2397_makalah pkn
DESCRIPTION
ihcsidcoijdTRANSCRIPT
MEMILIKI KESADARAN HAK DAN KEWAJIBAN
SEBAGAI WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Disusun Oleh:
Muhammad Ikhlasul Amal (15808144003)
Nerisse Arviani Istanti (15808144014)
Muhammad Abizar Al-Kautsar (15808144016)
Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo 01 Yogyakarta 55281
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun
sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul “ Hak dan
Kewajiban Warga Negara Indonesia”.
Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Budi Mulyono, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dan tim penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Yogyakarta, 24 Oktober 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara
B. Asas-Asas Kewarganegaraan
C. Memiliki Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
D. Menganalisis Pelaksanaan Kewajiban Warga Negara pada Diri Sendiri
E. Merumuskan Berbagai Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara
BAB III. ANALISIS MASALAH
A. Contoh Masalah
B. Analisis Masalah
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas
dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak
berjalan seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang akan
menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Pengakuan akan kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban
bagi semua (egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan
sikap percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude). Norma ini akan
berkembang dengan baik jika ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap manusia.
Sebaliknya, pandangan negati dan pesimis terhadap manusia dengan mudah akan melahirkan
sikap enggan untuk saling terbuka, saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau untuk
melakukan kompromi dengan pihak-pihak yang berbeda. Prof.Dr.Komaruddin Hidayat dan
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (2008:39).
Sebagai warga Negara Indonesia harus menyadari betapa pentingnya mempelajari pendidikan
kewarganegaraan, karena melalui pendidikan kewarganegaraan inilah kita dapat menyadari
semangat perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa Indonesia. Selain itu
juga kita dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa ini kedepannya dan
akan dapat menimbulkan rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan demi tetap utuhnya
NKRI.
Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya waktu disekolah saja, tetapi di
perguruan tinggi pun kita akan mempelajari pendidikan kewarganegaraan kembali. Oleh
karena itu saat ini pendidikan kewarganegaraan menjadi pelajaran yang bermuatan softskill,
maka dari itu kita harus mengutamakan persatuan dan kesatuan dan mampu berintelektual
dalam bidang politik, hukum dan kemasyarakatan. Mempelajari pendidikan kewarganegaraan
juga terdapat di dalam pasal 39 ayat 2 yaitu bahwa di setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat pendidikan kewarganegaraan agar kita dapat memahami hak dan
kewajiban seorang warga Negara.
Banyak masyarakat tidak memahami pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan,
contohnya yaitu mahasiswa yang bentrok dan tawuran sesama mahasiswa, demonstrasi yang
melanggar hukum, maka dari kejadian itu sudah jelas bahwa mereka menyalahgunakan dan
tidak memahami dari pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Maka dari itu pendidikan
kewarganegaraan harus di mulai dari usia dini, agar kita dapat memahami pentingnya
keadaan lingkungan disekitar kita.
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum didapat, ada juga orang-
orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah didapat, akan tetapi mereka
tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau membela
negaranya dikala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara seberang, seperti contoh mereka
tidak mau tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh
negara lain, dan bahkan mereka mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata demi
kepentingan perutnya sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang paham tentang hak
dan kewajibannya sebagai warga negara. Atau mereka paham tetapi hawa nafsu telah
menguasai akal pikiran mereka sehingga tertutup kebaikan di dalam jiwa mereka.
Oleh karena itu, disusunlah makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara ini. Selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, penulisan makalah ini juga agar
pembaca dapat memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian hak dan kewajiban warga negara?
Apa saja asas-asas kewarganegaraan?
Bagaimana hak dan kewajiban warga negara Indonesia?
Bagaimana hak dan kewajiban mahasiswa sebagai warga negara Indonesia?
Bagaimana cara memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara?
Bagaimana pelaksanaan kewajiban warga negara pada diri sendiri?
Apa saja hak dan kewajiban sebagai warga negara?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara
Ditinjau dari etimologi kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak berarti milik,
kekuasaan yang benar atas sesuatu. Kewajiban berarti keharusan, atau sesuatu yang harus
dilakukan. Warga negara berarti pnduduk sebuah negara, yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga
(anggota) dari negara itu. Hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang benar atas
sesuatu dan yang harus dilakukan oleh penduduk sebuah negara.
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai
anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya didapat
dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban . Kewajiban adalah
segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh
individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapat.
Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang
sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut .
Sumber: Prof. A. Masyhur Effendi, S.H., M.S.dan Taufani S.Evandri, S.H., M.H. (2014).
HAM Dalam Dinamika/Dimensi Hukum, Politik, Ekonomi, dan Sosial. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
B. Asas-Asas Kewarganegaraan
Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil
adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
Negara yang bersangkutan, di perkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili)
dalam wilayah Negara itu.
Setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraan. Dalam asas kewarganegaraan dikenal dua pedoman yaitu:
Asas kelahiran (Ius soli)
Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan hanyalah ius soli saja,
sebagai suatu anggapan bahwa seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan
logis ia menjadi warga negara tersebut, akan tetapi dengan tingginya mobilitas manusia maka
diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada kelahiran sebagai realitas bahwa orang
tua yang memiliki status kewarganegaraan yang berbeda akan menjadi bermasalah jika
kemudian orang tua tersebut melahirkan di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di
tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan maka si anak tidak berhak untuk
mendapatkan status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah maka muncul asas ius
sanguinis.
Asas keturunan (Ius sanguinis)
Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang
lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara seperti Indonesia maka
anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara
Indonesia.
Asas perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang memiliki asas kesatuan
hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang
mendambakan suasana sejahtera, sehat dan bersatu. Di samping itu asas perkawinan
mengandung asas persamaan derajat, karena suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan masing-masing pihak. Asas ini menghindari penyelundupan hukum,
misalnya seorang yang berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status kewarganegaraan
suatu negara dengan cara berpura-pura melakukan pernikahan denga perempuan di negara
tersebut, setelah mendapat kewarganegaraan itu ia menceraikan isterinya.
Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seseorang yang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara.
Sedangkan naturalisasi pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara
atau tidak mau diberi status warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan
menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.
Sumber: Sunarso, M.Si., Kus Eddy Sartono, M.Si., Sigit Dwikusrahmadi, M.Si., Y. Ch. Nany
Sutarini, M.Si. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.
C. Memiliki Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain , sehingga dalam praktik
harus dijalankan dengan seimbang . Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara imbang
dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan dalam pelaksanaan kehidupan
individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Ketimpangan
akan hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan gejolak dalam kehidupan baik dari
kalangan individu maupun kelompok.
Gejolak tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas tidak berjalannya hak dan kewajiban
secara seimbang. Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya gejolak pada masyarakat
mengenai ketimpangan akan hak dan kewajiban tersebut diperlukan kesadaran secara
mendasar pada individu akan kewajiban yang harus dipenuhi guna mendapatkan hak yang
pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.
Sumber: Prof.Dr.Komaruddin Hidayat dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. (2008).
Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah.
D. Menganalisis Pelaksanaan Kewajiban Warga Negara pada Diri Sendiri
Sebelum kita menuntut atau mendapatkan Hak sebagai warga Negara selayaknya kita terlebih
dahulu menjalankan kewajiban sebagai warga Negara. Kewajiban warga Negara Indonesia,
diantara lain:
a. Setiap warga Negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
b. Setiap warga Negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar Negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
c. Setiap warga Negara turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsan agar
bangsa kita bisa berkembang maju ke arah yang lebih baik.
d. Setiap warga Negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia dari serangan musuh.
Menganalisis hak dan kewajiban sebagai warga Negara pada diri sendiri yaitu dengan cara
membayar pajak sesuai dengan pajak yang telah ditentukan. Menyadari bahwa kita memiliki
hak yang harus diikuti dengan baik oleh kewajiban yang ada, seperti mentaati peraturan yang
sudah dibuat oleh pemerintahan pusat maupun daerah, mengikuti struktur jalannya Negara
dengan baik tanpa membuat masalah, memanfaatkan hak untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran sesuai dengan jenjang masing-masing. Menjalani tugas dengan baik sebagai
seorang siswa atau mahasiswa, menghargai dan menghormati pendapat orang lain,
bermusyawarah untuk mendapatkan mufakat, demonstrasi dengan baik dan tidak melanggar
hukum yang ada.
Sumber: Jazim Hamidi, Mohamad Sinal, Ronny Winarno, Any Suryani, I Ketut Sudantra,
Mariyadi, Tunggul Anshari S. Negara. (2012).Teori Hukum tata Negara. Jakarta: Salemba
Humanika.
E. Merumuskan berbagai Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara
Hak warga Negara yang terdapat dalam UUD 1945 yang telah di amandemen:
1. Pasal 28D ayat 1: dalam memberikan aspirasi rakyat ke pemerintah serta
mendapatkan keadilan dari pemerintah dan dalam persidangan hukuman
2. Pasal 27 ayat 2: setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak
3. Pasal 28B ayat 1: setiap warga Negara berhak untuk meneruskan keturunan mereka
dan membentuk keluarga yang disahkan oleh agama dan Negara
4. Pasal 28C ayat 1: setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran tanpa memandang sisi ekonominya. Bagi warga Negara yang kurang
mampu selama ini sudah disediakan berbagai macam beasiswa agar mereka tetap bisa
mendapatkan pendidikan dan ilmu untuk meningkatkan kualitas yang lebih tinggi dan
berguna sebagai rakyat dan memenuhi kebutuhan dalam pencarian pekerjaan.
