plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · toksikologi, serta mas wagiran selaku laboran bagian...

124
UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Agnes Meiriana NIM : 038114121 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 13-Sep-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL

AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd)

PADA MENCIT PUTIH BETINA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Agnes Meiriana

NIM : 038114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL

AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd)

PADA MENCIT PUTIH BETINA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Agnes Meiriana

NIM : 038114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

HALAMAN PERSEMBAHAN

^xà|~t }tÄtÇ {tÅÑt? t~â ^tâ ÑâÄ|{~tÇ ^xà|~t Ñâàâá tát? t~â ^tâ ~âtà~tÇ ^xà|~t ÄxÄt{? t~â ^tâ áxztÜ~tÇ fx}tâ{ ÑxÜ}tÄtÇtÇ çtÇz àxÄt{ ~âàxÅÑâ{ gt~ áxwxà|~ ÑâÇ t~â ~x{|ÄtÇztÇ ~tá|{`â

`âÇz~|Ç àt~ ~âÑt{tÅ| TÑt çtÇz ~|Ç| t~â tÄtÅ| atÅâÇ ~â àtâ Ñtáà| ^tá|{ TÄÄt{~â àt~ t~tÇ uxÜ{xÇà| ^tÇ ~â ~âáxÜt{~tÇ áxÅât ÑxÜzâÅâÄtÇ~â ÑtwtÅâ lxáâá ^tÜxÇt ~â àtâ Ñtáà| TÄÄt{~â ux~xÜ}t ÅxÇwtàtÇz~tÇ ~xut|~tÇ utz| çtÇz ÅxÇztá|{|açt

^âÑxÜáxÅut{~tÇ ~tÜçt ~xv|Ä~â |Ç| utz|

UtÑt? câàÜt wtÇ eÉ{ ^âwâá áxutzt| cÜ|utw| gÜ|àâÇzztÄ tàtá

~tá|{ áxà|taçt

^xÄâtÜzt~â çtÇz ~âv|Çàt|AAA

ft{tutà@át{tutà~â çtÇz ~âátçtÇz|‹

TÄÅtÅtàxÜ~âAAAA

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat kasih

karuniaNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Anti

Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.)

Willd) pada Mencit Putih Betina“ ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Mulyono, Apt selaku pembimbing utama skripsi ini atas segala

dukungan, bimbingan, kritik dan masukkan kepada penulis demi kemajuan

skripsi ini.

3. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan

masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukan

kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

5. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian Farmakologi-

Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-

Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

6. Papa, Mama dan Kak Nina yang selalu menemani dan mendukung terutama

dukungan moral, semangat dan kasih sayang selama ini serta adik Putra (Alm)

yang telah lebih dahulu dipanggil untuk menikmati keindahan dan kedamaian

surga.

7. Nike, Jenny, Erma, Nia, Indri, Ratna, Tyas, Marlin, Yenny, Ndari, dan Sigit,

atas kebersamaan, dukungan dan persahabatan yang telah memberi makna

hidupku

8. Iin, Margie, Nunik, Joan yang jauh di mata tetapi dekat di hati atas canda

tawa, kekonyolan, dan dukungan yang sangat menghibur penulis selama ini

9. Teman-teman Amakusa : Nova, Inchan, Deka, C’dian, Henny, C’monic, Desi,

Silvi, Mira, Cendani, Tata, Ayu, Tyas, Ita, Yemi, Dewi, Uut, dan Dian serta

Yeyen sebagai teman komsel atas canda tawa, dan kehebohan yang

menyenangkan.

10. Teman-teman kelas C angkatan 2003 yang disebut Chemistry’03. Semoga

persahabatan dan kebersamaan yang telah kita jalin bertahan selamanya.

11. Pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari dengan rendah hati bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan

di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

INTISARI

Inflamasi merupakan respon biologik pada jaringan tubuh yang cedera atau mati. Akar krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq) Willd) merupakan salah satu obat tradisional yang diduga berefek sebagai anti inflamasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek anti inflamasi dan mengetahui besarnya persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam menghambat terjadinya udema pada mencit putih betina.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford dkk. yang telah dimodifikasi pelaksanaannya, yaitu induksi udema pada kaki kiri belakang hewan uji secara subplantar menggunakan suspensi karagenin 1%. Hewan uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Enam puluh tiga ekor mencit dikelompokkan menjadi 9 kelompok secara acak. Kelompok I adalah kontrol negatif karagenin 1%, kelompok II adalah kontrol negatif CMC Na 1%, kelompok III, IV, dan V adalah kontrol positif natrium diklofenak dengan dosis 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI, VII, VIII, dan IX adalah perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dengan dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Lima belas menit kemudian kaki kiri mencit bagian belakang diinjeksi dengan karagenin 1%, setelah 3 jam mencit dikorbankan dan kedua kakinya dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mencari persentase efek anti inflamasi. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi. Efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%.

Kata kunci : anti inflamasi, ekstrak etanol akar krokot belanda, modifikasi

pelaksanaan metode Langford

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

ABSTRACT

Inflammation is a biological response that occured in injury area. Krokot belanda root is one of the traditional medicine which is assuming to have effects in anti inflammation. Because of that, the purpose of this research is to prove the truth of anti inflammation effect and to know the amount of potency anti inflammation effect of ethanolic extract of krokot belanda root on preventing oedema. This research is pure experimental research by one way complete random design. The experiment method which used was Langford method which the implementation had been modified. Implementation of Langford et al. method was oedema inductional method to the left underside of the experiment animals foot-sole with 1% carrageenan. The subject of this experiment were Swiss strain white female mice, whose age 2-3 months, and its weight were 20-30 grams. Sixty three mice were divided into 9 groups by random. Group I was carageenaan 1% negative control, group II was aquadest negative control, group III until group V were natrium diclofenac positive control with dose of 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, and group VI until group IX were ethanol extract of krokot belanda root with dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Fifteen minutes later, those mice’s left legs were injected with carrageenan 1%. After three hours those mice were killed and its two legs were cut at torsocrural joint. Data obtained were data of weight of mice paws that used to calculate the percentage of anti inflammation effect. Distribution data were analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov. After that, the analysis were continued with one way ANOVA with 95% significance level and were continued with Scheffe test. The results shows that ethanol extract of krokot belanda root has anti inflammation effect. Anti inflammation effect of ethanol extract of krokot belanda root on the dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB were 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%. Key words : anti inflammation, ethanolic extract of krokot belanda root,

modified implementation of Langford method

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

PRAKATA.................................................................................................... vii

INTISARI ..................................................................................................... ix

ABSTRACT.................................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xix

BAB I. PENGANTAR.................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Permasalahan .......................................................................................... 3

C. Keaslian Penelitian.................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

1. Manfaat teoritis ................................................................................. 4

2. Manfaat praktis ................................................................................. 4

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1. Tujuan umum .................................................................................... 5

2. Tujuan khusus ................................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................... 6

A. Tanaman Krokot Belanda ....................................................................... 6

1. Sistematika........................................................................................ 6

2. Sinonim ............................................................................................. 6

3. Nama lain .......................................................................................... 6

4. Uraian tanaman ................................................................................. 7

5. Kandungan kimia .............................................................................. 8

6. Khasiat dan kegunaan ....................................................................... 13

B. Perkolasi.................................................................................................. 13

C. Inflamasi ................................................................................................. 15

1. Patogenesis........................................................................................ 15

2. Gejala ............................................................................................... 16

3. Mekanisme........................................................................................ 18

D. Obat Anti Inflamasi................................................................................. 25

E. Natrium Diklofenak ................................................................................ 27

F. Metode Pengujian Aktivitas Anti Inflamasi............................................ 28

G. Landasan Teori........................................................................................ 34

H. Hipotesis ................................................................................................. 35

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 36

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 36

B. Metode Penelitian ................................................................................... 36

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 37

1. Variabel Penelitian............................................................................ 37

2. Definisi Operasional ......................................................................... 37

D. Subjek dan Bahan Penelitian................................................................... 38

1. Subjek Penelitian .............................................................................. 38

2. Bahan Penelitian ............................................................................... 38

E. Alat atau Instrumen Penelitian ............................................................... 39

F. Tata Cara Penelitian................................................................................ 40

1. Determinasi tanaman......................................................................... 40

2. Pengumpulan bahan .......................................................................... 40

3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda................................. 40

4. Penyiapan hewan uji ......................................................................... 41

5. Pembuatan suspensi karagenin 1% ................................................... 41

6. Pembuatan CMC-Na 1%................................................................... 41

7. Pembuatan larutan natrium diklofenak ............................................. 41

8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda ................. 42

9. Penetapan dosis ................................................................................. 42

10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi

suspensi karagenin 1%..................................................................... 44

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol

akar krokot belanda ......................................................................... 45

12. Perlakuan Hewan Uji ........................................................................ 45

13. Perhitungan Respon Daya Anti Inflamasi......................................... 46

G. Analisis Hasil .......................................................................................... 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............................. 48

A. Determinasi Tanaman ............................................................................. 48

B. Pembuatan Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda................................... 48

C. Uji Pendahuluan...................................................................................... 49

1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi

suspensi karagenin 1%...................................................................... 50

2. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol

akar krokot belanda........................................................................... 53

D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda..... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 69

A. Kesimpulan ............................................................................................. 69

B. Saran ....................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70

LAMPIRAN.................................................................................................. 74

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 104

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi

karagenin 1% ........................................................................ 51

Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi

karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji

Scheffe .................................................................................. 51

Tabel III. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda .................................................................................. 54

Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi

karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu

pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda..................... 54

Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit beserta persen (%) daya

anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan................... 59

Tabel VI. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% persentase daya anti inflamasi ekstrak etanol akar

krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta

kontrolnya ............................................................................. 62

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

Tabel VII. Hasil uji Scheffe daya anti inflamasi pada perlakuan

ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat

dosis beserta kontrolnya........................................................ 62

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka flavonoid............................................................... 9

Gambar 2. Struktur saponin .................................................................... 10

Gambar 3. Struktur tanin ........................................................................ 11

Gambar 4. Struktur umum steroid .......................................................... 11

Gambar 5. Patogenesis dan gejala inflamasi .......................................... 17

Gambar 6. Mekanisme inflamasi ............................................................ 24

Gambar 7. Struktur diklofenak ............................................................... 27

Gambar 8. Rumus perhitungan anti inflamasi ........................................ 33

Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji

pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah

injeksi suspensi karagenin 1% .............................................. 53

Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji

pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar

krokot belanda....................................................................... 56

Gambar 11. Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit

perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4

peringkat dosis beserta kontrolnya........................................ 60

Gambar 12. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan

ekstrak etanol akar krokot belanda beserta kontrolnya......... 61

Gambar 13. Tanaman Krokot Belanda ..................................................... 77

Gambar 14. Akar Krokot Belanda ............................................................ 78

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

Gambar 15. Serbuk akar Krokot Belanda................................................. 78

Gambar 16. Ekstrak etanol kental akar Krokot Belanda .......................... 79

Gambar 17. Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium

diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pernyataan pengambilan dan determinasi dari BPTO . . 74

Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak ................................... 76

Lampiran 3. Foto tanaman Krokot Belanda .............................................. 77

Lampiran 4. Foto akar Krokot Belanda dan serbuk akar Krokot Belanda 78

Lampiran 5. Foto ekstrak etanol akar Krokot Belanda.............................. 79

Lampiran 6. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan

kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1% .............. 80

Lampiran 7. Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu

pemotongan kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin

1% ......................................................................................... 81

Lampiran 8. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian

ekstrak etanol akar krokot belanda........................................ 84

Lampiran 9. Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu

pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda...................... 85

Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji ......................................... 88

Lampiran 11. Hasil dan analisis hasil bobot udema kaki mencit akibat

pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat

peringkat dosis dan kontrolnya ............................................. 90

Lampiran 12. Hasil perhitungan dan analisis hasil persen (%) efek anti

inflamasi akibat pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda dalam empat peringkat dosis dan kontrolnya .......... 95

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

Lampiran 13. Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium

diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi

Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam

Empat Peringkat Dosis.......................................................... 103

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Inflamasi atau radang merupakan respon yang menyolok pada jaringan

hidup yang mengalami cedera atau mati. Respon inflamasi yang terjadi berupa

penginaktivasian atau perusakan organisme penyerang, penghilangan zat iritan,

dan perbaikan jaringan (Harvey, Mycek, dan Champe, 2001).

Reaksi inflamasi diperlukan karena inflamasi ini merupakan respon

biologik dari reaksi-reaksi kimia berurutan dan berfungsi melindungi tubuh dari

infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat trauma (Wilmana, 1995).

Namun bila reaksi inflamasi tersebut berlebihan maka akan merugikan sehingga

diperlukan obat-obat anti inflamasi untuk mengendalikan reaksi inflamasi sampai

taraf yang tidak merugikan.

Obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang digunakan sebagai

sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit.

Penggunaan obat tradisional sudah menjadi tradisi budaya dalam mengatasi

masalah kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu alasan masyarakat

untuk tetap menggunakan obat tradisional adalah karena masyarakat berasumsi

bahwa obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih ringan daripada

obat modern terutama untuk pengunaan jangka panjang.

Krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) merupakan salah satu

tanaman di Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat. Bagian tanaman yang

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

2

sering dimanfaatkan adalah akarnya. Akar krokot belanda secara tradisional

umumnya digunakan sebagai tonikum atau penghilang keletihan. Menurut Perry

(1980), akar krokot belanda juga berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan

mengurangi bengkak.

Senyawa kimia yang terkandung di dalam akar krokot belanda adalah

flavonoid, steroid, saponin dan tanin (Anonim, 1994; Dalimarta, 2003; Misra,

1992) yang dapat larut dalam etanol. Flavonoid, steroid dan tanin diduga dapat

menimbulkan efek anti inflamasi. Penelitian ini menggunakan etanol dengan

harapan kandungan kimia pada akar krokot belanda yang diduga berefek anti

inflamasi dapat terekstraksi dengan baik. Hal tersebut di atas, yang mendorong

dilakukannya penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot

belanda pada mencit putih betina.

Metode yang digunakan untuk pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol

akar krokot belanda adalah metode Langford, Holmes dan Emele (1972) dengan

prinsip induksi udem pada telapak kaki mencit. Metode ini dipilih karena dapat

digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji

memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Di samping itu, metode ini mudah

dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan

untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Hewan uji yang

digunakan dalam penelitian adalah mencit betina. Mencit betina dipilih

berdasarkan asumsi bahwa mencit betina lebih peka terhadap rangsang nyeri

(nyeri merupakan bagian dari inflamasi) bila dibandingkan mencit jantan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

3

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah pada

penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

a. Apakah ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi

terhadap mencit putih betina?

b. Berapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda

terhadap mencit putih betina?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran penulis di Universitas Sanata Dharma, penelitian

tentang Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda pada Mencit

Putih Betina belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang

Talinum triangulare (Jacq) Willd (Rustam, 1991). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak daun dan batang Krokot Belanda memberikan

efek stimulan dengan dosis oral terendah adalah 1,33 g/kg BB pada mencit

dan 0.89 g/kg BB pada tikus jantan.

b. Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum triangulare

(Jacq) Willd (Misra, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa krokot

belanda mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

4

c. Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan

Kolesom (Talinum triangulare Willd) (Nugroho, 2000). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa uji toksisitas akut Som Jawa mempunyai LD50 sebesar

32,22 mg/10 g BB sedangkan Kolesom mempunyai LD50 sebesar 45,1 mg/10

g BB (rute i.p. pada mencit). Som Jawa dan Kolesom aman berdasarkan uji

toksisitas akut.

d. Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq)

Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod

test (Astawa, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar krokot

belanda dosis 2 mg/g BB/hari, 3,5 mg/g BB/hari dan 5 mg/g BB/hari terbukti

memiliki efek tonikum yang setara dengan Panax ginseng dosis 1,2 mg/g

BB/hari

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional tentang

khasiat akar krokot belanda sebagai obat anti inflamasi

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat

tentang penggunaan akar krokot belanda sebagai alternatif obat anti inflamasi

beserta dosis efektifnya dalam menimbulkan efek anti inflamasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

5

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi kepada masyarakat

tentang tanaman obat yang berkhasiat sebagai anti inflamasi.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol akar

krokot belanda memiliki efek anti inflamasi dan untuk mengetahui seberapa

besar efek anti inflamasi yang dimiliki ekstrak etanol akar krokot belanda

terhadap mencit putih betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Krokot Belanda

1. Sistematika

Sistematika tanaman Talinum triangulare (Jacq.) Willd adalah sebagai

berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Caryophyllales

Suku : Portulacaceae

Marga : Talinum

Jenis : Talinum triangulare (Jacq) Willd (Anonim, 1994)

2. Sinonim

Sinonim tanaman krokot belanda adalah Talinum racemosum Rohrbach

(Anonim, 1994; Dalimarta, 2003).

