Mutu Barang sesuai dengan surat Keputusan Gubernur
Bengkulu Nomor 167 Tahun 2001 yang merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Dinas Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Bengkulu dan saat ini BPPMB Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Bengkulu telah terakreditasi oleh komite Akreditasi
Nasional Standarisasi Nasional (KAN-BSN) dengan Nomor Sertifikasi LP-06-
IDN. Sejalan dengan perubahan status dan adanya perkembangan serta penerapan
sistem mutu maka sejak menjadi BPPMB dimulailah penerapan SNI-19-17025-
2000 atau ISO/IEC/17025:1999.
Dalam perkembangan sejak dari LP3MB, BPSMB, dan BPPMB telah
dipimpin oleh beberapa pejabat yaitu:
1. Drs.Syahrial Syamsu (11 september 1993 s/d 4 juli 1995)
2. Drs.Marsal Mansyur (5 juli 1995 s/d september 2001)
3. H.Firdaus Rosid,SE (15 september 2001 s/d 24 februari 2004)
7
4. Drs Abd. Rifai Rauf (25 februari 2004 s/d November 2008)
5. Ir.Tabri Dahlan “PLT” (November 2008 s/d Februari 2009)
6. Yanuar Agus, SH (Februari 2009 s/d November 2009)
7. Drs.Ali Musramin (November 2009 s/d Juni 2010)
8. Ir.Tabri Dahlan (Juni 2010 s/d sekarang)
Untuk mengimplemantsikan tugas dan fungsi yang dibebankan, BPPMB
dilengkapi dengan satuan, fungsional, gedung, laboratorium permanen dan
perpustakan. Adapun tugas pokok dan fungsi BPPMB adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan mutu barang.
2. Melakukan pengujian dan sertifikasi komoditi ekspor yang wajib diawasi
mutunya (sesuai sk Menperindag Nomor 164/MPP/Kep.6.1996 tanggal 1
juni 1996 tentang pengawasan mutu secara wajib untuk produk ekspor
tertentu).
3. Memberikan pelayanan jasa teknis yang meliputi :
Pengujian mutu barang dalam rangka sertifikasi penggunaan tanda
SNI/non sertifikat
Pengambilan contoh
Konsultasi teknis dan Pelatihan pengujian mutu barang
Adapun Visi dan Misi dari Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang
(BPPMB) adalah sebagai berikut :
VISI
Menjadikan Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB)
laboratorium yang profesional, diakui secara Nasional dan Internasional
sebagai laboratorium penguji mutu barang.
MISI
Menerapkan ISO 17025-2008
Mewujudkan pengawasan Standarisasi
Mensinkronisasikan hasil uji anrata laboratorium
8
2.2 Struktur Organisasi
9
Pejabat Fungsional
1. Hulman LT2. Sri Mardayenti, SP3. Elfira, B.sc4. Imran
Sub. Bagian Tata UsahaAgusman Ardin, S.E
Staf1. H. Kelana Ria Duka, M. SE2. Lukmansyah, S.Sos3. Sayuti, SE4. Jimmy Candra5. Yani Hartini6. Mardi Wardana
Seksi Jaminan Mutu
Hersan Hendri, SE
Staf
1. Riskan Efendi, SE2. Yan Efendi, S.sos3. Abu Nawas
Seksi PengujianIr. Herma Dewi
Staf
1. Hj. Prima Widya Putrini, ST2. Iwan Setiawan, ST3. Happy Oktarila, SP4. Litania
Kepala BPPMB ProvinsiIr. Tabri Dahlan
2.3 Sarana dan Prasarana
Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi,
UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu dalam upaya
melaksanakan tugas dan fungsinya, dilengkapi dengan berbagai sarana
pendukung. Sarana pendukung tersebut dapat dikelompokkan menjadi
bangunan/gedung, mesin, peralatan, bahan-bahan kimia serta sumber daya
manusia terlatih dan perpustakan yang mendukung.
2.3.1 Alamat
Jalan Mangga V Lingkar timur Bengkulu
Telepon (0736) 20189
Fax email (0736) 24002
2.3.2 Fisik Bangunan
Luas Bangunan : 1.000 m2
Luas Tanah : 3.075
Listrik : 33.000 Watt
Air : PAM dan Sumur
Sarana bangunan yang dimiliki meliputi : Kantor, Laboratorium,
Perpustakan, Mushola, dan Peralatan Olahraga.
2.3.3 Peralatan Laboratorium
Yang dimiliki Balai Pembinaan Dan Pengawasan Mutu Barang
(BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Bengkulu adalah :
Tabel 1 : Peralatan laboratorium BPPMB
Lab Mill Destilasi Nitrogen
Plastimeter MK II Kjedahl digestion aparatus
Plastimeter MK III Wallace Punch
Muffel Furnace Magnetic Stirrer
Oven PRI Gilingan Kopi
Over Dirt Cerra Tester
10
Oven MV Alat Uji AAS
Box Infra red Compresor Delta sonic
Neraca Analitis Mononey Viscometer
Water bath Bunsen Electrik
Ph Meter Ayakan Berbagai Ukuran
Elektromantle Automatis Viltage
Gelas Kimia Tabung Reaksi
Spektrofotometer Auto Clave
Flame Fotometer Centrifuge
Pipet Tetes Pipet Volummetri
Erlenmeyer Sudip, Batang Pengaduk
Buret Corong
2.3.4 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimiliki Balai Pembinaan Dan
Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Bengkulu saat ini berjumlah 18 orang yang
telah diklasifikasi menurut bidang kerja.
Adapun komposisi sumber daya manusia menurut klasifikasi bidang
kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Komposisi SDM menurut klasifikasi bidang kerja
\
No UNIT JUMLAH
1 Kepala Balai 1 Orang
2 Sub. Bagian Tata Usaha 6 Orang
3 Seksi pengujian 5 Orang
4 Seksi Jaminan Mutu 4 Orang
5 Kelompok fungsional 4 Orang
Jumlah 20 Orang
11
Sampai dengan saat ini Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu
Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Bengkulu telah melakukan pengujian beberapa komoditi
diantaranya :
SIR (Standard Indonesian Rubber)
Karet Konvesional
CPO ( Crude Palm Oil)
Pupuk
Kopi
Kakau
2.4 Ringkasan Kegiatan Staf BPPMB
2.4.1 Kepala BPPMB
Kepala Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang Propinsi
Bengkulu mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan mutu
barang, pelaksanaan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian,
pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
Kepala Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan
b. Pelaksanaan pembinaan, ketatusahan, administrasi keuangan dan
kepegawaian
c. Pelaksanaan pembinaan kepegawaian
d. Pelaksanaan pelayanan pembinaan dan pengawasan mutu barang
e. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
f. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian laporan hasil kegiatan.
