pkn

51
PERWUJUDAN DEMOKRASI DI INDONESIA Januari 30, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar Plato,Filsuf Yunani menulis “Republica” lebih kurang 400 tahun seblum masehi. Tulisan filsafat politik tsb merupakan konsepsi Plato bagi terwujudnya suatu negara kota yang demokratis .Negara kota di mana rakyat berdaulat dalam kehidupan social politik.Ideal Plato tentang “ResPublica” ini merupakan suatu perlawanan moral terhadap apa yang menyebut dirinya ‘kelompok tiga puluh tyrannoi”yang memerintah Athena dengan tangan besi dan berlumuran darah.Ideal tsb Pada akhirnya mencapai sasarnya.golongan demokratis sebagai pengaruh Plato berhasil menyingkirkan dictator kelompok tiga puluh tyrannoi.Pemerintahan yang demokratis Sebagai pengaruh Plato berhasil menyingkirkan dictator kelompok tiga puluh tyrannoi.Pemerintahan yang demokratis dinegara kota Athena seperti pada masa Pericles dapat terwujud.Rakyat berdaulat melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di dewan pemerintahan kota.Plato membuktikan bahwa dirinya bukan hanya filsuf besar melaikan juga seorang intelektual dan negarawan yang memiliki keberanian moral.Perjuangan Plato melalui gagasan yang terulang dalam Republica tentu mengahdapi resiko besar,yaitu para penguasa yang berkuasa batasan-batasan tertuntu. Demokrasi dapat terwujud karena adanya proses yang dinamis dalam kehidupan rakyat yang berdaulat.Namun motivasi utama yang mendorong prose itu ialah keberanian moral.Tanpa keberanian moral dalam arti akan tersumbat,Plati memiliki keberanian menegakam demokrasi dalam iklim kekuasaan ditaktoraiat,karena seorang intelektual yang bemoral. Keberanian moral itu pun dimiliki oleh para perintis kemerdekaan Indonesia .Yang sangat menonjol tentunya Bung Karno.Dalam bukunya yang berjudul “ Mencapai Indonesia Merdeka “ yang tebit pada tahun 1933.Bung Karno juga menyinggung masalah demokrasi dalam konsepsinya tentang “ sosio demokrasi “ sebagai lamdasan kehidupan demokrasi bagi Indonesia Merdeka .Dengan demikian,Bung Karno bukan sekedar berpikir dan berjuang agar target kemerdekaan terwujud,namun pandangan jauh kedepan dalam mengisi kemer-dekaan itu,salah satu satunya kehidupan social.Tanpa keberanian moral, tidak mungkin Bung Karno berhasil melawan penjajah yang dengan begitu kuasanya mencengram bumi pertiwi,walau pun kita mengetahuinya bahwa berkali-kali Bung Karno masuk penjara dan di buang oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai konsekwensi keberanian moralnya. Demokrasi di idamkan oleh pendiri negara kita .bahkan oleh segenap lapisan rakyat,nyatanya tidak pernah terwujud.Kenapa demikian jawabya

