(proses membaca) pendahuluan -...

204
HAKIKAT MEMBACA (Proses Membaca) PENDAHULUAN Penyebaran informasi melalui media cetak dewasa ini makin mendapat perhatian, baik dari kalangan masyarakat intelektual maupun dari kalangan masyarakat biasa. Kemampuan memperoleh informasi melalui media cetak makin penting dalam masyarakat yang tumbuh menjadi masayarakat yang kompleks. Teknologi canggih menuntut tingkat pendidikan yang tinggi yang pada umumnya bergantung pada adanya media cetak. Hal ini berarti bahwa kemampuan membaca yang layak merupakan hal yang sangat vital. Anggota masyarakat yang “iliterat”, atau anggota masyarakat yang tidak mampu membaca, akan senantiasa terpencil dan merasa dipencilkan, karena tidak terjangkau dan tidak mampu menjangkau informasi yang seharusnya miliki. Kemampuan membaca mempunyai makna yang sangat penting baik dalam kehidupan akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami iklan dalam surat kabar misalnya, diperlukan kemampuan membaca peringkat enam dan tujuh. Petunjuk yang ada dalam berbagai pembungkus obat hanya dapat dipahami oleh pembaca peringkat sepuluh, dan materi bacaan yang tertera dalam borang yang harus diisi oleh wajib pajak, surat perjanjian, petunjuk dalam buku tabanas, dan sebagainya, menghendaki pembaca yang menduduki peringkat dua belas. Bila dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, media cetak mempunyai kelebihan khusus. Dari media cetak, pembaca memperoleh informasi secara leluasa,

Upload: vananh

Post on 23-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

HAKIKAT MEMBACA

(Proses Membaca)

PENDAHULUAN

Penyebaran informasi melalui media cetak dewasa ini makin mendapat

perhatian, baik dari kalangan masyarakat intelektual maupun dari kalangan

masyarakat biasa. Kemampuan memperoleh informasi melalui media cetak makin

penting dalam masyarakat yang tumbuh menjadi masayarakat yang kompleks.

Teknologi canggih menuntut tingkat pendidikan yang tinggi yang pada umumnya

bergantung pada adanya media cetak. Hal ini berarti bahwa kemampuan membaca

yang layak merupakan hal yang sangat vital. Anggota masyarakat yang “iliterat”, atau

anggota masyarakat yang tidak mampu membaca, akan senantiasa terpencil dan

merasa dipencilkan, karena tidak terjangkau dan tidak mampu menjangkau informasi

yang seharusnya miliki.

Kemampuan membaca mempunyai makna yang sangat penting baik dalam

kehidupan akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami iklan

dalam surat kabar misalnya, diperlukan kemampuan membaca peringkat enam dan

tujuh. Petunjuk yang ada dalam berbagai pembungkus obat hanya dapat dipahami

oleh pembaca peringkat sepuluh, dan materi bacaan yang tertera dalam borang yang

harus diisi oleh wajib pajak, surat perjanjian, petunjuk dalam buku tabanas, dan

sebagainya, menghendaki pembaca yang menduduki peringkat dua belas.

Bila dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, media cetak mempunyai

kelebihan khusus. Dari media cetak, pembaca memperoleh informasi secara leluasa,

Page 2: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

baik informasi masa lalu, maupun informasi masa kini, bahkan masa mendatang.

Media cetak bisa diperoleh dan dibawa dengan cara yang sangat mudah. Informasi

yang dikandungnya dapat dinikmati sesuai dengan kehendak pembaca, kapan dan di

mana saja. Membawa-bawa radio jelas lebih merepotkan daripada membawa-bawa

surat kabar; membawa majalah jauh lebih mudah daripada membawa-bawa TV,meski

yang terkecil ukurannya. Fleksibilitas kegiatan membaca memberikan jaminan

kelangsungan nilai-nilai yang dikandung dalam bacaan itu, baik untuk keperluan

pendidikan maupun untuk keperluan hiburan.

Pengetahuan mengenai proses membaca ini perlu untuk anda maupun untuk

murid anda. Pengetahuan tentang membaca sebagai gabungan berbagai proses bisa

berdampak positif terhadap strategi mengajar maupun strategi belajar. Oleh

karenanya, sesudah memahami dan mampu menggunakan pengetahuan yang

diperoleh dari buku ini, anda dituntut pula untuk dapat menyampaikan kemampuan itu

kepada anak didik anda. Pemahaman tentang kegiatan membaca sebagai multi proses

harus dicamkan sejak dini, baik oleh guru maupun oleh siswa.

Setelah membaca Buku 1 ini, anda diharapkan dapat:

a) memahami dan menjelaskan kegiatan membaca sebagai proses psikologis;

b) memahami dan menjelaskan kegiatan membaca sebagai proses sensoris;

c) memahami dan menjelaskan kegiatan membaca sebagai proses perseptual;

d) memahami dan menjelaskan kegiatan membaca sebagai proses perkembangan;

e) memahami dan menjelaskan kegiatan membaca sebagai proses perkembangan

keterampilan.

Pada bagian ini kami akan mengajak anda untuk berbincang-bincang tentang

hakikat membaca yang merupakan perwujudan atau kesatuan berbagai macam

proses. Hal yang perlu dicamkan pada kegiatan belajar mengajar membaca ialah

Page 3: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

bahwa membaca itu merupakan proses. Pada waktu berupaya mendeskripsikan hal-

hal yang terjadi ketika seseorang membaca, kita sering menggunakan istilah "proses

membaca". Istilah ini sesungguhnya kurang tepat. Istilah yang lebih baik tepat ialah

"proses-proses membaca", sebab membaca bukanlah proses tunggal melainkan

sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan

tunggal. Hal ini berarti bahwa kita harus memandang membaca sebagai suatu

pengalaman yang aktif, ialah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

bertujuan. Tentu saja, pengalaman anak didik pun ikut berperan sebagai unsur penting

dalam perbuatan membaca itu. Manifestasi terakhir penyatuan berbagai proses

tersebut dinyatakan dalam satu perbuatan tunggal, ialah membaca.

Berdasar pada pemikiran di atas itu, pada bab ini akan diuraikan ihwal proses

membaca secara singkat, ialah proses psikologis, sensoris, dan perseptual. Pada

bagian proses psikologis dibicarakan berbagai faktor yang mempengaruhi

perkembangan membaca. Sesudah itu dibicarakan pula hal-hal yang berhubungan

dengan "skemata" yang mempunyai kaitan erat dengan proses membaca.

Sesudah membaca uraian tentang proses membaca dan skemata ini, anda

diharapkan dapat menjelaskan arti membaca sebagai proses psikologis, sensoris,

perseptual, perkembangan, dan perkembangan keterampilan. Di samping hal-hal

tersebut, anda diharapkan pula memahami makna skemata serta pemanfaatannya

dalam proses membaca. Bagi anda yang mempunyai keinginan memperdalam ihwal

proses membaca dan skemata, disediakan daftar nama buku pada bagian akhir buku

ini yang relevan dengan kebutuhan anda.

Seperti telah dikemukakan dalam pengantar, membaca merupakan faktor yang

sangat penting dalam kehidupan kita. Melalui media cetak kita dapat menyerap

berbagai informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang

Page 4: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

belum dapat kita jawab dengan baik ialah bagaimana cara atau upaya yang harus kita

lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi dunia baca. “Dunia Baca” yang

ideal memang belum pernah ada. Masyarakat negara-negara yang sudah maju

sekalipun, seperti Amerika dan Rusia, belum mampu menciptakannya. Di negara

mereka pun masih saja ada orang yang aliterat, ialah orang-orang yang mampu

membaca, tetapi memilih untuk tidak membaca. Mereka lebih suka mengerjakan

pekerjaan kegiatan lain daripada membaca. Dengan kata lain, mereka tergolong orang

yang masih malas membaca.

Kita sering mendengar bahkan membaca berita tentang kurangnya minat baca

di kalangan masyarakat, terutama di kalangan pelajar, padahal minat baca itu

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemampuan membaca. Menurut hasil-

hasil penelitian yang terakhir, kemampuan membaca lebih banyak ditentukan oleh

intensitas membaca daripada oleh IQ seseorang. Makin banyak seseorang melakukan

aktivitas membaca, akan makin meningkat pula kemampuan membacanya.

Seseorang akan banyak membaca secara mandiri jika minat bacanya tinggi.

Oleh karena itu, guru bidang studi apa pun dituntut untuk meningkatkan minat baca

para siswanya. Dengan demikian kemampuan membaca para siswa itu pun akan

meningkat dengan sendirinya.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah

kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam

kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi

yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu

menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut

terjadi secara tidak langsung, namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara

Page 5: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang

lebih baik dalam memahami maksud penulisnya. Pembaca berkomunikasi dengan

penulis melalui karya tulis yang digunakan penulis sebagai media untuk

menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Dengan demikian, pembaca

harus mampu menyusun pengertian-pengertian yang tertuang dalam kalimat-kalimat

yang disajikan oleh penulis/pengarang sesuai dengan konsep yang terdapat pada diri

pembaca.

Pembaca dapat menyusun pengertian-pengertian tersebut dengan berbagai

konsep pada suatu saat tertentu yang selanjutnya secara berangsur-angsur menjadi

dasar baginya untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara lebih luas dan

mendalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa membaca bukanlah suatu kegiatan yang

berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam

suatu sikap, ialah sikap pembaca yang aktif.

Membaca sering kali pula dianggap sebagai kegiatan yang pasif. Sebenarnya,

pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu bukan sekedar memahami lambang-

lambang tertulis, melainkan berarti pula memahami, menerima, menolak,

membandingkan, atau meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh

pengarang/penulis. Kemampuan membaca seseorang banyak dipengaruhi pula oleh

tingkat kematangan dan pengalamannya.

Unsur-unsur apakah yang terlibat dalam setiap kegiatan membaca itu?

Ketidakhadiran salah satu unsur tersebut akan berpengaruh terhadap kompetensi

membaca yang dimiliki seseorang. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa hal yang

berkenaan dengan proses membaca.

2. Membaca Sebagai Suatu Proses Psikologis

Page 6: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Kehidupan dan pertumbuhan manusia senantiasa dipengaruhi oleh kegiatan

belajar. Karenanya, banyak hal yang kita kuasai diperoleh melalui proses belajar.

Begitu pula halnya dengan kemampuan membaca.

Ada berbagai hal yang mendasar yang perlu mendapat perhatian dalam

kegiatan membaca. Hal-hal tersebut mempunyai kaitan yang erat dengan proses

membaca. Hal yang berikut ini merupakan sebahagian kecil saja dari sekian banyak

faktor yang telah diketahui sebagai faktor yang memiliki kaitan yang erat dengan

proses membaca, yakni:

1) intelegensi,

2) usia mental,

3) jenis kelamin,

4) tingkat sosial ekonomi,

5) bahasa,

6) ras,

7) kepribadian,

8) sikap,

9) pertumbuhan fisik,

10)kemampuan persepsi, dan

11)tingkat kemampuan membaca.

Dari faktor-faktor (yang hanya merupakan bahagian kecil ) tersebut, hanya

beberapa buah saja yang akan dibicarakan dalam bab ini.

Page 7: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Faktor Intelegensi

Anda pernah mendengar kata "intelegensi" bukan? Ya, bahkan sangat sering.

Tahukah anda makna kata tersebut? Anda tahu benar arti kata itu, tetapi teman-teman

Anda masih banyak yang belum memahaminya. Banyak orang mungkin merasa sudah

sangat akrab dengan istilah tersebut, namun belum mengetahui maknanya yang

sesungguhnya, karena tidak pernah berkeinginan untuk mempelajarinya dengan

sebaik-baiknya melalui buku sumbernya.

Anda sudah mengetahui bahwa kata intelligent(intelegensi) sering

bergandengan dengan kata quotient dan disingkat menjadi IQ. Di samping IQ Anda

mengenal pula MA (mental age), ialah usia mental. Untuk apa orang membuat kedua

istilah tersebut? Ya, benar, IQ dan MA biasa digunakan untuk menyatakan hasil tes

intelegensi umum. IQ seorang anak yang berusia enam tahun menunjukkan rasio

antara skor tertentu yang diperolehnya dalam suatu tes intelegensi dan skor yang akan

diperoleh oleh anak-anak lain pada umumnya (rata-rata), yang berusia kronologis

sama dengan anak tersebut, untuk tes yang sama pula.

Untuk membedakan IQ dan MA, anda boleh mendefinisikan IQ sebagai

ukuran pertumbuhan mental, sedangkan MA sebagai ukuran kedewasaan mental.

Meski ada keistimewaan-keistimewaan yang bisa terjadi, IQ dapat dianggap sebagai

suatu ukuran yang relatif stabil, sedangkan MA mempunyai pertumbuhan berlanjut

sampai pada usia pertengahan adolesensi. Rumus-rumus yang berikut ini mungkin

dapat menolong menjelaskan hubungan antara usia kronologis (Chronological Age)

yang disingkat CA, dengan MA dan IQ.

IQ x CA

MA = _______

100

Page 8: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MA

IQ = --------- x 100

CA

Kita dapat menurunkan MA seorang anak yang IQ-nya 110 dan yang CA-nya 6,0

dengan cara berikut ini.

110 x 6,0 (tahun)

MA = -----------------------

100

110 x 72 (bulan)

= ---------------------

100

= 79,2

79,2

= ------- = 6,6

12

Page 9: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Jika MA dan CA diketahui (6,6 dan 6,0), dengan cara yang sama Anda

akandapat mencari IQ.

MA

IQ = ----- x 100

CA

6,6

= ----- x 100

6,0

= 110

Walaupun banyak faktor yang mempengaruhi dan berkaitan erat dengan

kesiapan dan kemampuan membaca, namun yang paling banyak dan paling konsisten

diteliti dan dipelajari ialah faktor intelegensi. Para ahli sependapat bahwa intelegensi

merupakan faktor yang penting, tetapi batas-batas kepentingannya belum juga dapat

dijelaskan. Kenyataan yang menunjukkan adanya perbedaan informasi tentang

kepentingan intelegensi itu mempunyai kecenderungan mengaburkan permasalahan,

bukan menjelaskannya.

Harris (1970), umpamanya, berpendapat bahwa faktor terpenting dalam

masalah kesiapan membaca ialah inteligensi umum. Karena faktor tersebut

merupakan angka rata-rata perkembangan mental, yang banyak tingkatannya itu,

maka kaitannya dengan faktor-faktor lainnya sangatlah jelas.

Page 10: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Witty dan Kopel(1970) pun mempunyai pendapat yang serupa. Mereka

berkesimpulan bahwa seseorang yang memiliki skor IQ menurut Binet di bawah 25,

biasanya tidak pernah mencapai kematangan mental yang layak untuk belajar

membaca. Anak yang skor IQ-nya di bawah 50 akan mengalami kesulitan dalam

memahami materi bacaan yang abstrak dan materi-materi lainnya yang sukar. Adapun

mereka yang skor IQ-nya ada di antara 50 dan 70 akhirnya akan mampu juga

membaca, tetapi kemampuannya itu tidak akan melebihi kemampuan membaca

peringkat empat.

Studi tentang intelegensi dan kesiapan membaca yang dilakukan oleh

Morphett dan Washburne (1931) mungkin merupakan studi yang paling dikenal.

Selama bertahun-tahun hasil penelitian mereka mendominasi keyakinan tentang

intelegensi itu. Namun demikian, semenjak itu, dikenal pula hal yang sama

pentingnya, bahkan mungkin lebih penting. Penelitian Gates (1937) telah mengubah

sikap terhadap masalah intelegensi itu. Penelitian yang dilakukannya dalam kelas

menunjukkan bahwa usia mental itu mempunyai kegunaan yang relatif; ada faktor

lain yang juga menentukan keberhasilan pencapaian kemampuan membaca.

Ditunjukkannya bahwa besarnya kelas, prosedur dan metode mengajar, memberikan

kemungkinan kepada anak untuk mampu membaca pada usia empat setengah tahun;

sedangkan bentuk pengajaran lainnya baru berhasil memberikan kemampuan

membaca pada usia tujuh tahun.

Gray (1956) memberikan saran agar anak mulai diajari membaca jika MA-nya

mencapai angka enam. Namun, dia pun mengakui materi yang digunakan dalam

pengajaran, prosedur mengajar, dan faktor-faktor lainnya yang cukup banyak

jumlahnya itu mempunyai peranan yang lebih penting daripada usia mental. Dia

Page 11: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

menunjukkan kenyataan di Skotlandia dan negara-negara Eropa lainnya yang berhasil

membina pembaca-pembaca yang baik pada usia mental lima.

Ada lagi dua orang ahli, Smith dan Dechant (1961) yang melaporkan adanya

kaitan yang erat antara kesiapan membaca dan kemampuan membaca. Mereka

membuktikan korelasi antara sekor tes kesiapan membaca dan usia mental itu

merentang antara 0,35 dan 0,80. Kesimpulan mereka berbunyi bahwa pada umumnya

tes kemampuan membaca, kesiapan membaca, dan intelegensi itu mengukur faktor-

faktor yang sama.

Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai sifat hubungan yang sebenarnya

antara IQ dan MA terhadap membaca, ternyata persamaan-persamaannya pun masih

ada, seperti yang tertera di bawah ini.

1) IQ dan MA merupakan alat ramal yang baik untuk menentukan tingkat minimal

kemampuan anak.

2) Kebanyakan anak yang gagal belajar membaca di kelas satu mempunyai usia

mental di bawah enam tahun.

3) Meskipun IQ dan MA merupakan faktor-faktor yang penting, faktor-faktor lain

seperti jumlah anak dalam kelas, prosedur, motivasi, serta proses belajar-mengajar

merupakan faktor-faktor yang sama pentingnya untuk mencapai kemampuan

membaca yang baik.

4) Meskipun IQ dan MA merupakan prediktor yang baik dalam banyak hal, namun

keduanya tidak boleh digunakan secara terpisah dari faktor-faktor lainnya dalam

menentukan perkiraan yang akan dilaksanakan. Anak kelas satu yang mempunyai

IQ 130 belum tentu dapat lebih berhasil dalam kegiatan membaca bila

dibandingkan dengan seorang anak yang ber-IQ 80.

Page 12: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5) Korelasi antara IQ dan skor membaca cenderung meningkat sesuai dengan

kenaikan kelas. Skor IQ yang tinggi di kelas enam merupakan prediktor

kemampuan membaca yang lebih baik daripada skor IQ yang sama tingginya yang

diperolehnya di kelas satu.

Tes Formatif 1

1. Harris berpendapat bahwa faktor terpenting yang ikut menentukan kesiapan

membaca ialah:

A intelegensi umum

B usia mental

C usia kronologis

D intelegensi khusus

2. Jika diketahui bahwa usia mental 7,8 dan usia kronologis 6,0 maka dapat

diketahui bahwa tingginya IQ adalah …

A. 110

B. 120

C. 130

D. > 130

3. Witty da Kopel berpendapat bahwa anak yang ber-IQ 90 akan …

A. dapat membaca 50 kpm

B. mengalami kesulitan memahami materi bacaan yang abstrak

C. mampu membaca sampai peringkat empat saja

D. mampu membaca di atas peringkat empat

Page 13: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

4. Gates menemukan data bahwa besarnya kelas, prosedur dan metode membaca

memberikan kemungkinan kepada anak untuk dapat membaca pada usia…

A. dua tahun

B. tiga tahun

C. tiga setengah tahun

D. empat setengah tahun

5. Gray menyarankan agar anak mulai diajari membaca pada usia …

A. empat setengah tahun

B. lima tahun

C. enam tahun

D. enam setengah tahun

6. Smith dan Decant memperoleh data yang menyatakan bahwa anak yang gagal

belajar membaca di kelas satu mempunyai usia mental …

A. enam setengah tahun

B. enam tahun

C. antara enam dan enam setengah tahun

D. di bawah enam tahun

Di muka telah dikatakan bahwa faktor penting yang berpengaruh terhadap

kemampuan membaca bukan IQ dan MA saja. Masih banyak faktor lain yang sama

Page 14: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pentingnya. Di bawah ini akan diuraikan peranan faktor sosial ekonomi dalam

pemerolehan kemampuan membaca.

Faktor Sosial-Ekonomi

Pada masa sekarang, yang sering kali dikaitkan dengan masalah kemampuan

membaca ialah faktor sosial ekonomi. Status sosial-ekonomi ternyata mempunyai

kaitan yang jelas dengan kemampuan membaca. Riessman (1962) mengutip catatan

yang menyatakan pada umumnya 15 sampai 20 persen anak-anak sekolah di Amerika

menunjukkan batas-batas ketidakmampuan membaca. Dia memperkirakan adanya

angka persen yang lebih besar di kalangan masyarakat yang bersosial ekonomi

rendah, sampai 50%. Perkiraan lain dibuat oleh Benson (1969) yang menyatakan

bahwa anak-anak yang berasal dari masyarakat kelas sosial-ekonomi menengah dapat

membaca lebih baik daripada anak-anak yang bersosial-ekonomi rendah (10 - 20%),

sedangkan yang tidak mampu membaca adalah anak-anak yang bersosial ekonomi-

rendah bisa (80%).

Meskipun temuan mereka itu cukup mengkhawatirkan, namun sesungguhnya

tidaklah terlalu mengherankan, sebab jauh sebelumnya, yakni tahun 1940, Coleman

sudah melihat adanya hubungan yang jelas antara status sosial-ekonomi dengan

kemampuan membaca. Dengan jalan mempelajari suatu sampel nasional dari tiga

kelompok siswa yang berstatus sosial-ekonomi yang berbeda tingkatannya itu,

ditemukan bukti bahwa tingkat sosial ekonomi siswa itu ada kaitannya dengan

kemampuan mereka dalam berbagai mata pelajaran.

Hasil yang sama diperoleh Gough (1946) dari penelitiannya atas murid-murid

kelas enam yang berstatus tinggi, menengah, dan rendah, berdasarkan kemampuan

sosial-ekonominya. Ada berbagai faktor yang menjadi alasan kenyataan tersebut.

Yang jelas di antaranya ialah kekurangan gizi, tingkat kesehatan yang rendah,

Page 15: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

kepadatan lingkungan, tempat kediaman yang tidak stabil, dan tekanan ekonomi. Di

sisi lain, masih ada alasan yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca itu

yang sesungguhnya masih ada kaitannya dengan status sosial- ekonomi, yang dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yakni latar belakang pengalaman;

tingkat motivasi; dan bahasa.

Anda sering mendengar bahwa latar belakang pengalaman anak-anak yang

berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah itu sangat kerdil.

Pernyataan seperti itu sudah tentu tidak benar. Semua anak mempunyai latar belakang

pengalaman. Kenyataan bahwa latar belakang pengalaman mereka itu tidak sama

dengan yang dimiliki anak-anak kelas menengah jadi tidaklah sepantasnya jika

ditafsirkan bahwa anak-anak itu sama sekali tidak berpengalaman. Haruslah

ditafsirkan bahwa pengalaman mereka itulah yang harus mereka camkan. Sayang

sekali, banyak guru yang menyepelekan kenyataan itu.

Di pihak lain, sungguh tidak realistik jika dikatakan bahwa anak-anak tertentu

tidak mengalami rintangan yang disebabkan oleh latar belakang pengalamannya.

Karena sistem pendidikan diarahkan pada standar sosial kelas menengah dengan

menggunakan mata pelajaran dan kosakata kelas menengah, maka anak yang tidak

mempunyai pengalaman tentang hal tersebut sesungguhnya akan mengalami

hambatan. Anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang tidak berada mempunyai

kurang memiliki kesempatan untuk bepergian, membaca buku dan majalah, atau

bertemu dengan orang-orang di luar lingkungannya. Disebabkan oleh lingkungan

sosial yang sempit dan kemampuan ekonomi yang terbatas itulah kesempatan-

kesempatan untuk pengayaan itu menjadi tertutup. Kedua orang tua bekerja dari pagi

sampai sore sehingga tidak berkesempatan untuk ikut memperluas wawasan anak dan

memberi peluang untuk terciptanya berbagai kesempatan yang memungkinkan anak

Page 16: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

memiliki pengalaman yang luas. Dengan alasan tekanan ekonomi, banyak orang tua

yang melalaikan tugas yang demikian itu. Akibatnya, anak tidak siap untuk menerima

perubahan-perubahan dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Anggapan yang menyatakan bahwa semua anak mempunyai keinginan untuk

belajar membaca merupakan anggapan yang naif dan tidak realistis. Kenyataan

menunjukkan banyak anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, tidak mau

membaca. Motivasi mereka untuk belajar membaca sangat kurang. Mengapa hal ini

terjadi? Mungkin sekali, apa yang dilihat dan dialaminya di seputar lingkungan

terdekatnya (lingkungan keluarga dan tetangga) tidak mampu memberikan

pengalaman yang dapat merangsangnya untuk melakukan aktivitas membaca. Mereka

tidak pernah melihat orang tua mereka, atau pun anggota keluarga lainnya

menunjukkan perhatian yang layak terhadap membaca. Kakak-kakak mereka, teman-

teman, dan tetangga sepergaulan dengan mereka itu pun jarang atau bahkan tidak

berkesempatan untuk membaca buku, majalah, atau surat kabar di rumah. Mereka

tidak pernah mendapat dorongan atau alasan untuk belajar membaca.

Alasan lain yang menyebabkan anak tidak mempunyai motivasi untuk belajar

membaca ialah langkanya atau bahkan tiadanya kesempatan bagi mereka untuk

menikmati pengalaman indah dan berguna dari kegiatan membaca itu. Disebabkan

oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan latar belakang dan kesiapan mereka yang

serba kurang itulah, mereka datang ke sekolah dengan kesiapan yang tidak layak.

Karena mereka tidak memiliki kesiapan kegagalan pun menimpa, dan kegagalan itu

sering kali diukur oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca. Tidak seorang pun

menyukai kegagalan, karenanya tidaklah mengherankan jika asosiasi-asosiasi negatif

pun menimbuni kehidupan mereka. Kegagalan yang berlangsung secara terus-

Page 17: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

menerus itu, tak dapat menumbuhkan memotivasi mereka untuk membaca, bahkan

sebaliknya, mendorong mereka untuk segera meninggalkan sekolah.