2.4.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
urusan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian, urusan
rumah tangga dan perlengkapan serta menghimpun data guna penyusunan /
penyampaian laporan kegiatan
12
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan program kerja
b. Pelaksanaan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian
c. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
d. Pelaksanaan penghimpunan data, penyusunan / penyampaian laporan
hasil kegiatan
2.4.3 Kepala Seksi Jaminan Mutu
Kepala Seksi Jaminan Mutu mempunyai tugas melaksanakan
jaminan mutu barang sesuai hasil uji mutu, menerapkan system mutu sesuai
dengan standar nasional serta melaksanakan pembinaan kegiatan standarisasi.
Kepala Seksi Jaminan Mutu mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan program kerja
b. Pelaksanaan pengelolaan, pengawasan serta penerapan system mutu
c. Pelaksanaan penyiapan dan pemeliharaan dokumentasi system mutu
d. Pelaksanaan penyiapan dan audit internal dan audit eksternal
e. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian laporan hasil kegiatan
2.4.4 Kepala Seksi Pengujian
Kepala Seksi Pengujian mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
pengujian mutu barang.
Kepala Seksi Pengujian mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penerimaan contoh uji, penyiapan pendistribusian dan
pengujian mutu barang
b. Pelaksanaan koordinasi tenaga teknis pengujian
c. Pelaksanaan penyusunan program kerja, serta penyusunan rencana
pengadaan alat laboratorium, bahan kimia / pembantu
d. Pelaksanaan penyiapan pengembangan laboratorium pengujian mutu
barang
e. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian hasil pelaksanaan pengujian
mutu barang
13
2.4.5 Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang Propinsi
Bengkulu sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
2.5 Kegiatan-kegiatan di BPPMB provinsi Bengkulu
Sesuai dengan keputusan menteri perdagangan No.872/kp/VII/85
Tanggal 5 juli 1985 tentang pengawasan mutu barang eksport, maka Balai
Pengujian dan sertifikasi barang melaksanakan kegiatan pengawasan mutu
barang yang baik sejak penanganan bahan olah sampai menjadi barang
dagangan siap eksport.
Petunjuk pelaksanaa dari kegiatan tersebut adalah keputusan direktorat
jendral perdagangan luar negeri No.56/Deplu/kp/185/1985, tanggal 5
Oktober 1985 jenis mutu dagangan untu eksport yang diterapkan
pengawasan mutunya dan ditambah dengan beberapa surat keputusan
lainnya. Sehingga menjadi 47 jenis komoditi, maka balai pengujian dan
sertifikasi mutu barang Bengkulu mendapat wewenang kegiatan sebanyak
15 jenis komoditi eksport yang di uji mutunya.
Jenis komoditi yang di uji di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu
Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan
Propinsi Bengkulu untuk keperluan mensinkronasi hasil uji antara
laboratorium yaitu :
SIR (Standart Indonesian Rubber)
Karet Konvesional
Kopi
Kakao
Jenis komoditi yang di uji di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu
Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan
Propinsi Bengkulu yang telah di tetapkan standart mutunya yang non
SM/tidak menerbitkan sertifikasi mutunya adalah :
Maulding/kayu
Minyak nilam
14
Minyak kelapa
Cassia indonesia
Jahe
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Karet
3.1.1 Definisi Karet
Karet alam berasal dari pohon Para (Hevea brasiliensis). Struktur botani
tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiasiliensis
Pada dasarnya karet tidak hanya dapat diperoleh dari pohon Para (Hevea
brasiliensis) namun oleh karena pohon Para merupakan tanaman yang paling
banyak ditanam khususnya ditanam di kawasan Asia Tenggara yang notabene
merupakan kawasan penghasil karet alam terbesar dunia maka pohon Para identik
dengan Pohon Karet. Selain pohon Para , ada juga pohon – pohon jenis lainya
yang dapat menghasilkan lateks.
Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke
benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”.Dalam perjalanan ini
ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.Pohon-pohon itu hidup secara
liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli
mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang
didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan.Bola ini disukai
penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat
alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.
16
Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa
mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo.Saat publikasi bersamaan dengan
diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan
tradisional bangsa Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi
permainan tenis seperti yang dikenal sekarang.
Pada tahun 1601 karet ditulis tersendiri dalam sebuah buku oleh Antonio
Herrera.Kemudian, Tim Perancis dari Academic Rovale de Sciences melakukan
ekspedisi pertama ke daerah Amerika Selatan yang diketahui memiliki banyak
karet liar. Tim yang terdiri dari Charles Martie de la Condomine, Pierre Bouguer,
dan Luis Goden ini melakukan penelitiannya pada tahun 1735.
Ekspedisi pertama kemudian diikuti ekspedisi berikutnya menuju ke Artic
Circle.Kedua ekspedisi tersebut bertujuan untuk mengetahui mengapa karet dapat
berbentuk bulat sebab pengenalan karet pertama kali memang dalam bentuk bola.
Untuk itu, tim tersebut harus menelusuri daerah asalnya sehingga dapat
mengetahui hal yang sesungguhnya tentang karet.
Walaupun sudah dilakukan dua kali ekspedisi, tetapi hanya ekspedisi Peru
yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet.Mereka berhasil
menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang
pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya.Cara baru
yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Hasil ekspedisi
peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan
menyebut nama hevea dan dilengkapi gambar tanaman tersebut.
Sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami,sehingga
penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrial. Furcroy pada
tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule
pada tahun 1803-1853 menemukan sifat ketahanan terhadap panas. Hancock pada
tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat
tidak meneruskan arus listrik pada benda ini.
Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman ini pun semakin
dipahami.Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk
pertama kalinya pula disebutkan namailmiahnya, yaitu Hevea brasiliensis karena
tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya di wilayah Amazon.
17
Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan negara-negara
tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet
dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-
1300 C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan
tentang vulkanisasi memberi inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat
ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich.
Eduard Michelin adalah yang menemukan cara membuat ban angin, yaitu
ban berongga yang di dalamnya berisi angin, pengisian angin dilakukan dengan
cara dipompa, sehingga mobil lebih nyaman dikendarai. Thomas Hancokc pada
tahun 1875 mendirikan pabrik yang khusus bergerak dalam bidang pengolahan
karet yang merupakan pabrik pertama dalam bidang itu.
Pada tahun 1860 dimulailah pengembangan karet di daratan Asia. Pada
tahun tersebut Markham diutus oleh The Royal Botanic Garden, London, pergi ke
Amerika selatan untuk mengumpulkan biji-biji karet yang akan dikembangkan di
Asia. Selain Markham, lembaga tersebut juga mengutus HA Wickham untuk
mengumpulkan biji- biji karet dari Brasil.
Biji-biji karet yang dikumpulkan oleh kedua orang tersebut selanjutnya
disemaikan di India dan Sri Lanka.Dalam perkembangannya, biji-biji karet juga
disemaikan di Malaysia, Singapura dan Indonesia yang ketika itu masih bernama
Hindia Belanda.Setelah biji-biji tersebut tumbuh besar dan berproduksi,
dimulailah pembukaan kebun-kebun karet secara besar-besaran di Asia.