Upload: nengah-saputra-wijaya

Post on 06-Sep-2015

242 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

PERWUJUDAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Januari 30, 2010 Tinggalkan sebuah KomentarPlato,Filsuf Yunani menulis Republica lebih kurang 400 tahun seblum masehi. Tulisan filsafat politik tsb merupakan konsepsi Plato bagi terwujudnya suatu negara kota yang demokratis .Negara kota di mana rakyat berdaulat dalam kehidupan social politik.Ideal Plato tentang ResPublica ini merupakan suatu perlawanan moral terhadap apa yang menyebut dirinya kelompok tiga puluh tyrannoiyang memerintah Athena dengan tangan besi dan berlumuran darah.Ideal tsbPada akhirnya mencapai sasarnya.golongan demokratis sebagai pengaruh Plato berhasil menyingkirkan dictator kelompok tiga puluh tyrannoi.Pemerintahan yang demokratis Sebagai pengaruh Plato berhasil menyingkirkan dictator kelompok tiga puluh tyrannoi.Pemerintahan yang demokratis dinegara kota Athena seperti pada masa Pericles dapat terwujud.Rakyat berdaulat melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di dewan pemerintahan kota.Plato membuktikan bahwa dirinya bukan hanya filsuf besar melaikan juga seorang intelektual dan negarawan yang memiliki keberanian moral.Perjuangan Plato melalui gagasan yang terulang dalam Republica tentu mengahdapi resiko besar,yaitu para penguasa yang berkuasa batasan-batasan tertuntu.Demokrasi dapat terwujud karena adanya proses yang dinamis dalam kehidupan rakyat yang berdaulat.Namun motivasi utama yang mendorong prose itu ialah keberanian moral.Tanpa keberanian moral dalam arti akan tersumbat,Plati memiliki keberanian menegakam demokrasi dalam iklim kekuasaan ditaktoraiat,karena seorang intelektual yang bemoral.Keberanian moral itu pun dimiliki oleh para perintis kemerdekaan Indonesia .Yang sangat menonjol tentunya Bung Karno.Dalam bukunya yang berjudul Mencapai Indonesia Merdeka yang tebit pada tahun 1933.Bung Karno juga menyinggung masalah demokrasi dalam konsepsinya tentang sosio demokrasi sebagai lamdasan kehidupan demokrasi bagi Indonesia Merdeka .Dengan demikian,Bung Karno bukan sekedar berpikir dan berjuang agar target kemerdekaan terwujud,namun pandangan jauh kedepan dalam mengisi kemer-dekaan itu,salah satu satunya kehidupan social.Tanpa keberanian moral, tidak mungkin Bung Karno berhasil melawan penjajah yang dengan begitu kuasanya mencengram bumi pertiwi,walau pun kita mengetahuinya bahwa berkali-kali Bung Karno masuk penjara dan di buang oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai konsekwensi keberanian moralnya.Demokrasi di idamkan oleh pendiri negara kita .bahkan oleh segenap lapisan rakyat,nyatanya tidak pernah terwujud.Kenapa demikian jawabya : pada era nation building (1945-1966),justru pemimpim masa itu telah menggantikanya keberanian moral tsb dengan mental Durmo (selain persoalan ancaman bagi kesatuan dan persatuan bangsa yang harus dihadapi pemerintah).Begitu hebat dan dalamnya kaum intelektual kita mengupas falsafah pancasila dan landasan konstitusi UUD 1945, khususnya yang berhubungan dengan demokrasi,namun kedalaman dan keberadaan itu berjalan bersama dengan Durnoisme.Durno-durno yang mengelilingi bung karno saat itu ternyata lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan dan keberanian moral penegak demokrasi.Maka setelah pecahnya G 30 S terjadilah gelombang demonstrasi besar-besaran yang diplopori oleh pemuda,pelajar,dan mahasiswa.Gelombang utuk menumbangkan orde lama ini pun pantas kita sebut sebagai perwujudan keberanian moral guna menegakan demokrasi.Orde Baru berjanji untuk mengkoreksi kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang telah menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945.Bahkan demokrasi di Indonesia disebut demokrasi Pancasila.Dengan begitu jiwa-jiwa demokrasi adalah arti dan makna ke lima sila dalam Pancasila,yang kemudian harus di jabarkan dalam realitas kehidupan social dengan berbagai aspec di dalamnya.Namun realitasnya ialah demokrasi belum sepenuhnya terwujud,bahkan dalam era pemerintahan Suharto terjadi begitu banyak pelanggaran terhadap hak azazi manusia.Demokrasi hanya di miliki oleh elite politik,para penguasa dan konglomerat.Kenapa semua terjadi ?.Jawabnya : keberanian moral untuk menegakan demokrasi itu telah di gantikan dengan mental KKN.Sekali lagi lebih keras lagi : digantikan oleh mental KKN !!!Lengsernya Suharto harus diakui karena gerakan keberanian moral kaum muda Indonesia terutama para mahasiwa yang melakukan demonstrasi besar-besaran yang berpuncak dalam bulan Mei 1988.Gerakan keberanian moral ini bukan sekedar agar Suharto turun dari jabatanya,namun agar demokrasi dalam segala bidang dapat diwujudkan .Akankah motto perjuangan ini terwujud ?Moral adalah bagian dari pada kepribadian manusia.dengan moral manyatu dengan emosi (perasaan),aspirasi (kehendak),dan intelektual (pikiran).Keberanian moral yang telah dewasa adalah keseimbangan ketiga fungsi kepribadian tsb dalam melakukan nilai-nilai moral.Keberanian tsb,karena itu keberanian moral harus sistematis ,bukan hanya idea yang menyebar.Bila hal ini nyata terlihat,maka gerakan penegakkan demokrasi akan berjalan lebih sistematisya dan terarah kepada target yang hendak dicapai.Untuk maksud dan tujuan itulah,demokrasi bukan sekedar slogan,melaikan perlu disistimasikan dalam wujud perudang-undangan yang menjamin bahwa demokrasi harus terus berlansung dalam berbagai aspek kehidupan social.Peningkatan terhadap demokrasi merupakan salah satu pelanggan terhadap hak azazi manusia.Demikian pula tanpa menjunjung tinggi nilai-nilai hak azai dalam segala bidang,demokrasi tidak pernah akan terwujud.Penindasan terhadap hal azazi manusia seperti telah terjadi selama 32 tahun pemerintahan Suharto,memperhatikan sikap moral yang pengecut dan kerdil. Semua berlangsung demi melestarikan kekuasaan (status quo) dan kepentingan pribadi maupun golngan.Dalam sistem demokrasi di Indonesia sesunggunya tidak di kenal kelompok mayoritas maupun kelompok minoritas.sistem seperti itu dapat mengakibatkan sikap dan tindakan tirani mayoritas terhadap minoritas.Realitas tirani tsb nyata nampak dalam penindasan terhadap WNI etnis Tionghoa yang minoritas.Tindakan brutal tsb menstimulasikan beberapa tokoh muda keturunan Tiongha untuk menegakan hak azazi dan demokrasi , ini pun suatu gerakan keberanian moral untuk menegakan keadilan dan keberanian termasuk di dalamya perjuangan mengahapus diskrimasi etnis dan diskriminasi ras.Beberapa tokoh muda keturunan tiongha tampil untuk mewujudkannya: Ester Indahyani Yusup dengan soladiritas Nusa Bangsa yang berjuang didalam negeri dan Utomo Lukman yang berjuang di Amerika Serikat.Perjuangan mereka patut kita hargai karena mereka bukan hanya memperjuangkan tegaknya hak azazi dan demokrasi di Indonesia secara menyeluruh.Demokrasi memeng bukan sekedar proses,tanpa keberanian moral tidak akan terwujud.Apakah pemerintahan baru pasca Sidang Umum MPR 1999 mampu melaksanakanya ? negarawan yang bermoral baik tentu akan berupaya tanpa pamrih melaksanakan amanat rakyat sebagai yang bermoral baik tentu akan tanpa pamrih melaksanakan amanat rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.Demokrasi pada akhirnya adalah perjuuangan yang tak selesaiPELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIAMasa demokrasi terpimpin ( Orde Lama )Pembangunan system politik yang demokratis memerlukan perubahan tatanan secara dratis progresif,dan revolusioner kendati dapat juga mengandung biaya po;itik tinggi .Tampaknya ,kemerdekaan yang kita raih tahun 1945 dari tangan penjajah tidak terlepas dari perjuangan panjang yang di awali tahun 1908 yang terkenal dengan gerakan Budi Utomo sehingga mampu mengerakan kebangkitan nasional pertama.dari situ perjuangan cendikiawan muda terus menggelinding dan tercetuslah Sumpah pemuda tahun1928 sebagai tonggak awal yang sangat strategis untuk mencapai Indonesia merdeka.Belajar dari masa lampau.orang mungkin dapat melihat adanya dua pola tingkah laku politik esktrem dalam masyarakat Indonesia.Pola pertama ialah berupa kecendrungan untuk memiliki kebebasan tanpa batas yang nudah melahirkan berbagai macam komflik itu dengan cepat meningkat terjadi bentrok fisik atau pemberontakan yang membahayakan .Pola tingakah laku politik begitu jelas terlihat di zaman denokrasi terpimpin atau kini terkenal dengan sebuatan orde lama.Pola perkembangan berikut pada tahun 1966.Pada masa itu,muncul konflik yang disebabkan eksprimen bangsa Indonesia dalam berpolitik dengan penggunaan sitem demokrasi libral dan sitem demokrasi terpimpin. Kedua sitem politik tersebut terbukti gagal dalam membagun kehidupan masyrakat,berbangsa dan bernegara yang yang stabil dan sehat.Yang terjadi justru sebaliknya,Yakni ketidak stabilan politik yang berkepanjangan itu adalah peristiwa G-30-S/PKI yang nyaris menghancurkan bangsa dan negara.Setelah melihat penyimpangan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 yang dilakukan rezim dan UUD 19 45 secara murni dan konsekwen. Maka, pembangunan kultur politik masa berikutmya adalah bagai mana menyadarkan masyrakat untuk melaksanakan demokrasi Pancasila secara cepat.Masa Demokrasi Pancasila (Orde Baru )Di zaman Orde baru,pembangunan kultur politik terus berkembang dan berbeda dengan era Orde Lama.GBHN 1993 menyatakan bahwa sasaran pembangunan nasional adalah terciptanya berfungsinya tatanan kehidupan masyarakat yang tinggi serta bersikap dan berprilaku sesuai nilai Pancasila dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang berwawasan nusantara.Namun ,perjalanan menuju kearah tercapainya sasaran pembangunan tatanan kehidupan kultur politik yang konstitusional itu tidak lepas dari berbagai tantangan di bidang politik ,HAN,ekonomi,sosialn,budaya yang secara tak langsung dapat menimbulkan citra yang merugikan kepentingan rakyat.Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasiDiskursus mengenai dinamika ekonomi politik didaerah,akhir-akhir ini terus menguat seiring dengan eskalasi partisipasi politik dalam ranah demokrasi di tingkat local,terutama dengan berlangsungya otonomi daerah dan pemilihan kepala dearah secara langsung. Sebagi bangsa yang tengah beranjak menuju demokrasi sepnuh Hati . Kondisi tersebut cukup membanggakan.Betapa tidak ,setelah lebih dari 50 tahun merdeka ,hidup dalam iklim demokrasi Setengah Hati,baik di era demokrasi terpimpin maupun era demokrasi Pancasila,yang sebetulnya jiwa amanat kental dengan kekuasaan sentralistik dan otoriter.Kini,perjuangan reformasi khususnya menata system politik dan demokrasi di tanah air telah berhasil menedepankan peranan rakyat sebagai subyek demokrasi ,dimana rakyat hanya menjadi Penonton dalam berbagai proses pengambilan keputusan penting menyangkut menejemen kedaulatan hidup berbangsa dan bernegara.Transisi demokrasi,dari setengan hati ,merupakan salah satu tuntunan yang didengunkan sejak tahun 1998.Diawali dengan adanya kehendak kolektif segenap komponen bangsa ini untuk melakukan amandemen UUD 1945, terutama menyangkut system perwakilan dan wewenang pelaksanaan kedaulatan rakyat.Salah satu hasil amandemen yang berdampak mengubah secara fundamental system ketetanegaraan RI adalah: lahirnya lembaga baru bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang anggotanya dipilih secara langsung melalui pemilihan umum,Lembaga ini mempunyai kedudukan yang setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Secara po;itik.Lahirnya DPD telah mengubah atau setidaknya memperkaya khasanah dan referensi perpolitikan rakyat,dari era politik bersimbolke era politik bewajah .Dalam era politik alliran tertentu .Sedangkan di era politik berwajah rakyat , sepenuhnya memilih figure,wajah,karakter,kepribadian, dan visi-misi orang atau tokoh yang bersangkutan.DPD yang beranggotakan tokoh tokoh daerah,kehadiranya telah memberikan pendidikan politik mendasar sebagai bekal dalam menyelengarakan demokratisi sepenuhnya, dimana ujungnya dalam setiap pemilu,orang harus memilih orangatau people vote people.Pemilu DPD yang berlangsung sukses pada 5 April 2004,telah membuktikan bahwa rakyat Indonesia si seluruh daerah nusantara telah memiliki kedewasaan berpolitik memadai sebagai persyarat menuju negara yang demokratis.Hal ini terbukti dengan hasil-hasil pemilu berikutnya,yakni pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung,yang juga berjalan sukses.Dengan mekanisme pemlihan yang sama dengan saat pemilihan angota DPD,yakni secara lansung memilih wajah calon yang bersangkutan,pemilu persiden dan wakil presiden telah menorrhkan tinta emas dalam sejarah demokrasi bangsa ini.Bahkan sejarah po;itik NKRI. DPD RI selanjutnya sesuai dengan amanat UUd 1945,memberikan modal politk bagi rakyat daerah diseluruh nusantara untuk berpartisipasi dalam bebagai keputusan strategis menyangkut kepentingan nasional.Istilah kepentingan nasionalkini tak lagi milik pemerintah pusat.tak boleh lagi deterjemahkan secara sepihak oleh presiden sebagai eksekutif pemerintah dan para pembantunya,sebagaimana yang talah terjadi di masa-masa lalu.Kepentingan nasional yang tercermin dalam berbagai produk legislasi;UU,Perpu dan lain-lain ,kini harus melibatkan masyarakat daerah melalui peran dan fungsi DPD sebagai lembaga negara.Sebagimana tertuang dalam Pasal 22D UUD 1945,DPD RI selanjutnya menjadi pilar utama pelaksanaan otonomi daerah, ia akan menjadi penjaganuranimasyrakat daerah,yang selama ini termajinalisasi akaibat berbagai kebijakan pembangunan yang tak adil dan sentralistik .DPD RI perananya, sehingga pembangunan mewujudkan kesejateraan secara merata tidak lagi to-down,tetapi bottom-up.tidak lagi sentralistik,tetapi terdesentralisasi.Tidak lagi Masyarkat daerah agar mampu memaikan perananya dalam sebagai agent of change atau agent of development,terutama dalam menggerakan potensi ekonomi dearah .Dampak runutan yang diharapkan adalah : pembangunan ekonomi dan gairah investasi terus tumbuh dinamis di berbagai daerah, sesuai dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki.Untuk menwujudkan hal terebut ,berikut ini beberapaa gagsan dalam mewujudkan masa depan ekonomi politik yang lebih baik dan dinamis di daerah antara lain:Pertama ,system rekutmen kepala daerah melaui Pilkada hendaknya dipandang sebagai pintu dalam memajukan ekonomidaerah.Sehingga sebagi kendala dalam siste rekrutasi yang menghalangi figure berkualitas dan berwawasan ekonmi daerah,nasional dan global tidak terhambat oleh adanya aturan aturan yang bernuasa kepentingan plitiks dan jangka pendek.KeduaDiperlukan kesamaan visi ,misi,persepsi dan paradikma dalam pembangunan daerah kedepan ,antara pemerintah pusat dan daerah serta seluruh elemen masyrakat.Momentum di lahirkan DPD RI ,pilkada dam berbagai produk konstitusi era reformasi lainya,merupakan energi social yang besar dalam membangun masa depan ekonomi politik di daerah secara lebih cerah,prospektif dan memberi harapan,Ketiga,Diperlukan blue-print perencanaan pembangunan yang terencana,matang dan komprehesif anatar pemerintah daerah dan pemerintah pusat.Singkronisasi tidak hanya terletak pada berbagai produk legislasi,tetapi sector ekonomo dan pembanguan yang berbasis keunggulan daerah dan prospektif terhadap peningkatan daya saing nasionalKeempatMasa depan ekonomi politik daerah amat ditentukan oleh desain awal dan komitmen awal bersama kita terhadap pembangunan daerah.Diperlukan konsistensi dan kontiyu ita pola pembanguan bersama ekonomi didaerah.seluruh instrument dan infratruktur politik di daerah harus di arahkan dan dikerjakan di dalam upaya revitalisai ekonomi di daerah .Dengan begitu, semua upaya kita yang telah dilakukan sebagai bangsa , sejak awal reformasi hinggaa kini, dapat segera membuahkan hasil bagi perbaikan nadib bangsa ini.DPD RI , tidak bias lain kecuali harus konsisten dan focus terus memperjuangkan nasib dan masa depan politik ekonomi di daerah agar terus berlangsung decara dinamis dalam memperbaiki masa depan Indonesia ,masa depan kita semua.IndonesiaDemokrasi Indonesia harus berhubungan dengan meliter sebagai politik aktif .Indonesia tidak menciptakan angkatan bersenjata tetapi angkatan bersenjata adalah negara. 1950 1n Demokrasi parlementer priode kekacauan politik 1857 Demokrasi terpimpin diperkenalkan soekarano. 1965 Orba rezim Soeharto rezim otoriter yang memperkuat birokrasiMacam macam demolrasi terbagi jadi 31. Libral tahu 1950 S / D 19592. Terpimpin tahun 1959 S / D 19663. Pancasila tahun 1966 Sampai sekarangPerkembangan demokrasi Soekarno demokrasi sebagai manifestasi kedaulatan rakyat sebagi aspek kehidupan konsepSosio demokrasi dan sosio nasionalis yang intinya berpikir bukan berjuang kemerdekaan saja tapi bagaimana mengisi kemerdekaanDemokrasi Prof doctor Nurhalis Majid revolusi tidak bisa tuntas dalam satu gernerasi berpacu membangun ekonomi dengan negara-negara lain.Reformasi jangan mengagap dari satu orde ke orde lain lebih baikDemokrasi menurut pandangan NatsirSistem pemerintahan islam kepada norma yang berdasarkan syariatSistem pemerintahan islam mendekati system politik sebab monrki mengabaikan prisip prinsip persamaan dan egalitarianismeORBAKondisi krisis partisipsi1. Jika elit pemerintah menganggap dirinya saja yang berhak memerintah menolak tuntutan tuntutan social politik / kelompok2. Jika kelompok kelompok masyarakat untuk menyalurkan kepentinganya dianggap tidak sah oleh pemerintah , dilarang suatu partai , ormas / mahasiswa untuk membawakan aspirasi politik anggota- anggota lainya3. Jenis tuntutan yang dikemukakan kelompok kelompok masyrakat tidak sah karna dianggap indentik dengan separatisme / tuntutan kebebasan mimbar di tolak. ERA REFORMASI kepemompinana nasional