Faktor lain yang menyebabkan anak-anak yang berasal dari keluarga tidak

mampu itu gagal ialah faktor fasilitas bahasa. Anak yang memiliki kemampuan

berbahasa yang layak untuk berkomunikasi dengan keluarganya ternyata tidak berarti

memiliki bahasa yang layak untuk bersekolah. Bahasa rumah dan bahasa lingkungan

(masyarakat) belum tentu merupakan bahasa sekolah. Patin (1964) menunjukkan

bukti bahwa sering kali anak yang memiliki bahasa masyarakat yang layak, tidak

mampu berbahasa formal. Bahasa sehari-harinya layak untuk menerima dan

menyampaikan informasi yang sederhana, meminta sesuatu, menyatakan persetujuan

atau penolakan. Bahasa mereka ditandai oleh sifat kesederhanaan, deklaratif, dan

imperatif. Struktur yang kompleks, klause-klause terikat, dan pola kalimat yang lebih

luas jarang ditemukan dalam bahasa sehari-hari. Karena bahasa sekolah itu

merupakan bahasa formal, sering kali anak-anak yang berasal dari keluarga tidak

mampu itu sudah mengalami kegagalan semenjak langkahnya yang pertama di

sekolah.

Temuan-temuan tersebut itu bersesuaian dengan temuan Thomas (1964). Di

daerah penelitiannya yang dihuni oleh keluarga-keluarga yang tidak mampu, dia

memperoleh bukti bahwa anak-anak di daerah itu hanya memiliki 50% dari jumlah

kosakata yang biasa digunakan di sekolah. Mereka tidak dapat memahami dua puluh

sampai lima puluh persen kata-kata yang digunakan dalam buku-buku di tingkat

permulaan. Kondisi seperti itu akan merupakan awal kegagalan tumbuhnya minat

baca, sebab jika di antara 100 kata yang harus dibaca terdapat tiga buah (3%) kata saja

yang

Page 18: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3. Membaca Sebagai Suatu Proses Sensoris

Pada bagian 1.2 anda telah mempelajari kegiatan membaca sebagai proses

psikologis. Dalam kegiatan ini akan dibicarakan kegiatan membaca sebagai proses

sensoris.

Apa pun yang dapat kita katakan tentang membaca tidak dapat dipisahkan dari

kenyataan bahwa pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris. Isyarat dan

rangsangan untuk kegiatan membaca itu masuk lewat telinga dan mata, sedangkan

rangsangan huruf Braille masuk lewat syaraf-syaraf jari. Betapa pun cerdas, mantap,

dan siapnya jiwa seorang anak, tidaklah mungkin bisa belajar membaca jika dia tidak

mampu mengenali rangsangan materi cetak. Penjelasan tersebut tidak berarti bahwa

anak-anak yang cacat tidak akan dapat belajar membaca. Anak-anak mempunyai alat

kompensasi yang sangat banyak. Tidak pula dapat dikatakan bahwa ketunanetraan

dan ketunarunguan semata-matalah yang merupakan penyebab kegagalan membaca.

Pernyataan "membaca sebagai proses sensoris" tidak berarti memandang kegiatan

membaca itu sebagai proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam

proses membaca itu, dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai

faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau bekerja secara serempak. Kepenatan,

kegelisahan, kebimbangan, ketidakpercayaan terhadap diri sendiri merupakan faktor-

aktor yang sering kali berbaur dengan cacat yang diderita seseorang, yang pada

akhirnya menyebabkan kegagalan dalam mencapai kemampuan membaca.

Kegiatan membaca dimulai dengan proses melihat. Stimulus masuk lewat

indra penglihatan, mata. Pada tingkat awal, anak menunjukkan kemampuan yang

secara umum disebut membaca. Pada saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa

tanda dan lambang-lambang tertentu menunjukkan nama atau benda tertentu pula.

Kemudian secara berangsur, mereka mulai sadar bahwa jika lambang-lambang itu

Page 19: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dirangkai akan tersusun suatu pembicaraan; tersusun suatu pesan. Kapankah anak-

anak itu siap untuk membaca buku? Dengan kata lain, kapankah penglihatannya itu

siap untuk diperkenalkan dengan lambang-lambang tulis?

Berbagai penelitian membuktikan bahwa pada umumnya anak mempunyai

kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak

memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam, pemokusan

pengaturan, dan pengubahan perasaan secara bebas. Tetapi, pada usia tersebut anak

pun sudah berpenyakit pandangan jauh. Akan tetapi, karena anak itu merupakan

pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, anda seyogianya memiliki pengetahuan yang layak tentang hal-hal

yang pantas diperhatikan.

Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak ialah "kekeliruan kesiapan"

(refractive error), yang berarti tidak lain dari kondisi mata yang tidak terpusat. Salah

satu jenis keliru sipi ialah hipermetropia, atau pandangan jauh. Untuk mengetahui

kelemahan ini, idealnya di setiap sekolah harus disediakan alat uji penglihatan. Jalan

lain untuk mengatasi hal tersebut ialah bahwa siswa secara teratur dibawa ke

poliklinik terdekat untuk memeriksakan kesehatan penglihatannya atau mendatangkan

pihak kesehatan ke sekolah. Guru yang berpengalaman tidak akan memberi tugas

kepada anak-anak yang mempunyai kelemahan seperti itu untuk membaca benda-

benda yang terlalu dekat atau menyuruhnya membaca dalam waktu yang terlalu lama

secara terus-menenerus.

Jenis keliru sipi yang kedua adalah miopia, atau pandangan dekat. Penderita

miopia tidak sebanyak penderita hipermetropia pada permulaan pengajaran membaca.

Akibatnya pun tidak terlalu parah. Bahkan, penderita miopia yang moderat

memperlihatkan kesukaan terhadap kegiatan membaca.

Page 20: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Eror refraktif jenis ketiga ialah astigmatisme. Penderita cacat penglihatan ini

mempunyai jarak pandang yang tidak sama untuk kedua matanya; miopik atau

hipermetropik untuk salah satu matanya atau campuran antara keduanya. Meskipun

penyakit-penyakit tersebut tidak pernah dimasukkan ke dalam faktor penyebab

ketidakmampuan membaca, namun jelaslah peranannya sebagai faktor yang turut

serta menimbulkan ketidakmampuan membaca harus kita akui bersama. Eror refraktif

dapat menyebabkan ketidakbetahan, ketegangan, dan kekurangminatan terhadap

bahan bacaan.

Dapatkah anda menyebutkan faktor-faktor lain yang anda anggap sebagai

kendala dalam proses membaca? Ya, memang banyak. Untuk mengetahui adanya

gangguan tersebut, sebelas macam gejala yang berikut ini seyogianya anda perhatikan

baik-baik:

1) gerakan-gerakan muka,

2) mendekatkan bacaan ke muka,

3) ketegangan waktu melakukan aktivitas visual,

4) memencengkan kepala,

5) mendorong kepala ke depan,

6) badan ditegangkan tatkala melihat objek yang jauh,

7) sikap duduk yang tidak baik,

8) seringkali menggerak-gerakkan kepala,

9) sering menggosok-gosok mata,

10) menghindari pekerjaan visual yang rapat, dan

11) kehilangan tempat/batas waktu membaca.

Page 21: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Gejala-gejala yang tampak seperti indikator-indikator di atas bila digabungkan dengan

hasil tes mata merupakan prediktor yang baik untuk mengetahui cacat penglihatan.

Jika kegiatan membaca dikatakan bermula dari proses melihat, maka secara

umum, kesiapan membaca dimulai dari mendengarkan. Persiapan auditoris anak

dimulai dari rumah dalam bentuk pembinaan kosakata, menyimak efektif, dan

keterampilan membeda-bedakan ujaran. Jika seorang anak mendapat pengaruh jelek

dari cacat tubuh atau kondisi sosialnya, maka pengalamannya pun terbatas. Akibat

keterbatasan pengalaman itu akan segera tampak pada tingkat awal dalam upayanya

belajar membaca. Jika di rumahnya seorang anak menemukan kesulitan dalam

membeda-bedakan bunyi yang mirip, atau tidak dapat mengenali pelafalan tertentu

untuk sebuah kata, kita boleh percaya bahwa di sekolahnya pun dia akan menghadapi

kesulitan yang sama.

Anak-anak sebagai pembaca pemula harus mampu mendengar kesamaan di

antara bunyi-bunyi huruf yang ada dalam suatu kata, mendeteksi kata-kata yang

diawali dan dirakhiri oleh bunyi yang sama, dan mampu mendeteksi irama. Dalam

banyak kejadian, anak-anak yang tidak mampu melakukan hal tersebut dapat dilatih

untuk melakukannya. Jika pelatihan seperti itu tidak berhasil, maka latihan

pengenalan bunyi yang lebih berat seyogianya tidak diberikan kepadanya.

Hal yang perlu dicamkan oleh guru ialah bahwa bila seorang anak kehilangan

daya dengarnya namun masih mempunyai motivasi untuk belajar membaca, dia tidak

akan menemui kesulitan dalam penguasaan bacaannya itu sepanjang bahan ajar dan

proses pengajarannya diselaraskan dengan keadaan anak yang bersangkutan.

Kalaupun ada kesulitan, hal tersebut tidak akan menjadi rintangan baginya untuk

belajar membaca. Sebaliknya, seorang anak yang mempunyai cacat pendengaran yang

tidak seberapa bisa menemui kegagalan dalam penguasaan membaca jika dia tidak

Page 22: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

memiliki motivasi, tidak percaya diri, dan tidak mendapatkan pengajaran yang layak

dan selaras dengan keadaannya.

4. Membaca Sebagai Proses Perseptual

Proses perseptual mempunyai kaitan erat dengan proses sensoris. Anda harus

waspada untuk tidak mempertukarkannya. Seperti dalam proses sensoris, secara

umum persepsi dimulai dengan melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan

meraba. Namun, dalam kegiatan membaca kita cukup memperhatikan dua hal yang

pertama saja, yakni melihat dan mendengar. Bertalian dengan hal tersebut banyak

orang yang secara keliru mencampurbaurkan penangkapan gelombang udara,

gelombang cahaya, dan gelombang rasa itu dengan keseluruhan proses persepsi.

Vernon (1962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam

membaca itu terdiri atas empat bagian, yaitu: 1) kesadaran akan rangsangan visual;

2) kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;

3) klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang

umum; dan

4) indentifikasi kata-kata, yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.

Meskipun Vernon bermaksud memperuntukkan langkah-langkah tersebut bagi proses

membaca, namun hal tersebut dapat pula diterapkan pada persepsi auditoris. Pada

umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandung stimulus, asosiasi makna

dan interpretasinya berdasarkan pengalaman tentang stimulus itu, serta respon yang

menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang.

Seperti telah disinggung di muka, langkah pertama, yaitu stimulus, sering kali

disalahartikan sebagai keseluruhan persepsi. Kekeliruan seperti itu mudah dikenal

Page 23: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dengan jalan mencamkan bahwa stimulus itu sendiri sesungguhnya tidak mempunyai

makna. Kita tidak memperoleh makna dari lambang atau bunyi itu, tetapi kita

membawa makna kepadanya. Sebagai contoh, kalau kita melihat sebuah titik hitam

pada selembar kertas, maka titik hitam itu tidak mempunyai makna apa-apa bagi anda.

Akan tetapi, jika titik hitam itu tampak di akhir deretan kata-kata yang berbentuk

kalimat, maka titik hitam itu mempunyai arti tanda berhenti di ujung kalimat. Jika

titik hitam itu tampak pada sebuah peta, maka anda boleh menginterpretasikannya

sebagai perlambang sebuah kota. Dalam konteks lain titik hitam itu bisa diberi makna

yang sama dengan lambang /e/ dalam kode Morse, atau sebagai tanda vokal dalam

bahasa orang Yahudi. Jika kita tidak pernah mengasosiasikan titik hitam itu dengan

makna apa pun, maka titik itu tidak akan pernah bermakna apa-apa.

Fungsi utama suatu stimulus atau rangsangan, sesuai dengan namanya, ialah

meminta. Bagian terpenting stimulus ialah kemampuannya mengisolasikan dan

membedakan berbagai stimuli. Sebelum seorang anak dapat merespon perbedaan

antara /b/ dan /d/, ia harus terlebih dahulu dapat membedakan kedua lambang itu.

Sebaliknya, pengenalan terhadap /b/ yang berbeda dengan /d/, atau bunyi /be/ yang

berbeda dengan bunyi /de/, tidaklah memberikan makna apa pun. Meskipun yang

demikian itu merupakan persepsi, bagi anak hal tersebut hanyalah merupakan

masukan permulaan yang mempermudah proses pengenalan dan identifikasi.

Langkah kedua dalam persepsi, yakni asosiasi antara makna dan stimulus

mempunyai kaitan yang erat dan jelas dengan langkah pertama yang merupakan

isolasi stimulus. Sesungguhnya kedua langkah tersebut bersifat komplementer.

Semakin mudah kita dapat mengisolasikan dan mengidentifikasikan suatu stimulus,

semakin mudah pulalah bagi kita untuk mengasosiasikan makna dengan stimulus itu.

Semakin banyak makna yang dapat kita berikan kepada stimulus, maka semakin

Page 24: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

mudah pulalah bagi kita untuk mengenalinya. Bagian terpenting dari diskriminasi

stimuli meliputi adanya alasan untuk melakukan diskriminasi. Meskipun /T/ dan /H/

berbeda karena perbedaan yang tampak pada garis-garis yang horizontal dan yang

vertikal yang tampak pada keduanya, perbedaan itu tidak akan menjadi jelas sebelum

anak mengetahui bahwa kedua huruf tersebut mempunyai bunyi yang berbeda dan

bahwa jika digabungkan dengan huruf-huruf lain dapat membentuk kata tertentu.

Sama halnya, jika anak tidak mempunyai pengalaman mengenai perbedaan antara

bang dan bank, kesadaran atas perbedaan antara keduanya itu akan tetap tinggal pada

tingkat stimulus dan tidak mengubah persepsinya mengenai makna yang dinyatakan

oleh kedua kata tersebut.

Sampai di sini kita baru membicarakan persepsi stimuli dalam bentuk huruf

dan kata. Sesungguhnya, persepsi stimuli itu mempunyai sifat yang sama untuk

bentukan-bentukan yang berupa kalimat, paragraf, bab, bahkan cerita. Makna

perseptual itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman lalu, latar

belakang budaya, dan asosiasi emosional dan fisik.

Anak-anak berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Anak yang

banyak dibacakan bacaan oleh orang tuanya dan dikelilingi tumpukan buku dan

majalah serta diteladani oleh orang tua dan saudara yang cinta membaca, akan

mempunyai persepsi yang berbeda terhadap membaca dengan persepsi anak yang

tidak memiliki latar belakang seperti itu. Anak yang pernah mengikuti pendidikan TK

(Taman Kanak-kanak), banyak berkunjung ke toko buku, banyak berdarma wisata,

yang berkesempatan untuk berbicara secara bebas dengan orang tuanya dan teman-

temannya, mempunyai persepsi yang berbeda dengan anak-anak yang sama sekali

tidak pernah mengenal latar belakang kehidupan seperti itu.

Page 25: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Hal lain yang tidak boleh diremehkan dalam proses perseptual ialah faktor

emosional dan faktor fisik. Kedua-duanya mungkin sekali mempunyai pengaruh yang

besar terhadap persepsi anak dan terhadap kata atau kejadian tertentu. Anak yang

tidak merasa betah karena gangguan emosi dan fisik yang dialaminya tidak akan dapat

berfungsi pada tingkatan potensi yang semestinya. Pengalaman yang dibawanya pada

saat dia berpersepsi itu mungkin menjadi terbatas dan terkendala. Pengalaman

menunjukkan kepada kita bahwa meskipun kebutaan dan kepekakan tidak perlu

menjadi penyebab kegagalan, namun keduanya bisa berbaur dengan faktor-faktor

lainnya sehingga menjadi sumber utama kegagalan. Anak yang merasakan kegiatan

membaca itu sebagai pengalaman yang meresahkan dan menakutkan boleh dipastikan

akan menjadi pembaca yang ogah-ogahan.

Sifat dan intensitas pengalaman emosional yang dibawa seorang anak dallam

menghadapi sebuah kata atau suatu kejadian t ertentu dapat memberi warna atau

menodai makna kata atau kejadian yang dihadapinya itu. Anak yang mempunyai tikus

piaraan akan mempunyai persepsi yang sangat berbeda dengan persepsi anak yang

dibesarkan dalam keluarga Yahudi di daerah minoritas di tengah kota kalau kepada

keduanya disajikan sebuah cerita tentang tikus. Kata salju mungkin akan memberikan

bayangan suasana yang gembira ria, berpacu meluncur di salju, mungkin pula

memberikan bayangan yang membosankan, kedinginan, dan kesengsaraan. Kadang-

kadang bisa terjadi bahwa rasa berlebihan terhadap sebuah kata itu mengubah makna

kata tersebut secara berlebihan pula sehingga maknanya berubah sama sekali.

Untuk mengembangkan kemampuan membaca, anak harus pula dapat

memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya dengan stimulus-stimulus yang

ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang dialaminya dalam membaca. Dengan

kata lain, pada setiap anak haruslah terjadi semacam mediasi pengalihan pengalaman.

Page 26: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Persepsi itu sesungguhnya merentang di antara batas-batas daerah yang sangat luas,

mulai dari daerah-daerah yang konkret, sangat nyata dan khusus, sampai pada hal-hal

yang abstrak dan generik. Pada batas-batas terakhir yang bersifat abstrak dan generik

itulah konseptualisasi terjadi. Pada daerah itulah anak dituntut berkemampuan untuk

menggeneralisasikan, menganalisis, dan menyintesis, dan sebagainya.

Meski betapapun luasnya pengalaman seorang anak, dia masih akan

menyadari banyaknya konsep yang belum diketahuinya. Meskipun dia sudah

mengetahui sejumlah konsep, namun banyak pula di antara konsep yang sudah

diketahuinya itu yang belum bisa diangkatnya sampai pada taraf konseptualisasi yang

jelas dan berarti. Dengan kata lain, keterbatasan anak itu tidak disebabkan oleh

keterbatasan pengalamannya semata-mata, tetapi juga oleh tingkat kemampuan

mentalitasnya.

Anak biasanya terlebih dahulu mempelajari konsep-konsep yang konkret dan

spesifik. Burung adalah merpati yang pernah dilihatnya dalam sebuah sangkar milik

kakaknya; bunga adalah mawar yang tumbuh dalam sebuah pot kecil di serambi

rumahnya. Lama sesudah itu barulah dia tahu bahwa burung itu bermacam-macam,

ada merpati, ada balam, ada perkutut, punai, dan sebagainya. Demikian juga dengan

kata bunga. Bunga itu bermacam-macam warnanya, ukurannya, bentuknya, wanginya,

jenisnya, dan sebagainya. Setelah pengalamannya berkembang, dia pun akan belajar

bahwa orang tidak hanya minum dari sebuah cangkir besar. Orang bisa minum

dengan menggunakan cangkir kecil, macam-macam gelas, bahkan minum dengan

sedotan dari sebuah kotak karton. Anak akan mampu pula mengembangkan

konsepnya tentang cangkir. Sewaktu bermain rumah-rumahan, anak akan

menggunakan benda-benda tertentu sebagai cangkir.

Page 27: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa anak seyogianya sudah

berpengalaman banyak sebelum dia untuk pertama kalinya mengenal huruf-huruf,

kata-kata, dan kalimat dalam wacana. Semakin luas dan bervariasi pengalaman

seorang anak, semakin luas pulalah terbuka kesempatan baginya untuk

mengembangkan konsep-konsep dan memperbaiki persepsinya. Melalui berbagai

kegiatan seperti karya wisata, permainan, dan berbagai kegiatan kelas, guru akan

dapat membekali murid-muridnya dengan pengalaman yang bermanfaat. Penampilan

audio-visual, cerita, gambar, dan nyanyian pun dapat menambah pengalaman anak.

Oleh karenanya, waktu khusus untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seperti itu tidak

hanya penting tetapi juga sangat esensial.

Dari pembicaraan sekilas mengenai membaca sebagai proses perseptual

seperti yang diuraikan di atas itu pun kita dapat menyadari bahwa membaca itu sangat

kompleks. Persepsi itu berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

jumlahnya itu banyak dalam membaca. Kita lihat bahwa proses persepsi itu tidak

hanya dipengaruhi oleh pikiran, tetapi oleh kebudayaan, pengalaman, emosi,

kematangan, dan bahkan kepribadian juga. Meskipun persepsi seorang anak bisa

merapuh sebagai akibat dari adanya berbagai faktor perusak, guru dapat mengurangi

bahkan mengatasi kerapuhan itu dengan jalan memberikan berbagai pengalaman

kepada murid-muridnya itu. Guru dapat mengadaptasi dan memodifikasi berbagai

pengalaman sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, sehingga kesempatan

untuk mengembangkan persepsi itu bisa berlangsung dengan sebaik-baiknya.

5. Membaca Sebagai Proses Perkembangan

Membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang

terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan itu dimulai,

Page 28: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dan bilamana berakhir. Namun, kita tahu bahwa kesehatan seorang ibu yang rawan

waktu mengandung atau berbagai komplikasi yang terjadi waktu bayi itu lahir pasti

berakibat buruk terhadap kemampuan membaca anak itu kelak. Kita tahu bahwa anak-

anak tertentu mempunyai kesiapan belajar membaca lebih cepat daripada anak-anak

lainnya, dan ada pula anak-anak yang memiliki kesiapan yang sangat dini, pada usia

empat bahkan tiga tahun. Kita juga tahu bahwa anak-anak yang lain bisa membaca

baru pada usia enam atau tujuh tahun. Setiap orang mempunyai kecepatan

perkembangan kemampuan membaca seumur hidupnya dengan kecepatan yang

berbeda-beda. Pendek kata, membaca itu merupakan proses yang berkelanjutan dan

berubah.

Seberapa pun kemampuan membaca seseorang, kemampuannya itu selalu

dapat diperbaiki dengan berbagai upaya. Seseorang yang telah menamatkan

sekolahnya akan merasa perlu meningkatkan kemampuan membacanya itu jika orang

tersebut mempunyai hasrat untuk mempertahankan hidupnya itu secara layak.

Seseorang yang memilih lapangan kerja tertentu akan dituntut untuk mengembangkan

keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaannya itu. Seorang operator

telepon dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk membaca nomor-nomor telepon

dan angka-angka digital dengan cepat; seorang arsitek harus mapu membaca gambar

cetak biru secara baik dan cekatan, kalau dia tidak mau tersesat, demikian seterusnya.

Pekerjaan baru, tanggung jawab perorangan dan tanggung jawab sosial yang baru,

suasana hidup yang baru, semuanya menuntut suatu perkembangan yang berlanjut

dalam bidang membaca.

Meski membaca itu merupakan proses perkembangan, geraknya tidaklah

berada dalam jarak-jarak yang beraturan dan tidak pula tertentu waktunya. Seorang

anak bisa berdiri pada usia tujuh bulan, berjalan pada usia delapan bulan, dan lari

Page 29: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pada usia sembilan bulan. Kemampuan yang demikian teratur jaraknya itu tidak dapat

kita harapkan terjadi pada setiap anak. Demikian juga untuk perkembangan

kemampuan membaca, guru harus mempunyai kejelian dalam memperhatikan

kemajuan setiap anak didiknya. Kemajuan kemampuan membaca pada umumnya

memang bergerak teratur, namun keistimewaan-keistimewaan tertentu bisa terjadi

pada setiap anak. Masalah yang dihadapi anak ada yang bersifat problematik dan ada

pula yang bersifat alami. Anak yang tidak dapat membaca karena belum cukup

matang, akan menuntut kesabaran guru untuk menanti dia sampai pada tingkat

kematangannya. Kesiapan anak didik itu harus dikembangkan pada setiap taraf

perkembangan kemampuannya. Setiap perkembangan baru itu sesungguhnya

merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya. Oleh karena itu, untuk

menjamin adanya kesiapan anak pada tingkat perkembangan yang berikutnya, guru

harus betul-betul menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya.

Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan, ada dua

hal yang perlu mendapat perhatian guru. Pertama, guru harus selalu sadar bahwa

membaca merupakan sesuatu yang diajarkan/dilatihkan dan bukan sesuatu yang

terjadi secara insidental. Tidak ada seorang anak yang dapat membaca dengan jalan

menonton orang lain membaca. Sebagian besar yang terjadi dalam membaca itu tidak

dapat dilihat. Membaca bukanlah proses instinktif. Membaca merupakan proses yang

dipelajari dan bergantung pada pemerolehan keterampilan dan prosedur tertentu.

Anak boleh memahami membaca sebagai suatu jenis komunikasi dan bahwa

lambang-lambang tertentu itu berupa kata. Namun, dia belum boleh dikatakan

membaca sebelum guru mengajarinya mendekod atau mengubah dan mengidentifikasi

lambang-lambang itu dengan konsep-konsep tertentu dan dengan pengalamannya

sedemikian rupa sehingga dia memperoleh pengertian yang tepat.

Page 30: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Hal yang kedua yang patut diperhatikan ialah keyakinan bahwa membaca

bukanlah suatu subjek melainkan suatu proses. Guru tidak boleh memandang mata

pelajaran yang dikelolanya itu sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Mata pelajarannya harus menarik dan layak. Proses itu dapat

digeneralisasikan terhadap tingkatan-tingkatan lain yang lebih tinggi dan terhadap

mata pelajaran lainnya.

Peran membaca sebagai tugas menurun tajam pada peringkat sekolah menengah

pertama dan menengah atas. Oleh karena itu, pengajaran membaca terus berlangsung

dalam jamjam pelajaran bahasa. Pengajaran membaca bisa juga berupa pengajaran

membaca untuk makna, pengembangan kosakata, membaca pemahaman, dan

pelajaran keterampilan. Akhirnya membaca itu harus dipandang sebagai alat dan

bukan sebagai tugas. Anak yang mampu menguasai berbagai tingkatan proses

membaca akan merasakan membaca sebagai sumber pertolongan terpenting dalam

menghadapi segala persoalan dalam kehidupannya sehari-hari.

6. Membaca Sebagai Proses Perkembangan Keterampilan

Telah dilukiskan secara panjang lebar bahwa membaca itu merupakan latihan yang

sangat kompleks, dan sangat tergantung pada bermacam-macam faktor. Sifat proses

perkembangan keterampilan itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Keterampilan itu objektif.