Perusahan yang merupakan perintis pembukaan perkebunan karet secara
besar-besaran di Asia adalah The North Borneo Trading Company pada tahun
1898.Perusahan inilah yang menyediakan dan mendistribusikan biji-biji karet ke
beberapa negara di Asia Tenggara.
Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di
Indonesia yang pada waktu itu masih menjadi jajahan belanda.Mula-mula karet
ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.Dari tanaman koleksi
karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan
komersial.
Sejarah karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode
sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956.Pada masa itu Indonesia menjadi
18
negara penghasil karet alam terbesar di dunia.Komoditi ini pernah begitu
diandalkan sebagai penopang perekonomian negara.
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui
polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama
sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi
utama karet.
Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena,
dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks
yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam
lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet
busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,P.S., 2001).
Karet mentah merupakan hydrocarbon. Pada tahun1826 seorang Ilmuwan
Inggris bernama Michael Faraday (1791-1867) menganalisa karet alam dan
menemukan rumus empiris karet alam yaitu C5H8, dan mengandung 2% sampai 4
% protein dan 1% sampai 4 % material terlarut aseton (resin, asam lemak, dan
sterol). Pada tahun 1860 seorang Kimiawan Inggris Charles Hanson Greville
Williams (1829-1910) menegaskan kembali hasil analisis Faraday dan pada tahun
1862 menyuling karet alam untuk memperoleh monomer –nya yang disebut
isoprene. Dia menentukan kadar uap isoprene dan rumus molekulnya, dan dia
juga menunjukkan bahwa itu yang mempolymerisasi produk karet. Pengamatan
yang mengarahkan bahwa karet merupakan polimer linear dari isoprene
diungkapkan oleh seorang Kimiawan asal Inggris Shrowder Pickles (1878-1962)
pada tahun 1910.
3.1.2 Jenis-Jenis Karet
Secara umum karet dibedakan atas karet alam dan kater sintetik.Karet
alam merupakan karet yang berasal dari alam,yakni terbuat dari getah tanaman
karet, baik spesies Ficus elatica maupun hevea brasiliensis.Ada beberapa jenis
karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan.Bahan olahan ada
yang setengah jadi atau sudah jadi.Ada juga karet yang diolah kembali
berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.
19
3.1.3 Karet Alam
Jenis – jenis karet alam yang dikenal luas adalah :
1. Bahan olah karet (latek kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar)
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet Haeva brasiliensis. Bahan olahan karet menurut
pengolahannya dibagi menjadi empat macam, yaitu :
a. Lateks Kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik itu dengan tambahan
ataupun tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).
b. Sheet Angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan dengan asam formiat, berupa sheet yang sudah
digiling tetapi belum jadi.
c. Slab Tipis
Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam formiat dalam bak penampung.
d. Lump Segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang berasal dari lateks kebun yang
dikoagulasi dengan asam formiat di dalam mangkok (cup).
2. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate
brown crepe, compo crepe thin brown crepe remills, thick blacket ambers, flat
bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan off crepe)
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional.
Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe Menurut
buku Green book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packin
Conferencei (IRQPC), karet alam konvensional dimasukkan kedalam beberapa
golongan mutu. Jenis – jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional
menurut Green Book adalah sebagai berikut :
a. Ribbed smoked sheet
b. White crepe dan pale crepe
20
c. Estate brown crepe
d. Compo crepe
e. Thin brown crepe remills
f. Thick blanket crepes ambers
g. Flat bark crepe
h. Pure smoked blanket crepe
i. Off crepe
3. Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak
berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada
yang dibuatmelalui proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses
pemusingan ataucetruged latex. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk
pembuatan bahan - bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
4. Karet bongkah atau block rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang relah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis.
Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya
karetspesifikasi teknis. Karet sintesis yang permintaannya cenderung meningkat
memiliki jaminan mutu dalam setiap bandelanya. Keterangan sifat teknis serta
keistimewaan tiap jenis mutu karet sintesis disertakan pula. Hal ini diterapkan
juga pada karet spesifikasi teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil, berat
dan ukurannya seragam, ada sertifikat uji coba laboratorium dan ditutup dengan
lembaran plastik polietilen.
6. Karet siap olah (tdyre rubber)
Tdyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barangsetengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
21
Tdyre rubber sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya
dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis.
Tdyre rubber juga memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga
mudah digabung dengan karet sintesis.
7. Karet reklim (rechlaimed rubber)
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang – barang
karetbekas, terutama ban – ban mobil bekas dan bekas ban – ban berjalan.
Karenanya,boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrab yang
sudah divulkanisir. Alexander Parkes adalah orang yang pertama kali
mengusahakan jenis karet ini pada tahun 1846. Sampai sekarang ternyata karet
reklim tetap dibutuhkan, bahkan dalam jumlah yang besar. Biasanya karet reklim
banyak digunakan sebagai bahan campuran sebab bersifat mudah mengambil
bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Produk yang
dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama dipakai. Kelemahan karet reklim
adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai
karet bekas pakai. Oleh karena itu karet reklim kurang baik digunakan untuk
membuat ban.
3.1.4 Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyakbumi. Pengembangan karet sintetis secara besar – besaran dilakukan
sejak zamanPerang Dunia II. Negara – negara industri maju merupakan pelopor
berkmbangnyajenis – jenis karet sintetis. Sekarang banyak karet sintetis yang
dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang
tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara dan bahkan ada
yang kedap gas. Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, ada 2 macam karet yang
dikenal, yaitu :
1. Karet sintetis yang digunakan secara umum
Karet sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan, banyak
fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis – jenis karet sintetis untuk
kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :
22
a. SBR (Stirena Butadiena Rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah. Namun, SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibanding vulkanisat karet alam.
b. BR (Butadiena rubber) atau Polybutadiena Rubber
Dibandingkan dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih
rendah dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet ini jarang digunkan
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet
alam atau SBR.
c. IR (Isoprene Rubber) atau polyisoprene rubber
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama – sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan
karet alam, walupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih
mantap.
2. Karet sintetis yang digunakan untuk keperluan khusus
Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus
yangtidak dipunyai karet sintetis untuk kegunaan umum. Sifat yang sekaligus
mejadikelbihannya ini adalah tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu
tinggi serta kedap terhadap gas. Beberapa jenis karet sintetsi untuk kegunaan
khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya sebagai berikut :
a. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan
rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR
juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat
matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya,
IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya bila akan
diolah menjadi suatu barang. Sekarang telah dikembangkan IIR jenis bromtimol
biru dan klorobutil yang cepat matang pada proses vulkanisasinya.
b. NBR (Nytril Butadiene Rubber) atau acylonytrile butadiene rubber
23
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun
didalam minyak, karet ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan oleh adanya
kandungan akrilonitril didalamnya. Senakin besar akrilonitril yang dimiliki,
maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi, tetapi
elastisitasnya semakin berkurang.
c. CR (Chloroprene Rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR
ketahanannya masih kurang. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh
terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi
dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida
danbahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan kedalam CR
untuk proses pengilahan yang baik.
d. EPR (Ethylene Propylene Rubber)
Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar
matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya
pada daya lekat yang rendah.