5. Pasal 19: bahwa setiap orang berhak mendapatkan kebebasan mempunyai dan
mengeluarkan pendapat
6. Pasal 27 ayat 1: bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
7. Pasal 27 ayat 3: setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara
8. Pasal 30 ayat 1: tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.
Kewajiban warga Negara yang tercantum pada UUD 1945 yang sudah di amandemen:
1. Pasal 9 ayat 1: setiap warga Negara wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. Pasal 27 ayat 3: setiap warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
3. Pasal 30 ayat 1: tiap-tiap warga Negara wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
4. Pasal 28 ayat 1: setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar
Negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya.
Sumber: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. (2010). Prihal Undang-Undang. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Contoh Masalah
SEKRETARIS Daerah (Sekda) Kabupaten Bintan, Azirwan telah ditetapkan Pengadilan
terbukti melakukan suap kepada anggota Komisi IV DPR, Al-Amin Nasution untuk
mendapat rekomendasi alih fungsi hutan di Bintan. Seperti diketahui, Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta telah menjatuhi hukuman dua tahun enam bulan penjara kepada
Azirwan karena dininyatakan terbukti melakukan penyuapan pada alih fungsi hutan lindung
Bintan, Kepulauan Riau. Di kasus itu, Azirwan juga diwajibkan membayar denda Rp 100 juta
subsidair tiga bulan kurungan.
KPK menangkap Azirwan pada 8 April 2008 bersama anggota DPR, Al Amin Nasution.
KPK menyita uang senilai Rp 4 juta saat penangkapan dan Rp 67 juta di mobil Al-Amin.
Uang itu diduga diberikan Azirwan untuk memuluskan pembahasan di Komisi IV Dewan
Perwakilan Rakyat guna mendapatkan rekomendasi alih fungsi hutan Bintan.
Jaksa penuntut dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan, Azirwan terbukti
menyuap anggota Komisi IV DPR RI Al Amin Nur Nasution sebesar Rp 2,250 miliar untuk
memuluskan persetujuan DPR dalam alih fungsi hutan lindung Bintan Buyu di Kabupaten
Bintan.
Setelah selesai menjalani hukuman, pemerintah setempat mulai mempromosikan Azirwan
kembali menjadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan. Menurut Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi mengatakan tak ada masalah aturan dalam promosi jabatan Azirwan.
Promosi itu sesuai Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Sementara Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar, berpendapat
pengangkatan Azirwan merupakan wewenang Gubernur Kepulauan Riau.
Sumber: Okezone, Rabu (17/10/2012).
B. Analisis Masalah
Telah disebutkan sebelumnya oleh TH Marshall dalam bukunya Citizenship and Sosial Class
(1950) menyatakan citizenship sebagai “a status bestowed on those who are full members of
a community (including civil, political, social rights”. Bahwa ada tiga hak yang mendasar
pada warga negara yaitu hak sipil, politik, dan sosial. Dimana, hak sipil berkaitan dengan
aturan hukum dan kebebasan berbicara; hak politik berkaitan dengan proses politik legal
formal terutama hak dipilih/memilih; serta sosial berisikan hak untuk mendapatkan jaminan
keamanan dan kesejahteraan yang layak sebagai sesama warganegara. Dalam kasus diatas,
Azirwan yang merupakan warga negara Indonesia mendapatkan hak sipil berupa kebebasan
berbicara dan apapun yang berkaitan dengan aturan hukum. Seperti disebutkan dalam UUD
1945 pasal 28I ayat 1 : Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.
Mengenai hak politiknya, dia seharusnya mendapatkan hak untuk berserikat sesuai pasal 28.
Akan tetapi, karena dia telah terbukti melanggar peraturan hukum yang berlaku yakni
melakukan tindak pidana korupsi. Maka, sesuai dengan UU nomor 43 tahun 1999 tentang
pokok kepegawaian, pasal 23 ayat 3b, 5c menyatakan PNS yang terlibat korupsi, dapat
dihentikan dengan tidak hormat jika dihukum penjara atau kurungan yang tetap karena
melakukan tindakan pidana kejahatan yang ancamannya di atas 4 tahun. Hal ini dukung
dengan kutipan dari salah satu Anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW),
Emerson Yuntho, mengatakan seharusnya Gubernur Riau justru memecat Azirwan setelah
ditetapkan Pengadilan terbukti melakukan suap kepada anggota Komisi IV DPR, Al-Amin
Nasution, pada 8 April 2008 untuk mendapat rekomendasi alih fungsi hutan di Bintan.
"Gubernur Kepulauan Riau harus membatalkan pengangkatan Azirwan sebagai Kepala Dinas
Perikanan dan Kelautan serta memecatnya sebagai PNS," kata Emerson dalam surat
elektronik yang diterima Okezone, Rabu (17/10/2012).