3. Nama lain

Tanaman krokot belanda memiliki nama daerah dan nama asing sebagai

berikut :

a. Nama daerah

Poslen, Gelang (Jawa), Krokot Belanda (Sunda), Talesom, Som Jawa

(Jawa) (Pitojo, 2000).

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

7

b. Nama asing

Suriname postelein, Grand pourpier, Cia ren shen (Anonim, 1986a;

Pitojo, 2000).

4. Uraian Tanaman

Krokot Belanda merupakan tanaman yang hidup menahun di dataran

rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut

(Dalimarta, 2003). Tumbuh mengerombol, memiliki banyak percabangan dan

sejumlah anakan yang letaknya berdekatan dengan induknya (Pitojo, 2000).

Akarnya tunggang bila berasal dari biji, sedangkan tanaman yang berasal

dari stek tidak membentuk akar tunggang. Akar berwarna keputihan saat muda,

setelah tua berwarna coklat. Akar serabut intensif di lapisan atas tanah. Pada

bagian pangkal, tumbuh akar-akar kecil memanjang. Batang muda berwarna hijau

bulat, relatif lunak dan mudah dipatahkan. Batang tua berwarna kemerahan, agak

keras. Daunnya hijau, bertangkai pendek, panjang daun antara 3 -13 cm dengan

lebar 1,5 - 5 cm. Letak daun tersebar, melekat pada batang dan cabang tanaman.

Bunganya majemuk, terdapat pada malai yang muncul dari ujung tangkai atau di

ketiak percabangan atas. Daun kelopak berupa selaput, dengan 1-3 tulang daun

hijau tua. Bunga memiliki 5 helai daun mahkota berbentuk solet dengan panjang

1-12 mm berwarna ungu kemerahan. Biji pada buah muda berwarna hijau,

berukuran kecil, berbentuk ujung korek api. Pada buah agak tua, berwarna

kecoklatan, setelah tua berubah jadi hitam (Pitojo, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

8

5. Kandungan Kimia

Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid

(Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid

(Misra, 1992; Dalimarta, 2003).

a. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat

pada tumbuh-tumbuhan. Kandungan senyawa flavonoid di dalam tumbuhan

sangat rendah, yaitu sekitar 0,25% dan secara umum terikat atau terkonjugasi

dengan senyawa gula membentuk glikosida (Robinson, 1995). Khusus pada divisi

Angiospermae yang lazim dijumpai adalah flavon dan flavonol, C-glikosida dan

O-glikosida, di samping isoflavon dan flavanon (Markham, 1988).

Flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup

larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol

(BuOH) dan aseton. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung

menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian

campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk

glikosida (Markham, 1988).

Flavonoid menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun

non enzim. Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya

sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan

(Robinson, 1995). Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti

inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Pada kenyataannya, flavonoid bekerja

sebagai anti oksidan kuat, melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

9

(Anonim, 2007a). Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan

merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki

kemampuan sebagai penangkal superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi

lipid (Sitompul, 2003). Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipoksigenase

yang berperan dalam produksi mediator inflamasi yaitu leukotrien (Robinson,

1995) sehingga proses peradangan dapat terhambat. Kerangka flavonoid dapat

dilihat pada gambar 1 (Robinson, 1995).

O

AB

1

2

3

45

6

7

81'

2' 3'

4'

5'6'

O

Gambar 1. Kerangka flavonoid

b. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan

bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam

tumbuhan telah dipicu oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah

diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat

penting (misalnya, kortison, estrogen kontraseptik, dll) (Harborne, 1987).

Berdasarkan aglikonnya, saponin dibagi menjadi dua yaitu saponin steroid

dan saponin triterpenoid (Evans, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

10

Saponin steroid Saponin triterpenoid

Gambar 2. Struktur saponin

Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam

pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai

etanol atau metanol panas 70-95% (Robinson, 1995).

c. Tanin

Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai

campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin

terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya

jaringan kayu. Tanin dapat dibedakan menjadi tanin terhidrolisis dan tanin tidak

terhidrolisis (tanin terkondensasi) (Heinrich, Barnes, Gibbons danWilliamson,

2004). Dalam industri, tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan

yang mampu mengubah kulit hewan mentah menjadi kulit siap pakai. Sedangkan

dalam dunia kesehatan tanin bermanfaat untuk mengurangi bengkak (edema),

radang, dan sekresi pada gastrointestinal (Harborne, 1987). Tanin dapat

mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai penangkal radikal

bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya inflamasi (Diane, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

11

Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau

campuran etanol-air (Robinson, 1995).

Gambar 3. Struktur tanin

d. Steroid

Senyawa steroid merupakan lipid yang dikarakteristikkan mempunyai

kerangka karbon yang dihubungkan dengan empat cincin (Anonim, 2007b) yaitu

siklopentanaperhidrofenantrena. Struktur umum senyawa steroid dapat dilihat

pada gambar 4 (Mursyidi, 1990).

2

3

45

6

7

8

9

10

11

12

1314

15

16

17

18

191

Gambar 4. Struktur umum steroid

Steroid dapat berupa senyawa alkohol, aldehid dan keton atau asam

karboksilat yang tersebar luas dalam makhluk hidup dan umumnya termasuk ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

12

dalam fraksi lipid. Menurut fungsi fisiologis dan terdapatnya steroid secara garis

besar dibagi menjadi : golongan sterol, golongan asam empedu, golongan hormon,

golongan saponin dan sapogenin dan golongan glikosida jantung (Mursyidi,

1990). Secara umum sterol dapat diisolasi dengan pelarut organik seperti metanol,

etanol, eter, kloroform, dan campuran dari pelarut-pelarut tersebut (Mursyidi,

1990).

Steroid dapat menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya

(Anonim, 1991) sehingga pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediator-

mediator kimia lainnya yang mengakibatkan peradangan dapat terhambat pula

(Greene, Harris, dan Goodyer, 2000).

Nama sterol dipakai khusus untuk steroid alkohol, tetapi karena praktis

semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C-3 sering

kali semuanya disebut sterol (Robinson, 1995). Golongan fitosterol (sterol

tumbuhan) yang termasuk golongan ini adalah sitosterol yang merupakan sterol

tumbuhan terbanyak dan terdiri dari α , β, dan γ sitosterol, stigmasterol,

kampesterol, dan spinasterol (Mursyidi, 1990). Tiga senyawa ‘fitosterol’ yang

mungkin terdapat dalam tiap tumbuhan tinggi tersebut yaitu sitosterol (dahulu

dikenal sebagai ß-sitosterol), stigmasterol, dan kampestrol. Fitosterol dilaporkan

dapat menurunkan kolesterol, anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, dan

menghambat pembentukan tumor (Froschle, Piuss, Peter, Etzweiler, Ruegg, 2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

13

6. Khasiat dan kegunaan

Akar tanaman krokot belanda berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan

mengurangi bengkak (Perry, 1980) serta untuk mengatasi bisul (Dalimartha,

2003). Akar krokot belanda juga berkhasiat sebagai obat lemah syahwat, penyegar

atau tonikum terhadap fungsi motorik pada keadaan keletihan (Anonim, 1994;

Wahjoedi, 2003).

B. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri atas tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak), terus-menerus sampai

diperoleh ekstrak atau perkolat (Anonim, 1986b).

Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai

berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh

kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya

kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim,1986b).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang

digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

14

yang keluar dari perkolator disebut perkolat atau sari, sedang sisa setelah

penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim,1986b).

Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat,

kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler

dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi

karena:

1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi

dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan

derajat perbedaan konsentrasi.

2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat

mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka

kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim,1986b).

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat

secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi

dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena

panas (Anonim, 1995).

Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman

sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik,

dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan

untuk pemekatan lebih sedikit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

15

C. Inflamasi

1. Patogenesis

Peradangan yang merupakan respon menyolok yang terjadi pada

jaringan-jaringan hidup di sekitar sel atau jaringan tubuh yang cedera atau mati

adalah suatu reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat

terlarut, dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan

interstisial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1992). Inflamasi

disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang sifatnya merusak sel (noksi). Noksi

dapat berupa noksi kimia (obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang

berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit

(Muschler, 1986).

Adanya jaringan yang rusak menyebabkan terjadinya pelepasan mediator

kimia dan reaksi imun yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin,

tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida,

neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, Dale,

Ritter, and Moore, 2003)

Menurut waktu terjadinya, inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu inflamasi akut

dan inflamasi kronis. Inflamasi akut disebabkan oleh rangsangan sesaat atau

mendadak (akut). Inflamasi kronis disebabkan oleh luka yang berlangsung

beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari

inflamasi akut. (Sander, 2003)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

16

2. Gejala

Pada level makroskopik gejala reaksi radang yang dapat diamati adalah

kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri

(dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa). (Mutschler, 1986; Rang, et al, 2003).

Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang

mengalami proses peradangan. Waktu reaksi peradangan dimulai maka arteriol

yang mensuplai daerah itu melebar, sehingga darah yang mengalir ke

mikrosirkulasi lokal bertambah. Kapiler yang semula kosong atau sebagian saja

meregang dengan cepat terisi darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau

kongesti yang menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.

Timbulnya hiperemia pada awal reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara

neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin (Price

dan Wilson, 1992).

Calor terjadi bersamaan dengan rubor pada reaksi peradangan akut.

Sebenarnya calor atau panas hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam

keadaan normal lebih dingin dari 37oC yaitu panas tubuh. Daerah peradangan

pada kulit lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan ke

permukaan daerah yang terkena infeksi lebih banyak daripada daerah yang

normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah radang yang jauh di

dalam tubuh karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37oC, dan

hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan (Price dan Wilson, 1992).

Tumor atau pembengkakan merupakan segi paling mencolok dari

peradangan akut. Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

17

dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Cairan dan sel yang tertimbun dalam

daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian

besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan akibat luka bakar

ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan

tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1992).

Dolor atau nyeri dapat dihasilkan dari berbagai cara. Perubahan pH lokal

atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf (Price dan

Wilson, 1992). Nyeri juga ditimbulkan oleh iritasi saraf tepi oleh mediator kimia

dan cairan ekstravaskular yang merangsang ujung-ujung saraf (Sander, 2003)

Functio laesa atau perubahan fungsi merupakan berkurangnya fungsi

organ yang mengalami inflamasi, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang

merugikan oleh sel-sel yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di

daerah yang terinflamasi. (Sander, 2003).

Rangsang

Kerusakan sel

Emigrasi leukosit

Pembebasan mediator

Proliferasi sel

gangguan eksudasi perangsangan

sirkulasi lokal reseptor nyeri

pemerahan panas pembengkakan gangguan fungsi nyeri

Gambar 5. Patogenesis dan gejala inflamasi (Mutschler, 1986)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

18

3. Mekanisme

Proses peradangan akut memiliki tiga komponen penting: (1) perubahan

penampang pembuluh darah dengan akibat meningkatnya aliran darah

(vasodilatasi), (2) perubahan struktural pembuluh darah yang memungkinkan

protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah (peningkatan

permeabilitas vaskular), dan (3) migrasi leukosit ke daerah jejas (Robbins dan

Kumar, 1995).

Bila agen penyebab jejas menyerang, maka fenomena vaskular akan

terjadi. Fenomena vaskular memiliki ciri khas yaitu bertambahnya aliran darah

pada daerah terjejas, terutama disebabkan oleh dilatasi arteriol dan pembukaan

anyaman kapiler. Hal ini terjadi akibat perangsangan pada membran sel yang

melepaskan mediator kimia seperti histamin, bradikinin dan zat-zat prostaglandin

(PGE2, PGI2, dan PGD2). Pada manusia, histamin dan bradikinin utamanya dapat

bertindak pada sel-sel endotel dengan meningkatkan celah antar sel sehingga

terjadi peningkatan permeabilitas vaskular.

Peningkatan permeabilitas vaskular mengakibatkan protein plasma disertai

leukosit bergerak menuju benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak

(proses eksudasi). Sel-sel darah putih atau leukosit pada proses peradangan akut

mengalami marginasi. Massa sel darah merah akan menggumpal dan berada di

bagian tengah dalam aliran darah aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian

tepi (marginasi). Leukosit akan mengadakan hubungan dengan permukaan

endotel, melekat, dan melapisi permukaan endotel. Protein plasma meninggalkan

pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel yang melebar. Leukosit terutama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

19

neutrofil juga meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel

menuju daerah jejas (emigrasi). Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit

bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah,

disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut

kemotaksis. Agen kemotaksis yang penting untuk neutrofil adalah (1) C5a,

komponen system komplemen, (2) leukotrin B4, hasil metabolisme asam

arakidonat dan (3) produk-produk kuman. Setelah leukosit bermigrasi ke lokasi

jejas, maka leukosit akan menggerombol pada pusat radang atau mengelilingi

pusat radang dengan tujuan melokalisir daerah radang. Pada akhirnya leukosit

akan memfagosit agen yang menyerang dengan akibat penghancuran dan

pemusnahan semua bentuk jejas.

Neutrofil merupakan sel pertama yang muncul dalam jumlah besar di

dalam eksudat pada jam-jam pertama peradangan (Price dan Wilson, 1992).

Stimulasi membran neutrofil menghasilkan radikal bebas yang berasal dari

oksigen. Anion superoksida dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat

memacu produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksida (H2O2)

dan radikal hidroksil (OH·). Interaksi bahan-bahan ini dengan asam arakidonat

menghasilkan pembentukan substansi substansi kemotaksis, selanjutnya secara

berkesinambungan meneruskan inflamasi (Furst dan Munster, 2002)

Pada proses peradangan terjadi pembentukan atau pengeluaran zat-zat

kimia di dalam tubuh yang dinamakan mediator. Mediator yang dikenal dalam

peradangan dapat dikelompokkan, yaitu dalam kelompok amina vaso aktif,

substansi yang dihasilkan sistem enzim plasma, metabolit asam arakhidonat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

20

produk leukosit dan berbagai macam produk sel lainnya (Price dan Wilson, 1992;

Robins dan Kumar, 1995). Metabolit asam arakhidonat merupakan mediator

peradangan yang paling penting.

Asam arakhidonat ialah suatu asam lemah poli-tidak jenuh yang terdapat

dalam jumlah banyak sebagai fosfolipid selaput sel. Bila terdapat kerusakan pada

sel, maka enzim fosfolipase A2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat

yang ada dari fosfolipid. Asam arakhidonat dapat juga dilepaskan oleh suatu

kombinasi fosfolipase C dan diasilgliserol lipase (DAG) lipase. Turunan asam

arakhidonat adalah eicosanoids (prostanoids dan leukotrienes). Prostanoids terdiri

dari zat-zat prostaglandin (PG) dan tromboksan (TX). Leukotrienes terdiri dari

zat-zat leukotrien (Rang, et al, 2003).

Asam arakhidonat dimetabolisme untuk diubah baik oleh enzim

siklooksigenase-1 (COX-1) maupun enzim siklooksigenase-2 (COX-2) menjadi

endoperoksida siklik (PGG2, PGH2) dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin

dan tromboksan. Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim 5-lipoksigenase

menjadi zat-zat leukotrien, lipoksinin dan komponen lainnya (Rang, et al, 2003).

Prostaglandin dan leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala

peradangan. Selain itu radikal bebas oksigen yang dihasilkan peroksida juga

berperan dalam menimbulkan nyeri yang merupakan salah satu gejala peradangan

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Enzim siklooksigenase bekerja ganda, memiliki dua aktivitas yang cukup

berbeda : aksi utama, membentuk PGG2, dan aksi peroksidase mengubah PGG2

menjadi PGH2. Enzim siklooksigenase yang terlibat dalam reaksi ini terdiri dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

21

dua isoenzim, yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2).

Enzim COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan antara lain di ginjal dan saluran

cerna (Tjay dan Rahardja, 2002). Enzim COX-1 bersifat konstitutif (bersifat

pokok, selalu ada) dan diperkirakan prostanoids terlibat fungsi homeostatis

normal.. Enzim COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tetapi

dibentuk selama proses peradangan oleh stimulus inflamasi (Rang, et al, 2003).

Melalui jalur siklooksigenase-2 (COX-2), prostaglandin terpenting yang

terbentuk adalah prostaglandin-E2 (PgE2) dan prostaglandin-F2 (PgF2), zat ini

berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan

membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostaglandin-E2 (PgE2) dan

prostasiklin dalam jumlah nanogram bisa menimbulkan eritema, vasodilatasi dan

peningkatan aliran darah lokal. Prostasiklin (PgI2) dibentuk terutama di dinding

pembuluh, berperan dalam vasodilatasi, anti trombosis, dan memiliki efek

protektif terhadap mukosa lambung. Mediator ketiga yang dibentuk pada jalur

siklooksigenase adalah tromboxan (TXA2, TXB2), zat ini berdaya vasokonstriksi

dan menstimulasi agregasi pelat darah (trombosit) (Tjay dan Rahardja, 2002).

Aksi prostanoid :

1. PGD2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, relaksasi otot pencernaan,

relaksasi uterine, modifikasi pembebasan hormon hipotalamus.

2. PGF2α : kontraksi otot rahim pada manusia, luteolisis pada makhluk hidup

tertentu (hewan ternak), bronkonstriksi pada spesies lain (kucing dan

anjing)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

22

3. PGI2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, pelepasan renin dan natriuresis

melalui efek reabsorbsi Na+ tubular.

4. Tromboksan A2 : vasokonstriksi, agregasi platelet dan bronkokonstriksi,

5. PGE2 memiliki aksi kerja antara lain sebagai berikut : a). pada reseptor EP1

menimbulkan kontraksi bronkial dan otot halus pencernaan b). pada reseptor

EP2 menimbulkan bronkodilatasi, vasodilatasi, stimulus sekresi cairan usus

dan relaksasi otot halus pencernaan c). pada reseptor EP3 menimbulkan

kontraksi otot halus usus, inhibisi sekresi asam lambung, meningkatkan

sekresi mukus lambung, inhibisi lipolisis, inhibisi pembebasan

neurotransmiter otonomik, dan stimulus kontraksi uterus pada wanita hamil

(Rang, et al, 2003)

PGE2, PGI2, dan PGD2 pada dasarnya adalah vasodilator yang sangat kuat

dan bersinergi dengan vasodilator inflamasi lain seperti histamin dan bradikinin.

Aksi kombinasi vasodilator tersebut berperan pada timbulnya kemerahan dan

peningkatan aliran darah pada daerah inflamasi akut. Zat-zat prostanoids ini tidak

secara langsung meningkatkan permeabilitas post capillary venules, tetapi

memperkuat efek dari histamine dan bradikinin (Rang, et al, 2003). Bahan-bahan

yang dihasilkan oleh jaringan yang menimbulkan reaksi ini meliputi histamin,

bradikinin, serotonin, prostaglandin (Guyton, 1993).

Melalui jalur lipoksigenase terbentuklah leukotrien yang juga merupakan

mediator radang dan nyeri. Leukotrien (LT) ini terdiri dari LTB4, LTC4, LTD4,

dan LTE4. LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama dibentuk di granulosit eusinofil yang

berkhasiat vasokonstriktif di bronki dan mukosa lambung, sedangkan LTB4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

23

khusus disintesis di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaktis yaitu

menstimulus migrasi lekosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya.

Dengan adanya leukotrien ini sejumlah besar lekosit akan menginvasi daerah

peradangan dan mengakibatkan gejala radang juga (Tjay dan Rahardja, 2002).

Leukotrien-B4 (LTB4) adalah kemotraktan kuat bagi eosinofil. Leukotrien tersebut

juga meningkatkan perlekatan eusinofil, degranulasi, dan pembentukan oksigen

radikal bebas (Furst dan Munster, 2002)

Fosfolipida selain diubah menjadi arakhidonat oleh enzim fosfolipase A2

juga diubah menjadi lyso-glyseril fosforilkolin yang diubah lagi menjadi Platelet

Activating Factor (PAF). Platelet Activating Factor menyebabkan agregasi dan

pelepasan trombosit, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler,

peningkatan adhesi leukosit, dan kemotaksis leukosit (Rang, et al, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

24

Gangguan membran l

Fosfolipida

Asam arakhidonat

PAF

leukotrien

LTB4 LTC4/D4/E4

prostaglandin

tromboksan

prostasiklin

kemotaksin meningkatkan permeabilitas

vaskular, bronkokonstriktor,

Vasodilator, Hiperalgesik, menghambat

agregasi platelet

Penghambat 5-lipoksigenase

Cth. zileutin

OAINS

Rangsangan

Inhibitor TXA2 synthase

5-Lipoksigenase

siklooksigenase

Glukokortikoid (menginduksi

terbentuknya lipocortin)

agregasi platelet, vasokonstriktor antagonis

TXA2

PGD2 PGE2PGF2α

Bronkokonstriksi Menghambat

agregasi platelet,

vasodilator

Vasodilator, hiperalgelsik

Antagonis PAF

Antagonis PG

Lyso-glyseril fosforilkolin

Vasodilator, Kemotaksin,

meningkatkan permeabilitas

Fosfolipase A2

Gambar 6. Mekanisme Inflamasi (Tjay dan Rahardja, 2002; Rang, et al., 2003) Keterangan : = menghambat proses pembentukan = proses pembentukan = enzim yang berperan

OAINS = Obat Anti Inflamasi Non Steroid PAF = Platelet Activating Factor TX = Tromboksan LT = Leukotrien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

25

D. Obat Anti Inflamasi

Pengobatan inflamasi meliputi dua sasaran yaitu pertama, mengurangi

nyeri sebagai gejala yang paling sering tampak, dan kedua dengan menghambat

atau mencegah proses pengrusakan jaringan. Pengobatan inflamasi dengan obat

anti inflamasi akan mengurangi nyeri selama waktu tertentu (Furst dan Munster,

2002).

Dua golongan senyawa yang banyak digunakan untuk menghambat

prostaglandin yaitu kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid (AINS) (Greene,

et al, 2000).

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu

glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada

penyimpanan glikogen hati dan efek anti-inflamasinya sedangkan

mineralokortikoid efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit.

Pengaruh mineralokortikoid pada penyimpanan glikogen hati sangat kecil

(Wilmana, 1995)

Umumnya golongan mineralkortikoid tidak mempunyai khasiat anti-

inflamasi yang berarti, kecuali 9α-fluorokortisol, namun demikian sediaan ini

tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya terhadap

keseimbangan air sangat besar (Wilmana, 1995).

Glukokortikoid dikenal dapat menghambat fosfolipase A2, enzim yang

bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid (Furst dan

Munster, 2002) agar mediator inflamasi dapat terbentuk. Glukokortikoid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

26

menginduksi terbentuknya lipokortin. Lipokortin tersebut yang dapat menghambat

aktivasi enzim fosfolipase A2 (Rang, et al., 2003).

Kortikosteroid bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase yang

berperan dalam pembentukan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Hal ini

mengakibatkan pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediator-mediator

kimia lainnya dapat terhambat pula (Greene, et al., 2000). Berkurangnya

komponen vaskular inflamasi dan penghambatan pelepasan mediator kimia yang

berhubungan dengan kenaikan permeabilitas pembuluh darah dapat mengurangi

pembentukan udema. Efeknya terhadap gejala rematik lebih baik daripada AINS.

Keberatannya adalah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan

penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002). Termasuk dalam golongan ini

adalah kortison asetat, hidrokortison, prednison, prednisolon, deksametason, dan

lain-lain (Bowman dan Rand, 1980).

2. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Mekanisme kerja AINS adalah menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin akan terganggu.

Idealnya AINS hanya menghambat COX-2 yang hanya timbul pada saat ada

peradangan dan tidak COX-1. Hal ini disebabkan karena penghambatan pada

COX-1 akan memberikan efek samping terhadap mukosa lambung-usus dan ginjal

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Berbagai AINS mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan termasuk

hambatan kemotaksis, regulasi rendah (down-regulation) produksi interleukin-1,

penurunan produksi radikal bebas dan superoksida (Furst dan Munster, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

27

E. Natrium Diklofenak

CH2 COOH

NH

ClCl

Gambar 7. Struktur diklofenak

Natrium Diklofenak termasuk turunan fenilasetat yang terkuat daya anti

radangnya dan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat anti

inflamasi lainnya (indometasin, piroxicam) (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini

adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga

mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Furst dan Munster, 2002). Struktur

diklofenak dapat dilihat pada gambar 7 (Budavari, 1989).

Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.

Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar

40-50%. Walaupun waktu paruhnya singkat yaitu 1-3 jam, diklofenak diakumulasi

di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu

paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Metabolismenya mengalami metabolisme

lintasan pertama dalam hati dan dimetabolisme hampir sempurna. Ekskresinya

berlangsung sebagian melalui kandung kemih sebagai glukoronida dan sisanya

melalui ginjal kurang dari 1 % (Tjay dan Rahardja, 2002).

Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit

kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus hati-hati pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

28

penderita tukak lambung (Wilmana, 1995). Obat ini banyak digunakan sebagai

obat rematik, gangguan otot skelet lanilla, gout akut, dan nyeri paska bedah. Dosis

oral yang dianjurkan adalah 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis (Anonim, 2000).

F. Metode Pengujian Aktivitas Anti-Inflamasi

Metode pengujian aktivitas anti-inflamasi dapat dilakukan dengan cara :

1. In Vitro

In vitro adalah metode pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk

hidup. Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh

substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-

lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh percobaan in vitro antara lain : pengikatan

reseptor 3H-bradikinin, pengikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis

leukosit polimorfonuklear (Vogel, 2002).

Daya anti inflamasi uji pengikatan reseptor 3H-bradikinin, ditunjukkan

dengan persen penghambatan pengikatan 3H-bradikinin terhadap reseptor pada

preparat membran. Daya anti inflamasi uji pengikatan neurokinin, juga

ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan neurokinin terhadap

reseptor pada preparat membran. Sedangkan pada uji kemotaksis leukosit

polimorfonuklear, daya anti inflamasi ditunjukkan dengan persentase jumlah

leukosit polimorfonuklear yang bergerak ke arah kemoatraktan (contohnya

zymosan-activated serum) (Vogel, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

29

2. In Vivo

In vivo adalah metode pengujian yang dilakukan di dalam tubuh makhluk

hidup. Metode pengujian aktivitas anti inflamasi yang dapat dilakukan secara in

vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis inflamasi yaitu inflamasi akut dan

inflamasi kronis. Inflamasi akut dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu dengan

induksi edema kaki tikus, pembentukan eritema (respon kemerahan) dan

pembentukan eksudatif inlamasi. Inflamasi kronik dibuat dengan cara

pembentukan granuloma dan induksi arthritis (Gryglewski, 1977).

1. Uji Eritema

Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan

(eritema) yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi

plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah

penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV

dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi.

Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin

kelihatannya berperan pada fenomena ini (Gryglewski, 1977). Keuntungan dari uji

ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk

menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian

subjektif (Vogel, 2002)

2. Radang telapak kaki belakang

Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti-

inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada

kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

30

uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang (iritan)

yang telah digunakan seperti formaldehid, dextran, albumin telur, karagenin, dll

(Vogel, 2002). Iritan yang paling banyak digunakan adalah karagenin. Karagenin

adalah fosfolipida tersulfatasi yang diekstrak dari lumut irlandia Chondrus cripus

(Glyglewski, 1977). Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai dua

fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan

dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60

menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan

pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti

hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil (Suleyman, dkk, 2004).

Efeknya dapat diukur dengan memotong kaki belakang pada sendi torsocrural

dan ditimbang (Vogel, 2002).

3. Tes radang selaput dada

Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada

manusia (Vogel, 2002). Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi

intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, atau

karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan

eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah

larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat

dan sel utuh yang lengkap (Gryglewski, 1977). Radang selaput dada yang

disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling

sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

31

yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat (Vogel,

2002)

4. Radang Sendi

Hewan uji diinjeksi subplantar suspensi yang mengandung 0,5% mycobacterium

tuberculosis mati (0,05 ml untuk tikus dan 0,025 ml untuk mencit). Pemberian

obat untuk anti inflamasinya sudah diberikan satu hari sebelum injeksi dan

dilanjutkan maksimal sampai 28 hari. Untuk mengetahui adanya radang dilihat

saat benjolan sudah muncul (biasanya pada hari ke-13), kemudian diukur

volumenya (Williamson, 1996).

5. Tes kantung granuloma

Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi

kortikosteroid (Vogel, 2002). Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan

injeksi subkutan 10 – 25 ml udara steril, berbagai iritan (minyak croton yang

dicairkan, turpentine, microbacterial, fosfolipase A2 atau karagenin) dimasukkan

pada lubang (Gryglewski, 1977). Empat puluh delapan jam sesudahnya udara

diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002). Empat

dampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar

volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding

kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi

steroid daripada non steroid (Gryglewski, 1977).

Metode aktivitas anti inflamasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode secara in vivo karena faktor keterbatasan alat, dan lebih aman

dibandingkan metode in vitro yang umumnya memakai unsur radioaktif. Metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

32

in vivo yang digunakan adalah metode Langford dkk (1972) yang telah

dimodifikasi pelaksanaannya. Bila dibanding metode in vivo lainnya, metode ini

dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui

apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Selain itu karena metode

ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat

diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat.

Dasar metode Langford dkk (1972) ini adalah induksi udema pada telapak

kaki belakang mencit. Metode ini dimodifikasi pelaksanaannya dengan mengganti

zat penginduksi udem (karagenin 1% meggantikan ragi) serta rumus efek anti

inflamasinya. Menurut Langford dkk (1972) persentase efek anti inflamasi dapat

dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji dengan rumus sebagai berikut :

% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

DDU X 100%

keterangan :

U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )

D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )

Setelah dianalisis lebih lanjut, rumus di atas ternyata menunjukkan

peningkatan udema. Karena persentase efek anti inflamasi dihitung dari

pengurangan udema maka rumus di atas diubah sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

33

% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

UDU X 100%

keterangan :

U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )

D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )

DU

II III I

(U-D)

Bobot kaki

U = Kelp. II – Kelp.III D = Kelp. II – Kelp. I

%100U

DUinflamasi anti % x−=

Gambar 8. Rumus perhitungan anti inflamasi

Keterangan :

I : + inflamatogen + obat (bahan yang diuji) II : + inflamatogen III : kontrol (sham injection)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

34

G. Landasan Teori

Inflamasi terjadi karena adanya reaksi antara jaringan ikat pembuluh

dengan pengaruh-pengaruh yang merusak (noksi) baik kimia, fisika, maupun

infeksi organisme. Rangsangan tersebut membuat adanya pembebasan mediator-

mediator inflamasi yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin,

tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida,

neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, et al,

2003)

Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid

(Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid

(Misra, 1992; Dalimarta, 2003).

Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga

tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan.

Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti

mikrobial, dan anti kanker. Flavonoid mampu menghambat enzim lipoksigenase

sehingga pembentukan leukotrien (Robinson, 1995) yang dapat menyebabkan

peradangan menjadi terhambat. Flavonoid juga dikenal dengan aktivitasnya

sebagai antioksidan (Anonim, 2007a)

Steroid juga bermanfaat sebagai anti inflamasi dengan menghambat

pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya (Anonim, 1991). Selain itu, di

dalam dunia kesehatan tanin juga bermanfaat mengurangi bengkak (edema)

(Harborne, 1987). Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

35

aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat

merangsang terjadinya proses inflamasi (Diane, 2006).

Etanol dapat melarutkan flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Pada

penelitian ini digunakan etanol 70% dengan harapan senyawa aktif yang

terkandung dalam akar krokot belanda dapat terekstraksi dengan baik. Adanya

senyawa kimia akar krokot belanda yang dapat terekstrak oleh etanol 70%,

diharapkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi.

H. Hipotesis

Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi terhadap

mencit putih betina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot

belanda pada mencit putih betina ini merupakan jenis penelitian eksperimental

murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode pembentukan radang telapak kaki

belakang dengan menggunakan hewan uji mencit betina. Metode ini merupakan

metode yang telah dikembangkan oleh Langford dkk. (1972). Dasar metode yang

pelaksanaannya telah dimodifikasi ini adalah dengan membuat udema pada

telapak kaki belakang mencit menggunakan karagenin 1%, kemudian kaki

dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Persentase efek anti inflamasi

dapat dihitung dari perubahan bobot kaki mencit dengan rumus sebagai berikut :

% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

UDU X 100%

keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )

D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

37

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi:

a. Variabel utama

1). Variabel bebas : dosis ekstrak etanol akar krokot belanda

2). Variabel tergantung : persentase efek anti inflamasi

b. Variabel pengacau terkendali

umur mencit 2-3 bulan, berat badan mencit 20-30 gram, jenis kelamin

betina, galur Swiss, umur tanaman, tempat tumbuh tanaman, dan waktu

pemanenan.

c Variabel pengacau tak terkendali

Kondisi patologis hewan uji

2. Definisi operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah :

a. Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda

Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda adalah sejumlah miligram (mg)

ekstrak etanol kental akar krokot belanda hasil perkolasi, yang

disuspensikan dalam sejumlah CMC-Na 1% dan diberikan secara peroral

tiap kg berat badan mencit

b. Persentase efek anti inflamasi

Persentase efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar

krokot belanda dalam menghambat atau mengurangi proses inflamasi pada

kaki mencit akibat udema buatan dengan injeksi karagenin 1%. Persentase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

38

efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat kaki hewan uji

(berat kaki terinflamasi (kontrol negatif) dikurangi berat kaki terinflamasi

yang telah diobati dengan ekstrak etanol akar krokot belanda).

c. Ekstrak etanol akar krokot belanda

Ekstrak etanol akar krokot belanda adalah ekstrak kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi 150 gram serbuk kering akar krokot belanda secara

perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% sejumlah 4000 ml

selama 2 minggu.

D. Subyek dan Bahan Penelitian

1. Subjek uji

Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan

berat badan 20-30 gram dengan umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari

laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Bahan penelitian

a. Bahan uji

Bahan uji yang digunakan berupa ekstrak etanol akar krokot belanda. Akar

krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO)

Tawangmangu, Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.

b. Bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai

berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

39

1) Natrium Diklofenak sebagai kontrol positif berupa bantuan yang

diperoleh dari PT. Fahrenheit, Tangerang.

2) Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co) sebagai zat penginduksi radang

yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3) NaCl 0,9% sebagai pensuspensi karagenin yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

4) CMC-Na produksi Merck, Jerman sebagai pensuspensi natrium

diklofenak dan ekstrak etanol yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

5) Aquadest sebagai pengencer konsentrasi etanol yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

6) Etanol kualitas p.a. (pro analisa) produksi Merck, Jerman, sebagai

pelarut dalam perkolasi, yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

E. Alat atau Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut :

seperangkat alat gelas merek Pyrex Iwaki Glass, Japan; perkolator; neraca analitik

merek mettler Toledo; timbangan analitik merek mettler Toledo; pemanas merek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

40

Ika Combimag Net spuit injeksi subplantar 1 ml merek Terumo; spuit injeksi per

oral 1 ml merek Terumo; stopwatch; seperangkat alat bedah.

F. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman krokot belanda dilakukan oleh Balai Penelitian

Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.

2. Pengumpulan bahan

Akar tanaman krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.

Akar krokot belanda yang diperoleh berupa serbuk kering.

3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda

Metode pembuatan ekstrak ini adalah dengan metode perkolasi. Serbuk

akar krokot belanda sebanyak 150 serbuk dimasukkan ke dalam perkolator,

kemudian direndam dengan etanol 70% sampai mencapai ketinggian 1,5 cm diatas

permukaan serbuk selama 24 jam. Keran perkolator dibuka dengan kecepatan alir

20 tetes per menit. Selama proses perkolasi berlangsung tinggi etanol diatas

permukaan serbuk harus tetap 1-1,5 cm. Perkolat ditampung dalam erlenmeyer.

Ekstraksi dihentikan jika perkolat yang keluar berwarna bening. Pengentalan

perkolat dilakukan dengan bantuan rotary evaporator dan waterbath. Ekstrak

pekat kemudian disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

41

4. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit betina, galur

Swiss, usia 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara

acak menjadi 2 kelompok. Kelompok untuk orientasi sebanyak 40 ekor dan

kelompok perlakuan sebanyak 63 ekor. Sebelum digunakan, mencit dipuasakan

18-24 jam dan tetap diberi minum. Kelompok perlakuan terdiri dari 9 kelompok

yaitu kontrol negatif karagenin 1 %, kontrol negatif CMC-Na 1%, kontrol positif

natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kg BB)

dan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat

dosis (1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB).

5. Pembuatan suspensi karagenin 1%

Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9%

dalam labu takar 10 ml.

6. Pembuatan CMC-Na 1%

Larutan CMC-Na 1% dibuat dengan cara menimbang secara seksama

CMC-Na sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan ke dalam sejumlah air panas

sambil terus diaduk-aduk sampai semuanya terlarut dan menjadi jernih. Larutan

dituang ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan air panas sampai diperoleh

volume 100 ml.

7. Pembuatan larutan natrium diklofenak

Timbang seksama sejumlah natrium diklofenak dan dilarutkan dalam

CMC-Na 1% sampai diperoleh konsentrasi 0,5%. CMC-Na 1% dalam kondisi

masih hangat sangat membantu kelarutan natrium diklofenak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

42

8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda

Timbang ekstrak etanol akar krokot belanda dan suspensikan ke dalam

larutan CMC-Na sampai diperoleh konsentrasi tertentu berdasarkan orientasi

9. Penetapan dosis

a. karagenin 1 %

Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson, Okpako,

dan Evans (1996) dengan konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1%

dengan volume 0,05 ml. 0,05 ml karagenin 1% adalah volume pemberian

untuk mencit dengan berat 20 gram sehingga dosis bisa dicari dengan cara :

Dosis karagenin = kgBB

mlmgml02,0

10/10005,0 × = 25 mg/kg BB

b. Natrium Diklofenak

Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi adalah

9,75 mg/kg BB; 10,795 mg/kg BB; 11, 95 mg/kg BB. Dosis ini diperoleh

berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2003).

Dosis I : untuk manusia 70 kgBB = 75 mg

konversi ke mencit 20 gBB = 75 mg/70kgBB x 0,0026

= 0,195 mg/20 gBB

= 9,75 mg/kgBB

Dosis II : untuk manusia 70 kgBB = 83,0385 mg

konversi ke mencit 20 gBB = 83,0385 mg/70kgBB x 0,0026

= 0,2195 mg/20 gBB

= 10,795 mg/kgBB

Dosis III: untuk manusia 70 kgBB = 91,923 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

43

konversi ke mencit 20 gBB = 91,923 mg/70kgBB x 0,0026

= 0,239 mg/20 gBB

= 11,95 mg/kgBB

c. CMC 1%

Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan volume

pemberian maksimal pada mencit adalah 1 ml, diketahui berat mencit

maksimal dalam penelitian ini adalah 30 g sehingga bisa dihitung dengan

rumus:

V ml = mlmgC

kgBBXkgBBmgD/

/

1 ml = mlmg

kgXkgBBmgD/10

03,0/

D = 333,3 mg/kg BB dan V = {33,3 x BB kg} ml

d. ekstrak etanol akar krokot belanda

Dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda ditetapkan berdasarkan

konsentrasi maksimal yang diperoleh saat orientasi sebesar 15%.

Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda sesuai rumus :

V (ml)x C (mg/ml) = BB (kg) x D (mg/kg)

Volume pemberian x Konsentrasi = Berat badan x Dosis

1 ml x 150 mg/ml = 0,03 kgBB x Dosis

Dosis = kgBB

mlmlmg03,0

1/150 × = 5000 mg/kgBB

Sesuai orientasi, dosis terendah yang masih dapat memberikan efek anti

inflamasi adalah 1666,67 mg/kgBB. Dari dosis terendah dan tertinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

44

kemudian dicari peningkatannya untuk menentukan dosis tengah melalui

rumus :

Peningkatan = 1 terendah tertinggi

−ndosisdosis

Peningkatan = 14kgBB1666,67mg/

B5000mg/kgB− = 1,44

Keterangan : n = jumlah peringkat dosis Tiga dosis dibawah dosis tertinggi diperoleh dengan membagi dosis 1,44

kali dari dosis tertinggi sesuai deret ukur. Dari hasil perhitungan diperoleh

dosis ekstrak etanol akar krokot belanda sebesar 1674,49 mg/kgBB; 2411,26

mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; 5000 mg/kgBB.

10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi

karagenin 1%

Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok, tiap

kelompok terdiri dari lima ekor. Pada kaki kiri bagian belakang hewan uji

diinjeksi 0,05 ml suspensi karagenin 1% secara subplantar sedangkan kaki kanan

bagian belakang disuntik dengan spuit injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin

1%. Kemudian tiap kelompok hewan uji dikorbankan pada selang waktu tertentu

yaitu : 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin subplantar, lalu kedua kaki

belakang dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki

ditentukan saat kaki mengalami peningkatan udema yang berarti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

45

11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda.

Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok. Tiap

kelompok terdiri dari lima ekor. Tiap kelompok diberi perlakuan ekstrak etanol

akar krokot belanda dengan dosis sesuai hasil orientasi pada selang waktu 15, 30,

45, dan 60 menit sebelum diinjeksi karagenin 0,05 ml secara subplantar. Selang

waktu sesuai orientasi waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin, tiap

kelompok hewan uji dikorbankan dan kedua kaki belakangnya pada dipotong

sendi torsocrural lalu ditimbang. Waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda ditentukan saat kaki mengalami penurunan udema yang berarti

12. Perlakuan Hewan Uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak enam puluh tiga ekor yang dibagi

secara acak menjadi 9 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tujuh ekor dengan

perlakuan sebagai berikut :

a. kelompok I (kelompok kontrol suspensi karagenin 1%)

Kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin

1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian

belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin. Setelah tiga jam

(berdasar uji pendahuluan) kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan

ditimbang.

b. kelompok II (kelompok kontrol CMC-Na 1%)

CMC-Na 1% diberikan secar per oral pada mencit dan setelah 15

menit, kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

46

1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian

belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam

kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.

c. kelompok III, IV, dan V (kontrol positif natrium diklofenak)

Tiga kelompok mencit diberi perlakuan per oral natrium diklofenak

dengan masing-masing dosis sebesar 9,75; 10,795 dan 11,95 mg/kgBB,

setelah 15 menit kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi

karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan

bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah

3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.

d. kelompok VI, VII, VIII, dan IX (perlakuan ekstrak etanol akar krokot

belanda)

Empat kelompok mencit diberi perlakuan per oral ekstrak etanol akar

krokot belanda dengan masing-masing dosis sebesar 1674,49; 2411,26;

3472,22; dan 5000 mg/kgBB. Setelah 15 menit, masing-masing kelompok

diinjeksi suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar pada

kaki kiri belakang sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik

subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada

sendi torsocrural dan ditimbang.

13. Perhitungan respon daya anti inflamasi

Data penimbangan berat kaki belakang hewan uji digunakan untuk

mengetahui efek anti inflamasi . Berdasarkan metode Langford dkk (1972) untuk

mengetahui daya anti inflamasi (dalam %), digunakan rumus :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

47

% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ ×

− %100U

DU

Keterangan : U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat

kaki normal (kaki kanan). D = harga rata-rata berat kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat

kaki normal (kaki kanan).

G . Analisis Hasil

Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov

untuk mengetahui pola distribusi data. Analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA

one way dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan pada

kelompok perlakuan. Untuk menguji perbedaan tersebut bermakna atau tidak

secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi tanaman

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah akar tanaman krokot

belanda yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.

Determinasi tanaman dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat

Tawangmangu untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-

benar tanaman krokot belanda dengan nama ilmiah Talinum triangulare

Jacq.Willd.

B. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda

Metode yang digunakan untuk memperoleh ekstrak etanol akar krokot

belanda adalah perkolasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Penggunaan

etanol 70% dipilih karena diharapkan dapat melarutkan senyawa-senyawa anti

inflamasi yang bersifat polar yang terkandung di dalam akar krokot belanda, yaitu

flavonoid, steroid, dan tanin.

Serbuk akar krokot belanda sebanyak 150 gram dibasahi dengan etanol

70% di dalam erlenmeyer selama 24 jam dalam bejana tertutup. Selama serbuk

dibasahi, cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan melarutkan zat-zat aktif sel

yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Dengan adanya proses pembasahan,

aliran cairan penyari tidak akan mengalami hambatan dan dapat menembus serbuk

dengan sempurna.

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

49

Kemudian serbuk yang telah dibasahi dipindahkan ke dalam perkolator

dan dituangi etanol 70% secukupnya sampai menetes dan masih terdapat selapis

cairan etanol di atas simplisia. Kran perkolator dibuka dan kecepatan penetesan

etanol adalah 1-3 ml/menit, tidak terlalu cepat ataupun lambat, tujuannya agar

proses penyarian dapat berlangsung optimal. Pada proses perkolasi, cairan penyari

yang terus-menerus baru dapat menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi

sehingga zat aktif dapat tersari lebih sempurna. Selama proses perkolasi

berlangsung, tinggi etanol di atas permukaan serbuk ± 1-1,5 cm. Perkolasi

dihentikan jika perkolat yang diperoleh sudah tidak berwarna lagi. Perkolat yang

didapat kemudian dipekatkan dengan vacum evaporator untuk mempercepat

penguapan etanol. Pemekatan dilanjutkan dengan menguapkan sisa etanol di atas

waterbath sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh

berwarna coklat kehitaman dengan bobot sebesar 30,51 gram (lampiran 5 ).

C. Uji Pendahuluan

Sebelum melakukan uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot

belanda, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini bertujuan

untuk validasi metode yang akan digunakan untuk menguji efek anti inflamasi.

Uji pendahuluan yang dilakukan meliputi : rentang waktu pemotongan kaki

setelah injeksi karagenin 1%, dan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar

krokot belanda.

Data yang diperoleh dari uji pendahuluan dianalisis menggunakan uji

kolmogorov-Smirnov untuk menngetahui distribusi data yang diperoleh. Bila data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

50

berdistribusi normal (p>0,05) maka analisis dapat dilanjutkan dengan uji Anova

satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Uji Anova satu arah ini untuk melihat

ada tidaknya perbedaan data yang dapat dilihat dari nilai probabilitas yang kurang

dari 0,05 (p<0,05). Bila nilai probabilitas yang diperoleh kurang dari 0,05

(p<0,05) maka dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui letak

perbedaan bermaknanya.

1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%

Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi

karagenin 1 % secara subplantar bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat

saat karagenin menimbulkan udema yang maksimal pada telapak kaki mencit.

Pada tahap ini, kaki kiri mencit disuntik suspensi karagenin 1 % secara subplantar

dengan dosis 25 mg/kgBB sedangkan kaki kanan mencit hanya disuntik dengan

spuit injeksi tanpa karagenin sebagai faktor koreksi. Setelah rentang waktu

tertentu, mencit dikurbankan kemudian kedua kaki dipotong pada sendi

torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki yang digunakan pada uji

pendahuluan ini adalah 1, 2, 3, dan 4 jam. Alasan suspensi karagenin 1% dipilih

sebagai zat iritan penginduksi udema pada kaki hewan uji karena udema yang

dihasilkan reproduksibel dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Di samping

itu, karagenin juga merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling

banyak digunakan dan dapat digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial

terapetik dari obat-obat anti inflamasi baik dari golongan steroid maupun dari

golongan non steroid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

51

Data bobot udema yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-

Smirnov untuk mengetahui homogenitas data. Nilai probabilitas yang diperoleh

sebesar 0,901 dan karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan distribusi data adalah normal. Analisis dilanjutkan dengan uji Anova

satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil analisis Anova satu

arah ditampilkan pada tabel I

Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%

Keterangan Df F Probabilitas (p)

Bobot udema antar kelompok perlakuan 3 6,028 0,006

Berdasarkan tabel I dapat diketahui rata-rata bobot udema antara

kelompok perlakuan secara statistik memiliki perbedaan karena probabilitas (p)

yang terjadi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. Uji Scheffe kemudian dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. Rangkuman

hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe

Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu Selang

Waktu X ± SE

(g) 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam

1 jam 0,0432 ± 0,0047 - tb bb tb 2 jam 0,0697 ± 0,0104 tb - tb tb 3 jam 0,0866 ± 0,0073 bb tb - tb 4 jam 0,0631 ± 0,0054 tb tb tb -

Keterangan : tb : Berbeda tidak bermakna bb : Berbeda bermakna x : Rata-rata bobot udema kaki mencit SE : Standar Error

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

52

Dari hasil uji Scheffe, diketahui bahwa antara kelompok jam pertama,

kedua dan keempat menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).

Perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) juga terjadi antara kelompok jam

kedua, ketiga, dan keempat. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) diperoleh antara

kelompok jam pertama dan ketiga. Perbedaan yang bermakna terjadi karena bobot

udema kelompok jam ketiga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan bobot

udema kelompok jam pertama.

Kenaikan bobot udema pada jam pertama belum optimal bila

dibandingkan dengan jam ketiga. Bobot udema jam ketiga tidak berbeda

bermakna dengan jam keempat, namun bobot udema pada jam keempat

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jam ketiga, hal ini dimungkinkan

karena sistem proteksi tubuh telah bekerja untuk mengembalikan keadaan

tubuhnya seperti semula. Pada jam ketiga, bobot udema yang dihasilkan telah

optimal yang ditandai dengan paling tingginya bobot udema yang terbentuk. Pada

jam ketiga diasumsikan bahwa karagenin telah memberikan efek yang maksimal.

Oleh karena itu, dalam uji selanjutnya pemotongan kaki mencit dilakukan pada

jam ketiga setelah injeksi suspensi karagenin 1 %.

Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada waktu pemotongan kaki

mencit dapat dilihat pada lampiran 7, sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar

6. Dari grafik tersebut dapat dilihat lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema

dari setiap waktu pemotongan kaki mencit pada uji pendahuluan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

53

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0 1 2 3 4rentang waktu (jam)

rata

-rata

bob

ot u

dem

(gra

m)

Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%

2. Uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda

Uji pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui rentang waktu pemberian

ekstrak etanol akar krokot belanda sebelum injeksi suspensi karagenin yang dapat

menimbulkan efek anti inflamasi.

Pada uji ini, mencit dibagi menjadi empat kelompok (masing-masing

kelompok terdiri dari 5 ekor) berdasarkan rentang waktu pemberian ekstrak etanol

akar krokot belanda yaitu 15, 30, 45, dan 60 menit secara per oral sebelum injeksi

karagenin . Dosis yang diberikan adalah 5000 mg/kg BB dengan konsentrasi 15%.

Dosis ini merupakan dosis maksimal ekstrak etanol akar krokot belanda yang

dapat diberikan pada mencit.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata bobot udema pada

rentang waktu 15 menit sebesar 0,0393 gram, rentang waktu 30 menit sebesar

0,0397 gram, rentang waktu 45 menit sebesar 0,0466 gram dan rentang waktu 60

menit sebesar 0,0605 gram, terlihat pada tabel IV. Seluruh data kemudian diuji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

54

dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil menunjukkan

nilai p> 0,05 yaitu 0,999 sehingga disimpulkan distribusi datanya normal atau

homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah dengan taraf

kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda

Keterangan Df F Probabilitas (p)

Bobot udema antar kelompok

perlakuan 3 4,653 0,016

Berdasarkan tabel III dapat diketahui rata-rata bobot udema antara kelompok

adalah berbeda karena probabilitas (p) yang terjadi kurang dari 0,05 yaitu 0,016.

Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna

atau tidak bermakna. Rangkuman uji scheffe dapat dilihat pada tabel IV

Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat diinjeksi karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda

Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1%

pada rentang waktu tertentu Rentang waktu

X ± SE (g)

15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 15 menit 0,0393 ± 0,0046 - tb tb bb 30 menit 0,0397 ± 0,0043 tb - tb bb 45 menit 0,0466 ± 0,0055 tb tb - tb 60 menit 0,0605 ± 0,0039 bb bb tb -

Keterangan : tb : Berbeda tidak bermakna bb : Berbeda bermakna X : Rata-rata bobot udema kaki mencit

SE : Standar Error

Berdasarkan hasil uji scheffe, kelompok dengan rentang waktu pemberian

ekstrak etanol akar krokot belanda 15 menit sebelum penyuntikan karagenin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

55

memiliki perbedaan tidak bermakna dengan kelompok selang waktu 30 dan 45

menit. Dapat dikatakan bila ekstrak etanol akar krokot belanda diberikan 15, 30,

dan 45 menit sebelum penyuntikan karagenin, maka penurunan udema yang

terjadi dapat dikatakan sama. Kelompok dengan rentang waktu pemberian ekstrak

etanol akar krokot belanda 60 menit sebelum penyuntikan karagenin memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap kelompok rentang waktu pemberian ekstrak

etanol akar krokot belanda 15 menit, dan 30 menit, namun berbeda tidak

bermakna dengan kelompok rentang waktu 45 menit. Bobot udema pada

kelompok rentang waktu 60 menit meningkat secara signifikan, sehingga dapat

dikatakan efek anti inflamasi telah menurun dan akibatnya udema yang terbentuk

tidak dapat dihambat secara optimal.

Dari hasil tersebut ada tiga data yang dapat dipilih untuk rentang waktu

pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda yaitu 15, 30, dan 45 menit. Rentang

waktu 15 menit dipilih karena memberikan penurunan bobot udema paling besar,

serta untuk efisiensi waktu.

Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada rentang waktu

pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dapat dilihat pada lampiran 9,

sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar 7. Dari grafik tersebut dapat dilihat

lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema dari setiap waktu pemberian ekstrak

etanol akar krokot belanda pada uji pendahuluan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

56

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0 10 20 30 40 50 60 70

rentang waktu (menit)

rata

-rata

bob

ot u

dem

(gra

m)

Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.

D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda

Pengujian efek anti inflamasi dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak

etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi sekaligus mengetahui

seberapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda tersebut.

Efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar krokot belanda

mengurangi bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin1 % secara

subplantar.

Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda

didasarkan pada uji yang telah dilakukan Langford dkk (1972) yang telah

dimodifikasi pelaksanaannya. Besarnya efek anti-inflamasi yang ditimbulkan

dapat dihitung dengan prosentase efek anti-inflamasi menurut Langford dkk

(1972). Dasar metode Langford dkk. adalah induksi udema pada kaki belakang

mencit. Metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian

awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

57

Selain itu karena metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan

secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam

waktu yang singkat.

Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok I adalah

kelompok kontrol negatif karagenin 1% sebagai zat penginduksi udema.

Kelompok II adalah kontrol negatif CMC-Na 1 %. Kelompok III, IV, dan V

adalah kelompok kontrol positif natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis

dengan dosis masing-masing adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB. Kelompok

VI, VII, VIII, dan IX merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot

belanda dengan dosis masing-masing 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000

mg/kgBB.

Suspensi karagenin 1% sebagai zat iritan penginduksi udema digunakan

untuk menghitung persen anti inflamasi dari setiap kelompok perlakuan. Udema

yang diinduksi karagenin melalui dua fase. Pada fase pertama yang terjadi sekitar

60 menit setelah induksi karagenin terjadi pelepasan histamin, serotonin dan

bradikinin. Fase kedua berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang

lebih 3 jam. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil

seperti hidrogen peroksida, super oksida, radikal hidroksil serta prostaglandin

(Suleyman dkk, 2004). Pada kelompok ini mencit diperlakukan sama seperti saat

uji pendahuluan, dimana suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB diinjeksikan

pada kaki kiri belakang, sedangkan kaki kanan hanya diinjeksi tanpa suspensi

karagenin. Setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

58

ditimbang. Bobot udema merupakan hasil pengurangan bobot kaki kiri dengan

kaki kanan.

Kontrol negatif yang digunakan adalah CMC-Na 1% karena natrium

diklofenak dan ekstrak etanol akar krokot belanda dibuat dengan menambahkan

CMC-Na 1% sebagai suspending agent. Kelompok CMC-Na 1% diperlukan

untuk mengetahui apakah CMC-Na 1% memiliki pengaruh terhadap efek anti

inflamasi baik dari natrium diklofenak maupun ekstrak etanol akar krokot

belanda. CMC-Na 1% diinjeksikan pada mencit secara per oral dengan dosis

333,33 mg/kgBB, 15 menit sebelum injeksi karagenin mengikuti uji pendahuluan

rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.

Pada penelitian ini, natrium diklofenak dipilih sebagai kontrol positif

karena obat ini termasuk NSAID yang terkuat efek anti inflamasinya dengan efek

samping yang kurang keras dibanding dengan obat anti inflamasi non steroid

lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Natrium diklofenak digunakan dalam tiga

peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB) tujuannya untuk mendapatkan

kesetaraan antara dosis ekstrak etanol akar krokot belanda terhadap dosis natrium

diklofenak Natrium diklofenak diberikan secara per oral 15 menit sebelum hewan

uji diinjeksi suspensi karagenin 1% secara subplantar.

Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan dosis ekstrak

etanol akar krokot belanda. Mencit pada tiap kelompok diberi ekstrak etanol akar

krokot belanda sesuai dosis masing-masing yaitu 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan

5000 mg/kg BB. Dosis tertinggi dan terendah ditentukan dari orientasi. Setelah

dosis tertinggi dan terendah dimasukkan dalam suatu rumus, akan diperoleh suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

59

kelipatan atau faktor pembagi. Tiga dosis dibawah dosis tertinggi ditentukan

dengan membagi dosis tertinggi dengan faktor pembagi sebesar 1,44 sesuai deret

ukur.

Dari setiap kelompok perlakuan akan diperoleh data bobot udem. Data

bobot udem tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan persen efek anti

inflamasinya menurut metode Langford dkk. Tabel bobot udem dan persen efek

anti inflamasi seluruh kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Rata-rata bobot udem kaki mencit beserta persen (%) efek anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan

Kelompok Subjek

uji Rata-rata bobot

udem ± SE Persen (%) efek

anti inflamasi ± SEKontrol (-) karagenin 1 % 7 0,0764 ± 0,0043 0 ± 0,0000 Kontrol (-)CMC-Na 1 % 7 0,0809 ± 0,0030 -6 ± 3,9426

Kontrol (+) Na-diklofenak 9,75 mg/kgBB

7 0,0223 ± 0,0023 70,87 ± 3,0268

Kontrol (+) Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB

7 0,0302 ± 0,0032 60,53 ± 4,2008

Kontrol (+) Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB

7 0,0372 ± 0,0043 51,35 ± 5,6162

EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB 7 0,0662 ± 0,0024 13,37 ± 3,1302 EEAKB dosis 2411,26 mg/kgBB 7 0,0607 ± 0,0032 20,53 ± 4,1886 EEAKB dosis 3472,22 mg/kgBB 7 0,0554 ± 0,0016 27,47 ± 2,0600 EEAKB dosis 5000 mg/kgBB 7 0,0373 ± 0,0052 51,18 ± 6,8457

Keterangan : SE : Standard Error (SD/√n) EEAKB : Ekstrak etanol akar krokot belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

60

Data tersebut dapat pula dilihat dalam bentuk diagram batang, yaitu

sebagai berikut

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

rata

-rat

a bo

bot u

dem

(gra

m)

I II III IV V VI VII VIII IX

kelompok

Gambar 11. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit perlakuan ekstrak

etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya.

Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

61

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

pers

en (%

) efe

k an

ti in

flam

asi

I II III IV V VI VII VIII IX

kelompok

Gambar 12. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan ekstrak

etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya

Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan

uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%.

Data persen efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan kemudian diuji

statistik dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil

menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,494 sehingga disimpulkan distribusi datanya

normal atau homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah

dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat

pada tabel VI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

62

Tabel VI. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya

Keterangan df F Probabilitas (p)

Persentase efek anti inflamasi antar kelompok perlakuan 8 44,493 0,000

Hasil analisis statistik anova satu arah menunjukkan bahwa data antar

kelompok perlakuan adalah berbeda (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji Shceffe

untuk mengetahui perbandingan antar kelompok yang memiliki perbedaan yang

bermakna dan tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VII

berikut ini.

Tabel VII. Hasil uji Scheffe efek anti inflamasi pada perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya

Hasil uji scheffe terhadap Klp

Klp I

Klp II

Klp III

Klp IV

Klp V

Klp VI

Klp VII

Klp VIII

Klp IX

I - tb bb bb bb tb tb bb bb II tb - bb bb bb tb bb bb bb III bb bb - tb tb bb bb bb tb IV bb bb tb - tb bb bb bb tb V bb bb tb tb - bb bb tb tb VI tb tb bb bb bb - tb tb bb VII tb bb bb bb bb tb - tb bb VIII bb bb bb bb tb tb tb - tb IX bb bb tb tb tb bb bb tb -

Keterangan : bb : berbeda bermakna tb : berbeda tidak bermakna I : kelompok kontrol (-) karagenin 1% II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

63

Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan

uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%.

Berdasarkan perhitungan persen efek anti inflamasi, kelompok kontrol

negatif CMC-Na 1% memberikan hasil perbedaan tidak bermakna dengan kontrol

negatif karagenin 1%. Persen efek anti inflamasi karagenin 1% adalah 0 karena

karagenin digunakan sebagai penginduksi udema. Persen efek anti inflamasi

kontrol negatif CMC-Na 1% adalah -6 %, dan karena nilainya dibawah 0, dapat

dikatakan bahwa CMC-Na 1 % sebagai kontrol negatif tidak berpengaruh

terhadap efek anti inflamasi baik dari ekstrak etanol akar krokot belanda maupun

natrium diklofenak.

Seluruh kelompok kontrol positif natrium diklofenak memiliki rata-rata

bobot udem yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan

lainnya. Efek anti inflamasi kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis

9,75 ; 10,795 ; dan 11,95mg/kgBB berturut-turut sebesar 70,87%; 60,53%; dan

51,35%, semuanya dinyatakan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok

kontrol (-) karagenin dan CMC-Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa natrium

diklofenak terbukti memliliki efek anti inflamasi sehingga dapat digunakan

sebagai kontrol positif.

Untuk kelompok kontrol positif yaitu antara kelompok natrium diklofenak

dosis 9,75 ; 10,795 ; dan 11,95 mg/kgBB itu sendiri, secara statistik memiliki

perbedaan yang tidak bermakna, artinya ketiga peringkat dosis tersebut

memberikan efek anti inflamasi yang sama. Hal ini diduga bahwa pada dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

64

rendah natrium diklofenak telah mengalami penjenuhan, sehingga ketika dosis

dinaikkan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan atau efek anti

inflamasinya tetap sama.

Pada penelitian ini, natrium diklofenak digunakan dalam tiga peringkat

dosis untuk membentuk suatu persamaan garis. Berdasarkan persamaan garis

tersebut, dapat diketahui kesetaraan dosis antara ekstrak etanol akar krokot

belanda dengan natrium diklofenak dalam hal efek anti inflamasi. Akan tetapi,

karena efek anti inflamasi seluruh kelompok natrium diklofenak secara statistik

berbeda tidak bermakna atau sama, maka natrium diklofenak hanya mewakili satu

titik untuk membentuk persamaan garis. Untuk membentuk suatu persamaan

garis, minimal dibutuhkan 3 titik yang perbedaannya bermakna satu dengan yang

lainnya. Selain itu, bila persamaan garis natrium diklofenak tetap dibentuk dan

dibandingkan dengan ekstrak etanol akar krokot belanda, maka keduanya akan

saling berpotongan, padahal untuk menyatakan kesetaraan dosis maka kedua garis

harus sejajar (lampiran 13). Berdasarkan keterangan di atas, untuk selanjutnya

akan dipilih satu kelompok natrium diklofenak untuk dibandingkan efek anti

inflamasinya dengan ekstrak etanol akar krokot belanda. Kelompok natrium

diklofenak dosis 9,75 mg/kg dipilih karena dengan dosis yang minimal mampu

memberikan penurunan bobot udem kaki mencit yang paling besar.

Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan EEAKB dosis

1674,49 dan 2411,26; 3472,22; dan 5000mg/kgBB. Gambar 12 menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan EEAKB memiliki efek anti inflamasi. Hal ini dapat

dilihat dari adanya penurunan bobot udem kaki mencit setelah diberi EEAKB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

65

Kelompok perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 berbeda tidak

bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal ini menunjukkan pada kelompok

perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 mg/kgBB tidak terjadi penurunan

bobot udem kaki mencit yang berarti atau dianggap sama dengan kontrol negatif

karagenin. Sedangkan, pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 3472,22 dan 5000

mg/kgBB terjadi perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal

ini dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit EEAKB dosis 3472,22 dan

5000 mg/kgBB (27,47% dan 51,18%) jauh lebih besar dibanding kontrol negatif

karagenin.

Kelompok perlakuan EEAKB dosis 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB

memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na 1%. Hal ini

dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit ketiga kelompok di atas jauh

lebih besar (20,53; 27,47; dan 51,18%) dibandingkan kontrol negatif CMC-Na 1%

(-6%). Sedangkan pada EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB penurunan bobot udem

kaki mencit yang terjadi relatif sama dengan kontrol negatif CMC-Na 1% karena

terjadi perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol negatif CMC-Na 1%.

Bila seluruh kelompok perlakuan EEAKB dibandingkan dengan kelompok

natrium diklofenak 9,75 mg/kgBB maka perbedaan yang tidak bermakna hanya

terjadi pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa EEAKB dosis 5000 mg/kg memberikan efek yang setara

dengan natrium diklofenak

Untuk kelompok perlakuan EEAKB antara dosis 1674,49; 2411,26;

3472,22; dan 5000 mg/kgBB perbedaan efek anti inflamasi yang bermakna, hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

66

terjadi antara EEAKB dosis 5000 mg/kgBB terhadap EEAKB dosis 1674,49; dan

2411,26 mg/kgBB. Hal ini dikarenakan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB memiliki

penurunan bobot udema yang jauh lebih besar (51,18%) dibandingkan dengan

EEAKB dosis 1674,49; dan 2411,26 mg/kgBB (13,37 dan 20,53%).

Dilihat dari persen efek anti inflamasinya kelompok EEAKB dosis 3472,22

dan 5000mg/kgBB memiliki persen efek anti inflamasi yang lebih besar bila

dibandingkan dengan EEAKB dosis 1674,49 dan dosis 2411,26mg/kgBB. Akan

tetapi, persen anti inflamasi yang paling mendekati persen anti inflamasi

kelompok natrium diklofenak adalah EEAKB dosis 5000mg/kgBB. Efek anti

inflamasi kelompok natrium diklofenak sebesar 70,87% sedangkan EEAKB dosis

5000mg/kgBB sebesar 51,18%. Oleh karena itu, dapat dikatakan dosis

5000mg/kgBB adalah dosis yang paling efektif sebagai anti inflamasi

dibandingkan dosis lainnya.

Persentase efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan EEAKB

kemudian dibandingkan dengan persentase efek anti inflamasi natrium diklofenak

(dosis 9,75 mg/kgBB) sebagai kontrol positif untuk mendapatkan potensi relatif.

Potensi relatif semua kelompok perlakuan EEAKB di bawah 100 persen.

Hal ini menunjukkan EEAKB memiliki efek anti inflamasi namun kurang poten

dibanding natrium diklofenak. Potensi relatif EEAKB dosis 1674,49; 2411,26;

3472,22; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 18,87; 28,97; 38,76; dan

72,22%. Data dan perhitungan potensi relatif EEAKB dapat dilihat pada lampiran

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

67

Ekstrak etanol akar krokot belanda diduga mengandung flavonoid, steroid

dan tanin yang dapat memberikan efek anti inflamasi. Persen efek anti inflamasi

yang semakin meningkat dari dosis rendah ke dosis tinggi, diduga karena

kandungan flavonoid, steroid, dan tanin semakin meningkat. Persen efek anti

inflamasi yang rendah terdapat pada dosis rendah, hal ini diduga karena pada

dosis rendah kandungan flavonoid, steroid, dan tanin juga rendah, sehingga untuk

memperoleh efek anti inflamasi yang tinggi dibutuhkan dosis yang tinggi pula.

Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal

bebas. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan

sehingga menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk

ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur

siklooksigenase maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ

produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah radikal bebas.

Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan dari dalam tubuh tak

mampu lagi melumpuhkannya secara efektif sehingga harus ada tambahan

antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan makanan. Dalam hal ini

flavonoid sebagai antioksidan berfungsi sebagai antioksidan eksogen. Flavonoid

sebagai anti inflamasi dapat menghambat enzim lipoksigenase pada pembentukan

mediator-mediator yang berperan dalam peradangan seperti leukotrien (Robinson,

1995). Dengan terhambatnya pembentukan mediator-mediator tersebut akan

menurunkan udema yang terjadi.

Steroid yang terkandung dalam ekstrak etanol akar krokot belanda juga

diduga memberi efek anti inflamasi. Golongan steroid sebagai anti-inflamasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

68

mekanisme kerjanya sebagian besar berdasar atas rintangan sintesis prostaglandin

dan leukotrien dengan cara menginduksi terbentuknya lipocortin. Lipocortin

tersebut akan menghambat aktivasi enzim fosfolipase A2. Dengan terhambatnya

aktivasi enzim fosfolipase A2, maka pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid

akan berkurang (Rang et al, 2003). Penurunan pembentukan mediator-mediator

dari asam arakhidonat yang berperan dalam peradangan seperti prostaglandin,

leukotrien, tromboksan, dan lain-lain akan mengakibatkan penurunan udema yang

terjadi.

Selain flavonoid dan steroid, tanin juga diduga berefek anti inflamasi.

Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai

penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya

inflamasi (Diane, 2006). Berdasarkan hal tersebut, tanin diperkirakan memiliki

mekanisme yang sama seperti flavonoid.

Oleh karena adanya dugaan bahwa efek anti inflamasi ekstrak etanol akar

krokot belanda ditimbulkan oleh adanya senyawa kimia flavonoid, steroid dan

tanin, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa flavonoid,

steroid dan tanin terkandung di dalam ekstrak etanol akar krokot belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi.

2. Persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda pada dosis

1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kg BB berturut-turut adalah sebesar

13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang :

1. Pemeriksaan kualitatif kandungan kimia adanya senyawa flavonoid, steroid

dan tanin dalam ekstrak etanol akar krokot belanda yang diduga bertanggung

jawab terhadap efek anti inflamasi

2. Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda menggunakan

metode lain seperti uji eritema dan radang selaput dada.

3. Pengujian toksisitas akut ekstrak etanol akar krokot belanda

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

70

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986a, Medicinal Herb Index, 33, PT Eisai Indonesia Anonim, 1986b, Sediaan Galenik, 8-25, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta. Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian

Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta.

Anonim, 1994, Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia, III, 285, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 31, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 357, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Anonim, 2007a, Flavonoid, http://en.wikipedia.org/wiki/Flavonoid, Diakses pada

tanggal 16 Mei 2007. Anonim, 2007b, Steroid, http://en.wikipedia.org/wiki/Steroid, Diakses pada

tanggal 16 Februari 2007. Astawa,.S.A., 2005, Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum

triangulare (Jacq) Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod Test, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Bowman, W.c., and Rand, M.J., 1980, Textbook of Pharmacology, Second (2nd)

Edition, 13, 18, Blackwell Scientific, London Budavari, S., 1989, The Merck Index, Eleventh edition, 489, Merck & Co Inc.,

Rahway, New Jersey. Dalimarta, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 3, 111 - 113, Puspa

Swara, Jakarta. Diane, M.J., 2006, Tannins as Anti Inflammatory Agents, Thesis, Miami

University Oxford, Ohio. www.ohiolink.edu/etd/. Diakses tanggal 4 Oktober 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

71

Evans, W.C., 2002, Pharmacognosy, 15th Edition, 289-297, W.B. Saunders,

London. Froschle, M., Piuss, R., Peter, A., Etzweiler, F., and Ruegg, D., 2004,

Phytosteroids for Skin Care, Asia Pacific Personal Care Ingredient Formulation Manufactur, edisi September, hal.56.

Furst, D. E. dan Munster, T., 2002, Obat-obat Anti Inflamasi Nonsteroid, Obat-

obat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-obat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2, Edisi 8, 449-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta.

Greene, R.J., Harris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology and Theraupeutics

for Pharmacists : A Basis for Clinical Pharmacy Practice, Second (2nd) Edition, 35-41, Pharmaceutical Press, London.

Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the study of Inflammation

and Anti-Inflammatory Drugs, in Bonta I.L., Thomson J., and Brune K.,(Eds.). Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, 19-21, Birkhauser Verlag Basel, Rotterdam.

Guyton, A.C., 1993, Texbook of Medical Physiology, alih bahasa oleh Ken Ariata

T dkk, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi VII, bagian I, 72-75, EGC, Jakarta.

Harborne. J.B., 1987, Phytocemicals Method, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 70, Penerbit ITB, Bandung.

Hardjasaputra, L, P., Budipranoto, G., Sembiring, S, U.,dan Kamal, I., 2002, Data

Obat di Indonesia, edisi 10, 350, Grafidian Medpress, Jakarta. Harvey, A.R., Mycek, J.M., dan Champe, C.D., 2001, Lippicott’s Illustrated

Review : Pharmacology, diterjemahkan oleh Azwar Agoes, Farmakologi : Ulasan Bergambar, edisi II, 404-406, Penerbit Widya Medika, Jakarta.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M., 2004, Fundamentals

of Pharmacognosy and Phytotherapy, 77, Churchill Livingstone, Toronto. Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Method for

Evaluation of Analgesic / Anti-Inflammatory Activity, Journal of Pharmaceutical Sciences, 61 (January), 75-77.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

72

Markham, K.R., 1988, The Techniques of Flavonoid Identification, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-34, Penerbit ITB, Bandung.

Misra, 1992, “Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum

triangulare (Jacq) Willd”. Penelitan Tumbuhan Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, 208-212, Pusat Antar Ilmu Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mutschler, E.,1986, Arzneimittelwirkungen, Edisi V, diterjemahkan oleh Mathilda

B., Widyanto dan Ranti, A.S., Dinamika Obat, ITB, Bandung. Novita, E., 2003, Daya Anti Inflamasi Perasan Herba Ketumpang (Peperomia

pelludica L. Kunth) Pada Mencit Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Nugroho, Y.A., 2000, Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum

Gaertn) dan Talesom (Talinum triangulare Willd), http; //digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-yun-198- talesom. Diakses pada tanggal 5 Februari 2007

Perry, M.L., 1980, Medicinal Plant of East and Southeast Asia, 330,

Massachusetts Institute of Technology Press, London Pitojo,S.,2000, Talesom : Sayuran Berkhasiat Obat, 11-13, Kanisius, Yogyakarta. Price, S.A dan Wilson, L. M., 1992, Pathophysiology Clinical Consepts of

Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, buku I, Edisi IV, 35-47, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th

Edition, 217-240, 244-250, Bath Press, USA. Robbins, S.L., dan Kumar, V., 1995, Basic Pathology, diterjemahkan oleh Staf

Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku Ajar Patologi I, Edisi IV, 28-43, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Robinson, T., 1995, The Organic Constituent of Higher Plants, diterjemahkan oleh

Kosasih Padmawinata, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, 154-155, 191-216, ITB, Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

73

Rustam, E., 1991, “Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang Talinum triangulare (Jacq) Willd”. Penelitian Tumbuhan Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, edisi I, 12-13, Universitas

Muhamadiyah Malang Press, Malang Shearn, M.A.,1986, Obat Anti Inflamasi Nonsteroid; Analgesik Nonopiat; Obat

yang Digunakan pada Gout dalam Katzung,B.G., 1989, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Petrus Ardianto, 474, EGC, Jakarta.

Sitompul, B., 2003 Antioksidan dan Penyakit Aterosklerosis, Medika, No. 6, 373-

377, Jakarta. Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, Nuray., and Suleyman, B.,

2004, Anti Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, http://www.if-pan.krakow.pl/pjp/pdf/2004/6_775_ab.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2007.

Tjay, T. H. dan Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat,Penggunaan, dan

Efek-efek Sampingnya, edisi V, 298, 306-311, Penerbit PT. Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays,

second edition, 726-769, Springer Vorlag Berlin Heidelberg. Williamson, E.M., Okpako, D,T, and Evans, F, J., 1996, Selection, Preparation

and Pharmacological Evaluation of Plant Material, volume I, 131-137, John Willey & Sons Ltd, England.

Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam

Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 207-211, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Wahjoedi, B., 2003, Efek Androgenik Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum

racemosum Rohrb.) pada Anak Ayam, http://digilib.litbang.depkes.go. id/go.php?top=member/[email protected]/. Diakses pada 25 januari 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

74

Lampiran 1. Surat Pernyataan Pengambilan Dan Determinasi Dari BPTO

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

76

Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

77

Lampiran 3. Foto Tanaman Krokot Belanda

Gambar 13. Tanaman Krokot Belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

78

Lampiran 4. Foto Akar Krokot Belanda dan Serbuk Akar Krokot Belanda

Gambar 14. Akar Krokot Belanda

Gambar 15. Serbuk Akar Krokot Belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

79

Lampiran 5. Foto Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda

Gambar 16. Ekstrak etanol kental krokot belanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

80

Lampiran 6. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki

mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1 %

Kelompok I 1 jam setelah injeksi karagenin1%

Kelompok II 2 jam setelah injeksi karagenin1%

Kelompok III 3 jam setelah injeksi karagenin1%

Mencit dikorbankan , kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural

Kelompok IV 4 jam setelah injeksi karagenin 1%

Ditimbang

Dua puluh ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

81

Lampiran 7. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu

Pemotongan Setelah Injeksi Suspensi Karagenin 1%

Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan

setelah injeksi suspensi karagenin 1 % subplantar

Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu

(jam) setelah injeksi karagenin 1%

N

o

Keterangan

(g) 1 2 3 4

0,1900 0,2401 0,2570 0,2429

0,1566 0,1653 0,1660 0,1630

1 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0334 0,0748 0,0910 0,0799

0,1738 0,2700 0,2521 0,2188

0,1383 0,1784 0,1591 0,1715

2 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0355 0,0916 0,0930 0,0473

0,1552 0,2728 0,2651 0,2508

0,1166 0,1817 0,1788 0,1940

3 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0386 0,0911 0,0863 0,0568

0,2124 0,2164 0,2898 0,2256

0,1610 0,1665 0,1867 0,1590

4 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0514 0,0499 0,1031 0,0666

0,2203 0,1961 0,2272 0,2279

0,1632 0,1549 0,1678 0,1628

5 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0571 0,0412 0,0594 0,0651

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

82

Rata-rata bobot

udema

±

SE

0,0432

0,0047

0,0697

0,0104

0,0866

0,0073

0,0631

0,0054

Keterangan : bobot udema = kaki kiri – kaki kanan

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

20.065655

.0218675.127.113

-.127.570.901

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

udem

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Oneway

Descriptives

udem

5 .043200 .0104516 .0046741 .030223 .056177 .0334 .05715 .069720 .0232802 .0104112 .040814 .098626 .0412 .09165 .086560 .0163745 .0073229 .066228 .106892 .0594 .10315 .063140 .0121224 .0054213 .048088 .078192 .0473 .0799

20 .065655 .0218675 .0048897 .055421 .075889 .0334 .1031

1 jam2 jam3 jam4 jamTotal

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

udem

1.971 3 16 .159

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

83

ANOVA

udem

.005 3 .002 6.028 .006

.004 16 .000

.009 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: udemScheffe

-.0265200 .0103261 .128 -.058708 .005668-.0433600* .0103261 .007 -.075548 -.011172-.0199400 .0103261 .327 -.052128 .012248.0265200 .0103261 .128 -.005668 .058708

-.0168400 .0103261 .469 -.049028 .015348.0065800 .0103261 .938 -.025608 .038768.0433600* .0103261 .007 .011172 .075548.0168400 .0103261 .469 -.015348 .049028.0234200 .0103261 .204 -.008768 .055608.0199400 .0103261 .327 -.012248 .052128

-.0065800 .0103261 .938 -.038768 .025608-.0234200 .0103261 .204 -.055608 .008768

(J) waktu2 jam3 jam4 jam1 jam3 jam4 jam1 jam2 jam4 jam1 jam2 jam3 jam

(I) waktu1 jam

2 jam

3 jam

4 jam

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Homogeneous Subsets

udem

Scheffea

5 .0432005 .063140 .0631405 .069720 .0697205 .086560

.128 .204

waktu1 jam4 jam2 jam3 jamSig.

N 1 2Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

84

Lampiran 8. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian

ekstrak etanol akar krokot belanda

Kelompok I 15 menit

sesudahnya

Kelompok II 30 menit

sesudahnya

Kelompok III 45 menit

sesudahnya

Kelompok IV 60 menit

sesudahnya

Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB secara per oral

Dua puluh ekor mencit dibagi dalam empat kelompok

3 jam sesudahnya

Injeksi karagenin 1% sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa

karagenin 1%

Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian

belakang dipotong pada sendi torsocrural

Ditimbang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

85

Lampiran 9. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu

Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda

Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak

etanol akar krokot belanda

Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu

(menit) pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda

N

o

Keterangan

(g)

15’ 30’ 45’ 60’

0,1619 0,1908 0,2013 0,2176

0,1383 0,1495 0,1442 0,1523

1 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0236 0,0413 0,0571 0,0653

0,1883 0,2070 0,2134 0,2123

0,1540 0,1747 0,1518 0,1445

2 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0343 0,0323 0,0616 0,0678

0,2110 0,1984 0,1756 0,1889

0,1624 0,1665 0,1412 0,1389

3 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0486 0,0310 0,0344 0,0500

0,1998 0,1937 0,1983 0,2141

0,1560 0,1550 0,1547 0,1467

4 Kaki kiri

Kaki kanan

Bobot udema 0,0438 0,0387 0,0436 0,0674

0,2037 0,2070 0,1823 0,1899 5 Kaki kiri

Kaki kanan 0,1574 0,1520 0,1458 0,1377

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

86

Bobot udema 0,0463 0,0550 0,0365 0,0522

Rata-rata bobot

udema

±

SE

0,0393

±

0,0046

0,0397

±

0,0043

0,0466

±

0,0055

0,0605

±

0,0039

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

20.046540

.0129185.084.084

-.078.376.999

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

udem

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Oneway

Descriptives

udem

5 .039320 .0103347 .0046218 .026488 .052152 .0236 .04865 .039660 .0095929 .0042901 .027749 .051571 .0310 .05505 .046640 .0121973 .0054548 .031495 .061785 .0344 .06165 .060540 .0087045 .0038928 .049732 .071348 .0500 .0678

20 .046540 .0129185 .0028887 .040494 .052586 .0236 .0678

15 menit30 menit45 menit60 menitTotal

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

udem

.529 3 16 .669

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

87

ANOVA

udem

.001 3 .000 4.653 .016

.002 16 .000

.003 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: udemScheffe

-.0003400 .0065067 1.000 -.020622 .019942-.0073200 .0065067 .740 -.027602 .012962-.0212200* .0065067 .039 -.041502 -.000938.0003400 .0065067 1.000 -.019942 .020622

-.0069800 .0065067 .766 -.027262 .013302-.0208800* .0065067 .042 -.041162 -.000598.0073200 .0065067 .740 -.012962 .027602.0069800 .0065067 .766 -.013302 .027262

-.0139000 .0065067 .247 -.034182 .006382.0212200* .0065067 .039 .000938 .041502.0208800* .0065067 .042 .000598 .041162.0139000 .0065067 .247 -.006382 .034182

(J) waktu30 menit45 menit60 menit15 menit45 menit60 menit15 menit30 menit60 menit15 menit30 menit45 menit

(I) waktu15 menit

30 menit

45 menit

60 menit

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Homogeneous Subsets

udem

Scheffea

5 .0393205 .0396605 .046640 .0466405 .060540

.740 .247

waktu15 menit30 menit45 menit60 menitSig.

N 1 2Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

88

Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji 15 menit sesudahnya 3 jam sesudahnya

Enam puluh tiga ekor mencit dibagi dalam sembilan kelompok

Kel.I

Kel.II

Kel.III

Kel.IV

Kel.V

Kel.VI

Kel.VI

Kel.IX

Kel.VI

Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda secara per oral

Injeksi karagenin 1 % sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik

tanpa karagenin 1 %

Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural

Ditimbang

Keterangan : Kelompok I : kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok II : kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% Kelompok III : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 9,75 mg/kgBB Kelompok IV : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 10,795

mg/kgBB Kelompok V : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 11,95

mg/kgBB Kelompok VI : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda dosis 1674,49 mg/kgBB Kelompok VII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot

belanda dosis 2411,26 mg/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

89

Kelompok VIII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 3472,22 mg/kgBB

Kelompok IX : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

90

Lampiran 11. Hasil Dan Analisis Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis Dan Kontrolnya

Kontrol

Na - diklofenak (mg/kg BB) 4 peringkat dosis ekstrak etanol akar krokot

belanda (mg/kgBB) NO Bobot (g)

Karagenin 1%

CMC-Na 1% 9,75 10,795 11,95 1674,49 2411,26 3472,22 5000

0,1758 Kaki kiri 0,1983 0,2249 0,1626 0,1897 0,1672 0,1876 0,2030 0,1889 0,1475 Kaki kanan 0,1301 0,1524 0,1415 0,1553 0,1471 0,1292 0,1445 0,1319 0,0283

1.

Bobot udema 0,0682 0,0725 0,0211 0,0344 0,0201 0,0564 0,0585 0,0507 0,2105 Kaki kiri 0,2393 0,2132 0,1673 0,1778 0,1649 0,2145 0,2032 0,1782 0,1507 Kaki kanan 0,1433 0,1378 0,1377 0,1388 0,1415 0,1391 0,1428 0,1280 0,0598

2.

Bobot udema 0,0960 0,0754 0,0296 0,0390 0,0234 0,0754 0,0604 0,0502 0,1667 Kaki kiri 0,2521 0,2333 0,1693 0,1670 0,1856 0,2142 0,2093 0,2130 0,1374 Kaki kanan 0,1703 0,1501 0,1468 0,1396 0,1494 0,1413 0,1551 0,1565 0,0293

3.

Bobot udema 0,0818 0,0832 0,0225 0,0274 0,0362 0,0728 0,0542 0,0565 0,1690 Kaki kiri 0,2244 0,2293 0,1554 0,1679 0,1896 0,2203 0,2004 0,1995 0,1451 Kaki kanan 0,1576 0,1475 0,1329 0,1317 0,1435 0,1558 0,1538 0,1424 0,0239

4.

Bobot udema 0,0668 0,0818 0,0225 0,0362 0,0461 0,0645 0,0466 0,0571 0,1666 Kaki kiri 0,2003 0,2519 0,1531 0,1437 0,2241 0,2207 0,2428 0,2078 0,1284 Kaki kanan 0,1378 0,1549 0,1423 0,1074 0,1758 0,1579 0,1734 0,1490 0,0382

5.

Bobot udema 0,0625 0,0970 0,0108 0,0363 0,0483 0,0628 0,0694 0,0588 0,1991 Kaki kiri 0,2114 0,2239 0,1755 0,1885 0,2008 0,2041 0,2322 0,2230 0,1462 Kaki kanan 0,1321 0,1452 0,1545 0,1703 0,1547 0,1391 0,1630 0,1617 0,0529

6.

Bobot udema 0,0793 0,0787 0,0210 0,0182 0,0461 0,0650 0,0692 0,0613 0,1655 Kaki kiri 0,2304 0,2364 0,1389 0,1549 0,1725 0,2140 0,2117 0,2044 0,1368 Kaki kanan 0,1501 0,1587 0,1106 0,1353 0,1325 0,1476 0,1450 0,1511 0,0287

7.

Bobot udema 0,0803 0,0777 0,0283 0,0196 0,0400 0,0664 0,0667 0,0533 Rata-rata

bobot udem ±

SE

0,0764 ±

0,0043

0,0809 ±

0,0030

0,0223 ±

0,0023

0,0302 ±

0,0032

0,0372 ±

0,0043

0,0662 ±

0,0024

0,0607 ±

0,0032

0,0554 ±

0,0016

0,0373 ±

0,0052

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

91

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

635.00

2.603.112.112

-.112.891.406

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

kelompok

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b. Oneway

Descriptives

udem

7 .076414 .0114713 .0043358 .065805 .087023 .0625 .09607 .080900 .0079708 .0030127 .073528 .088272 .0725 .0970

7 .022257 .0061201 .0023132 .016597 .027917 .0108 .0296

7 .030157 .0084900 .0032089 .022305 .038009 .0182 .0390

7 .037171 .0113528 .0042909 .026672 .047671 .0201 .0483

7 .066186 .0063268 .0023913 .060334 .072037 .0564 .07547 .060714 .0084649 .0031994 .052886 .068543 .0466 .06947 .055414 .0041635 .0015737 .051564 .059265 .0502 .06137 .037300 .0138380 .0052303 .024502 .050098 .0239 .0598

63 .051835 .0216822 .0027317 .046374 .057296 .0108 .0970

kontrol karagenin 1 %kontrol CMC Na 1 %kontrol Na diklo9,75mg/kgBBkontrol Na diklo10,795mg/kg BBkontrol Na diklo11,95mg/kgBBdosis 1674,49mg/kgBBdosis 2411,26mg/kgBBdosis 3472,22mg/kgBBdosis 5000mg/kgBBTotal

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

udem

2.047 8 54 .058

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

udem

.025 8 .003 36.736 .000

.005 54 .000

.029 62

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

92

Post Hoc Tests Multiple Comparisons

Dependent Variable: udem Scheffe

95% Confidence Interval (I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig. Lower bound Upper bound

kontrol karagenin 1 %

kontrol CMC Na 1 % -.0044857 .0048927 .999 -.024612 .015641

kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0541571(*) .0048927 .000 .034031 .074284

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0462571(*) .0048927 .000 .026131 .066384

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0392429(*) .0048927 .000 .019116 .059369

dosis 1674,49mg/kgBB .0102286 .0048927 .816 -.009898 .030355 dosis 2411,26mg/kgBB .0157000 .0048927 .270 -.004427 .035827 dosis 3472,22mg/kgBB .0210000(*) .0048927 .033 .000873 .041127 dosis 5000mg/kgBB .0391143(*) .0048927 .000 .018988 .059241 kontrol CMC Na 1 %

kontrol karagenin 1 % .0044857 .0048927 .999 -.015641 .024612

kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0586429(*) .0048927 .000 .038516 .078769

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0507429(*) .0048927 .000 .030616 .070869

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0437286(*) .0048927 .000 .023602 .063855

dosis 1674,49mg/kgBB .0147143 .0048927 .358 -.005412 .034841 dosis 2411,26mg/kgBB .0201857(*) .0048927 .049 .000059 .040312 dosis 3472,22mg/kgBB .0254857(*) .0048927 .003 .005359 .045612 dosis 5000mg/kgBB .0436000(*) .0048927 .000 .023473 .063727 kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0541571(*) .0048927 .000 -.074284 -.034031

kontrol CMC Na 1 % -.0586429(*) .0048927 .000 -.078769 -.038516 kontrol Na diklo

10,795mg/kg BB -.0079000 .0048927 .953 -.028027 .012227

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB -.0149143 .0048927 .339 -.035041 .005212

dosis 1674,49mg/kgBB -.0439286(*) .0048927 .000 -.064055 -.023802 dosis 2411,26mg/kgBB -.0384571(*) .0048927 .000 -.058584 -.018331 dosis 3472,22mg/kgBB -.0331571(*) .0048927 .000 -.053284 -.013031 dosis 5000mg/kgBB -.0150429 .0048927 .327 -.035169 .005084 kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB

kontrol karagenin 1 % -.0462571(*) .0048927 .000 -.066384 -.026131

kontrol CMC Na 1 % -.0507429(*) .0048927 .000 -.070869 -.030616 kontrol Na diklo

9,75mg/kgBB .0079000 .0048927 .953 -.012227 .028027

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB -.0070143 .0048927 .977 -.027141 .013112

dosis 1674,49mg/kgBB -.0360286(*) .0048927 .000 -.056155 -.015902 dosis 2411,26mg/kgBB -.0305571(*) .0048927 .000 -.050684 -.010431 dosis 3472,22mg/kgBB -.0252571(*) .0048927 .004 -.045384 -.005131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

93

dosis 5000mg/kgBB -.0071429 .0048927 .974 -.027269 .012984 kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0392429(*) .0048927 .000 -.059369 -.019116

kontrol CMC Na 1 % -.0437286(*) .0048927 .000 -.063855 -.023602 kontrol Na diklo

9,75mg/kgBB .0149143 .0048927 .339 -.005212 .035041

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0070143 .0048927 .977 -.013112 .027141

dosis 1674,49mg/kgBB -.0290143(*) .0048927 .000 -.049141 -.008888 dosis 2411,26mg/kgBB -.0235429(*) .0048927 .009 -.043669 -.003416 dosis 3472,22mg/kgBB -.0182429 .0048927 .111 -.038369 .001884 dosis 5000mg/kgBB -.0001286 .0048927 1.000 -.020255 .019998 dosis 1674,49mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0102286 .0048927 .816 -.030355 .009898

kontrol CMC Na 1 % -.0147143 .0048927 .358 -.034841 .005412 kontrol Na diklo

9,75mg/kgBB .0439286(*) .0048927 .000 .023802 .064055

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0360286(*) .0048927 .000 .015902 .056155

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0290143(*) .0048927 .000 .008888 .049141

dosis 2411,26mg/kgBB .0054714 .0048927 .996 -.014655 .025598 dosis 3472,22mg/kgBB .0107714 .0048927 .769 -.009355 .030898 dosis 5000mg/kgBB .0288857(*) .0048927 .000 .008759 .049012

dosis 2411,26mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0157000 .0048927 .270 -.035827 .004427

kontrol CMC Na 1 % -.0201857(*) .0048927 .049 -.040312 -.000059 kontrol Na diklo

9,75mg/kgBB .0384571(*) .0048927 .000 .018331 .058584

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0305571(*) .0048927 .000 .010431 .050684

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0235429(*) .0048927 .009 .003416 .043669

dosis 1674,49mg/kgBB -.0054714 .0048927 .996 -.025598 .014655 dosis 3472,22mg/kgBB .0053000 .0048927 .996 -.014827 .025427 dosis 5000mg/kgBB .0234143(*) .0048927 .010 .003288 .043541 dosis 3472,22mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0210000(*) .0048927 .033 -.041127 -.000873

kontrol CMC Na 1 % -.0254857(*) .0048927 .003 -.045612 -.005359 kontrol Na diklo

9,75mg/kgBB .0331571(*) .0048927 .000 .013031 .053284

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0252571(*) .0048927 .004 .005131 .045384

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0182429 .0048927 .111 -.001884 .038369

dosis 1674,49mg/kgBB -.0107714 .0048927 .769 -.030898 .009355 dosis 2411,26mg/kgBB -.0053000 .0048927 .996 -.025427 .014827 dosis 5000mg/kgBB .0181143 .0048927 .116 -.002012 .038241 dosis 5000mg/kgBB

kontrol karagenin 1 % -.0391143(*) .0048927 .000 -.059241 -.018988

kontrol CMC Na 1 % -.0436000(*) .0048927 .000 -.063727 -.023473

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

94

kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0150429 .0048927 .327 -.005084 .035169

kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0071429 .0048927 .974 -.012984 .027269

kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0001286 .0048927 1.000 -.019998 .020255

dosis 1674,49mg/kgBB -.0288857(*) .0048927 .000 -.049012 -.008759 dosis 2411,26mg/kgBB -.0234143(*) .0048927 .010 -.043541 -.003288 dosis 3472,22mg/kgBB -.0181143 .0048927 .116 -.038241 .002012

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

udem

Scheffea

7 .022257

7 .030157

7 .037171 .037171

7 .037300 .0373007 .055414 .0554147 .060714 .0607147 .066186 .066186 .0661867 .076414 .0764147 .080900

.327 .111 .769 .270 .358

kelompokkontrol Na diklo9,75mg/kgBBkontrol Na diklo10,795mg/kg BBkontrol Na diklo11,95mg/kgBBdosis 5000mg/kgBBdosis 3472,22mg/kgBBdosis 2411,26mg/kgBBdosis 1674,49mg/kgBBkontrol karagenin 1 %kontrol CMC Na 1 %Sig.

N 1 2 3 4 5Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

95

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Dan Analisis Hasil Persen (%) Daya Anti

Inflamasi akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot

Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis dan Kontrolnya

Persen (%) daya anti inflamasi

Kontrol

No

4 Peringkat Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (mg/kgBB) Natrium Diklofenak

(mg/kgBB) Karagenin

1 % CMC-Na

1 %

9,75 10,795 11,95 1674,49 2411,26 3472,22 5000 1 0 5,10 72,38 54,97 73,69 26,18 23,43 33,64 62,96 2 0 1,31 61,26 48,95 69,37 1,31 20,94 34,29 21,73 3 0 -8,90 70,55 64,14 52,62 4,71 29,06 26,05 61,65 4 0 -7,07 70,55 52,62 39,66 15,58 39,01 25,26 68,72 5 0 -26,96 85,86 52,49 36,78 17,80 9,16 23,04 50,00 6 0 -3,01 72,51 76,18 39,66 14,92 9,42 19,76 30,76 7 0 -1,70 62,96 74,35 47,64 13,09 12,70 30,24 62,43 −

X 0 -6,00 70,87 60,53 51,35 13,37 20,53 27,47 51,18 Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk masing-masing kelompok dapat dicari persentase anti inflamasi, dengan persamaan :

% daya anti inflamasi = ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

UDU X 100%

keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-

rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan ) Contoh perhitungan persentase efek anti inflamasi : Nilai bobot udema karagenin rata-rata (U) = 0,0764 g 1. CMC-Na1%

Data replikasi no 1 bobot udema (D) = 0,0725 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0725,00764,0 X 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

96

= 5,10 %

2. Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0225 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0225,00764,0 X 100%

= 70,55 %

3. Natrium Diklofenak Dosis 10,795 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0362 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0362,00764,0 X 100%

= 52,62 %

4. Natrium Diklofenak Dosis 11,95 mg/kgBB Data replikasi no 5 bobot udema (D) = 0,0483 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0483,00764,0 X 100%

= 36,78 %

5. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 1674,49 mg/kgBB Data replikasi no 7 bobot udema (D) = 0,0664 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0664,00764,0 X 100%

= 13,09 %

6. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 2411,26 mg/kgBB Data replikasi no 2 bobot udema (D) = 0,0604 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0604,00764,0 X 100%

= 20,94 %

7. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 3472,22 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0565 g

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0565,00764,0 X 100%

= 26,05 %

8. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 5000 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0239 g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

97

% daya anti inflamasi = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −0764,0

0239,00764,0 X 100%

= 68,72 % NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

6332.1555

27.99044.105.087

-.105.831.494

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

udem

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Oneway

Descriptives

udem

7 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .007 -5.8901 10.43120 3.94262 -15.5374 3.7571 -26.96 5.10

7 70.8671 8.00827 3.02684 63.4607 78.2736 61.26 85.86

7 60.5286 11.11431 4.20081 50.2496 70.8076 48.95 76.18

7 51.3457 14.85917 5.61624 37.6033 65.0882 36.78 73.69

7 13.3700 8.28176 3.13021 5.7107 21.0293 1.31 26.187 20.5314 11.08202 4.18861 10.2823 30.7806 9.16 39.017 27.4686 5.45013 2.05996 22.4280 32.5091 19.76 34.297 51.1786 18.11203 6.84571 34.4277 67.9294 21.73 68.72

63 32.1555 27.99044 3.52646 25.1062 39.2048 -26.96 85.86

kontrol karagenin 1%kontrol CMC-Na 1%kontrol Na-diklofenak9,75mg/kgBBkontrol Na-diklofenak10,795 mg/kgBBkontrol Na-diklofenak11,95 mg/kgBBdosis 1674,49 mg/kgBBdosis 2411,26 mg/kgBBdosis 3472,22 mg/kgBBdosis 5000 mg/kgBBTotal

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

98

Test of Homogeneity of Variances

udem

3.830 8 54 .001

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

udem

42176.348 8 5272.043 44.493 .0006398.482 54 118.490

48574.829 62

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe

(I) kelompok (J) kelompok Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower bound Upper boundkontrol karagenin 1%

kontrol CMC-Na 1% 5.89014 5.81845 .998 -18.0447 29.8250

kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -70.86714(*) 5.81845 .000 -94.8020 -46.9323

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -60.52857(*) 5.81845 .000 -84.4634 -36.5937

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -51.34571(*) 5.81845 .000 -75.2806 -27.4109

dosis 1674,49 mg/kgBB -13.37000 5.81845 .724 -37.3048 10.5648

dosis 2411,26 mg/kgBB -20.53143 5.81845 .160 -44.4663 3.4034 dosis 3472,22 mg/kgBB -27.46857(*) 5.81845 .012 -51.4034 -3.5337 dosis 5000 mg/kgBB -51.17857(*) 5.81845 .000 -75.1134 -27.2437kontrol CMC-Na 1%

kontrol karagenin 1% -5.89014 5.81845 .998 -29.8250 18.0447

kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -76.75729(*) 5.81845 .000 -100.6921 -52.8224

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -66.41871(*) 5.81845 .000 -90.3536 -42.4839

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -57.23586(*) 5.81845 .000 -81.1707 -33.3010

dosis 1674,49 mg/kgBB -19.26014 5.81845 .231 -43.1950 4.6747

dosis 2411,26 mg/kgBB -26.42157(*) 5.81845 .018 -50.3564 -2.4867

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

99

dosis 3472,22 mg/kgBB -33.35871(*) 5.81845 .001 -57.2936 -9.4239 dosis 5000 mg/kgBB -57.06871(*) 5.81845 .000 -81.0036 -33.1339kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 70.86714(*) 5.81845 .000 46.9323 94.8020

kontrol CMC-Na 1% 76.75729(*) 5.81845 .000 52.8224 100.6921 kontrol Na-diklofenak

10,795 mg/kgBB 10.33857 5.81845 .919 -13.5963 34.2734

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB 19.52143 5.81845 .215 -4.4134 43.4563

dosis 1674,49 mg/kgBB 57.49714(*) 5.81845 .000 33.5623 81.4320 dosis 2411,26 mg/kgBB

50.33571(*) 5.81845 .000 26.4009 74.2706

dosis 3472,22 mg/kgBB 43.39857(*) 5.81845 .000 19.4637 67.3334

dosis 5000 mg/kgBB 19.68857 5.81845 .205 -4.2463 43.6234kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 60.52857(*) 5.81845 .000 36.5937 84.4634

kontrol CMC-Na 1% 66.41871(*) 5.81845 .000 42.4839 90.3536 kontrol Na-diklofenak

9,75mg/kgBB -10.33857 5.81845 .919 -34.2734 13.5963

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB 9.18286 5.81845 .958 -14.7520 33.1177

dosis 1674,49 mg/kgBB 47.15857(*) 5.81845 .000 23.2237 71.0934 dosis 2411,26 mg/kgBB

39.99714(*) 5.81845 .000 16.0623 63.9320

dosis 3472,22 mg/kgBB 33.06000(*) 5.81845 .001 9.1252 56.9948 dosis 5000 mg/kgBB

9.35000 5.81845 .954 -14.5848 33.2848

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 51.34571(*) 5.81845 .000 27.4109 75.2806

kontrol CMC-Na 1% 57.23586(*) 5.81845 .000 33.3010 81.1707 kontrol Na-diklofenak

9,75mg/kgBB -19.52143 5.81845 .215 -43.4563 4.4134

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -9.18286 5.81845 .958 -33.1177 14.7520

dosis 1674,49 mg/kgBB 37.97571(*) 5.81845 .000 14.0409 61.9106 dosis 2411,26 mg/kgBB 30.81429(*) 5.81845 .002 6.8794 54.7491 dosis 3472,22 mg/kgBB

23.87714 5.81845 .051 -.0577 47.8120

dosis 5000 mg/kgBB .16714 5.81845 1.000 -23.7677 24.1020

dosis 1674,49 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 13.37000 5.81845 .724 -10.5648 37.3048

kontrol CMC-Na 1% 19.26014 5.81845 .231 -4.6747 43.1950 kontrol Na-diklofenak

9,75mg/kgBB -57.49714(*) 5.81845 .000 -81.4320 -33.5623

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -47.15857(*) 5.81845 .000 -71.0934 -23.2237

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -37.97571(*) 5.81845 .000 -61.9106 -14.0409

dosis 2411,26 mg/kgBB -7.16143 5.81845 .991 -31.0963 16.7734 dosis 3472,22 mg/kgBB -14.09857 5.81845 .661 -38.0334 9.8363

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

100

dosis 5000 mg/kgBB -37.80857(*) 5.81845 .000 -61.7434 -13.8737

dosis 2411,26 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 20.53143 5.81845 .160 -3.4034 44.4663

kontrol CMC-Na 1% 26.42157(*) 5.81845 .018 2.4867 50.3564

kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -50.33571(*) 5.81845 .000 -74.2706 -26.4009

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -39.99714(*) 5.81845 .000 -63.9320 -16.0623

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -30.81429(*) 5.81845 .002 -54.7491 -6.8794

dosis 1674,49 mg/kgBB 7.16143 5.81845 .991 -16.7734 31.0963 dosis 3472,22 mg/kgBB -6.93714 5.81845 .993 -30.8720 16.9977 dosis 5000 mg/kgBB -30.64714(*) 5.81845 .003 -54.5820 -6.7123dosis 3472,22 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 27.46857(*) 5.81845 .012 3.5337 51.4034

kontrol CMC-Na 1% 33.35871(*) 5.81845 .001 9.4239 57.2936

kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -43.39857(*) 5.81845 .000 -67.3334 -19.4637

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -33.06000(*) 5.81845 .001 -56.9948 -9.1252

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -23.87714 5.81845 .051 -47.8120 .0577

dosis 1674,49 mg/kgBB 14.09857 5.81845 .661 -9.8363 38.0334 dosis 2411,26 mg/kgBB 6.93714 5.81845 .993 -16.9977 30.8720 dosis 5000 mg/kgBB -23.71000 5.81845 .054 -47.6448 .2248dosis 5000 mg/kgBB

kontrol karagenin 1% 51.17857(*) 5.81845 .000 27.2437 75.1134

kontrol CMC-Na 1% 57.06871(*) 5.81845 .000 33.1339 81.0036

kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -19.68857 5.81845 .205 -43.6234 4.2463

kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -9.35000 5.81845 .954 -33.2848 14.5848

kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -.16714 5.81845 1.000 -24.1020 23.7677

dosis 1674,49 mg/kgBB 37.80857(*) 5.81845 .000 13.8737 61.7434 dosis 2411,26 mg/kgBB 30.64714(*) 5.81845 .003 6.7123 54.5820 dosis 3472,22 mg/kgBB 23.71000 5.81845 .054 -.2248 47.6448

* The mean difference is significant at the .05 level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

101

Lampiran 13. Perbandingan Persamaan Garis antara Log Dosis Natrium

Diklofenak dan Log Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot

Belanda

Kelompok

dosis (mg/kg BB)

log dosis

efek anti inflamasi (%)

9,75 0,9890 70,87 10,795 1,0332 60,53

Natrium Diklofenak

11,95 1,0774 51,35 1674,49 3,2234 13,37 2411,26 3,3822 20,53 3472,22 3,5406 27,47

Ekstrak etanol akar krokot belanda (EEAKB)

5000 3,6990 51,18

perbandingan persamaan garis

-700-600-500-400-300-200-100

0100200

0 1 2 3 4 5

log dosis

efek

ant

i inf

lam

asi (

%)

persamaan garis Na-diklofenakpersamaan garisEEAKB

Gambar 17 Perbandingan persamaan garis antara log dosis ekstrak etanol

akar krokot belanda dan log dosis natrium diklofenak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

102

Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis natrium diklofenak (0,9890;

1,0332; dan 1,0774) dengan daya anti inflamasinya (70,87; 60,53; dan 51,35%),

diperoleh nilai A = 289,0622 ; B = -220,8145 ; dan r = -0,9990. Berdasarkan

nilai tersebut maka diperoleh persamaan garis Na-diklofenak sebagai berikut :

Y = -220,8145 X + 289,0622

Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis EEAKB (3,2234 ;

3,3822 ; 3,5406 ; dan 3,6990) dengan daya anti inflamasinya (13,37 ; 20,53;

27,47; dan 51,18 %) diperoleh nilai A = -234,9591 ; B = 76,0082 ; dan r = 0,9473.

Berdasarkan nilai tersebut diperoleh persamaan garis EEAKB sebagai berikut :

Y = 76,0082 X – 234, 9591

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

103

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi

Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam Empat

Peringkat Dosis

Kontrol Dan Perlakuan % Efek Anti inflamasi % Potensi relatif efek anti

inflamasi Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB 70,87 100

Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis

1674,49 mg/kgBB 13,37 18,87

Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis

2411,26 mg/kgBB 20,53 28,97

Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis

3472,22 mg/kgBB 27,47 38,76

Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis

5000 mg/kgBB 51,18 72,22

Potensi relatif efek anti inflamasi = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

DAdDAp x 100 %

Keterangan : DAp = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok perlakuan

pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda DAd = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok kontrol Natrium

Diklofenak Contoh Perhitungan :

Potensi relatif efek anti inflamasi kelompok perlakuan pemberian Ekstrak Etanol

Akar Krokot Belanda Dosis 1674,49 mg/kgBB

Potensi relatif efek anti inflamasi = 87,7037,13 x 100 %

= 18,87 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium

104

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi “Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol

Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.)

Willd) pada Mencit Putih Betina“ yang bernama

lengkap Agnes Meiriana dilahirkan di Jayapura pada

tanggal 6 Mei 1985. Penulis merupakan anak kedua dari

tiga bersaudara dari pasangan Silvius Soenarno dan

Susylowati. Penulis mengawali masa pendidikan

formalnya di Taman Kanak-Kanak Persit Kartika

Chandra Kirana Jayapura pada tahun 1991-1993, SD

YPPK Kristus Raja Jayapura pada tahun 1993-1998, SLTP Negeri 1 Jayapura

pada tahun 1998-2000, SMUK Kolese Santo Yusuf Malang pada tahun 2000-

2003. Setelah lulus pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan

pendidikannya pada tahun 2007. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten

praktikum Farmakologi dan Toksikologi Dasar, serta ikut terlibat dalam beberapa

kegiatan kepanitiaan lainnya seperti Pengobatan Gratis dan Pengambilan Sumpah

Apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI