proses manajerial kjk, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

105
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencangkup perubahan orientasi dan organisasi system sosial, ekonomi, politik serta kebudayaan. Tujuannya adalah meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran berkaitan dengan aspek ekonomi, dapatdiukur dengan tingkat produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Sebagai sebuah proses, pembangunan menunjukkan adanya hubungan saling pengaruh antara berbagai faktor yang dihasilkannya. Dari hubungan tersebut dapat diketahui tahap-tahap yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pemberdayaan (empowering). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memandang perlu untuk memberikan bantuan 1

Upload: vuongdien

Post on 02-Feb-2017

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang

mencangkup perubahan orientasi dan organisasi system sosial, ekonomi, politik

serta kebudayaan. Tujuannya adalah meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran berkaitan dengan aspek ekonomi,

dapatdiukur dengan tingkat produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Sebagai

sebuah proses, pembangunan menunjukkan adanya hubungan saling pengaruh

antara berbagai faktor yang dihasilkannya. Dari hubungan tersebut dapat diketahui

tahap-tahap yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf

kesejahteraan masyarakat.

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya

pemberdayaan (empowering). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memandang perlu

untuk memberikan bantuan masyarakat dengan pendekatan “Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM)” melalui Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK).

Program tersebut bersifat strategis, karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan

berupa institusi masyarakat yang memperkuat perkembangan masyarakat di masa

mendatang. Bantuan kepada masyarakat ini berupa dana yang dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan yang diusulkan, dilaksanakan dan diawasi oleh masyarakat itu

sendiri. Dana yang disalurkan ditujukan untuk dimanfaatkan sebagai modal usaha

produktif.

1

Page 2: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

PPMK dilaksanakan mulai tahun 2001. Tujuan awal PPMK adalah untuk

memberdayakan warga Jakarta yang kurang mampu dengan memberikan

pinjaman dana bergulir untuk usaha mikro. Program diperkuat dengan tiga jenis

hibah (Bina Fisik, Bina Sosial dan Bina Ekonomi) yang bertujuan untuk

memperkuat jaringan masyarakat di tingkat kelurahan dengan mendorong kerja

sama antar individu demi menumbuhkan kesejahteraan warga masyarakat.

Pada tahun 2008 Program PPMK berubah nama menjadi Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEMK) dikhususkan pada bina ekonomi.

Adapun dana yang sudah disalurkan jumlahnya banyak, seperti dapat dilihat pada

tabel berikut yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk miskin

dan jumlah penyaluran dana untuk program PEMK di DKI Jakarta mulai dari

tahun 2009 sampai dengan 2011.

Tabel 1.1

Data Peningkatan Penurunan Kemiskinan

Tahun Persentase %

Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta

(orang)

JumlahDana Penyaluran

(milyard)2008 12,16 323200 7.98

2009 12,15 312200 105.499

2010 12,05 363420 213.413 Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah dana yang

disalurkan dalam tingkat yang sangat tinggi, secara umum sampai dengan tahun

2011 mencapai 108% dibanding dengan tahun 2010. Akan tetapi, jika dilihat dari

segi jumlah masyarakat miskin ternyata bahwa pada tahun 2011 terjadi

2

Page 3: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

penambahan kembali walaupun pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan.

Dengan demikian muncul pertanyaan : apakah program tersebut memang relevan

untuk masyarakat Jakarta untuk dapat mencapai tujuan berupa peningkatan

kesejahteraan yang kemudian menurunkan angka kemiskinan ? Untuk

kepentingan tersebut maka perlu dilakukan studi evaluatif terhadap implementasi

program dalam hal efisiensi, efektifitas, pencapaian sasaran, serta bagaimana

proses manajerial yang diterapkan guna memperbaiki program-program

selanjutnya.

Penelitian ini menjadi sangat penting mengingat bahwa salah satu proses

manajerial yang perlu ditingkatkan adalah dalam hal pengendalian terhadap proses

dan hasil yang dicapai. Ketidakmampuan menilai hasil evaluasi yang tepat atas

hasil sebuah pekerjaan, dapat meningkatkan kinerja pada proses selanjutnya dan

dapat mengurangi kritik terhadap diri sendiri yang seyogyanya merupakan hal

utama dalam rangka rencana-rencana kerja selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Guna meningkatkan kesejahteraan hidup warga sekaligus menggerakan

roda perekonomian, Pemprov DKI Jakarta menyalurkan dana Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK). Sebelumnya dana PEMK juga sudah

pernah digulirkan kepada kelurahan dengan dewan kelurahan (Dekel) sebagai

pengelolanya.

Melihat kebutuhan warga atas dukungan modal awal untuk membuka

usaha mandiri cukup besar, Pemprov DKI Jakarta kemudian mengambil

kebijakan pelaksanaan yaitu pada tahun 2008 program bina ekonomi dijadikan

program tersendiri. Adapun dana yang sudah digulirkan untuk program PEMK

3

Page 4: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

bina ekonomi sampai dengan tahun 2011 adalah sekitar 272,5 M kepada 267

kelurahan. Tujuan yang ingin dicapai Pemprov DKI Jakarta melalui program

PEMK bina ekonomi tersebut yaitu mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di

masyarakat khususnya melalui pengurangan tingkat pengangguran.

Untuk dapat Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan

(PEMK) berjalan dengan efektif maka keefektifan program ini sangat penting

untuk diketahui. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian (Research Question) mendasar yang

perlu dijawab dan dipecahkan :

1. Bagaimana proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan program

PEMK sesuai dengan tujuan dari program ini ?

2. Bagaimanakah efektifitas keberhasilan program PEMK bagi upaya

pemberdayaan masyarakat dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan

dilaksanakannya program ini ?

3. Bagaimana prospek PEMK ke depan berkaitan dengan proses pemberdayaan

masyarakat ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya mengevaluasi PEMK (LKM) pada Koperasi

Jasa Keuangan (KJK) Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan periode Februari

2010 – Agustus 2011, berkaitan dengan proses manajerialnya, hasil yang dicapai,

dan keterkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat.

4

Page 5: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan hasil

penelitian ini adalah dengan menggunakan enam bab utama, terdiri atas :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

masalah, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang menerangkan tentang

pemberdayaan dan teori-teori lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

BAB III TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN

Berisi tujuan penelitian dan manfaat penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode pengumpulan data, pengambilan sampel,

pengukuran data, dan analisis data.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang Deskripsi Obyek Penelitian dan Analisis Data serta

pembahasan.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas

dan saran bagi pihak-pihak terkait sesuai dengan hasil penelitian

yang ada diharapkan akan menjadi masukan sebagai tindak lanjut

dari penelitian ini

5

Page 6: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan bermaksud membantu klien untuk mengambil keputusan

dan bertindak atas hidupnya dengan mengurangi dampak kelompok social atau

kelompok personal dalam rangka melatih keberdayaannya, dengan

mengembangkan kapasitas dan kepercayaan diri untuk menggunakan

keberdayaan, dengan menstranfer keberdayaan dari lingkungan kepada klien.

Pengertian lain dari pemberdayaan berarti menampilkan peran-peran aktif

dan kerja sama bagi klien atau penerima pelayanan dan mitranya. Menurut

Baharsyah (1999) pemberdayaan adalah suatu proses yang dapat dimulai dan

dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau

penentuan diri sendiri, sementara proses lainnya hanya dengan memberikan iklim,

hubungan, sumber-sumber, dan alat-alat yang dapat meningkatkan kehidupan

masyarakat.

Jadi pemberdayaan didasarkan pada keadilan sosial dimana individu atau

masyarakat merupakan subyek yang selayaknya dihargai dan dimotivasi untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Pemberdayaan bermaksud mengarahkan

individu atau masyarakat untuk memanfaatkan peluang yang ada seoptimal

mungkin, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

6

Page 7: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Shardlow (1998), melihat bahwa berbagai pengertian tentang

pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan

untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam

kesimpulannya lebih lanjut Shardlow (1998), menggambarkan bahwa

pemberdayaan sebagai suatu gagasan tentang self determination, yang dikenal

sebagai salah satu prinsip dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.

Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan diri sendiri, apa yang

harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya menghadapi permasalahan yang ia

hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran penuh dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.

Anwar (2000a) mengungkapkan bahwa pemberdayaan mengandung arti

secara luas kepada ekspansi dari kebebasan membuat alternatif pilihan (freedom

of choice) dan tindakan-tindakan untuk membentuk kehidupan. Seseorang

memiliki kontrol terhadap sumberdaya-sumberdaya dan pengambilan keputusan/

Inti konsep pemberdayaan masyarakat adalah pada bagaimana menjadikan

masyarakat menjadi intended beneficiaries dan sekaligus mampu mengelola

potensinya sendiri untuk berkembang dan mandiri dalam menghadapi berbagai

tantangan dan perubahan yang terjadi demikian pesatnya. Ini berarti bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses peningkatan kapasitas melalui

peningkatan pengetahuan dan keterampilan (formal maupun informal) dengan

menyediakan fasilitas yang diperlukan guna menghadapi kehidupan sehari-

harinya.

7

Page 8: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Lebih lanjut Anwar (2000b), menjelaskan bahwa walaupun tidak ada

model upaya pemberdayaan yang dianggap untuk dapat dijadikan panutan,

pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa elemen penting dalam

pemberdayaan yang berhasil. Dalam kaitan ini, ada empat elemen kunci

pemberdayaan yang harus mendasari reformasi institusional, yaitu :

1. Akses kepada informasi, informasi dapat dipandang sebagai suatu sumber

kekuatan. Siapa yang menguasai sumber informasi dan memiliki akses lebih

baik kepada sumber informasi akan dapat menentukan arah dan tujuan

pelaksanaan pembangunan. Karenanya masyarakat harus mampu menguasai

informasi yang diperlukannya. Informasi merupakan kekuatan. Arus informasi

yang mengalir dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya bersifat

kritis dalam penciptaan warganegara yang bertanggung jawab dan pemerintah

yang cepat tanggap dan dipercaya (responsive and accountable). Warga

Negara yang terinformasi lebih dapat memanfaatkan kesempatan, akses

terhadap pelayanan publik, menerapkan hak-haknya, dan menjaga

akuntabilitas pejabat Negara dan non Negara. Sedangkan wilayah-wilayah

kritisnya adalah kinerja pemerintah dan sektor swasta, jasa keuangan dan

pasar, serta peraturan dan hak sehubungan dengan pelayanan dasar.

2. Keterlibatan dan partisipasi. Suatu pendekatan pemberdayaan kepada

partisipasi masyarakat memperlakukan kelompok marjinal orang-orang miskin

sebagai mitra pembangunan. Pendekatan pemberdayaan memperlakukan

masyarakat miskin sebagai pendamping pemerintah yang memiliki

penguasaan terhadap keputusan dan sumberdaya hingga tingkatan yang kecil.

8

Page 9: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Keterlibatan kelompok miskin dan kelompok tersaing lainnya dalam

pembuatan keputusan sangat penting dalam menjamin agar sumberdaya publik

yang terbatas dibangun atas kepentingan local dan dapat menumbuhkan

komitmen akan perubahan. Keterlibatan kelompok ini sangat kritikal dan

dapat menjamin pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang terbatas

seefisien mungkin.

