proposal kti keperawatan

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika bagian selatan dan daerah Oceania, serta kepulauan Karibia. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004) Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah yang berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/ kota merupakan wilayah endemis malaria ( Depkes RI, 2008) Malaria adalah suatu penyakit menular, disebabkan oleh bibit penyakit malaria yaitu parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tercatat kejadian malaria di Dinas kota Bengkulu dipuskesmas suka merindu paling banyak tingkat kejadian penyakit malaria yaitu klinis 1.638 orang.positif malria sebanyak 703 orang sekitar 42,92% masyarak yg terkena malaria. Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Jumlah penderita malaria tahun 2007 sebanyak 8.397 orang, dengan rincian : penderita malaria klinis 6.103 orang dan malaria positif 2,294 orang. Tahun 2008 jumlah penderita malaria sebanyak 16,725 orang dengan rincian : malaria klinis 9,682 dan malaria positif 7,033 orang. Jumlah penderita ini menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi yaitu 99 %.(dinas kesehatan kota bengkulu 2009).

Upload: dinnuraulia

Post on 20-Jul-2015

450 views

Category:

Health & Medicine


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal kti keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia.

Malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika bagian selatan dan

daerah Oceania, serta kepulauan Karibia. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan

Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga

tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini

menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap

kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup

di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004)

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan

38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah yang

berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/ kota

merupakan wilayah endemis malaria ( Depkes RI, 2008)

Malaria adalah suatu penyakit menular, disebabkan oleh bibit penyakit malaria yaitu

parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tercatat kejadian malaria di Dinas kota Bengkulu dipuskesmas suka merindu paling

banyak tingkat kejadian penyakit malaria yaitu klinis 1.638 orang.positif malria sebanyak 703

orang sekitar 42,92% masyarak yg terkena malaria.

Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Jumlah penderita malaria tahun

2007 sebanyak 8.397 orang, dengan rincian : penderita malaria klinis 6.103 orang dan

malaria positif 2,294 orang. Tahun 2008 jumlah penderita malaria sebanyak 16,725 orang

dengan rincian : malaria klinis 9,682 dan malaria positif 7,033 orang. Jumlah penderita ini

menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi yaitu 99 %.(dinas kesehatan kota bengkulu 2009).

Page 2: Proposal kti keperawatan

Angka kesakitan malaria untuk wilayah luar Jawa dan Bali diukur dengan Annual Malaria

Incidence (AMI). Indikator ini menggambarkan semua kejadian malaria Klinis disuatu daerah.

AMI kota Bengkulu tahun 2007 sebesar 30,56 per 1000 jumlah penduduk, tahun 2008 sebesar

35,89 per 1000 jumlah penduduk. Angka ini lebih tinggi dari Angka kesakitan propinsi dan

nasional yaitu 16 per 1000 penduduk. Berdasarkan target Indonesia Sehat 2011-2015 sebesar 5

per 1000 penduduk.

Dalam data sepuluh penyakit terbanyak pada Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun

2008, malaria menempati peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah 1332 kasus dari 8460

kunjungan pasien yang datang berobat di poli umum Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

(ProfilKesehatanPuskesmasSukamerindu, 2008).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada rumah keluarga yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Sukamerindu, terdapat 21 rumah yang lingkungan rumahnya kurang baik yang bisa

memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kasa di ventilasi rumah,

adanya genangan air hujan di selokan-selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir

karena sampah yang menumpuk dan membuat genangan air yang menyebabkan tempat

bersarangnya nyamuk. Selain itu dapat dilihat pula lahan kosong, daerah rawah dan selokan

besar yang masih menjadi tempat bersarangnya nyamuk, selain itu juga disebabkan oleh faktor

manusia itu sendiri, faktor itu berkaitan dengan faktor perilaku atau kebiasaan masyarakat itu

sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil topik "Hubungan lingkungan tempat

tinggal dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas sukamerindu kota bengkulu tahun

2009?".

