proposal kesling organik
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan perilaku
gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis dan
keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap
berbagai jenis bahan pokok dan kebutuhan hidup sehari-hari serta meningkatnya
usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi juga memberikan
kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Meningkatnya volume timbunan sampah menimbulkan berbagai permasalahan
dalam menangani masalah sampah.
Sampah di Surabaya berasal dari pemukiman, pasar, pelayanan kesehatan,
tempat usaha dan fasilitas umum. Sekitar 60% - 80% dari sampah di Surabaya
berasal dari sampah rumah tangga. Rata-rata timbunan sampah rumah tangga di
Surabaya sebesar 319 gram per orang setiap hari dimana sampah tersebut terdiri
dari 250 g/orang/hari adalah sampah organik (75,58%) dan 61 g/orang/hari adalah
sampah anorganik (24,42%). Sampah organik bersumber dari aktifitas manusia.
Apabila dibiarkan sampah ini akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan
menimbulkan banyaknya lalat yang membawa kuman. Hal ini merupakan salah
satu permasalahan yang membahayakan masyarakat Padahal apabila dikemas dan
diberikan perlakuan kepada sampah organic tersebut maka akan menghasilkan
sesuatu yang lebih bermanfaat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengolah sampah
organik tersebut dengan berbagai olahan seperti pembuatan pupuk cair organik
dan kerajinan yang akan kami buat berdasarkan pada hasil sampah kegiatan kantin
dan lingkungan di fakultas. Pupuk cair organik terbuat dari hasil buangan kantin
seperti sisa buah dan sayur serta sampah-sampah organik yang bisa mengalami
penguraian mikroorganisme, sedangkan kerajinan terbuat dari daun-daunan kering
yang ada di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dalam proposal praktikum ini yaitu:
a. Bagaimana teknis pengumpulan sampah organik yang selama ini dihasilkan
oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat?
b. Bagaimana teknis penghitungan berat sampah organik yang selama ini
dihasilkan oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan
Masyarakat?
c. Bagaimana metode pengolahan sampah organik yang selama ini dihasilkan
oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penyusunan
proposal praktikum ini yaitu:
a. Mengetahui teknis pengumpulan sampah organik yang selama ini dihasilkan
oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat
b. Mempraktekkan teknis penghitungan berat sampah organik yang selama ini
dihasilkan oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
c. Mempraktekkan metode pengolahan sampah organik yang selama ini
dihasilkan oleh kantin dan lingkungan yang ada di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya praktikum ini yaitu:
a. Mahasiswa dapat memahami cara pengelolaan sampah organik yang efektif
dan efisien baik dari mulai mengumpulkan, menghitung, hingga mengolah
kembali sampah menjadi barang yang lebih berguna.
b. Mahasiswa dapat melatih kemampuannya dalam bekerjasama dalam tim.
c. Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai target praktikum dapat memiliki
gambaran mengenai metode pengelolaan sampah organik yang cocok dan
dapat diterapkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia termasuk kegiatan industri, tetapi yang bukan biologis karena human
waste termasuk ke dalamnya dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak
termasuk di dalamnya. (Azwar, 1995).
2.2. Pengertian Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan
dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik,
termasuk sampah organik misalnya : sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran,
kulit buah dan daun. (Suprihatin 1999).
Menurut (Murtadho dan Said 1997) sampah organik dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
1. Sampah organik yang mudah membusuk (garbage) yaitu limbah padat semi
basah berupa bahan-bahan organik yang berasal dari sektor pertanian dan
pangan termasuk dari sampah pasar. Sampah ini mempunyai ciri mudah terurai
oleh mikroorganisme dan mudah membusuk, karena mempunyai rantai kimia
yang relatif pendek. Sampah ini akan menjijikkan jika sudah membusuk
apalagi bila terkena genangan air sehingga masyarakat enggan menanganinya.
2. Sampah organik yang tak mudah membusuk (rubish) yaitu limbah padat
organik kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit
membusuk. Hal ini karena rantai kimia panjang dan kompleks yang
dimilikinya, contoh dari sampah ini adalah kertas dan selulosa (Nisandi, 2007).
3
2.3. Pengolahan Sampah Organik
1. Biogas (Bioenergi)
Biogas banyak dibuat dari sampah hasil peternakan, yaitu dari sisa-sisa
makanan ternak dan kotoran hewan. Tetapi pada prinsipnya biogas dapat dibuat
dari segala jenis sampah organik. Yang disebut biogas sebenarnya adalah
senyawa metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak bewarna, dan
sangat mudah terbakar. Pada umumnya bukan sebagai gas yang murni, tetapi
merupakan campuran antara metana (± 65%), karbon dioksida (± 30%), H2S (±
1%) dan gas-gas lain dalam jumlah yang kecil. Dekomposisi sampah yang
menghasilkan gas-gas itu tadi terjadi baik pada suasana aerobik maupun
anaerobik. Namun untuk menghasilkan biogas yang akan digunakan untuk
memasak dan sumber energi lain kebanyakan dekomposisi menggunakan cara
anaerobik. Cara anerobik dilakukan pada wadah yang kedap, sehingga udara tidak
dapat mengadakan kontak dengan sampah.