3. Akuntabilitas. Akuntabilitas lebih diperuntukan kepada penyelenggara

pemerintah itu sendiri. Sedikitnya, ada tiga akuntabilitas yang harus dipenuhi

penyelenggara pemerintah, yaitu : Akuntabilitas politik dan perwakilannya

yang dapat berlangsung secara ketat melalui pemilihan umum; Akuntabilitas

administrative dari instansi-instansi pemerintah yang dapat diuji dalam

mekanisme akuntabilitas internal; dan Akuntabilitas sosial berupa

pertanggung jawaban kepada masyarakat.

4. Kapasitas organisasi local (local organizational capacity). Aspek ini

berkaitan dengan kemampuan orang-orang untuk dapat bekerjasama dan

mengorganisasikannya sendiri serta mampu memobilisasikan sumberdaya-

sumberdaya untuk memecahkan persoalan-persoalan yang menjadi perhatian

bersama.

Menurut Sumodiningrat (1997), pemberdayaan masyarakat bertali erat

dengan upaya penanggulangan masalah-masalah pembangunan, seperti

pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. Upaya pemberdayaan masyarakat

tersebut harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

9

Page 10: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan

masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah

upaya membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya

untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang positif dan nyata,

penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai

peluang yang membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam

memanfaatkan peluang.

3. Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam pemberdayaan harus dicegah

yang lemah menjadi bertambah lemah. Jadi pemberdayaan memerlukan cara-

cara konkrit untuk mewujudkannya. Tanpa cara-cara atau langkah-langkah

yang tepat pemberdayaan akan mengalami banyak kendala.

Ada 4 ciri yang perlu diidentifikasi apakah pemberdayaan sudah tercapai atau

belum, ke empat ciri tersebut adalah (Budiman, 2007) :

1. keberlanjutan (sustainability), maksudnya bahwa proses

pemberdayaan berlangsung sepanjang waktu dalam jangka panjang bahkan

setelah fasilitator sudah tidak lagi bertugas (Bossel, 1999)

2. integratif (integrative), pemberdayaan melibatkan segala aspek

yang ada di dalam masyarakat (Robbins, 1991; Sen, 1999; Friedmann, 1992)

10

Page 11: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

3. partisipatif (participative), pemberdayaan melibatkan semua pihak

yang terkait (stakeholder) di dalam masyarakat di mana proses tersebut

dilaksanakan (World Bank, 2002; Conger dan Kanungo, 1988; Ohama, 2001a)

4. mandiri (self-sustain), sebagai hasil dari proses yang dilakukan di

mana masyarakat tidak lagi mempunyai ketergantungan yang besar kepada

pihak dari luar wilayah mereka (Djohani, 1996; Rowlands dalam Eade, 1996;

World Bank, 2002)

Untuk dapat mengetahui keberhasilan suatu proses pemberdayaan berikut

diuraikan beberapa indikator, McVay (1997 : 17–29) mengemukakan beberapa

ukuran keberhasilan sebuah lembaga jasa pelayanan usaha (Business Development

Service, BDS), dalam hal ini lembaga dinilai sebagai lembaga pemberdayaan

melalui mikro-kredit. Ukuran-ukuran tersebut terdiri atas :

1. Skala (scale), yaitu jumlah orang yang dilayani. Makin banyak jumlah orang

yang dilayani, maka makin baik pencapaian proses pemberdayaan, dan

sebaliknya.

2. Luas layanan (outreach) yaitu : pasar yang belum terlayani, khususnya adalah

masyarakat miskin. Makin luas jangkauan yang dicapai, maka makin baik

proses pemberdayaan, dan sebaliknya.

3. Dampak (impact) yaitu : perbaikan yang dicapai berupa perbaikan kehidupan

masyarakat melalui pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan usaha. Makin

baik tingkat kehidupan masyarakat dan semakin baik pertumbuhan usaha,

maka makin baik pencapaian proses pemberdayaan masyarakat, dan

sebaliknya.

11

Page 12: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

4. Efektivitas-biaya (cost-effectiveness) yaitu : biaya terendah yang dikeluarkan

untuk pelaksanaan program. Makin rendah biaya yang dikeluarkan untuk

proses yang dilaksanakan, maka makin baik proses berlangsung, dan

sebaliknya.

5. Keberlanjutan (sustainability) yaitu : jaminan dalam jangka panjang akan

pelayanan dan keuntungan yang terus-menerus. Makin terjaminnya proses

berlangsung dalam jangka panjang dan makin banyak keuntungan yang dapat

diperoleh oleh masyarakat, maka makin baik proses pelaksanaan, dan

sebaliknya.

2.2 Pengalihan Program PPMK ke Program PEMK

Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) merupakan salah

satu upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat ibukota dengan pendekatan “Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)”.

Pendekatan ini merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat, di mana

masyarakat melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

PPMK mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat baik

fisik maupun non fisik, melalui lembaga kemasyarakatan yang ada di kelurahan

dengan menyediakan Bantuan Langsung Masyarakat. Pada program ini bantuan

diberikan untuk pembinaan di tiga aspek kehidupan masyarakat atau Program

Tribina, yaitu Bina Sosial, Bina Sosial Ekonomi, dan Bina fisik Lingkungan.

12

Page 13: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

PPMK dilaksanakan mulai tahun 2001 dan masih berupa “pilot project”

untuk 50 kelurahan yang tersebar di 5 kotamadya. Pada tahun berikutnya

diberikan pada 217 kelurahan dan sejak tahun 2003, PPMK diberikan kepada

seluruh kelurahan di DKI Jakarta. Tujuan awal PPMK adalah untuk

memberdayakan warga Jakarta yang kurang mampu dengan memberikan

pinjaman dana bergulir untuk usaha mikro. Program diperkuat dengan dua jenis

hibah (Bina Fisik dan Bina Sosial) yang bertujuan untuk memperkuat jaringan

masyarakat di tingkat kelurahan dengan mendorong kerja sama antar individu

demi menumbuhkan.

Pada tahun 2009 dana Bina Ekonomi PPMK tahun 2001 – 2007 dialihkan

dari Dewan Kelurahan kepada Unit Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPBD PEMK), setelah dilakukan Audit

Independent per tanggal 31 Maret 2009. Berdasarkan hasil audit dan laporan

kerja Satgas kelurahan diketahui bahwa total saldo bank dan saldo kas adalah

sebesar Rp. 120.639.215.405. Setelah pengalihan maka secara serempak di 6

wilayah Kota/Kabupaten Administrasi mulai tanggal 27 Desember 2010

memperoleh dana yang telah dialihkan sebesar Rp. 65.313.051.209.

2.3 Pengertian Koperasi

Undang-undang Koperasi Nomor 12 Tahun 1967, “ Koperasi Indonesia adalah

organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau

badan-badan hokum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai

13

Page 14: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

usaha bersama berdasarkan atas asas-asas kekeluargaan (Sudarsono dan Edilius,

2010 :12).

2.3.1 Prinsip Koperasi

Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No.12 Tahun 1967

dan UU No. 25 Tahun 1992. Pada UU No. 25 Tahun 1992, prinsip koperasi

dinyatakan sebagai berikut :

Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela

Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Kemandirian

Pendidikan perkoperasian

Kerjasama antarkoperasi

Kemudian ICA mengembangkan prinsip koperasi baru dan menghilangkan

beberapa prinsip yang dikembangkan oleh pelopor-pelopor koperasi Rochdale.

Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan ICA adalah :

Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela

Pengelolaan dilakukan secara demokratis

14

Page 15: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Partisipasi anggota dalam ekonomi

Kebebasan dan otonomi

Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan informasi

2.3.2 Fungsi Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan

bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut :

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembanmgkan perekonomian nasional,

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para

pelajar bangsa.

2.3.3 Asas Koperasi

15

Page 16: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Asas koperasi ini adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2.3.4 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Terhadap cara dan besarnya pembagian SHU oleh UU. No.12/1967

diserahkan kepada kesepakatan para anggota koperasi yang kemudian dituangkan

dalam AD/ART koperasi. Selain itu juga harus diadakan pemisahan antara

penggunaan pendapatan yang diperoleh dari pelayanan terhadap anggota sendiri

dan terhadap pihak ketiga termasuk bukan anggota. Bagian SHU yang diperoleh

dari pelayanan terhadap pihak ketiga, termasuk bukan anggota tidak dibagikan

kepada anggota, karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh dari jasa anggota.

Oleh karena itu SHU yang berasal dari anggota dalam kegiatan

koperasi dibagikan untuk cadangan koperasi, untuk anggota sebanding dengan

jasa yang diberikannya, untuk dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana

pendidikan koperasi, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. SHU yang

berasal dari usaha yang diadakan untuk non anggota dibagi-bagikan untuk semua

aspek yang disebutkan di atas kecuali untuk para anggotanya, yaitu untuk

cadangan koperasi, dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana pendidikan,

dana sosial, dan dana pembangunan daerah kerja.

2.3.5 Sumber Modal Koperasi

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-undang Koperasi, bahwa

sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-

simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan

dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga

16

Page 17: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota

terhadap koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya

berkaitan dengan besar/kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi.

Selain sumber seperti diuraikan di atas, yang disebut juga sebagai

sumber modal intern. Koperasi dapat pula menambah modalnya yang berasal dari

sumber ekstern yang berasal dari pinjaman dan atau simpanan-simpanan/deposito

dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula dalam sumber ekstern ini misalnya

berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah.

2.4 Fungsi-Fungsi Manajemen

2.4.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta,

menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan

perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan (Terry, 2009 : 46).

Ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa perencanaan (planning)

merupakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk menghadapi problema-

problema di masa yang akan datang dan mereka member uraian bahwa planning

mengembangkan rancangan kegiatan hari untuk tindakan-tindakan di masa

mendatang. Planning menjembatani jurang pemisah antara posisi kita sekarang

dan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan dapat menjawab di muka tentang,

siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana tindakan-tindakan di masa

depan dapat dilaksanakan.

17

Page 18: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Planning yang efektif didasarkan pada fakta dan informasi, bukan atas

dasar emosi atau keinginan. Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang sedang

dihadapi berhubungan erat dengan pengalaman dan pengetahuan seorang manajer.

Seorang perencana harus mampu untuk menggambarkan (visualisasi) pola

kegiatan yang diusulkan itu secara jelas. Planning sesungguhnya merupakan suatu

proses intelektual. Dengan perencanaan, para manajer berusaha untuk melihat ke

depan, memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan, menyiapkan alat-alat

darurat, menjabarkan kegiatan dan membuat urutan prioritas untuk mencapai

sasaran.

Planning dikerjakan terus menerus dan merupakan suatu kegiatan yang

tidak pernah selesai. Seluruh rencana bersifat sementara dan dapat dirubah atau

diganti apabila ada fakta-fakta baru dan variabel-variabelnya perlu dievaluasi

kembali. Perencanaan tetap penting walaupun semua usaha berjalan lancer. Aspek

timing di dalam perencanaan juga penting. Ada waktu-waktu tertentu yang

ditetapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sebagian besar rencana dapat

dibagi menjadi tahapan waktu pelaksanaan kegiatan. Tahapan waktu tersebut

dapat membantu untuk : (a) membagi rencana ke dalam serangkaian tindakan

yang sederhana, (b) mempertahankan pelaksanaan rencana sesuai jadwalnya, (c)

mengkordinir kegiatan-kegiatan yang terpisah ke dalam perencanaan dan (d)

rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan (Terry,

2009 : 46 ).