Penyakit malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi- kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang

biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh

faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin,

ketinggian. Air merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan nyamuk. Karena itu dengan

adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air

yang tidak dialirkan di sekitar rumah atau tempat tinggal. Nyamuk dan parasit malaria juga

sangat cepat berkembang biak pada suhu sekitar 20º - 27º C, dengan kelembaban 60-80 % (Ermi,

2006).

Page 3: Proposal kti keperawatan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diuraikan pada latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat

dirumuskan yaitu "Masih tingginya kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu"

dengan pertanyaan penelitian apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian

malaria wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009?".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria di

RT.05 Kelurahan Sukamerindu wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.

2. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria

b. untuk mengetahui angka kejadian malaria di puskesmas sukamerindu

c. untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai salah satu usaha

pencegahan malaria di masyarakat.

Page 4: Proposal kti keperawatan

1. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dijurusan

keperawatan sebagai pelayanan kapada masyarakat mengenai penyebab malaria dan bagaimana

cara mengatasinya.

1. Bagi Masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat

mengenai apa penyebab malaria dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk

pencegahannya.

E. Keaslian Penelitian

1. Oktrisnawati (2006)

Gambaran Penatalaksaan Keperawatan Pasien Malaria ditinjau dari Tingkat Pendidikan,

pengetahuan dan Motivasi Perawat di ruang Melati RSUD dr. M.Yunus Bengkulu tahun

2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan keperawatan pasien ditinjau

dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan motivasi perawat di ruang melati RSUD dr.M

Yunus Bengkulu, baik.

2. Devi Feronika (2004)

Gambaran Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Malaria ditinjau dari Pendidikan dan

Pengetahuan Keluarga di wilayah Puskesmas Basuki Rahmat.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel, waktu. Sampel dan metode

penelitian. Tingkat pengetahuan keluarga masih kurang.

Page 5: Proposal kti keperawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Dasar

A. Malaria

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh

protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali

(Mansjoer, A, 1999).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup

dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2008).

Malaria adalah penyakit menular yang dapat menyerang semua orang baik laki-laki

maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa

(Harijanto, 1997).

2. Etiologi

Malaria terjadi akibat invasi eritrosit oleh masing-masing dari 4 spesies parasit protozoa

dari genus plasmodium yaitu :

1. Plasmodium palsifarum, penyebab malaria tropika.

2. Plasmodium viva, penyebab pnyakit malaria tertiana.

3. Plasmodium Malaria, penyebab penyakit malaria kuartana.

4. Plasmodium ovale, jenis ini jarang dijumpai di Indonesia.

Tiga infeksi terakhir hampir tidak menimbulkan akibat yang fatal karena dapat mengalami

rekurensi berminggu-minggu setelah setelah terlihatnya penyembuhan dari suatu serangan

Page 6: Proposal kti keperawatan

primer secara jelas. Berbeda dengan infeksi-infeksi palsifarum, yang merupakan penyebab

penyakit malaria yang paling berbahaya. Karena infeksi ini dapat menyerang susunan saraf pusat

dan dapat menimbulkan kematian (Nelson, 1992).

1. Patogenesis

Menurut Mansjoer, A (1999) daur hidup spesies terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)

dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra

termasuk manusia.

a. Fase Aseksual

Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan , sporozoit

masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak mebentuk skizon hati yang

mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini

berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan

masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivak dan P.ovale sebagian sporozoit

membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang

dan rekurens.

Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk

tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi

merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara

permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,

sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan

hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

b. Fase Seksual

Fase seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan

menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot

(Ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi

ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur

nyamuk.

Patogenesis malaria ada 2 cara :

1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.

Page 7: Proposal kti keperawatan

2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia

melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang

terinfeksi (kongenital).

Malaria Nyamuk Anopheles betina

Dalam Hati Kelenjar Liur

sumber : Arief Mansyur, 2001.

Gambar 2.2 : Daur hidup parasit malaria

4. Manisfetasi Klinis.

Menurut Dep Kes RI (2008), manisfestasi klinis malaria berupa :

a. Demam

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan

bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit,

atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin antara lain Tumor Nekrosis Factor

(TNF), TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur

suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium

memerlukan waktu yang berbeda-beda. P.Falsiparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.