PENDAPAT AMIN RAIS1. Kesetiaan pada idiologi pancasila = consensus nasional dan histories pernyataan adiluhung segenap pendiri bangsa2. Berjanji untuk mengutamakan kepentingan rakyat3. Kita harus punya visi keidupan mengusai manajemen perubahan 4. Diterma di jawa dan di luar jawa, di terima non muslim dan muslim5. Diterima rakyat kecil , pengusaha dan kaum intelektual walau tidak mutlak6. Mempunyai , kejujuran , karna itu mahkota kehidupan akan melahirkan pemerintahan bersiyh dan berwibawa- Penting dalam islam bagi seorang pemimpin- Jurdil ,jujur dan tidak culas- Amanah = pandai mengamankan titipan rakyat = masa depan rakyat dan berjuang keras- Tablik = tidak mendistorsi fakta , karena bisa gawat.- Fatonah = cerdas pandai berpikir , cekatan dan tidak takut

http://tvinsert.wordpress.com/2010/01/30/perwujudan-demokrasi-di-indonesia/

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan Semester 4

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI..ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang..1

2. Perumusan Masalah2

3. Tujuan Penulisan..2

BAB II PEMBAHASAN

1. Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi ..3

2. Perkembangan Demokrasi3

3. Bentuk-Bentuk Demokrasi..4

4. Demokrasi Indonesia

1. Pengertian Demokrasi Menurut UUD 19455

2. Demokrasi Pancasila..7

3. Perkembangan Demokrasi di Indonesia8

4. Demokrasi Era Reformasi10

5. Implementasi Demokrasi Pancasila Sebagai.12

Perwujudan Kedaulatan Rakyat

BAB III PENUTUP

A. Simpulan16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Apakah demokrasi itu? Apakah negara ini sudah demokrasi? Pertanyaan ini selalu menghinggapi bangsa Indonesia ketika kita bicara istilah demokrasi. Ada pandangan produk dan atribut yang berkaitan dengan demokrasi sebagai produk luar negeri. Negara Indonesia sendiri tidak memiliki kejelasan yang tepat tentang demokrasi itu sendiri. Jika melihat bentuk demokrasi dalam struktur pemerintahan Indonesia dari level negara, provinsi, kabupaten, hingga kecamatan hampir dapat dipastikan di level ini demokrasi hanya sampai pada proses pembuatan kebijakan, sementara jika mencari demokrasi yang berupa ciri khas yang dapat mewakili bahwa Negara indonesia mempunyai diri demokrasi tersendiri itu dapat dilihat di level desa. Bagaimana seperti ditulis almarhum Moh. Hatta bahwa,Di desa-desa sistem yang demokrasi masih kuat dan hidup sehat sebagai bagian adat istiadat yang hakiki. Dasarnya adalah pemilikan tanah yang komunal yaitu setiap orang yang merasa bahwa ia harus bertindak berdasarkan persetujuan bersama. Struktur demokrasi yang hidup dalam diri bangsa Indonesia harus berdasarkan demokrasi asli yang berlaku di desa. Gambaran dari tulisan almarhum ini tidak lain dari pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan oleh musyawarah dalam pencapaian keputusan dan gotong royong dalam pelaksanaan keputusannya tersebut.

Dari gambaran di atas, hal ini pula yang menginspirasi demokrasi pancasila yang selalu menjadi Kiblat negara kita dalam menapaki kehidupan berbangsa dan bernegara masih perlu ditelaah atau dikaji secara lebih dalam lagi.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkin terlepas dari rasa kekeluargaan. Akan tetapi yang menjadi pandangan kita sekarang. Mengapa negara ini seperti mengalami sebuah kesulitan besar dalam melahirkan demokrasi. Banyak para ahli berpendapat bahwa demokrasi pancasila itu merupakan salah satu demokrasi yang mampu menjawab tantangan zaman karena semua kehidupan berkaitan erat dengan nilai luhur Pancasila. Dalam hal ini kita ambil saja salah satu ahli Nasional Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H. beliau mempunyai Pandangan bahwa demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang terwujudnya seperti dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945. Lain hal lagi dengan Prof. dr. Drs. Notonegoro,S.H., belau mengatakan demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berke-Tuhan-nan Yang Maha Esa, yang Berkepribadian Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang mempersatukan Indonesia dan yang berkedaulatan seluruh rakyat.

Dalam buku Le Contrac Sosial, Jean Jacques Rousseau memaparkan bahwa penguasa atau pemerintah telah membuat perjanjian dengan rakyatnya yang disebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi yang selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.

1. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:

1. Apa pengertian dari demokrasi itu?

2. Apa pengertian dari demokrasi Pancasila?

3. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

4. Bagaimana implementasi demokrasi Pancasila sebagai perwujudan kedaulatan rakyat di Era Reformasi?

2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui hakekat demokrasi

2. Agar lebih menghayati demokrasi Pancasila

3. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia

4. Agar dapat mengimplementasikan demokrasi Pancasila secara benar di Era Reformasi seperti sekarang ini

BAB II

PEMBAHASAN

A. Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi dberarti rakyat berkuasa (government of rule by the people). Istilah demokrasi secara singkat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara diartikan bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketenytuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya termasuk dalam menentukan kehidupan rakyat.

Jadi, Negara demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdsarkan kehidupan dan kemauan rakyat.

Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi, hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin. Oleh karena itu, istilah demokrasi selalu memberikan posisi penting bagi rakyat walaupun secara operasional implikasinnya di berbagai Negara tidak selalu sama.

2. Perkembangan Demokrasi

Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan Negara dan hukum di Yunani Kuno dan dipraktekkan dalam kehidupan bernegara antara abad 4 SM- 6 M. pada waktu itu, dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang dipraktekkan bersifat langsung( direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan- keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Di Yunani Kuno, demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara yang resmi. Sedangkan penduduk yang terdiri dari budak, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmati hak demokrasi.

Gagasan demokrasi yunani Kuno lenyap Dunia Barat ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan Benua Eropa memasuki abad pertengahan (600-1400). Walaupun begitu, ada sesuatu yang penting yang menjadi tonggak baru berkenaan dengan demokrasi abad pertengahan, yaitu lahirnya Magna Charta. Dari piagam tersebut, ada dua prinsip dasar: Pertama, kekuasaan Raja harus dibatasi; Kedua, HAM lebih penting daripada kedaulatan Raja.

Ada dua peristiwa penting yang mendorong timbulnya kembali demokrasi yang sempat tenggelam pada abad pertengahan, yaitu terjadinya Raissance dan Reformasi. Raissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno, dasarnya adalah kebebasan berpikir dan nertindak bagi manusia tanpa boleh ada orang lain yang membatasi dengan ikatan-ikatan. Sedangkan Reformasi yang terjadi adalah revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat abad 16.

Dari dua peristiwa penting di atas, Eropa kemudian masuk ke dalam Aufklarung (Abad Pemikiran) dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada pemikiran atau akal (rasio) yang pada gilirannya kebebasab berpikir ini menimbulkan lahirnya pikiran tentang kebebasan politik.