Menurut Emerson, berdasarkan Undang-undang Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah
nomor 100 tahun 2000, Azirwan seharusnya dipecat dari status Pegawai Negeri. Selain itu,
Azirwan juga tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural di lingkungan pemerintah karena
pertimbangan melanggar sumpah jabatan.
"PNS yang telah menjadi terpidana dalam kasus korupsi, berapa pun hukumannya harus
diberhentikan dengan tidak hormat. Tidak ada alasan apa pun," terang Emerson. Emerson
menilai pengangkatan Azirwan sebagai Kepala Dinas harus dimaknai sebagai kegagalan
reformasi birokrasi dan kebijakan pro terhadap koruptor. "Di lingkungan birokrasi, mulai
terjadi pergeseran dari sikap zero tolerance menjadi 100 % tolerance terhadap koruptor.
Koruptor dapat diterima atau diberikan kesempatan kembali bekerja dilingkungan
pemerintah," ungkap Emerson. Mengenai hak social Azirwan, berupa hak untuk menerima
jaminan kesejahteraan dan keamanan telah diatur oleh Undang Undang Dasar 1945 yaitu:
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.(pasal 28C ayat 1)
4. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1)
Akan tetapi, dalam menjalankan semua haknya tersebut Azirwan juga memiliki kewajiban
berupa tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.” Azirwan yang merupakan mantan koruptor bisa
menjalankan haknya tetapi ada batasan-batasan tertentu karena ia memiliki catatan ex
koruptor sehingga tidak seleluasa seperti sebelumnya. Selain dari hukum itu sendiri, dalam
kehidupan sosialnya kemungkinan akan mendapat cemooh ataupun dikucilkan oleh
masyarakat sekitarnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang benar atas sesuatu dan yang harus
dilakukan oleh penduduk sebuah negara. Setiap negara mempunyai kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraan. Hak dan kewajiban Warga Negara
Indonesia ditetapkan dalam UUD 1945 yaitu tercantum di dalam pasal 27, pasal 28, pasal 29,
pasal 30, dan pasal 31.
Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan
sebagainya), kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
hal yang harus dilaksanakan). Menurut Prof. Dr. Notonagoro: Hak adalah kuasa untuk
menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak
tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa olehnya.
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “ Tiap - tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta kehidupan
yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lapangan pekerjaan
merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan
dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak diartikan sebagai
kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti : pangan, sandang, dan
papan.
B. Saran
Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait, sehingga pelaksanaan hal
tersebut harus dilakukan secara seimbang agar tidak terjadi ketimpangan yang akan
menyebabkan timbulnya gejolak masyarakat yang tidak diinginkan.
Kepada para mahasiswa bela Negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. peran mahasiswa dalam membela negara di
antaranya belajar dengan tekun, ikut kegiatan ekstrakurikuler, meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai pendapat
dan tidak memaksakan kehendak.
Untuk pemerintah Sebaiknya dilakukan proses penanaman (sosialisasi dan internalisasi )
nilai-nilai anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK). Proses tersebut dilakukan melalui
proses pendidikan yang terencana, sistematis, terus menerus dan terintegrasi, sejak usia dini
hingga ke perguruan tinggi. Demikian juga sosialisasi dan internalisasi nilai anti korupsi
tersebut dilakukan kepada seluruh komponen masyarakat dan aparatur pemerintah di pusat
dan daerah, lembaga tinggi negara, BUMN, BUMD, sehingga nilai sosial anti korupsi atau
Budaya Anti Korupsi (BAK) menjadi gerakan nasional dan menjadi kebiasaan hidup seluruh
komponen bangsa Indonesia, menuju kehidupan yang adil makmur dan sejahtera.
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang apa
yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak
yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-
hak sebagai warga negara telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita
sebagai warga negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, aman dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. A. Masyhur Effendi, S.H., M.S.dan Taufani S.Evandri, S.H., M.H. (2014).
HAM Dalam Dinamika/Dimensi Hukum, Politik, Ekonomi, dan Sosial. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
2. Prof.Dr.Komaruddin Hidayat dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. (2008). Demokrasi
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah
3. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. (2010). Prihal Undang-Undang. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
4. Jazim Hamidi, Mohamad Sinal, Ronny Winarno, Any Suryani, I Ketut Sudantra,
Mariyadi, Tunggul Anshari S. Negara. (2012).Teori Hukum tata Negara. Jakarta:
Salemba Humanika.
5. Sunarso, M.Si., Kus Eddy Sartono, M.Si., Sigit Dwikusrahmadi, M.Si., Y. Ch. Nany
Sutarini, M.Si. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.
6. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
7. Okezone, Rabu (17/10/2012).