2.4.2 Pengorganisasian (Organizing)

18

Page 19: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Pengorganisasian (organizing) merupakan kegiatan dasar dari manajemen

dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan

termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses

(Terry, 2009 : 73).

Manusia merupakan unsur yang terpenting, melalui pengorganisasian

manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan. Tujuan dari

pengorganisasian ialah untuk membimbing manusia-manusia bekerjasama secara

efektif. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu

terlalu berat ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-

tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak

pikiran, tangan dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi

bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk

menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap

keinginannya keterampilan dan pengetahuan.

Secara historis pengorganisasian bertujuan untuk menyebarkan seluruh

kegiatan manusia, karena individu tergantung dari masyarakatnya dan karena kita

ingin mendapatkan perlindungan terhadap kekuatan-kekuatan anti sosial yang

mengancam kita. Tulisan-tulisan tersebut dalam sejarah nenek moyang kita berisi

petunjuk-petunjuk tentang kegiatan pengorganisasian, antara lain di dalam

angkatan bersenjata, pemerintahan, dan kelompok-kelompok agama. Kegiatan-

kegiatan tersebut berlangsung terus hingga masa kini.

Ada empat komponen-komponen pengorganisasian yang berwujud dan

dapat diingat dengan kata WERE (pekerjaan, pegawai, hubungan kerja dan

19

Page 20: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

lingkungan). Pola interaksi biasanya ditetapkan oleh pekerjaan dan pegawai-

pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakannya. Interaksi tersebut lambat laun

menjadi stabil. Pegawai-pegawai menyesuaikan diri dengan pekerjaan mereka dan

tidak akan menyukai perubahan di dalam pola kebiasaan pekerjaan mereka (Terry,

2009 : 73 ).

2.4.3 Pelaksanaan (Actuating)

Actuating merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-uasaha

anggota-anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat

terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya (Terry, 2009 :138).

Setiap anggota kelompok harus memiliki informasi yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu tugas. Untuk maksud tersebut maka rencana-rencana yang

sudah dibuat diberitahukan kepada semua anggota dalam bentuk instruksi dan

perintah yang disampaikan secara resmi.

Memberi pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan oleh seseorang

untuk satu kelompok. Biasanya, manajer yang melakukannya, karena dia :

a) Mengetahui bawahan

b) Mengetahui keahlian dan kemampuannya

c) Mengerti akan kapasitas dan keinginan-keinginannya

d) Mengetahui apa yang dapat dihasilkan,

Dengan semua latar belakang tersebut, manajer akan mampu untuk memilih

teknik memberikan pengarahan untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan

20

Page 21: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

dengan cara yang terbaik. Menyediakan informasi yang akan diperlukan untuk

mengambil langkah-langkah yang efektif dalam menunjang pengarahan yang

penting. Di dalam memberikan pengarahan, juga digunakan instruksi-instruksi

yang menunjang pengetahuan tentang aspek untuk melaksanakan suatu tugas

tertentu. Demikian pula, untuk dapat mengikuti tujuannya maka diliput berbagai

situasi, diberi data yang terperinci dan urutan langkah-langkah yang harus

ditempuh.

Metode dan pendekatan yang ingin digunakan oleh seorang manajer di

dalam usahanya untuk mengarahkan bawahan, harus berpengaruh terhadap

kelompok. Interaksi diantara anggota kelompok mengakibatkan penerimaan atau

penolakan terhadap gagasan-gagasan manajemen atau perubahan-perubahan yang

berpengaruh kepada anggota-anggotanya. Reaksi-reaksi tersebut harus

diperhatikan di dalam pengarahan-pengarahan manajerial.

2.4.4 Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (controlling) ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dan berorientasi pada obyek yang

dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran

yang ingin dicapai (Terry, 2009 : 166).

Pelaksanaan kegiatan juga harus dinyatakan dengan dasar yang sama

seperti yang diharapkan. Banyak sarana yang dapat digunakan untuk menetapkan

pelaksanaan kegiatan, yakni data hasil pengamatan, laporan dan data statistik.

Pengamatan langsung dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya dari

21

Page 22: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

pelaksanaan suatu kegiatan, kuantitas dan kualitas pekerjaan, metode-metode dan

lingkungan kerjanya dapat menjadi objek pengamatan dan menjadi alat yang baik

untuk mengecek dan melaporkan sikap mental para pekerjanya serta

memperhatikan pengembangan pekerjaan-pekerjaan manajerial yang ditugaskan

kepada para pekerja.

Selanjutnya proses pengendalian yang bersifat universal, yakni

mengadakan perbandingan terhadap pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat

perbedaan antara perkiraan dan pelaksanaan, perlu diadakan penilaian tentang

penyebab dari perbedaan tersebut. Demi tercapainya suatu usaha manajemen yang

baik, maka proses pembandingan harus dilakukan sedekat mungkin dengan waktu

pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan. Yang paling penting di dalam

melakukan pembandingan tersebut di mana hasil perbandingan tersebut

menunjukan penyimpangan yang lebih besar daripada ukuran-ukuran normal.

Langkah yang terakhir ialah mengadakan koreksi, yakni merupakan suatu

proses penyesuaian kegiatan operasional supaya mencapai hasil yang sama seperti

diperkirakan. Mungkin dibutuhkan modifikasi dalam kegiatan-kegiatan

manajemen, akan tetapi yang perlu adalah merubah metode kerjanya. Meluruskan

wewenang atau memberikan motivasi yang lebih baik. Tindakan-tindakan tersebut

harus diambil oleh orang yang memiliki wewenang atas pekerjaan-pekerjaan yang

bersangkutan

Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar

manusia. Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong

hubungan yang baik di antara para pegawai. Pengendalian harus merupakan

22

Page 23: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

kegiatan yang positif dan membantu. Manajer-manajer yang efektif akan

menggunakan usaha pengendalian untuk menjadi informasi guna memuji

pelaksanaan yang baik dan membantu mereka yang memerlukannya dan

menentukan jenis kebutuhan mereka (Terry, 2009 :166 )

2.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, maka akan diteliti

bagaimana proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan program PEMK

sesuai dengan tujuan dari program ini pada LKM “koperasi” Kelurahan Lenteng

Agung Jakarta Selatan dan bagaimana efektifitas keberhasilan program PEMK ini

bagi pemberdayaan masyarakat.

Alur pemikiran untuk analisis disajikan pada gambar di bawah ini.

23

Page 24: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Proses Manajerial

Y = C+S+I

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

24

LKM

“Koperasi”

Kinerja

Proses

Manajerial Efektifitas

Kinerja

Pemberdayaan Masyarakat

Page 25: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB III

TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan

program PEMK sesuai dengan tujuan dari program ini

2. menganalisis efektifitas pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (PEMK) di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

3. Menganalisis potensi PEMK terhadap proses pemberdayaan masyarakat

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mencoba menggambarkan proses manajerial dan efektifitas

Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat miskin di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat Langsung

Dengan dirumuskannya model pemberdayaan bagi masyarakat miskin pada

khususnya dan pada masyarakat kelurahan pada umumnya, diharapkan

masyarakat tidak lagi menjadi sekedar obyek dari pembangunan, tetapi bisa

menjadi subyek, setidaknya untuk diri dan lingkungannya sendiri

25

Page 26: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

2. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Melalui pengkajian model PEMK diharapkan kekurang sempurnaan pada

tahun-tahun sebelumnya dapat lebih disempurnakan bahkan lebih baik lagi

pada masa mendatang. Dari pengamatan dan wawancara dengan responden

diharapkan dapat diketahui hal-hal yang secara spesifik harus dibenahi, ada

beberapa aspek yang menarik yang dapat dikaji dengan seksama, diantaranya

adalah :

a) aspek manajerial pengelolaan koperasi mulai dari perencanaan kerja,

pengambilan keputusan kerja sampai dengan evaluasi kinerja,

b) aspek akuntansi berkaitan dengan pembukuan dan keuangan koperasi,

c) aspek komputerisasi terkait dengan proses administrasi koperasi, dan

d) yang paling penting adalah berkaitan dengan proses pemberdayaan

masyarakat yang terlibat di dalam program PEMK melakui KJK Lenteng

Agung khususnya dan semua kelurahan di Provinsi DKI Jakarta umumnya.

26

Page 27: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB IV

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif yaitu salah

satu jenis penelitian yang tujuannya untuk memberikan uraian atau penjelasan

mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian, dalam hal ini proses

manajerial KJK PEMK Lenteng Agung. Selain itu penelitian juga merupakan

penelitian evaluative karena penelitian berkaitan dengan program pembangunan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Provinsi DKI

Jakarta, sehingga dalam analisis digunakan indikator-indikator sederhana atau

umum untuk menilai keberhasilan dari program yang dijalankan selama ini,

khusus berkaitan dengan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK)

dalam bentuk Koperasi JasaKeuangan (KJK).

Penelitian menggunakan studi kasus pada satu KJK PEMK yaitu KJK

Kelurahan Lenteng Agung., Kecamatan Jagakarsa, Kodya Jakarta Selatan,

Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh fokus pengamatan,

karena pengamatan dilakukan terhadap semua aspek manajerial mencakup semua

fungsi manajemen Planning (P), Organizing (O), Actuating (A), dan Controlling

(C) yang merujuk pada uraian Terry (2009). Data mencakup data-data mulai dari

sumberdaya yang digunakan (input), kegiatan yang dilakukan (process), dan hasil

yang dicapai oleh kegiatan sesuai rencana yang dibuat sebelumnya (output).

27

Page 28: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

4.1 Metode Pengumpulan Data

4.1.1 Obyek Penelitian

Objek yang diteliti adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Kelurahan Lenteng Agung yang terletak di Jl. Raya Lenteng Agung

Timur, Sentra Niaga Lenteng Agung Blok B.59-60, RT, 0010/04

Kecamatan Jagakarsa. Telepon 02178892248

4.1.2 Data Yang Digunakan

Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan

gambaran tentang suatu keadaan. (Sugiarto et.al, 2003 : 12). Data-data

yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :

1. Data primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung

dari lapangan. Data ini diperoleh dari berbagai pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan program PEMK. Data primer ini dikumpulkan dari pengelola

LKM dan juga dari masyarakat yang dijadikan responden.

2. Data sekunder, merupakan data pendukung yang diperoleh dari

dokumen manual program, laporan kegiatan, dan data dari sumber-sumber

yang mungkin yang berkaitan dengan KJK PEMK. Data-data ini telah

tersedia sebelumnya dan dimanfaatkan untuk memahami terlebih dahulu

kerangka permasalahan dan analisis lebih lanjut. Dalam kesempatan ini,

data terutama diperoleh dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelurahan

Lenteng Agung Jakarta Selatan.