Vivax/ovale 48 jam, dan P.Malariae 72 jam. Demam pada P.Falciparum dapat terjadi

setiap hari. P.vivax/ovale selang waktu satu hari dan P. Malariae demam timbul selang

waktu 2 hari. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15menit – 1

jam), puncak demam (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh

dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.

b. Anemia

Page 8: Proposal kti keperawatan

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak

terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga

anemia dapat terjadi pada infeksi akut maupun kronis. Plasmodium vivax dan

Plasmodium ovale hanya menginfeksisel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2%

dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel

darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah, sehingga

anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium

malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.

c. Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh

sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limfa

membesar.

d. Ikterus

Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa

pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat

ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan

hati.

Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat

:

1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan

pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang yang berkembang biak.

2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah

serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan

berkembang biak.

5. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk

melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.

Pemeriksaaan penunjang untuk malaria berat yaitu hemoglobin dan hematokrit, hitung

jumlah leukosit dan trombosit, kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, albumin,

Page 9: Proposal kti keperawatan

ureum, kreatinin, natrium dan kalium), analisis cairan serebrospinalis, biakan darah dan

uji serolaogi, urinalisis.(Depkes RI, 2008)

6. Komplikasi

Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya plasmodium

falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini :

Syok hipopolemik, ditandai dengan dehidrasi akibat muntah-muntah.

Hipertermia, penderita tidak mampu berkeringat sehingga suhu tubuh terus

naik sampai 42-43ºC.

Anemia berat, dimana kadar hemoglobin < 59% atau hematokrit <15%.

Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran

atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan

oleh penyakit lain.

Gangguan fungsi ginjal, adanaya peningkatan ureum dan kreatinin darah,

penurunan produksi urin sampau anuria.

Hipoglikemia, gual darah <40 mg%.

Black water fever, urin menjadi merah tua atau hitam karena hemoglobinuria

hemolisis yang berlebihan.

Edema paru, terjadi akibat adult respiratiry distres sindrome (ARDS) dan

overhidrasi akibat pemberian cairan.

Distress pernafasan, sering terjadi pada anak-anak. Penyebabnya adalah

asidosis metabolic.

7. Pencegahan Penyakit Malaria (Kemofilaksis)

Kemofilaksis bertujuan untuk mengurangi faktor resiko terinfeksi malaria sehingga bila

terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemofilaksis ini ditujukan kepada orang

yang berpergian ke daerah endemis malari dalam waktu yang terlalu lama seperti turis,

peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok ataua individu yang akan

berpergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal

protection, seperti, pemakaian kelambu, repellent, kawat kasa dan lain-lain.

Oleh karena Plasmodium Falciparum merupakan spesies yang virulensinya tinggi maka

kemofilaksis terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan

tingginya tingkat resistensi plasmodium falsiparum terhadap kloroquin, maka tidak lagi

Page 10: Proposal kti keperawatan

digunakan kloroquin sebagai kemofilaksis, oleh sebab itu doksisiklin menjadi pilihan

untuk mkemofilaksis. Doksisiklin diminum satu hari sebelum keberangkatan dengan

dosis 2mg/kg bb setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Dokisiklin tidak boleh

diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.

1. Penatalaksanaan

Menurut DepKes RI (2003), pengobatan umum malaria berdasarkan :

1. Pengobatan Umum

Jenis obat yang dipakai :

1. Kina : merupakan obat terpilih untuk malaria berat (life saving, bekerja

cepat). Cara pemberian : parentral tertama bila telah timbul gejala koma,

kejang, muntah dan diare.

a). Infus : 500-100mg kina dihidroklorid/ hidroklorid dalam 500ml

larutan garam fisiologis dan glukosa atau plasma atau dextran. Lama

pemberian 1-2 jam. Dalam 24 jam apat diulang sampai dicapai dosis

maksimal kina 2000mg.

b). Intravena : Kina 200-500 mg dalam 20 ml larutan garam

fisiologis dan glukosa. Lama pemberian tidak boleh lebih cepat dari

10 menit. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan penurunan

tekanan darah yang mendadak serta aritmia jantung.

c). Imtramuskular (IM)

Larutan obat harus steril dan Ph netral.

(1). Alat suntik harus benar-benar steril

(2). Di suntik di daerah gluteal 6-7,5 cm di bawah pertengahan

krista iliaka.

(3).Jumlah trombosit > 20.000/mm3 untuk menghidarkan

hematoma

Page 11: Proposal kti keperawatan

(4). Dosis perkali maksimal 100 mg dengan dosis total

200mg/24 jam

(5). Bila pasien dalam keadaan syok, pemberian kina ini

mungkin tidak dapat menolong karena adaya gangguan absorpsi

obat.

2). Klorokuin : memberi hasil sebaik kina pada P.Falciparum yang

sensitif.

Cara pemberian :

a). Interavena : dosis per kli (dewasa) 200-300 mg basa dalam

larutan 4-5%.

b). Infus : cara seperti kina, diberikan dalam tetesan lambat.

c). Intramuskular : lebih disukai karena tidak menyebabkan nekrosis,

toleransi lebih baik dan onsetnya sama seperti pemberian intravena.

Dosis detiap kali (dewasa) 300-400 mg basa (10ml dalam larutan

5%). Pemberian dapat diulang sampai maksimal 900 mg basa/24

jam.

b. Pengobatan pada anak-anak

Pada dasarnya sama dengan pengobatan pada orang dewasa. Umumnya anak-anak

lebih tahan terhadap kina tetapi pemberian klorokuin ini perlu dilakukan secara hati-

hati.

Pada pasien dalam keadaaan koma dan muntah hebat pengobatan enteral harus segera

diberikan, meskipun pemberian obat per oral jauh lebih aman bagi anak-anak. Obat

yang dapat diberikan adalah :

1). Kina

Cara pemberian :

a). Infus : 5-10 mg/kg Bb dalam 20-30 ml garam fisologis diberikan selama

2-4 jam, bila perlu diulang setelah 6-12 jam sampai maksimal 20mg/Kg

BB/24 jam.

Page 12: Proposal kti keperawatan

b). Intramuskular : Syarat pemberian sama dengan pada dewasa. Dosis

tunggal maksimal : 15 mg/kgBb

2). Klorokuin

Cara pemberian :

a). Intravena : dosis pertama 5 mg/Kg BB dalam larutan isotonus 20 ml,

disuntikkan selama 10-15 menit. Bila perlu dapat diulang setelah 6-8 jam.

Suntikan sebaiknya diberikan separuh dosis dahulu dan sisanya diberikan

selang 1-2 jam kemudian.

b). Infus : 7 mg basa/kg BB diberikan secara terus menerus selama 24 jam.

c). Intramuskular : dosis pertama maksimal 5 mg/kg BB dengan dosis total

tidak lebih dari 10 mg/Kg BB/24 jam. Sebaiknya dosis suntikan dibagi dua

dan masing-masing diberikan dengan perbedaan waktu 1-2 jam. Tidak

diberikan pada bayi dan anak kecil karena dapat menimbulkan kejang-kejang

epileptik yang fatal atau gangguan susunan saraf pusat yang menetap.

d). Untuk menghindari muntah, klorokuin dapat dicampur dengan gula atau

muda, pasien perlu diamati selama 30 menit dan bila muntah pengobatan

diulang kembali.

3). Sulfadoksin/Primetamin

Pasien infeksi Falsiparum di daerah resisten dapat diberikan suntikan fansidar.

Page 13: Proposal kti keperawatan

9. Prognosis

Malaria vivax, prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak

mendapatkan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selam 2 bulan atau lebih.

Malaria malariae, jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria

ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan

komplikasi yang menyebabkan kematian.(Dpkes RI, 2003).

Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis antara lain :

1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu progualin,

pirimetamin

2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu primakuin.

3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin dan

amodiakuin.

4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang

ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P. Ovale adalah

kina, klorokuin dan amodiakuin.

5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan

sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Penggunaan obat anti malaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk :

1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau

timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis

ini pada infeksi malaria oleh P.Falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase

eksoeritrosit.

