preskas diare
DESCRIPTION
Seorang Anak Perempuan Usia 3 Tahun dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Baik, normoweight, normoheightTRANSCRIPT
Presentasi Kasus
Seorang Anak Perempuan Usia 3 Tahun dengan Diare
Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Baik,
normoweight, normoheight
Oleh :
Singgih wicaksono Ardi G0002140/K11
Hermawan Andhika G99151059/K13
Pembimbing:
dr. Dwi Hidayah, Sp.A, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Tn. U
Pekerjaan Ayah : Wirausaha
Agama : Islam
Alamat : Pucangsawit, Surakarta, Jawa Tengah
BB : 12 Kg
TB : 90 cm
Tanggal masuk : 1 Desember 2015
Tanggal Pemeriksaan : 1 Desember 2015
No. CM : 01322042
B. ALLOANAMNESIS (Dengan Ibu Kandung Pasien)
1. Keluhan Utama
Buang air besar cair.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien BAB cair ± 4-5x @ ¼
- ½ gelas aqua, cair > ampas, warna kuning, lendir (-), darah (-). Pasien
juga muntah ± 4-5x @ ½ gelas aqua, berupa makanan dan minuman
yang dikonsumsi. Batuk (-), pilek (-), demam (-).
Hari masuk rumah sakit, pasien BAB cair ± 4-5x @ ¼ - ½ gelas
aqua, cair > ampas, warna kuning, lendir (-), darah (-). Pasien juga
muntah ± 4-5x @ ¼ gelas aqua, berupa makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Kemudian pasien demam tinggi, rewel, nafsu makan
menurun, batuk (-), pilek (-), BAK tidak ada keluhan. Kemudian pasien
periksa ke puskesmas jagalan dan dirujuk ke RSUD dr. Moewardi
Surakarta.
Saat di IGD RSUD dr. Moewardi, pasien sadar, masih mau minum
dan makan, tampak rewel, tampak kehausan, demam (+), muntah (-),
BAB cair (+), batuk (-), pilek (-), BAK terakhir 5 jam sebelum masuk
rumah sakit, warna kuning dengan volume sedikit. Kaki dan tangan
teraba masih hangat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan sakit serupa : umur 2 tahun diare
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat ganti susu formula : disangkal
Riwayat penggunaan antibiotik yang lama : disangkal
Riwayat rawat inap : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat diare keluarga di rumah : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
5. Riwayat Lingkungan Sekitar
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya, sebagai anak tunggal. Rumah
yang dihuni tidak terlalu luas, ukuran 8x10 m2. Sumber air yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang letaknya
jauh dengan septic tank. Pasien BAB di kamar mandi dengan wc
jongkok. Lingkungan di sekitar rumah pasien ada tetangga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
6. Riwayat Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu pasien di Puskesmas Jagalan.
Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada
trimester III 4 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum
jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan
tablet penambah darah dari bidan.
Kesan: Riwayat kehamilan dalam batas normal.
7. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan di RSUD. Dr. Moewardi saat usia kehamilan 38
minggu, dengan berat lahir 3000 gr, menangis (+), kebiruan (-).
Kesan: Riwayat kelahiran dalam batas normal.
8. Riwayat Postnatal
Ibu pasien membawa pasien ke puskesmas Jagalan untuk timbang badan
dan melakukan imunisasi sesuai jadwal.
9. Status Imunisasi
0
hari
1
bln
2
bln
3
bln
4
bln
9
bln
18
bln
2
thn
Hep B ✔ ✔ ✔ ✔
BCG ✔
Polio ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
DPT ✔ ✔ ✔ ✔
Hib ✔ ✔ ✔ ✔
Camp
ak
✔
Kesan Imunisasi lengkap sesuai Kemenkes
10. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan
- Mulai tengkurap : 3 bulan
- Mulai duduk : 7 bulan
- Mulai jalan : 15 bulan
Saat ini pasien berusia 3 tahun, bisa menyebut nama teman,
menggoyangkan ibu jari, menyebut 4 gambar, melempar bola lengan ke
atas.