Dua filsuf besar yaitu John Locke (Inggris) dan Montesquieu (Perancis) telah menyumbangkan gagasan mengenai pemerintahan demokrasi. Menurut John Locke (1632-1704), hak-hak poitik rakyat mencakup hak hidup, kebebasan dan hak memiliki (live, liberal, property). Sedangkan Montesquieu (1689-1955) menjamin hak-hak politik menurut Trias Politika, yaitu suatu system pemisahan kekuasaan dalam Negara ke dalam kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif yang masing-masing harus dipegang organisai sendiri yang merdeka. Akibat pemikiran tentang hak-hak politik rakyat dan pemisahan kekuasaan, muncullah kembali ide demokrasi.

3. Bentuk-Bentuk Demokrasi

a. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini adalah kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.

Menurut Held (2004:10), demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Rakyat harus diberikan jaminan atas kebebasan individu baik dalam kehidupan politik, ekonomi, social keagamaan.

Konsekuensi dari system dan prinsip demokrasi ini adalah berkembangnya persaingan bebas terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga mengakibatkan individu yang tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam. Akibatnya, kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan Negara bahkan berbagai kebijakan dalam Negara.

b. Demokrasi Satu Partai

Demokrasi satu partai umumnya dilaksanakan di Negara-negara komunis, seperti Rusia, China, Vietnam.

Menurut komunis, Negara post kapitalis tidak akan melahirkan kemiripan apapun dengan suatu rezim liberal yaitu rezim parlementer. Semua perwakilan atau agen akan dimasukkan kedalam lingkungan seperangkat institusi-institusi tunggal yang bertanggung jawab secara langsung. Partai revolusioner merupakan hal yang esensial karena partai tersebut merupakan instrument yang dapat menciptakan landasan bagi sosilisme dan komunisme.

B. Demokrasi di Indonesia

1.Pengertian Demokrasi Menurut UUD 1945

a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)

Bidang Politik dan Konstitusional:

Demokrasi Indonesia seperti dalam UUD 1945 berarti menegakkan kembali asas-asas Negara hokum dimana kepastian hokum dirasakan oleh segenap warga Negara, hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini perlu diusahakn supaya lembaga-lembaga dan tata

kerja Orde baru dilepaskan dari ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan.

Bidang Ekonomi

Hakekat demokrasi Ekonomi sesuai UUD 1945 berarti kehidupan yang layak bagi semua warga Negara yang antara lain mencakup:

- pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan Negara.

- Koperasi

- Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hokum dalam penggunaannya.

- Peranan pemerintah yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.

b. Munas III Persahi: The Rule of Law (Desember 1966)

Asas Negara hokum pancasila mengandung prinsip:

Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hokum, social, ekonomi, cultural dan pendidikan.

Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan lain.

Jaminan kepastian hokum dalam semua persoalan.

c. Simposium Hak Asasi Manusia (Juni 1967)

Persoalan HAM dalam kehidupan kepartaian harus ditinjau dalam rangka keharusan untuk mencapai keseimbangan yang wajar diantara 3 hal:

Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan.

Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya.

Perlunya untuk membina suatu rapidly expanding economy (pengembangan ekonomi secara cepat).

2. Demokrasi Pancasila

a. Pengertian

Prof. Dardji Darmodiharjo, S.H.

Demokrasi pancasila adalah Paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan seperti dalam pembukaan UUD 1945.

Prof. dr. Drs.Notonagoro, S.H.

Demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ensiklopedi Indonesia

Demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Aspek-Aspek Demokrasi Pancasila

Berdasarkan pengertian dan Pendapat tentang demokrasi Pancasila dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya.

Aspek Material

Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lainnya. Karena itulah, pengertian demokrasi pancasila tidak hanya merupakan demokrasi politik tetapi juga demokrasi ekonomi dan sosial .

Aspek Formal

Mempersoalkan proses dan cara rakyat menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan dan

bagaimana mengatur permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka, dan jujur untuk mencapai kesepakatan bersama.

Aspek Normatif

Mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah yang membimbing dan menjadi kriteria pencapaian tujuan.

Aspek Oktatif

Mengetengahkan tujuan dan keinginan yang hendak dicapai.

Aspek Organisasi

Mempersoalkan organisasi sebagai wadah pelaksaan demokrasi pancasila di mana wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai.

Aspek kejiwaan

Menjadi semangat para penyelenggara negara dan semangant para pemimpin pemerintah.

c. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila

Adapun Prinsip-prinsip Pancasila:

Persamaan bagi seluruh rakyat

Keseimbangan antara hak dan kewajiban

Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral Tuhan yang maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.

Mewujudkan rasa keadilan social

Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat

Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan

Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional

3. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Dalam sejarah Negara Republik Indonesia, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan social dan politik yang demokratis dalam masyarakat. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu system politik dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan

ekonomi serta character and nation building dengan partisipasi rakyat sekaligus menihindarkan timbulnya dictator perorangan, partai atau militer.

Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 periode:

1. periode 1945-1959 (Masa Demokrasi Parlementer)

Demokrasi parlementer menonjolkan peranan parlementer serta partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan.

1. periode 1959-1965 (Masa Demokrasi Terpimpin)

Demokrasi terpimpin ini telah m,enyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsure social-politik semakin meluas.

1. periode 1966-1998 (Masa Demokrasi Pancasila Era Orde Baru)

Demokrasi pancasila merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan system presidensial. Landasan formal periode ini adalah pancasila, UUD 1945 dan Tap MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin, dalam perkembangannya, peran presiden semakin dominant terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek demokrasi pada masa ini, nama pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politik penguasa saat itu sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidaka sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

1. periode 1999- sekarang (Masa Demokrasi Pancasila Era Reformasi)

Pada masa ini, peran partai politik kembali menonjol sehingga demokrasi dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah Pemilu banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih kea rah pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang mendasarkan pada keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare state)

4. Demokrasi Era Reformasi

Dewasa ini, hamper seluruh warga di dunia mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu Negara ke Negara lain. Dalam suatu Negara yang menganut system demokrasi, demokrasi harus berdasrkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan Negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.

Hakekat kekuasaan di tangan rakyat adalah menyangkut baik penyelenggaraan Negara maupun pemerintahan.

Prinsip demokrasi dalam Negara Indonesia tercantum dalam suatu Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi:

.maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, prinsip demokrasi Indonesia juga tercantum dalam Pancasila sila keempat yang berbunyi: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.]

Dasar pelaksanaan demokrasi Indonesia secara eksplisit tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Selain itu, juga tercantum dalam Pasal UUD 1945 hasil amandemen dengan mewujudkan sisitempenentuan kekuasaan pemerintahan Negara secara langsung dalam memilih presiden dan wakil presiden Pasal 6A ayat (1).

System demokrasi dalam penyelenggaraan Negara Indonesia diwujudkan dalam penentuan kekuasaan Negara yaitu dengan menentukan dan memisahkan tentang kekuasaan eksekutif pasal 4-16, legislative Pasal 19-22 dan yudikatif Pasal 24 UUD 1945.

Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945:

Demokrasi Indonesia Sebagaiman Dijabarkan dalam UUD 1945

Secara filosofis, demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan Negara dan sebagai tujuan kekuasaan Negara. Rakyat merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.

Unsur-unsur Sistem Pemerintahan yang demokratis:

- keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik

- tingkat persamaan tertentu diantara warga Negara

- tingkat kebebasan/ kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai olaeh warga Negara

- suatu system perwakilan

- suaru system pemilihan kekuasaan mayoritas

Di dalam kehidupan kenegaraan dengan system demokrasi, ada Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen pendukung tegaknya demokrasi. Untuk Negara-negara tertentu masih ditemukan lembaga-lembaga Negara lain seperti Indonesia. Lembaga-lembaga Negara/ alat kelengkapan Negara :

- Majelis Permusyawarakatan Rakyat

- Dewan Perwakilan Rakyat

- Presiden

- Mahkamah agung

- BadanPemeriksaKeuangan

Dalam sisitem kenegaraan, Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik masing-masing saling mempengaruhi. Dalam sisitem demokrasi, mekanisme interaksi antara Supra Struktur Politik dapat dilihat dalam proses penentuan kebijaksanaan umum atau menetapkan keputusan politik. Keputusan politik itu merupakan input dari Infra Struktur Politik yang kemudian dijabarkan oleh Supra Struktur Politik.

Penjabaran Demokrasi Menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.

Hal ini dapat ditemukan dalam konsep demokrasi sebagaiman terdapat dalam UUd 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm yaitu .suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat (ayat 2). Selanjutnya, di dalam penjelasan UUD 1945 tentang sisitem pemerintahan Negara III dijelaskan Kedaulatan rakyat.

Jadi, system demokrasi Indonesia sebagaimana tercanrum dalam UUD 1945 hanya memuat dasar-dasar nya saja dan memungkinkan untuk senantiasa dilakukan reformasi sesuai dengan perkembangan kekuasaan Negara.

1. D. Implementasi Demokrasi Pancasila Era Reformasi Sebagai Perwujudan Kedaulatan Rakyat

Salah satu implementasi demokrasi Pancasila sebagai perwujudan kedaulatan rakyat adalah dengan diadakannya Pemilihan Umum. Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat Pemilu merupakan suatu ajang aspirasi rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat. Masalah Pemilu ditur dalam UUD 1945 tentang Pemilihan Umum Bab VII B Pasal 22E sebagai hasil dari amandemen UUD 1945 ke-3 Tahun 2001 yang berbunyi:

1. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.

2. Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah.

3. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai Politik.

4. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah perseorangan.

5. Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.