2. Pengobatan kurativ dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.

3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau

mempengeruhi sporogonik nyamuk. Obat anti malaria yang dapat digunakan seperti

jenis gametosid atau sporontosid.

Adapun cara perawatan malaria yaitu :

1. Istirahat total di tempat tidur.

2. Berikan minuman sesuai kebutuhan.

3. Pemberian kompres hangat.

4. Menggunakan pakaian atau selimut tebal pada saat menggigil.

Page 14: Proposal kti keperawatan

5. Berikan makanan bubur

6. Hindarkan makanan yang merangsang seperti buah-buahan yang asam.

B. Lingkungan

Environment (lingkungan) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Faktor

lingkungan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu :

1. Lingkungan Fisik seperti terdapatnya genangan air disekitar rumah, banyaknya

Lingkungan fisik sangat mempengaruhi dalam perkembangbiakan nyamuk,seperti

banyaknya genangan air disekitar rumah, banyaknya sampah yang menumpuk, air parit

yang mampet.

2. Lingkungan Kimiawi

Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat

perindukan. (Depkes RI,2003)

3. Lingkungan Biologik (flora dan fauna)

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lainnya yang dapat

mempengaruhi kehidupan larva nyamuk (Gunawan, 2003).

1. Lingkungan sosial ekonomi dan budaya

Adapun yang termasuk lingkungan sosial ekonomi adalah status pendidikan, penghasilan, gizi

dan tempat perindukan buatan manusia. Sedangkan yang termasuk lingkungan sosial budaya

berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup seperti perilaku aktifitas di malam hari, tidur

menggunakan kelamu, ventilasi berkawat kassa, menggunakan obat anti nyamuk, pengetahuan

serta persepsi mesyarakat tentang malaria. Faktor tersebut terkadang lebih besar pengaruhnya

dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. (Depkes RI, 2003).

C. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria

1. Bebas jentik nyamuk

Page 15: Proposal kti keperawatan

Jentik nyamuk akan menjadi nyamuk yang akan menggganggu kenyamanan bahkan

dapat menularkan penyakit, seperti malaria.

Agar rumah bebas dari jentik dan nyamuk perlu dilakukan suatu tindakan pengendalian

mulai dari tempat perindukan nyamuk sampai jentiknya. Khususnya untuk pengendalian

tempat perindukan nyamuk anopheles dan nyamuk Aedes Aigepty adalah sebagai berikut

:

a. Pengendalian mulai dari tempat perndukan nyamuk sampai jentiknya.

1). Menutup bak penampungan air dalam rumah

2).Mengganti secara teratur air hewan peliharaan, vas bunga dan lain-lain.

3). Memasang kawat kasa pada jedela pintu dan lubang angin (ventilasi).

4). Menyakinkan bahwa pintu dan jendela tertutup rapat

5). Menggunakan kelambu dan obat pengusir nyamuk

b. Pengendalian nyamuk disekitar rumah

1). Membersihkan air yang tergenang di talang/atap

2). Menutup tempat penampungan air dan memperbaikinya bial ada kebocoran.

3). Mengatur pengalihan dan pembuangan air buangan

4). Menyimpan barang bekas dan barang buangan lainnya dalam bak tertutup.

5). Memanfaatkan hewan ternak sebagai umpan untuk tempat hinggapnya

nyamuk.

c. Pengendalian nyamuk di lingkungan

1). Melakukan pengaliran air yang tepat

2). Membuat desain saluran pembuangan air yang tepat guan dan parit penahan

3). Pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak mengalir seperti

kubangan selokan dan lain-lain.

4). Memangkas semak-semak dan cabang pohon yang tumbuh dekat rumah.

Page 16: Proposal kti keperawatan

5). Mengatur pembuangan air kotor dan sampah

D. Hipotesis

Lingkungan (environment) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Lingkungan fisik

sangat berpengaruh pada perkembang biakan nyamuk. Lingkungan fisik terdiri dari suhu,

kelembaban, serta curah hujan. Lingkungan rimah yang kurang baik bisa memungkinkan

bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kassa di ventilasi rumah, adanya genangan air

hujan diselokan- selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir. Walaupun lingkungan

tempat tinggal baik baik masih ada yang mengalami malaria. Hal ini berkaitan dengan

lingkungan sekitar tempat tinggal dan berkaitan dengan faktor manusia itu sendiri seperti

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan.