3.1.5 Sifat-Sifat Karet
Sifat – sifat karet alam yaitu warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus
cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat
mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan
banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan
yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada 130oC dan terurai sekitar 200oC.
Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun
demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek
terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam
hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah
didegradasi oleh sinar UV dan ozon. Kelebihan karet alam sebagai berikut:
a. Daya elastisnya atau daya lentiongnya sempurna.
b. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.
c. Tidak mudah panas.
24
d. Tidak mudah rusak.
Disamping itu sifat karet juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor,diantaranya:
a. Pengaruh komponen bukan karet (non-rubber)
Kandungan bukan lateks yang terdiri dari air dan senyawa –
senyawa protein, lipida, karbohidrat, serta ion-ion anorganik mempengaruhi
sifat karet. Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna
menyelubungi partikel karet (memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai
antioksi dan alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses
pembuatan barang jadi karet. Oleh karet itu dalam penanganan bahan olah
(lateks kebun atau koagulum) dan dan pengolahan karet ekspor (lateks
pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein dan lipid harus dijaga
sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian
yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama,
sehingga habis dimakana mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan serta pengawetan
serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu
pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan
mudah dioksidasi oleh udaramengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya
menjadi rendah.Kandungan ion-ion anorganik (Ca, Mg, Fe,Cu, dll)
berkorelasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi
konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet
diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat
terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan oleh karet
kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lain-lain harus dihindarkan.
b. Pengaruh struktur kimia karet
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis
1,4poliisopren. Rumus umum moinomer karet alam adalah (C5H8)n. n
adalahderajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di
dalamrantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000 –
15.000.
25
3.1.6 Penggunaan Karet
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya
alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari
maupun dalam industri seperti mesin-mesin pengerak. Barang yang dapat dibuat
dari karet alam antara lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok
produk-produk komersial termasuk sol sepatu, segel karet, insulasi listrik, sabuk
penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan
pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain (Tim penulis, 1992).
3.1.7 Komponen Karet
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa
hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks.Pada tumbuhan,
lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut
pembuluh lateks.Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki
inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitoplasma.
Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi
proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.
Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang
terdispersi di dalam air.Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan
partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang
mengandung berbagai macam zat.Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan
karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-
2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe.
Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan
ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.
26
Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid,
pati, gula,(poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan
lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga,
atau merah.Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.Komponen
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang
terkandung secara meratayang disebut serum.Bahan-bahan bukan karet yang
terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya
termasuk ke dalam serum.Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan,
terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.Bahan bukan
karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam
mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya.Lateks merupakan suspensi
koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya.Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara
homogen atau merata di dalam air.Partikel karet di dalam lateks terletak tidak
saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing partikel
memiliki muatan listrik.Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak
brown.Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga partikel
karet bermuatan listrik.
27
3.2 Karet Alam SIR 20
Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam Standar Indonesia
Rubber (SIR). SIR adalah Karet bongkah (karet remah) yang telah dikeringkan
dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet
alam SIR-20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil
olahan seperti lum,sit angin, getah keeping sisa, yang diperoleh dari perkebunan
rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum.Prinsip tahapan
proses pengolahan karet alam SIR-20 yaitu :
a. Sortasi bahan baku
b. Pembersihan dan pencampuran makro
c. Peremahan
d. Pengeringan
e. Pengempaan bandela
f. Pengemasan
Perbedaan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah pada standar spesifikasi mutu
kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap yang sesuai dengan Standar
Indonesia Rubber. Langkah proses pengolahan karet alam SIR 20 bahan baku
koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa). Disortasi dan dilakukan
pembersihan, pengeringan gantung selama 10 hari sampai 20 hari, peremahan,
pengeringan, pengempaan bandela, (setiap bandela 33 Kg atau 35 Kg),
pengemasan dan karet alam SIR-20 siap untuk diekspor (Ompusunngu, 1987).
Karet alam SIR-20 mempunyai spesifikasi berdasarkan Standar Indonesia
Rubber (SIR) sebagai berikut.
Tabel 3: Standar Indonesia Rubber
Spesifikasi Karet Alam SIR-20
Kadar kotoran maksimum 0,20 %
Kadar abu maksimum 1,0 %
Kadar zat atsiri maksimum 1,0 %
PRI minimum 40
Plastisitas-Po minimum 30
Kode warna Merah
28
3.2.1 Bahan Baku SIR 10/SIR 20
SIR 10 dan SIR 20 adalah produk yang berasal dari koagulum lapangan
hasil dari penggumpalan lateks Hevea brasiliensis, yang diolah dengan teknik
mekanis dan dikeringkan dengan alat pengering teknis serta mutu memenuhi
spesifikasi teknis dan konsisten.
Bahan baku untuk SIR 10 ialah cup lump (lum mangkok), diperoleh dari
tetesan akhir latek setelah penyadapan dan tertinggal untuk dikumpulkan pada
hari berikutnya.Cup lump terjadi karena peristiwa autokoagulasi (menggumpal
karena peristiwa alamiah). Untuk memperoleh SIR 10 ini bahan pembantu
obat-obatan yang dilapangan tidak ada, sebab cup lump menggumpal secara
alamiah.
Tiap jenis karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas
dlaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan cirri-
ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa
zat dan unsur tertentu yang terdapat dalam karet, yang berpengaruh terhadap
sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet.
3.3 SNI Karet
3.3.1 Istilah Dan Definisi
Kadar abu : Kandungan abu di dalam kaert,berupa senyawa
oksida,karbonat dan fosfat dari
kalium,magnesium,kalsium,natrium,dan beberapa unsur lain yang
tersisa dari pembakaran dari karet pada suhu 5500 C.
Kadar gel : Kandungan gel.yang merupakan bagian karet yangtidak
larut di dalam pelarut toluena setelah melalui proses pelarutan selama
16 jam – 20 jam pda 270 C dalam kondisi gelap.
Kadar kotoran : Kadar benda asing yang tidak larut dalam terpentin
dan tidak lolos saringan 325 mesh.
Kadar nitrogen : Kandungan nitrogen di dalam karet terutama berasal
dari protein, yang dapat digunakan sebagai petunjuk besarnya kadar
protein.
29
Kadar zat menguap : Kadar bahan-bahan yang mudah menguap pada
suhu 1000 C, yang biasanya terdiri dari air dan zat organik yang mudah
menguap.
Karet alam viskositas mantap ( CV/VK rubber ) : Karet alam yang
viskositasnya dikendalikan melalui penambahan bahan kimmia
pemantap viskositas sebelum atau sesudah pengeringan,ditanyakan
dalam viskositas mooney.
Karet lembaran ( sheet rubber ) : Karet alam yang diperoleh dari lateks
kebun yang telah digumpalkan dan ditipiskan melalui penggilingan.