28

Page 29: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Tabel 4.1

,Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data / Informasi Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan

A DATA PRIMER

1. Sosialisasi Program PEMK Responden Wawancara

2. Intensitas Sosialisasi Program PEMK Responden Wawancara

3. Keterlibatan Masyarakat RespondenWawancara

,pengamatan

4.Persepsi masyarakat terhadap

pelaksanaan program PEMKResponden Wawancara

B DATA SEKUNDER

1. Data jumlah anggota LKM

“koperasi” Kelurahan Lenteng

Agung

LKM Kelurahan

Lenteng Agung

Wawancara dan

studi Data Sekunder

2. Data sejarah dan struktur organisasi

LKM “koperasi” Kelurahan Lenteng

Agung

LKM Kelurahan

Lenteng AgungStudi Data Sekunder

3. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan

PEMK

LKM Kelurahan

Lenteng Agung

Wawancara dan

studi Data Sekunder

4.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian

lapangan yaitu untuk memperoleh data primer dengan wawancara dengan

memberikan daftar pertanyaan (kuesioner), pengamatan dan wawancara

langsung kepada responden, sedangkan untuk memperoleh data sekunder

29

Page 30: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

adalah penggunaan bahan dokumen mengambil data secara langsung dari

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) “koperasi” Kelurahan Lenteng Agung.

4.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah secara random, karena setiap populasi

mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, sehingga langsung

menentukan objek yang akan diteliti. Prosedur yang digunakan yaitu Stratified

Sampling (pengambilan sampel berstrata) di mana populasi dikelompokkan dalam

strata tertentu kemudian diambil sampel secara random dengan proporsi yang

seimbang sesuai dengan posisi dalam populasi. Dalam penelitian ini digunakan 30

sampel/ responden dan dari 30 sampel tersebut dikelompokan menjadi 3

kelompok/ strata yaitu kelompok pertama responden yang meminjam dana

kreditnya sebesar Rp 1.000.000 – Rp 2.999.999, kelompok kedua sebesar Rp

3.000.000 – Rp 5.000.000 dan kelompok ketiga sebesar > Rp 5.000.000,-.

Pada saat awal masing-masing kelompok/ strata direncanakan diambil 10 orang

untuk dijadikan sampel/ responden karena alasan praktis, baik dari segi waktu,

tenaga dan biaya. Ada 60 kuesioner yang disebarkan ke responden dan pada

akhirnya ada 30 responden yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk analisis

karena memenuhi syarat kelengkapan data sedangkan sisanya 30 lagi tidak

digunakan. Selain ke 30 orang responden juga diwawancarai 4 orang pengurus

KJK PEMK Lenteng Agung. Hal ini terutama untuk mengetahui kinerja

manajerial KJK PEMK selama berlangsung sampai dengan waktu pengamatan

yang ditentukan

30

Page 31: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

4.3 Metode Pengukuran Data

Data yang digunakan adalah data dengan skala rasio, di mana skala

pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan,

mempunyai jarak tertentu dan bisa dibandingkan (Sugiarto et al, 2003 : 27). Untuk

proses manajerial dan analisis keterkaitan kinerja ekonomi dengan pemberdayaan,

data yang digunakan adalah nominal berupa kriteria keberhasilan dan rasio berupa

kinerja ekonomi KJK.

4.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data digunakan model analisis Deskriptif Kualitatif.

Analisis Deskriptif Kualitatif digunakan untuk menganalisis efektifitas

pelaksanaan program PEMK sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di

Kelurahan Lenteng Agung. Metode Kualitatif menjelaskan beberapa fakta dalam

hubungan sebab akibat antara aspek-aspek yang diamati, berdasarkan keterangan

tertulis atau lisan dari laporan, baik yang berasal dari pengamatan, wawancara,

maupun catatan lapangan, yang menyebabkan terjadinya masalah dimaksud, dan

kemudian disusun alternatif pemecahannya jika memungkinkan.

Subagio (1991) menyatakan sebagai berikut Analisis kualitatif dilakukan

terhadap data baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif dalam hal ini

dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian, kemudian dikaitkan

dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau

31

Page 32: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu

gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.

Mengacu pada pendapat di atas, dengan demikian teknik analisis data

kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis terhadap data, baik

yang diperoleh dari dokumen maupun analisis wawancara dalam setiap variabel

penelitian yang diwujudkan dalam bentuk penjelasan atau keterangan yang

didukung oleh data lapangan dan informasi yang memperkuat penjelasan

dimaksud. Dengan demikian akan diperoleh suatu kebenaran dalam hasil

penelitian yang dilakukan.

32

Page 33: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB V

HASIL dan PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Koperasi KJK PEMK Kelurahan Lenteng Agung

Koperasi PEMK Lenteng Agung adalah Koperasi Jasa Keuangan yang

berdiri sejak tahun 2007, koperasi ini didirikan atas inisiatif bersama untuk

membantu masyarakat sekitar dalam bidang usaha mikro dengan difasilitasi oleh

Dewan Kelurahan dan pemerintah setempat dengan tujuan sebagai sarana bagi

pelayanan keuangan anggota/masyarakat Kelurahan khususnya, dan UMKM pada

umumnya di wilayah Kelurahan Lenteng Agung. Dengan dukungan pemerintah

DKI Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas

Koperasi, UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir

semakin memantapkan pendirian koperasi ini.

Sejak didirikan koperasi ini mengalami kemajuan yang membanggakan

oleh karena keaktifan para anggota dan kepengurusan Koperasi Jasa Keuangan

PEMK Lenteng Agung. Oleh sebab itu koperasi ini didirikan untuk membantu

bagi para masyarakat di bidang usaha mikro dalam bidang pendanaan, karena

banyaknya masyarakat sekitar yang memiliki potensi sebagai pelaku usaha mikro.

33

Page 34: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

5.2 Profil Koperasi KJK PEMK Kelurahan Lenteng Agung

1. Organisasi

Nama Koperasi : KJK PEMK LENTENG AGUNG

Jenis Koperasi : Jasa Keuangan

Bentuk Badan Hukum : Koperasi

No 15 Tgl 8 Desember 2007

Metode Operasional : Bagi Hasil

Alamat Koperasi : Jl. Raya Lenteng Agung Timur, SNLA

Blok B.59

RT. 0010/04 Kelurahan Lenteng

Agung

Kecamatan : Jagakarsa

Daerah Tingkat II : Kota Administrasi Jakarta selatan

Telepon/Fax : ( 021 ) 78846130, 78892248 Fax.

Aktifitas Bisnis : Koperasi simpan pinjam

Jumlah Staff : 4 orang

34

Page 35: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Tabel 5.1

Aspek Legal Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung

Data Koperasi Nomor Tanggal Registrasi

1. Akta Pendirian 158 Desember

2007

Arnasya A.

Pattinama, S.H

2. SK Dinas Koperasi,

Usaha Kecil, Menengah

173/BH/PAD/XII.4/

-1.829.41/X/2009

16 Oktober

2009

Dinas Koperasi

Provinsi DKI

Jakarta

3. Akta perubahan 53/VII/2009 28 Juli 2009 Eka Purwanti, SH

4. NPWP03.018.573.0-

017.00003 – 11- 2009

Departemen

Keuangan Republik

Indonesia,

Direktorat Jenderal

Pajak

5. Ijin Tempat Usaha 60 / 1.824 23 Oktober

2009

Kelurahan Lenteng

AgungSumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010

5.3 Proses Manajerial KJK Kelurahan Lenteng Agung

5.3.1 Perencanaan (Planning)

Dalam pembentukan suatu organisasi harus memiliki planning /

perencanaan, karena perencanaan merupakan fungsi manajemen yang primer,

yaitu tahap yang mendahului dan menjadi pondasi terhadap fungsi-fungsi

35

Page 36: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

manajemen yang lain. Adapun program pelayanan yang akan dilakukan oleh

Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 5.2

Profil Program Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung

Program pelayanan yang

akan dilakukan

Program pinjaman kelompok bagi pedagang

pasar tradisional

Program pinjaman bagi kelompok industri

kecil

Program pinjaman bagi pengusaha mikro

yang belum memiliki kios bekerjasama

dengan Sentra Niaga Lenteng Agung

Partner Kunci UPBD-PEMK DKI Jakarta

Jangkauan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung

Target MarketPengusaha kecil dan mikro, kaum perempuan,

kelompok masyarakat miskin-pengusaha.

5.3.1.1 Rencana Strategis

Jenis-jenis usaha anggota dan calon anggota dari Koperasi PEMK

Kelurahan Lenteng Agung adalah :

1. Jenis usaha pedagang pasar

a. Pedagang Buah

b. Pedagang sayuran

c. Pedagang sembako

36

Page 37: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

d. Pedagang Pakaian

e. Pedagang spare part

2. Jenis usaha home industri

a. Produsen kue jajanan pasar

b. Industri kerupuk

c. Konveksi pakaian dan tas

3. Jenis usaha makanan

a. Makanan kaki lima

b. Makanan ringan / jajanan pasar

c. Makanan tradisional

d. Warung makan

4. Jenis usaha jasa

a. Dagang voucher hp

b. Kredit barang

c. Rental playstation

d. Penjahit pakaian

e. Bengkel motor

f. Service elektronik

Umumnya yang dibutuhkan antara Rp 5.000.000 – Rp 20.000.000, anggota

dengan kelompok usaha home industri memerlukan waktu lama dalam

jangka waktu pinjaman yang diberikan, dan modal yang diperlukan

berkisar Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, sedangkan kelompok pedagang

37

Page 38: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

pasar, makanan dan jasa seperti umumnya mereka memiliki aktivitas

harian dengan rata-rata modal yang diperlukan antara Rp 1.000.000 - Rp

5.000.000.

Tabel 5.3

Gambaran Anggota dan Calon Anggota

PenyaluranDana Bergulir

JumlahAnggota

WilayahKebutuhan

Modal

Tahap 1 115Kelurahan

Lenteng AgungRp 500.000.000

Tahap 2 190Kelurahan

Lenteng AgungRP 300.000.000

Tahap 3 280Kelurahan

Lenteng AgungRp 370.000.000

Sumber : Lampiran rencana bisnis plan, 2010

Visi :

Terwujudnya masyarakat kelurahan yang sejahtera, mandiri, adil

dan berdaya.

Misi :

Mengembangkan dan meningkatkan daya saing perekonomian

masyarakat.

Memberikan kemudahan kepada anggota dan masyarakat dalam

memanfaatkan dana koperasi pemberdayaan masyarakat kelurahan.

Memberdayakan usaha mikro dan kecil melalui perkuatan

permodalan.

38

Page 39: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan

kemiskinan.

5.3.1.2 Rencana Operasional

Strategi operasional usaha yang akan ditempuh oleh Koperasi KJK

PEMK Kelurahan Lenteng Agung, sebagai berikut :

1. Memperluas jaringan pelayanan kepada masyarakat khususnya

akses bagi pelaku usaha mikro.

2. Menetapkan sasaran pasar-pasar yang ada di sekitar LKM.

3. Membentuk kelompok-kelompok di tiap RW dengan target utama

kaum perempuan miskin yang memiliki usaha.

4. Untuk jangka pendek : menggabungkan antara konsep bisnis

dengan konsep sosial

5. Jangka waktu pinjaman minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 2

(dua) tahun.