Pasien lahir dengan berat 3000 gr, panjang 50 cm, setiap timbang badan
saat imunisasi berat badan pasien selalu bertambah, saat ini pasien
berumur 3 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 90 cm.
Kesan : Perkembangan dan Pertumbuhan sesuai usia
11. Riwayat Nutrisi
ASI diberikan sejak lahir sampai 2 tahun dengan lama menyusui 10-15
menit. Sejak usia 6 bulan, pasien mendapatkan makanan tambahan
seperti sereal, pisang, sayur bayam, wortel, lauk ati ayam, tahu, tempe,
telur, daging, udang yang dilumatkan. Pada usia 1 tahun, pasien sudah
mulai diberikan makanan keluarga seperti nasi, dengan lauk pauk seperti
telur, ayam, daging, ikan dan sayuran. Pasien makan 3x sehari dan selalu
menghabiskan makanannya.
Kesan: kualitas dan kuantitas cukup
Pohon Keluarga
I
II
30tahun 27tahun
III
An. A (3 tahun)
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang, rewel, kehausan
2. Kesadaran : komposmentis
3. Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
4. Tanda vital
HR : 110x/m
RR : 24x/m (tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler)
T : 38,3oC
SO2 : 99 %
5. Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
Status gizi secara antropometris :
BB/U : 12/13,1 x100 % = 91 % (-2 SD < Z-Score < 0 SD)
TB/U : 90/93 x 100% = 96% (-2 SD < Z Score < 0 SD)
BB/TB : 12/13 x 100 = 92% (-1 SD < Z-Score < 0 SD)
Kesan : Gizi baik dengan normoweight dan normoheight.
6. Kulit
Warna coklat, kelembaban baik, ruam (-).
7. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut,
UUB sudah menutup.
8. Mata :
Mata cowong, air mata berkurang, konjungtiva anemis (-/-), oedem
palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks
cahaya (+/+).
9. Hidung
Bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),
deformitas (-)
10. Mulut
Sianosis (-), mukosa kering (+), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), Tonsil
(T1/T1), hiperemis (-)
11. Telinga
Bentuk aurikula kanan dan kiri normal, serumen (-/-), membrana timpani
intak, prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-).
12. Leher
pembesaran KGB (-).
13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-)
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
14. Abdomen : Inspeksi : dinding dada // dinding perut
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Perkusi : timpani,
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba. turgor kembali lambat
15. Urogenital : dalam batas normal
16. Ekstremitas :
akral dingin oedem
a. CRT < 2 detik
b. Arteri dorsalis pedis teraba lemah
D. RESUME
Dari anamnesis didapatkan bahwa ±1 hari sebelum masuk rumah
sakit, pasien BAB cair ± 4-5x @ ¼ - ½ gelas aqua, cair > ampas, warna
kuning, tidak ditemukan lendir dan darah. Pasien juga muntah ± 4-5x @ ½
gelas aqua, berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pasien tidak
batuk, pilek dan demam.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien BAB cair ± 4-5x @ ¼ - ½ gelas
aqua, cair > ampas, warna kuning, lendir (-), darah (-). Pasien juga muntah
± 4-5x @ ¼ gelas aqua, berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Kemudian pasien demam tinggi, rewel, nafsu makan menurun, batuk (-),
pilek (-), BAK tidak ada keluhan. Kemudian pasien periksa ke puskesmas
jagalan dan dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Saat di IGD RSUD dr. Moewardi pasien masih mau minum dan
makan, namun tampak rewel, kehausan dan demam, tidak didapatkan batuk,
- ---
- ---
serta pilek. BAK terakhir 5 jam SMRS, warna kuning dengan volume
sedikit. Kaki dan tangan teraba masih hangat.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, rewel, kehausan. Pada pemeriksaan tanda vital, didapatkan suhu
38.3ºC, frekuensi jantung 110 x/m, frekuensi nafas 24 x/m, saturasi oksigen
99%. Didapatkan tanda-tanda dehidrasi ringan sedang yaitu, mata sedikit
cowong, air mata berkurang, mukosa mulut sedikit kering, turgor kulit
abdomen kembali lambat.
E. DAFTAR MASALAH
1. Diare ~5x/hari, warna kuning, cair > ampas, lendir (-), darah (-)
2. Muntah ~5x/hari berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
3. Demam 38,3ºC
4. Keadaan umum tampak sakit sedang, rewel, kehausan
5. Mata cowong (+/+), air mata menurun, bibir kering (+), mukosa basah
(-), pemeriksaan abdomen turgor kembali lambat (+), ADP teraba lemah.
F. DIAGNOSIS BANDING
Diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang et causa dd rotavirus,
ETEC ( Enterotoxigenic Escherichia coli).
G. PLANNING
1. Cek laboratorium patologi klinik : darah lengkap, urin rutin
2. Feses rutin
3. Gambaran darah tepi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah Lengkap (1 Desember 2015)
Pemeriksaan 11/5 Satuan Rujukan
Hemoglobin 12 g/dl 11.5-13.5
Hct 36 % 34-40
AE 4,5 106 / L 3,9-5,3
AL 9,3 103 / L 5,5-17.0
AT 252 103/ L 150-450
MCV 85,7 /um 80,0-96,0
MCH 30,2 Pg 28,0-33,0
MCHC 33,3 g/dl 33,0-36,0
Eosinofil 2,00 % 1,00-2,00
Basofil 1,00 % 0,00-1,00
Netrofil70,00
%29,00-72,00
Limfosit62,00
%60,00-66,00
Monosit 2,00 % 0,00-6,00
Gol Darah B
GDS 89 Mg/dl 60-100
I. DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang et causa rotavirus
2. Gizi baik, normoweight, normoheight
J. PENATALAKSANAAN
1. Rawat bangsal bagian anak sub gastroenterology anak.
2. IVFD Asering (175ml/kgBB/24 jam)=2100cc/24 jam=87,5ml/jam
3. Diet nasi lauk 1000 kk/ hari + ASB 3x200ml
4. Zinc 1 x 20 mg po
5. Probiotik 2x1 sach po
6. Parasetamol syr 3 dd cth 1
Monitoring :
Keadaan umum vital signs dan status hidrasi per jam selama rehidasi
Balance cairan per 8 jam
Diuresis per 8 jam
K. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLOW UP PASIEN
A. Tanggal 2 desember 2015 (DPH1)
S : BAB (+) 2x cair > ampas, muntah (+) 2x, minum (+) >>, demam (-),
BAK >>
O : sakit sedang, komposmentis, kesan gizi cukup
Tanda vital : HR: 100x/menit RR: 24x/menit
T: 370 C SiO2 : 99%
Kepala : mesochepal
Mata : mata cekung(-/-), air mata (+/+), konjungtiva anemis(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi epigastrial dan subcostal (-)
Jantung:
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo:
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, ST (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba, turgor
kembali cepat
Ekstremitas :
Capillary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Pemeriksaan Penunjang
Feses rutin
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Makroskopis
konsistensi lunak Lunak berbentuk
warna Kuning hijau Kuning coklat
darah negatif negatif
lendir negatif negatif
lemak negatif negatif
pus negatif negatif
Mknan tdk tercerna ditemukan sdkt Neg/ditemukan sdkt
Oedem
- -
- -
Akral Dingin
- -
- -
parasit negatif negatif
mikroskopis
Sel epitel negatif Neg/ditemukan sdkt
lekosit negatif Neg/ditemukan sdkt
eritrosit negatif negatif
Mknan tdk tercerna ditemukan sdkt Neg/ditemukan sdkt
Telur cacing negatif negatif
Larva cacing negatif negatif
Proglottid cacing negatif negatif
protozoa negatif negatif
Yeast/pseudohifa negatif negatif
Kesimpulan: tidak ditemukan parasit maupun jamur pathogen pada sampel
tinja dengan pemeriksaan Benzidin test negative
Urin rutin
K
es i
m pu
la n:
Urin rutin dalam batas normal
Assesment:
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKA
N
METODE
SEKRESI
MAKROSKOPIS
warna Yellow
kejernihan Clear
KIMIA URIN
Berat jenis 1.015 1.015-
1.025
pH 6.0 4.5-8.0
Leukosit Negatif /ul Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Mg/dl Negatif
Glukosa Normal Mg/dl Normal
Keton Negatif Mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal Mg/dl Normal
Bilirubin Negatif Mg/dl Negatif
Eritrosit Negatif Mg/dl Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit 0.7 /LPB 0 - 12 Mikroskopik
EPITEL
Epitel Squamous - /LPB Negatif Mikroskopik
Epitel Transisional - /LPB Negatif Mikroskopik
Epitel bulat - /LPB Negatif Mikroskopik
SILINDER
Hyline 0 /LPK 0-3 Mikroskopik
Granulated - /LPK Negatif Mikroskopik
Lekosit - /LPK Negatif Mikroskopik
Bakteri 50.8 /uL 0.0-2150.0 Flowcytometr
y
1. Diare akut dehidrasi sedang (terrehidrasi)
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi:
1. IVFD D ¼ NS 10 tpm makro
2. Diet nasi lauk 1000 kk/ hari + ASB 3x200ml
3. Zinc 1 x 20 mg po
4. Probiotik 2x1 sach po
5. Parasetamol syr 3 dd cth 1
6. Oralit 10ml/kg – 120 ml jika diare. 5ml/kg 60ml jika muntah
Monitoring:
1. Keadaan umum vital signs per 8 jam
2. Balance cairan per 8 jam
3. Diuresis per 8 jam
B. Tanggal 3 desember 2015 (DPH2)
S: BAB (+) 1x cair > ampas, muntah (-), minum (+) >>, demam (-), BAK >>
O: sakit sedang, kompos mentis, kesan gizi cukup
Tanda vital : HR: 90x/menit RR: 24x/menit
T: 36,50 C SiO2 : 99%
Kepala : mesochepal
Mata : mata cekung(-/-), air mata (+/+), konjungtiva anemis(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi epigastrial dan subcostal (-)
Jantung:
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo:
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, ST (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba, turgor
kembali cepat
Ekstremitas :
Capillary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Assesment:
1. Diare akut dehidrasi sedang (terrehidrasi)
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi:
1. IVFD D ¼ NS 10 tpm makro
2. Diet nasi lauk 1000 kk/ hari + ASB 3x200ml
3. Zinc 1 x 20 mg po
4. Probiotik 2x1 sach po
5. Parasetamol syr 3 dd cth 1, bila suhu
>37,5ºC
6. Oralit 10ml/kg – 120 ml jika diare. 5ml/kg
60ml jika muntah
Oedem
- -
- -
Akral Dingin
- -
- -
Plan:
1. Usul BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE CAIR AKUT
1. Definisi
Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan
berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari),
dengan pengeluaran tinja yang lunak / cair. Mungkin disertai muntah dan
panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan
makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang
terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada
anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium,
Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).
2. Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung
dengan tinja penderita.
Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama
kehidupan, menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan
makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama,
menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari
tinja, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang
tinja atau sebelum memasak makanan, tidak membuang tinja secara
benar (Ardhani, 2008).
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain
tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,
imunodefisiensi / imunosupressif.
Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan,
insiden paling banyak pada umur 6 – 10 bulan (pada masa pemberian
makanan pendamping).
Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak
geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi
pada musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya
pada musim dingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang
tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak
diare karena bakteri adalah pada musim hujan.
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan
proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan
imunitas aktif.
3. Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Gambar 1. Bagan Penyebab penyakit diare
4. Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
a. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare (Poorwo, 2003).
5. Diagnosis
Pada diare cair akut dapat ditemukan gejala dan tanda-tanda sebagai
berikut:
a. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi lebih dari 3 kali sehari
b. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
c. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
d. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa
mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
2) Keadaan umum baik, sadar
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
5) Turgor abdomen baik, bising usus normal
6) Akral hangat
7) Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare
frekuen) (Ardhani, 2008).
b.Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
2) Keadaan umum gelisah atau cengeng
3) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering
4) Turgor kurang
5) Akral hangat
6) Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau
lebih tanda tambahan
2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
3) Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mucosa mulut dan bibir sangat kering
4) Anak malas minum atau tidak bisa minum
5) Turgor kulit buruk
6) Akral dingin
7) Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik. (Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
6. Tatalaksana
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah ditentukan, baru
kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten..
Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
a. Rehidrasi
b. Dukungan nutrisi
c. Supplement zinc
d. Antibiotik selektif
e. Edukasi orang tua
a. Diare cair akut tanpa dehidrasi
Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara lain
sebagai berikut:
1) Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya
untuk mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga
yang dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin)
dan bila tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit
untuk anak. Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga
diare berhenti. Volume cairan untuk usia kurang dari 1tahun : 50-
100cc, untuk usia 1-5 tahun mendapat 100-200cc, untuk usia lebih
dari 5 tahun dapat diberikan semaunya.
2) Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14
hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc
untuk anak bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg
(1/2 tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20
mg perhari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun
anak telah sembuh dari diare.
3) Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik
dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih
sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau
minum sedikit, demam, dan tinja berdarah.
5) Anak harus diberi oralit di rumah Formula oralit baru yang berasal
dari WHO dengan komposisi sebagai berikut:
a) Natrium : 75 mmol/L
b) Klorida : 65 mmol/L
c) Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
d) Kalium :20 mmol/L
e) Sitrat : 10 mmol/L
f) Total osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 200 ml air matang,
berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan
ketentuan untuk anak usia kurang dari 1 tahun berikan 50-100 ml setiap
kali buang air besar, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.
b. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai
umur seperti di atas setiap kali buang air besar.
c. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat
Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan
cepat karena syok hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan
penanganan dengan cepat. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada
beberapa hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan
untuk dehidrasi berat, karena cara tersebut merupakan jalan tercepat
untuk memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting
terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat
dan lemah atau tidak teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan
sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian cairan pengganti
hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat
ditemukan disekitarnya dalam waktu 30 menit.
2) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah
bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia
dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl
isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan
cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
3) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jika
memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang sehingga kebutuhan
cairannya dapat diukur dengan tepat. Kehilangan cairan pada
dehidrasi berat setara dengan 10% berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama,
diikuti 70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB
selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30
ml/kgBB pada 30 menit pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam
berikutnya sehingga seluruhnya 100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat
berguna memberi tanda pada botol, untuk menunjukan jumlah cairan
yang harus diberikan setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang
kuat dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus
diberikan lagi dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini jarang
dibutuhkan. Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan
melalui mulut (sekitar 5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita
dapat minum, untuk memberi tambahan kalium dan basa. Hal ini biasa
dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk penderita
yang lebih besar.
4) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan
oralit dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g
NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare
ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk
mempertahankan hidrasi.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan
dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui
pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan
tinja lengkap (Hasan, 2007).
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas
melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik
pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi
Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi
amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil
pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007).
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan
kadang-kadang darah.
1. Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan
memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang
seyogyanya cepat dieliminasi (Pusponegoro, 2004).
2. Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus, E. coli, tidak memerlukan terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan
Quinolon seperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M (2006). Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah dan Perdarahan Samar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Bagian Penyakit Dalam FKUI, pp: 295.
Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press: Jogjakarta
Dib N, Oberti F, Cales P (2006). Current management of complications of portal hypertension: variceal bleeding and ascites. CMA Media Inc. pp: 1433-43.
Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.
Hassan R, Alatas H (2007). Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 2. Jakarta:
Price SA, Wilson LM (2007). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th Edition. Jakarta: EGC, pp: 1332-1333.
Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.