Karet spesifikasi teknis : Karet alam yang diperoleh dari pengolahan
lateks,koagulum karet atau bahn olah karet yang berasal dari getah
pohon Hevea brasiliensis secara mekanis dengan atau tanpa bahan
kimia, berbentuk karet remah ( crumb rubber ) atau karet bongkah
(block rubber) yang mutunya ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis.
Koagulum lapangan : Koagulum karet alam yang diperoleh dari
penggumpalan lateks kebun dengan bahan penggumpal atau
menggumpal secara alami di dalam mengkuk atau wadah lain yang
dilakukan di kebun.
Koagulum segar : Koagulum karet alam yang diperoleh dari
penggumpalan lateks kebun dengan bahan penggumpal di dalam bak
penggumpalan ynag dilakukan yang dilakukan di dalam pabrik.
Lateks kebun : Getah segar yang diperoleh dari pohon keret Havea
brasiliensis.
Plastisitas awal : Nilai plastisitas awal karet yang diukur dengan alat
plastimeter Wallace.
Plasticity retention index ( PRI ) : Indeks nilai plastisitas sesudah dan
sebelum pengusangan pada suhu 1400 selama 30 menit, yang
menyatakan ketahanan karet alam mentah terhadap oksidasi pada suhu
tinggi.
Standard Indonesian Rubber : Karet alam spesifikasi teknis produksi
Indonesia dengan parameter mutu berpedoman standar Internasional
(ISO).
30
Viskositas Mooney : Nilai viskositas karet yang diukur dengan alat
viskometer Mooney menggunakan rotor ukuran L pada suhu 1000 C.
3.3.2 Penggolongan SIR
SIR digolongkan dalam 9 jenis mutu, yaitu :
SIR 3 CV (constant viscosity)
SIR 3 L (light)
SIR 3 WF (whole field)
SIR LoV (Low viscosity)
SIR 5
SIR 10
SIR 10 CV/VK (constant viscosity)
SIR 20
SIR 20 CV/VK (constant viscosity
3.3.3 Syarat Mutu
Persyaratan mutuTable 4: persyaratan mutu
NO.JENIS UJI/KARAKTE
RISTIK
JENIS MUTU
SPESIFIKASI
Metode Uji
SIR 3CV
SIR 3L
SIR 3WF
SIR LoV
SIR 5 SIR 10SIR 10 CV/VK
SIR 20SIR 20 CV/VK
Bahan Olah
Satuan
Lateks Kebun
Karet lembaran dan/atau
koagulum segar
Koagulum lapangan
1
Kadar
kotoran
(b/b), maks.
% 0.02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,08 0,08 0,16 0,16 ISO 249
2Kadar abu
(b/b), maks.% 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75 1,0 1,0 ISO 247
3Kadar zat menguap (b/b), maks
% 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 ISO 248
4 PRI, min % 60 75 75 -- 70 50 50 40 40 ISO 2930
5 P0, min % -- 30 30 -- 30 30 -- 30 -- ISO 1795
6
Kadar
nitrogen
(b/b), maks.
% 0,60 0,60 0,60 0,30 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 ISO 1656
31
7Viskositas Mooney ML (1+4) 100oC
_ *) -- --(55±1
0)-- -- 60+7
-5** -- 60+7-5** ISO 289- 1
8Warna Lovibon, maks.
indeks -- 6 -- -- -- -- -- -- -- ISO 4660
9Kadar gel,
maks.% -- -- -- 4 -- -- -- -- -- Lampiran B
Keterangan :*) Tanda pengenalTingkat Rentang viskositas mooney
CV-50 45-55CV-60 56-65CV-70 66-75
**) Apabila tidak termasuk dalam spesifikasi; rentang ditentukan berdasarkan kesepakatan produsen dan konsumen
3.4 Cara Pengambilan Contoh
a. Petugas Pengambilan Contoh (PPC)
Petugas Pengambilan Contoh adalah petugas dari labororium yang sudah
diakui dan teregistrasi pada lembaga Sertifiksi pada Lembaga Sertifikasi
Personil. Petugas Pengambilan Contoh (PPC) tersebut dapat dari
laborotorium pabrik atau laborotorium independen yang diakui.
b. Cara Pengambilan Contoh
Pengambilan Contoh dilakukan terhadap bandela SIR yang keluar dari
mesin kempa ( bale press ) sebelum bandela tersebut dibungkus plastic
polietilen dengan interval maksimum 9 bandela dan disesuaikan dengan
jumlah bandela didalam setiap pallet. Misalnya dapat dilakukan terhadap
bandela nomor 2, 11, 20, dan seterusnya atau bandela nomor 5, 14, 23 daan
seterusnya atau yang lazim dilakukan adalah bandela nomor 9, 18, 27 dan
seterusnya.
c. Cara Pemotongan dan Penanganan Contoh
- Letakan bandela terpilih diatas meja yang bersih dengan posisi
mendatar dan sisi terpendek kearah vertical.
- Potongan salah satu sudut bandela dengan ukuran kira – kira 5
cm x 5 cm x tebal bandela kearah sisi vertical.
32
- Potongan lainya diambil dengan cara yang sama pada sudut
yang berlawanan arah diagonal.
- Untuk jelasnya lihat gambar berikut :
- Berat satu potongan contoh ( A atau B ) adalah 150 sampai 200
gram.
- Satukan kedua contoh tersebut kemudian dimasukan kedalam
kantong plastic.
- Setelah diberi label contoh yang menerangkan / bandela dan
keterangan tambahan lain bila diperlukan, kemudian kantong
plastic yang berisi contoh ditutup selanjutnya dikirim ke
laboratorium untuk diuji.
Catatan :
Saat dalam praktek, digunakan beberapa ukuran kemasan / pallet.
Ukuran kemasan / pallet tersebut didasarkan pada jumlah bandela
yang dapat ditampung didalamnya.
Jenis ukuran kemasan / pallet yang lazim digunakan untuk
pengemasan SIR yaitu sebagai berikut :
- Untuk Kemasan / Pallet Standar: 3 contoh
33
- Untuk Kemasan / pallet Jumbo: 4 contoh
- Untuk Kemasan / Pallet Super Jumbo: 5 contoh
- Untuk Kemasan / Pallet lain sesuai permintaan pembeli: 1 contoh
untuk setiap 9 bandela
- Untuk Kemasan / Container: 1 contoh untuk setiap 9 bandela
d. Cara uji
1. Penyeragaman Contoh
2. Kadar abu
Kandungan abu di dalam kaert,berupa senyawa oksida,karbonat
dan fosfat dari kalium,magnesium,kalsium,natrium,dan beberapa
unsur lain yang tersisa dari pembakaran dari karet pada suhu 5500
C.