6. Memanfaatkan interaksi sosial antar individu di dalam masyarakat.

Adapun rencana operasional dan proyeksi keuangan

1. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada tahap awal pendirian koperasi dikelola oleh 4 ( empat ) orang

dengan struktur jabatan ( Manager ), ( Pembukuan ), (Pemasaran ),

( kasir ) dengan menonaktifkan 1 ( satu ) orang pengelola. Pada

pertengahan tahun 2011 akan mengaktifkan kembali 1 ( satu )

orang pengelola, untuk bagian pemasaran. Selanjutnya untuk

39

Page 40: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

tahap pengembangan akan dilakukan penambahan manajemen dan

penambahan tenaga pembiayaan diproyeksikan sebanyak 2 ( dua )

orang.

2. Bidang Keuangan

Berikut ini adalah beberapa data proyeksi keuangan Koperasi

PEMK Kelurahan Lenteng Agung dari segi penghimpunan dana.

Tabel 5.4

Rencana Penyaluran dana dan Jumlah Anggota

ItemTahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Total Penyaluran Rp 500.000.000 Rp 300.000.000 Rp 370.000.000

Total Anggota 115 190 280

Sumber : Lampiran Rencana Keuangan, Bisnis Plan. 2010

Tabel 5.5

Proyeksi Pengembalian Dana UPDB-PEMK dan Bagi Hasil

Item Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Pengembalian

PokokRp 500.000.000 Rp 300.000.000 Rp 370.000.000

Penyetoran Bagi

HasilRp 8.542.754 Rp 10.656.800 Rp 12.820.524

Total Rp 508.542.754 Rp 310.656.800 Rp 382.820.524 Sumber : Lampiran Rencana Keuangan, Bisnis Plan, 2010

40

Page 41: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

3. Bidang Sarana dan Prasarana

Sarana fisik untuk kantor yang ada sekarang terlalu sempit dan ke

depan diperlukan penyewaan kantor baru yang lebih luas. Ke depan

diperlukan sarana phisik yang lengkap untuk sebuah lembaga

keuangan. Ada pun yang sangat dibutuhkan adalah :

1. Meja Karyawan

2. Kursi nasabah

3. Brankas kasir

4. Sepeda motor

5. Pemasangan AC

\ 4. Bidang budaya dan sistem kerja

a. Pendidikan dan pelatihan yang terencana dan berkelanjutan.

b. Penyediaan buku pedoman kerja sehingga diharapkan dapat

dicapai standar pelayanan yang sesuai dengan misi LKM.

5. Sistem pengawasan internal dalam sistem pelayanan operasional

maupun secara fungsional.

6. Bidang teknologi dan alat kerja.

Bagian pembukuan untuk mencatat transaksi masih dengan manual,

ke depan akan menggunakan software Sistem dengan

pengembangan dan pelatihan untuk pembukuan bagian

pembukuan.

41

Page 42: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Dalam membuat persiapan masyarakat mendapatkan dukungan atau

semacam asistensi dari lembaga-lembaga yang terlibat secara langsung dalam

PEMK. Dukungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6

Lembaga-lembaga Pendukung Masyarakat

Lembaga Jumlah Persentase %

RT 12 40

RW 7 25

Dewan Kelurahan 11 35

Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2011

Dari tabel di atas diketahui pihak yang paling banyak memberikan

dukungan terhadap masyarakat adalah Rt. Hasil penelitian menunjukan bahwa

sebanyak 12 responden atau sebesar 40% menjawab bahwa pihak yang paling

mendukung usaha adalah Rt.

Tabel 5.7

Penentuan Jenis Usaha

Kategori Jumlah Persentase %

Keputusan Sendiri 27 90

Bukan Keputusan Sendiri 3 10

Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat sendiri yang

menentukan jenis usaha dan kebutuhannya. Terbukti dari 30 responden yang

42

Page 43: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

diteliti sebanyak 27 responden atau 90% mengatakan bahwa usaha yang

dijalankan berdasarkan atas minat mereka sendiri.

Pada tahap ini responden memberikan keterangan tentang pihak yang

pertama kali memberikan informasi terhadap PEMK yang ada dilaksanakan di

wilayahnya. Tabel 5.6 berikut ini digambarkan siapa pihak yang paling pertama

memberikan informasi tentang adanya program PEMK.

Tabel 5.8

Sumber Informasi Pertama Tentang PEMK

Katagori Jumlah Persentase %

RT 15 50

RW 11 35

Kelurahan 4 15

Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui sebagian besar responden atau 50%

menjawab bahwa pihak yang paling pertama kali memberikan informasi tentang

adanya program PEMK adalah lembaga RT dan diikuti oleh lembaga RW 35%

dan pihak kelurahan sebesar 15%. Hal ini ditegaskan oleh keterangan seorang

informan tentang siapa pihak yang pertama kali memberikan informasi PEMK :

saya mendapatkan informasi akan adanya Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan dari RT mas,,,katanya lingkungan kita dapat program PEMK khususnya bina sosial yang nantinya akan melibatkan warga yang ada di lingkungan kita ini.

43

Page 44: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

5.3.2 Pengorganisasian (Organizing)

Dalam suatu organisasi / perusahaan setelah membuat perencanaan /

(planning) maka tahap / proses berikutnya yaitu pengorganisasian

(organizing). Pengorganisasian itu sendiri dapat didefinidikan sebagai proses

terciptanya penggunaan secara tertib terhadap semua sumber daya yang

dimiliki oleh sistem manajemen.

Dalam Koperasi Jasa Keuangan (KJK) PEMK Kelurahan Lenteng

Agung memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari Rapat Anggota,

Pengurus, Pengawas dan Pengelola. Dalam susunan Kepengurusan terdiri atas

4 orang, Mahdi menjabat sebagai ketua 1, H. Abdul Gafar Tabrie menjabat

sebagai ketua 2, Sumino menjabat sebagai sekretaris, dan Icang Sanusi, S.Sos

menjabat sebagai bendahara. Dalam susunan pengawas terdiri atas 3 orang ,

Askoen menjabat sebagai ketua, N. Sutarno menjabat sebagai wakil, dan

Soegiono menjabat sebagai anggota. Dan yang terakhir dalam susunan

pengelolaan terdiri atas 4 orang, Istiqomah menjabat sebagai manajer,

Robiyana menjabat sebagai keuangan, Muji Astuti menjabat sebagai kasir dan

Rendy Saputra menjabat sebagai pemasaran.

44

Page 45: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Gambar 5.1

Perangkat Organisasi

Berikut adalah pendelegasian perangkat organisasi (rapat anggota,

pengurus, pengawas, dan pengelola).

Rapat Anggota

45

RAPAT ANGGOTA

Pengurus

1. Mahdi

2.H. Abdul Gafar Tabrie

3. Sumino

4. Icang Sanusi, S.Sos

Pengelola

1. Istiqomah

2. Robiyanah

3. Muji Astuti

4. Rendy Saputra

Pengawas

1. Askoen

2. N. Sutarno

3. Soegiono

Page 46: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat

Anggota dilakukan sekali dalam satu tahun dan dilakukan secara

langsung dan ketentuan penetapan Sisa Hasil Usaha ( SHU ).

25 % Cadangan Modal

25 % Jasa Transaksi Usaha

20 % Jasa atau Usaha

10 % Dana Pengurus

5 % Dana Karyawan

5 % Dana Pendidikan

5 % Dana Pembangunan dan Kerja

5 % Dana Sosial

Pengurus

1. Mengelola organisasi dan usaha koperasi.

2. Menyelenggarakan rapat anggota.

3. Meningkatkan pengetahuan anggota dengan menyelenggarakan

pendidikan bagi anggota.

4. Memutuskan penerimaan anggota baru, penolakan anggota serta

pemberhentian anggota.

5. Menanggung kerugian koperasi sebagai akibat karena

kelalaiannya.

Pengawas

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan

pengelolaan koperasi.

46

Page 47: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

2. Meneliti catatan dan pembukuan pada koperasi.

3. Memberikan koreksi, saran teguran dan peringatan kepada

pengurus.

4. Melaporkan hasil pengawasanny secara tertulis kepada Rapat

Anggota.

Pengelola

1. Melaksanakan usaha koperasi.

2. Mengajukan rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja

koperasi kepada pengurus.

3. Memberikan pelayanan usaha kepada anggota.

4. Membuat laporan perkembangan usaha koperasi.

5.3.3. Pelaksanaan (Actuating)

Adapun proses pelaksanaan penyaluran dana kredit yang akan disalurkan

ke anggota masyarakat adalah sebagai berikut :

Dari siklus di atas Unit Pengolahan Dana Bergulir (UPDB) PEMK

memberikan langsung dana bergulir ke LKM Koperasi Lenteng Agung .

Kemudian LKM Koperasi Lenteng Agung membuat / mempersiapkan

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan yang

ditetapkan oleh Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB) PEMK.

47

UPDB PEMK LKM KOPERASI LENTENG AGUNG

MASYARAKAT

Page 48: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Surat permohonan kerjasama pengelolaan dana bergulir secara

secara tertulis kepada Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB)

PEMK.

Fotocopy rekening Giro PT Bank DKI.

Fotocopy KTP pengurus dan pengelola.

Fotocopy PAD KJK PEMK.

Bisnis Plan.

Laporan keuangan 3 bulan terakhir.

Laporan Kolektibilitas Pembiayaan usaha.

Surat kuasa kepada Bank DKI untuk menerbitkan rekening

Koran KJK PEMK kepada UPDB PEMK.

Surat pernyataan bahwa koperasi akan menyalurkan dana

bergulir kepada pemanfaat.

Fotocopy sertifikat pengelola, pengurus, dan pengawas.

Setelah pengajuan tersebut diajukan ke UPDB PEMK dengan syarat-syarat

yang ditentukan maka LKM Koperasi Lenteng Agung menerima dana

bergulir tersebut.

Setelah dana bergulir diterima dari UPDB PEMK, kemudian LKM

Koperasi Lenteng Agung menjalankan tugasnya yaitu menyalurkan dana

bergulir tersebut ke masyarakat. Persyaratan yang harus di penuhi bagi

para peminjam dana kredit yaitu :

48

Page 49: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Berdomisili di kelurahan yang menjadi wilayah kerja KJK

PEMK.

Berpotensi atau telah memiliki usaha produktif berskala mikro,

akan tetapi tidak memiliki akses ke bank.

Merupakan Anggota kelompok dampingan KJK PEMK.

Mendapat rekomendasi dari kelompok yang bersangkutan.

Lulus uji kelayakan usaha yang dinyatakan dalam memorandum

analisis penyaluran dana.

Tidak memiliki tunggakan angsuran (pembiayaan bermasalah)

pada KJK PEMK maupun pihak lain.

Mengisi formulir pinjaman

Fotocopy KTP, Kartu Keluarga (KK)

Surat nikah dan wali yang belum menikah.

Adapun dana yang dapat diperoleh oleh nasabah yaitu sebesar Rp.

1.000.000,- – Rp 5.000.000,- untuk individu adapun sebesar ≤ Rp.

