portofolio sn

Upload: gaatgaat

Post on 15-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

internship portofolio

TRANSCRIPT

No

BORANG PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Deisy Alexandria

No. ID dan Nama Wahana : RSUD Sekarwangi

Topik : Sindroma Nefrotik

Tanggal (kasus) : 28 05 2013

Nama Pasien : An A ( 3 thn)No. RM : 383986

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : Prajasa Handoko, dr.

Tempat Presentasi : Ruang Rapat RSUD Sekarwangi

Obyektif Presentasi :

Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak RemajaDewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Anak usia 3 tahun datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh diagnosis sindroma nefrotik

Tujuan : Membahas pengobatan pada kasus sindroma nefrotik anak

Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka RisetKasus Audit

Cara membahas : DiskusiPresentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien :Nama : An. ANomor Registrasi: 383986

Nama: Deisy AlexandriaTelp: 081910650298Terdaftar sejak: 3 September 2012

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Sindroma Nefrotik pasien bengkak di seluruh tubuh sejak 1 minggu SMRS, mulai dari kelopak mata menjalar ke tungkai.

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Sejak 1 minggu SMRS, ibu penderita menyadari badan penderita menjadi bengkak. Keluhan bengkak berawal di kelopak mata kemudian menjalar ke seluruh tubuh. B.A.K menjadi sedikit. Keluhan disertai dengan demam 2 hari SMRS. Keluhan BAK seperti cocacola (-), riwayat demam, nyeri menelan atau penyakit kulit sebelumnya (-).

3. Riwayat Keluarga : Keluhan serupa pada anggota keluarga lain tidak ada.

4. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap, hanya BCG dan DPT 1x saja.

5. Kondisi Lingkungan Sosial dan FisikPasien saat ini berobat ditanggung oleh perusahaan. Ayah pasien bekerja di

6. Lain-lainPemeriksaan Fisik Kesadaran : CM Nadi: 96 x/menit Pernafasan : 28 x/menit Suhu: 37,8C

Status generalisKepala: deformitas (-)Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (+)Leher: KGB tidak teraba membesarParu: simetris saat statis dan dinamis, vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Jantung: BJ I-II normal, regular, murmur (-) gallop (-)Abdomen: cembung lembut, BU (+) N, NT (-)Ekstremitas: pitting edema +/+, akral hangat, CRT < 2

Pemeriksaan Laboratorium Hb: 12,6 Protein : 3,15Leukosit : 14.400 Albumin : 1,38Trombosit: 363.000 Kolesterol : 420Hematokrit: 38 Protein Urine : + 3

Daftar Pustaka :1. Herry G, Heda M. Pedoman Diagnosis dan Terapi. 4 ed. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Padjadjaran RS Dr. hasan Sadikin Bandung; 2012.2.

Hasil Pembelajaran :1. Menentukan diagnosis sindroma nefrotik 2. Mekanisme terjadinya sindroma nefrotik3. Terapi sindroma nefrotik pada anak4. Komplikasi yang mungkin terjadi pada sindroma nefrotik

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio1. Subyektif : Sejak 1 minggu SMRS, ibu penderita menyadari badan penderita menjadi bengkak. Keluhan bengkak berawal di kelopak mata kemudian menjalar ke seluruh tubuh. B.A.K menjadi sedikit. Keluhan disertai dengan demam 2 hari SMRS. Keluhan BAK seperti cocacola (-), riwayat demam, nyeri menelan atau penyakit kulit sebelumnya (-).Sindroma nefrotik adalah suatu kelainan glomerolus yang ditandai dengan adanya proteinuria, hipoalbuminemia, dan edema.Sindroma nefrotik dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan penyebabnya : 1) idiopatik ; 2) disebabkan oleh kelainan sistemik seperti SLE atau HSP ; 3) kongenital.Pada kasus sindroma nefrotik terjadi peningkatan permeabilitas glomerular ginjal sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada protein plasma yag nantinya akan menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan terjadinya edema dan manifestasi lain dari sindroma nefrotik.

2. Objektif : Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, ditemukan pasien sadar, namun terlihat lemas. Nadi 96x/menit, respirasi 28x/menit, suhu: 37,8 C. Terdapat edema di palpebra superior, edema ekstremitas serta skrotum. Gejala dan tanda yang bisa didapatkan pada pasien tetanus antara lain:Rigiditas muskuler dan spsme yang menyerupai kejang. Spasme otot terjadi spontan maupun akibat stimulus rangsang raba, visual, auditori atau emosional. Spasme menyebabkan nyeri. Rigiditas pada abdomen menimbulkan perut papan. Kontraksi otot wajah rhisus smile/sardonicus, kontraksi otot rahang, wajah, dan kepala, trismus atau lockjaw karena kontaksi otot masseter, spasme otot menelan menyebabkan disfagia, spasme otot batang tubuh menyebabkan munculnya opistotonus. Otot ekstremitas terpengaruh terakhir kali, namun tidak melibatkan otot tangan dan kaki. Pada tetanus derajat 1 gejala berupa trismus ringan sampai sedang, kekakuan umum, spasme (-), disfagia (-)/ringan, gangguan respirasi (-).Pada tetanus derajat 2 gejala berupa trismus sedang, kekakuan jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat, takipnea penyulit pernafasan sedang,disfagia ringan.Pada tetanus derajat 3 gejala berupa trismus berat, otot spastic, spasme spontan yang lama dan sering dan terjadi reflex, penyulit pernafasan disertai dengan takipnea, apneic spell, disfagia berat, takikardia, aktivitas sistem otonom meningkat.Pada tetanus derajat 4 terjadi Gangguan otonom berat seringkali menyebabkan autonomic storm, hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi, hipertensi berat atau hipotensi berat

3. AssessmentDiagnosis tetanuss dapat diamati dengan adanya gejala dan tanda klinis yang meliputi rigiditas muskuler dan spsme yang menyerupai kejang. Biasanya terdapat riwayat Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril dan riwayat tidak diimunisasi tetanus.

Kriteria diagnosis dari sindroma nefrotik adalah :1) Proteinuria masif ( +2 atau > 40 mg/m2/LPB/jam)2) Hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl)3) Edema 4) Hiperlipidemia (kolesterol > 200 mg/dl)

4. Pengobatan : Terapi Umuma) Pemberia cairan dan nutrisi yang adekuatb) Pemberian dc) Pemberian cairan dan nutrisi adekuat d) Bantuan nafas pada tetanus berat atau sangat berat/tetanus neonatorum e) Pemantauan/monitoring kejang dan tanda-tanda penyulit

Penanganan Dasara) Antibiotik Antibiotik pilihan penisilin prokain 50.000 IU/kgbb/kali im tiap 12 jam atau Ampisillin 150 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis atau Tetrasiklin 25-50 mg/kgbb/hari po dibagi dalam 4 dosis Sefalosporin generasi 3 atau Metronidazol loading dose 15 mg/kgbb/jam b) Netralisasi antitoksin yang belum terikatHTIG 3000-6000 IU im (untuk tetanus neonatorum 500 IU i.v). Bila tidak tersedia anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU im iv. Untuk tetanus neonatorum: 10.000 IU i.v. c) Anti KejangDiazepam 0,1-0,3 mg/kgbb/kali i.v. tiap 2-4 jam, tetanus neonatorum 0,3-0,5 mg/kgbb/kali. Dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/kgbb/hari dirawat di PICU/NICU. Dosis pemeliharaan 8 mg/kgbb/hari p.o dibagi 6-8 dosis.

PencegahanSemua luka harus dibersihkan dan debridemen sebaiknya dilakukan jika perlu. Tetanus toxoid dapat diberikan jika riwayat booster terakhir > 10tahun. Jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan. Jika riwayat imunisasi terakhir > 10 tahun yl, maka tetanus imunoglobulin harus diberikan, keparahan luka bukan faktor penetu pemberian TIG. Dosis TT pada anak usia 7 tahun: 0,5ml im , sedangkan pada anak usia < 7 tahun: gunakan DPT sebagai pengganti TT, jika kontraindikasi pertusis berikan DT 0,5 ml im. Dosis TIG profilaksis dewasa 250-500 Iu im kontralateral pemberian TT sedangakan dosis anak 250 IU im

Luka trentan tetanus Luka tidak rentan tetanus

>6-8 jam < 6 jam

Kedalaman > 1cm < 1 cm

terkontaminasi Bersih

Bentuk stelat, avulsi, hancur (ireguler) Bentuk linear, tepi tajam

Denervasi, iskemik Neuro/vaskuler intak

Terinfeksi (purulen jarang nekrotik) Tidak terinfeksi