proposal penelitian.docx
TRANSCRIPT
ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN SERTA PERUBAHAN PTKP TERHADAP PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ORANG PRIBADI( PEGAWAI KANTOR WALIKOTA TANGGERANG
SELATAN)
Dosen Pengampu : Angga Hidayat
NIDN : 0426108802
Disusun oleh :
Alfiah Widiyanti Khotimah (2013120959)
Dewi Cahyaningsih (2013121437)
Dewi Wulandari (2013122409)
Heliyana (2013121895)
Shellfy Rizky Mawasita (2013120846)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah menolong hambanya
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “ Analisis Perhitungan,
Penyetoran, Pelaporan setra Perubahan PTKP terhadap Pajak Penghasilan
Pasal 21 Orang Pribadi ( Pegawai Kantor Walikota Tanggerang Selatan )”
karena tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan proposal ini dengan baik .
Dalam proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan proposal
ini kami berterima kasih kepada :
1. Ketua Yayasan : Drs. H Darsono
2. Rektor : Drs. H. Dayat Hidayat , MM
3. Dr. Budi Hasmanto selaku dekan fakultas Ekonomi
4. Endang Ruhiyat , SE , MM selaku kaprodi Akuntansi
5. Angga Hidayat M.Pd selaku dosen pembimbing
Kami menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca. Terima kasih.
Pamulang, 20 Januari 2016
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
A. Latar Belakang Penelitian...................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................3
C. Pembatasan Masalah...........................................................................................4
D. Perumusan Masalah............................................................................................5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................................6
F. Kerangka Berfikir ..............................................................................................7
G. Hipotesis.............................................................................................................9
H. Sistematika Penulisan.........................................................................................9
I. Pendekatan Data dan Keilmuan..........................................................................11
J. Tim Peneliti........................................................................................................16
K. Jadwal Kegiatan..................................................................................................16
L. Anggaran.............................................................................................................17
M. Pedoman Peliputan Data.....................................................................................17
N. Metodologi Penelitian.........................................................................................18
O. Daftar Pustaka.....................................................................................................22
3
A. Latar Belakang PenelitianIndonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat
padat. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum,
wajib untuk membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung.
Apabila semua wajib pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk
membayar pajak, tentunya akan semakin besar pula pendapatan yang masuk
pada sektor pajak. Karena sumber pendapatan terbesar di Indonesia berasal
dari sektor pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak diperlukan adanya
peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat di bidang perpajakan.
Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2013:1) menyatakan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Ferdian (2014:1) Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia
diantaranya adalah pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak hadiah dan lain lian. Pajak menurut pasal 1
Undang-undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ferdian (2014:3) Undang-undang yang dipakai untuk mengatur
besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah
Undang-undang No.36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi
Undang-undang terdahulunya yaitu Undang-undang No.17 tahun 2000
Undang-undang pajak penghasilan menerapkan sistem pemungutan pajak
penghasilan secara self Asessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan
4
dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri jumlah pajak terhutang.
Dalam Mulyodiwarno (1986:47) Pajak penghasilan pasal 21
mengatur tentang pelunasan pajak penghasilan melalui pihak ketiga
(withholding)atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium dan sebagainya
yang diterima atau diperoleh subyek pajak sehubungan dengan pekerjaan
atas jasa pribadi.Dengan adanya pihak ketiga yang berperan menentukan
maka pembahasan tentang hak dan kewajiban pemotong pajak meliputi
menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan. Sebagai subyek pajak
atau penerimaan penghasilan pada umumnya orang pribadi sebagai balas
jasa dari faktor produksi manusia (man)serta kepandaian (skil)yang telah
diberikannya kepada pihak lain.
Mulyodiwarno (1986:75) Menghitung PPh pasal 21 langkah
pertama yang sangat penting bagi pemotong pajak karena dengan kesalahan
yang terjadi dalam menghitung pasal 21 yang dipotong akan terjadi
pemotongan yang terlalu besar atau terlalu kecil yang tentunya tidak
diketahui. Hasil pemotongan PPh pasal 21 dalam suatu masa/bulan wajib
disetorkan ke negara baik melalui kantor kas negara, kantor pos dan giro
ataupun bank-bank pemerintah yang telah ditunjuk. Setelah melalukan
penyetoran, pemotong pajak berkewajiban untuk menyampaikan laporan.
Laporan disampaikan ke instansi pajak yang bersangkutan.
Prasetyono (2011:58) menyatakan bahwa pengenaan pajak
penghasilan dilakukan secara periodik setiap tahun. Jangka waktu
pengenaan pajak ini dinamakan tahun pajak sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 1 UU PPh. Pada umumnya tahun pajak tersebut merupakan tahun
takwin yang dimulai 1 januari sampai 31 desember. Pengenaan pajak
penghasilan orang pribadi dalam negeri ditentukan melalui penghasilan
tidak kena pajak (PTKP). Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) merupakan
pengurangan penghasilan neto wajib pajak orang pribadi untuk
5
menghasilkan penghasilan kena pajak sebelum dikenakan tarif pajak
penghasilan. Penghasilan tidak kena pajak dapat dikatakan sebagai
perlindungan terhadap minimum masyarakat yang harus terpenuhi
(subsistence level allowances). Jadi jumlah penghasilan tidak kena pajak
dikaitkan dengan pengeluaran konsumsi personal untuk mempertahankan
dan memelihara standar hidup relatif wajib pajak.
Ferdian (2014:5) menyatakan Undang-undang yang dipakai untuk
mengatur besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah Undang-
undang nomor 7 tahun 1983, pasal 7 ayat (1) tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali berubah. Seiring dengan berkembangnya
perpajakan di Indonesia dengan mempertimbangkan perkembangan di
bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok
yang semakin meningkat, perlu dilakukannya penyesuaian terhadap
besarnya penghasilan tidak kena pajak.
Dengan demikian penulis tertarik untuk mengambil sebuah judul
penelitian “Analisis Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan serta Perubahan
PTKP terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 Orang Pribadi (Pegawai Kantor
Walikota Tanggerang Selatan)” agar kita tidak hanya mengetahui tentang
perhitungan PPh pasal 21 saja tetapi juga mengetahui cara penyetoran dan
pelaporannya sehingga bisa menambah pengetahuan , selain itu kami juga
membahas mengenai PTKP karena seringnya perubahan yang terjadi pada
PTKP beberapa tahun yang lalu.
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat
didefinisikan beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Adanya perubahan perhitungan PPh pasal 21.
2. Kurangnya pengetahuan pegawai mengenai cara penyetoran dan
pelaporan PPh pasal 21.
6
3. Adanya perubahan Undang-undang yang mengatur tentang perpajakan
mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
4. Adanya perubahan penghasilan tidak kena pajak terhadap PPh pasal 21.
C. Pembatasan MasalahDalam penelitian ini penulis membuat batasan-batasan, mengingat
pajak merupakan bidang yang cukup luas untuk dibahas secara satu persatu
dan terperinci. Adapun batasan yang penulis lakukan adalah :
1. Definisi
a. Perhitungan
Mulyodiwarno (1986:75) menyatakan bahwa perhitungan pajak
penghasilan merupakan langkah pertama yang sangat penting bagi
pemotong pajak. Dengan mengenali subyek pajak, memahami obyek
pajaknya serta memperhitungkan penghasilan netto maka PPh pasal
21 harus dipotong adalah perkalian penghasilan netto/penghasilan
kena pajak dikalikan dengan tarif.
b. Penyetoran
Dalam Prastowo, dkk (2014:52) Penyetoran adalah kegiatan
membayar pajak oleh pemotong atau pemungut pajak ke kantor pos
atau bank yang ditunjuk. Penentuan tanggal jatuh tempo penyetoran
pajak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2007 tanggal 28 desember 2007.
c. Pelaporan
Dalam Prastowo, dkk (2014:61) Pelaporan adalah penyampaian
hasil perhitungan dan pembayaran/ penyetoran ke kantor pajak
menggunakan surat pemberitahuan yang telah ditentukan. Pelaporan
juga bisa menjadi masalah tersendiri karena tidak jarang ada wajib
pajak yang tidak melaporkan hasil pembayarannya, entah karena lupa,
malas, ataupun alasan lainnya.
d. Perubahan PTKP
7
Resmi (2014:96) Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak.
Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak wajib pajak orang
pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah
penghasilan tidak kena pajak.Alasan pemerintah dalam mengubah
penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yaitu untuk penyesuaian upah
minimum provinsi (UMP) dan upah minimum kabupaten (UMK),
untuk menjaga daya beli masyarakat sebagaimana diketahui dalam
beberapa tahun terakhir telah terjadi pergerakan harga kebutuhan
pokok yang cukup signifikan, sebagai dampak dari kebijakan
penyesuaian harga BBM, terkait dengan kondisi ekonomi terakhir
yang menunjukan trend terlambatan ekonomi akibat dari perlambatan
ekonomi global khususnya mitra dagang utama Indonesia. Maka,
untuk mendorong naik kembali laju pertumbuhan ekonomi langkah
pemerintah yaitu dengan melakukan penyesuaian batasan PTKP
dengan harapan dinaikannya batasan PTKP ini dapat menaikan
permintaan domestik dengan tetap terus mendorong daya beli
masyarakat.
e. Pajak penghasilan pasal 21
Prasetyono (2011:46) Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi.
2. Tempat penelitian dilakukan pada kantor Walikota Tanggerang Selatan
dan lama waktu melakukan penelitian selama satu bulan dari bulan
pembuatan proposal ini.
8
D. Perumusan MasalahBerdasarkan pada identifikasi masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya perumusan masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pegawai kantor
Walikota Tanggerang Selatan ?
2. Bagaimana cara penyetoran pajak penghasilan pasal 21pegawai kantor
Walikota Tanggerang Selatan ?
3. Bagaimana cara pelaporan pajak penghasilan pasal 21pegawai kantor
Walikota Tanggerang Selatan ?
4. Bagaimana perubahan PTKP terhadap pajak penghasilan pasal 21 orang
pribadi kantor Walikota Tanggerang Selatan ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara perhitungan pajak penghasilan pasal 21
pegawai kantor Walikota Tanggerang Selatan.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara penyetoran pajak penghasilan
pasal 21.
c. Untuk mengetahui bagaimana cara pelaporan pajak penghasilan pasal
21.
d. Untuk menganalisa pengaruh perubahan PTKP atas PPh pasal 21
terhutang terhadap jumlah penghasilan yang diterima oleh orang
pribadi pegawai kantor Walikota Tanggerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai perhitungan,
penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 serta dapat menambah
9
wawasan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
2) Bagi Pembaca
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi pembaca agar
dapat menambah pengetahuan tentang perpajakan mulai dari
perhitungan, penyetoran, pelaporan serta perubahan PTKP terhadap
PPh pasal 21 orang pribadi.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan
sebagai bahan masukan informasi kepada para pegawai kantor
Walikota Tanggerang Selatan untuk dijadikan panduan mengenai
pengetahuan perpajakan.
F. Kerangka PemikiranMenurut Muhammad (dalam Ferdian, 2014:14) kerangka
pemikiran adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu
penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.
Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintensiskan
dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pemikiran
memuat teori dalil atau konsep-konsep yang dijadikan penelitian.
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
perhitungan, penyetoran, pelaporan serta perubahan PTKP terhadap pajak
penghasilan pasal 21 orang pribadi pada kantor Walikota Tanggerang
Selatan. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) perhitungan
(X1), penyetoran (X2), pelaporan (X3), perubahan PTKP (X4), dan variabel
terikat (Y) pajak penghasilan pasal 21 orang pribadi.Berdasarkan deskripsi
teori diatas maka digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
10
11
FenomenaPerhitungan, penyetoran, pelaporan serta perubahan PTKP
terhadap pajak penghasilan pasal 21 orang pribadi
Perpajakan
Tempat Penelitian
Kantor Walikota Tanggerang Selatan
JudulAnalisis perhitungan, penyetoran, pelaporan serta perubahan PTKP terhadap pajak penghasilan pasal 21 orang pribadi pegawai kantor
Walikota Tanggerang Selatan
Variabel X Perhitungan Penyetoran Pelaporan Perubahan PTKP
Variabel Y Pajak penghasilan pasal
21 orang pribadi
Metode Kualitatif
Hasil
G. HipotesisSupardi (2005:69) Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan
sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus
dibuktikan kebenarannya melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis
dapat benar atau terbukti dan tidak terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta
dari hasil penelitian lapangan. Kerlingger, mengatakan bahwa hipotesis
adalah suatu pernyataan pendugaan, suatu proposisi sementara mengenai
hubungan antara dua atau lebih fenomena atau variabel. Sementara itu
Murdick, menyatakan bahwa hipotesis adalah merupakan penjelasan
sementara (provisional explanation)mengenai suatu fenomena atau
merupakan solusi tentatif terhadap suatu masalah.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
terdapat perubahan pada perhitungan, penyetoran, pelaporan serta perubahan
penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap pajak penghasilan pasal 21
orang pribadi.