3. Kadar gel
Kandungan gel.yang merupakan bagian karet yangtidak larut di
dalam pelarut toluena setelah melalui proses pelarutan selama 16
jam – 20 jam pda 270 C dalam kondisi gelap
4. Kadar kotoran
Kadar benda asing yang tidak larut dalam terpentin dan tidak lolos
saringan 325 mesh
5. Kadar nitrogen
Kandungan nitrogen di dalam karet terutama berasal dari protein,
yang dapat digunakan sebagai petunjuk besarnya kadar protein
6. Kadar zat menguap
Kadar bahan-bahan yang mudah menguap pada suhu 1000 C , yang
biasanya terdiri dari air dan zat organik yang mudah menguap
7. Karet alam viskositas mantap ( CV/VK rubber )
Karet alam yang viskositasnya dikendalikan melalui penambahan
bahan kimmia pemantap viskositas sebelum atau sesudah
pengeringan,ditanyakan dalam viskositas mooney
8. Karet lembaran ( sheet rubber )
Karet alam yang diperoleh dari lateks kebun yang telah
digumpalkan dan ditipiskan melalui penggilingan
34
9. Karet spesifikasi teknis
Karet alam yang diperoleh dari pengolahan lateks,koagulum karet
atau bahn olah karet yang berasal dari getah pohon Hevea
brasiliensis secara mekanis dengan atau tanpa bahan kimia,
berbentuk karet remah ( crumb rubber ) atau karet bongkah ( block
rubber ) yang mutunya ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis
10. Koagulum lapangan
Koagulum karet alam yang diperoleh dari penggumpalan lateks
kebun dengan bahan penggumpal atau menggumpal secara alami di
dalam mangkuk atau wadah lain yang dilakukan di kebun
11. Koagulum segar
Koagulum karet alam yang diperoleh dari penggumpalan lateks
kebun dengan bahan penggumpal di dalam bak penggumpalan
ynag dilakukan yang dilakukan di dalam pabrik
12. Lateks kebun
Getah segar yang diperoleh dari pohon keret Havea brasiliensis
13. Plastisitas awal
Nilai plastisitas awal karet yang diukur dengan alat plastimeter
wallace
14. Plasticity retention index ( PRI )
Indeks nilai plastisitas sesudah dan sebelum pengusangan pada
suhu 1400 selama 30 menit, yang menyatakan ketahanan karet alam
mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi
15. Standard Indonesian Rubber
Karet alam spesifikasi teknis produksi Indonesia dengan parameter
mutu berpedoman standar Internasional (ISO )
16. Viskositas Mooney
Nilai viskositas karet yang diukur dengan alat viskometer Mooney
menggunakan rotor ukuran L pada suhu 1000 C
35
3.5 Metode Kjehdahl dalam Uji Kadar Nitrogen
Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan jumlah nitrogen
yang dikandung oleh suatu bahan. N total bahan diukur dengan menggunakan
metode mikro-Kjedahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi senyawa organik
oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan H2O serta pelepasan nitrogen dalam
bentuk ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N. Penentuan
protein seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan.
Akan tetapi teknik ini sulit sekali dilakukan mengingat kandungan senyawa N lain
selain protein dalam bahan juga terikut dalam analisis ini. Jumlah senyawa N ini
biasanya sangat kecil yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit,
asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena itu penentuan jumlah N
total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein
yang ditentukan dengan cara ini biasa disebut sebagai protein kasar/crude protein.
Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, destilasi dan titrasi (Sudarmadji 1996).
Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator
yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan
dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling oleh uap secara kuantitatif ke
dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang
sedikit dan waktu analisa yang pendek (Anonim 2012).
Metode ini terdiri dari memanaskan substansi dengan asam sulfat , yang
menguraikan zat organik oleh oksidasi untuk membebaskan nitrogen berkurang
sebagai amonium sulfat . Dalam langkah ini kalium sulfat ditambahkan untuk
meningkatkan titik didih dari medium (dari 337 ° F sampai 373 ° F / 169 ° C
sampai 189 ° C). Kimia dekomposisi sampel selesai ketika media awalnya
memiliki warna sangat gelap menjadi jelas dan tidak berwarna.
Larutan tersebut kemudian disuling dengan sejumlah kecil natrium
hidroksida, yang mengubah garam amonium ke amonia . Jumlah yang hadir
amonia, dan dengan demikian jumlah yang hadir nitrogen dalam sampel,
ditentukan kembali oleh titrasi . Akhir kondensor dicelupkan ke dalam larutan
36
asam borat . Amonia bereaksi dengan asam dan sisa asam ini kemudian dititrasi
dengan natrium karbonat solusi dengan cara jingga metil indikator pH .
Degradasi: Contoh + H 2 SO 4 → (NH 4) 2 SO 4 (aq) + CO 2 (g) + SO 2 (g) H 2 + O
(g)
Pembebasan amonia: (NH 4) 2 SO 4 (aq) + 2NaOH → Na 2 SO 4 (aq) + 2H 2 O (l)
2NH 3 (g) +
Menangkap amonia: B (OH) 3 + H 2 O + NH 3 → NH 4 + + B (OH) 4 -
Titrasi kembali: B (OH) 3 + H 2 O + Na 2 CO 3 → NaHCO3 (aq) + NAB (OH) 4
(aq) + CO 2 (g) + H 2 O
Dalam prakteknya, analisis ini sebagian besar otomatis; spesifik katalis ( merkuri
oksida atau tembaga sulfat ) mempercepat dekomposisi.
Prinsip metode analisis Kjedahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan
didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida
atau butiran Zn sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan
dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk ditampung, kemudian disuling oleh
uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi
dengan bantuan indikator. Metode Kjedahl pada umumnya dapat dibedakan atas
dua cara, yaitu cara makro dan semimikro. Cara makro Kjedahl digunakan untuk
contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedangkan semimikro
Kjedahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan
yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen
dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah
yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-
vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur
sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan
dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan
(Anonim 2012).
3.6 Ketentuan Standar Indonesia Rubber (SIR)
37
Ketentuan tentang SIR pada mulanya didasarkan di Jakarta, dimana Mentri
Perindustrian dan Perdagangan dengan SK-nya No. 143/KP/V/69 yang berlaku
mulai 18 Juni 1969 secara efektif pada tanggal 1 Januari 1970 telah menetapkan
ketentua – ketentuan SIR sebagai berikut :
1. Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah karet alam yang dikeluarkan dari
daerah – daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Republik
Indonesia.
2. Standard Indonesia Rubber (SIR) yang diperdagangan dalam bentuk
bongkahan – bongkahan yang telah dibungkus dengan plastic polyetilen,
tebal 0,03 mm, dengan titik pelunakana kurang dari 180oC, berat jenis 0,92
dan bebas dari segala macam bentuk pelapis (Coating). Pengepakan
selanjutnya dapt dilakukan dalam kantung kertas/kraft 4 ply atau dalam
bentuk pallet seberat ⅟2 ton atau 1 ton.