6. Ketentuan lebih lanjut tentang Pemilu diatur dengan Undang-Undang.

Undang-Undang tentang Pemilu yang berlaku saat ini adalah UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu untuk anggota DPR, DPD dan DPRD. Undang-Undang ini merupakan pengganti dari UU No.3 Tahun 1999 tentang Pemilu yang kemudian diganti UU No.4 tahun 2000 karena UU tersebut dianggap tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

Berdasarkan UU No.12 Tahun 2003, kedaulatan rakyat tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh MPR, melainkan oleh UUD.

Tujuan diselenggaraknnya Pemilu adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mencapai tujuan nasional sesuai dengan UUD 1945.

Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Komisi ini bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Pemilu dan dalam pelaksanannya menyampaikan laporan kepada Presiden dan DPR.

Menurut Pasal 25 UU No.12 tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah:

1. merencanakan penyelenggaraan KPU

2. menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan Pemilu

3. mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan Pemilu

1. menetapkan peserta pemilu

2. menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota

3. menetapkan tanggal,waktu dan tata cara pelaksanaan kampanye dan pemungutan suara

4. menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota

5. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu

6. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur UU.

Dalam Pasal 1 UU No. 12 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Peserta pemilu adalah parpol untuk calon anggota legislative dan perseorangan untuk calon anggota DPD yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan UU No.12 Tahun 2003.

Sebagai Negara demokrasi, Indonesia memberikan hak yang sama bagi warganya untuk memilih dan dipilih dalam pemilu. Menurut pasal 14 UU No.12 Tahun 2003, untuk dapat didaftar sebagai pemilih, pemilih harus berumur 17 tahun atau sudah kawin, tidak terganggu jiwanya dan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap.

Sedangkan untuk manjadi calon anggota DPR,DPD DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota, syarat-syaratnya adalah berumur 21 tahun/ lebih, bertakwa kepada Tuhan YME, berdomisili di wilayah NKRI, cakap berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, berpendidikan serendah-rendahnya SLTP/sederajat, setia kepada Pncasila, UUD dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, bukan bekas anggota partai komunis termasuk organisasi massanya, bukan orang yang terlibat dalam G30S/PKI, atau organisasi terlarang lainnya, tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan pengadilan yang memiliki hokum tetap, tidak sedang menjalani tindak pidana penjara, sehat jasmani dan rohani serta terdaftar sebagai pemilih.

Berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu, DPR beserta Presiden menyusun UU No. 31 tahun 2002 tentang Parpol. Parpol mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan politis, sosialisasi. Komunikasi dan rekuiretmen politik. Tujuan parpol secara umum adalah melaksanakn cita-cita nasional bangsa Indonesia, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dan mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah memperjuangkan cita-citanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara umum, pemilu yang diselenggarakan pada masa Orde Baru dianggap oleh kebanyakan masyarakat tidak berlangsung secara demokratis. Berbagai strategi dihalalkan oleh sebuah partai yang berkuasa pada saat itu untuk terus memenangkan pemilu. Runtuhnya Orde Baru yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari jabatan Presiden, memberikan angin segar di tengah masyarakat yang sedang haus akan pendidikan politik dan berhasrat untuk belajar berdemokrasi.

Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama di indonesia yang dianggap dunia internasional sebagai yang paling demokratis. Dengan menambahkan asas jujur dan adil di belakang langsung, umum, bebas, rahasia, pemilu 1999 untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh lembaga independen bernama KPU. Pelaksanaannyapun sangat terbuka di bawah pengawasan dari berbagai lembaga pengawas independen, baik lokal maupun asing. Perubahan positif juga terjadi pada susunan dan kedudukan lembaga legislatif dan eksekutif. Kini, presiden tidak lagi menjadi mandataris MPR karena Presiden beserta wakilnya dipilih langsung oleh rakyat sehingga peran lembaga legislatif hanya sebagai pengawas terhadap pelaksanaan pemerintahan.

Pemilu 2004 dan 2009 menggunakan sisitem yang sama dengan pemilu sebelumnya yaitu multipartai. Hanya bedanya, pada pemilu 2004 dan 2009 menggunakan dua sisitem sekaligus yaitu sistem distrik untuk anggota DPD dan sisitem proporsional untuk pemilihan anggota DPR.

Walaupun agak ganji dalam penggunaan dua sisitem secara sekaligus, tetapi ini merupakan hal yang lumrah bagi sebuah negara yang masyarakatnya sedang dalam tahap belajar demokrasi.

BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat sebab dengan demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin.

Penerapan demokrasi di berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu negara. Indonesia sendiri menganut demokrasi pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.

Implementasi demokrasi pancasila terlihat pada pesta demokrasi yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali. Dengan diadakannya Pemilihan Umum baik legislatif maupun presiden dan wakil presiden terutama di era reformasi ini, aspirasi rakyat dan hak-hak politik rakyat dapat disalurkan secara langsung dan benar serta kedaulatan rakyat yang selama ini hanya ada dalam angan-angan akhirnya dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

- Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

- Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara. Jakarta: Erlangga.

- http://e-dukasi.net/- http://id.wikipedia.org/

Oleh Susilo Bambang Yudhoyono *)

Pemilu dalam demokrasi adalah penting, karena itu penting pula sistem dan undang-undang tentang pemilu tersebut. Pemilu juga harus bebas dan jujur, dalam arti free and fair. Penyelenggara pemilu juga harus fair, efektif dan berjalan secara tertib dan aman. Apabila itu dapat diwujudkan, maka pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dan juga proses pengambilan keputusan yang bersifat formal, dapat dilaksanakan secara kredibel.

Kredibilitas pemilu secara universal ditandai dengan undang-undang pemilu yang mengatur hal-hal utama dalam penyelenggaraan pemilu. Seperti, pengaturan siapa yang berhak memilih, siapa yang berhak dipilih, apa peran partai politik, bagaimana pendanaan pemilu, termasuk public financing of elections, aturan kampanye pemilu, cara pemungutan suara dan penghitungan suara, sanksi atas pelanggaran dan kejahatan pemilu, serta penyelesaian sengketa pemilu. Tidak kalah pentingnya organisasi penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara independen dan kompeten.

Berkaitan dengan pemilu demokrasi dan rule of law, barangkali ada pertanyaan, apakah pemilu yang diselenggarakan di berbagai negara tidak ada permasalahan dan tantangannya? Saya yakin jawabannya akan sama, ada permasalahan dan tantangan. Permasalahan dan tantangan pemilu itu diantaranya bagaimana sebuah pemilu dapat benar-benar diselenggarakan secara efektif, efisien, tertib dan lancar. Juga menyangkut keikutsertaan, serta partisipasi rakyat dalam pemilu. Bagaimana pemilih mendapatkan informasi yang lengkap.

Paling tidak ada tiga faktor penting yang benar-benar membuat sebuah pemilu sukses. Pertama adalah undang-undang pemilu yang baik. Kedua adalah komisi pemilu yang kredibel. Dan yang ketiga, partisipasi rakyat yang tinggi dan berkualitas.

Demokrasi, apapun jenis dan bentuk demokrasi itu, tiada lain adalah sebuah exercise of freedom. Karena semuanya itu berkaitan dengan hak, dengan the right of the citizens yang diatur dalam konstitusi. Dalam demokrasi juga dikemukakan pentingnya equality to power, persamaan kesempatan untuk mendapatkan kekuasaan yang sah.

Kedua hal itu, freedom and equality, yang berkaitan dengan decision making process terhadap siapa yang oleh rakyat akan diberikan mandat atau kepercayaan untuk memimpin mereka di negara-negara yang bersangkutan, maka dilakukanlah pemilihan umum, termasuk varian-varian yang ada, pemilihan kepala pemerintahan, apakah presiden, perdana menteri, dan yang sejenis, bahkan juga pemilu bisa bergerak terus pada tingkat lokal untuk memilih kepala daerah, seperti gubernur, bupati, dan walikota.

Pemilu yang berkualitas, pasti menyumbang terwujudnya demokrasi yang berkualitas. Dalam praktek kehidupan bernegara dan berpemerintahan, demokrasi tidak bisa berjalan sendiri, tidak bisa bekerja sendiri, ada pasangan-pasangan yang memungkinkan kehidupan bernegara, berpemerintahan, bermasayarakat di suatu negara berjalan dengan baik. Di samping demokrasi, juga penting rule of law dan good governance.

Rule of law dari banyak interpretasi, tiada lain adalah the supremacy of law, supremasi hukum. Rule of law bukan rule of mind, bukan rule of persons. Oleh karena itu, salah satu faktor yang penting berkaitan dengan demokrasi, rule of law dan pentingnya pemilu, sebuah undang-undang dan aturan hukum haruslah jelas atau clear. Dipublikasikan dan dimengerti oleh rakyat. Fair, tidak terus berubah-ubah, dapat melindungi hak-hak dasar dan dapat menjamin kepastian.

Sebuah undang- undang pemilu haruslah membuat pemilu bisa diselenggarakan dengan baik dan berkualitas sesuai dengan kaidah rule of law. Tidak kalah pentingnya undang-undang itu juga memenuhi nilai-nilai demokrasi, yaitu freedom, equality, peoples participations and politics.

Sejak 1955, Indonesia mengalami dinamika dalam pelaksanaan pemilu yang telah berlangsung selama 10 kali. Tiga pemilu terakhir, yakni pemilu tahun 1999, tahun 2004, dan tahun 2009-lah yang lebih banyak memenuhi norma dan kaidah pemilu dan demokrasi yang berlaku secara universal.

Suatu kebanggaan dan kebahagiaan, bahwa pemilu yang diselenggarakan di Indonesia hakekatnya adalah home grown elections, demokrasi yang bersentuhan dengan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, seraya menghormati nilai-nilai universal, demokrasi yang tumbuh di Indonesia pun juga boleh dikatakan home grown democracy.

