proposal anak ekonomi

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Agar lebih siap melaksanakan otonomi daerah, perlu pembelajaran bagi masing-masing daerah agar dapat merubah tantangan menjadi peluang bagi kemajuan masing-masing daerah. Demikian pula dengan pemerintah pusat, sebagai pihak yang mengatur pengembangan konsep otonomi daerah, bertanggung jawab agar konsep otonomi daerah dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah membawa paradigma baru dalam pengelolaan daerah, daerah sudah diberikan kewenangan untuk mengatur sumber daya yang 1 1

Upload: mauliansyah-syachzero

Post on 27-Jun-2015

417 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Anak Ekonomi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus

dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai

unit pelaksana otonomi daerah. Agar lebih siap melaksanakan otonomi daerah,

perlu pembelajaran bagi masing-masing daerah agar dapat merubah tantangan

menjadi peluang bagi kemajuan masing-masing daerah. Demikian pula dengan

pemerintah pusat, sebagai pihak yang mengatur pengembangan konsep otonomi

daerah, bertanggung jawab agar konsep otonomi daerah dapat dilaksanakan

sebagaimana yang diharapkan.

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah membawa paradigma baru dalam pengelolaan daerah,

daerah sudah diberikan kewenangan untuk mengatur sumber daya yang

dimilikinya. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam

pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya

yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri.

Otonomi bagi pemerintah daerah telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan

memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya.

Untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat cepat

1

1

Page 2: Proposal Anak Ekonomi

mengidentifikasi sektor-sektor potensial sebagai motor penggerak pembangunan

daerah, terutama melalui upaya pengembangan potensi Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Pengembangan potensi kemandirian daerah melalui PAD dapat tercermin

dari kemampuan pengembangan potensi dan peran serta masyarakat melalui pajak

dan retribusi.

Pada era desentralisasi fiskal dan otonomi daerah seperti sekarang ini,

fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara terasa sangat

penting. Sejalan dengan otonomi daerah masalah perimbangan keuangan pusat

dan daerah merupakan salah satu elemen penting untuk dilakukan dalam

kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karena itu, kemandirian

daerah dalam mengelola keuangan daerah akan semakin berperan dan semakin

penting.

Kemadirian ini berupa kemandirian dalam perencanaan maupun dalam

pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan

daerah, pada dasarnya menyangkut tiga bidang analisis yang saling terkait satu

sama lain. Ketiga bidang analisis tersebut meliputi (Mardiasmo:2000) :

1) Analisis Penerimaan, yaitu analisis mengenai seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial

dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatan pendapatan tersebut;

2) Analisis Pengeluaran , yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari

suatu pelayanan publik dan faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut

meningkat; 3) Analisis Anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara

2

2

Page 3: Proposal Anak Ekonomi

pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa

depan.

Sedangkan kunci kemandirian daerah adalah pengelolaan PAD. Pajak

daerah sebagai salah satu sumber PAD diharapkan mampu memberikan kontribusi

yang besar bagi daerah itu sendiri sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan

pemerintah dan pembagunan daerah. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah

pajak-pajak yang dipunggut oleh pemerintah daerah (misal : propinsi, kabupaten,

kotamadya) yang diatur berdasarkan peraturan daerah dan hasil punggutannya

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerahnya.

Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolak ukur

yang riil terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat di

daerah. Salah satu tolak ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat

kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi adalah dengan mengukur seberapa

jauh kemampuan keuangan suatu daerah. Sedangkan kemampuan keuangan

daerah ini biasanya diukur dari besarnya proporsi/konstribusi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap anggaran pendapatan daerah, maka pihak pemerintah

daerah kabupaten Aceh Timur dengan jalan menggali sumber-sumber pendapatan

daerah yang dimiliki. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan hasil pajak

daerah yang sudah ada.

Konstribusi PAD (Own Revenues) dalam APBD (local government

budget) merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan

penyelenggaraan otonomi daerah. Tujuan otonomi adalah untuk menigkatkan

kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud

3

3

Page 4: Proposal Anak Ekonomi

jika daerah mampu meningkatkan pelayanan dan membiayai pembagunan dari

sumber pembiayaan sendiri.

Pembentukan pemekaran daerah kabupaten/kota bertujuan untuk lebih

memahami kebutuhan masyarakat setempat. Dengan asumsi bahwa semakin dekat

dengan pusat pengambilan keputusan dengan masyarakat, semakin memahami

tentang kebutuhan masyarakat setempat yang pada gilirannya akan menigkatkan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Indikator penting keberhasilan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya adalah besarnya kontribusi

PAD dalam APBD. Semakin besar kontribusi PAD dalam APBD semakin

mandiri daerah otonom yang bersangkutan.

Otonomi daerah juga dimaksudkan untuk memaksimalkan usaha

penggalian potensi daerah. Dengan otonomi, pemerintah setempat lebih

memahami potensi daerah yang dapat dikembangkan untuk menigkatkan

kesejahteraan masyarakat. Otonomi membuka kesempatan yang seluas-luasnya

bagi daerah untuk mengaktualisasikan segala potensinya secara optimal. Dengan

demikian setiap daerah keunggulan tertentu relatif terhadap daerah lainnya, baik

berasal dari aspek lokasi atau geografis ataupun dari aspek anugerah sumber

(factor endowment).

4

4

Page 5: Proposal Anak Ekonomi

TABEL 1-1

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAD DI KAB. ACEH TIMUR

SELAMA TAHUN 2004 – 2008

TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PENCAPAIAN (%)

2004

2005

2006

2007

2008

6.604.062.629,-

2.592.113.880,-

5.888.686.993,-

13.115.396.105,-

27.396.898.164,-

3.828.431.764,82

1.957.088.167,96

7.157.361.669,18

7.151.859.557,66

14.411.181.053,28

57,97

75,50

121,54

54,53

52,60

Sumber : APBD Kabupaten Aceh Timur (Data diolah) 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 target PAD Aceh

Timur sebesar Rp. 6.604.062.629,-. Sedangkan realisasinya sebesar

Rp. 3.828.431.764,82 atau 57,97% dari yang ditargetkan pada tahun 2005 target

turun menjadi Rp. 2.592.113.880,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp.

1.957.088.167,96 dan persentasenya naik menjadi 75,50%. Berkurangnya target

yang terjadi di tahun 2005 karena adanya pengurangan PAD karena situasi dan

kondisi yang tidak kondusif. Pada tahun 2006 PAD kembali naik drastis targetnya

menjadi Rp. 5.888.686.993,- dan realisasinya juga terjadi kenaikan menjadi

Rp.7.157.859.537,66. kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan Daerah

terasa sangat kecil. Dengan demikian ketergantungan keuangan pemerintah daerah

kepada pemerintah pusat sangat tinggi.

5

5

Page 6: Proposal Anak Ekonomi

Penelitian ini dilakukan pada daerah otonom kabupaten Aceh Timur,

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang antara lain yaitu daerah

kabupaten induk. Terungkap bahwa dalam realisasi anggaran tahun 2004, 2005,

dan 2006 memperlihatkan kontribusi PAD dan APBD jumlahnya atau

persentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan kontribusi PAD dalam

APBD, maka pendapatan pemerintah kabupaten sangat tergantung pada transfer

pemerintah pusat melalui dana perimbangan, terutama dari Dana Alokasi Umum.

Berdasarkan data dalam realisasi PAD dalam APBD tahun 2004, 2005, 2006,

2007 dan 2008 tidak ada yang kontribusi PAD-nya diatas 10% semuanya berada

dibawah 10%.

Idealnya semua pengeluaran pemerintah daerah, terutama pengeluaran

rutin dapat dicukupi atau setara dengan jumlah pendapatan melalui PAD.

Rendahnya kontribusi PAD terhadap pengeluaran dalam APBD, mengindikasikan

bahwa ketergantungan pemerintah daerah terhadap pengeluaran rutin dan

pembangunan dari transfer pemerintah pusat melalui dana perimbangan. Dengan

demikian, juga dapat mengindikasikan bahwa derajat otonomi daerah sangat

rendah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok masalah

yang akan diuraikan adalah :

1.2.1 Seberapa besarkah potensi pajak daerah sebagai sumber PAD di Kabupaten

Aceh Timur ?

6

6

Page 7: Proposal Anak Ekonomi

1.2.2. Seberapa besarkah kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kabupaten

Aceh Timur

1.2.3. Sejauh mana efektifitas yang dihasilkan dari sistem pemugutan pajak daerah

di Kabupaten Aceh Timur

1.3. Pembatasan Masalah

Target dan realisasi pendapatan kabupaten Aceh Timur yang bersumber

dari Pemerintah Kabupaten Aceh Timur selama tahun anggaran 2003-2004 s/d

2007/2008.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang

diketengahkan adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya potensi pajak daerah sebagai sumber

PAD di Kabupaten Aceh Timur

2. Untuk Mengetahui besarnya kontribusi pajak daerah yang

diberikan terhadap PAD di Kabupaten Aceh Timur

1.5. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Dinas DPKKD di harapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan guna meningkatkan pajak daerah

2. Bagi Masyarakat Kabupaten Aceh Timur diharapkan tercipta suatu

kesadaran akan arti pentingnya pajak daerah dalam kaitannya dengan

pemberlakuan otonomi daerah.

7

7

Page 8: Proposal Anak Ekonomi

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pajak daerah adalah iuran yang wajib dilakukan oleh pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembagunan daerah (Erly

Suandy, Hukum Pajak, hal 143)

PAD bersumber dari kapasitas penerimaan yang berasal dari pontensi

ekonomi daerah, semakin besar kapasitas (potensi) dapat menyebabkan

penerimaan PAD semakin tinggi, karena banyak objek/pos-pos PAD yang dapat

diciptakan guna ditarik penerimaannya oleh pemerintah daerah.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sutrisno (2001:29) mendefinisikan

PAD adalah pendapatan pemerintah daerah yang diterima secara rutin (regulatif)

dan sumber dari potensi ekonomi daerah pada waktu ke waktu tertentu, biasanya

dalam 1 tahun anggaran. Dengan demikian besaran PAD dapat diketahui dari

Buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dari Berbagai pendapat diatas penulis simpulkan bahwa PAD

merupakan pendapatan yang berasal dari potensi ekonomi dan digunakan untuk

memperkuat posisi keuangan daerah dalam rangka pembiayaan yang dilakukan

oleh Pemerintah Daerah.

8

8

Page 9: Proposal Anak Ekonomi

2.1.2. PAD dan Sumber-sumbernya

Secara umum sumber-sumber PAD setiap daerah di Indonesia sama,.

Tetapi kapasitas dan tarif yang diberlakukan berbeda antara satu daerah dengan

daerah lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi ekonomi disetiap daerah.

Dalam hal ini daerah yang lebih maju memiliki kapasitas sumber PAD yang besar

dan tarif yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain yang kurang

maju. Kesemuanya ini diterapkan agar diperoleh prinsip equity (keadilan).

Menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang pemerintahan

daerah sumber pendapatan daerah umum membiayai APBD terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah (Pasal 79 UU Pemda)

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang dipisahkan.

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat yang

membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Menurut davey (1998) dalam

bukunya Financing Regional Government, ada 4 (empat) kriteria dari pajak

daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, pusat, tapi penetapan

9

9

Page 10: Proposal Anak Ekonomi

tarifnya dilakukan pemerintah daerah, pajak yang dipungut dan diadministrasikan

oleh pemerintah pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah

daerah. Dari kriteria diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak daerah

adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah dan ada bagi hasil pajak

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Dari sudut kewenangan pemungutannya, pajak daerah garis besar

dibedakan menjadi 2(dua), yaitu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah

daerah tingkat propinsi (pajak propinsi), berupa kendaraan bermotor dan

kendaraan diatas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas

air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan

air bawah tanah dan air pemukiman, dan pajak daerah yang dipungut oleh

pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota (pajak kabupaten/kota), antara lain

pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan, pajak

parkir (Mardismo,2003).

Dinas pendapatan daerah berfungsi sebagai pengkoordinasi dari seluruh

keuangan yang berhubungan dengan pemungutan, pengumpulan dan sumber

pendapatan asli daerah lainnya ke dalam kas daerah dengan demikian maka Dinas

Pendapatan Daerah menjadi sentral informasi mengenai penerimaan daerah yang

berasal dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.

2.1.3. Otonomi daerah

Sebagaimana diketahui desentarlisasi dan otonomi menjadi bagian yang

tak terpisahkan dari proses demokrasi. Dalam proses demokrasi, dimana proses

10

10

Page 11: Proposal Anak Ekonomi

otonomi berlangsung di daerah yang berlangsung sejak tahun 2001 memberikan

warna penting bagi kemandirian dan prakasa daerah belajar banyak bagaimana

mengelola pemerintahan tanpa harus senantiasa bersandar pada petunjuk

pemerintah pusat (Kristiadi,2002:130)

Selanjutnya menurut pendapat Suparmoko (2001:142) yang dimaksud

dengan otonomi adalah kewenangan daerah dalam mengelola keuangan daerah

berdasarkan aspirasi masyarakat di daerah dan ini akan memperlihatkan

kemadirian suatu daerah sangat bergantung pada kemampuan keuangan didaerah

tersebut.

Menurut Nick Devas (1999:82) yang diterjemahkan oleh Masri Marris

adalah daerah otonomi untuk mengatur masyarakat setempat menurut prakasa

sendiri, sedangkan daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu, memiliki wewenang untuk mengatur

masyarakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarkat.

Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri

terutama berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembagunan, yang

sebelumnya diurus pemerintah pusat. Untuk itu, selain diperlukan kemampuan

keuangan, diperlukan juga adanya sumber daya manusia berkualitas, sumber daya

alam, modal dan teknologi (Rudini 1995:48 dalam silalahi et, al 1995)

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa otonomi daerah merupakan kewenangan daerah dalam mengatur

masyarakatnya atas dasar prakasa sendiri dengan pembiayaan yang bersumber

pada keuangan daerah yang digali sendiri pemerintah daerah.

11

11

Page 12: Proposal Anak Ekonomi

2.2. Hubungan Pemerintah Dalam Konsep Otonomi Daerah

Ditinjau dari sudut hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah akan tercermin dari hubungan-hubungan dibawah ini (Suparmoko,

2001:312)

a. Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah urusan tersebut

merupakan isi otonomi yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kewenangan

daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

b. Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari urusan pemerintahan

yang diserahkan kepada daerah.

c. Adanya pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan

pemerintahan yang menjadi isi dari rumah tangga daerah yang bersangkutan.

d. Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai urusan pelaksanaan

kegiatan pemerintahan tersebut.

e. Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil

rakyat yang telah mendapatkan legitimasi untuk membantu penyelenggaraan

pemerintah di daerah, termasuk adanya Kepala Daerah yang capable,

acceptable dan credible yang dipilih secara demokratis.

f. Adanya pelayanan publik sebagai hasil akhir atau end product dari

Pemerintah Daerah yang disediakan secara efisien, efektif, ekonomis dan

akuntabel

g. Adanya supervisi, monitoring, evaluasi, fasilitas dan pemberdayaan

(capacity building) yang efektif dan efisien, sehingga daerah dapat

menjalankan otonominya secara optimal.

12

12

Page 13: Proposal Anak Ekonomi

Ketujuh faktor diatas secara intergated merupakan suatu sistem yang

menjadi dasar penyelenggaraan pemerintah daerah. Untuk itu penataan

pemerintah daerah akan selaku berkaitan dengan penataan ketujuh elemen diatas.

Penataan haruslah bersifat terpadu dan menyeluruh agar dapat diperoleh hasil

yang maksimal.

Ditinjau dari sudut hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah akan tercermin dari hubungan ketujuh elemen diatas. Dari setiap elemen

akan nampak bagaimana hubungan pusat dengan daerah, namun secara umum

menurut Kristiadi (202:139) hubungan tersebutdapat dilihat, sebagai berikut :

a. Adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan

desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah

untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

b. Hubungan kewenangan. Daerah otonom diberi kewenangan untuk

mengelola urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Seluas

apapun otonomi daerah harus tetap berada dalam batas dan ruang lingkup

wewenang pemerintah pusat yang mengatur hubungan pusat dan daerah

yang dituangkan dalam bentuk norma, standar dan prodesur sebagai muatan

peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Hubungan

tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah, sehingga tercipta sinergi

antara kepentingan pusat dan daerah.

c. Hubungan Daerah Otonom Propinsi dengan Daerah Otonom

Kabupaten/Kota. Hubungan kewenangan antara daerah otonom propinsi

13

13

Page 14: Proposal Anak Ekonomi

dengan daerah otonom kabupaten/kota adalah tindakan hirarkis. Propinsi

memiliki kewenangan mengurus urusan-urusan pemerintah yang bersifat

antar Kabupaten/kota sedangkan kabupaten/kota memiliki kewenangan

menangani urusan-urusan pemerintahan yang berskala lokal. Keterkaitan

dengan wewenang dan dampak adalah untuk menjamin akuntabilitas dan

penyelenggaraan otonomi daerah tersebut. Pemerintah daerah

kabupaten/kota bertanggung jawab atas urusan-urusan pemerintahan yang

berdampak lokal sedangkan pemerintah daerah propinsi bertanggung jawab

atas urusan-urusan pemerintahan yang berdampak regional.

d. Hubungan Keuangan. Agar daerah otonom dapat menyelenggarakan

otonominya, maka daerah diberikan sumber-sumber pendapatan yang

berasal dari desentralisasi fiskal dalam bentuk pajak daerah, retribusi daerah,

bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sumber pendapatan lainnya adalah dalam

bentuk subsidi (grant), hibah, hasil penjualan aset, hasil BUMD dan hasil-

hasilnya.

Hubungan keuangan akan tergambar dari sumber-sumber keuangan apa

saja yang diberikan kepada daerah dalam konteks desentralisasi fiskal, hubungan

lainnya berasal dari sumber-sumber subsidi (grant) yang diberikan pusat kepada

daerah. Untuk subsidi yang pemanfaatannya khusus atau tertentu dituangkan

dalam bantuan khusus (specific grant) atau DAK, sedangkan subsidi yang bersifat

umum (block grant) atau DAU

14

14

Page 15: Proposal Anak Ekonomi

2.3. Derajat Penyerahan Urusan Pemerintahan ke Daerah

Secara teoritis penyerahan urusan kepada daerah didasarkan atas

pertimbangan bahan urusan-urusan tersebut lebih efisien, efektif dan akuntabel

bila pengeluarannya diserahkan kepada daerah. Dalam akuntabel dapat diartikan

bahwa dalam menjalankan urusannya pemerintahan daerah bertanggung jawab

kepada rakyat pemilih. Kepala Daerah dan DPRD yang menyelenggarakan

pemerintahan daerah adalah dipilih dan mendapatkan legitimasi atau kepercayaan

rakyat melalui pemilihan. Dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab

kepada rakyat yang telah memberikan legitimasi dan biaya untuk menjalankan

kekuasaannya. Demikian esensi dari akuntabilitas tersebut.

Menurut Guritno (2005:138) menyatakan bahwa berdasarkan praktik

dibeberapa negara maju, dimana kekuatan pasar dapat mempengaruhi sistem

pemerintahan daerah. Tuntunan akan efisiensi telah melakukan kebijakan

amaligamation, yaitu suatu kebijakan penggabungan unit-unit pemerintahan yang

lebih besar untuk mencapai efisiensi, terutama dalam penyediaan pelayanan

kepada masyarakat seperti air, listrik, gas, dan sistem transportasi serta

perencanaan.

2.4. Peranan Keuangan Daerah Dalam Otonomi Daerah

Sebagaimana diketahui bahwa otonomi daerah mengalami peningkatan

sejalan dengan peningkatan kegiatan pemerintahannya dari tahun ke tahun

selanjutnya. Hal ini disebabkan di samping adanya pertambahan penduduk yang

pada gilirannya dapat meningkatkan kebutuhan masyarakat juga disebabkan

15

15

Page 16: Proposal Anak Ekonomi

adanya kebocoran-kebocoran dari pengelolaan dana/pengalokasian dana. Untuk

itu dapat memenuhi tambahan pengeluaran tersebut, maka pemerintah daerah

berusaha meningkatkan penerimaannya dalam batas yang wajar. Penerimaan yang

wajar tersebut diharapkan mengalami peningkatan dari suatu tahun ke tahun

selanjutnya, sehingga mampu mengatasi tambahan pengeluaran tersebut.

Menurut sutrisno (2002:142) berpendapat keuangan daerah bersumber

dari pendapatan asli daerah, sedangkan pendapatan asli daerah bersumber dari

pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan dana perimbangan. Dalam hal ini

dana perimbangan dapat memperkokoh keuangan daerah yang pada gilirannya

dapat mencerminkan kemampuan kegiatan pemerintahan di daerah yang dapat

mempercepat derajat otonomi suatu daerah.

Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka perlu direnungkan

bahwa pelaksanaan kegiatan pemerintah di daerah sebahagian besar masih

disubsidi atau dibantu oleh pemerintah atasan. Atau dengan kata lain kemampuan

keuangan daerah belum cukup untuk membiayai kegiatan pemerintahan sendiri,

sehingga pemerintah daerah diharapkan untuk berusaha seoptimal mungkin untuk

meningkatkan posisi keuangannya guna memperluas status otonomi di daerahnya.

Untuk mewujudkan hal diatas maka administrasi keuangan daerah harus

disempurnakan, karena merupakan elemen yang penting dalam menentukan

keberhasilan keuangan pemerintah daerah. Dalam hal ini pelaksanaannya dimiliki

dari perencanaan anggaran yang sekaligus merupakan rencana kerja pemerintah

dalam jangka pendek sampai tujuan yang diinginkan dalam jangka panjang

16

16

Page 17: Proposal Anak Ekonomi

tercapai. Dengan kegiatan yang dilakukan harus berpedoman pada anggaran yang

ditetapkan.

Berkaitan dengan hal di atas, maka pemerintah daerah dalam

melaksanakan administrasi keuangan sesuai dengan pedoman yang telah

ditetapkan baik dalam bidang penerimaan maupun pengeluaran. Dalam bidang

penerimaan berkaitan erat dengan penerimaan sumber-sumber PAD, terutama

pungutan pajak dan retribusi daerah secara baik sehingga dapat meminimalkan

pungutan-pungutan di luar ketentuan hukum yang berlaku. Kesemuanya itu

diberlakukan dengan baik agar dapat berperan aktif dalam memperluas status

otonomi suatu daerah.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Banyak peneliti tentang ekonomi publik, baik berasal dari kalangan

akademis maupun birokrat bahwa ada juga peneliti pemula yang berbentuk tugas

akhir oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya.

Menurut Dyah Rahmawati (2009) yang melakukan penelitian tentang

PAD di Kabupaten Salatiga selama kurun waktu tahun 2004-2008 diperoleh hasil

penelitian bahwa ratio PAD terhadap penerimaan pemerintah daerah sebesar 5,2%

artinya kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan

pemerintahannya di daerah masih lemah yaitu 5,2%, sedangkan sebahagian

besarnya dibiayai oleh penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan Dana perimbangan lainnya.

17

17

Page 18: Proposal Anak Ekonomi

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bappeda Provinsi NAD

(2006:69) menyatakan bahwa merosotnya penerimaan PAD di Banda Aceh dan

sekitarnya tahun 2005 disebabkan karena eksternalitas gempa bumi dan tsunami

yang terjadi pada penghujung tahun 2004, sehingga subjek dan objek sumber-

sumber PAD belum dapat diberdayakan secara wajar. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa realisasi penerimaan PAD sebesar 49% dari yang

ditargetkan yaitu Rp. 39.000.000.000,00. ketidakmampuan tersebut disamping

disebabkan oleh berkurangnya sumber-sumber PAD juga disebabkan oleh kinerja

aparatur pemerintah daerah relatih rendah, karena baru mengalami musibah

tersebut.Penelitian yang dilakukan Randi (2009) tentang posisi keuangan daerah

di Kota Langsa dengan menggunakan data time series dari tahun 2004-2008

dimana secara rata-rata perkembangan PAD sebesar 5,45% sedangkan

perkembangan penerimaan pemerintah naik 20% secara rata-rata pada periode

yang sama.

Menurut Azwir (2006:91) menyatakan bahwa dari berbagai daerah yang

ada di Indonesia terdapat lebih dari 70% jumlah daerah di Indonesia, terutama

daerah-daerah yang terletak di luar pulau jawa mengalami kesulitan keuangan

guna mempercepat pelaksanaan otonomi di daerahnya secara luas dan mandiri

sedangkan 30% dari jumlah daerah telah dapat membiayai kegiatan

pemerintahannya di daerah dengan menggunakan sumber-sumber keuangan yang

digali dari daerahnya sendiri.

18

18

Page 19: Proposal Anak Ekonomi

2.5. Hipotesis

Adapun dugaan sementara yang dapat peneliti tarik adalah variabel PAD

Kabupaten Aceh Timur dapat memperkuat posisi keuangan daerah dalam rangka

memperluas otonomi daerah di Kabupaten Aceh Timur.

19

19

Page 20: Proposal Anak Ekonomi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Timur dengan objek

penelitian adalah variabel PAD dan sumber-sumbernya serta variabel pendapatan

pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur sebagai sumber pembiayaan kegiatan

pemerintahan di daerah dalam rangka penyelenggaraan/pelaksanaan otonomi

daerah. Penelitian ini termasuk dalam konsentrasi mata kuliah Ekonomi Publik.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Sebahagian besar data dalam penelitian ini adalah data sekunder,

sedangkan data primer lebih bersifat kuantitatif, karena menyangkut dengan

informasi atau keterangan para penjabat yang berwenang dalam menghimpun

PAD dan keuangan pemerintah daerah secara umum di Kabupaten Aceh Timur.

Adapun sumber data sekunder antara lain sebagai berikut :

a. Bappeda Kabupaten Aceh Timur

b. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten

Aceh Timur

c. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Timur

d. Buku-buku perpustakaan baik perpustakaan daerah maupun Universitas

Samudra Langsa.

20

20

Page 21: Proposal Anak Ekonomi

Data primer bersumber dari :

a. Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD)

Kabupaten Aceh Timur

b. Staf Keuangan

c. Bendahara dan Sekretaris

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dilakukan penelitian lapangan (field

research), maksudnya peneliti melakukan observasi langsung terhadap objek-

objek yang diteliti berdasarkan sumber data yang ada hubungannya dengan

penelitian ini. Dalam hal ini peneliti juga melakukan dialog dengan para penjabat

yang berwenang dalam pengumpulan PAD.

Data sekunder peneliti peroleh dengan cara membaca buku-buku

Ekonomi Publik dan penelitian-penelitian orang lain yang ada hubungannya

dengan kebutuhan penelitian ini serta membaca artikel-artikel yang berkenaan

dengan otonomi daerah dan keuangan daerah.

3.4. Metode Analisis Data

Data-data yang ada dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif,

maksudnya semua data yang ada kaitannya dengan penelitian ini dibuat dalam

suatu tabel kemudian diadakan penjelasan terhadap tabel-tabel tersebut sesuai

dengan kebutuhan penelitian ini.

21

21

Page 22: Proposal Anak Ekonomi

Untuk mengetahui berapa besar peranan PAD dalam posisi keuangan

daerah digunakan rumus (Dumairy, 2004:69) :

β =

Keterangan :

Β = Peranan PAD terhadap pendapatan pemerintah daerah

PAD = Besarnya PAD setiap tahunnya

Y = Pendapatan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur

Untuk menganalisis pertumbuhan rata-rata dalam PAD digunakan rumus

(Dumairy, 2004:136) sebagai berikut :

Pn = Po (1+r)n

Keterangan :

Pn = PAD tahun ke-n (tahun 2008)

Po = PAD tahun dasar (tahun 2004)

r = Tingkat perkembangan rata-rata

n = Jarak Po ke Pn (n=5)

3.5. Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan yang bersumber

dari pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan penerimaan pemerintah

lainnya yang sah dalam suatu tahun tertentu dan dinyatakan dalam rupiah.

22

22

Page 23: Proposal Anak Ekonomi

b. Pendapatan Pemerintah Daerah adalah semua variabel pendapatan baik

berasal dari PAD, dana perimbangan block grant dan specific grant serta

hibah yang dilakukan orang atau lembaga kepada Pemerintah Daerah dalam

jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam rupiah.

c. Variabel perkembangan rata-rata maupun pendapatan pemerintah daerah

dihitung selama 5 tahun dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

d. Otonomi Daerah adalaah kewenangan daerah dalam mengelola keuangan

yang diperlihatkan oleh keuangan daerah yang semakin baik (tinggi),

sehingga dapat menurunkan derajat desentralisasi dan dinyatakan dalam

persentase.

23

23

Page 24: Proposal Anak Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2005, AnalisisPendapatan Asli Daerah Kabupaten Pidie, Skripsi

(tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi Unsyiah, Darussalam, Banda

Aceh.

Ahmad, H., 1999, Analisis Posisi Pendapatan Asli Daerah di Indonesia, Kasus

Daerah Istimewa Aceh, Jawa Timur dan DKI Jakarta, Fakultas

Ekonomi Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh.

Arnita, Kustadi, 2004, Sistem Perpajakan di Indonesia, Penerbit Alumni

Bandung

Azwir, 2006, Analisis Pendapatan Asli Daerah di Indonesia, BPFE-UI, Jakarta

Dumairy, 2004, Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi, Cetakan ke-

8, jilid 3, BPFE-UGM, Jogjakarta

Lanis, 1999, Pendapatan Daerah Dalam Ekonomi Orde Baru, BPFE-UI,

Jakarta

Guritno, 2005, Ekonomi Publik dan Aplikasi Ekonomi, BPFE-UGM ,

Jogjakarta.

Kristiadi, J.B., 2002 Problema Pendapatan Daerah, Prisma No. 18 Edisi ke-8,

Jakarta

Hendri, Ahmadi, 2000, Analisis Dampak Perekonomian Wilayah Terhadap

Keuangan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia,

Makalah seminar pada tanggal 15 Agustus 2008 di Jakarta

24

24

Page 25: Proposal Anak Ekonomi

Nick, Devas, 1999, Central-Local Financial Relation, Terjemahan Masri

Morris, BPFE-UGM , Jogjakarta.

Suparmoko, 2001, Keuangan Negara Lanjutan, Jilid 2 Edisi ke-4, BPFE-UI,

Jakarta.

Sutrino, 2002, Pengantar Keuangan Negara, PT. Raja Grafindo Indonesia,

Jakarta.

25

25