2. Pengomposan
Kompos adalah hasil proses pengomposan, yaitu cara untuk
mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih
sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba, semacam perombakan yang
terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah. Keuntungan pengolaha
sampah menjadi kompos antara lain disamping merupakan pemecahan masalah
pembuangan sampah, juga kompos dapat digunakan sebagai bahan penyubur
tanah. Kompos sendiri bukanlah pupuk tetapi apabila diberikan pada tanah dapat
memberikan akibat yang sama dengan tanah-tanah yang diberi pupuk buatan.
Kompos dapat menaikkan aktivitas biologis dalam tanah, yang menyebabkan
cacing tanah dapat hidup subur dan menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur
dan menyebabkan tanah menjadi gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik.
3. Briket
Sampah taman atau pekarangan yang terdiri dari daun-daun kering,
ranting, dan sejenisnya bisa diolah menjadi briket. Bahan bakar berbentuk briket
itu pertama dikembangkan oleh kelompok aktivis lingkungan hidup Nepal.
Foundation for Sustainable Technologie (FoST) melirik potensi yang terkandung
4
dalam sampah yang menumpuk dan mengotori jalan dan sungai di Kathmandu
dan kota-kota lain di Nepal. Lantas munculah ide pembuatan briket sampah,
meniru briket batu bara yang lebih dulu dikenal masyarakat Nepal. Bedanya,
residu dan asap briket batu bara sangat mengotori udara, sedangkan briket sampah
relatif lebih bersih. Tak berasap, tak beresidu. Selain itu, cara memproduksi briket
sampah itu terbilang mudah.
Pembriketan adalah salah satu teknologi pemadatan, dimana suatu bahan
dikenai tekanan untuk membentuk produk yang mempunyai bulk density lebih
tinggi, kandungan air yang lebih rendah, dan keragaman dalam ukuran, dan sifat-
sifat bahannya. Ada dua cara untuk menyempurnakan pemadatan dengan atau
tanpa pengikat. Pengikat dibutuhkan
untuk membuat bahan yang akan dibriketkan menjadi homogen selama proses
penekanan. Tanpa pengikat, briket akan remuk menjadi potongan-potongan saat
diangkat dari cetakan. Namun, terdapat bahan yang tidak memerlukan binder,
yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan tinggi dapat bersifat perekat atau
pengikatnya sendiri ( Holmes dan Mutaqqien, 2007). Mutu briket sebagai bahan
bakar dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan kadar air briket serta tekanan
pengempaan. Pengempaan dengan tekanan tinggi tidak selalu menghasilkan mutu
briket yang lebih baik, karena briket yang sangat padat justru menurunkan
efisiensi pembakaran dan menyulitkan penggunaan.
4. Barang bernilai seni
Sering kali sampah organik yang bersifat kering seperti daun, ranting, dan
batang inilah yang dimanfaatkan para seniman dan pecinta lingkungan untuk
membuat barang yang memulai nilai jual. Daun bisa digunakan menghias pigura,
ranting bisa dibuat menjadi mainan ketapel, dan bahkan potongan batang yang
jatuh bisa dibuat patung.
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Pengumpulan dan Penghitungan
1. Sumber-sumber penghasil sampah organik yang dipilih
a. Kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat, meliputi sisa buah dan sayur.
b. Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, meliputi daun-daun.
2. Tempat / Lokasi Praktikum
Pengumpulan dan Penghitungan sampah: Kantin dan lingkungan taman
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum dibagi menjadi dua, yaitu pengumpulan sampah
sekaligus penghitungan berat sampah dan pengolahan sampah. Pengumpulan
sekaligus penghitungan berat sampah akan dilaksanakan pada tanggal 26, 28,
dan 30 Maret 2012. Untuk pengumpulan sekaligus penghitungan sampah di
kantin dan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat akan dilaksanakan pada
pukul 16.00-17.00 WIB, sedangkan untuk pengolahan sampah akan
dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai 24 April 2012.
4. Ukuran standard berat yang dipakai :
Ukuran kilogram
5. Alat dan bahan pengumpulan dan penghitungan sampah organik
Alat :
a. Serok
b. Sarung tangan
c. Timbangan
d. Karung atau kresek
Bahan :
a. Sampah sayur dan buah
b. Sampah daun
6
6. Langkah Kerja :
6.1. Teknis Pengumpulan
a. Kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat
Berkoordinasi dengan pemilik warung di kantin Fakultas
Kesehatan Masyarakat agar membuang sampah sayur dan buah pada
tempat tersendiri yang telah disediakan kelompok. Pengumpulan dan
penimbangan dilakukan 3 hari dalam 1 minggu pada sore hari.
b. Lingkungan Taman Fakultas Kesehatan Masyarakat
Berkoordinasi dengan petugas kebersihan taman di Fakultas
Kesehatan Masyarakat agar tidak langsung membuang sampah daun dari
taman ke gerobak sampah dan membuangnya di karung atau kresek yang
disediakan kelompok. Pengumpulan dan penimbangan dilakukan 3 hari
dalam 1 minggu pada sore hari.
6.2. Teknis Penghitungan
Cara penghitungan berat sampah dihitung berdasarkan tiap
sumbernya. Sampah sayur dan buah dari kantin akan dihitung dan
ditimbang terpisah dengan sampah daun dari taman.
3.2. Pengolahan
1. Tempat
Pengolahan sampah organik tersebut dilakukan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
2. Waktu
Pengolahan sampah organik dilakukan dalam rentang waktu antara tanggal
27 Maret -24 April 2012.
3. Anggaran
Tabel 3.1. Anggaran Biaya Praktikum
Pemasukan Pengeluaran
Rincian Jumlah Rincian Jumlah
Iuran kelompok
7 x @ Rp. 10.000,- Rp.
70.000,-
Proposal Rp. 15.000,-
Tong plastic (2) Rp. 30.000,-
Lem Rp. 15.000,-
7
Menyiapkan semua alat dan bahan
Memasang kran pada bagian bawah tong plastik
Memasukkan sampah sayur dan buah ke dalam tong plastikplastik
Menutup rapat tong plastik selama 2 minggu
Ambil cairan hasil pengomposan yang terbentuk melalui kran pada tong plastik
Meletakkan cairan tersebut pada tong plastik lainnya
Mendiamkan selama 1 minggu untuk menghilangkan gas metan yang terbentukplastik
Menambahkan gula untuk mempercepat proses penguraian
Cutter Rp. 2.000,-
Kran Rp. 8.000,-
TOTAL Rp. 70.000,- TOTAL Rp. 70.000,-
4. Proses
1. Pupuk cair Ala Pak Darno
Alat dan bahan:
a. Sampah buah dan sayur
b. Tong plastik
c. Solasi bening
d. Cutter
e. Gula
f. Kran
Langkah kerja:
Tabel 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Pupuk Cair Ala Pak Darno
8
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkanplastik
Sebelumnya menyetrika daun agar lebih lentur dengan dilapisi koranplastik
Membuat pola frame dengan menggunakan kardus
Mengatur dan menempelkan daun pada cetakan frame yang sudah jadiplastik
Menambahkan hiasan manik – manik sesuai seleraplastik
2. Frame Foto Daun
Alat dan bahan :
a. Sampah daun
b. Lem
c. Cutter
d. Kardus
e. Penggaris
f. Setrika
g. Kertas
h. koran
Langkah kerja :
Tabel 3.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Frame Foto
9
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, azwar. 1999. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Bahar, Yul. 1985. Teknologi Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:
Waca Utama Pramesti.
Fitriana, ayu. 2011. Skripsi: Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Pengelolaan
Sampah Di Desa Bluru Kidul RW 11 Kecamatan Sidoarjo Tahun 2011.
Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Hadiwiyoto, Soewedo. 1981. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:
Yayasan Idayu.
Nisandi. 2007. Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Briket
Arang dan Asap Cair. Yogyakarta: diunduh dari
http://p3m.amikom.ac.id/p3m/82%20-%20pengolahan%20dan
%20pemanfaatan%20sampah%20organik%20menjadi%20briket%20arang
%20dan%20asap%20cair.pdf diunduh pada tanggal 14 maret 2012 pada
pukul 20:04
10
LAMPIRAN
Proses Produksi Pengelolaan Sampah Organik
Penimbunan di dalam tong plastik
Sampah sisa sayur dan buah
Sampah nampak menjamur
Menyaring airnya dan memindahkan ke tong 2
Pupuk cair mempunyai energi Mendiamkan dalam tong tertutup
Gambar 1. Proses Produksi Pengolahan Pupuk Cair Ala pak Darno
11
Sampah daun Pembuatan Kerangka Frame Menempelkan daun
Gambar 2. Proses Produksi Pengolahan Frame Foto Daun
12