Dengan hadirnya Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai bagian dari perubahan besar yang terjadi di negeri ini pada era reformasi dan juga bagian serta konsekuensi dari dilaksanakannya perubahan dan atau amandemen dari konstitusi Indonesia atau yang disebut dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peran, fungsi dan tugas MK sangat penting, memiliki cakupan yang tidak sedikit. Karena itu, pertanggungjawaban MK juga mulia, karena menyangkut masalah-masalah yang fundamental dalam kehidupan bernegara di Indonesia. MK melakukan uji materiil sebuah peraturan perundang-undangan, memutus sengketa wewenang antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan hasil pemilu, dan memutus ke pengadilan dalam perkara impeachment yang diajukan DPR terhadap Presiden dan atau Wakil Presiden.

Sejak berdirinya MK telah menjadi the guardian of our constitution. Disamping itu juga sebagai penegak demokrasi, keadilan, dan hak-hak azasi manusia. Beban dan intensitas kerja, pekerjaan rumah MK sangat tinggi. Semua itu bisa dikelola dengan baik dengan menjunjung tinggi the rule of law atau supremasi hukum yang sama-sama ingin kita tegakkan.

*) Diolah dari sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Konferensi Ke-7 Hakim Makhamah Konstitusi, 13 Juli 2010 di Jakarta.

A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI.

Pengertian DemokrasiIstilah Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan kratein yang berarti memerintah atau kratos.

Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, misalnya : John Locke (dari Inggris), Montesquieu (dari Perancis), dan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln. Menurut John Locke ada dua asas terbentuknya negara. Pertama, pactum unionis yaitu perjanjian antar individu untuk membentuk negara. Kedua, pactum suvjektionis, yaitu perjanjian negara yang dibentuknya. Abraham Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (democracy is government of the people, by the people, for the people). Ada dua asas pokok tentang demokrasi, yaitu sebagai berikut :a. Pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan.b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia HAM

Prinsip-prinsip Demokrasia. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga negara.d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.

Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain sebagai berikut :a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;b. Kedudukan yang sama dalam hukum;c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang

Makna Budaya DemokrasiPertama kali demokrasi diterapkan di Yunani di kota Athena dengan demokrasi langsung, yaitu pemerintahan dimana seluruh rakyat secara bersama-sama diikutsertakan dalam menetapkan garis-garis besar kebijakan pemerintah negara baik dalam pelaksanaan maupun permasalahannya.

Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, antara lain sebagai berikut :a. John Locke (Inggris)John Locke menganjurkan perlu adanya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan negara, yaitu sebagai berikut:1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.3) Kekuasaan Federatif yaitu kekuasaan untuk menetapkan perang dan damai, membuat perjanjian (aliansi) dengan negara lain, atau membuat kebijaksanaan/perjanjian dengan semua orang atau badan luar negeri.

b. Montesquieu (Prancis)Kekuasaan negara dalam melaksanakan kedaulatan atas nama seluruh rakyat untuk menjamin, kepentingan rakyat harus terwujud dalam pemisahaan kekuasaan lembaga-lembaga negara, antara lain sebagai berikut:1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.3) Kekuasaan Yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang oleh badan peradilan.

c. Abraham Lincoln (Presiden Amerika Serikat)Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the people, by people, by people, and for people. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Budaya Prinsip DemokrasiPada hakikatnya demokrasi adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Hikmah kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Permusyawaratan adalah tata cara khas kepribadian Indonesia dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai mufakat. Isi pokok-pokok demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :a. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.b. Demokrasi harus menghargai hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas.c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan berdasarkan atas kelembagaan.d. Demokrasi harus bersendikan pada hukum seperti dalam UUD 1945. Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).

Demokrasi Pancasila juga mengajarkan prinsip-prinsip, antara lain sebagai berikut:a. Persamaanb. Keseimbangan hak dan kewajibanc. Kebebasan yang bertanggung jawabd. Musyawarah untuk mufakat.e. Mewujudkan rasa keadilan sosial.f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Ada 11 prinsip yang diyakini sebagai kunci untuk memahami perkembangan demokrasi, antara lain sebagai berikut :a. Pemerintahan berdasarkan konstitusib. Pemilu yang demokratisc. Pemerintahan lokal (desentralisasi kekuasaan)d. Pembuatan UUe. Sistem peradilan yang independenf. Kekuasaan lembaga kepresidenang. Media yang bebash. Kelompok-kelompok kepentingani. Hak masyarakat untuk tahuj. Melindungi hak-hak minoritask. Kontrol sipil atas militer

B. MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANIPengertian Masyarakat MadaniMasyarakat madani sebagaimana yang dirumuskan PBB adalah masyarakat yang demokratis dan menghargai human dignity atau hak-hak tanggung jawab manusia. Civil Society berasal dari frasa Latin civillis societes yaitu suatu masyarakat yang didasarkan pada hukum dan hidup beradab.

Di Indonesia istilah civil society baru popular tahun 1990-an, pada masa berkembangnya keterbukaan politik. Masyarakat madani mencerminkan tingkat kemampuan dan kemajuan masyarakat yang tinggi untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi berbagai persoalan sosial.

Ciri-ciri Masyarakat MadaniMasyarakat madani (civil society) sering diterjemahkan yaitu bidang kehidupan sosial yang terorganisasi secara sukarela.

Substansi civil society mencangkup lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok yang sangat luas baik formal maupun non formal yang meliputi bidang ekonomi, kebudayaan, keagamaan, pendidikan dan informasi, kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), pembangunan atau organisasi kemasyarakatan lainnya.

Menurut Hikam ada empat ciri utama masyarakat madani, yaitu sebagai berikut :- Kesukarelaan, artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.- Keswasembadaan, artinya setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, kemandirian yang kuat tanpa menggantungkan pada negara, atau lembaga atau organisasi lain.- Kemandirian tinggi terhadap negara, artinya masyarakat madani tidak tergantung pada perintah orang lain termasuk negara.- Keterkaitan pada nilai-nilai hukum, artinya terkait pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.

Ciri khas masyarakat madani Indonesia adalah sebagai berikut:a. Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar pengembangan identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional.b. Pentingnya saling pengertian di antara sesama anggota masyarakat.c. Ada toleransi yang tinggid. Adanya kepastian hukum.

Kendala yang Dihadapi Bangsa IndonesiaAntara lain sebagai berikut :a. Belum tertanamnya jiwa kemandirian bangsa Indonesiab. Kurangnya kesadaran pada hukum yang berlaku.c. Masih rendahnya tingkat kesukarelaan dan keswasembadaan pada setiap warga negara.d. Masih kurangnya perangkat hukum.e. Masih rendahnya sumber daya manusia bila dibandingkan dengan negara lain.

Upaya Yang DilakukanAntara lain sebagai berikut :a. Meningkatkan jiwa kemandirian melalui kegiatan perekonomian dengan adanya bapak angkat perusahaan.b. Meningkatkan kesadaran hukum melalui berbagai media sosialisasi politik.c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.d. Menciptakan perangkat hukum yang memadai dan berkeadilan sosial.e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan.f. Mengembangkan media komunikasi politik di berbagai lingkungan kerja.g. Menanamkan sikap positif pada proses demokratisasi di Indonesia pada setiap warga negara.

C. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA SEJAK ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN ORDE REFORMASI.

Prinsip Demokrasi PancasilaDemokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai oleh dan diintegrasikan dengan keseluruhan sila-sila dalam Pancasila. Ciri khas demokrasi Pancasila adalah musyawarah mufakat. Corak khas demokrasi Pancasila dapat dikenali dari sisi formal dan material. Dari sisi formal, demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa setiap pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Dari sisi material, demokrasi Pancasila menampakkan sifat kegotongroyongan.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesiab. Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.c. Kebebasan yang bertanggung jawab.d. Mewujudkan rasa keadilan sosial.e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.f. Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesiaa. Masa Orde LamaMasa Orde Lama berlangsung mulai tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 1 Maret 1966. Berikut ini pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama. Demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi terpimpin.Ciri umum demokrasi terpimpin, antara laina) Adanya rasa gotong royong.b) Tidak mencari kemenangan atas golongan lain.c) Selalu mencari sintesa untuk melaksanakan amanat rakyat.

Selama pelaksanaan demokrasi terpimpin kecenderungan semua keputusan hanya ada pada Pemimpin Besar Revolusi Ir. Sukarno. Hal ini mengakibatkan rusaknya tatanan kekuasaan negara, misalnya DPR dapat dibubarkan, Ketua MA, MPRS menjadi Menko pemimpin partai banyak yang ditangkapi.

b. Masa Orde BaruMasa Orde Baru berlangsung mulai dari 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998. Berikut ini pelaksanaan demokrasimasa Orde Baru.1) Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat.

2) Ciri umum demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut:a) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.b) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.c) Tidak memaksakan kehendak kepada orang laind) Selalu diliputi semangat kekeluargaan.e) Adanya rasa tanggung jawab dalam menghasilkan musyawarah.f) Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.g) Hasil keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

3) Pelaksanaan demokrasi Pancasila antara lain sebagai berikut:a) Masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum. Kekuasaan presiden begitu dominan baik dalam suprastruktur politik.b) Banyak terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah membudaya. Ini mengakibatkan negara Indonesia terjerumus dalam berbagai krisis yang berkepanjangan.

c. Masa ReformasiBerlangsung mulai dari Mei 1998 sampai dengan sekarang. Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila masa Reformasi, seperti yang tercantum pada demokrasi Pancasila. Selain itu juga lebih ditekankan pada :- Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai lembaga negara, lembaga politik, dan kemasyarakatan.- Pembagian secara tegas wewenang antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.- Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang multipartai.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun waktu 60 tahun terakhir telah banyak mengalami perubahan yang mencakup berbagai hal, yaitu sebagai berikut :a. Periode 1945-1949 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi Pancasila namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberalb. Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal.c. Periode 1950-1959 dengan UUDS 1950 berlaku demokrasi liberal dengan multipartai.d. Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharus berlaku demokrasi Pancasila, namun yang diterapkan demokrasi terpimpin (cebderung otoriter).e. Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung otoriter).f. Periode 1998 sampai sekarang dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung ada perubahan menuju demokratisasi).

Pelaksanaan Pemilu pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.Sejak Indonesia merdeka telah melaksanakan pemilu sebanyak sembilan kali.

a. Tujuan Pemilu1) Melaksanakan kedaulatan rakyat.2) Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat.3) Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR.4) Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai, aman, dan tertib (secara konstitusional).5) Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

b. Asas Pemilu IndonesiaSesuai dengan Pasal 22 E Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

c. Pelaksanaan Pemilu di Indonesia.1. Pemilihan Umum Pertama dilaksanakan tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR), tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Diikuti 28 partai politik.2. Pemilihan Umum Kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti sebanyak 10 partai politik.3. Pemilihan Umum Ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 1977 yang diikuti oleh dua Parpol dan satu Golkar. Hal ini dikarenakan terjadi fusi parpol dari 10 parpol peserta pemilu 1971 disederhanakan menjadi 3 dengan ketentuan sebagai berikut.a) Partai yang berhaluan spiritual material fusi menjadi PPP (Partai Persatuan Pembangunan)b) Partai yang berhaluan material-spriritual fusi menjadi PDI (Partai Demokrasi Indonesia)c) Dan partai yang bukan keduanya menjadi Golkar (Golongan Karya).4. Pemilihan Umum Keempat dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1982.5. Pemilihan Umum Kelima dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987.6. Pemilihan Umum Keenam dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 1992, peserta pemilu masih dua parpol (PPP dan PDI) serta satu Golongan Karya.7. Pemilihan Umum Ketujuh dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997. Peserta pemilu adalah PPP, Golkar, dan PDI. Jumlah anggota DPR 500 orang dan anggota MPR 1.000 orang dengan rincian sebagai berikut.a) Unsur ABRI 75 orangb) Utusan Daerah 149 orangc) Imbangan susunan : anggota MPR 251 orangutusan golongan 100 orangJumlah 1.000 orang8. Pemilihan Umum Kedelapan (Era Reformasi) dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti sebanyak 48 partai politik. Pada pemilu ini telah terpilih jumlah anggota DPR sebanyak 500 orang dan jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang dengan rincian DPR dipilih 462 orang, DPR unsur TNI/Polri 38 orang, utusan daerah 135 orang, dan utusan golongan 65 orang.9. Pemilihan Umum Kesembilan dilaksanakan tanggal 5 April 2004 yang diikuti 24 partai politik. Ini telah terjadi penyempurnaan pemilu, yakni pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota serta memilih presiden dan wakil presiden.

D. PERILAKU BUDAYA DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIPerilaku Budaya DemokrasiDalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut :a. Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku.b. Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.c. Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.d. Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis.e. Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.f. Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.g. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan, masyarakat, bangsa, dan negara.h. Menggunaka kebebasan dengan penuh tanggung jawab.i. Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.

Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Keluargaa. Lingkungan Keluarga1) Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan kedudukannya.2) Membiasakan mengatasi dan memecahkan masalah dengan jalan musyawarah mufakat.3) Saling menghargai perbedaan pendapat masing-masing anggota keluarga.4) Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

b. Lingkungan Sekolah1) Berusaha selalu berkomunikasi individual.2) Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan.3) Berani mengajukan petisi (saran/usul).4) Berani menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding.5) Selalu mengikuti jenis pertemuan yang diselenggarakan OSIS.6) Berani mengadakan kegiatan yang merupakan realisasi dari program OSIS dan sebagainya.

c. Lingkungan masyarakat1) Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat.2) Berusaha mengatasi masalah yang timbul dengan pemikiran yang jernih.3) Mengikuti kegiatan rembug desa.4) Mengikuti kegiatan kerja bakti.5) Bersama-sama memberikan ususlan demi kemajuan masyarakat.

Ada beberapa contoh perilaku yang dapat mendukung tegaknya prinsip-prinsip demokrasi, antara lain sebagai berikut :a. Menghindarkan perbuatan otoriter.b. Melaksanakan amanat rakyat.c. Melaksanakan hak tanpa merugikan orang lain.d. Mengembangkan toleransi antarumat beragama.e. Menghormati pendapat orang lain.f. Senang ikut serta dalam kegiatan organisasi misalnya OSIS, Pramuka, PMR dan sebagainya.g. Menentukan pemimpin dengan jalan damai melalui pemilihan.Menerima perbedaan pendapat.

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA SEBAGAI PENERAPAN KONSEP KEDAULATANRAKYAT{ 15 January 2010 @ 9:30 PM } { HUKUM } { Tags: kedaulatan, konsep, pemilihan, pemilu, penerapan, rakyat, umum }

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah bentuk pemerintahan yang terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri. Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada batasnya.

Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh sebagian besar rakyat. Dalam bukunya Le Contract Social, Jean Jacques Rousseau memaparkan bahwa penguasa/pemerintah telah membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang ia sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Pembahasan pada makalah ini tidak hanya terbatas pada pembagian bentuk-bentuk negara dan pemerintahan saja, tetapi juga menguraikan fakta yang terjadi dalam negara kita pada proses pemilihan umum, serta kaitannya dengan penerapan teori tentang demokrasi.

C. Tujuan Penulisan

Secara umum, penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada para pembaca, khususnya para mahasiswa Fakultas Hukum, mengenai penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia sebagai sebuah pesta demokrasi sekaligus perwujudan kedaulatan rakyat.

Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Semester Pertama Fakultas Hukum Universitas Pasundan.

D. Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, Penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan acuan dari sumber tertulis, seperti buku teks, diktat, surat kabar, dan undang-undang.

BAB II

TEORI BENTUK PEMERINTAHAN DAN BENTUK NEGARA

A. Pembedaan Monarki dan Republik

Dalam buku Il Principe, Niccolo Machiavelli mengatakan bahwa bentuk negara hanya ada dua, yaitu republik dan monarki. Ia mengartikan negara sebagai bentuk genus sedangkan monarki dan republik sebagai bentuk species.

Sama seperti Machiavelli, Georg Jellinek, dalam bukunya, Allgemeine Staatslehre juga membedakan bentuk negara menjadi monarki dan republik dan bentuk ini dianggap sebagai bentuk species dari negara. Pembedaan dalam kedua bentuk itu didasarkan atas perbedaan terjadinya pembentukan kemauan negara itu hanya ada dua kemungkinan, yaitu:

1. Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara itu semata-mata secara psikologis atau secara alamiah, yang terjadi dalam jiwa atau badan seseorang dan tampak sebagai kemauan seseorang atau individu, maka bentuk negaranya adalah monarki.

2. Apabila cara terjadinya pembentukan negara secara yuridis, yaitu dibuat atas kemauan orang banyak sehingga terlihat seperti kemauan dewan, maka bentuk negaranya adalah republik.

Sementara itu, Leon Duguit sebagai seorang realis tidak setuju dengan penggunaan staatswill sebagai ukuran untuk menentukan bentuk negara. Dalam bukunya Traite de Droit Constitutionel, ia mengutarakan bahwa untuk menentukan sebuah negara berbentuk monarki atau republik ialah dengan menggunakan cara penunjukan/pengangkatan kepala negaranya. Bila kepala negara diangkat berdasarkan garis keturunan, maka negara tersebut adalah monarki sedangkan bila diangkat tidak atas dasar keturunan maka bentuknya ialah republik.

Sebenarnya Duguit mengatakan kedua bentuk di atas sebagai bentuk pemerintahan, hal ini tidak lazim karena tidak sesuai dengan Hukum Tata Negara. Lazimnya, istilah bentuk pemerintahan digunakan untuk menentukan lebih lanjut perbedaan dari bentuk negara, yaitu mengenai perbedaan sistem Hukum Tata Negaranya. Duguit sendiri membagi bentuk negara menjadi dua, yaitu negara serikat dan negara kesatuan.

Menurut Kranenburg, ukuran yang digunakan oleh Duguit ini lebih realistis, akan tetapi dalam bentuk-bentuk tertentu masih ada kelainan atau ketidakcocokan. Misalnya, pada Kerajaan Polandia ternyata raja diangkat berdasarkan pemilihan dan bukan semata-mata atas dasar keturunan.

Prof. Otto Koellreuter setuju dengan pendapat Duguit tentang pembagian bentuk negara dalam bentuk monarki dan republik. Di samping itu, sebagai seorang fasis Jerman, ia menambahkan bentuk yang ketiga yang ia namakan autoritaren fuhrerstaat.

Dewasa ini, monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu dinasti sehingga kepala negaranya diangkat secara turun-temurun. Oleh karena itu, ia beranggapan bahwa dasar dari monarki adalah ketidaksamaan. Hal ini disebabkan oleh tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara. Sebaliknya, republik didasarkan atas azas kesamaan karena kepala negaranya diangkat berdasarkan kemauan orang banyak dan setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara.

Untuk bentuk negara yang ketiga, autoritaren fuhrerstaat, kepala negara tidak lagi diangkat atas dasar dinasti melainkan atas dasar pikiran yang dapat berkuasa yang ia sebut sebagai der gedanken der staatsautoritat. Sama halnya dengan bentuk monarki, bentuk ini juga didasarkan atas azas ketidaksamaan. Akan tetapi, berbeda dengan monarki yang berpangkal pada keturunan, bentuk autoritaren fuhrerstaat berpangkal pada pikiran yang dapat menguasai negara. Koellreuter tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa seorang yang mempunyai pikiran yang dapat berkuasa atau der gedanken der staatsautoritat dapat diangkat menjadi kepala negara. Ia hanya mengatakan bahwa bentuk-bentuk politik dari pimpinan tertinggi negara nasional sosialis dalam banyak hal seharusnya berlainan dengan bentukbentuk dalam negara liberal.

B. Pembagian Tiga Bentuk: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi

Yang digunakan sebagai ukuran pada teori ini adalah jumlah orang yang diserahkan kekuasaan untuk memelihara kepentingan umum dan membuat peraturan mengenai hal-hal tersebut. Dengan kata lain, ukurannya adalah jumlah orang yang memegang tampuk pemerintahan (teori kuantitas). Pembagian tersebut adalah:

1. Monarki apabila yang memerintah hanya satu orang.

2. Oligarki apabila yang memerintah terdiri dari beberapa orang.

3. Demokrasi apabila yang memerintah adalah orang banyak/rakyat.

Pembagian tiga bentuk negara ini sebenarnya dibuat oleh Herodotus, namun, yang mengemukakan pertama kali adalah Aristoteles. Selain itu, Aristoteles juga mengembangkan teori kualitas yang merupakan pemerosotan bentuk negara ditinjau dari sudut kualitas orang yang memerintah. Artinya, apakah ia memerintah untuk kepentingan umum atau untuk kepentingan sendiri/kelompok. Bentuk-bentuk tersebut adalah:

1. Monarki, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan oleh satu orang untuk kepentingan rakyat. Apabila orang yang memerintah kemudian melaksanakan pemerintahan untuk kepentingan dirinya sendiri, maka bentuknya berubah menjadi tirani/diktatur.

2. Aristokrasi, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan oleh sekelompok cendekiawan untuk kepentingan rakyat. Apabila kelompok tersebut melaksanakan pemerintahan untuk kepentingan golongannya, maka bentuknya merosot menjadi oligarki.

3. Politeia, yaitu pemerintahan oleh seluruh orang untuk kepentingan seluruh rakyat. Apabila pemerintahan dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak memahami masalah pemerintahan, maka bentuk ini akan merosot menjadi demokrasi.

Polybios, seorang ahli negara dari Yunani, mendasarkan teorinya yang berisi tentang perkembangan bentuk negara atas azas sebab akibat. Ia menguraikan proses pertumbuhan dan musnah/lenyapnya bentuk negara secara psikologis. Dan perkembangan bentuk negara yang satu ke bentuk negara yang lain merupakan

suatu perputaran/siklus. Sama halnya seperti Aristoteles, Polybios juga mengutarakan tiga bentuk negara ideal berikut bentuk pemerosotonnya. Bedanya, menurut Polybios, bentuk negara ideal yang ketiga adalah demokrasi dan bukan politeia. Sedangkan bentuk pemerosotonnya adalah oklokrasi, yaitu kondisi yang kacau balau yang diakibatkan oleh tidak berhasilnya para wakil rakyat dalam melaksanakan tugasnya karena kurang memperhatikan kepentingan umum.

C. Tipe-tipe Demokrasi Modern

Demokrasi dapat dibedakan dalam tiga tipe dengan ukurannya adalah hubungan antar organ negara. Tiga tipe tersebut adalah:

1. Demokrasi dengan sistem parlementer.

Pada awalnya, tujuan digunakannya sistem parlementer adalah untuk mempertahankan bentuk kerajaan/monarki di negara Inggris dalam suasana bertambah kuatnya kekuasaan rakyat. Caranya adalah membuat sistem pemerintahan di mana raja tidak dapat diganggu gugat dan peran menteri yang bertanggung jawab pada parlemen dalam melaksanakan pemerintahan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara lembaga eksekutif dan legislatif dan adanya saling ketergantungan satu sama lain.

2. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan.

Bentuk ini terutama sekali diterapkan di Amerika Serikat di mana badan eksekutif secara tegas dipisahkan dari badan legislatif dan badan yudikatif. Presiden dalam hal ini mempunyai kekuasaan yang sama sekali terpisah dan tidak dapat mempengaruhi sistem kerja dari lembaga legislatif dan yudikatif. Dalam sistem ini, yang merupakan kelanjutan dari teori Trias Politica Montesquieu, ketiga lembaga tinggi negara tersebut mempunyai kekuasaan yang sama kuat, maka dalam pelaksanaannya sulit untuk berjalan bersama dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dibuat suatu sistem untuk menciptakan keseimbangan antara ketiga

kekuasaan yang ada, yang disebut sistem check and balance. Pada sistem ini, Presiden Amerika Serikat mempunyai hak veto terhadap suatu rancangan undang-undang yang telah diterima oleh Kongres. Sebaliknya, Kongres juga dapat melakukan impeachment terhadap Presiden apabila terjadi penyimpangan. Untuk kekuasaan yudikatif, seorang Hakim Agung diangkat oleh Kongres dari calon yang diajukan oleh Presiden. Selain itu, Mahkamah Agung juga mempunyai hak menguji secara material (judicial review) terhadap suatu undang-undang dan menyatakan tidak sah apabila undang undang tersebut bertentangan dengan konstitusi.

3. Demokrasi dengan pengawasan langsung oleh rakyat.

Dalam bentuk ini, badan legislatif tunduk pada pengawasan atau control dari rakyat. Pengawasan rakyat dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu dengan inisiatif rakyat dan dengan referendum. Inisiatif rakyat merupakan hak rakyat untuk mengajukan atau mengusulkan suatu rancangan undang-undang pada lembaga legislatif dan eksekutif.

Sedangkan referendum adalah meminta persetujuan atas pendapat rakyat mengenai suatu kebijaksanaan yang telah, sedang, atau akan dilaksanakan oleh badan legislatif dan eksekutif. Referendum terbagi atas tiga macam, yaitu:

a. referendum obligatoir, yaitu referendum terhadap suatu undangundang yang materinya menyangkut hak-hak rakyat sehingga wajib meminta persetujuan rakyat sebelum undang-undang tersebut diberlakukan.

b. referendum fakultatif, yaitu referendum terhadap undang-undang yang sudah berlaku dalam waktu tertentu.

c. referendum konsultatif, yaitu referendum yang berkaitan dengan masalah teknis suatu negara.

Pemilihan umum, yang merupakan perwujudan kedaulatan rakyat dalam sebuah negara republik demokrasi memiliki beberapa sistem, yaitu:

1. Sistem distrik, merupakan sistem pemilihan di mana negara terbagi dalam daerah-daerah bagian. Di dalam badan perwakilan rakyat, setiap distrik diwakili oleh seorang atau beberapa orang anggota yang jumlahnya sama dari semua distrik. Kelebihan dari sistem ini adalah, rakyat mengenal wakilnya dengan baik, begitu pun sebaliknya, dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara wakil dengan daerah yang diwakilinya. Sedangkan kekurangannya adalah, suara minoritas akan hilang karena hanya yang mendapat suara mayoritaslah yang akan mewakili daerahnya.

2. Sistem proporsional, merupakan sistem berdasarkan presentase pada kursi parlemen yang akan dibagikan kepada partai politik peserta pemilihan umum, dengan kata lain, partai politik akan memperoleh jumlah kursi sesuai dengan jumlah suara pemilih yang diperoleh di seluruh wilayah negara. Kebaikan sistem ini adalah, semua partai terwakili sehingga lebih demokratis. Selain itu, pada sistem ini, pemilihan juga dilaksanakan secara nasional, tidak dilakukan per daerah. Badan perwakilan benar-benar menjadi wadah aspirasi seluruh rakyat bagi negara yang menggunakan sistem ini. Namun, keburukannya adalah, pemimpin partai sangat menentukan siapa saja yang akan duduk di dalam parlemen untuk mewakili partainya. Di samping itu, wakil daerah juga tidak mengenal daerah pemilihannya secara dekat.

3. Sistem gabungan, merupakan penggabungan dua sistem sebelumnya.

Pada sistem ini, negara dibagi dalam beberapa daerah pemilihan, sisa suara yang bukan mayoritas tidak hilang begitu saja karena diperhitungkan dengan jumlah kursi yang akan dibagi.

BAB III

PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

A. Undang-undang Dasar 1945

Negara Republik Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik dan menjalankan pemerintahan dalam bentuk demokrasi. Dalam pokok pikiran ketiga Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 terkandung bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam Undang-undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan garis-garis besar haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan wakilnya (Wakil Presiden). MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan Presiden bertugas menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh MPR. Di sini, peran Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya Presiden harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.

Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat tahun 2002, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini juga tercantum dalam Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang berbunyi: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. serta Pasal 22C UUD 1945 hasil Amandemen ketiga tahun 2001 yang berbunyi: Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.

Dalam Pasal 6A UUD 1945 yang merupakan hasil Amandemen ketiga tahun 2001 dijelaskan mengenai pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lengkapnya berbunyi:

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

UUD 1945 yang merupakan Konstitusi Negara Republik Indonesia mengatur masalah pemilihan umum dalam Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Pasal 22E sebagai hasil Amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001. Secara lengkap, bunyi Pasal 22E tersebut adalah:

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah perseorangan.

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undangundang.

B. Undang-undang Pemilihan Umum

Selain tercantum dalam UUD 1945, masalah mengenai pemilihan umum juga diuraikan secara sistematis dalam suatu undang-undang yang disusun secara bersama oleh DPR dan Presiden.

Undang-undang tentang Pemilihan Umum yang berlaku saat ini adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 karena undang-undang lama tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat.

Dijelaskan dalam Undang-undang (UU) No. 12 Tahun 2003 bahwa perubahan yang terjadi pada UUD 1945 Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar bermakna bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi dilaksanakan menurut UUD. Berdasarkan perubahan tersebut, seluruh anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Melalui pemilu tersebut akan lahir lembaga perwakilan dan pemerintahan yang demokratis.

Tujuan dari diselenggarakannya pemilu adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan UUD 1945.

Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi ini memiliki tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pemilu, dan dalam menjalankan tugasnya, KPU menyampaikan laporan kepada Presiden dan DPR.

Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah:

1. merencanakan penyelenggaraan KPU.

2. menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.

3. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendali