portofolio bsk.docx
TRANSCRIPT
Portofolio Kasus Bedah
Nama Peserta : dr. Widya Firly Novitasari
Nama Wahana : RSUD Tongas Probolinggo
Topik : Batu Saluran Kemih
Tanggal Kasus : 10 Januari 2014
Nama Pasien : Ny. S No RM : 01.31.44
Tanggal Presentasi : 03 Februari 2014 Nama Pendamping : dr. Adi Nugroho, MM.Kes
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Tongas
Obyektif Presentasi :
☐ Keilmuan ☐ Ketrampilan ☐ Penyegaran ☐ Tinjauan Pustaka
☐ Diagnostik þ Manajemen ☐ Masalah ☐ Istimewa
☐ Neonatus ☐ Bayi ☐ Anak ☐ Remaja þ Dewasa ☐ Lansia ☐ Bumil
☐ Deskripsi : Wanita, 40 tahun, nyeri pinggang kiri tembus sampai perut depan kiri
☐ Tujuan : Manajemen pasien BSK
Bahan bahasan : ☐ Tinjauan
Pustaka
☐ Riset þ Kasus ☐ Audit
Cara Membahas : ☐ Diskusi þ Presentasi dan
diskusi
☐ Email ☐ Pos
Data pasien : Nama : Ny. S Nomor Registrasi : 01.31.41
Nama Klinik : RSUD Tongas Telepon : - Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Suspek Batu saluran kemih, nyeri pinggang kanan tembus
sampai perut kanan depan
2. Riwayat Pengobatan : Sebelumnya tidak pernah berobat dengan keluhan yang sama
3. Riwayat kesehatan / Penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : Paman pasien mempunyai penyakit batu
5. Riwayat Pekerjaan : pedagang
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik : -
Daftar Pustaka :
1. Tanagho. Emil A, Mc Aninch Jack W. 2008. Smith’s General Urology. Edition 172. Wein, Kavoussi, Novick, Partin, Peters. 2007. Campbell-Walsh Urology. 9th edition.Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Suspek BSK
2. Waspadai nyeri pinggang
3. Manajemen dan terapi BSK
4. Edukasi mengenai kondisi, perjalanan, dan prognosis penyakit
1. SUBYEKTIF :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kiri sejak pagi tadi dan dirasakan
mengganggu aktivitas. Nyeri terasa dari belakang menjalar tembus sampai ke perut
depan, hilang timbul dan tidak membaik dengan istirahat. Setiap kali serangan nyeri
berlangsung selama kurang lebih setengah jam. Pada saat nyeri, pasien tidak dapat
melakukan aktifitas. Tidak ada nyeri saat akan buang air kecil, tidak pernah buang air
kecil mengeluarkan batu atau pasir, tidak pernah kencing berwarna merah (darah).
Pasien juga mengeluh mual, tidak ada demam dan muntah.Pasien mempunyai
kebiasaan jarang minum. Minumnya air putih hanya sedikit. Pasien tidak menjaga pola
makannya, suka makan jerohan. Pasien jarang olahraga dan lebih banyak duduk saat
bekerja.
2. OBYEKTIF
VS : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 92x/menit, RR : 20x/menit, T : 37,1 C
A/I/C/D : -/-/-/-
K/L : dbn
Thorax : Gerak nafas simetris, Sonor pada semua lapangan paru, S1S2
tunggal reguler
Abdomen : Supel, BU (+) normal, hepar dan spleen tidak teraba, timpani.
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedema ekstremitas (-)
Status Urologis : Flank Pain -/+ , Nyeri ketok CVA -/+
Lab : -
Hasil pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit pasien mendukung kemungkinan diagnosis
batu saluran kemih. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Keluhan nyeri pinggang kanan disertai dengan hasil pemeriksaan fisik didapatkan flank
pain (+) dan nyeri ketok cva (+), untuk memastikan diagnosis batu saluran kemih, harus
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan foto IVP atau USG.
3. ASESSMENT : Suspek Batu Saluran Kemih
Penyakit batu saluran kemih merupakan salah satu penyakit bedah urologi yang paling
banyak angka kejadiannya. Berdasarkan lokasinya anatomisnya, dibagi menjadi batu
ginjal, batu ureter, batu buli, dan batu urethra. Penyebabnya bisa karena gangguan
metabolisme (oksalat, asam urat, cystin, calcium, xanthin), Infeksi ( adanya bakteri yang
memecah urea menjadi amoniak sehingga pH urine menjadi basa dan mudah terbentuk
endapan), dan bisa karena sebab lain seperti imobilisasi, benda asing saluran kemih
dan kelainan anatomis saluran kemih. Diagnosis klinis BSK dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik bisa didapatkan nyeri pinggang dan nyeri ketok
costovertebral angle, pemeriksaan laboratorium melalui urine lengkap, bisa didapatkan
hematuria apabila batu sampai merusak epitel saluran kemih dan leukositosis dapat
terjadi apabila diikuti dengan infeksi sekunder karena BSK merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya infeksi saluran kemih. Diagnosis pasti dari BSK didapatkan
melalui pemeriksaan IVP atau USG Urogenital. Pada pasien ini didapatkan riwayat
nyeri pinggang kiri yang tembus perut bersifat hilang timbul, yang disertai dengan
mual, pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya flank pain dan nyeri ketok
costovertebral angle yang meningkatkan kemungkinan kecurigaan kearah batu
saluran kemih. Oleh karena itu, pada pasien ini perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lebih lanjut untuk memastikan diagnosis batu saluran kemih.
BATU SALURAN KEMIH
A. DEFINISI
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran
kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan
garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.18BSK dapat berukuran dari sekecil pasir
hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala
dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian
bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik
renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar
ke perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya
respon ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.19
1. Sistem Kemih
Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah dari
zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan
oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urine (air kemih).20 Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter),
dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).
1.1 Saluran Kemih Atas
a. Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan organ yang berbentuk
seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm
(kurang lebih sebesar kepalan tangan).23 Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai
penyaring darah yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum
melekat langsung pada dinding belakang abdomen.20Setiap ginjal memiliki ureter, yang
mengalirkan air kemih dari pelvis renalis(bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air
kemih) ke dalam kandung kemih.23 Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.21 Selama 24 jam
dapat menyaring darah 170 liter.20 Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring limbah
metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu mengatur tekanan darah,
pengaturan vitamin D dan Kalsium.18 Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam
melalui suatu proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan
sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk.
Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansi-
substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara
homeostatis lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air,
cairan intraseluler, dan keseimbangan osmostiknya.21Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada
dasarnya akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi pada traktus urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat
kerusakan dari paremkim ginjal.18
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung kemih
(vesica urinearia), dengan panjang ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm.20 Saluran ini
menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati
pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut
dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter). 18Lapisan
dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah
terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia).20
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.Sfingter adalah suatu
struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan
air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut
mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.18
2. Saluran Kemih Bawah
a. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh membran
mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang
dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.23 Dalam
menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume
orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.3Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat
mengembang dan mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak
pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada pada
abdomen di atas pubis.22 Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika sedang
menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila kandung kemih telah
penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama
berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka dan
akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung kemih
berkontrasksi yang menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air
kemih keluar menuju uretra.18
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui
tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika, uretra
membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan
panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin
ke bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra
membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa
merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm.2 Pada wanita, uretra
terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm.
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra
disini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-
laki.20
B. PENYEBAB PEMBENTUKAN BSK
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu : 2,24,25
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika maupun
gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi
oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi
dikenal teori pembentukan batu, yaitu:
a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting
dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya
kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu.Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi
apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan
suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi
dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi
juga oleh kekuatan ion,pembentukan kompleks dan pH air kemih.
a.2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus
renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel
pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang
seperti laba- laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada
benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks
tersebut merupakan bahan yang merangsang
timbulnya batu.
a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang
sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan
tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan
uropontin. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling
kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang
dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah
perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir
semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan
mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak,
meskipun sama-sama terjadi supersanturasi.
a.4 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga
akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen
dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada
kristal asam urat yang ada.
a.5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori
yang ada.
a.6 Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu.
Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi
oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium
dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada
bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu
Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab pembentukan BSK
adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah,
ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana
dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat
apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi,
maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :
b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak
hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah
pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan aliran darah berubah dari aliran lamine r menjadi
turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan
ion-ion kalsium papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah
menjadi batu.
b.2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan
tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi
dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi
klinis (teori epitaksi).Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK
yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu
terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang
menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan
kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti
untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang
memadai akan membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal
dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.12
C. KLASIFIKASI BSK
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan
menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium,
karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.
a. Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar 70%-80% dari
seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran
dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar
kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari
dua tipe yang berbeda, yaitu:
a.1 Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
a.2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu berwarna kuning,
mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia > 60
tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan
tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga
membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau
urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di
antaranya adalah : Proteus spp,Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan batu
yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin,
arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu
dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individuyang
statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi
menaikkan ekskresi sistin dalam air
kemih.
D. EPIDEMIOLOGI BSK
2.3.1 Distribusi dan Frekuensi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens rate tertinggi
kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada kelompok umur
55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun
10,7 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu
saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan
pada perempuan 51 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan
letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000
populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens
rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis
kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per 100.000
populasi.
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada tahun 2005, jenis kelamin
laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat 23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine
0,5%, sedangkan pada perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu
struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia
Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu
asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu
berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65
tahun dan batu struvit 20-55 tahun.7
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS dr.Wahidin
Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin laki-
laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12 Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah
pasien rawat inap BSK 113 orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah
kelompok umur 46-60 tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis
kelamin laki-laki 80,5% dan berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi adalah jenis batu
kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan Cystine 66,4% .27
Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya BSK pada
seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.3
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik
adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a.1 Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50 tahun, sedangkan di
Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui,
kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada
kelompok umur 20-49 tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan
pada usia 30-50 tahun.3
a.2 Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan
oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan,
secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan,
dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta adanya hormon
estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam
kalsium. 3 Insiden BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per
100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.7
a.3 Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit BSK. Walaupun
demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui
secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia berdasarkan
keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.7
b. Faktor Ekstrinsik 3,13
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi, iklim,
serta gaya hidup seseorang.
b.1 Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan. Hal
tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber
air bersih tersebut banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium, dan
sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan
tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi predoposisi
kejadian BSK.
b.2 Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya banyak ditemukan di
daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat
menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat
tinggi akan lebih berisiko menderita penyakit BSK.
b.3 Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang diminum dan
kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila jumlah air yang diminum
sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih, sehingga mempermudah pembentukan
BSK.
b.4 Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya saja diet tinggi
purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila
berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein
yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar
asam urat dalam darah akan naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.
b.5 Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan
pekerjaannya.
b.6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih yang dapat berakibat
timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat
menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.
E. GEJALA BSK
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa
batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).28
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi
batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal,
tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit
urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehinggamenyebabkan
suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan
darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis
di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang
berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan
muntah.
F PENATALAKSANAAN BSK
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.30 Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif
dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.3
1 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3 Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan
utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau
lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.30
2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi
dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.23
3 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 3,18
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
4 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :3
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
5 Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara
spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon
terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari
tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu : 30
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesicaurinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra
G. PENCEGAHAN BSK
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama,
pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau
pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
1 Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK
dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada
orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang
dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih
minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan
konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu
yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
2 Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar
tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang
telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan
sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboraturium, dan radiologis.Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik
pada daerah organ yang bersangkutan :26
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank
tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter
menuju kandung kemih.Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya
kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam
urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah
terbentuk pada pH urine lebih dari. Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan
radiologis yaitu:
a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan
ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi
biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan
densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak
dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. Pemeriksaan
dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras
radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan
tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
3 Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi
sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar
penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang
cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK
sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan
penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
3. PLAN
Planning Diagnosa :
Darah Lengkap, Urine Lengkap, Asam Urat, BUN/Serum Kreatinin, BOF
Planning Terapi :
Inf. RL 2000 cc / 24jam
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
Tablet Spasminal 2 x 1
Planning Monitoring :
Vital Sign
Keluhan Pasien
Planning Edukasi :
Banyak minum air putih (2 liter perhari) dan olahraga rutin
Diet sesuai anjuran ahli gizi