ppt isbd new
TRANSCRIPT
Mitos, Adat, Budaya dan Fakta tentang Upacara Niuri
Studi kasus di Desa Malunda, Sul-bar
PROGRAM D3 KEBIDANANAKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA2013
Nama Kelompok1.SUTRISNI MURDAYANTI
(110180/IVA)
2.NUR AHDIYAH
(110185/IVA)
3.FINDA WATI
(110237/IVA)
4.NUR ANNISYA MAHNUR
(110243/IVA)
LATAR BELAKANG
Niuri sebagai salah satu dari
keberagaman budaya Bangsa Indonesia
sudah tidak asing lagi di telinga
masyarakat Mandar dan sekitarnya.
Menurut ilmu sosial dan budaya, Niuri
dan ritual-ritual lain yang sejenis adalah
suatu bentuk inisiasi, yaitu sarana yang
digunakan untuk melewati suatu
kecemasan.
UPACARA NIURI’
Upacara niuri dalam masyarakat Mandar adalah dipijat dalam
hal ini upaya penyelamatan lahirnya seorang bayi. Bagi wanita
utamanya yang baru pertama kalinya hamil sudah menjadi tradisi
(kebiasaan) diadakan upacara niuri dalam masa kehamilan 7 bulan,
guna melewati suatu kecemasan calon orang tua.
Selama masa kehamilan berlaku pantangan-pantangan bagi si
calon ibu, maupun si calon ayah. Setelah perut calon ibu mulai nampak,
maka sepakatlah keluarga kedua belah pihak untuk memanggil dukun
yang disebut annaggala sando. Adapun yang dipanggil, ialah dukun
turun-temurun dari keluarga.
PERSIAPAN PELAKSANAAN UPACARA NIURI
Adapun yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan upacara Niuri, yaitu : Kue-kue sebanyak mungkin, ayam betina satu ekor, tempayan berisi air, kayu api, beras dan lain-lain. Tata cara melaksanakan sebagai berikut :1. Wanita yang akan niuri duduk bersanding dengan suaminya,
keduanya dalam busana tradisional lengkap. Keduanya disuruh memilih kue-kue yang muncul diseleranya masing-masing. Jika yang dipilih yang bundar misalnya : Onde-onde, gogos dan semacamnya maka diperkirakan akan lahir bayi laki-laki. Jika yang gepeng-gepeng misalnya : Pupu, kue lapis, katiri mandi dan semacamnya, diharapkan akan lahir seorang bayi wanita.
2. Sesudah makan bersama, orang yang akan niuri dibaringkan oleh dukun beranak” dihamparan kasur di lantai rumah. Kemudian ayam yang telah tersedia yang sehat dan tidak cacat di suruh mencocot beras-beras yang bertaburan tadi sampai habis.
LANJUTAN..
3. Masih dalam posisi berbaring, si dukun mengambil piring yang berisi beras ketan, telur dan lilin yang sedang menyala diletakkan sejenak di atas perut lalu ke bagian dahi, kemudian diayun-ayunkan beberapa kali mulai dari kepala sampai ke kaki.
4. Selesai tahap ke-3, toniuri diantar ke pintu depan rumah kemudian diambil kayu-api yang masih menyala, lalu dipegang diatas kepala. Setelah itu diambil air yang telah dicampur dengan burewe tadu, bagot tuo, ribu-ribu, daun atawang dan daun alinduang, dan dengan timbah khusus disiramkan di atas kayu api langsung ke kepala dan membasahi seluruh tubuh serta memadamkan api yang masih menyala di kayu api.
MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM UPACARA NIURI
Makna yang terkandung dalam upacara Niuri ialah menjaga calon ibu maupun bayi yang akan lahir, dengan mengusir dan menolak pengaruh-pengaruh jahat.Selesai dimandikan calon ibu dan bapak berpakaian adat, rapih, dan bagus kemudian bersanding menghadapi hidangan yang disediakan dan dikerumuni oleh sanak suami istri tersebut disuruh memilih dari salah satu macam penganan yang tersedia, dengan ketentuan mengambil makanan yang sangat diinginkannya. Dari penganan yang diambil, dapat diramal jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
MITOS DAN BUDAYA IBU HAMIL MASYARAKAT MANDAR DI
MALUNDA 1. Ibu hamil yang sudah memasuki kehamilan 7-8 bulan
disuruh menimba air 14 kali.Padahal ibu hamil seharusnya tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat-berat apalagi menimba air sampai 14 kali, ini merupakan mitos yang berdampak negatif bagi bumil.
2. Ibu hamil menanam bangot tuo yaitu semacam tumbuh-tumbuhan,menanamnya bisa dimana saja yang kiranya gampang tumbuh dan subur. Bangot artinya bangun dan tuo artinya hidup. Ibu hamil menanam tumbuhan bangot tuo dimaksudkan agar si bayi sampai dewasa tetap sehat bugar.
3. Ibu hamil menanam tumbuhan ribu-ribu yaitu tumbuhan yang bunganya lebih banyak daripada daunnya.Ini dimaksudkan agar si bayi setelah dewasa menjadi orang kaya.
LANJUTAN..3. Ibu memakai daun atawang.hamil Hal ini dimaksudkan agar si bayi
tetap terhindar dari penyakit. Dengan memakai daun atawang tidak akan mengganggu kehamilan si ibu, jadi hal ini tidaklah memiliki dampak negatif bagi ibu dan janinnya.
4. Ibu hamil dilarang makan daun kelor karena ketika melahirkan nantinya akan terasa lebih sakit.
Hal ini berhubungan dengan kepercayaan daun kelor yang dikonsumsi sangat terganggu tangkai-tangkai kecilnya
ANALISIS
Berdasarkan hasil studi kasus yang telah kami lakukan di desa Malunda, Majene Sulawesi Barat tentang mitos dan fakta pada masa kehamilan yang berkembang di masyarakat dapat diambil kesimpulan bahwa Niuri adalah suatu bentuk inisiasi masyarakat pada zaman dahulu yang mengharapkan dikaruniai anak yang seperti diharapkan serta memperoleh kelancaran baik ketika mengandung maupun saat melahirkan. Tradisi ini dipercaya oleh masyarakat Mandar tepatnya di desa Malunda sebagai warisan turun temurun yang hingga sekarang ditaati oleh sebagian besar masyarakat mandar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil
kesimpulan, bahwa mitos-mitos yang berkembang
dimasyakat tidak sepenuhnya merugikan ibu hamil.
Adapun mitos-mitos yang menguntungkan bagi ibu hamil
menurut kelompok kami antara lain :
Ibu hamil yang disuruh menanam tumbuhan
bangut tuo maupun tumbuhan ribu-ribu, dengan di suruh
menanam tumbuhan, berarti ibu hamil itu dia aktif
bergerak sehingga nanti disaat persalinan diharapkan
dapat melahirkan dengan mudah dan lancar.
LANJUTAN..
Sedangkan mitos-mitos bagi ibu hamil yang
menurut kami merugikan antara lain :
Ibu hamil yang sudah memasuki kehamilan 7 bulan
disuruh menimba air 14 kali, padahal ibu yang sedang
hamil tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat-berat
apalagi menimba air sampai 14 kali, ibu hamil harus
banyak istirahat dan tidak boleh kecapekan.
SARAN1) Untuk Mahasiswi Kebidanan
Diharapkan Mahasiswi Kebidanan dapat memahami tentang
Mitos, Adat, Budaya dan Fakta tentang upacara Niuri di
suatu daerah dan dapat membantu melestarikan budaya
tersebut.
2) Untuk Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat membantu
melestarikan budaya dan adat serta menjadi fasilitator yang
dapat mengadvokasi masyarakat dri sudut pandang
kesehatan ibu hamil.
3) Untuk Masyarakat
Di harapkan Masyarakat Malunda suku Mandar tetap
melestarikan budaya-budaya daerah nya.