Ha : Ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian

malaria.

Ho : Tidak ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan

kejadian malaria

Page 17: Proposal kti keperawatan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah secara observasional analitik dengan

metode cross sectional dimana variabel independent, yaitu lingkungan tempat tinggal serta

variabel dependent, yaitu kejadian malaria akan diukur secara bersamaan (Sudigdo, 2002).

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1. Rancangan Penelitian

B. Kerangka Konsep

Variabel independent pada penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal, sedangkan

variabel dependent adalah kejadian malaria. Maka dapat dibuat hubungan variabel sebagai

berikut :

Bagan 3.2. Variabel Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent C. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Lingkungan

tempat tinggal

Keadaan tempat tinggal

responden dan tempat

perkembang biakan nyamuk

malaria

Observasi Chek list

Kurang : 0

Jika <60% (8

chek list)

Baik : 1 Jika

> 75% (11-14

check list)

Ordinal

Page 18: Proposal kti keperawatan

2. Kejadian

malaria

Penderita yang telah

terdiagnosa terkena malaria

yang diperoleh dari register

Format

pengumpulan data

(chek list)

Cek

dokumen

Malaria = 0

Tidak malaria

= 1

Nominal

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel penelitian yang menyangkut masalah yang

diteliti (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di Puskesmas

Sukamerindu baik yang terkena malaria maupun yang tidak terkena malaria sebanyak 77

rumah.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik pengambilan sampel dilakukan

secara total sampling yaitu. Seluruh populasi tempat tinggal keluarga di Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu sebanyak 77 rumah.

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sukamerindu pada bulan mei 2011.

F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari register mengenai alamat

rumah dan data primer yang diperoleh langsung dari responden yaitu data observasi dari

rumah penderita malaria.

Page 19: Proposal kti keperawatan

2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat komputer yang melalui

beberapa tahap berikut :

1. Editing Data

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan, kemungkinan kesalahan dan konstitusi

data

2. Coding Data

Memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan untuk mempermudah proses

pengolahan data. Untuk lingkungan kurang diberi kode 0, baik diberi kode 1,

sedangkan untuk kejadian malaria yang menderita malaria diberi kode 0 dan tidak

malaria diberi kode 1.

3. Entry data

Setelah dilakukan coding, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam master tabel

menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan

program SPSS for windows

4. Cleaning Data

Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak pada

masing-masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai

(scorer) yang ada sesuai pengumpulan data.

3. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Di lakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan terikat sehingga

dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel dengan rumus yang sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2005) :

Page 20: Proposal kti keperawatan

f

P = x 100 %

n

Keterangan :

P = Jumlah persentase yang dicari

f = Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

n = jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Di gunakan untuk melihat hubungan antara varibel independent (lingkungan tempat

tinggal) dan variabel dependent (malaria) dengan menggunakan analisis uji statistik X²

(chi-square), dengan tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. dengan

rumus :

(0- E )2

X2 = ∑

E

Keterangan :

X2 : Chi – square

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Untuk mengetahui derajat ke eratan hubungan variabel tersebut digunakan analisis

tabel 2 x 2 sebagai berikut :

Tabel 3.2. Tabel hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian

malaria

Page 21: Proposal kti keperawatan

Variabel Lingkungan Kejadian Malaria

Total Ya Tidak

Kurang

Baik

A

C

B

D

A + B

C + D

Total A + C B + D A + B + C + D

Keterangan :

A = Lingkungan tempat tinggal kurang, menderita malaria

B = Lingkungan tempat tinggal kurang, tidak menderita malaria

C = Lingkungan tempat tinggal baik, menderita malaria

D = Lingkungan tempat tinggal baik, tidak menderita malaria

Hasil Perhitungan diterjemahkan ;

Apabila X2 hitung > X2 tabel / P≤ 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal berhubungan

dengan kejadian malaria.

Apabila X2 hitung < X2 tabel / P > 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal tidak ada

hubungan dengan kejadian malaria.