H. Sistematika PenulisanSistematika pembahasan dalam penuliasan ini ditujukan untuk
memberikan gambaran serta mempermudah pembahasannya secara garis
besar mengenai apa yang dikemukakan didalam tiap-tiap bab. Berikut
sistematika penulisan yang digunakan sebagai berikut :
1. Sampul muka
2. Halaman pengesahan
3. Halaman pernyataan
4. Halaman abstrak (Bahasa Indonesia)
5. Halaman abstract (Bahasa Inggris)
6. Kata pengantar
7. Daftar isi
8. Daftar tabel
9. Daftar gambar
12
10. Daftar lampiran
11. Bagian utama
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah
b. Identifikasi masalah
c. Pembatasan masalah
d. Perumusan masalah
e. Tujuan dan manfaat penelitian
f. Kerangka pemikiran
g. Hipotesis
h. Sistematika penulisan
i. Teori/tinjauan pustaka/kerangka pemikiran
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis penelitian
b. Model penelitian
c. Populasi dan sampel
d. Teknik pengumpulan data
e. Pengolahan dan analisis data
f. Operasionalisasi variabel
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
12. Bagian akhir
a. Daftar pustaka
b. Lampiran
c. Surat bukti atau keterangan melakukan penelitian
I. Pendekatan Data dan Keilmuan
13
Resmi (2014:1) Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya
digunakan untuk public savinguntuk membiayai public invesment.
Mardiasmo (2013:155) menyatakan bahwa Undang-undang yang
mengatur mengenai pengenaan pajak penghasilan PPh terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan, dalam Undang-undang PPh disebut wajib pajak.
Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir tahun pajak.
Mardiasmo (2013:199) Untuk menghitung PPh pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan
bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan yang meliputi seluruh
gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang
lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JK) dan Premi Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi
premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh pemberi kerja untuk
pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh pasal
21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayar oleh
pemberi kerja kepada pegawai.
Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang
diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan sebulan dengan biaya
jabatan serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau Tunjangan
14
Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui
pemberi kerja kepada dan pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan atau kepada Badan Penyelenggara Program Jamsostek.
Apabila pajak yang terhutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan
atas gaji sebulan maka untuk menghitung PPh pasal 21 jumlah penghasilan
tersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan
mempergunakan faktor perkalian gaji untuk masa seminggu dikalikan
dengan 4 sedangkan gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26 selanjutnya
dihitung penghasilan neto setahun, yaitu penghasilan neto sebulan dikalikan
12.
Setelah diketahui adanya pajak terutang (objek pajak) dan pihak
yang bertanggung jawab terhadap pembayarannya ke Kas Negara (subjek
pajak), kewajiban berikutnya adalah pembayaran dan penyetoran pajak.
Kewajiban membayar pajak yang terutang dinyatakan dalam pasal 10 ayat 1
UU KUP yang berbunyi “WP wajib membayar atau menyetor pajak yang
terutang yang menggunakan SSP ke Kas Negara melalui tempat pembayaran
yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan”
Sarana yang dipakai untuk pembayaran dan penyetoran pajak
adalah SSP, SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau cara lain ke Kas Negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. SSP
berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
pejabat kantor penerima pembayaran berwenang atau apabila telah
mendapatkan validasi, dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara
(NTPN). (Pasal 10 ayat 1a UU KUP).
Tax Centre (2014:30) Berdasarkan pasal 9 ayat 1 UU KUP, tanggal
jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu
masa pajak bagi masing-masing jenis pajak ditentukan oleh Menteri
Keuangan, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak
15
atau berakhirnya masa pajak. Berdasarkan PMK No.184/PMK.03/2007,
Jo.PMK No.80/PMK.03/2010 ditentukan yaitu untuk PPh pasal 21 yang
dipotong oleh pemungut PPh jatuh tempo paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Tax Centre (2014:47) Pelaporan wajib pajak orang pribadi harus
dilakukan setiap tahun dengan melaporkan penghasilnya yang
diterima/diperoleh selama satu tahun tertentu. Penghasilan yang diperoleh
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis wajib pajak dalam bentuk
apapun (sesuai dengan pasal 4 ayat 1 UU PPh). Dalam hal terdapat
penghasilan tahun sebelumnya yang belum dilaporkan, maka dapat
dilaporkan dengan melakukan pembetulan atas SPT yang telah dilaporkan,
wajib pajak yang menyampaikan SPT tahunan adalah pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
atau kegiatan dan/atau yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu pemberi kerja.
Wajib pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan dengan cara:
a. Langsung
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat wajib pajak terdaftar.
c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak
terdaftar.
d. e-Filling bisa melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id) atau penyedia Jasa Aplikasi/Application Service
Provider (ASP).
Andiyanto, dkk (2014:1) Direktorat Jenderal Pajak dalam proses
menghimpun pajak, menerapkan beberapa aturan dalam menentukan pajak
yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak, beberapa diantaranya adalah biaya
jabatan, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan tarif pajak berlapis yang
16
dikenakan terhadap penghasilan kena pajak Wajib Pajak Orang Pribadi.
Fasilitas-fasilitas tersebut diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
(WPOP) agar tercipta keadilan pada setiap Wajib Pajak dari WP kaya
berpenghasilan tinggi sampai dengan WP yang berpenghasilan menengah
kebawah selain itu fasilitas tersebut diberikan agar masyarakat tidak terlalu
terbebani dengan beban pajak yang harus dibayarnya. Salah satu fasilitas
yang diberikan DJP adalah PTKP, PTKP digunakan untuk menghitung
besarnya penghasilan kena pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
negeri yang bekerja sebagai pagawai/karyawan/buruh/ memiliki pekerjaan
bebas, yang memilki penghasilan.
Andiyanto, dkk (2014:2) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
yang ditetapkan sejak reformasi perpajakan tidak memilki nilai yang tetap,
dari tahun 1983 sampai saat ini batasan penghasilan tersebut terus
mengalami perubahan. Penetapan besarnya PTKP tersebut telah disesuaikan
dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta harga kebutuhan pokok
yang setiap waktu semakin meningkat. Ditengah perlambatan ekonomi
global kebijakan tersebut diambil agar daya beli masyarakat meningkat.
PTKP identik dengan standar biaya hidup, berkurangnya pajak penghasilan
diharapkan membuat masyarakat bisa menikmati lebih banyak
penghasilannya dalam bentuk konsumsi maupun saving/ tabungan.
Tax Centre (2014:19) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) berdasarkan pasal 7 UU PPh tahun pajak 2009 sampai dengan tahun
pajak 2012 adalah sebagai berikut :
a. Rp. 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) untuk diri wajib pajak sendiri.
b. Rp. 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk wajib pajak yang kawin.
17
c. Rp. 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami.
d. Rp. 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Tax Centre (2014:19) Pada tahun 2013 dengan dikeluarkannya
PMK-162/PMK.11/2012 tentang penyesuaian besarnya PTKP, maka mulai
tahun pajak 2013 besarnya PTKP ditentukan sebagai berikut :
a. Rp. 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri
wajib pajak sendiri.
b. Rp. 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
wajib pajak yang kawin.
c. Rp. 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan
untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
d. Rp. 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
terhitung mulai tanggal 1 januari 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang penyesuaian
besarnya penghasilan tidak kena pajak sebagai berikut :
a. Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) untuk diri wajib pajak
sendiri.
b. Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang
kawin.
18
c. Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) tambahan untuk seorang
istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
d. Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.
(Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: Per-32/PJ/2015)
J. Tim Peneliti Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak karena penulis tidak dapat menyelesaikannya
tanpa bantuan dan dukungan serta doa. Penulis ingin mengucapakan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
2. Kedua orangtua kami yang sudah memberika dukungan dan semangat
dalam mengerjakan penelitian ini.
3. Seluruh tim yang bertugas dalam penelitian ini dengan saling bertukar
pikiran, pengalaman, serta dukungan satu sama lain.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan terhadap kami.
K. Jadwal Kegiatan2015Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
Penyusunan ProposalPengumpulan ProposalSeminar ProposalPenyusunan SkripsiPengumpulan DataSidang SkripsiRevisi SkripsiWisuda
2016 2017
19
L. AnggaranNo Anggaan Jumlah1 Biaya Print Rp 500.000 2 Biaya Transportasi Rp 500.000 3 Biaya Konsumsi Rp 1.000.000 4 Biaya Penyusunan Proposal & Skripsi Rp 1.000.000 5 Biaya Pembimbing Rp 1.000.000 6 Biaya Wisuda Rp 2.000.000
Jumlah Rp 6.000.000
M. Pedoman Peliputan DataDalam setiap penelitian peneliti dituntut untuk menguasai teknik
pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif
dari sumber primer dan sumber sekunder :
1. Data Primer
Sekaran (2006:60) menyatakan bahwa data primer merupakan data
yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh
peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi.
Beberapa contoh sumber data primer (primary data) adalah responden
individu, kelompok fokus dan panel yang secara khusus ditentukan oleh
peneliti dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu dari
waktu ke waktu, atau sumber umum seperti majalah atau buku tua.
Internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan
melalui internet.
2. Data Sekunder
Sugiyono (2012:225) data sekunder adalah sumber data yang tidak
memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber
data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data
primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Data ini
20
digunakan untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh
baik dari wawancara maupun dari observasi langsung ke lapangan.
N. Metodologi Penelitian1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar. Supardi
(2005:25) menyatakan penelitian dasar yaitu penelitian dalam rangka
menentukan suatu generalisasi dan ilmu pengetahuan untuk teori-teori
baru. Penelitian dasar ini dilakukan semata-mata untuk merumuskan dan
menentukan koklusi-koklusi keilmuan dan teori, bukan untuk menjawan
permasalahan praktis.
2. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Sugiyono
(2012:9) menyatakan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk penelitian
pada kondisi yang alamiah. Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting)disebut juga sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah) teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi dan wawancara mendalam. Berikut teknik
pengumpulan data pada penelitian kualitatif :
a. Studi Kepustakaan
Supardi (2005:34) penelitian kepustakaan merupakan penelitian
yang informasinya diperoleh dari sumber pustaka (bacaan) baik
21
berupa buku-buku, hasil penelitian, dan bahan bacaan yang lainnya
yang ada dalam perpustakaan sehingga memperoleh pengetahuan
secara teoritis mengenai masalah atau topik yang dibahas.
b. Observasi
Supardi (2005:136) observasi merupakan pengamatan,
perhatian, atau pengawasan. Observasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan
pengamatan terhadap subyek dan atau obyek penelitian secara
seksama (cermat dan teliti) dan sistematis. Dengan demikian peneliti
melakukan pencatatan secara seksama dan sistematis terhadap apa dan
bagaimana serta pertanyaan-pertanyaan yang lainnya yang dilihat,
didengar maupun dirasakan terhadap subyek/obyek yang diamati
tersebut
c. Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2012:231) wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Macam-macam jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur
(peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan
diperoleh sehingga peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan),
wawancara semi struktur (pelaksanaan wawancara lebih bebas, dan
bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka
dimana responden diminta pendapat dan ide-idenya), dan wawancara
tidak terstruktur (merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya).
22
4. Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis desktiptif kualitatif karena memberikan fakta dari
prosedur atau kejadian yang terjadi dengan tujuan untuk membuat
gambaran secara sistematik dan akurat serta sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk menguraikan, menjelaskan, dan menegaskan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perhitungan, penyetotan,
pelaporan serta perubahan penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
terhadap pajak penghasilan pasal 21.
5. Operasionalisasi Variabel
Supramono & Damayanti (2015:84) menyatakan cara perhitungan
PPh pasal 21 sama dengan menghitung pajak penghasilan umum. Tetapi
pengurangan selain PTKP, juga termasuk di dalamnya biaya jabatan,
biaya pensiun, iuran pensiun, selain itu tarif yang digunakan juga
bervariasi.
Djuanda & Lubis (2009:86) penyetoran PPh pasal 21/26 untuk
masa pajak paling lambat adalah tanggal 10 bualan berikutnya. Apabila
jatuh pada hari libur penyetoran dilakukan pada hari berikutnya.
Pelaporan PPh pasal 21/26 paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya dan jika jatuh pada hari libur dilakukan pada hari kerja
sebelumnya sedangkan pelaporan SPT tahunan PPh pasal 21 paling
lambat 31 maret tahun takwin berikunya (termasuk pemotong yang tahun
buku tidak sama dengan tahun takwin).
Djuanda & Lubis (2009:68) besarnya penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) orang pribadi adalah berdasarkan status wajib pajak yang
bersangkutan. Sedangkan status wajib pajak ditentukan menurut keadaan
pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
Resmi (2014:96) Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) merupakan
jumlah penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak. Untuk
23
menghitung besarnya penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi
dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah penghasilan
tidak kena pajak.Alasan pemerintah dalam mengubah penghasilan tidak
kena pajak (PTKP) yaitu untuk penyesuaian upah minimum provinsi
(UMP) dan upah minimum kabupaten (UMK), untuk menjaga daya beli
masyarakat dan untuk mendorong naik kembali laju pertumbuhan
ekonomi langkah pemerintah yaitu dengan melakukan penyesuaian
batasan PTKP dengan harapan dinaikannya batasan PTKP ini dapat
menaikan permintaan domestik dengan tetap terus mendorong daya beli
masyarakat.
Djuanda & Lubis (2009:73) menyatakan PPh pasal 21 adalah pajak
yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh pasal 21
yang dipotong oleh pihak lain tersebut sepanjang tidak bersifat final
dapat dikreditkan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri terhadap
pajak penghasilan (PPh) yang terutang pada akhir tahun pajak yang
bersangkutan.
24
O. Daftar PustakaAndiyanto, Dimas, Dkk. (2014). Analisis Perubahan Penghasilan tidak Kena
Pajak (PTKP) terhadap Tingkat Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak
Orang Pribadi & Penerimaan Pajak Penghasilan (Study pada KPP
Pratama Malang Selatan dan KPP Pratama Banyuwangi periode
2009-2013. Jurnal Mahasiswa Perpajakan : vol = 2, No.1. Diakses
4 Januari 2016. Perpajakan.Studentjournal.ub.ac.id
Djuanda, Gustian & Lubis Irwansyah. (2009). Pelaporan Pajak
Penghasilan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ferdian, Dwi Efri. (2014). Analisis Perubahan Penghasilan tidak Kena
Pajak terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21. Universitas
Pamulang : Skripsi yang tidak diterbitkan
Mardiasmo. (2013). Perpajakan. Yogyakarta : CV Andi Offest
Mulyodiwarno, Nuryadi. (1986). Tata Cara Pelunasan Pajak Penghasilan.
Jakarta : CV Eko Jaya
Peraturan Direktur Jenderal Pajak. No : Per-32/PJ/2015 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/ atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa & Kegiatan Orang Pribadi.
Prasetyono, Dwi Sunar. (2011). Panduan Lengkap Tata Cara &
Perhitungan Pajak Penghasilan + Petunjuk Pengisian SPT.
Yogyakarta : Laksana
Prastowo, Yustinus, Dkk. (2014). Pintar Menghitung Pajak. Jakarta : Raih
Asa Sukses
Resmi, Siti. (2014). Perpajakan Teori & Kasus. Jakarta : Salemba Empat
Sekaran, Uma. (2006). Research Methodes for Business. Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&N.
Bandung : Alfabeta
25
Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta : UII
Press
Supramono & Damayanti, Theresia Woro. (2015). Perpajakan Indonesia
Mekanisme & Perhitungan. Yogyakarta : CV Andi Offset
Team Tax Centre. (2014). Modul Pajak Terapan Brevet A&B. Tanggerang
Selatan : Bina Fiskal Indonesia
26