3. Mutu untuk SIR ditetapkna berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan
cara visual yang konvensional sebagaiman tercantum dalam “Internatinal
Standard Of Quality And Packing For Natural Rubber (The Green Book)”
4. Standard Indonesia Rubber terdiri dari atas empat jenis mutu dengan
spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10, dan SIR 20. Semuya jenis karet yang
dperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai
Plasticity Retention Index (PRI) dengan menggunakan tanda huruf :
“H” untuk PRI lebih besar atau sam dengan 80
“M” untuk PRI antara 60 – 79
“S” untuk PRI antara 30 – 59
Karet yang mempunyai nilai PRI lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan
dimasukan dalam SIR.
5. Warba karet tidak menjadi bagian dalam spesifikasi teknis.
6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk
mendaftarkan pada Departemen Perdagangan. Oleh Departemen
Perdagangan akan diberikan Tanda Pengenal Produsen kepada setiap
produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakannya.
7. Setiap mutu SIR diwajibkaan untuk menyerahkan contoh – cobtoh hasil
produksi kepada Balai Penelitian Perkebunan Medan, sesuai dengan
38
ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut, untuk
mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi.
8. Setiap Eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang
dikeluarkan / disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian.
9. Setiap pembungkusan bongkah dari SIR harus diberi tandaa dengan
lambing SIR dan menurut ketentuan – ketentuan yang diberikan oleh
Depertemen Perdagangan.
10. Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat – syarat SIR diatas,
akan dilarang
39
BAB IV
PELAKSAAN ANALISA
4.1 KARET ALAM SIR 20
4.1.1 Ruang Lingkup Pengujian
Penentuan kadar nitrogen pada SIR 20 dari beberapa sampel.
Penentuan hasil uji banding kadar nitrogen antar kode smpel.
4.1.2 Pengambilan Contoh SIR
Contoh karet olahan (SIR) diambil dari berbagai perusahaan yang
ada di Provinsi Bengkulu dan sekitarnya.
4.1.3 Penentuan Kadar Nitrogen
4.1.3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Asam sulfat pekat : p.a. (b.j = 1,84)
2. Asam sulfat pekat 0,01 N : Distandarisasi dengan natrium
karbonat p.a
3. Larutan natrium hidroksida : (67% W/V)
4. Campuran Katalis : Campur dengan baik :
15 bagian anhidrida kalsium
sulfat
2 bagian tembaga sulfat
pentahidrat
1 bagian serbuk selenium
5. Larutan Indikator (0,15% W/V) : Larutan 0,1 gr merah metil
dan 0,05 gr biru metilen didalam 100 ml etil alkohol 96 %.
6. Larutan asam borak : Larutkan 40 gr asam borak
dengan air suling, jika perlu dipanaskan. Tambahkan air
suling hingga 2 liter.
Peralatan yang digunakan :
a) Erlemeyer 100 ml
b) Gelas ukur 25 ml
40
c) Penangas air atau pemanas dengan pengatur suhu
d) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg
e) Desikator
f) Alat destruksi Mikro Kjeldahl
g) Alat destilasi (Markham)
h) Labu Mikro Kjeldahl
i) Mikro Buret: Kapasitas 10 ml dengan Skala 0,01 ml
4.1.3.2 Prosedur Kerja
1. Sampel SIR ditimbang dengan teliti kira-kira 0,1 gram contoh
karet yang telah diseragamkan, masukkan dalam labu mikro
kjeldahl, tambahkan kira-kira 0,65 campuran katalis dan 3-5 ml
asam sulfat pekat.
2. Didihkan perlahan-lahan sampai timbul warna hijau (atau tidak
berwarna) dan tidak terdapat bintik-bintik kuning. Biasanya
memerlukan waktu satu jam.
3. Dinginkan dan encerkan dengan air suling 10 ml.
4. Pindahkan larutan diatas kedalam alat destilasi dan bilas dua atau
tiga kali dengan 3ml air suling. Alat destilasi sebelumnya telah
dialiri uap selama 30 menit.
5. Masukkan 10 ml asam borak dan 2 atau 3 tetes indikator kedalam
labu penampung 100 ml.
6. Letakkan labu tersebut sedemikian rupa sehingga ujung
kondensor tercelup wadah permukaan larutan asam borak.
7. Tambahkan 10 ml larutan natrium hidroksida 67 % kedalam alat
destilasi, bilas dengan 5 ml air suling.
8. Alirkan uap melewati alat destilasi selama 5 menit. Mulai saat itu
destilat mulai keluar.
9. Turunkan labu penampung sehingga kondensor tepat diatas
larutan dan destilasi dilanjutkan beberapa menit lagi. Bilas ujung
kondensor dengan air suling.
41
10. Destilat segera dititrasi dengan larutan standar asam sulfat 0,01 N
menggunakan mikroburet 10 ml, titik akhir titrasi ditandai
gengan perubahan warna dari hijau menjadi ungu muda.
11. Untuk membuat blanko lakukan cara yang sama dengan semua
pereaksi tanpa contoh karet.lemak bebas.
4.2 Hasil Pengujian
Tabel 7: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S1.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
64 A 0,1000 0,0201 1,98 0,45 0,43
64 B 0,1001 0,0201 1,57 0,45 0,31
64 C 0,1005 0,0201 2,19 0,45 0,48
64 D 0,1001 0,0201 2,45 0,45 0,56
Tabel 8: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S2.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
65 A 0,1004 0,0201 2,14 0,45 0,47
65 B 0,1002 0,0201 2,11 0,45 0,46
65 C 0,1004 0,0201 2,17 0,45 0,48
65 D 0,1004 0,0201 2,20 0,45 0,49
Tabel 9: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S3.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
66 A 0,1002 0,0201 2,38 0,45 0,540
42
Tabel 10: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S4.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
66 B 0,1009 0,0201 2,66 0,45 0,610
Tabel 11: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S5.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
67 A 0,1009 0,0201 2,69 0,45 0,62
67 B 0,1005 0,0201 2,40 0,45 0,54
67 C 0,1008 0,0201 2,68 0,45 0,62
67 D 0,1003 0,0201 2,78 0,45 0,65
Tabel 12: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S6.2012.12.20
No.
Contoh
Berat
Contoh
(gr)
Normalita
s H2SO4
(N)
Volume
H2SO4 untuk
titrasi V1
(ml)
Volume H2SO4
untuk titrasi
Blanko V2
(ml)
Kadar
Nitrogen
(%)
Ket.
70 A 0,1007 0,0201 1,98 0,45 0,43
70 B 0,1008 0,0201 1,90 0,45 0,40
70 C 0,1005 0,0201 2,30 0,45 0,52
70 D 0,1004 0,0201 2,28 0,45 0,51
70 E 0,1003 0,0201 2,10 0,45 0,46
70 F 0,1004 0,0201 2,16 0,45 0,48
70 G 0,1000 0,0201 2,22 0,45 0,49
70 H 0,1007 0,0201 2,00 0,45 0,43
70 I 0,1000 0,0201 1,81 0,45 0,38
70 J 0,1004 0,0201 2,10 0,45 0,46
43
70 K 0,1006 0,0201 1,92 0,45 0,41
70 L 0,1007 0,0201 1,82 0,45 0,38
4.3 Perhitungan Kadar Nitrogen
Dalam penentuan kadar itrogen diperlukan perhitungan diperlukan
rumus berikut agar sesuai SNI.