30.000.000,- untuk berkelompok. Di samping itu sistem pembayaran yang

diterapkan di KJK Lenteng Agung bagi para nasabah yaitu KJK Lenteng

Agung memberikan jangka waktu pengembalian dana kredit kepada para

nasabah selama 24 bulan. Selama 24 bulan tersebut KJK Lenteng Agung

memberikan kebijakan yaitu nasabah mengangsurnya dengan cara

pembayaran dilakukan sebulan sekali ataupun seminggu sekali. Dari dua

cara tersebut yang paling sering digunakan yaitu pembayaran 1 bulan

sekali, pemberian dua cara pembayaran seperti itu dikarenakan tidak

49

Page 50: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

semua anggota memiliki penghasilan tetap dalam satu bulan. Selain itu

KJK Lenteng Agung memberikan pelayanan bagi para peminjam dana

kredit yang ingin angsurannya minta diambilkan, maka pihak KJK

Lenteng Agung akan mendatangi rumah-rumah para nasabah..

Dalam proses pembayaran angsuran ini sering terjadi kendala

seperti angsuran macet / kredit macet yang biasa dilakukan oleh para

peminjam dana kredit. Untuk mengatasi hal tersebut KJK Lenteng Agung

mempunyai dua pendekatan yaitu peminjam dana kredit diberikan surat

teguran dan apabila dengan surat teguran tersebut peminjam dana kredit

dalam pengangsurannya masih macet juga maka KJK Lenteng Agung

memberikan kebijakan bagi para peminjam dana kredit yaitu dengan cara

menambah / memperpanjang jangka waktu angsuran yang sudah

ditetapkan sebelumnya dengan memperkecil biaya angsurannya..

Setelah semua dana bergulir disalurkan maka setiap bulannya KJK

Lenteng Agung menerima dana dari angsuran para peminjam dana kredit,

tentunya setiap bulannya KJK Lenteng Agung menerima pendapatan /

keuntungan dari angsuran para peminjam kredit dan kemudian

pendapatan / keuntungan tersebut akan dikelola untuk pengeluaran dari

KJK Lenteng Agung tersebut yaitu pembiayaan operasional (beban

gaji/upah, beban perlengkapan kantor, beban listrik,air dan telepon, beban

sewa kantor, beban transportasi dan beban penyusutan).

Adapun ketentuan KJK Lenteng Agung terhadap UPDB PEMK

yaitu pengembalian pokok dari dana bergulir yang diterima dari Unit

50

Page 51: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Pengelola Dana Bergulir (UPDB) PEMK yaitu dibayarkan setiap enam

bulan sekali selama 24 bulan dan penyetoran bagi hasil dari keuntungan

pengembalian peminjaman dana kredit.

Tabel 5.9

Perhitungan Hasil Usaha KJK Kelurahan Lenteng Agung 2010 - 2011

Periode2010 - 2011

Y = C+S+I112.545.666 = 99.345.666 + 9.200.000 + 4.000.000

Y C S

Februari Rp 4.986.991 Rp 6.424.799 Rp ( 1.437.808)

Maret RP 4.986.991 Rp 3.137.299 Rp 1.849.692

April Rp 20.819.691 Rp 18.728.199 Rp 1.986.917

Mei Rp 30.634.802 Rp 26.762.601 Rp 3.678.591

juni Rp 40.552.752 Rp 33.152.744 Rp 7.030.008

Juli RP 52.673.213 Rp 44.828.098 Rp 7.452.859

Agustus Rp 66.957.213 Rp 53.935.418 Rp 12.370.706

September Rp 77.866.650 Rp 69.541.570 Rp 8.325.080

Oktober Rp 92.142.000 Rp 79.312.030 Rp 17.829.970

November Rp 112.747.286 Rp 89.205.461 Rp 23.541.825

Desember Rp 129.176.476 Rp 99.368.650 Rp 29.807.826

Januari Rp 13.830.000 Rp 9.827.312 Rp 4.002.688

Februari Rp 11.598.885 Rp 11.927.755 Rp( 328.870)

Maret Rp 17.635.000 Rp 16.204.323 Rp 1.430.677

April Rp 15.656.819 Rp 12.234.999 Rp 3.421.820

Mei Rp 16.923.000 Rp 11.888.245 Rp 5.034.755

Juni Rp 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571

Juli RP 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571

Agustus Rp 12.765.556 Rp 11.250.189 Rp 1.515.367Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011

51

Page 52: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Tabel 5.10

Pendapatan Bersih ( perbulan ) Responden

Pendapatan Bersih perbulan

Sebelum Sesudah Kenaikan %

1. 9.000.000 10.800.000 1.800.000 20

2. 3.000.000 3.450.000 450.000 15

3. 4.000.000 4.000.000 0 0

4. 5.000.000 5.000.000 0 0

5. 1.500.000 1.650.000 150.000 10

6. 1.000.000 1.050.000 50.000 5

7. 2.500.000 2.500.000 0 0

8. 1.600.000 1.760.000 160.000 10

9 3.000.000 3.000.000 0 0

10. 3.500.000 3.850.000 350.000 10

11. 1.000.000 1.050.000 50.000 5

12. 5.000.000 5.750.000 750.000 15

13. 1.500.000 1.590.000 90.000 6

14. 2.000.000 2.000.000 0 0

15. 6.000.000 6.900.000 900.000 15

16. 1.200.000 1.272.000 72.000 6

17. 4.000.000 4.480.000 480.000 12

18. 8.000.000 9.600.000 1.600.000 20

19. 9.000.000 9.000.000 0 0

20. 3.500.000 3.500.000 0 0

21. 1.600.000 1.712.000 112.000 7

22. 1.500.000 1.575.000 75.000 5

23. 1.000.000 1.050.000 50.000 5

52

Page 53: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

(lanjutan)Pendapatan Bersih perbulan

Sebelum Sesudah Kenaikan %

24. 2.500.000 2.500.000 0 0

25. 8.000.000 9.200.000 1.200.000 15

26. 2.000.000 2.200.000 200.000 10

27. 6.000.000 6.900.000 900.000 15

28. 1.200.000 1.260.000 60.000 5

29. 3.500.000 3.500.000 0 0

30. 1.600.000 1.728.000 128.000 8Sumber : Data yang telah diolah, 2011

Tabel 5.11

Hasil Perbandingan Anggota dan Jumlah Penyaluran Dana

Penyaluran

Dana Bergulir

Jumlah Anggota

Target

Jumlah Anggota

Realisasi

Dana yang

disalurkan

Tahap 1 115 150 Rp 540.000.000

Tahap 2 190 220 RP 250.000.000

Tahap 3 280 348 Rp 400.000.000Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011

5.3.4. Pengawasan (Controlling)

Sebagai komitmen dan kesiapan melakukan kerja sama dengan

UPBD PEMK, KJK Lenteng Agung membuat jenis-jenis pelaporan terkait

kerjasama pendanaan. Jenis pelaporan ini dibuat agar dalam kerjasama ini

dapat dilaksanakan secara transparan serta dapat melakukan controlling

53

Page 54: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

dan evaluasi oleh masing-masing pihak, baik dari sisi Koperasi PEMK

Kelurahan Lenteng Agung, maupun pihak UPBD-PEMK atas setiap

kemajuan dari kerjasama yang dilakukan. Berikut adalah jenis – jenis

pelaporan yang dilaporkan :

Tabel 5.12

Neraca KJK PEMK Lenteng Agung 2010 - 2011

Bulan

2010-2011Jumlah Aktiva

Jumlah Kewajiban &

Ekuitas

Februari Rp 555.995.000 Rp 555.995.000

Maret Rp 557.760.000 Rp 557.760.000

April Rp 542.061.692 Rp 542.061.692

Mei Rp 519.730.101 Rp 519.730.101

Juni Rp 501.474.408 Rp 501.474.408

Juli Rp 482.045.271 Rp 482.045.271

Agustus Rp 724.204.736 Rp 724.204.736

September Rp 691.605.242 Rp 691.605.242

Oktober Rp 673.784.476 Rp 673.784.476

November Rp 650.180.086 Rp 650.180.086

Desember Rp 628.424.864 Rp 628.424.864

Januari Rp 600.984.258 Rp 600.984.258

Februari Rp 570.015.890 Rp 570.015.890

Maret Rp 915.217.554 Rp 915.217.554

April Rp 873.586.202 Rp 873.586.202

Mei Rp 832.377.707 Rp 832.377.707

Juni Rp 786.385.054 Rp 786.385.054

Juli Rp 1.150.375.886 Rp 1.150.375.886

Agustus Rp 1.083.254.880 Rp 1.083.254.880Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011

54

Page 55: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Tabel 5.13

Laporan Arus Kas KJK PEMK Lenteng Agung 2010 - 2011

Bulan

2010-2011

Total Arus Kas

Masuk

Total Arus Kas

KeluarSaldo Akhir

September Rp 78.303.450 Rp 45.218.931 Rp 70.907.000

Oktober Rp 170.720.600 Rp 161.395.460 Rp 9.325.140

November Rp 197.747.240 Rp 136.325.268 Rp 58.421.972

Desember Rp 97.630.490 Rp 85.582.580 Rp 12.047.910

Januari Rp 97.630.490 Rp 85.582.580 Rp 12.047.910

Februari Rp 85.976.095 Rp 61.848.755 Rp 24.127.340

Maret Rp 129.089.540 Rp 111.749.555 Rp 17.339.985

April Rp 96.916.485 Rp 69.576.331 Rp 27.340.154

Mei Rp 97.303.154 Rp 68.110.245 Rp 29.192.909

Juni Rp 150.788.909 Rp 112.551.423 Rp 38.237.486

Juli Rp 139.896.186 Rp 125.190.346 RP 14.705.840

Agustus Rp 101.711.040 Rp 46.511.346 Rp 55.199.694Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011

Tabel 5.14

Perhitungan Hasil Usaha KJK Kelurahan Lenteng Agung 2010 - 2011

Bulan

2010-2011

Jumlah

Pendapatan

Jumlah

Pengeluaran

SHU Bersih

Setelah Pajak

Februari Rp 4.986.991 Rp 6.424.799 Rp ( 1.437.808)

Maret RP 4.986.991 Rp 3.137.299 Rp 1.849.692

April Rp 20.819.691 Rp 18.728.199 Rp 1.986.917

Mei Rp 30.634.802 Rp 26.762.601 Rp 3.678.591

Juni Rp 40.552.752 Rp 33.152.744 Rp 7.030.008

Juli RP 52.673.213 Rp 44.828.098 Rp 7.452.859

Agustus Rp 66.957.213 Rp 53.935.418 Rp 12.370.706

September Rp 77.866.650 Rp 69.541.570 Rp 8.325.080

55

Page 56: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

(lanjutan)Bulan

2010-2011

Jumlah

Pendapatan

Jumlah

Pengeluaran

SHU Bersih

Setelah Pajak

Oktober Rp 92.142.000 Rp 79.312.030 Rp 17.829.970

November Rp 112.747.286 Rp 89.205.461 Rp 23.541.825

Desember Rp 129.176.476 Rp 99.368.650 Rp 29.807.826

Januari Rp 13.830.000 Rp 9.827.312 Rp 4.002.688

Februari Rp 11.598.885 Rp 11.927.755 Rp( 328.870)

Maret Rp 17.635.000 Rp 16.204.323 Rp 1.430.677

April Rp 15.656.819 Rp 12.234.999 Rp 3.421.820

Mei Rp 16.923.000 Rp 11.888.245 Rp 5.034.755

Juni Rp 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571

Juli RP 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571

Agustus Rp 12.765.556 Rp 11.250.189 Rp 1.515.367Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011

Adapun prosedur yang diterapkan dalam pengawasan ( controlling ) dari

pihak internal yaitu Dari pihak internal biasanya melakukan rapat antar pengurus

yang dilakukan setiap tiga bulan sekali membahas mengenai penanganan kredit

yang macet pada anggota serta membahas tentang pengajuan dana pinjaman

kepada pihak UPDB PEMK DKI Jakarta. Selain itu untuk mengevaluasi

keseluruhan kegiatan yang sudah berjalan maka KJK PEMK Lenteng Agung

setiap tahunnya melakukan rapat anggota yaitu membahas mengenai pengajuan

penambahan besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib serta membahas

mengenai kenaikan suku bunga yang akan dikenakan oleh anggota. Selain itu

dalam rapat anggota membahas mengenai laporan keuangan yang dibuat serta

menentukan besarnya denda angsuran yang diterima oleh anggota pada saat

keterlambatan pembayaran.

56

Page 57: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Disamping itu pengawasan ( controlling ) yang dilakukan dari pihak

eksternal yaitu pihak UPDB PEMK DKI Jakarta setiap tiga bulan akan

mendatangi kantor KJK PEMK Lenteng Agung untuk melihat perkembangan dari

program tersebut dengan melihat laporan keuangan yang dibuat seperti Neraca,

laporan laba / rugi, laporan arus kas dan laporan kolektibilitas pembayaran

angsuran apakah sudah sesuai dengan hasil yang sudah dilaporkan.

5.4 PEMK dan Pemberdayaan Masyarakat

5.4.1 KinerjaPEMK

Dalam pelaksanaan kerja di KJK Lenteng Agung terlihat bahwa proses

manajerialnya sudah dapat berlangsung dengan baik. Semua unsur-unsur fungsi

manajemen mulai dari perencanaan (planning) sampai dengan pengendalian

(controlling) sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dalam fungsi perencanaan ( planning ), KJK PEMK Lenteng Agung sudah

mempunyai sasaran yang tepat, yaitu (1) Program pinjaman kelompok bagi

pedagang pasar tradisional. (2) Program pinjaman bagi kelompok industri kecil.

(3) Program pinjaman bagi pengusaha mikro yang belum memiliki kios

bekerjasama dengan Sentra Niaga Lenteng Agung. Dalam hal ini jangkauannya

hanya di wilayah Kelurahan Lenteng Agung dan target marketnya yaitu

pengusaha kecil dan mikro kaum perempuan, kelompok masyarakat miskin

57

Page 58: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

pengusaha dan KJK PEMK Lenteng Agung bekerja sama dengan UPDB PEMK

DKI Jakarta.

Dalam hal perencanaan pengembangan kelembagaan KJK PEMK Lenteng Agung,

sampai dengan tahun 2011 KJK sudah dapat membangun kerjasama dengan

UPBD dengan baik, telah menjadi pelayan masyarakat yang baik dilihat dari

penambahan jumlah anggota yang terlayani yang mengalami peningkatan setiap

tahunnya dan melebih target dari yang telah direncanakan setiap tahunnya, juga

kinerjanya sudah memberikan hasil yang sesuai target. Diharapkan pada tahun

2012 nanti LKM bisa menjadi LKM yang unggul dalam pelayanan dan kinerja.

Dalam pengorganisasian ( organizing ) untuk menjalankan koperasi ini

KJK PEMK Lenteng Agung memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari Rapat

Anggota, Pengurus, Pengawas dan Pengelola dan Rapat anggota merupakan

kekuasaan tertinggi. Dalam Kepengurusan terdiri dari empat (4) orang yaitu

Mahdi menjabat sebagai ketua satu. H. Abdul Gafar Tabrie menjabat sebagai

ketua dua, Sumino menjabat sebagai sekretaris dan Icang Sanusi, S.Sos menjabat

sebagai bendahara. Dalam susunan Pengawas terdiri dari tiga (3) orang yaitu

Askoen menjabat sebagai ketua, N. Sutarno menjabat sebagai wakil, dan

Soegiono menjabat sebagai anggota. Pengelola terdiri dari empat (4) orang yaitu

Istiqomah menjabat sebagai manajer, Robiyana menjabat sebagai keuangan, Muji

Astuti menjabat sebagai kasir dan Rendy Saputra menjabat sebagai pemasaran.

Adapun tugas dari masing – masing perangkat organisasi tersebut yaitu

Rapat Anggota, dilaksanakan setiap satu tahun sekali membahas mengenai

penentuan besarnya simpanan wajib (Rp. 10.000,-) dan simpanan pokok (Rp.

58

Page 59: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

100.000,-), menentukan besarnya nilai suku bunga yang digunakan yaitu sebesar

1,5 - 2 persen. Adapun dalam rapat anggota ini menentukan jumlah denda

angsuran yang dikenakan yaitu Rp. 1000.-/hari dan membahas mengenai laporan

keuangan. Pengurus bertugas untuk mendatangi anggota yang macet dalam

pembayaran dan memberikan teguran. Selain itu pengurus juga bertugas untuk

mencari informasi mengenai pendanaan baru dan mewakili dalam rapat

koordinasi. Pengawas bertugas untuk mengawasi kegiatan operasional dari

program tersebut terutama dalam laporan keuangan, apakah dalam laporan

tersebut ada kesalahan atau ketidak sesuaian dengan hasil yang sebenarnya.

Pengelola sangat penting dalam hal ini karena tugasnya mengelola dana pinjaman.

Dalam hal ini dana pinjaman dikelola oleh empat orang anggota, manajer bertugas

untuk mengatur segala kegiatan pengolahan dana seperti menentukan siapa saja

yang bisa menjadi anggota dan berapa nominal yang bisa diberikan oleh anggota

serta membuat keputusan seperti memberikan perpanjangan angsuran dan

memperkecil jumlah nominal angsuran setiap bulannya bagi anggota yang

mengalami masalah pada pembayaran angsuran. Keuangan bertugas untuk

mencatat keluar masuknya dana dan dibuat dalam bentuk laporan – laporan

keuangan setiap bulannya yang nantiny untuk dilaporkan kepada pengawas dan

pihak UPDB PEMK DKI Jakarta. Kasir bertugas untuk mencatat dan melayani

penyaluran dan pembayaran dana ke anggota dan yang terakhir Pemasaran

bertugas untuk mengontrol ke rumah – rumah anggota mengenai perkembangan

usaha yang dijalankan dan kemudian setiap minggunya dilaporkan ke manajer

pengelola untuk menjadi pertimbangan manajer dalam memberikan pinjaman

dana kepada anggota serta setiap minggu atau setiap bulannya mendatangi ke

59

Page 60: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

rumah – rumah anggota untuk mengambil dana angsuran bagi anggota yang ingin

angsurannya diambilkan.

Dalam pelaksanaannya (actuating) KJK PEMK Lenteng Agung telah

menyalurkan semua dana yang diamanahkan kepada masyarakat sebesar Rp

1.190.000.000,- dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap pertama sebesar Rp

540.000.000,-, tahap kedua sebesar Rp. 250.000.000,- dan tahap ketiga sebesar

Rp. 400.000.000,-. Pelaksanaan kerja operasional LKM sampai saat ini sudah

dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk meminjam dana mikro, pasar-

pasar yang ada juga sudah menjadi wilayah kerja operasional, kaum perempuan

menjadi mitra strategis ditunjukkan dengan jumlah anggota yang 80% nya adalah

perempuan, dan jangka waktu pengembalian dari masing-masing anggota sudah

sesuai dengan aturan yang ada yaitu berkisar antara 1 sampai 2 tahun.

Wilayah yang menjadi target program ini adalah wilayah RW 01 – RW 10.

Adapun anggota pada tahap pertama sebanyak 150 anggota, tahap kedua

sebanyak 220 anggota dan tahap ketiga sebanyak 348 anggota. Pencapaian

jumlah anggota tersebut sudah melebihi target yang telah ditentukan sebelumnya,

yaitu : 115 orang, 190 orang, dan 280 orang sejak tahun 2009 sampai 2011.

Disamping itu dari pelaksanaan program tersebut 70 persen anggota mengalami

peningkatan penghasilan setiap bulannya setelah mengikuti atau bergabung dalam

program PEMK tersebut.

Target dana yang akan disalurkan sebesar tahap pertama Rp 400.000.000,-, tahap

kedua Rp 300.000.000,- dan tahap ketiga sebesar Rp 400.000.000,-.

60

Page 61: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Dari sisi pencapaian nilai ekonomi, terlihat bahwa pendapatan yang

diperoleh oleh LKM mencapai nilai yang lebih besar dibanding dengan biaya

operasional yang harus dikeluarkannya, yaitu Rp. 112.545.666,- disbanding

dengan Rp. 99.345.666,-. Dengan demikian, LKM mempunyai jumlah Sisa Hasil

Usaha ( SHU ) sebesar Rp 9.200.000,- yang kemudian dibagikan disisihkan untuk

cadangan KJK PEMK Lenteng Agung sebesar Rp. 2.300.000,-, disisihkan untuk

jasa atau usaha Rp. 1.840.000,-, dibagikan untuk dana pengurus Rp. 920.000,-,

dibagikan untuk dana karyawan Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana

pendidikan Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana pembangunan dan

kerja Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana sosial Rp. 460.000,-. Dengan

kata lain Sisa Hasil Usaha KJK PEMK Lenteng Agung disisihkan untuk

penyimpanan ( S ) saving sebesar 20 persen atau sebesar Rp. 1.840.000,-.

Proses pengawasan (controlling) dilakukan dalam kegiatan dari program

baik oleh pihak internal maupun eksternal. Dari pihak internal biasanya

melakukan rapat antar pengurus yang dilakukan setiap tiga bulan sekali

membahas mengenai penanganan kredit yang yang macet pada anggota serta

membahas tentang pengajuan dana pinjaman baru kepada pihak UPDB PEMK

DKI Jakarta. Selain itu untuk mengevaluasi keseluruhan kegiatan yang sudah

berjalan maka KJK PEMK Lenteng Agung setiap setahun sekali diadakan rapat

anggota untuk membahas mengenai penetapan besarnya simpanan pokok dan

simpanan wajib yang harus dibayar oleh setiap anggota serta membahas mengenai

kenaikan suku bunga yang akan dikenakan oleh anggota. Kemudian rapat anggota

juga membahas mengenai laporan keuangan yang dibuat serta menentukan

61

Page 62: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

besarnya denda angsuran yang diterima oleh anggota pada saat keterlambatan

pembayaran. Dari pihak eksternal yaitu pihak UPDB PEMK DKI Jakarta setiap

tiga bulan akan mendatangi kantor KJK PEMK Lenteng Agung untuk melihat

perkembangan dari program tersebut dengan melihat laporan keuangan yang

dibuat seperti Neraca, laporan laba / rugi, laporan arus kas dan laporan

kolektibilitas pembayaran angsuran.

Adapun hasil wawancara terhadap 30 responden mengenai dukungan

program PEMK terhadap usaha masyarakat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.15

Dukungan PEMK terhadap Usaha Masyarakat

Kategori Jumlah Persentase %

Sangat Mendukung 10 35

Mendukung 18 60

Tidak Mendukung 2 5

Total 30 100

Sumber : Data yang telah diolah, 2011

Dari Tabel di atas diketahui bahwa besar responden atau sebanyak 60%

mengatakan bahwa dukungan program PEMK terhadap usaha mereka

mendukung. Sebanyak 10 responden atau 35% menyatakan bahwa program

PEMK sangat mendukung usaha mereka. Hal ini dapat digambarkan dari

pernyataan seorang informan penerima bantuan program PEMK

setelah saya menerima bantuan program ini.....usaha warung saya bisa lebih komplit, kalau boleh saya minta tiap bulan ada program seperti ini.

62

Page 63: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

saya senang pemerintah mulai memikirkan nasib warganya,,,,,lumayan usaha catering saya dapat tambah modal

Sementara itu hanya 5% responden merasa bahwa program PEMK tidak

mendukung usaha mereka. Mereka yang menyatakan tidak mendukung umunya

adalah mereka yang memang tidak bisa mengembangkan kegiatan ekonominya,

atau mereka yang memang dalam perguliran dananya mengalami hambatan.

5.4.2 KinerjaPEMK dan Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan keberhasilan yang telah dicapai maka LMK Lenteng Agung dapat

dinilai berhasil dalam melaksanakan kerja yang ditugaskan kepadanya, ada dua

hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yaitu:

1. Proses manajerial berlangsung sesuai dengan aturan main yang ditentukan.

Semua aturan yang ditetapkan dapat dijalankan dengan baik. Meskipun di

beberapa hal LKM perlu melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang

dihadapi di lapangan, akan tetapi semua target yang ditentukan dapat dicapai

dan bahkan telah melampaui target tersebut.

2. Dari sisi pencapaian hasil, secara kualitas dapat dilihat hal-hal berikut ::

1. Sampai dengan saat ini setiap bulan pendapatan LKM tetap berlangsung

lancar, meskipun fluktuatif sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. Jumlah pendapatan yang diterima nilainya lebih besar dibandingkan

dengan pengeluaran yang diperlukan untuk pengelolaan LKM.

3. Selama melakukan aktifitas perguliran dana, telah terjadi pertambahan

asset LKM, sesuai dengan yang diperlukan.

4. SHU dapat dicapai dan dapat dibagikan kepada anggota

63

Page 64: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

Dengan demikian terjadi arus kas yang lancar dalam proses kegiatan

perguliran dana yang dilakukan, dan itu berarti bahwa kegiatan ekonomi dari

LKM dapat dikatakan sehat atau baik. Bukti arus kas yang lancar merupakan

satu bukti kuat bahwa kegiatan ekonomi yang dilaksanakan mempunyai

peluang yang baik untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Dengan didasarkan pada hasil yang dicapai oleh LKM dan aspek teoritis

keberlanjutan dalam program pemberdayaan maka dapat dilihat bahwa program

PEMK-KJK dapat berpeluang untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

1. Dari segi skala (scale), yaitu jumlah orang yang dilayani. Makin banyak

jumlah orang yang dilayani, maka makin baik pencapaian proses

pemberdayaan, dan sebaliknya. Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa jumlah

anggota KJK PEMK Lenteng Agung dari tahap 1 sampai tahap 3 mengalami

peningkatan yang baik. Itu dilihat dari hasil jumlah anggota yang sekarang

lebih besar dari target yang direncanakan yaitu pada tahap pertama melebihi

target yang direncanakan sebesar 30 persen atau sebanyak 30 orang, pada

tahap kedua sebanyak 16 persen atau sebanyak 30 orang dan pada tahap ketiga

sebesar 24 persen atau sebanyak 68 orang. Adapun peningkatan jumlah

anggota KJK PEMK Lenteng Agung yaitu dari tahap pertama ke tahap kedua

sebesar 47 persen atau sebanyak 70 anggota baru, sedangkan untuk dari tahap

kedua ke tahap ketiga sebesar 58 persen atau sebanyak 128 anggota baru

64

Page 65: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

2. Luas layanan (outreach) yang diberikan berlangsung dengan baik dan dapat

diperluas. Walaupun cakupan wilayah yang menjadi tugas utama KJK adalah

wilayah kelurahan akan tetapi dari data yang diperoleh terlihat bahwa luas

layanan yang diberikan selalu bertambah. Hal itu bisa dilihat dari pertambahan

orang atau anggota yang terjadi, di mana dalam periode selama 2 tahun maka

pada setiap tahunnya selalu terjadi penambahan anggota yang dilayani. Dari

sisi jumlah dana, KJK juga dapat meningkatkan jumlah dana yang dapat

dipinjamkan kepada anggota. Data menunjukkan bahwa rata-rata anggota

sampai saat ini sudah meminjam minimal selama 2 kali kepada KJK. Jenis

usaha yang diberi pinjaman juga semakin beragam, beberapa di antaranya

adalah pedagang pasar tradisional, kelompok industri kecil dan pengusaha

mikro yang belum memiliki kios. Target market yang ditetapkan yaitu

pengusaha kecil dan mikro kaum perempuan, kelompok masyarakat miskin

pengusaha, sampai saat ini bisa dicapai dan terus mengalami perluasan.

3. Dampak (impact) dari KJK dapat dilihat dari peningkatan volume dan

pendapatan anggota. Dari tabel 4.10 mengenai hasil wawancara terhadap 30

responden mengenai pendapatan bersih per bulan setelah mengikuti program

PEMK ini yaitu sebesar 70 persen atau sebanyak 21 responden mengalami

peningkatan dalam pendapatan perbulannya dan sisanya sebesar 30 persen

atau sebanyak 9 orang tidak mengalami perubahan / tetap. Walapun

peningkatan volume usaha anggota masih di bawah 25 persen akan tetapi

pengakuan dari responden menunjukkan bahwa peningkatan itu sangat berarti

bagi mereka. Dalam hal peminjaman anggota dapat meminjam kembali /

65

Page 66: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

meminjam berulang - ulang dana tersebut setelah melunasi angsuran

sebelumnya.

4. Efektivitas-biaya (cost-effectiveness) yaitu : biaya terendah yang dikeluarkan

untuk pelaksanaan program menunjukkan bahwa KJK dapat mencapai

efektifitas. Dari tabel 4.14 terlihat bahwa pendapatan / penghasilan ( Y ) yang

diperoleh setiap bulannya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran ( C )

setiap bulannya, itu berarti bahwa KJK PEMK Lenteng Agung setiap

bulannya mengalami keuntungan / surplus dari hasil usaha sebesar Rp

9.200.000 dari hasil surplus tersebut dijadikan simpanan ( S ) dan juga dapat

dialokasi untuk membeli aset KJK sesuai dengan yang diperlukan.

5. Keberlanjutan (sustainability) oleh KJK dapat diharapkan. Dari pencapaian

keempat indicator di atas maka keberlanjutan dimungkinkan untuk dicapai.

Hasil analisis dan wawancara mendalam menunjukkan bahwa pada tahun

2012 akan terjadi penambahan dana yang dapat dipinjamkan kepada anggota

atau masyarakat karena sejak bulan April 2012 akan terjadi pelunasan

kewajiban kepada UPDB dan itu berarti akan menambah jumlah anggota yang

dapat dilayani atau juga berarti penambahan jumlah dana yang dapat dipinjam

oleh anggota. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa sebagai sebuat entitas

kegiatan ekonomi maka KJK menjadi entitas ekonomi yang sehat karena arus

kas yang dimiliki olehnya berada dalam keadaan lancar. Artinya akan selalu

ada pemasukan dana, juga pengeluaran opeasional, akan tetapi kinerja baik

yang diperoleh saat ini yang menunjukkan bahwa KJK selalu dapat

66

Page 67: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

memperoleh keuntungan dari proses perguliran dana yang dilakukannya akan

menambah kekuatan KJK untuk dapat tetap menjalankan fungsinya sebagai

pemberdaya ekonomi masyarakat, khususnya di tingkat kelurahan. Di samping

itu, pengakuan 70% masyarakat anggota KJK yang merasakan adanya

peningkatan volume usahanya juga akan menjadi pendukung yang baik bagi

keberlanjutan kegiatan ekonomi KJK.

.

67

Page 68: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

BAB VI

SIMPULAN dan SARAN

6.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil dan analisis didapatkan terlihat bahwa proses manajerial

yang diterapkan oleh PEMK di KJK Kelurahan Lenteng Agung dalam

program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan ( PEMK ) mulai dari

perencanaan ( planning ), pengorganisasian ( organizing ), actuating , dan

controlling dilakukan dengan baik. Semua aturan yang berlaku sudah

dilaksanakan dengan baik, pelaksana sudah dibagi dan menjalankan tugasnya

sesuai dengan tugas masing-masing, pelaksanaan kegiatan berjalan secara aktif,

dan pengawasan dilakukan dengan baik.

2. Adapun program PEMK yang diterapkan KJK PEMK Lenteng Agung sudah

berjalan dengan efektif, hal itu dapat dilihat dari perbandingan antara

pendapatan dan pengeluaran yang menunjukkan bahwa pendapatan KJK

mempunyai jumlah yang lebih besar disbanding dengan pengeluarannya,

sehingga KJK dapat menambah asset mereka dan dapat melakukan bagi hasil

dari SHU yang mereka dapatkan.

3. dari sisi proses pemberdayaan masyarakat, secara umum dari 5 (lima) indicator

kesuksesan sebuah lembaga perguliran dana dapat dilihat bahw a kesemuanya

dapat dicapai pula oleh KJK, dengan demikian prospek pengembangan KJK ke

depan untuk memberdayakan masyarakat mempunyai peluaang yang baik.

68

Page 69: Proses Manajerial KJK, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011

6.2 Saran

Untuk ke depannya, KJK PEMK Lenteng Agung diharapkan dapat tetap

mempertahankan kinerja yang dicapainya saat ini. Jika dikaitkan dengan kondisi

nyata di lapangan memang akan lebih banyak tantangan yang akan dihadapi

apalagi jika dikaitkan dengan proses pemberdayaan masyarakat. Dari sisi

perguliran dana ekonomi, saat ini ada gejala pemberdayaan yang sangat baik akan

tetapi untuk dapat memberdayakan masyarakat secara keseluruhan dari segala sisi

maka diperlukan waktu dan ikhtiar yang lebih banyak lagi. Suatu tahapan

pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari sisi ekonomi secara teoritis akan

mampu memberdayakan masyarakat akan tetapi itu harus melewati dulu

peningkatan skala ekonomi dari usaha ekonomi yang dilakukan saat ini secara

nyata (signifikan), jika tercapai hal tersebut baru peningkatan aspek lain seperti

pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum dapat dicapai.

Untuk penelitian selanjutnya, perluasan cakupan studi dari satu studi kasus

menjadi studi yang mencakup lebih banyak lagi kelurahan mungkin akan

memberikan gambaran yang lebih baik lagi mengenai keterkaitan antara program

PEMK dengan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan.

 

69