Kadar Nitrogen : (V1-V2) N x 0,0140 x 100%
W
Keterangan :
V1 : Volume H2SO4 untuk titrasi larutan berisi contoh
V2 : Volume H2SO4 untuk titrasi larutan blanko
N : Normalitas H2SO4
W : Bobot contoh (gram)
1. Kode sampel S1.2012.12.20
Nomer contoh 64 A:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(1.98-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1000x 100% = 0.43 %
Nomer contoh 64 B:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(1.57-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1001x 100% = 0.31 %
Nomer contoh 64 C:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.19-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1005
x 100% = 0.48 %
Nomer contoh 64 D:
44
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.45-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1001
x 100% = 0.56 %
2. Kode sampel S2.2012.12.20
Nomer contoh 65 A:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.14-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004x 100% = 0.47 %
Nomer contoh 65 B:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.11-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1002x 100% = 0.46 %
Nomer contoh 65 C:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.17-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004
x 100% = 0.48 %
Nomer contoh 65 D:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.20-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004
x 100% = 0.49 %
3. Kode sampel S3.2012.12.20
45
Nomer contoh 66A :
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.38-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1002x 100% = 0.54 %
4. Kode sampel S4.2012.12.20
Nomer contoh 66B :
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.66-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1009x 100% = 0.61 %
5. Kode sampel S5.2012.12.20
Nomer contoh 67 A:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.69-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1009x 100% = 0.62 %
Nomer contoh 67 B:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(2.40-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1005x 100% = 0.54 %
Nomer contoh 67 C:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.68-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1008
x 100% = 0.62 %
Nomer contoh 67 D:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014 x 100%
46
W
= (2.78-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1003
x 100% = 0.65 %
6. Kode sampel S6.2012.12.20
Nomer contoh 70 A:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(1.98-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1007x 100% = 0.43 %
Nomer contoh 70 B:
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
=(1.90-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1008x 100% = 0.40 %
Nomer contoh 70 C:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.30-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1005
x 100% = 0.52 %
Nomer contoh 70 D:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.28-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004
x 100% = 0.51 %
Nomer contoh 70 E:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.10-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1003
x 100% = 0.46 %
47
Nomer contoh 70 F
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.16-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004
x 100% = 0.48 %
Nomer contoh 70 G:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.22-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1000
x 100% = 0.49 %
Nomer contoh 70 H:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.20-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1007
x 100% = 0.43 %
Nomer contoh 70 I:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (1.81-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1000
x 100% = 0.38 %
Nomer contoh 70 J:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (2.10-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1004
x 100% = 0.46 %
Nomer contoh 70 K:
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (1.92-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1006
x 100% = 0.41 %
Nomer contoh 70 L:
48
Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014
W
x 100%
= (1.82-0.45) 0.0201 x 0,014
0.1007
x 100% = 0.38%
BAB V
PEMBAHASAN
49
Pada analisa Penentuan Kadar Nitrogen, sampel karet SIR 20 yang
digunakan berasal dari beberapa perusahaan yang ada di Provinsi Bengkulu. Pada
dasarnya Perusahaan yang ingin diuji sampel produknya mereka sudah
mengujinya terlebih dahulu di laboratorium masing-masing perusahaan, akan
tetapi untuk kualitas Eksport perlu sertifikat dari Balai Pembinaan dan
Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) setempat, oleh karena itu perusahaan-
perusahan tersebut Chek up hasil uji mereka di Balai pengujian ini. Sebelum
dilakukan analisa alat serta bahan sudah disiapkan dan sudah distandarisasikan.
Kemudian dilakukan analisa sampel yaitu kadar nitrogen SIR 20 yang terdapat
dari beberapa perusahan yang ada di provinsi Bengkulu dan didapatkan hasil
dengan nilai kadar nitrogen yang diperoleh dari beberapa perusahaan tersebut
memenuhi nilai standar yang ditetapkan oleh SNI, yaitu untuk standar SNI kadar
nitrogen 0.6 %. Dari uji semua sampel yang masuk didapatkan nilai kadar
nitrogen terendah pada sampel nomer 64 B pada kode sampel S1.2012.12.20 yaitu
0,31 %, sedangkan kadar nitrogen tertinggi ditujukkan pada nomer sampel 66 B
dan 67 A yaitu 0,6 % walaupun demikian nilai kadar nitrogen tersebut dapat
dikatakan bahwa SIR 20 tersebut siap digunakan untuk keperluan ekspor atau
dijual dipasaran karena SIR tersebut memenuhi SNI SIR (StandardIndonesian
Rubber) sehingga dapat menembus pasar local pasar global untuk keperluan
ekspor.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kadar nitrogen pada
kedua sampel yang melebihi Standard Indonesian Rubber (SIR) bisa juga
dipengaruhi oleh beberapa alat atau cara kerja perusahaan tersebut tidak sesuai
dengan Standard Nasional Indonesia (SNI). Dan lagi masih banyak faktor yang
menggunakan alat manual, sehingga hasilnya tidak begitu akurat. Selain itu
kalibrasi alat juga harus sesuai dengan sandar SNI sehingga hasil analisa yang
diperoleh benar-benar mendekati sempurna atau yang diinginkan.
BAB VI
PENUTUP
50
8.1 Kesimpulan
Dari analisa yang dilakukan untuk mengetahui kadar Nitrogen dari
beberapa sampel yang dianalisa dengan standar SNI yang ada dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Pada analisa ini untuk menentukan kadar Nitrogen dengan
menggunakan persamaaan berikut :
Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014
Wx 100%
2. Pada analisa uji banding didapat nilai kadar nitrogen untuk SIR 20
yang telah diuji memenuhi SNI.
3. Sampel yang dibawah standar SNI tidak layak untuk dipasarkan
secara luas apalagi untuk di ekspor.
8.2 Saran
Analisa sebaiknya dilakukan sesuai prosedur analisa dan dilaporkan
hasil yang didapat sesuai dengan data sebenarnya.
Analisa standar mutu hendaknya dilakukan secara berkala sehingga
mutu dari komoditi tersebut sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
51
Anonim, 2012, Penentuan Kadar Nitrogen dengan Metode kjedhal,
http://en.wikipedia.org/wiki/Kjeldahl_method.
Badan Standarisasi Nasional.2006. Standar Indonesia Rubber (SIR).SNI 06-
1903-2000 ; Jakarta
Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan provinsi Bengkulu. 2005 . Profil
BPPMB.BPPMB ; Bengkulu.
Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan oleh
Nugroho,Widagdo Sri. 2004. Potensi Bahaya Pengemas Makanan Asal
Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
M. Ompusunngu Bsc, 1987,“ Pengolahan Lateks Pekat”, Balai Penelitian
Perkebuanan Sungai Putih, halaman 1 – 17.
Tim Penulis PS, 1992,“ Karet”, Penerbit Swadaya‖, halaman 328 – 332
Sudarmadji S, Haryono, Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
52