Salah satu hal yang mula-mula kita sadari waktu meneliti proses perkembangan

keterampilan membaca ialah bahwa perkembangan keterampilan membaca itu bersifat

objektif. Hal tersebut dipandang objektif karena dalam perkembangannya tidak

bergantung kepada materi, metode, atau pun tingkatan-tingkatan akademis.

Page 31: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Salah satu bagian terpenting dari proses perkembangan itu ialah identifikasi

keterampilan yang akan diajarkan. Jika keterampilan tertentu sudah dapat

diidentifikasi, maka guru dapat menggunakan salah satu metode yang dianggap paling

cocok dari sekian banyak metode yang ada serta memilih dan menentukan materi

bacaan yang cocok pula dengan kebutuhan anak didiknya. Seorang anak mungkin

menghendaki pembelajaran melalui program visual, sedangkan anak yang lain akan

merasa lebih mudah belajar membaca itu melalui pendengaran, dan yang lain lagi

melalui latihan kinestetik. Meskipun buku bacaan permulaan menyajikan materi yang

layak, anda mungkin mempunyai keinginan untuk menggunakan surat kabar, majalah,

dan katalog untuk mengajarkan membaca kepada pembaca dewasa.

Anda tahu bahwa perkembangan keterampilan itu tidak terikat pada materi dan

metode tertentu atau pun pada tingkatan kelas. Pada hakikatnya, keterampilan itu

adalah keterampilan. Kita tidak mengenal keterampilan anak peringkat satu atau anak

kelas enam atau kelas delapan. Berdasarkan hal tersebut, anda sebagai guru dituntut

untuk menyadari seluruh keterampilan. Supaya sampai pada faktor-faktor yang

diperlukan anak pada suatu tingkatan perorangan, anda harus mengetahui

keterampilan yang mana yang mendahului keterampilan yang sedang diajarkan itu,

dan keterampilan mana yang mengikutinya.

2) Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut.

Meskipun keterampilan itu tidak terikat pada tingkatan kelas anak, namun kaitannya

tetap tampak. Ini tidak berarti bahwa anda harus mengajarkan konsonan awal sebelum

mengajarkan konsonan akhir, tanda titik sebelum tanda tanya, atau membaca fakta

sebelum membaca untuk mencari ide utama. Anak akan mampu mencari materi

sumber secara mandiri setelah menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat.

Page 32: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3) Keterampilan itu bisa digeneralisasikan.

Di samping objektif dan bertahap, keterampilan itu bersifat tergeneralisasikan.

Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah

menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja dan

di mana saja jika situasinya menghendaki penggeneralisasian hal itu. Jika anak telah

menguasai cara memahami kata secara mandiri, baginya tidak akan merupakan

masalah di mana pun kata itu berada, baik dalam teks matematika, buku latihan

geografi, atau pun di dalam sebuah novel. Penggunaan konteks kalimat dalam upaya

memahami makna kata merupakan keterampilan yang sama dan tidak terikat pada

mata pelajaran yang mana pun.

Dalam perkembangan keterampilan dikenal tahapan-tahapan, atau tingkatan-

tingkatan. Kata tahapan atau tingkatan dalam pembicaraan tentang proses

perkembangan keterampilan tidak mempunyai arti tingkat-tingkat yang berlainan

makna. Seorang anak tidak perlu berhenti berkembang untuk keterampilan tertentu

karena dia harus mulai mengembangkan keterampilan lainnya.

a) Dasar proses perkembangan keterampilan ialah perkembangan konsep. Hal tersebut

dimulai dengan pengalaman anak yang pertama kali yang terus berkembang seumur

hidupnya. Perkembangan konsep itu merupakan prasyarat untuk membaca, sama juga

halnya untuk menyimak dan berbicara. Pengembangan konsep itu merupakan bank

pengetahuan yang bagi anak berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil

informasi secara terus-menerus. Dalam pertumbuhannya itu anak-anak tumbuh dan

berubah, demikian juga perbendaharaan konsepnya akan terus tumbuh dan berubah-

ubah.

Page 33: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pertumbuhan dan perubahan konsep anak banyak bergantung pada latar belakang

pengalamannya. Anak yang mempunyai satu macam lingkungan saja, tingkat

komunikasi yang itu-itu juga, serta pengalaman yang sejenis, akan terhambat

perkembangan kosakatanya. Anak mengenal makna kata-kata itu melalui penyimakan

penggunaannya dan upaya penggunaannya sendiri.

b) Tahap perkembangan yang kedua merupakan pengenalan dan identifikasi. Pada

waktu anak membina dasar-dasar konsep yang pertama, dia mulai pula

menghubungkan konsep-konsepnya itu dengan stimuli tertentu. Contoh yang jelas

mengenai hal ini dalam kegiatan membaca, misalnya terjadi pada pengenalan huruf

dan kata. Dia belajar menghubungkan huruf dan kata atau kombinasi huruf dan

kombinasi kata itu dengan konsep-konsep yang bermakna baginya. Jika dia berhasil

mengombinasikan keduanya, yakni stimulus dan konsep, maka dia pun memperoleh

makna dari pengalamannya itu.

c) Tahapan ketiga, perkembangan itu merupakan interpretasi mengenai informasi.

Anda tentu tahu bahwa anak sudah mulai melakukan kegiatan penginterpretasian

informasi itu sejak awal proses, meskipun upayanya itu belum jelas. Dalam hal ini,

kita perlu membedakan dua macam interpretasi, yakni yang literal dan yang

inferensial. Interpretasi literal ialah interpretasi fakta ketika fakta itu dihadapkan.

Contoh interpretasi literal yang merupakan keterampilan pemahaman tampak pada

kalimat dan pertanyaan di bawah ini.

Columbus menemukan benua Amerika tanggal 12 Oktober 1492.

(1) Siapakah yang menemukan Amerika?

(2) Kapankah Columbus menemukan Amerika?

(3) Negeri apakah yang ditemukan Columbus?

Page 34: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Meski contoh itu terlalu disederhanakan, bentuknya sama dengan tes untuk

mengetahui interpretasi literal. Anda melihat bahwa tugas tersebut tidak lebih dari

sebuah suruhan untuk mencocokkan fakta dengan pertanyaan. Jika anak tidak

diizinkan melihat kembali kalimat-kalimat stimulus tadi, berarti kita telah

memasukkan unsur ingatan ke dalamnya.

Pernyataan stimulus yang sama boleh digunakan sebagai dasar pertanyaan yang

bersifat inferensial, misalnya, Menurut pikiranmu, bagaimana kira-kira perasaan

Columbus saat melihat Amerika untuk pertama kali? Pertanyaan yang terakhir ini

mengubah isi harapan; oleh sebab itu, mengubah pula isi penugasan.

Perbedaan utama antara interpretasi literal dan interpretasi inferensial terletak pada

harapan siswa itu sendiri. Sifat ekstrinsik seperti yang tampak pada ketiga pertanyaan

pertama dan sifat intrinsik seperti yang tampak pada pernyataan yang terakhir

merupakan hal yang perlu dipahami. Untuk melukiskan perbedaan antara interpretasi

literal dan inferensial cobalah perhatikan paragraf berikut ini dan pertanyaan-

pertanyaan yang mengikutinya yang bersifat inferensial.

Joko menaruh sepeda barunya di trotoar persis di depan rumah Kino. Kino melihat-

lihat sepeda itu. Dia ingin benar memiliki sepeda baru seperti itu. Kepunyaannya

sudah tidak keruan catnya, bunyi-bunyi berdenyit dan gemertak pun terdengar jika

Kino menaikinya. Akan tetapi, sepeda baru sangat mahal sekarang, sedangkan Kino

sangat miskin.

Pertanyaan

(1) Bagaimana kamu tahu bahwa Kino tidak mempunyai sepeda baru?

(2) Di manakah cerita itu terjadi?

A. di desa

Page 35: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

B. di kota

C. di daerah perkebunan

(3) Menurut pikiranmu, apa sebabnya Joko mau supaya Kino melihat sepeda barunya

itu?

Bagaimana pendapat anda mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas? Untuk

menjawab ketiga pertanyaan itu diperlukan tiga macam informasi. Ada tiga macam

informasi untuk menjawab pertanyaan yang pertama: (1) Kino ingin sekali sepeda

baru; (2) Sepeda Kino sudah berbunyi-bunyi dan tidak keruan lagi catnya; dan (3)

Kino sangat miskin.

Untuk menjawab pertanyaan kedua, hanya ada satu informasi yang bisa digunakan,

yaitu "Baik di desa maupun di perkebunan tidak ada trotoar". Oleh sebab itu, dapatlah

dipastikan bahwa kejadian itu berlangsung di kota.

Terhadap pertanyaan ketiga tidak ada jawaban yang benar yang bisa diberikan. Kita

tidak mempunyai fakta sebagai dasar jawaban kita. Dalam hal ini setiap jawaban yang

logis haruslah dianggap benar. Jawaban kita mungkin mencerminkan pengalaman

yang mempunyai kesamaan dengan alasan untuk menunjukkan benda baru yang kita

miliki.

Dengan demikian inferensi itu meliputi interpretasi dan kombinasi fakta dan

pengalaman apa pun yang kita miliki yang dapat kita gunakan untuk memenuhi

harapan kita. Pada satu waktu tertentu inferensi itu bisa meliputi analogi, pengenalan,

penginterpretasian, dan penerjemahan atas suatu fakta. Pada waktu yang lain lagi

inferensi itu bisa menuntut kita untuk memintasi pengalaman pribadi pada waktu

berupaya untuk mengidentifikasi secercah informasi yang mempunyai relevansi

dengan harapan.

Page 36: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

d) Tahap proses perkembangan keterampilan yang keempat ialah aplikasi dan

generalisasi. Meskipun sudah memiliki dasar konsep yang boleh dikatakan layak dan

menguasai keterampilan-keterampilan yang terlibat ke dalam rekognisi atau

pengenalan, pengidentifikasian, dan penginterpretasian informasi, namun prosesnya

belum tentu lengkap. Dia boleh jadi belum memiliki kemampuan untuk menerapkan

dan menggeneralisasikan keterampilan dan informasi yang diperolehnya itu. Dia tidak

akan sampai pada taraf pembaca yang mandiri sebelum memiliki kemampuan

tersebut.

Kita dapat melihat contoh-contoh penerapan dan penggeneralisasian itu pada setiap

tahapan proses perkembangan. Generalisasi dan interpretasi itu merentang dari

pengenalan, seperti pengenalan ciri-ciri melati, ros, dan kenanga sebagai bunga, /c/

kecil, /C/ kapital, dan /c/ tulisan tangan itu dibunyikan sama. Kemampuan anak itu

belum cukup jika berhenti pada sebatas pengenalan semata. Dia baru boleh dianggap

menguasai informasi itu jika sesudah mengenalinya, dia mampu pula

mengaplikasikannya dan menggeneralisasikannya.

RANGKUMAN

Dalam bab ini telah diuraikan secara ringkas mengenai proses membaca. Proses

membaca dimaksud merupakan proses psikologis, proses sensoris, proses perseptual,

proses perkembangan, dan proses perkembangan keterampilan. Tekanan utama

pembicaraan diletakkan pada keyakinan yang menyatakan bahwa membaca

merupakan proses yang berorientasi individual. Setiap anak merupakan pribadi yang

unik dan kompleks, yang mempunyai hubungan yang kompleks dengan membaca.

Page 37: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Hanya dengan jalan memahami semuanya itu dan mencamkannya dalam kegiatan

belajar mengajar, anak akan dapat kita tolong untuk mencapai potensi membacanya.

Perlu anda maklumi bahwa bab ini tidak sekali-kali dimaksudkan untuk melukiskan

proses membaca itu secara pasti. Dengan membaca dan memahami isi bab ini, anda

diharapkan memiliki pandangan yang terarah pada masalah yang mungkin anda

hadapi dalam tugas anda. Denagn jalan melihat proses itu dari berbagai sudut

pandang, anda akan mempunyai pengertian yang lebih baik mengenai hakikat

membaca. Anda boleh yakin bahwa dengan memiliki pengertian yang lebih baik akan

dapat membekali setiap anak dalam kelas dengan pengalaman yang lebih berarti.

Page 38: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

SEKAPUR SIRIH

MODUL 1: HAKIKAT MEMBACA

PENDAHULUAN

Kegiatan Belajar 1: Membaca sebagai Proses Psikologis

Rangkuman

Latihan

Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2: Membaca sebagai Proses Sensoris

Rangkuman

Latihan

Tes Formatif 2

Kegiatan Belajar 3: Membaca sebagai Proses Perseptual

Rangkuman

Latihan

Tes Formatif 3

Kegiatan Belajar 4: Membaca sebagai Proses Perkembangan

Rangkuman

Latihan

Tes Formatif 4

Page 39: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

DAFTAR PUSTAKA

Page 40: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MODEL-MODEL MEMBACA

( Teori dan Praktek dalam Pengajaran Membaca)

PENDAHULUAN

Sampai sekarang di kalangan guru sekolah masih hidup suatu keyakinan,

bahwa pandangan seseorang terhadap suatu teori tertentu akan melandasinya dalam

bersikap dan bertindak. Pandangan ini disitir dari pernyataan Wardhaugh (1969), yang

berarti kira-kira "sesungguhnya bagi guru sekolah tidak ada yang lebih praktis

daripada suatu teori yang baik". Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang didasari

oleh suatu pemahaman dan pengertian teoretis yang baik terhadap suatu teori tertentu.

Teori adalah penjelasan yang abstrak tentang suatu kejadian tertentu atau

tentang seperangkat fenomena. Sebagai contoh, ambillah teori kinetik tentang gas

yang menjelaskan pola gas di alam ini. Teori itu menganut pandangan bahwa gas itu

tersusun atas partikel-partikel yang bergerak terus-menerus. Istilah teori mempunyai

kedekatan makna dengan istilah model. Model dapat diartikan sebagai definisi

operasional tentang suatu teori tertentu.

Kembali kepada contoh kita tentang teori kinetik. Teori kinetik mengenai gas

mempunyai banyak model. Namun, tidak selayaknya dibicarakan di sini semuanya.

Untuk memahami arti kata "model" baiklah kita ambil satu contoh saja. Model yang

paling umum diterima adalah model yang menyatakan bahwa pola gas itu merupakan

suatu fungsi efek tekanan, panas, dan volume terhadap molekul-molekul gas tertentu.

Teori kinetik untuk gas itu, baik teorinya sendiri maupun modelnya, kedua-duanya

mempunyai sifat yang formal, cermat, dan spesifik, meliputi sejumlah hukum yang

valid, yang biasa dinyatakan dengan rumus yang dikenal dan bisa dipahami oleh

siswa tingkat lanjutan atas.

Page 41: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dalam bab ini anda akan memperoleh keterangan tentang teori dan model

membaca yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan teori dan model yang telah

disinggung di atas tentang teori kinetik itu. Model-model membaca tersebut

mempunyai pengruh yang penting terhadap pengajaran membaca. Karenanya anda

perlu mempelajarinya dengan baik. Sayang, uraian mengenai hal ini belum ada yng

ditulis dalam bahasa Indonesia. Mudah-mudahan dengan mempelajari bab ini anda

akan memperoleh gambaran yang cukup baik tentang model-model membaca.

Secara lebih khusus, anda diharapkan dapat memahami model-model

membaca yang terpenting, yang meliputi:

a) menjelaskan "model membaca bawah-atas";

b) menjelaskan "model membaca atas-bawah";

c) menjelaskan "model membaca interaktif";

d) mengidentifikasi komponen-komponen model membaca;

e) mengaplikasikan model pengajaran membaca yang berlandaskan teori tertentu.

2. Model Membaca Bawah-Atas (MMBA)

Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Studi yang

sistematis tentang proses membaca dimulai sejak tahun 1880-an. Pada waktu itu

proses membaca merupakan pusat perhatian para ahli psikologi eksperimental. Di

antara tahun 1950-an dan tahun 1960-an perhatian para ahli diarahkan pada definisi

dan penjelasan tentang membaca. Semenjak tahun 1970-an timbul model-model dan

teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan dan

psikologi kognitif, proses informasi, psikolinguistik dan linguistik.

Para ahli membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses

membaca dan penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model membaca itu

Page 42: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

ternyata tidak hanya satu melainkan banyak model. Namun, model-model proses

membaca tersebut tampaknya dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model,

yakni:

1) Model Membaca Bawah-Atas (MMBA) atau bottom-up;

2) Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top-down; dan

3) Model Membaca Timbal Balik (MMTB) atau interactive.

Sebelum membaca penjelasan tentang ketiga model tersebut, sebaiknya Anda

mencamkan bahwa tidak satu pun di antara ketiga model itu dapat diterima sebagai

model yang terbaik. Setiap model mempunyai titik berat perhatian terhadap aspek-

aspek tertentu. Tidak ada model yang membicarakan fase-fase proses membaca itu

secara keseluruhan.

Gambar di bawah ini melukiskan perbedaan pokok antara MMBA dan

MMAB.

Page 43: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pada MMBA struktur-struktur yang ada dalam teks itu di anggap sebagai

unsur yang memainkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan

sebelumnya merupakan hal yang sekunder. Sebaliknya, MMAB beranggapan bahwa

struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya memainkan peranan

utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks merupakan unsur sekunder.

MMBA pada dasarnya merupakan proses penerjemahan, dekode dan enkode.

Dekode ialah kegiatan mengubah tanda-tanda menjadi berita. Enkode ialah kegiatan

mengubah berita menjadi lambang-lambang. Peristiwa dekoding tampak pada pihak

penyimak (dalam peristiwa komunikasi lisan) dan para pembaca (dalam peristiwa

Memori Jangka Panjang

MMAB (Top down)

Memori Jangka Pendek

Memori Ikonik

Pemahaman (Makna)

Kode Bunyi (Pola Bunyi)

Kode Visual (Pola Visual)

MMBA (Bottom Up)

Page 44: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

komunikasi tulis). Sementara kegiatan enkoding terjadi pada para pembicara (untuk

peristiwa komunikasi lisan) dan para penulis (untuk peristiwa komunikasi tulis).

Pada MMBA pembaca akan memulai proses membacanya dengan pengenalan

dan penafsiran terhadap huruf-huruf atau unit-unit yang lebih besar dari huruf yang

terdapat dalam materi cetak. Setelah itu, barulah dia melakukan antisipasi terhadap

kata-kata yang diejanya itu. Setelah kata-kata teridentifikasi segera didekode dalam

bahasa batin. Di situlah tempat pembaca memperoleh makna. Proses ini sama seperti

yang terjadi pada waktu menyimak.

Jika kita lihat proses membaca dengan MMBA, tampaknya yang memainkan

peranan utama dalam proses membaca tersebut adalah unsur teks. Informasi dari teks

(dari bawah) melalui mata ditarik ke dalam struktur otak untuk diidentifikasi dan

dincari maknanya. Proses ini akan terjadi manakala seorang pembaca berhadapan

dengan materi-materi bacaan baru yang sama sekali belum pernah dikenalnya.

Membaca pemahaman dianggap sebagai hasil otomatisasi kerja visual dan

pikiran yang diperoleh dari pengenalan kata secara cermat. Para penulis berbagai

bidang profesi, seperti: Flesch (jurnalistik , Gagne (psikologi), dan Gough (teori

proses informasi) berpendapat bahwa membaca itu pada dasarnya adalah terjemahan

lambang grafik ke dalam bahasa lisan. Mereka berpendapat bahwa bahasa tulis itu

tunduk kepada aturan bahasa lisan.

Mempelajari apa yang dikatakan lambang tercetak merupakan kegiatan satu-

satunya dalam proses membaca model bawah atas. Menurut MMBA, tugas pertama

dan utama dalam membaca ialah mendekode lambang-lambang tertulis itu menjadi

bunyi-bunyi bahasa. Peran pembaca bersifat relatif pasif dalam proses penerjemahan

itu. Satu-satunya pengetahuan yang disiapkannya ialah pengetahuan tentang

hubungan antara lambang dan bunyi. Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu

Page 45: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

diproses oleh pembaca tanpa informasi yang mendahuluinya, tanpa ada hubungannya

dengan isi bacaan.

Definisi-definisi membaca yang dibuat oleh Rudolf Flesch dan C.C. Fries

yang tertera di bawah ini menunjukkan model membaca bawah-atas.

Fries (1962), mendefinisikan membaca sebagai kegiatan mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan merespon seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang

grafis.

Model-model pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu melahirkan metode-

metode pengajaran membaca tertentu. Para guru membaca akan memilih metode-

metode pengajaran tertentu sesuai dengan pandangan teoretis yang dianutnya. Inilah

yang oleh Wardaugh disebut sebagai pandangan seseorang terhadap sesuatu

dipengaruhi oleh pandangannya terhadap teori tertentu yang dianutnya. Metode-

metode pengajaran membaca yang dipandang sebagai cerminan dari pandangan

MMBA antara lain, metode Alfabet, metode Fonik, metode Kata Kunci, metode

Silabik, dan sebagainya.

Metode Alfabet merupakan metode pengajaran membaca yang tertua. Dalam

zaman keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan membaca denagn Metode

Alfabet. Dalam Metode ini, huruf-huruf yang akan diajarkan itu diucapkan sama

dengan ucapan alfabetisnya. Dengan demikian huruf "D" diucapkan /de/; huruf "K"

diucapkan /ka/, huruf "L" diucapkan /el/; huruf "M" diucapkan /em/ dan selanjutnya.

Menghubungkan ucapan "k" /ka/ dan "i" /i/ menjadi "ki" /ki/ ternyata

merupakan hal yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar membaca.

Itulah sebabnya dalam metode Fonik, konsonan-konsonan itu tidak diucapkan seperti

ucapan Alfabet. Huruf "K" tidak diucapkan /ka/, tetapi /kh/atau /ek/; huruf "D" tidak

Page 46: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

diucapkan /de/. tetapi /dh/ atau /ed/. Demikian seterusnya, setiap lambang diucapkan

berdasarkan bunyinya, berdasarkan bagaimana bunyi itu seharusnya diucapkan.

Langkah metode Fonik ini serupa benar dengan metode Alfabet dalam

pengajaran membaca permulaan. Pengucapan suatu lambang bunyi tertentu diikuti

oleh kegiatan menghubungkan bunyi itu dengan huruf-huruf yang melambanginya.

Dengan demikian, para pemula melakukan proses belajar membaca permulaannya

dimulai dari pengenalan dan pengidentfikasian lambang cetak dari teks. Dengan

bantuan alat visualnya, para pembaca pemula akan menarik lambang-lambang yang

dilihatnya ke dalam memori untuk ditafsirkan (dalam hal ini: diingat-ingat). Oleh

karena itu, metode-metode pengajaran tersebut digolongkan ke dalam metode yang

menganut pandangan MMBA dalam proses membaca.

Salah seorang tokoh MMBA, Gough (1972) mencoba menunjukkan proses

membaca itu dalam sebuah model berurut-lanjut, tidak interaktif. Menurut

pendapatnya, proses tersebut meliputi urutan-urutan seperti berikut ini.

(1) Informasi grafemik diserap melalui sistem visual dan disimpan secara singkat di

dalam "ikon".

(2) Pesan tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal pola yang dapat

mengenali huruf-huruf.

(3) Huruf-huruf ini kemudian dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-huruf itu,

sementara pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi gambaran fonem.

(4) Gambaran fonem ini masuk ke dalam "librarian" yang mencarikan leksikon, dan

mencocokkan untaian fonemik dengan entri yang sudah ada dalam leksikon.

(5) Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian itu masuk ke dalam memori

pertama.

Page 47: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(6) Memori pertama itu dapat menangkap satuan leksikal itu sampai lima buah, dan

hal ini merupakan masukan bagi "merlin".

(7) Merlin menggunakan pengetahuannya tentang sintaksis dan sematik untuk

menentukan "struktur dalam" atau mungkin makna masukan itu.

(8) Akhirnya, struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna itu masuk ke

dalam "Tempat Tujuan Kalimat-kalimat (TTKSMD), setelah maknanya dipahami.

Dengan demikian, kegiatan membaca itu selesai setelah semua masukan teks itu dapat

melewati sederetan transformasi dan mencapai TTKSMD.

Gambaran di bawah ini membantu menjelaskan proses membaca menurut

MMBA.

Page 48: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB)

Dalam uraian terdahulu kita telah membicarakan ihwal MMBA yang dalam

pelaksanaan proses membacanya mengutamakan struktur yang tampak pada bahan

Masukan Grafemik

IKON

Sistem Visual

Pencatat Huruf

Pemin- tasl

Perekam Fonemik

Penyandi

Memori Awal

Pustaka- wan

Merlin

Pengenal Pola

Buku Sandi

Leksikon

Kaidah Semantik dan Sintaksis

TTKSMD

Page 49: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

bacaan. Oleh karena itu, model tersebut diistilahkan dengan model membaca bawah-

atas, karena proses yang dilaluinya bermula dari bawah, yakni dari bacaan, bukan dari

otak pembacanya.

MMAB mengajukan hal lain. Dalam MMAB kompetensi kognitif dan

kompetensi bahasa mempunyai peran pertama dan utama dalam penyusunan makna

dari materi cetak dalam proses membaca. Kebanyakan model MMAB ini berpijak

pada teori psikolinguistik, yakni pandangan tentang interaksi antara pikiran dan

bahasa.

Goodman (1967) yang melukiskan kegiatan membaca sebagai "permainan

menebak dalam psikolinguistik", berpendapat bahwa membaca itu merupakan proses

yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukan yang

diperoleh melalui persepsi pembaca. Pemilihannya itu dilakukan dengan kemampuan

memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses, terjadilah keputusan-

keputusan sementara untuk menerima, menolak, atau mungkin memperhalus masukan

tersebut. Berlainan dengan MMBA, MMAB menggunakan informasi grafis itu hanya

untuk mendukung hipotesis mengenai makna yang sudah terbentuk ketika alat viasual

menangkap lambang-lambang cetak. Kata-kata tidak dapat diserap daerah pandangan

mata, jika tidak cocok dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang

diproses oleh pembaca dan perkiraan (hipotesis) yang dibuatnya.

Makna (pemahaman) diperoleh dengan menggunakan informasi yang perlu

saja dari sistem isyarat semantik, sintaksis, dan grafik. Isyarat grafik atau

grafofonemik diturunkan dari materi cetak. Isyarat-isyarat lainnya berasal dari

kompetensi kebahasaan pembaca yang sudah tersedia di dalam benaknya. Pembaca

mengembangkan berbagai strategi untuk memilih isyarat grafis yang paling berguna.

Setelah pembaca menjadi semakin terampil, informasi grafis itu semakin berkurang

Page 50: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pula tingkat keperluannya, sebab pembaca sudah mempunyai teknik samping yang

lebih baik, kontrol terhadap struktur bahasa yang lebih baik juga, serta telah memiliki

perbendaharaan konsep-konsep yang lebih kaya.

Strategi-strategi untuk membuat prakiraan yang didasarkan pada penggunaan

isyarat semantik dan sintaksis, memungkinkan pembaca untuk memahami materi dan

mengantisipasi apa yang akan tampak selanjutnya di dalam materi cetak yang sedang

dibacanya itu. Validitas prakiraan itu dicetak melalui penggunaan strategi-strategi

konfirmasi. Jika prakiraan itu tidak cermat, maka digunakanlah strategi pengoreksian

yang di dalamnya terjadi pemrosesan isyarat tambahan untuk mencari makna bacaan.

Berbeda dengan model-model "membaca sebagai terjemahan", para ahli

MMAB berpendapat bahwa pembaca yang terampil selalu melangkah langsung dari

kata-kata tercetak ke bagian makna tanpa merekamnya terlebih dahulu ke dalam

ujaran. Karena pembaca dapat mengetahui makna tanpa melakukan identifikasi kata

secara cermat, maka transformasi dalam bidang vokabuler (koakakata) atau sintaksis

yang tidak mengubah arti dipandang sebagai hal yang dapat diterima. Hal ini

disebabkan pembaca boleh dipandang sebagai orang yang mempunyai pemahaman

terhadap bacaannya itu.

Psikolinguis seperti Goodman dan Smith tidak suka pada pengajaran

keterampilan-keterampilan membaca yang biasa diajarkan secara berurutan.

Psikolinguis yang lain, Shuy (1977), berpendapat bahwa proses behavioral (hubungan

huruf- bunyi) mendominasi kegiatan membaca pada pembaca pemula. Setelah

pembaca itu belajar lebih banyak lagi, maka dia semakin mengarah pada strategi-

strategi kognitif.

Fungsi mata memainkan peranan minor dalam kegiatan membaca dengan

model ini. Model membaca dengan tipe MMAB ini tampaknya dilandasi oleh sebuah

Page 51: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

asumsi tentang prinsip kerja mata. Prinsip ini menganut pandangan bahwa jika

seseorang terlalu menaruh harapan pada kerja visual akan berdampak negatif terhadap

keberhasilan membaca. Semakin besar harapan kita terhadap kerja mata, semakin

sulitlah mata untuk mampu melihat. Seseorang yang terlalu memfokuskan perhatian

terhadap bacaan yang ada di depan matanya dapat megalami kebutaan sementara.

Halaman yang sedang dibaca bisa menjadi kosong tak bertuliskan apa-apa.

Salah satu kendala yang dihadapi anak yang sedang belajar membaca ialah

seringnya mereka tidak mampu melihat huruf yang cukup banyak dalam sekali

pandang. Dengan MMAB, kendala tersebut dapat diatasi dengan jalan melakukan

prediksi (prakiraan). Mungkin, pembaca hanya butuh melihat beberapa huruf dari

kelompok huruf yang seharusnya dilihatnya, namun dia akan beroleh pemahaman

yang sama seperti jika dia melihat seluruh huruf yang terdapat dalam kelompok huruf

tersebut. Dengan bantuan prediksi, beban kerja mata pada saat membaca menjadi

berkurang.

Memang benar, mata memainkan peranan tertentu dalam kegiatan membaca.

Orang tidak akan dapat membaca dengan mata tertutup atau dalam keadaan gelap.

Namun, informasi visual itu semata-mata tidaklah cukup. Untuk membuktikan

kebenaran pernyataan tersebut, bacalah wacana di bawah ini.

"Increasing numbers of late Pleitocene macrofossil indicate that boreal spruce forest

similar to the existing taiga in Canada was present on the northern Plains at the same

time".

Apakah informasi visual yang tersaji dalam wacana di atas dapat menolong

kita untuk memahami makna wacana itu? Bukankah kita akan menjawab "tidak"?

Page 52: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Nah, sekarang jelaslah bahwa informasi visual semata-mata tidaklah cukup untuk

memberi kita sebuah pemahaman tentang isi wacana yang bersangkutan. Untuk

memahami wacana yang dibacanya, pembaca memerlukan bekal dasar yang lain.

Penguasaan bahasa yang digunakan dalam wacana, keakraban dengan bidang

pengetahuan yang disajikan di dalamnya, dan kemampuan umum dalam kegiatan

membaca, merupakan hal-hal yang harus dimiliki pembaca untuk memahami isi

wacana yang bagaimana pun bentuknya. Hal-hal tersebut dapat kita golongkan ke

dalam golongan informasi nonvisual.

Model membaca atas-bawah tampaknya sejalan dengan pendapat Nutall

(1989) dan Goodman(1967). Mereka melukiskan proses pemahaman bacaan itu

sebagai "psycholinguistic guessing game". Kemampuan memahami bacaan dilukiskan

bukan sekedar kemampuan mengambil dan memetik makna bacaan dari materi cetak,

melainkan juga proses menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna.

Pernyataan Goodman tersebut mengimplisitkan tentang peran skema/skemata dalam

proses membaca. Latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca akan

memberi warna terhadap kualitas dan kuantitas pemahaman bacaan seseorang. Inilah

yang disebut Smith (1986) sebagai informasi nonvisual.

Bagi Smith, pemahaman bacaan mengandung arti proses menghubungkan

bahan tertulis dengan apa yang telah diketahui dan ingin diketahui pembaca. Dengan

demikian, dalam kegiatan membaca proses pemahaman bacaan akan diperoleh

melalui informasi visual dan informasi nonvisual.

Sekarang, dapatkah anda membedakan informasi visual dengan informasi

nonvisual? Secara kasar kita dapat mengatakan bahwa informasi visual akan/bisa

hilang bersamaan dengan hilangnya cahaya penerang. Informasi nonvisual ada di

dalam pikiran setiap pembaca, dibelakang matanya. Informasi visual dan informasi

Page 53: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

nonvisual itu mempunyai hubungan yang tidak jelas, tetapi keduanya sangat

dibutuhkan dalam kegiatan membaca. Hubungan timbal-balik antara kedua informasi

visual dan informasi nonvisual itu dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini.

Gambar di atas itu memperlihatkan ilustrasi bahwa semakin banyak informasi

nonvisual dimiliki dan dimanfaatkan seseorang dalam kegiatan membaca, maka

kebutuhan akan informasi visual akan semakin berkurang. Sebaliknya, semakin

sedikit informasi nonvisual yang dimiliki seseorang, semakin banyaklah informasi

visual yang diperlukannya. Secara mudah dapat dikatakan bahwa semakin banyak

pengetahuan siap pembaca sebelumnya, semakin berkuranglah hal-hal yang harus

dicari dan ditemukannya dalam bacaan.

Kenyataan bahwa informasi visual dan informasi nonvisual itu dapat saling

menggantikan dalam proses membaca, sangat perlu diperhatikan. Otak mempunyai

kemampuan yang terbatas untuk mengelola informasi visual. Mata akan memperoleh

kesempatan untuk beristirahat, jika pembaca dapat menggunakan informasi

nonvisualnya atau pengalamannya itu dengan sebaik-baiknya. Untuk mengatasi

bacaan yang sulit, pembaca tidak dapat mengurangi kecepatan bacanya dan

mengasimilasikan informasi visual lebih banyak, sebab di antara mata dan otak itu

ada bottleneck. Mengenai hal ini dapat dilukiskan melalui gambar berikut. Gambar ini

Informasi Visual

Informasi Nonvisual

Membaca

Page 54: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

memperlihatkan bagaimana dan sejauh mana otak dapat menampung informasi dari

informasi visual yang tampak dalam materi cetak.

Otak itu mudah kewalahan oleh informasi visual sehingga kemampuan untuk

melihat menjadi sangat tebatas bahkan bisa berhenti sejenak. Oleh karena itu,

kemampuan dasar membaca tidak lain dari kemampuan menggunakan informasi

nonvisual secara maksimum, dan mengurangi sebanyak-banyaknya informasi melalui

mata.

Biasanya banyak orang beranggapan bahwa seseorang dapat melihat segala

sesuatu yang ada di depan matanya, asalkan orang tersebut berada di tempat terang

dengan mata terbuka. Bahkan kita juga berkeyakinan bahwa penglihatan itu bersifat

langsung. Kita melihat sesuatu, seketika itu pula penglihatan kita terarah kepada

sesuatu itu. Lebih dari itu, kita juga mengira bahwa matalah yang bekerja dan

bertanggung jawab untuk benda-benda yang kita lihat itu. Namun sesungguhnya, mata

kita sama sekali tidak melihat. Tugas mata tidak lebih dari sekedar menyerap

informasi visual dalam bentuk berkas-berkas cahaya dan mengubahnya menjadi

energi syaraf yang merambat melalui jutaan serabut syaraf optik, kemudian masuk ke

dalam otak. Yang kita lihat sesungguhnya adalah interpretasi otak terhadap pesan,

Informasi Visual

Informasi Nonvisual

Membaca

Page 55: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

kesan, berita yang masuk melalui syaraf. Dengan kata lain, otaklah yang melihat,

sedangkan mata hanyalah "memandang" atas perintah otak.

Otak, sudah tentu, tidak melihat segala sesuatu yang ada dan yang terjadi di

depan mata. Oleh karena itu, sering kali otak itu pun berbuat salah atau bahkan dapat

melihat sesuatu yang tidak berada di depan mata kita. Inilah yang disebut kegiatan

"memprediksi", kegiatan memperkirakan. Sebuah perkiraan, tentu saja bisa benar dan

bisa juga salah. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan kritikan para pakar yang

tidak sependapat dengan pandangan MMAB.

Dengan kata lain, persepsi visual itu meliputi keputusan-keputusan yang

terjadi dalam otak. Waktu kita melihat seekor kuda di sebrang lapangan, otaklah yang

menentukan bahwa yang kita lihat itu adalah seekor kuda. Kita pun akan melihat kuda

meski otak membuat kekeliruan. Jika kita diberi alamat oleh seseorang dengan tulisan

seperti yang tertera di bawah ini

JALAN M1OS IO

Yang kita lihat adalah dua kata, Jalan mios dan angka sepuluh. Padahal, jika kita teliti

kembali lambang yang dipakai untuk menyatakan bilangan sepuluh itu sama benar

dengan huruf yang menyatakan bunyi/i/ dan /o/. Informasi visual yang sama itu

diinterpretasikan dalam otak sebagai lambang yang berbeda. Dengan demikian,

jelaslah bahwa otak mempunyai peranan penting dalam kegiatan membaca. Thorndike

berkata bahwa membaca adalah berpikir.

Banyak ahli berpendapat bahwa kegiatan membaca itu harus berdasarkan

fonik. Bagi mereka, orang dapat membaca karena dimungkinkan oleh fonik.

Bagaimana mungkin orang mengenali kata-kata tanpa menyuarakannya?

Page 56: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Terhadap pertanyaan itu kita dapat memberikan jawaban bahwa kita

mengenali kata-kata itu dengan cara yang sama dengan cara mengenali objek-objek

lainnya, seperti pepohonan, binatang, awan, gunung, kapal terbang, mobil, kereta api,

meja, kursi, nasi, roti, dan sebagainya, ialah dengan sekali pandang. Tidak ada

perbedaan fundamental antara pengenalan terhadap objek-objek berdimensi tiga itu

dengan pengenalan terhadap huruf-huruf dan kata-kata. Menurut hasil penelitian,

orang merespon lebih cepat terhadap kata-kata tertulis kuning, merah, biru, hijau,

hitam, dan sebagainya daripada kepada kertas yang berwarna tersebut.

Makna lebih erat hubungannya dengan tulisan daripada dengan suara. Kata

bang dan bank berbeda maknanya bukan karena berbeda bunyinya melainkan karena

berbeda penampilannya. Kedua kata tersebut mendekod bunyi yang sama, tetapi

artinya tetap berbeda, karena penulisannya berbeda.

Fonik itu tidak efektif. Lebih dari itu, tidak perlu. Hal tersebut dapat lebih jelas

dibuktikan pada orang-orang Jepang atau Cina yang menggunakan logografik. Kata-

kata tertulis itu merupakan lambang-lambang ide, bukan lambang-lambang bunyi.

Orang Katon dan Mandarin yang berbeda tuturnya, masih dapat berkomunikasi

dengan menggunakan tulisan, karena sistem tulisan mereka kebetulan sama. Kalau

anda mendengar kalimat Deux et deux font quatre, dapatkah anda memahami

maknanya? Ya, sebagian besar mungkin akan menjawab "tidak". Mengapa sebagian

besar dari kita tidak memahaminya? Hal ini disebabkan kita tidak memahami bunyi

bahasa mereka, tidak pula memahami struktur kalimat yang mereka gunakan. Kalimat

tersebut sebenarnya bisa diganti dengan lambang 2 + 2 = 4. Sekarang, tidak seorang

pun di antara kita yang akan berkata "Saya tidak memahami artinya". Dengan

demikian, sekali lagi dapat kita buktikan bahwa kegiatan dekode itu tidak perlu.

Page 57: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dalam model membaca yang menunjukkan gerak dari atas ke bawah ini, atau

membaca dari belakang mata, dikenal istilah tunnel vision, yakni peristiwa

penyempitan pandangan. Jika sewaktu membaca, seseorang hanya dapat

menggunakan dan memanfatkan sebagian kecil saja informasi nonvisual, maka materi

cetak yang dapat dilihatnya pun sedikit pula. Jika pembaca tidak dapat meggunakan

informasi nonvisual itu sepenuhnya, maka penglihatannya akan sangat terbatas.

Penglihatan yang sangat tebatas itu disebut tunnel vision. Tunnel vision bukanlah

penyakit mata. Hal ini bisa terjadi, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa.

Gangguan tunnel vision (TV) ini pun tidak hanya terjadi pada kegiatan membabaca,

pada saat orang sedang membaca. Tunnel vision TV terjadi pada setiap situasi, yakni

manakala otak dipaksa untuk memproses bahan dalam bentuk informasi yang

nonvisual.

Kemampuan membaca bergantung pada kemampuan menggunakan informasi

secara ekonomis dan pada penggunaan informasi nonvisual sebanyak-banyaknya.

Namun, tunnel vision ini tampaknya tidak dapat dihindarkan dalam hal-hal berikut

ini.

1) Membaca sesuatu yang tidak bermakna akan menimbulkan TV. Jika pada waktu

membaca, seseorang tidak dapat membuat membuat prakiraan yang biasa terjadi

sebagai akibat dari materi bacaan yang tidak terpahami, maka pembaca akan

mengalami hal yang sama, TV.

2) Pembaca yang enggan memanfaatkan informasi nonvisual akan mengalami TV.

Penggunaan informasi nonvisual memang mengandung resiko. Pembaca selalu

dihadapkan pada kemungkinan berbuat keliru. Akan tetapi, jika pembaca tidak

melakukan kekeliruan dalam kegiatan membacanya, mungkin dia itu membaca

tidak efisien, sebab dia memproses informasi visual lebih dari yang semestinya.

Page 58: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Kekeliruan tidak perlu dikuatirkan dalam upaya membaca, asalkan pembaca

berupaya untuk menggunakan informasi nonvisual yang semestinya. Kalau dalam

bacaanya seorang pembaca membaca rumah untuk kata asrama maka kesalahan

seperti itu tidak perlu dikuatirkan.

3) Akibat terbesar yang disebabkan oleh keengganan terja di bila keengganan itu

timbul karena kecemasan. Dalam situasi yang mana pun dalam hidup kita ini,

semakin besar rasa cemas seseorang dalam pengambilan suatu keputusan, maka

semakin banyaklah informasi yang dia perlukan sebelum mengambil keputusan itu.

Kecemasannya itu menimbulkan TV, dan TV menghilangkan kemungkinan

pemahaman yang layak.

4) Kebiasaan membaca yang jelek menyebabkan terjadinya TV. Jika pembaca

membaca terlalu lambat akan menimbulkan TV, sebab sistem visual akan

tertimbun oleh informasi visual yang diupayakan untuk diperolehnya dari materi

bacaan. Jika pembaca enggan untuk membaca laju ke depan, jika dia mengulang-

ulang bacaannya untuk mengingat hal-hal yang kecil-kecil, jika dia mencoba

membaca cermat setiap kata dalam setiap untaian kalimat maka dia akan

menghadapi TV. Sayang sekali, kebiasaan jelek itu merupakan bahan pengajaran

untuk meyakinkan bahwa dengan jalan demikian anak akan pandai membaca.

Dapatkah TV itu diatasi? Jika yang menjadi sebab terjadinya TV itu jelas,

maka penyembuhannya mudah dilakukan. Jika TV pada anak timbul karena materi

bacaannya tidak bermakna baginya, maka guru harus mencarikan bahan yang sesuai

dengan tingkat kebutuhan muridnya. Rumus keterbacaan tidak dapat digunakan dalam

hal ini, sebab masalahnya sangat relalatif. Bacaan yang terasa mudah bagi seorang

anak mungkin sama sekali tidak bisa di prakirakan oleh anak lainnya. Formula-

formula keterbacaan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan

Page 59: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

wacana hanya sanggup mendeteksi kelayakan bahan bacaan tertentu untuk peringkat

pembaca tertentu, dalam artian kelompok pembaca. Di samping itu, formula-formula

keterbacaan hanya menangani masalah bahan bacaan, bukan pembacanya; sedangkan

TV terjadi pada diri pembacanya. TV terjadi pada anak secara individual. Oleh karena

itu, penanganannya pun harus didekati secara individual. Karena itulah, formula-

formula keterbacaan tidak akan banyak menolong untuk mengatasi TV pada

seseorang.

Jika TV itu timbul karena anak tidak mempunyai latar belakang pengalaman

yang layak tentang isi bacaannya, maka guru dituntut untuk memberikan pengetahuan

tentang hal-hal yang berhubungan dengan bacaannya itu. Caranya bermacam-macam,

mungkin dengan jalan memberikan pengalaman dari buku lain yang mudah bagi anak,

melalui film, ceramah, atau membacakan buku-buku yang ditugaskan kepada murid

sebelum memulai pengajaran, dan sebagainya. Kemampuan membaca tidak semata-

mata akan membaik dengan pemberian tugas yang bertubi-tubi. Terlebih-lebih jika

materi bacaan yang ditugaskan tersebut dipandang sukar oleh siswa.

TV pada anak mungkin timbul karena perasaan takut berbuat salah. Jika anak

dihinggapi rasa takut, maka upaya untuk memahami bacaan melalui proses belajar

tidak akan berhasil. Membuat prakiraan itu mempunyai risiko. Anak yang takut

membuat kesalahan tidak akan dapat belajar, bahkan tidak pula akan dapat membaca

seperti yang diharapkan. Anak-anak seperti itu harus diberi keyakinan bahwa

membuat kesalahan itu tidak perlu ditakuti, karena banyak orang yang berhasil karena

justru mereka belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Mereka harus belajar

membebaskan diri dari sifat was-was dan ragu-ragu yang mengganggu pikirannya itu.

Anak-anak yang menghadapi TV karena kebiasaan membaca yang jelek harus

dipaksa untuk berlatih membaca cepat. Mereka harus diyakinkan bahwa membaca

Page 60: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

lambat itu bisa menyelubungi makna bacaan. Berbagai penelitian menunjukkan bukti

bahwa membaca cepat dipandang efisien dan mempermudah upaya memahami isi

bacaan. Banyak orang melambatkan bacaannya karena mereka takut tidak dapat

memahami isi bacaan itu. Dengan kemampuan membaca cepat yang lebih baik, maka

pengetahuan yang diperolehnya pun akan semakin baik.

4. Model Membaca Timbal-Balik (MMTB)

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris Rumelhart

(1977). Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita inggung di muka.

Dia beranggapan bahwa model-model yang terdahulu itu tidak memuaskan, karena

pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada pandangan formalisme

model-model perhitungan yang linear. Model-model itu mempunyai sifat-sifat

berurut-berlanjut, tidak interaktif.

Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.

Informasi Informasi ______ Transformasi _______ Sudah di- ______ Tranformasi ______ transformasi MODEL INI BISA DIBUAT AGAK INTERAKTIF DENGAN UMPAN BALIK Informasi Informasi ______ Transformasi _______ Sudah di- ______ Tranformasi ______ transformasikan

MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada pembaca

yang mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu proses yang

bersifat linier, tidak menunjukkan proses yang berurut-berlanjut, melainkan suatu

Page 61: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

proses timbal-balik yang bersifat simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada

saat lain justru MMAB yang berperan. Para penganut paham MMTB percaya bahwa

pemahaman itu bergantung pada informasi grafis atau informasi visual dan informasi

nonvisual atau informasi yang sudah tersedia dalam pikiran pembaca. Oleh

karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada pengetahuan yang diperlukan untuk

memahami bacaan yang dibacanya itu tidak bisa digunakan, baik disebabkan pembaca

lupa akan informasi tersebut atau mungkin juga karena skemanya terganggu.

Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca itu

berlainan dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam

komputasi paralel selalu terjadi interaksi di antara proses-proses yang berlangsung

berkelanjutan dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Rumelhart mengajukan

pendapat yang menyatakan bahwa membaca sebagai kegiatan yang meliputi berbagai

tipe pemrosesan informasi dan unit-unit pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan

berlanjut. Dengan menggunakan formalisme yang dikembangkan dengan komputer,

Rumelhart dapat menjelaskan secara tepat aspek-aspek membaca yang bersifat paralel

dan yang bersifat interaktif. Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rumelhart itu

sudah dijelaskan oleh para ahli yang terdahulu. Akan tetapi, penjelasan yang

disampaikan para pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan seperti yang

dijelaskan oleh Rumelhart.

MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang

berikut ini penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu

disentuh oleh alat penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan sebagai

masukan untuk pemadu pola (PP).

PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa

masuk informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan sintaksis,

Page 62: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

semantik, leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian huruf. PP

membuat keputusan berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke dalamnya itu.

Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya pengaruh

berbagai tahapan (grafik, semantik, sintaksis, dan sebagainya) terhadap kegiatan

membaca dalam bentuk interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut ialah

bagaimana komponen-komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian menjadi

bahan pemikiran ahli lain, seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak ada di dalam

model itu ialah gambaran tentang kerja pemandu polanya sendiri.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart

merupakan sumbangan utama terhadap model-model

membaca. Rumelhart menampilkan suatu model proses membaca yang menunjukkan

komponen-komponen sensori, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh

dalam bentuk interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang bahasa tulis. Berbagai

jenis informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis dirumuskan,

kemudian disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi yang

layak. Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailah hipotesis

PIV Alat Penyadap

Ciri

Pemandu Pola Interpretasi yang

paling layak

Pengetahuan Sintaksis

Pengetahuan Semantik

Pengetahuan Ortografis

Pengetahuan Leksikal

Page 63: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

yang paling layak. Iteraksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai

secara matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu

dipandang sebagai formulasi hipotesis, pengujian probabilitas dengan menggunakan

serangkaian sumber informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan tentang hipotesis

yang terbaik yang diterima sebagai makna.

Rumelhart telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah model

yang cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat mengatasi

masalah yang berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang tampak pada perilaku

pola membaca. Model ini mempunyai ciri yang esensial yang menjelaskan betapa

proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi (semantik dan makna) mempermudah

proses kebahasaan peringkat rendah (huruf, kata), dan betapa penguasaan atas

peringkat yang lebih tinggi itu mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih

rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan

pembaca agar informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas) dapat

dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang

pengajaran, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru untuk

menolong para siswanya menjadi pembaca yang fleksibel, ialah pembaca yang

mampu mengatur kecepatan tempo bacaannya sesuai dengan sifat, manfaat, tujuan,

kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut. Pembaca harus dialihkan

perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan sebagainya) ke

struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memperkirakan dan

menemukan makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan siswa

menggunakan bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang telah

Page 64: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dimilikinya dalam proses menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk

mengembangkan strategi yang mendorong siswa supaya bersikap aktif-kognitif agar

dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptatakan lingkungan yang

kondusif, yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu ditanamkan

keyakinan bahwa dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam lingkungan itu yang

pertama dan utama, melainkan kehadiran siswa itu sendiri. Kemampuan membaca

akan meningkat hanya dengan jalan melakukan kegiatan membaca itu sendiri.

Melakukan aktivitas baca sama dengan berlatih membaca. Latihan tersebut akan

menolong mereka meningkatkan kemampuan membaca serta menemukan sendiri

strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjuki kita pada

berbagai konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca.

Kiranya kita perlu meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai metode

pengajaran pada masa-masa silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi terlalu

memikirkan adanya kebolongan kosakata yang mungkin belum diketahui siswa.

Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, kemudian guru berpikir bahwa pengajaran

membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru lebih baik meyakinkan para siswanya

bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil hati dan frustasi dengan bacaan

yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat dipahaminya. Yang terpenting bagi

mereka adalah bagaimana mereka dapat memanfaatkan informasi siap (pengetahuan

siap) yang telah dimilikinya dalam upaya memetik makna bacaan. Itulah yang disebut

kegiatan memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa

untuk merekontruksi makna dari lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan

sikap seperti itu akan membuat mereka percaya diri dan bergantung pada kemampuan

Page 65: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya akan diatasi sendiri dengan jalan

memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan aspek kognitif yang

dimilikinya. Dengan demikian. Para siswa tidak lagi akan bergantung kepada guru

atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar pada waktu mereka

menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu keyakinan

yang secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa pembaca akan lebih

merasa terlayani jika kita membekali mereka dengan kesiapan untuk membaca materi

yang disajikan kepada mereka. Banyak hal yang bisa dilakukan guru dalam upaya

membekali pengetahuan siap mereka. Prosedur-prosedur tersebut dapat berupa

kegiatan-kegiatan berikut: diskusi, pertunjukan film, karyawisata, bercerita, dan

sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat bagi para siswa dalam upaya membantu

mereka untuk menggunakan latar belakang informasi (pengetahuan) yang dimilikinya.

Pengetahuan siap ini akan mempermudah proses memahami bacaan dengan lebih

layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas

membaca. Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk tugas

berikutnya berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas ini tidak

terlalu jelek dan merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk

membangkinkan motivasi siswa, namun cara ini tampaknya sudah "ketinggalan

zaman". Bagaimanapun hal-hal yang dibawa pembaca ke dalam proses membacanya

itu akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh pembaca tersebut dari proses

yang dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan bahwa proses

membaca akan berlangsung lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan, diskusi

dulu, baru kemudian membaca.

Page 66: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai

model yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah

menunjukkan keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada siswa

untuk menyurvai, bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan membaca untuk

menguji hipotesis. Model membaca yang baik harus dapat menjelaskan teori berbagai

pendekatan yang baik untuk membaca dan belajar. Model yang baik harus pula

memberikan penjelasan terhadap langkah-langkah pengajaran yang baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada peringkat

sekolah menengah, baik sekolah menengah pertama maupun peringkat di atasnya.

Model ini sangat baik untuk mengakrabkan dan mendorong mereka dalam pengujian

cara dan strategi membaca yang biasa mereka lakukan sendiri.

Setelah anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang

diprakarsai Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-

prinsip yang ada di dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang berpendapat

bahwa model Rumelhart itu tidak menarik karena di dalamnya sesungguhnya tidak

ada hal-hal yang baru bagi anda. Sebagai guru, anda mungkin sudah terbiasa dengan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka yang biasa timbul dalam pikiran anda

selagi membaca. Bukankah pertanyaan-pertanyaan yang muncul selagi kita membaca

merupakan cerminan dari proses interaktif dari kerja mata dan kerja kognisi pada saat

kita merespon bacaan. Sebagai guru anda pun sudah terbiasa dengan pemberian

rangsanga-rangsangan kepada para siswa anda agar mereka membuat prakiraan-

prakiraan, hipotesis, antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka untuk

berpikir secara divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita

ketahui landas pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah

Page 67: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

kita lakukan tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang

dapat memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin anda tidak melihat adanya pembicaraan

tentang aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak menyinggung masalah

aplikasi itu. Dia tidak pula menyinggung masalah pramembaca, yakni suatu kondisi

sebelum seseorang sampai pada halaman-halaman bercetak. Dia memulai konsepnya

dari halaman bercetak, dan dari situ kemudian bergerak ke depan dengan konsep-

konsep interaksi.

MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemuka kan oleh

Gough, La Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang, dimulai

dari pemrosesan unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf, kemudian

bergerak menuju pemrosesan kelompok huruf, kata-kata, kelompok kata, kalimat,

hingga akhirnya sampai ke makna. Sebaliknya MMTB membenarkan proses yang

dimulai dari peringkat yang lebih tinggi. MMTB mulai dengan semantik atau makna

kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada bank data yang bekerja secara simultan.

Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi, dan leksikon yang bekerja secara

serempak, tidak bekerja secara berurutan seperti halnya dalam MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui pengayaan

pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-banyaknya

sehingga mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-beda. Guru

dapat membantu muridnya mempertinggi dan meningkatkan keterampilannya dalam

membaca dengan jalan membimbing mereka untuk terus membaca sebanyak-

banyaknya. Yang perlu diperhatikan benar dalam hal ini ialah sikap murid. Guru yang

terlalu sering memberi tugas yang berada di luar jangkauan kemampuan muridnya

akan membuat siswa terbunuh minat dan motivasinya. Salah satu upaya untuk

Page 68: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

membangkitkan minat baca siswa ialah dengan jalan menyediakan bahan bacaan yang

kira-kira dapat menarik perhatian mereka.

RANGKUMAN

Terdapat tiga model utama dalam proses membaca, yakni model membaca

bawah-atas (MMBA), model membaca atas-bawah (MMAB), dan model membaca

timbal-balik (MMTB). Dari ketiga model membaca tersebut, MMBA merupakan

model yang tertua. Model ini mengutamakan struktur-struktur yang terdapat di dalam

teks. Proses membaca yang terjadi pada MMBA, pada dasarnya merupakan proses

penerjemahan, pendekodan, dan pengenkodan. Urutan proses tersebut bersifat linier

yang diawali oleh masukan grafemik melalui sistem visual, lalu memasuki ikon,

berlanjut pada kilasan, pencatat, pendekod, librarian, merlin, hingga akhirnya sampai

pada TTKSMD.

Pemilihan akan metode tertentu dalam pengajaran membaca sangat ditentukan

oleh pandangan tentang model membaca yang dianutnya. Pengikut MMBA akan

menggunaan metode Eja, metode Bunyi, atau metode Alfabet, yang kesemua metode

tersebut lebih memberi perhatian pada struktur yang tampak di dalam teks bacaan.

MMAB memunyai landasan yang berbeda dengan MMBA. Informasi

nonvisual dalam kegiatan membaca merupakan hal yang paling penting dalam

MMAB sehingga proses membaca itu tidak lain dari proses berpikir. Peristiwanya

terjadi di dalam otak. Mata hanyalah sekedar penghantar infomasi, yang

mengidentifikasi bacaan adalah otak. MMAB berpendapat bahwa kerja mata harus

ditekan seminimal mungkin. Mata yang terlalu sarat dengan masukan informasi visual

akan memaksa alat itu untuk bekerja secara penuh sehingga dapat mengakibatkan

kondisi "buta sejenak".

Page 69: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Menurut MMTB proses membaca itu bersifat interaktif, yakni kedua model

pertama tadi, MMBA dan MMAB, bekerja secara serempak dan simultan. Membaca

dipandangnya sebagai formulasi hipotesis dan pengujian probabilitas dengan

memanfaatkan serangkaian sumber informasi. Menurut MMTB, pemrosesan

kebahasaan yang lebih tinggi mempermudah pemrosesan kebahasaan yang lebih

rendah. Pengikut MMTB berkeyakinan bahwa mdel yang dianutnya itu akan

memungkinkan guru untuk membantu para siswanya menjadi pembaca-pembaca yang

fleksibel.

TUGAS DAN LATIHAN

Perhatikan kasus-kasus yang disajikan berikut ini. Cobalah Anda identifikasi

berdasarkan konsep ketiga model membaca yang telah kita bicarakan di atas.

Tentukan, termasuk cerminan dari model membaca yang manakah kasus-kasus

tersebut? Kemukakan alasannya!

1) Seorang guru kelas I SD sedang mengajarkan membaca permulaan kepada para

siswanya. Dia memperkenalkan huruf-huruf berikut:

Ini a ----> ini /a/;

Ini b ----> ini /b/;

Ini c ----> ini /c/;

Ini d ----> ini /d/;

demikian seterusnya hingga seluruh huruf dalam abjad Indonesia selesai

diperkenalkan. Metode pengajaran membaca permulaan yang demikian disebut

"Metode Alpabetis"

Page 70: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

2) Dalam sebuah permainan tebak kata, pemandu acara memperlihatkan tiga buah

huruf dari tujuh huruf yang sebenarnya merupakan kelompok huruf yang

membentuk kata yang bersangkutan. Peserta A dapat menebak bunyi kata itu

dengan tepat, meskipun dia hanya dibantu dengan tiga buah huruf tadi; sementara

kelompok B baru dapat menebak kata itu dengan tepat, setelah mereka melihat

enam dari tujuh buah huruf yang seharusnya membentuk kata itu.

3) Proses membaca menurut model ini adalah sebuah proses yang meliputi formulasi

hipotesis dan pengujian probabilitas. Proses membaca tidak terjadi secara berurut-

berlanjut, tidak terjadi secara linier.

4) Meningkatkan keterampilan membaca para siswa merupakan hal yang sangat

penting; akan tetapi menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca jauh lebih

penting. Memperkaya wawasan dan pengalaman siswa melalui penugasan

membaca itu penting, tetapi menjaga sikap siswa dari kejenuhan dan kebosanan

akan bahan bacaan juga tidak kalah penting. Banyak cara dan strategi yang dapat

dilakukan guru untuk kepentingan ini.

5) Pada jam pelajaran bidang studi Bahasa Indonesia, Bu Ani bermaksud menyajikan

bahan ajar membaca dengan mengambil tema bacaan "kekayaan budaya di wilayah

nusantara". Teks yang hendak diberikan kepada siswa berjudul "Kupuk dalam

Budaya Mandobo-Irian Jaya". Sebelum wacana itu diberikan kepada anak

didiknya, Bu Ani bercerita tentang khasanah kekayaan budaya pada masyarakat di

wilayah nusantara tercinta ni, termasuk budaya-budaya pada masyarakat Irian Jaya.

Melalui perbincangan dan diskusi bersama di dalam kelas, Bu Ani mencoba

menggali dan memperkaya khasanah latar belakang pengetahuan dan pengalaman

siswa. Kegiatan ini memakan waktu lebih kurang 30 menit. Selanjutnya, anak-anak

Page 71: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

diminta membaca dalam hati teks wacana yang telah dipersiapkannya tadi.

Kemudian, diadakan tanya-jawab di seputar isi bacaan tersebut.

Page 72: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MODUL 2: MODEL-MODEL MEMBACA

Pendahuluan

Kegiatan Belajar 1: Model Top-Down

Rangkuman

Perlatihan

Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2: Model Bottom-Up

Rangkuman

Perlatihan

Tes Formatif 2

Kegiatan Belajar 3: Model Interactive

Rangkuman

Perlatihan

Tes Formatif 3

KUNCI JAWABAN FORMATIF

DAFTAR PUSTAKA

Page 73: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA

1. Pengantar

Pada era informasi ini, sarana bacaan kian hari kian bertambah, sementara

waktu yang kita miliki tetap tidak bertambah. Lantas, bagaimana kita dapat menyerap

berbagai informasi dalam berbagai media cetak tersebut dalam waktu yang relatif

singkat. Satu-satunya cara adalah dengan jalan meningkatkan kecepatan membacanya.

Bagaimana cara mengukur kecepatan membaca seseorang? Hal-hal apa saja yang

harus dipersiapkan untuk mengadakan evaluasi kecepatan membaca? Pertanyaan-

pertanyaan evaluasi macam manakah yang perlu dikuasai guru untuk menguji

kemampuan baca murid-muridnya? Upaya apa yang harus kita lakukan untuk

meningkatkan kecepatan membaca?

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan dapat anda temukan jawabnya pada uraian

beberapa bab dari buku ini. Namun, pertanyaan tentang "bagaimana cara mengukur

kecepatan membaca serta hal apa saja yang harus kita persiapkan untuk melakukan

pengukuran tersebut" akan kita bicarakan dalam bab ini.

Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat bagi anda, baik untuk kepentingan

anda sebagai guru atau sebagai pribadi, maupun untuk kepentingan murid-murid anda.

Sebagai mahasiswa, anda tentu dihadapakan pada berbagai buku teks yang sifatnya

wajib anda baca. Di samping itu, berapa jumlah buku-buku penunjang yang harus

anda baca untuk melengkapi informasi dari bacaan utama atau dari buku teks tadi?

Coba anda hitung jumlah mata kuliah yang anda kontrak! Silakan anda hitung sendiri,

berapa buah buku atau berapa halaman bacaan yang harus anda baca dalam satu

semester. Jika anda hanya mampu membaca 250 kata/menit, berapa lama waktu yang

anda sisihkan untuk kegiatan membaca dalam setiap harinya? Denganilustrasi

Page 74: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

tersebut, tentu kita menyadari betapa kemampuan membaca cepat perlu kita miliki,

bukan? Demikian juga dengan murid-murid kita. Mereka adalah para siswa yang

setiap harinya dihadapkan pada kegiatan belajar untuk berbagai bidang studi.

Meskipun membaca bukan satu-satunya cara untuk studi, namun tidak seorang pun

dari kita akan menyangkal betapa sumbangan dari keterampilan dan kegiatan

membaca ini untuk keberhasilan belajar sangatlah tinggi.

Sesudah memahami dan mampu menggunakan pengetahuan yang diperoleh

dari bab ini, anda dituntut pula untuk dapat menyampaikan kemampuan itu kepada

anak-anak didik anda. Penanaman pengertian tentang pentingnya membaca cepat dan

penanaman keterampilan membaca cepat itu sendiri perlu dilakukan dan diupayakan

sejak dini.

Uraian bab ini bertujuan untuk membantu anda agar dapat mengevaluasi

kecepatan membaca para siswa anda dengan berbagai alat ukur yang lazim digunakan

dalam pengajaran membaca.

Secara khusus, anda diharapkan dapat:

a) menjelaskan hakikat, fungsi, dan pengertian KEM;

b) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi KEM;

c) menggunakan rumus kecepatan efektif membaca;

d) mengklasifikasi hasil pengukuran kecepatan efektif membaca siswa pada

peringkat-peringkat pembaca tertentu;

e) membuat persiapan untuk mengadakan evaluasi kecepatan efektif membaca;

f) menentukan upaya tindak lanjut untuk memperbaiki KEM siswa.

Page 75: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Melalui uraian bab ini, anda akan saya ajak untuk memperbincangkan hakikat

kecepatan membaca, rumus KEM (kecepatan efektif membaca, faktor-faktor yang

mempengaruhi KEM, latihan menggunakan rumus KEM.

2. Hakikat dan Fungsi KEM

Dewasa ini, ada orang yang beranggapan bahwa dengan membaca lambat

pemahaman seseorang terhadap apa yang dibaca akan semakin baik. Sebaliknya,

dengan membaca cepat pemahaman akan terhambat. Anggapan itu sama sekali tidak

benar. Kegiatan memahami bacaan pada hakikatnya sama dengan kegiatan memahami

pembicaraan (tuturan lisan). Mari kita perhatikan ilustrasi berikut. Ilustrasi ini

menampilkan dua model contoh tuturan yang dilakukan secara kontras. Yang satu

menunjukkan tuturan dengan kecepatan biasa; sedangkan yang satunya lagi

menunjukkan tuturan dengan kecepatan yang sangat lambat.

Contoh (a)

Minggu yang akan datang/ saya/ bermaksud mengikuti ujian/ tahap kedua.

(diucapkan berdasarkan satuan-satuan gatra atau satuan-satuan ide yang berupa

kelompok-kelompok kata)

Contoh (b)

Minggu/ yang/ akan/ datang/ saya/ bermaksud/mengikuti/ ujian/ tahap/ kedua.

(diucapkan kata demi kata)

Page 76: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Cara penuturan pertama (a) dilakukan berdasarkan satuan-satuan kelompok

kata yang berupa satuan-satuan unit ide sehingga penyampaiannya akan terdengar

lebih cepat bila dibandingkan dengan cara penuturan (b) yang dilakukan secara kata

demi kata. Cara penuturan kedua (b) akan terdengar lambat, karena setiap

mengucapkan sebuah kata diselingi oleh penghentian sementara atau jeda pendek.

Cara penuturan mana yang lebih mudah ditangkap maknanya, yang pertama (cepat)

atau yang kedua (lambat)? Tentu kita akan lebih mudah menangkap tuturan yang

dilakukan dengan cara (a). Penuturan cara pertama lebih mudah kita pahami,

ketimbang cara kedua. Hal ini membuktikan kepada kita bahwa dengan membaca

cepat tidak berarti pemahaman akan terhambat. Justru sebaliknya, orang yang

memiliki kecepatan membaca tinggi cenderung memiliki tingkat pemahaman yang

tinggi pula.

Melihat ilustrasi di atas, rasanya tidak ada alasan bagi seseorang untuk enggan

menjadi pembaca cepat. Sebab hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang

memiliki kecepatan membaca yang tinggi cenderung memperlihatkan kemampuan

memahami bacaan yang lebih baik ketimbang pembaca lambat. Memang, pada saat-

saat tertentu pembaca dituntut untuk bersifat fleksibel di dalam menghadapi dan

menyiasati bacaannya. Kadang-kadang diperlukan waktu yang relatif lebih lama

untuk memahamai sesuatu, tetapi adakalanya pembaca butuh waktu yang relatif

singkat. Dengan pandangan sekilas saja, pembaca sudah dapat menangkap isi sebuah

bacaan.

Kegiatan membaca dapat diibaratkan dengan mengendarai kendaraan

bermotor. Pengendara akan menghentikan lajunya kendaraan jika bertemu dengan

lampu merah. Pengendara juga akan memperlambat kecepatan kendaraannya

Page 77: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

manakala memasuki daerah macet atau jalan yang tidak mulus, penuh dengan bekas-

bekas lubang galian dan tidak rata. Akan tetapi sebaliknya, setelah memasuki jalan tol

yang bebas hambatan kecepatan kendaraan akan dipacu sampai batas maksimal yang

mungkin bisa dikendalikannya. Demikian juga dengan kegiatan membaca. Kadang-

kadang, membaca bagian atau penggalan tertentu dari suatu bacaan lebih

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama ketimbang membaca bagian lainnya.

Kadang-kadang, bahkan berhenti sejenak untuk melihat referensi/sumber bacaan lain

yang dianggap mendukung informasi yang kita temui dalam bacaan kita. Meskipun

demikian, pembaca cepat akan tetap mempertimbangkan waktu hentian dan

pengurangan tempo baca untuk kecepatan baca secara keseluruhan.

Fleksibilitas baca memang sangat erat kaitannya dengan tujuan/maksud

pembaca, informasi fokus, dan jenis bacaan yang dihadapinya. Yang dikategorikan ke

dalam pembaca efektif dan efisien itu ialah pembaca yang fleksibel. Menurut

Tampubolon (1987), pembaca yang demikian harus dapat mengatur kecepatan,

menentukan metode, teknik, dan gaya membaca sesuai dengan semua faktor yang

berkaitan dengan bacaan. Hal-hal yang berkenaan dengan kecepatan, metode, teknik,

dan gaya membaca disebut strategi membaca; sedangkan faktor tujuan, informasi

fokus, dan jenis bacaan disebut kondisi-baca. Dengan demikian, fleksibilitas

membaca dapat diartikan sebagai kemampuan menyesuaiakan strategi membaca

dengan kondisi-baca.

Rasanya belum sempurna kemampuan membaca (baca: kemampuan

memahami bacaan) seseorang jika tingkat kemampuan baca yang bagus itu tidak

disertai dengan kecepatan baca yang bagus pula. Kemampuan baca yang kita

bicarakan di sini adalah kemampuan membaca tigkat lanjut yang dalam praktiknya

melibatkan proses kognitif. Dikatakan sebagai proses kognitif karena pada dasarnya

Page 78: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam membaca tingkat ini adalah kegiatan-kegiatan

berpikir dan bernalar termasuk mengingat, meskipun pada taraf penerimaan lambang-

lambang tertulis diperlukan kemampuan-kemampuan motoris berupa gerakan mata.

Pembicaraan tentang kemampuan-kemampuan motoris dalam membaca yang

berupa gerakan mata itu erat kaitannya dengan masalah kecepatan membaca. Yang

dimaksud dengan kecepatan membaca adalah kemampuan seseorang dalam

menggerakkan mata secara cepat dan tepat pada saat membaca sehingga diperoleh

rata-rata kecepatan baca berupa jumlah kata per menit. jadi, jika seseorang dapat

membaca bacaan yang panjangnya lebih kurang 2000 perkataan dalam tempo lima

menit, artinya rata-rata kecepatan bacanya adalah 400 kata per menit.

Sementara itu, kemampuan membaca berkaitan dengan kemampuan kognitif

(ingatan, pikiran, dan penalaran) seseorang dalam kegiatan membaca. Kemampuan-

kemampuan kognitif yang dimaksud di sini adalah kemampuan dalam menemukan

dan memahami informasi yang tertuang dalam bacaan secara tepat dan kritis.

Seseorang boleh dikatakan memiliki kemampuan baca yang baik jika dia mampu

memahami isi bacaan tersebut minimal 70 persen.

Untuk mengetahui persentase kemampuan membaca seseorang tentu

diperlukan suatu alat untuk mengukurnya. Alat untuk mengukur kemampuan

membaca itu dapat mempergunakan alat ukur tes, seperti yang akan kita bicarakan

pada bab tersendiri setelah bab ini. Idealnya, pengukuran atau pengetesan kemampuan

membaca itu sebaiknya dilakukan oleh orang lain agar penilaiannya lebih objektif.

Namun, pengetesan itu dapat pula dilakukan sendiri. Tes membaca dapat pula anda

buat sendiri dengan memperhatikan perimbangan jenjang-jenjang pertanyaan bacaan.

Page 79: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3. Pengertian KEM

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) sering pula disebut dengan kecepatan

efektif (KE) saja. Baik KEM maupun KE mengandung pengertian yang sama, ialah

perpaduan dari kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan

kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Dengan kata lain, KEM merupakan

perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.

Mengapa KEM itu dikatakan sebagai cerminan dari kemampuan visual dan

kemampuan kognisi sebagai hasil dari proses membaca yang telah dilakukan

seseorang. Sekarang, mari kita renungkan ilustrasi berikut.

Ilustrasi (1)

Anda sedang dihadapkan pada masa-masa ujian akhir semester. Sebagai bahan

persiapan untuk kepentinganujian besok pagi, anda mempersiapkan diri

dengan membuka-buka dan membaca kembali buku-buku literatur yang

diwajibkan untuk mata uji besok pagi. Bukuitu sekarang sedang berada di

tangan anda dan secara serius anda membaca dan mempelajarinya secara

seksama.

Ilustrasi (2)

Meskipun waktu istirahat adalah waktu untuk beristirahat sejenak dari jam-

jam belajar, namun salahseorang murid anda, Gina, selalu

memanfaatkannyauntuk membaca di perpustakaan sekolah. Seperti juga kali

ini, Gina tak menghiraukan kedatangan andakarena dia tengah asyik dengan

bacaannya.

Page 80: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Melalui ilustrasi pertama, saya mengajak anda untuk mengingat-ingat proses

membaca yang anda alami. Melalui ilustrasi kedua, saya ingin mengajak anda untuk

memperhatikan proses membaca yang dialami (dilakukan) orang lain di luar diri kita.

Melihat kedua ilustrasi tersebut, kita dapat melihat titik kesamaan dalam proses

membaca, yakni dalam hal faktor-faktor utama yang terlibat dalam proses membaca

tersebut. Kalau kita ubah ke dalam bentuk pertanyaan, pertanyaan itu akan berbunyi

"faktor-faktor atau komponen-komponen apa sajakah yang bekerja paling dominan

pada saat orang melakukan kegiatan baca?"

Tentunya kita sepakat bahwa kegiatan membaca itu melibatkan dua komponen

utama, yakni kemampuan mata dalam melihat lambang-lambang grafis dan

kemampuan pikiran dalam menangkap dan memaknai lambang-lambang grafis

tersebut menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap. Kemampuan fisik meliputi

kemampuan mata, selanjutnya kita sebut kemampuan visual. Sementara kemampuan

psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar kita sebut kemampuan

kognisi.

Dengan mengetahui unsur/komponen utama yang terlibat dalam kegiatan

membaca, selanjutnya kita akan dengan mudah dapat menjawab pertanyaan apa itu

"kemampuan membaca" atau selanjutnya lazim disebut KEM. Apa sebenarnya KEM

itu? Seperti sudah dijelaskan di muka, KEM merupakan kependekan dari kecepatan

efektif membaca. Dikatakan "kecepatan efektif" karena pada dasarnya KEM

merupakan cerminan dari kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan di

sini mengandung pengertian sebagai paduan dari kemampuan visual dan kemampuan

kognisi, kemampuan yang sudah mempertimbangkan kecepatan rata-rata baca berikut

ketepatan memahami isi bacaan yang dibacanya.

Page 81: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Beberapa pakar pendidikan dan pengajaran membaca menyamakan istilah

KEM ini dengan istilah "Speed Reading". Jika kita alihbahasakan, "speed reading"

dapat diartikan sebagai "kecepatan membaca". Jika kita berbicara masalah kecepatan

membaca, maka yang terbayang dalam benak kita adalah jumlah kata per menit, yakni

rata-rata tempo baca untuk sejumlah kata tertentu dalam waktu tempuh baca tertentu.

Selanjutnya timbul pertanyaan, jika yang dimaksud dengan kecepatan membaca itu

adalah kecepatan rata-rata baca, bagaimana dengan masalah pemahaman isi

bacaannya. Di samping itu, bukankah jika kita berbicara tentang kecepatan membaca

akan berimplikasi terhadap tujuan membaca, tingkat keterbacaan bahan bacaan,

motivasi, teknik-teknik membaca, proses berpikir dan bernalar, dan sebagainya? Oleh

karena itu, istilah "kecepatan membaca" kita beri keterangan dengan istilah "efektif"

sehingga menjadi kecepatan efektif membaca atau lebih populer disebut KEM.

KEM merupakan cermin dari kemampuan membaca yang sesungguhnya. Dua

komponen utama yang terlibat dalam proses/ kegiatan membaca sudah tercakup di

dalamnya. Perpaduan dari kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan secara

keseluruhan atau perpaduan dari kemampuan visual dan kemampuan kognisi dalam

proses membaca disebut KEM. Masalah selanjutnya, bagaimana cara menentukan

atau mengukur KEM seseorang atau bahkan mungkin KEM kita sendiri? Pertanyaan

ini akan kita jawab nanti pada uraian tentang "Rumus KEM". Sebelum itu, mari kita

bicarakan dulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KEM

Kecepatan baca seseorang tidak harus selalu konstan, dalam arti pembaca

melakukan kegiatan membaca dengan kecepatan yang sama untuk setiap bahan

bacaan yang dihadapinya. Mengapa demikian? Tentu saja, bahan bacaannya itu

Page 82: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

sendiri tidak selalu sama, ada bacaan ringan, sedang, sukar; bacaan fiksi-nonfiksi;

bacaan sosial-eksak; dan sebagainya. Di samping itu, kadar kepentingan seseorang

melakukan kegiatan membaca itu pun akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan

bacanya. Membaca untuk kepentingan hiburan tentu akan berlainan dengan membaca

untuk kepentingan perolehan informasi. Membaca untuk kepentingan penulisan kritik

dan esei tentu akan berlainan dengan membaca untuk kepentingan sekedar memenuhi

rasa ingin tahu. Membaca karya sastra (novel, cerpen, puisi) berbeda dengan

membaca prosa ekspositoris. Perbedaan-perbedaan ini akan menyebabkan kecepatan

baca seseorang tidak harus sama dalam segala situasi dan kondisi. Pembaca yang

efektif dan efisien adalah pembaca yang fleksibel.

Tujuan membaca seseorang akan menentukan kecepatan bacanya. Berbicara

tentang hubungan kecepatan membaca dengan tujuan yang dikehendaki dari kegiatan

membacanya itu, akan terjadilah apa yang dinamakan fleksibilitas kecepatan baca.

Yang dimaksud fleksibilitas kecepatan baca adalah kelenturan tempo baca pada saat

membaca sesuai dengan karakteristik bahan bacaan dan tujuan yang ingin dicapai dari

kegiatan membacanya tersebut. Jika tujuan membacanya hanya sekedar ingin

menikmati karya sastra secara santai, pembaca dapat memperlambat tempo kecepatan

bacanya. Kalau pembaca menginginkan informasi menyeluruh tentang kejadian hari

ini dengan segera, tentu ia akan meningkatkan kecepatan bacanya. Pembaca akan

berusaha menemukan ide-ide utama atau gagasan-gagasan penting saja dan

menghiraukan hal-hal kecil atau rincian-rincian khusus dalam bacaannya tersebut.

Guru perlu menyadari kecepatan membaca siswanya itu berbeda-beda, ada

yang lambat tapi tidak sedikit pula yang cepat. Perhatian guru hendaknya terpusat

pada siswa yang mempunyai kecepatan membaca yang tergolong lambat. Kecepatan

baca yang memadai hanya akan diperoleh melalui latihan yang intensif dan

Page 83: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

berkesinambungan. Di samping itu, guru juga perlu menyadari tidak semua pembaca

mengetahui bahwa keflek sibelan kecepatan baca sangat erat kaitannya dengan tujuan

membaca. Ada yang beranggapan bahwa kecepatan baca yang dimilikinya itu harus

dipergunakan bagi semua kegiatan membaca tanpa menghiraukan tujuan yang hendak

diperolehnya. Tentu saja anggapan ini tidak benar. Sebagai guru, anda harus berupaya

menanamkan pengertian kepada murid anda bahwa memiliki kecepatan baca yang

tinggi itu akan sangat penting artinya dalam mengarungi kehidupan di abad informasi

ini, akan tetapi bukan berarti harus menggunakan kecepatan baca yang sama untuk

semua situasi kegiatan baca yang berbeda-beda. Dengan demikian, yang penting bagi

guru sekarang adalah bentuk-bentuk upaya apa sajakah yang dapat dan harus

dilakukan untuk meningkatkan kecepatan baca siswanya serta bagaimana siswa dapat

memanfaatkan kecepatan itu secara fleksibel dalam menghadapi bahan bacaannya

tersebut.

Pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KEM

merupakan suatu yang penting untuk diketahui setiap pembaca atau siapapun yang

berurusan dengan pendidikan dan pengajaran membaca. Hal ini akan sangat

bermanfaat di dalam menentukan keputusan instruksional yang paling tepat untuk

pembinan dan pengembangan kemampuan membaca siswanya. Ketepatan

mendiagnosis sumber-sumber penyakit yang diduga sebagai faktor penghambat

kemampuan membaca siswa dapat memberi petunjuk bagi para guru dan orang

dewasa lainnya dalam menangani masalah-masalah membaca.

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, KEM menuntut dua kemampuan

utama, yakni kemampuan visual yang berkenaan dengan kecepatan rata-rata baca, dan

kemampuan kognisi yang berkenaan dengan kemampuan memahami isi bacaan.

Page 84: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pembaca yang memiliki kedua komponen keterampilan utama ini dalam kegiatan

membaca, dipastikan dapat mencapai KEM yang sesuai dengan harapan.

Dalam keadaan normal, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

seorang lulusan setara SMU di negara kita (Senior High School) diharapkan sudah

memiliki kecepatan membaca minimum kira-kira 250 kata per menit (kpm), dengan

pemahaman isi bacaan minimum 70% (Lihat Tampubolon, 1987). Jika dihitung

KEM-nya, maka seorang lulusan SMU diharapkan sekurang-kurangnya memiliki

KEM 175 kpm. Jika hal ini dikaitkan dengan upaya mengejar kemajuan zaman dalam

kancah perjuangan hidup yang serba cepat dan dinamis ini, tampaknya KEM seperti

itu tidak akan mampu mengimbangi laju-pesatnya kemajuan dan perkembangan

zaman. Keadaan ini lebih parah lagi jika dikaitkan dengan persiapan mereka untuk

memasuki lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa yang memiliki KEM berkisar 250

kpm tidak lagi akan mempunyai waktu untuk beristirahat (lihat Harjasujana, 1988),

karena seperti juga diungkapkan Baldridge (1987) volume bacaan mahasiswa harus

mencapai 850.000 kata per minggu, jika mereka menginginkan keberhasilan yang

memuaskan dalam setiap ujian yang ditempuhnya.

Pada tahap-tahap awal, tingkat pencapaian KEM erat kaitannya dengan faktor

kesiapan membaca (reading readness). Burron dan Claybaugh (1977) mengajukan

enam hal yang dipandang penting dalam mempertimbangkan "reading readness".

Keenam hal tersebut meliputi:

(a) fasilitas bahasa lisan;

(b) latar belakang pengalaman;

(c) diskriminasi auditori dan diskriminasi visual;

(d) intelegensi;

(e) sikap dan minat; dan

Page 85: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(f) kematangan emosi dan sosial.

Butir a,c, dan f (fasilitas bahasa lisan, diskriminasi auditori dan visual, dan

kematangan emosi dan sosial) merupakan bekal bagi pembaca pemula dalam belajar

membaca; sementara butir b, d, dan e (latar belakang pengalaman, intelegensi, dan

sikap dan minat) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca pada tingkat lanjut.

Dari ketiga faktor yang disebut terakhir yang dipandang sebagai faktor yang

mempengaruhi KEM pada tingkat lanjut, memang ada hal penting yang perlu dicatat.

Hasil penelitian Yap (178), misalnya, menunjukkan bukti bahwa faktor intelegensi

tidaklah terlalu berkontribusi terhadap kemampuan membaca seseorang. Faktor ini

hanya berurun sekitar 25%; sementara yang paling besar urunannya terhadap

kemampuan membaca adalah faktor intensitas baca, yakni sebesar 65%. Faktor ini

berkenaan dengan faktor sikap dan minat, yakni sikap, kebiasaan, minat, dan motivasi

membaca termasuk di dalamnya latar belakang pengalaman membaca. Sisanya,

sebesar 10% merupakan urunan dari faktor lain-lain.

Dengan maksud yang sama namun menggunakan istilah yang berbeda,

Heilman (1972) dan Alexander (1983) menyodorkan pandangan yang sama mengenai

faktor-faktor "reading readness". Namun, Alexander tampaknya memberikan rincian

yang lebih detil mengenai hal ini, mengingat "language development" dirincinya lagi

pada kemampuan-kemampuan yang lebih spesipik. Kemampuan-kemampuan

dimaksud meliputi pengembangan konsep kosakata, pemahaman makna kata,

pemahaman konsep-konsep linguistik, keterampilan analisis kata, dan lain-lain.

Salah satu komponen pengukuran KEM adalah pengukuran terhadap

pemahaman bacaan sebagai wujud dari pengukuran kognisi. Ommagio (1984)

Page 86: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada gabungan dari pengetahuan

bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Dalam upaya mencapai pemahaman

bacaan, Ommagio tampaknya lebih menyoroti faktor pembacanya. Jika pembaca

memiliki dan menguasai ketiga faktor di atas, maka proses pemahaman bacaan tidak

akan mendapat hambatan yang berarti.

Pendapat senada juga dilontarkan oleh Harjasujana (1992). Menurutnya,

sekurang-kurangnya terdapat lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses

pemahaman sebuah wacana. Kelima faktor tersebut meliputi:

(a) latar belakang pengalaman,

(b) kemampuan berbahasa,

(c) kemampuan berpikir,

(d) tujuan membaca, dan

(e) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan perasaan.

Harjasujana pun tampaknya lebih menyoroti aspek pembacanya ketimbang aspek

lainnya dalam menyoroti masalah faktor-faktor pemengaruh KEM seseorang.

Kebanyakan ahli tampaknya memandang faktor yang paling dominan dalam

mempengaruhi pemahaman bacaan berpusat pada faktor pembaca. Seperti juga

pendapat Heilman, Blair, dan Rupley (1981) yang mengetengahkan empat hal yang

dipandang berperanan penting di dalam proses pemahaman bacaan, antara lain:

(a) latar belakang pengalaman;

(b) tujuan dan sikap pembaca;

(c) pengetahuan tentang berbagai tipe pengorganisasian tulisan; dan

(d) berbagai strategi identifikasi tulisan.

Page 87: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Williams (1984) mengomentari perihal faktor yang mempengaruhi

pemahaman bacaan itu sebagai berikut. Ketidaktahuan akan bahasa dapat

menghalangi pemahaman. Meskipun pengetahuan bahasa itu penting, namun

bagaimana menumbuhkan keinginan membaca jauh lebih penting. Selanjutnya, beliau

mengaitkan hal tersebut dengan keterbacaan wacana (readability). Menurutnya, materi

bacaan yang disuguhkan dengan bahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit

dipahami dan mengakibatkan frustasi bagi pembacanya. Keterbacaan menurutnya,

tidak hanya bergantung pada bahasa teks, melainkan juga bergantung pada

pengetahuan pembaca tentang teks serta bagaimana ketekunan dan ketajaman

membacanya.

Antara minat baca dan keterbacaan wacana terdapat hubungan timbal-balik.

Ketiadaan minat baca menyebabkan keengganan membaca pada pembacanya. Salah

satu faktor yang menyebabkan keengganan membaca ini adalah faktor keterbacaan

wacana. Teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi relatif lebih mudah

dibaca. sebaliknya, teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang rendah relatif lebih

sulit dibaca. Tinggi-rendahnya tingkat keterbacaan sebuah wacana berpengaruh

terhadap minat baca pembacanya. Teks yang memenuhi kriteria keterbacaan wacana,

yang sesuai dengan peringkat pembacanya dapat mendorong minat baca pembacanya.

Dalam upaya mempertahankan dan membangkitkan minat baca siswa itulah faktor

keterbacaan wacana hendaknya menjadi perhatian para guru di sekolah dalam

menyajikan materi ajar membaca. Setiap guru dituntut untuk dapat memilih dan

menyeleksi bahan bacaan yang begitu banyak dan beragam sesuai dengan tingkat

keterpahaman pembacanya.

Faktor tingkat keterbacaan yakni tingkat mudah-sukarnya bacaan bagi

peringkat pembaca tertentu juga mempengaruhi kecepatan baca seseorang. Bahan

Page 88: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

bacaan yang tidak sesuai dengan peringkat pembacanya dianggap mempunyai tingkat

keterbacaan yang rendah. Bahan bacaan yang demikian tentu saja tidak dapat dicerna

dengan mudah dalam waktu yang relatif cepat. Pembaca membutuhkan waktu yang

relatif lama untuk mencerna bahan bacaan yang seperti itu. Sebaliknya, bahan bacaan

yang memiliki tingkat keterbacaan yang layak dengan pembacanya, atau bahkan

cenderung di bawah kemampuan pembacanya, akan dilahapnya dalam waktu yang

relatif cepat.

Masalahnya bagi guru (termasuk anda) sekarang ini adalah bagaimana upaya

memilihkan bahan-bahan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang layak

dengan siswanya dan bagaimana meningkatkan kemampuan baca siswa itu dengan

tidak mengabaikan faktor kecepatan bacanya.

Dewasa ini, banyak formula-formula keterbacaan wacana yang telah

diperkenalkan para ahli yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur keterbacaan

wacana (uraian tentang hal ini akan dibicarakan pada bab tersendiri di bagian muka

nanti). Namun, tampaknya rumus-rumus yang ada belum dapat menampung dan

mengantisipasi berbagai faktor yang diduga dapat menimbulkan tinggi-rendahnya

tingkat keterbacaan wacana. Rumus yang satu misalnya, hanyalah

mempertimbangkan tingkat kekerapan kosakata. Kosakata yang mempunyai tingkat

kekerapan yang tinggi dalam penggunaannya (termasuk kelompok seribu) tergolong

ke dalam kosakata mudah; sedangkan kosakata yang tidak termasuk ke dalam

kelompok seribu dalam kekerapan pemakaiannya dianggap sulit. Beberapa rumus

keterbacaan yang lain menggunakan kombinasi jumlah kata-kata sukar dan jumlah

kalimat. Rumus yang lain lagi ada yang menggunakan tolok ukur semantik dan

kecanggihan sintaksis.

Page 89: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Bagaimanapun saran Harjasujana (1987) mengenai penggunaan formula-

formula keterbacaan ini tampaknya perlu mendapat perhatian para guru. Menurutnya,

bagi guru, rumus-rumus keterbacaan itu harus dianggap sebagai upaya untuk

mengukur tingkat kesukaran prosa yang masih perlu diteliti berdasarkan pengalaman

dan penalarannya sendiri. Dengan kata lain, unsur "pertimbangan" guru itu sendiri

berperanan penting di dalam menentukan tingkat keterbacaan wacana. Sampai

sekarang, belum ada penemuan rumus-rumus keterbacaan yang bisa mengukur secara

mendalam latar belakang pengalaman, tingkat kematangan, minat, dan tujuan

membaca.

Faktor minat dan motivasi seseorang dalam membaca juga turut berpengaruh

terhadap kecepatan bacanya. Minat dan motivasi yang tinggi, baik terhadap bahannya

maupun terhadap kegiatan membacanya, akan berefek positif terhadap kecepatan baca

seseorang. Hal ini mungkin disebabkan oleh dorongan rasa ingin tahu yang bersifat

intrinsik dari diri pembaca itu sendiri, sehingga dengan tanpa disadarinya gerakan

mata akan meluncur dengan cepat untuk segera dapat memenuhi keinginannya

tersebut dengan cepat pula. Sebaliknya, jika membaca tanpa disertai minat dan

motivasi bukan saja berefek negatif terhadap kecepatan membacanya, melainkan bisa

lebih fatal dari itu, misalnya saja pembaca sama sekali enggan menyentuh bahan

bacaan tersebut.

Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, kecepatan membaca juga

dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. Yang dimaksud dengan faktor kebiasaan di sini

adalah kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa dilakukan pada saat membaca

(membaca dalam hati/pemahaman). Kebiasaan-kebiasaan buruk antara lain:

(a) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring);

(b) membaca dengan gerakan bibir;

Page 90: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(c) membaca dengan gerakan kepala;

(d) membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya;

(e) membaca dengan pengulangan kata, kelompok kata, atau baris bacaan (regresi);

(f) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran);

(g) membaca kata demi kata;

(h) membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna;

(i) membaca hanya jika perlu/ditugasi/dipaksa saja (insidental).

Kesemua kebiasaan buruk di atas akan memperlambat kecepatan membaca

orang yang bersangkutan. Untuk mengatasinya, tentu saja kebiasaan-kebiasaan buruk

di atas hendaknya dihindari manakala kita sedang melakukan kegiatan membaca.

Page 91: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MODUL 3: KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA

Pendahuluan

Kegiatan Belajar 1: Hakikat dan Fungsi KEM

Rangkuman

Perlatihan 1

Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2: Faktor yan Mempengaruhi KEM

Rangkuman

Perlatihan 2

Tes Formatif 2

Kegiatan Belajar 3: Cara Menggunakan KEM

Rangkuman

Perlatihan 3

Tes Formatif 3

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

DAFTAR PUSTAKA

Page 92: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

mahaman (membaca dalam hati). Aktivitas fisik yang benar-benar diperlukan dalam

membaca pemahaman hanyalah gerakan mata semata. Sementara itu, aktivitas-

aktivitas fisik lainnya seperti gerakan bibir, kepala, jari, tangan, dan sebagainya

hanyalah menambah beban kerja fisik yang berakibat buruk pada kecepatan baca

seseorang.

Membaca frase demi frase jauh lebih cepat ketimbang membaca kata demi

kata. Dengan membaca kata demi kata pembaca akan terjebak pada upaya memahami

makna literal sebuah kata ketimbang gagasan pokoknya. Satu hal lagi yang perlu

dicamkan bahwa ternyata intensitas baca yang baik (sering, kontinyu, dan teratur)

akan mengasah kecepatan baca seseorang ke arah pencapaian KEM yang lebih baik.

Faktor lain yang mepengaruhi kecepatan efektif membaca adalah penguasaan

teknik-teknik membaca yang tepat sesuai degan tujuan, bahan, dan jenis

membacanya. Teknik-tenik membaca yang umum dikenal orang adalah:

a) teknik baca-pilih atau selecting, yaitu membaca bahan bacaan atau bagian-bagian

bacaan yang dianggapnya relevan atau mengandung informasi yang dibutuhkan

pembaca. Dalam hal ini, sebelum melakukan kegiatan membaca tersebut, pembaca

telah melakukan pemilihan/seleksi bahan terlebih dahulu.

b) Teknik baca-lompat atau skipping, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan.

Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan dengan

keperluannya atau bagian- bagian bacaan yang sudah dikenalnya/dipahaminya

tidak dihiraukan. Bagian bacaan yang demikian dilompati untuk mencapai

efektifitas dan efisiensi membaca.

c) Teknik baca-layap atau skimming atau dikenal juga dengan istilah membaca

sekilas, yaitu membaca dengan cepat atau menjelajah untuk memperoleh gambaran

umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Selain itu, teknik ini juga

Page 93: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dapat dipergunakan sebagai dasar memprediksi (menduga), apakah suatu bacaan

atau bagian-bagian tertentu dari bacaannya itu berisi informasi tertentu. Seorang

pembaca yang menggunakan teknik skimming hanya memetik ide-ide pokok

bacaan atau hal-hal penting atau intisari suatu bacaan. Teknik ini dipergunakan

untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini.

1) Mengenali topik bacaan; misalnya mengenali kesan umum suatu buku untuk

melihat relevansi isi bacaan dengan keperluan pembacanya atau memilih suatu

artikel dari majalah/surat kabar untuk kliping.

2) Mengetahui pendapat orang (opini). Setelah pembaca mengetahui topik yang

dibahas, dia juga ingin mengetahui pendapat penulisnya terhadap masalah

tersebut. Suatu kesimpulan itu biasanya diletakkan pada bagian akhir bacaan.

3) Mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan. Pembaca

hanya melihat seluruh bacaan itu untuk memilih ide-ide yang dianggapnya

penting dan baik, tetapi tidak membacanya secara lengkap.

4) Mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, hubungan antar bagian guna

mencari atau memilih bahan yang perlu dipelajari atau perlu diingat.

5) Menyegarkan apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mmepersiapkan ujian

atau ceramah.

Teknik baca-tatap atau scanning atau dikenal juga dengan istilah sepintas, yaitu suatu

teknik pembacaan sekilas cepat tetapi teliti dengan maksud untuk memperoleh inforsi

khusus/tertentu dari bacaan. Pembaca yang menggunakan teknik ini akan langsung

membaca bagian tertentu dari bacaannya yang berisi informasi/fakta yang

diperlukannya tanpa menghiraukan bagian-bagian lain yang dianggapnya tidak

relevan. Teknik scanning biasa digunakan untuk hal-hal berikut:

Page 94: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

1) mencari nomor telepon;

2) mencari makna kata tertentu dalam kamus;

3) mencari keterangan tentang suatu istilah pada ensiklopedia;

4) mencari entri atau rujukan sesuatu hal pada indeks;

5) mencari definisi sebuah konsep menurut para pakar tertentu;

6) mencari data-data statistik;

7) mencari acara siaran TV, daftar perjalanan, dokter jaga, dan sebagainya.

Keempat teknik membaca di atas, pada umumnya jarang dipergunakan dalam

bentuk tunggal atau berdiri sendiri, melainkan dipadukan dengan teknik-teknik

lainnya. Bahkan sering terjadi keempat teknik ini dipergunakan sekaligus secara

bergiliran dalam suatu kegiatan membaca. Yang penting bagi pembaca adalah

bagaimana dia dapat memilih, menentukan, dan menggunakan teknik membaca yang

tepat/cocok dengan sifat informasi yang diperlukannya sehingga memnuhi tuntunan

efektifitas dan efisiensi membaca.

Di samping teknik-teknik membaca di atas, kita juga perlu menguasai metode-

metode membaca yang efektif dan efisien. Metode-metode tersebut misalnya

membaca frase, metode SQ3R, metode PQ3R, metode PQRST, dan lain-lain.

Pembicaraan tentang metode membaca dapat dilihat pada buku-buku lain .

Berbeda dengan para ahli di atas, Burnes (1985) mencoba mengklasifikasikan

faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu

faktor-faktor yang berkaitan dengan pembaca (reader-related factors), faktor-faktor

yang berkaitan dengan penulis/pengarang (author-related factors), dan faktor-faktor

yang berkaitan dengan teks (text-related factors). Pengklasifikasian terhadap faktor

yang mempengaruhi pemahaman bacaan dari Burnes di atas, tampaknya diilhami oleh

Page 95: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

model pemahaman interaktif yang diusulkan Tierney & Mosenthal (1982). Model

dimaksud tampak pada gambar berikut.

____________________________________________________________

DISCOURSE PRODUC- DISCOURSE COMPREHEN-

TION (Author) C C SION (Reader)

__________________ O__________________O_____________________

Cognitive struc- N Text N Cognitive structure

ture of author T T of reader

E E

Knowledge X Ideas X Knowledge

Background T Relationship T Background

U between ideas U

Purpose A A Purpose, attenti-

L L on, interest, focus

Assumptions I Structural I Assumption about

about reader,text N tendencies N reading

references F F

L Cohesion L

Theme mode of U U Assumption about

publication E Stylistic E text

N tendencies N

C C

Page 96: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

E E Strategies

S S

___________________________________________________________

Gambar 1. Model pemahaman interaktif dari Tierney dan Mosenthall (1982),

International Reading Association, (dalam Burnes & Page, 1985:47)

Dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca, pendapat Pearson dipandangsebagai cermin dari kesimpulan

pendapat-pendapat di atas. Menurut beliau, faktor-faktor yang mempengaruhi

pemahaman bacaan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni faktor dalam

(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor-faktor dalam meliputi kompetensi bahasa,

minat, motivasi, dan kemampuan membaca. Faktor-faktor yang termasuk faktor

dalam tersebut bersumber pada diri pembaca. Faktor luar dibaginya lagi menjadi dua

kategori, yakni (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan baca. Unsur

dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat

lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain

(Pearson, 1978; Hafni, 1981).

Jika pengklasifikasian faktor-faktor pemengaruh KEM tersebut kita buat

skematiknya, maka akan tampak skema seperti berikut ini.

/- - kompetensi bahasa

/--- Faktor dalam |- - minat dan motivasi

| (internal) |- - sikap dan kebiasaan

Page 97: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Faktor- | \- - intelegensi/kemampuan

faktor |

pemenga- | /- - unsur dalam bacaan

ruh KEM | | * keterbacaan wacana

| Faktor luar | * organisasi teks/tulisan

\--- (eksternal) \- - sifat lingkungan baca

* fasilitas

* guru

* model PBM

dll.

(Gambar 2: Skema faktor-faktor pemengaruh KEM)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, tampaknya faktor-faktor yang

mempengaruhi pemahaman bacaan itu bukanlah faktor-faktor yang masing-masing

berdiri sendiri dan tidak juga bersifat hierarkis. Setiap faktor saling berkaitan.

Pendapat tentang faktor mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap

pemahaman bacaan, juga masih simpang siur. Ahli yang satu berpendapat bahwa

kuantitas membacalah yang paling dominan pengaruhnya, sementara ahli lain

memandang inteligensi sebagai faktor yang dipandang paling dominan, dan ahli yang

lain lagi memandang bahasa sebagai sentral dari pemahaman.

5. Mengukur Kecepatan Efektif Membaca

Seperti telah dijelaskan di muka, KEM itu merupakan perpaduan antara

kecepatan membaca dengan kemampuan memahami isi bacaan. Kecepatan rata-rata

Page 98: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

baca merupakan cermin dari tolok ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak

motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan

merupakan cermin dari kemampuan kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar

dalam mencerna masukan grafis yang diterimanya lewat indera mata.

Untuk menentukan KEM seseorang diperlukan data mengenai rata-rata

kecepatan bacanya dan persentase pemahaman isi bacaan. Data mengenai rata-rata

kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh

bacanya diketahui. Cara menghitung rata-rata kecepatan baca adalah dengan cara

membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Sebagai contoh, jika

seseorang dapat membaca sebanyak 2500 perkataan dalam waktu 5 menit, artinya

kecepatan rata-rata baca pembaca tersebut adalah 500 kpm (2500 : 5 = 500).

Sementara itu, untuk memperoleh data tentang persentase pemahaman isi

bacaan yang objektif (bukan perkiraan), tentu diperlukan suatu alat untuk

mengukurnya. Alat tersebut berupa tes (masalah ini akan dibicarakan dalam bab

tersendiri). Untuk menentukan persentase pemahaman seseorang terhadap bahan

bacaan yang dibacanya ialah dengan cara membagi sekor bobot tes pemahaman isi

bacaan yang dapat dijawab pembaca dengan benar dengan bobot/skor ideal kemudian

diperkalikan dengan 100 (persen). Misalnya, jika seseorang dapat menjawab dengan

benar tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari sekor ideal 50, maka persentase

pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan adalah 64% (32/50 X 100% =

64%).

Berpedoman kepada pengertian KEM, yakni perpaduan antara kemampuan

visual dan kemampuan kognisi, maka contoh-contoh penghitungan KEM untuk data

di atas dapat ditentukan KEM-nya. Dari hasil penghitungan rata-rata kecepatan baca

diperoleh data 500 kpm; dari hasil penghitungan persentase pemahaman isi bacaan

Page 99: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

diperoleh data 64%. Maka penghitungan KEM-nya adalah 500 X 64% = 320 kpm.

Angka terakhir ini (320 kpm) merupakan kecepatan efektif membaca yang sudah

menyertakan pengukuran dua unsur penyokong kegiatan baca, yakni kemampuan

gerak mata dalam melihat lambang-lambang cetak dan kemampuan memahami isi

bacaan. Sementara angka 500 kpm itu merupakan kemampuan kecepatan rata-rata

baca yang belum menyertakan unsur pemahaman isi bacaan.

Selanjutnya, berdasarkan ilustrasi di atas, sekarang kita dapat membuat

beberapa alternatif rumus KEM yang dapat dipergunakan untuk menghitung dan

menentukan KEM seseorang. Alternatif rumus-rumus tersebut antara lain sebagai

berikut ini.

(1) K B

---- X ---- = ... kpm

Wm SI

(2) K B

----- X ---- = ... kpm

Wd:60 SI

(3) K B

---- (60) X ---- = ... kpm

Wd SI

Keterangan:

a) K : jumlah kata yang dibaca

Page 100: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

b) Wm : waktu tempuh baca dalam satuan menit

c) Wd : waktu tempuh baca dalam satuan detik

d) B : sekor bobot perolehan tes yang dapat dijawab dengan benar

e) SI : sekor ideal atau sekor maksimal

f) kpm: kata per menit

Untuk memudahkan proses pengukuran/penghitungan KEM, ikutilah prosedur

kerja di bawah ini.

1) Tandailah bacaan anda/pembaca, di mana anda/pembaca memulai bacaan dan di

mana pula berakhirnya, kemudian hitunglah jumlah kata yang telah (berhasil) anda

baca itu dengan jalan:

(a) menghitung jumlah kata per baris (sebagai sampel);

(b) menghitung jumlah baris per halaman, lalu dikalikan dengan hasil penghitungan

butir (a) menghasilkan jumlah kata per halaman.

(c) menghitung jumlah halaman yang berhasil dibaca;

(d) memperkalikan hasil penghitungan (b), yakni jumlah kata per halaman dengan

hasil penghitungan (c), yakni jumlah halaman, menghasilkan jumlah seluruh

kata yang telah dibaca.

Contoh :

• Jumlah kata per baris = 11

• Jumlah baris per halaman = 35

• Jumlah halaman yang dibaca = 10

maka akan diperoleh:

• Jumlah kata per halaman 11 X 35 = 385 kata

• Jumlah kata yang dibaca (secara keseluruhan) adalah 10 x 385 = 3850 kata.

Page 101: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

2) Catatlah waktu tempuh baca dengan jalan:

(a) catat waktu mulai membaca, misalnya pk. 10.15

(b) catat waktu berakhirnya membaca, misalnya pk 10.20.30

(c) hitung waktu tempuh baca dengan jalan (b - a) atau 10.20.30 - 10.15 = 5 menit

30 detik atau 330 detik.

3) Hitung rata-rata kecepatan bacanya dengan jalan membagi jumlah kata (langkah 1)

dan waktu tempuh baca (langkah 2) jika waktu tempuh baca dalam bentuk menit

gunakan rumus (1), jika menggunakan satuan detik gunakan (2) atau (3).

Penghitungan untuk contoh di atas menjadi seperti berikut ini.

*) Menggunakan rumus (1):

3850 ------ = 700 kpm 5.5

*) Menggunakan rumus (2) atau (3):

3850 3850 ------ X 60 = 700 kpm atau ------- = 700 kpm 330 330:60

4) Tentukan persentase pemahaman isi bacaan yang anda capai dengan cara

membagi sekor bobot perolehan yang benar dengan sekor idealnya, kemudian

dikalikan dengan 100%.

Contoh: diberikan 30 soal pemahaman isi bacaan dengan

Page 102: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pembagian sebagai berikut:

I. 20 soal, bobot 2 ---> 20 X 2 = 40

II. 10 soal, bobot 1 ---> 10 X 1 = 10

------

Sekor idealnya adalah = 50

Seandainya anda dapat menjawab 17 soal dengan benar dari nomor-nomor soal

berikut: 1-6, 9, 12, 15-19, 22-25, 28; maka penghitungan sekor perolehan yang anda

capai adalah

sebagai berikut.

I. 18 butir X 2 = 36

II. 5 butir X 1 = 5

-------

Sekor perolehan = 41 atau 41:50 X 100% = 82%

5) Tentukan KEM-nya dengan jalan memperkalikan hasil langkah (3) (rata-rata

kecepatan baca) dengan hasil langkah (4) (pemahaman isi bacaan).

Page 103: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Untuk contoh data di atas, penghitungan KEM-nya tampak seperti berikut ini.

(a) dengan rumus (1):

3850 41 3850

------ X ---- = ------> ------ X 82% =

5.5 50 5.5

700 X 0.82 = 574 kpm 700 X 82% = 574 kpm

(b) dengan rumus (2):

3850 41 3850

------ X 60 ---- = ------ X 60 82% =

330 50 330

700 X 0.82 = 574 kpm 700 X 82% = 574 kpm

(c) dengan rumus (3):

Page 104: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3850 41 3850

------ X ---- = ------ X 82% =

330:60 50 330:60

700 X 0.8 = 574 kpm 700 X 82% = 574 kpm

Dengan menggunakan rumus mana pun kita menghitung KEM, pada akhirnya akan

menghasilkan angka yang sama, yakni 574 kpm.

Berbekal rumus penghitungan KEM tersebut, kita berkesimpulan bahwa untuk

sampai pada penggunaan rumus tersebut terdapat sejumlah persiapan yang harus kita

persiapkan untuk menghitung KEM. Persiapan-persian dimaksud meliputi:

(a) menyediakan teks/wacana sebagai bahan bacaan;

(b) menyiapkan alat pengukur waktu: jam tangan, stopwatch;

(c) perangkat tes (tes bacaan).

6. KEM, Tujuan Membaca, dan Krakteristik Bahan

Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan baca yang fleksibel sesuai

dengan bahan bacaan yang dihadapinya dan tujuan membacanya. Berikut ini disajikan

rincian rata-rata kecepatan baca yang disesuaikan dengan keperluan baca.

a) Kecepatan 1000 kpm atau lebih biasa digunakan pada saat membaca skimming

atau scanning, manakala pembaca hendak mengenal bahan bacaan yang akan

dibaca, mencari jawaban atas pertanyaan tertentu, megetahui struktur organisasi

bacaan, mencari gagasan pokok, mendapatkan kesan umum su atu bacaan, dan

lain-lain.

Page 105: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

b) Kecepatan antara 500-800 kpm (tinggi) digunakan untuk membaca bahan bacaan

yang mudah/ringan atau yang sudah dikenal, membaca novel/cerpen ringan untuk

mengetahui jalan ceritanya.

c) Kecepatan antara 350-500 kpm (cepat) digunakan untuk membaca bacaan mudah

yang bersifat deskriptif/informatif dan bacaan fiksi yang agak sulit untuk

menikmati keindahan sastranya atau mengantisipasi akhir cerita.

d) Kecepatan antara 250-350 kpm (rata-rata) digunakan untuk membaca fiksi yang

kompleks guna menganalisis watak tokoh dan jalan cerita atau bahan-bahan

nonfiksi yang agak sulit untuk mendapatkan detail informasi, mencari hubungan

atau membuat evaluasi tentang ide penulis.

e) Kecepatan antara 100-125 kpm (lambat) digunakan untuk mempelajari bacaan

yang sukar, bahan bacaan ilmiah yang bersifat teknis, analisis nilai sastra klasik,

memecahkan persoalan yang dirujuk bacaan yang bersifat instruksional

(petunjuk).

Kecepatan rata-rata di atas hendaknya disertai dengan minimal 70% pemahaman

isi bacaan, karena kecepatan rata-rata tersebut masih merupakan kecepatan kasar

yang belum menyertakan pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil studi para ahli

membaca di America, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir sekolah

dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat lanjutan pertama antara 200-250 kpm,

siswa tingat sekolah lanjutan atas antara 250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa

antara 325-400 kpm dengan pemahaman isi minimal 70%. Dengan demikian, bila

dihitung KEM-nya masing-masing akan menjadi seperti berikut:

* tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

* tingkat SMTP : 200 x 70% s.d. 250 x 70% = 140 - 175 kpm

* tingkat SMTA : 250 x 70% s.d. 350 x 70% = 175 - 245 kpm

Page 106: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

* tingkat PT : 350 x 70% s.d. 400 x 70% = 245 - 280 kpm.

RANGKUMAN

KEM merupakan kependekan dari kecepatan efektif membaca, yakni sebuah

istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai

oleh pembaca. Dua unsur penyokong kegiatan/proses membaca, yakni unsur visual

(kemampuan gerak motoris mata dalam melihat dan mengidentifikasi lambang-

lambang grafis) dan unsur kognisi (kemampuan otak dalam mencerna dan

memahamai lambang-lambang grafis) sudah terliput dalam rumus KEM. Oleh karena

itu, KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan rata-rata baca

dengan persentase pemahaman isi bacaan.

Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan latihan dan pembiasaan. KEM

seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor utama

yang diduga sebagai faktor pemengaruh KEM, yakni faktor dalam (internal) dan

faktor luar eksternal. Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah faktor yang berada

di dalam diri pembaca itu sendiri. Yang termasuk ke dalam faktor ini, misalnya

intelegensi, minat dan motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca dll.

Yang dimaksud dengan faktor luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca.

Faktor ini dapat dibedakan lagi ke dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan

dengan bacaan (keterbacaan dan organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca

(guru, fasilitas, model PBM, teknik-teknik membaca, dan lain-lain).

Pembaca yang fektif dan efisien adalah pembaca yang fleksibel, yakni

pembaca yang dapat menyesuaikan atau mengatur kelenturan waktu tempuh baca

Page 107: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dengan tujuan membaca dan berbagai kondisi baca yang ada, seperti karakteristik dan

tingkat kesulitan bacaan, minat baca, strategi membaca, dan lain-lain. Tujuan dan

kondisi baca itu turut menentukan KEM minimal yang harus dikuasai seorang

pembaca. Secara garis besar KEM dapat digolongkan ke dalam klasifikasi sangat

tinggi, tinggi, cepat, rata-rata, dan lambat. KEM minimal untuk klasifikasi pembaca

adalah: SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SLTA (175-245 kpm), PT (245-280

kpm) .

LATIHAN

Sekarang mari kita berlatih menggunakan rumus KEM untuk mengukur

kecepatan efektif membaca diri sendiri.

Petunjuk

Sebelum kita mencoba mempraktikkan rumus pengukuran KEM ini, terlebih

dahulu silakan anda baca dulu wacana/teks berikut. Jangan lupa untuk mencatat,

kapan anda mulai membaca dan kapan berakhirnya.

A.TEKS

mulai pukul : .........

Masalah hubungan antara intelegensi dan kreativitas serta peranan masing-

masing terhadap keberhasilan dalam pendidikan dan dalam hidup pada umumnya

telah lama menjadi pokok pembahasan dan penelitian para ahli.

Page 108: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Merupakan suatu kenyataan bahwa intelegensi atau IQ yang tinggi belum

tentu menjamin keberhasilan dalam pendidikan, apalagi dalam karir. Karena itu

timbul pertanyaan, faktor-faktor apa kecuali intelegensi yang menentukan

keberhasilan dalam studi? Ukuran-ukuran atau test-test apa yang sebaiknya digunakan

untuk mengetahui bakat dan untuk meramalkan apakah seorang anak akan dapat

menyelesaikan suatu pendidikan dengan hasil yang memuaskan? Sejauh mana

kreativitas seseorang ikut berperan? Apakah persamaan dan perbedaan antara

intelegensi dan kreativitas?

Sebenarnya ada dua anggapan yang mengaburkan pengertian mengenai

intelegensi dan kreativitas. Pertama, anggapan bahwa hasil test intelegensi sudah

mencerminkan semua kemampuan mental dan proses-proses kognitif. Kedua, aggapan

bahwa kreativitas semata-mata berhubungan dengan bakat artistik, dan oleh karena

itu, anggapan ini telah membatasi usaha-usaha untuk mengidentifikasi dan memupuk

kemampuan-kemampuan kognitif yang berkaitan dengan fungsi kreatif di luar bidang

seni.

Seorang tokoh yang berjasa menjelaskan pengertian tentang intelegensi dan

kreativitas serta hubungan antara keduanya ialah J.P. Guilford (1956).Dalam

modelnya tentang struktur intelek manusia, Guilford mendemonstrasikan bahwa

intelek manusia meliputi tidak kurang dari 120 faktor, dan bahwa test intelegensi

konvensional hanya mengukur sebagian kecil dari faktor-faktor tersebut. Oleh karena

itu, mungkin saja bahwa seorang anak yang berdasarkan test intelegensi tertentu

mencapai IQ yang tinggi, dalam kenyataannya kurang berhasil. Atau sebaliknya,

seorang pemuda yang diramalkan kurang memnuhi syarat untuk pendidikan tinggi

ternyata bisa jadi sarjana. Hal ini disebabkan test intelegensi yang dipakai belum tentu

Page 109: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

meliputi semua keterampilan yang dibutuhkan dalam bidang studi tertentu. Apalagi di

samping faktor intelegensi, faktor kepribadian dan lingkungan juga ikut berperan.

Berkenaan dengan intelegensi dan kreativitas, keduanya merupakan fungsi

dari kemampuan kognitif manusia, akan tetapi meliputi dimensi yang berbeda.

Menurut Guilford, tes intelegensi terutama mengukur apa yng disebutnya "pemikiran

konvergen", yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang

logis berdasarkan informasi yang diberikan, sedangkan tes kreativitas terutama

mengukur "pemikiran divergen", yaitu kemampuan untuk memberikan macam-

macam alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Guilford

menekankan bahwa sistem pendidikan yang tradisional kurang memperhatikan

pengembangan dari kemampuan berpikir divergen, padahal kemampuan ini sangat

penting dalam proses pemecahan masalah pada umumnya, dan khususnya di mana

dibutuhkan gagasan-gagasan yang inovatif.

dari: INTELEGENSI BAKAT

berakhir pukul : ............ dan TEST IQ

Disusun oleh Fakultas Psikologi UI

B. Pertanyaan Bacaan

I. 1. Jawablah pertanyaan bacaan berikut dengan membubuhkan tanda silang (X) pada

huruf di depan alternatif jawaban yang anda anggap paling tepat!

1) Pernyataan berikut salah, kecuali ...

a. Hasil tes intelegensi mencerminkan kemampuan mental dan proses kognitif

seseorang.

b. Kreativitas hanya berhubungan dengan hal yang bersifat artistik atau seni.

Page 110: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

c. Intelegensi yang tinggi menjamin keberhasilan studi seseorang.

d. Intelegensi dan kreativitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan studi.

2) Tes yang memungkinkan si penjawab memberikan beberapa alternatif jawaban,

digunakan untuk mengukur ...

a. intelegensi

b. kreatisitas

c. intelegensi dan kreativitas

d. kreatis\vitas dan prestasi belajar

3) Faktor-faktor yang termasuk fungsi kognitif manusia adalah ...

a. intelegensi dan kepribadian

b. kreativitas dan kepribadian

c. intelegensi dan kreativitas

d. bakat dan kreativitas

4) Tema sentral bacaan di atas adalah ...

a. Pernan intelegensi dan kreativitas dalam keberhasilan pendidikan.

b. Hubungan intelegensi, kreativitas, dan kepribadian.

c. Faktor-faktor penentu keberhasilan pendidikan

d. Tes pemikiran konvergen dan pemikiran divergen

5) Kemampuan berpikir divergen berguna terutama dalam hal ...

a. pembuatan keputusan

b. proses pemecahan masalah

c. pembiuatan kesimpulan yang logis

Page 111: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

d. peningkatan intelegensi

II. 1) Hitunglah jumlah kata pada teks di atas!

(a) jumlah kata per baris : ...............

(b) jumlah baris : ...............

(c) jumlah kata seluruhnya : ...............

2) Hitunglah waktu tempuh baca anda!

(a) mulai membaca pukul : ...............

(b) berakhir/selesai pukul : ...............

(c) waktu tempuh baca anda : ...............

III. 1) Silakan tentukan KEM yang anda capai berdasarkan rumus KEM yang paling

anda kuasai! Sebelumnya, periksa dan cocokkan hasil jawaban anda dalam menjawab

pertanyaan bacaan dengan kunci jawaban berikut.

(1) d (2) b (3) c (4) a (5) b

2) Lihat daftar KEM pada uraian di muka. Apakah KEM yang anda capai sudah

memadai untuk peringkat anda (mahasiswa)?

3) Silakan anda berlatih pada teks-teks lain. Jika ada teman yang mau membantu

menyiapkan soal pemahaman bacaan, itu lebih baik. Anda boleh membuat

pertanyaan sendiri dengan berpedoman pada kata tanya: apa, siapa, kapan, di mana,

mengapa, dan bagaimana. Boleh juga dengan cara "heuristik", yaitu menaksir sendiri

kira-kira berapa persen pemahaman anda terhadap bacaan tersebut. Tentu saja

taksiran ini merupakan taksiran kasar. Oleh karena itu, KEM-nya juga bersifat

taksiran kasar.

Page 112: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

4) Buatlah grafik perkembangan KEM untuk melihat perkembangan KEM yang anda

capai.

Berikut disajikan contoh grafik perkembangan KEM yang dapat anda gunakan

untuk melihat perkembangan KEM yang anda

atau murid anda capai.

Tabel Latihan KEM

No. Judul Bacaan Jumlah Kata Waktu Pemahaman Isi KEM

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Grafik perkembangan pencapaian KEM

500

Page 113: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

450

400

350

300

250

200

150

100

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(dst

)

Latihan ke-…

KEM

Page 114: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

BAHAN AJAR MEMBACA DAN KETERBACAAN

1. Pendahuluan

Sebagai seorang guru, guru bidang studi apa pun, tuntutan memilihkan bahan

bacaan yang layak untuk siswanya merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.

Terlebih-lebih untuk guru bahasa Indonesia, karena pengajaran membaca secara

formal dibebankan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia. Meskipun buku paket

atau buku teks sebagai buku pegangan dasar dalam melaksanakan kegiatan belajar

dewasa ini sangat banyak jumlahnya, namun tidak berarti guru harus terpaku dengan

satu macam bahan ajar yang ada.

Untuk pengajaran membaca, persoalan penyediaan bahan ajar membaca

tidaklah terikat oleh ketentuan buku paket atau buku teks tertentu. Dalam kenyataan

yang sesungguhnya dalam kehidupan di masyarakat, keragaman bahan bacaan untuk

konsumsi baca ini terasa sangat kental. Bahan bacaan tersebut dapat berupa buku teks,

buku ilmiah, surat kabar, majalah, pamplet-pamplet, dan lain-lain.Kesemua bahan

bacaan tersebut berpeluang untuk dijadikan bahan ajar membaca atau mungkin untuk

tugas membaca. Masalahnya, apakah semua bahan bacaan yang tersedia serta mudah

didapat tersebut layak untuk konsumsi baca siswa kita? Bagaimana kita dapat

menentukan kriteria kelayakan dimaksud? Seberapa jauh peran guru dalam

memilihkan bahan bacaan yang layak baca untuk para siswanya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tampaknya memacu kita untuk mencari

jawabnya. Pada bab ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi

melalui bahasan "keterbacaan". Bahasan bab ini mudah-mudahan dapat membantu

para guru bahasa untuk dapat menentukan tingkat keterbacaan wacana yang cocok

untuk para siswanya.

Page 115: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Keterbacaan merupakan istilah dalam bidang pengajaran membaca yang

memperhatikan tingkat kesulitan materi yang sepantasnya dibaca seseorang. Melalui

bab ini, anda akan kami ajak untuk mengenal berbagai konsep dan formula

keterbacaan yang biasa digunakan untuk menentukan tingkat kesulitan materi bacaan.

Dengan demikian, setelah membaca bab ini, anda diharapkan dapat menggunakan

berbagai formula keterbacaan untuk kepentingan penentuan tingkat keterbacaan

berbagai ragam bacaan.

Secara rinci, diharapkan anda dapat:

(a) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keterbacaan;

(b) menjelaskan sekurang-kurangnya empat bentuk formula keterbacaan;

(c) menunjukkan perbedaan langkah/prosedur kerja pemakaian formula-formula

keterbacaan;

(d) menggunakan formula-formula keterbacaan tersebut untuk menentukan tingkat

kesulitan materi bacaan.

2. Pengertian dan Latar Belakang Sejarah Keterbacaan

Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability.Bentukan Readability

merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable, artinya dapat

dibaca atau terbaca. Konfiks ke-an pada bentuk keterbacaan mengandung arti hal

yang berkenaan dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya. Oleh karena itu, kita

dapat mendefinisikan "keterbacaan" sebagai hal atau ihwal terbaca-tidaknya suatu

bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. Jadi, "keterbacaan" ini mempersoalkan

tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu bagi peringkat

pembaca tertentu.

Page 116: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu

bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran/kemudahan

wacananya.

Untuk memperkirakan tingkat keterbacaan bahan bacaan, banyak

dipergunakan orang berbagai formula keterbacaan. Perkiraan-perkiraan tentang

tingkat kemampuan membaca berguna terutama bagi guru yang mempunyai perhatian

terhadap metode pamberian tugas membaca atau bagi pemilihan buku-buku dan bahan

bacaan lainnya yang layak dibaca.

Tingkat keterbacaan biasanya dinyatakan dalam bentuk peringkat kelas. Oleh

karena itu, setelah melakukan pengukuran keterbacaan sebuah wacana, orang akan

dapat mengetahui kecocokan materi bacaan tersebut untuk peringkat kelas tertentu,

misalnya peringkat enam, peringkat empat, peringkat sepuluh, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbacaan masih selalu menjadi objek

penelitian para ahli. Perhatian terhadap masalah tersebut, dimulai sejak berabad-abad

yang lalu. Klare (1963) menjelaskan bahwa Lorge (1949) pernah bercerita tentang

upaya Talmudists pada tahun 900 berkenaan keterbacaan wacana. Dia menentukan

tingkat kesulitan wacana berdasarkan kriteria kekerapan kata-kata yang digunakan.

Meskipun kajian tentang keterbacaan itu sudah berlangsung berabad-abad,

namun kemajuannya baru tampak setelah statistik mulai ramai digunakan. Teknik

statistik itu memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor keterbacaan

yang penting-penting untuk menyusun formula yang dapat dipergunakan guna

memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Menurut Klare (1963), kajian-kajian

terdahulu menunjukkan adanya keterkaitan dengan keterbacaan. Gray dan Leary

mengidentifikasi adanya 289 faktor yang mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor di

antaranya dinyatakan signifikan.

Page 117: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dewasa ini sudah ada beberapa formula keterbacaan yang lazim digunakan

untuk memperkirakan tingkat kesulitan sebuah wacana. Formula-formula keterbacaan

yang terdahulu, memang bersifat kompleks dan menuntut pemakainya untuk memiliki

kecermatan menghitung berbagai variabel. Penelitian yang terakhir membuktikan

bahwa ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni: (a)

panjang-pendeknya kalimat, dan (b) tingkat kesulitan kata. Pada umumnya, semakin

panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata, maka bahan bacaan dimaksud

semakin sukar. Sebaliknya, jika kalimat dan katanya pendek-pendek, maka wacana

dimaksud tergolong wacana yang mudah.

Formula-formula keterbacaan yang dewasa ini sering digunakan untuk

mengukur keterbacaan wacana, tampaknya berkecenderungan kepada dua tolok ukur

tadi. Panjang kalimat dan kesulitan kata merupakan dua faktor utama yang melandasi

alat-alat pengukur keterbacaan yang mereka ciptakan. Formula-formula keterbacaan

yang mengacu pada kedua patokan tersebut, misalnya formula keterbacaan yang

dibuat Spache, Dale & Chall, Gunning, Fry, Raygor, Flesh, dan lain-lain.

3. Kaitan Keterbacaan dengan Penyediaan Bahan Ajar Membaca

Salah satu penggunaan rumus keterbacaan dapat dilihat pada upaya guru

dalam memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Perkiraan-perkiraan tentang tingkat

kemampuan membaca berguna, terutama bagi guru yang memiliki perhatian terhadap

metode pemberian tugas membaca atau bagi pemilihan buku-buku teks atau bahan

bacaan lainnya. Guru-guru dipandang perlu untuk memiliki kemahiran dalam

memperkirakan tingkat kesulitan materi cetak. Sebab, bagaimana pun salah satu

faktor pendukung keberhasilan belajar anak adalah tersedianya sumber ilmu yang

Page 118: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dapat diperoleh dan dicerna anak dengan mudah. Salah satu cara untuk beroleh ilmu

pengetahuan dimaksud melalui kegiatan membaca. Lebih baik jika kegiatan membaca

dimaksud adalah kegiatan membaca mandiri yang tidak memerlukan bimbingan pihak

lain.

Sehubungan dengan hal itu, penyediaan sarana baca yang berupa koleksi-

koleksi bacaan (buku-buku teks, majalah-majalah, kliping-kliping, surat kabar, jurnal,

pamflet-pamflet, dan lain-lain) perlu dimiliki, bukan saja oleh pihak sekolah

melainkan oleh setiap kelas. Dengan demikian, setiap sekolah di samping harus

memiliki perpustakaan sekolah juga harus memiliki perpuatakaan-perpustakaan kelas

yang terletak di setiap sudut masing-masing kelas.

Koleksi-koleksi bacaan pada perpustakaan kelas hendak-nya koleksi-koleksi

bacaan yang memang layak untuk peringkat mereka. Pertimbangan tingkat kelayakan

dimaksud, tidak saja didasarkan atas pertimbangan berbagai nilai (seperti nilai isi,

manfaat, pendidikan, moral, estetika, etika, dan lain-lain) melainkan juga harus

dipertimbangkan tingkat kesulitan dari masing-masing materi cetak dimaksud. Bahan-

bahan bacaan tersebut hendaknya memenuhi tingkat keterbacaan sesuai dengan

tuntutan dan karakteristik pembacanya.

Di samping hal-hal tersebut d atas, penggunaan rumus-rumus keterbacaan

akan sangat bagi guru untuk mempersiapkan atau mengubah tingkat keterbacaan

materi bacaan yang hendak diajarkannya. Meskipun bahan bacaan untuk kepentingan

bahan ajar sudah tersedia banyak di luar, namun tuntutan bagi setiap guru untuk dapat

berperan dan bertindak sebagai penulis tampaknya bukanlah pandangan yang keliru.

Peran guru sebagai penulis tampak semakin jelas pada saat mereka dihadapkan pada

pekerjaan-pekerjaan berikut, misalnya, mempersiapkan tes, membuat rencana

Page 119: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

pengajaran, menyusun program pengajaran, membuat surat kepada orang tua siswa,

atau kegiatan tulis-menulis lainnya.

Dalam mempersiapkan bahan-bahan seperti yang kita jelaskan tadi, guru

hendaknya mempertimbangkan tingkat keterbacaan bahan yang ditulisnya itu.

Bukankah si penulis (guru) berkeinginan hasil tulisannya tersebut terbaca pihak lain

sebagai sasaran pembacanya.

Keterampilan mengubah tingkat keterbacaan wacana perlu dimiliki setiap

guru. Pengubahan keterbacaan itu sendiri dapat dilakukan dengan jalan meninggikan

taraf kesulitan wacananya atau mungkin sebaliknya, menurunkan tingkat kesulitan

wacana tersebut. Kegiatan ini perlu dilakukan guru, jika guru memandang para

siswanya wajib mengetahui isi konten (isi materi) dari wacana itu dan tidak

menemukan sumber bacaan lain yang tingkat keterbacaan wacananya cocok dengan

peringkat siswanya.

4. Keterbatasan-keterbatasan Formula Keterbacaan

Formula-formula keterbacaan yang pemakaiannya dewasa ini tengah populer,

di samping memiliki kelebihan juga mengandung kelemahan. Sebagaimana telah

dijelaskan di muka, bahwa formula-formula keterbacaan yang dipakai sekarang ini

mendasarkan formulanya pada dua hal yakni panjang-pendeknya kalimat dan tingkat

kesulitan kata. Kedua faktor yang menjadi landasan bagi formula-formula keterbacaan

ini mengundang pertanyaan pada kita. Bagaimana dengan konsep-konsep yang

terkandung dalam wacana yang bersangkutan? Bukankah konsep-konsep makna yang

terkandung dalam suatu wacana yang tidak terjakau oleh pembacanya akan

berdampak pada keterpahaman pembacanya. Sering kita dapati kasus, seseorang tidak

Page 120: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dapat memahami wacana yang dibacanya meskipun wacana tersebut telah memenuhi

kriteria keterbacaan untuk peringkat pembaca yang bersangkutan. Mengapa hal itu

terjadi?

Pertimbangan panjang-pendek kata dan tingkat kesulitan kata dalam

pemakaian formula keterbacaan, semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan

struktur permukaan teks. Struktur yang secara visual dapat dilihat. Adapun konsep

yang terkandung dalam bacaan sebagai struktur dalam dari bacaan tersebut tampaknya

tidak terperhatikan. Dengan kata lain, rumusan formula-formula keterbacaan yang

sering digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur

semantis.

Keterbatasan formula keterbacaan ini semakin terasa manakala kita

dihadapkan pada bahan bacaan dari jenis fiksi, terutama puisi. Meskipun puisi

menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat yang pendek-pendek, namun tingkat

keterbacaan puisi justru malah menjadi rendah atau sulit dibaca. Hal ini semakin

memperkuat bukti bahwa unsur semantis tidak dapat terjangkau oleh alat ukur

keterbacaan yang ada.

Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan pada diri kita, bagaimana halnya

dengan kriteria kesulitan kata yang disebut-sebut sebagai faktor penentu formula

keterbacaan? Bukankah jika kita berbicara tentang tingkat kesulitan kata berarti kita

tengah berbicara tentang makna (unsur semantis)? Tolok ukur tingkat kesulitan kata

di sini tidak didasarkan atas unsur semantisnya (seperti yang kita duga), melainkan

didasarkan atas unsur panjang-pendek kata yang bersangkutan. Seperti halnya kriteria

kesulitan kalimat, kriteria kesulitan kata juga didasarkan atas wujud (struktur) yang

tampak. Jika sebuah kalimat atau kata secara visual tampak lebih panjang, artinya

kalimat atau kata tersebut tergolong sukar. sebaliknya, jika sebuah kalimat atau kata

Page 121: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

yang secara visual tampak pendek, maka kalimat atau kata yang bersangkutan

tergolong mudah.

Mari kita perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.

A. Ini Budi.

Ini ibu Budi.

Ibu Budi sedang memasak.

Ini Wati.

Wati kakak Budi.

Wati sedang menyiram bunga.

Pak Ahmad ayah Budi.

Beliau sedang membaca koran.

Mereka berempat tinggal di kampung Cimanggu.

tempat tinggalnya tidak jauh dari pasar.

B. Ini Budi yang dilahirkan dari pasangan ibu dan bapak Ahmad dan berkakakkan

seorang perempuan bernama Wati. Jika ibu Budi memasak, kakaknya melakukan

pekerjaan lain, yakni menyiram bunga; sedangkan ayahnya membaca koran. Mereka

berempat tinggal di kampung Cimanggu yang letaknya tidak jauh dari pasar yang

berada di kampungnya.

Mari kita bandingkan kalimat-kalimat yang tertulis pada contoh A dan

kalimat-kalimat yang tertulis pada contoh B. Ditinjau dari segi informasi/maksud

kalimat, kedua contoh penyajian kalimat-kalimat tersebut tidaklah berbeda secara

berarti. Kedua bentuk penyajian kalimat tersebut mengandung informasi dan maksud

yang sama. Namun dilihat dari segi penuangan ide ke dalam wujud-wujud kalimat,

Page 122: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

seperti tampak pada contoh penyajian kalimat bentuk A dan bentuk B, terdapat

perbedaan yang sangat mencolok. Contoh penyajian A menggunakan kalimat-kalimat

yang relatif pendek-pendek; sementara contoh penyajian B menggunakan kalimat-

kalimat kompleks yang relatif panjang-panjang. Contoh wacana A lazim kita dapati

pada buku-buku ajar (bahan ajar membaca) untuk peringkat pemula, atau terdapat

pada buku-buku pelajaran kelas I sekolah dasar. Sementara contoh wacana B

merupakan sajian bahan ajar untuk anak-anak sekolah dasar yang relatif lebih tinggi

kelasnya (misalnya kelas 4-5 SD).

Bagaimana kesimpulan anda setelah melihat dan membaca kedua bentuk

penyajian kalimat-kalimat di atas? Contoh penyajian A yang menggunakan kalimat-

kalimat yang pendek-pendek jauh lebih mudah ketimbang contoh penyajian B,

bukan?Dengan kata lain, tingkat keterbacaan wacana pada wacana A tergolong tinggi

bila dibandingkan dengan tingkat keterbacaan wacana B. Semakin tinggi tingkat

keterbacaan sebuah wacana, semakin mudah wacana tersebut. sebaliknya, semakin

rendah tingkat keterbacaan sebuah wacana semakin sukar wacana tersebut.

Untuk menolokukuri tingkat kesulitan sebuah kalimat dengan kriteria

panjang_pendek kalimat tampaknya tidak mengundang masalah. Pada kenyatannya,

kalimat kompleks jauh lebih sulit ketimbang kalimat sederhana atau kalimat tunggal.

Bagaimanapun, kalimat kompleks tentu sarat dengan ide, sarat gagasan, sarat dengan

konsep; sedangkan kalimat tunggal hanya mengandung sebuah ide, sebuah gagasan,

sebuah konsep tertentu. Pada kalimat kompleks terjadi pemadatan konsep atau ide.

Oleh karena itu, kalimat tersebut akan jauh lebih sukar ketimbang kalimat-kalimat

tunggalnya.

Page 123: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Bagaimana halnya dengan kriteria kesulitan kata? Apakah panjang-pendeknya

sebuah kata benar-benar dapat dijadikan indikator bagi tingkat kesulitan kata yang

bersangkutan. Mari kita perhatikan deretan kata-kata berikut.

A. - era B. - zaman

- asa - harapan

- rona - cahaya/air muka

- makar - muslihat

Bila kita bandingkan deretan kata pada contoh A dan deretan kata pada contoh

B, manakah di antara kedua contoh deretan kata tersebut yang menurut anda memiliki

tingkat kesulitan yang relatif lebih tinggi? Apa alasannya? Deretan kata-kata yang

terdapat pada contoh B, tampaknya merupakan kata-kata yang biasa dipakai dalam

kehidupan sehari, dalam percakapan yang bersifat umum. Kosakata yang terdapat

pada contoh B relatif akrab dengan kehidupan keseharian kita. Lain halnya dengan

kosakata yang terdapat pada contoh A. Kata-kata tersebut rasanya tidak terlalu akrab

dengan kehidupan keseharian kita. Oleh karenanya, kita merasa asing dengan

kosakata tersebut. Akibatnya, ditinjau dari sudut semantisnya, deretan kata yang

terdapat pada contoh A relatif lebih sulit ketimbang deretan kata yang terdapat pada

contoh B. Padahal dari segi bentuk, deretan kata yang terdapat pada contoh A jauh

lebih pendek-pendek ketimbang deretan kata yang terdapat pada contoh B.

Hal lain yang menjadi keterbatasan formula-formula keterbacaan terletak pada

penggunaan slang, satir, makna ganda, atau minat pembaca. Formula keterbacaan itu,

tampaknya tidak bisa digunakan untuk bacaan fiksi (karya sastra), terlebih-lebih pada

Page 124: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

karya sastra berupa puisi. Puisi memiliki bentuk yang khas dengan struktur-struktur

kalimat yang jauh bebeda dari struktur-struktur kalimat pada karya nonfiksi, seperti

buku teks misalnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut hendaknya menjadi bahan

pertimbangan kita pada saat menentukan tingkat keterbacaan wacana.

5. Penggunaan Formula-formula Keterbacaan

Untuk mengukur bahan bacaan di kelas-kelas rendah, formula yang lazim

dipakai ialah formula keterbacaan dari Spache. Formula tersebut dibuat pada tahun

1953. Dua faktor utama yang menjadi dasar dari penggunaan formula tersebut ialah

panjang rata-rata kalimat dan persentase kata-kata sulit. Melalui berbagai pengkajian,

formula-formula itu telah dibuktikan keabsahan dan keterpercayaannya untuk

memperkirakan tingkat keterbacaan wacana. Akan tetapi, formula spache itu

kompleks dan penggunaannya memakan banyak waktu.

Rumus yang sering digunakan di kelas-kelas empat sampai kelas enam belas

ialah rumus yang dibuat oleh Dale & Chall. Rumus ini mula-mula diperkenalkan pada

tahun 1947. Sama halnya dengan rumus Spache, rumus Dale-Chall pun menggunakan

panjang kalimat dan kata-kata sulit sebagai faktor-faktor penentu tingkat kesulitan

bacaan. Rumus ini pun cukup kompleks dan memakan banyak waktu.

Grafik Fry merupakan hasil upaya untuk menyederhanakan dan

mengefisienkan teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana. Faktor-faktor

tradisional: panjang-pendek kalimat dan kata-kata sulit masih tetap digunakan.

Namun, kesukaran kata diperkirakan dengan cara melihat jumlah suku katanya.

Dijelaskan oleh Fry bahwa formula keterbacaan yang dikembangkannya itu (Grafik

Fry) dan formula Spache berkorelasi 0.90, sedangkan dengan formula Dale-Chall

Page 125: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

berkorelasi 0.94. Korelasi yang tinggi itu menunjukkan adanya keajegan rumus-rumus

dan ketepercayaan penggunaan alat ukur yang diciptakannya.

5.1 Formula Keterbacaan Fry: Grafik Fry

5.1.1 Bagaimana Memahami Grafik Fry

Sekarang mari kita kenali formula keterbacaan dari Edward Fry yang

kemudian kita kenal dengan sebutan "Grafik Fry". Grafik keterbacaan yang

diperkenalkan Fry ini merupakan formula yang dianggap relatif baru dan mulai

dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah "Journal of Reading". Grafik yang asli

dibuat pada tahun 1968.

Sebelum sampai pada penggunaan grafik dimaksud untuk menentukan tingkat

keterbacaan wacana, sebaiknya kita kenali dulu grafik dimaksud dengan sebaik-

baiknya. Jangan lupa, bahwa formula ini mendasarkan formula keterbacaannya pada

dua faktor utama, yakni panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang

ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata

dalam wacana tersebut. Silakan anda perhatikan formula (Grafik Fry) dimaksud,

seperti tertera di bawah ini. Hal ini penting anda camkan agar pada saat mengenali

grafik Fry, anda sudah paham cara menggunakannya. Hal ini akan menjadi dasar

pertimbangan kita pada saat melakukan penafsiran terhadapnya. Berikut contoh

grafiknya.

Page 126: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Grafik Fry

GRAFIK

(Lihat Copy aslinya)

Apa yang bisa anda jelaskan mengenai grafik tersebut? Di bagian atas grafik

kita dapati deretan angka-angka seperti berikut: 108, 112, 116, 120, dan seterusnya.

Angka-angka dimaksud menunjukkan data jumlah suku kata per seratus perkataan,

yakni jumlah kata dari wacana sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan

wacana. Pertimbangan penghitungan suku kata pada grafik ini merupakan cerminan

dari pertimbangan faktor kata sulit, yang dalam formula ini merupakan salah satu dari

dua faktor utama yang menjadi landasan bagi terbentuknya formula keterbacaan

dimaksud.

Page 127: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Angka-angka yang tertera di bagian samping kiri grafik, seperti angka 25.0,

20, 18.7, 14.3 dan seterusnya menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat per seratus

perkataan. Hal ini merupakan perwujudan dari landasan lain dari faktor penentu

formula keterbacaan ini, yakni faktor panjang-pendek kalimat.

Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-

garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan

wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan peringkat 1, artinya wacana tersebut

cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1; angka 2 untuk peringkat baca 2,

angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga pada peringkat universitas.

Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di sudut

kiri bawah grafik merupakan wilayah invalid. Maksudnya, jika hasil pengukuran

keterbacaan wacana jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka wacana tersebut kurang

baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat mana pun. Oleh karena itu,

wacana yang demikian sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengah wacana lain.

Ketika anda membaca keterangan "seratus perkataan" pada grafik tersebut,

mungkin anda bertanya-tanya, mengapa demikian? Mengapa harus "seratus"

perkataan? Angka tersebut merupakan jumlah kata yang dianggap sebagai jumlah

yang representatif untuk mewakili sebuah wacana. Meskipun yang akan diukur

keterbacaannya itu berupa buku yang tebalnya lebih kurang 500 halaman, pada saat

dilakukan pengukuran keterbacaan, kita tidak perlu mengukur seluruh buku tersebut

sejak halaman pertama hingga halaman terakhir buku itu. Kita cukup mengambil

sampel dari bacaan tersebut sebanyak 100 perkataan. Memang, terdapat ketentuan

khusus untuk pengukuran keterbacaan bahan-bahan bacaan yang relatif tebal seperti

halnya buku; yakni pengukuran keterbacaan wacana itu harus dilakukan sebanyak tiga

kali dengan sampel wacana yang berbeda-beda. Sampel pertama mungkin diambil

Page 128: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dari halaman-halaman awal sebuah buku; sampel kedua dari bagian tengah buku; dan

sampel terakhir dari halaman-halaman akhir buku itu.

Mungkin anda bertanya-tanya dalam hati, apakah pengukuran keterbacaan

wacana yang dilakukan terhadap sampel wacana sebanyak 100 perkataan itu hasilnya

benar-benar dapat mencerminkan tingkat keterbacaan wacana secara keseluruhan?

Apalah artinya sepenggal wacana yang terdiri atas 100 perkataan bila dibandingkan

dengan ketebalan sebuah buku yang tipis sekalipun? Sekarang mari kita bandingan

proses pengukuran keterbacaan dimaksud dengan proses pengukuran suhu tubuh oleh

para dokter. Jika para dokter mendeteksi suhu tubuh seseorang dengan stetoskop, dia

hanya akan memilih bagian-bagian tubuh tertentu dari tubuh si pasien sebagai sampel.

Misalnya saja, dokter akan memilih bagian ketiak atau mulut untuk dijadikan sampel

pengukuran suhu tubuh seseorang. Meskipun begitu, hasil dari pengukuran dimaksud

merupakan cerminan dari ukuran suhu tubuh si pasien secara keseluruhan. Untuk

mengetahui suhu tubuh seseorang, dokter tidak perlu melakukan pengukuran suhu

tubuh tersebut mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, melainkan memilih

bagian-bagian tertentu dari tubuh tersebut yang dianggap dapat mewakili seluruh suhu

tubuh. Dengan beranalogi pada proses kerja pengukuran suhu oleh para dokter, maka

proses pengukuran keterbacaan wacana itu pun cukup dilakukan terhadap sampel

wacana, dan wacana yang dianggap representatif jika berjumlah sekurang-kurangnya

sebanyak 100 perkataan.

Selanjutnya, bagaimana prosedur kerja untuk penggunaan formula keterbacaan

dari Fry ini? Berikut ini akan diberikan sejumlah petunjuk yang harus diikuti dalam

menggunakan grafik ini untuk mengukur keterbacaan wacana.

Page 129: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5.1.2 Petunjuk penggunaan Grafik Fry (1977):

Langkah (1)

Pilihlah penggalan yang representatif dari wacana yang hendak diukur tingkat

keterbacaannya tersebut dengan mengambil 100 buah perkataan daripadanya. Yang

dimaksud dengan kata dalam hal ini ialah sekelompok lambang yang di kiri dan

kanannya berpembatas. Dengan demikian, lambang-lambang berikut, seperti Budi,

IKIP, 1999, =, masing-masing dianggap sebagai satu perkataan. Yang dimaksud

dengan "representatif" dalam memilih penggalan wacana ialah pemilihan wacana

sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan. Wacana yang diselingi dengan

gambar-gambar, kekosongan-kekosongan halaman, tabel-tabel, rumus-rumus yang

mengandung banyak angka-angka, dan lain-lain dipandang tidak representatif untuk

dijadikan sampel wacana.

Langkah (2)

Hitunglah jumlah kalimat dari seratus buah perkataan tersebut hingga

perpuluhan yang terdekat. Maksudnya, jika kata yang termasuk ke dalam hitungan

100 buah perkataan (sampel wacana) tidak jatuh di ujung kalimat, maka penghitungan

kalimat tidak akan selalu utuh, melainkan akan ada sisa. Sisanya itu tentu berupa

sejumlah kata yang merupakan bagian dari deretan kata-kata yang membentuk

kalimat utuh. Karena keharusan pengambilan sampel wacana berpatokan pada angka

100, maka sisa kata yang termasuk ke dalam hitungan seratus itu diperhitungkan

dalam bentuk desimal (perpuluhan).

Perhatikan contoh wacana berikut!

Page 130: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pada suatu hari Inu ikut ayahnya ke bank. Di bank itu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

banyak orang. Di loket tabungan ada yang mengambul uang.

12 13 14 15 16 17 18 19 20

Ada juga yang menyimpan uang. Di loket yang lain orang-

21 22 23 24 25 26 27 28 29

orang juga antre. Ada juga beberapa petugas bank duduk

30 31 32 33 34 35 36 37 38

di luar loket-loket antrean. Mereka melayani orang-orang

39 40 41 42 43 44 45

yang bertanya tentang cara-cara menabung atau hal-hal la-

46 47 48 49 50 51 52 53

in. Ayah Inu berada di barisan loket tabungan.

54 55 56 57 58 59 60

Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan

61 62 63 64 65 66 67 68

kesibukan orang-orang di tempat itu. Waktu Inu melihat sa-

Page 131: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

69 70 71 72 73 74 75 76 77

tu kursi kosong di depan petugas yang melayani pertanyaan,

78 79 80 81 62 83 84 85

dia segera berdiri. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun

86 87 88 89 90 91 92 93 94

mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk dan menawarkan

85 96 97 98 99 100

bantuan yang mungkin dapat dia berikan.

Keterangan: Angka-angka yang tedapat di bawah setiap kata pada wacana di atas

menunjukkan penghitungan sampel wacana. Kata yang digarisbawahi merupakan

akhir dari sampel wacana, karena kata tersebut merupakan kata terakhir yang

termasuk ke dalam hitungan 100 perkataan.

Jika kita melakukan penghitungan rata-rata jumlah kalimat untuk wacana di

atas akan kita dapati 12 kalimat utuh ditambah 8 kata pada kalimat terakhir dari

jumlah kata seluruhnya pada kalimat terakhir tersebut sebanyak 16 buah. Kedua belas

kalimat utuh yang terdapat dalam wacana tersebut adalah sebagai berikut ini:

(1) Pada suatu hari .... ke bank.

(2) Di bank itu .... orang.

(3) Di loket tabungan ... uang.

Page 132: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(4) Ada juga ... uang.

(5) Di loket yang ... antre.

(6) Ada juga .... antrean.

(7) Mereka melayani... lain.

(8) Ayah Inu ... tabungan.

(9) Inu menunggu ... tunggu.

(10)Dia memperhatikan .... itu.

(11)Waktu Inu .... berdiri.

(12)Inu mendekati ... itu.

Kalimat terakhir berbunyi:

Petugas pun mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk//dan menawarkan bantuan

yang mungkin dapat dia berikan.

Kalimat terakhir ini (kalimat ke-13) tidak seluruhnya terpakai ke dalam

hitungan seratus. Kata keseratusnya jatuh pada kata duduk. Kata tersebut merupakan

kata ke-8 dari 16 kata yang terdapat pada kalimat terakhir tersebut. Dengan demikian,

rata-rata jumlah kalimat pada wacana sampel di atas adalah 12 + 8/16 kalimat. Jika

dihitung ke dalam sistem perpuluhan (desimal) akan menghasilkan angka 12,5

kalimat.

Contoh lain, jika kalimat terakhir itu terdiri atas 17 perkataan dan hanya ada

satu kata yang termasuk ke dalam hitungan 100 kata, maka bagian kalimat yang

terakhir itu adalah 0,058 dibulatkan menjadi 0,1 kalimat. Jika jumlah kalimat

sebelumnya ada 10 buah, maka jumlah kalimat seluruhnya adalah 10,1 kalimat.

Page 133: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Demikianlah cara menghitung rata-rata jumlah kalimat dari sampel wacana yang

hendak diukur tingkat keterbacaannya.

Langkah (3)

Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel yang 100 buah perkataan tadi.

Sebagai konsekuensi dari batasan kata (seperti dijelaskan pada langkah (1) di atas

yang memasukkan angka dan singkatan sebagai kata, maka untuk angka dan

singkatan, setiap lambang diperhitungkan sebagai satu suku kata. Misalnya, 234

terdiri atas 3 suku kata, IKIP terdiri atas 4 suku kata.

Berpatokan pada contoh wacana kita di atas (pada langkah 2), mari kita

praktikkan cara menghitung suku kata dimaksud. Caranya, berilah tanda di atas setiap

kata tersebut dengan angka-angka yang menunjukkan jumlah suku kata dari kata yang

bersangkutan. Perhatikan contoh berikut!

2 3 2 2 2 3 1 1 1 1 2

Pada suatu hari Inu ikut ayahnya ke bank. Di bank itu

2 2 1 2 3 3 1 3 2

banyak orang. Di loket tabungan ada yang mengambil uang.

2 2 1 3 2 1 2 1 2 2

Ada juga yang menyimpan uang. Di loket yang lain orang-

orang juga antre. Ada juga beberapa petugas bank duduk

di luar loket-loket antrean. Mereka melayani orang-orang

yang bertanya tentang cara-cara menabung atau hal-hal la

Page 134: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

in. Ayah Inu berada di barisan loket tabungan.

Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan kesibukan orang-

orang di tempat itu. Waktu Inu melihat satu kursi kosong di depan petugas yang

melayani pertanyaan, dia segera berdiri. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun

mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk// dan menawarkan bantuan yang

mungkin dapat dia berikan.

Demikianlah cara ini kita kerjakan, hingga kita menemukan jumlah suku kata

untuk seluruh kata yang termasuk ke dalam hitungan 100. Dari penghitungan suku

kata terhadap sampel wacana di atas, kita akan memperoleh hitungan jumlah suku

kata sebanyak 228 suku kata.

Langkah (4)

Perhatikan Grafik Fry. Kolom tegak lurus menunjukkan jumlah suku kata per

seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata. Data

yang kita peroleh pada langkah (2), yakni rata-rata jumlah kalimat dan data yang kita

peroleh pada langkah (3), yakni rata-rata jumlah suku kata diplotkan ke dalam grafik

untuk mencari titik temunya. Pertemuan antara baris vertikal (jumlah suku kata) dan

baris horizontal (jumlah kalimat) menunjukkkan tingkat-tingkat kelas pembaca yang

diperkirakan mampu membaca wacana yang terpilih itu. Jika persilangan baris

vertikal dan baris horizontal itu berada pada daerah gelap atau daerah yang diarsir,

maka wacana tersebut dinyatakan tidak absah. Guru harus memilih wacana lain dan

mengulangi langkah-langkah yang sama seperti yang telah kita jelaskan tadi.

Page 135: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Langkah (5)

Tingkat keterbacaan ini bersifat perkiraan. Penyimpangan mungkin terjadi,

baik ke atas maupun ke bawah. Oleh karena itu, peringkat keterbacaan wacana

hendaknya ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat. Sebagai contoh, jika titik

pertemuan dari persilangan baris vertikal untuk data suku kata dan baris horizontal

untuk data jumlah kalimat jatuh di wilayah 6, maka peringkat keterbacaan wacana

yang diukur tersebut harus diperkirakan sebagai wacana dengan tingkat keterbacaan

yang cocok untuk peringkat, 5 yakni (6-1), 6, dan 7 yakni (6+1).

5.1.3 Beberapa Catatan Penting tentang Grafik Fry

Pertama, untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku (yang biasanya

relatif tebal jumlah halamnnya), pengukuran keterbacaan ini hendaknya sekurang-

kurangnya dilakukan sebanyak tiga kali percobaan dengan pemilihan sampel yang

berbeda-beda. Si pengukur hendaknya mengambil tiga pilihan sampel wacana, yakni

wacana dari bagian awal buku, dari bagian tengah buku, dan dari bagian akhir buku.

Untuk artikel dan jurnal, atau surat kabar, pengkuran keterbacaan wacananya cukup

dilakukan satu kali, kecuali jika penulisnya berbeda-beda.

Dalam mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku, setelah si pengukur

menempuh langkah-langkah petunjuk penggunaan Grafik Fry, selanjutnya hitunglah

hasil rata-ratanya. Data hasil rata-rata inilah yang kemudian akan dijadikan dasar

untuk menentukan tingkat keterbacaan wacana buku tersebut.

Page 136: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Sebagai contoh, mari kita perhatikan perumpamaan berikut. Dari hasil

penghitungan pengukuran keterbacaan wacana dari ketiga sampel itu (bagian awal,

tengah, dan akhir buku), misalnya kita peroleh data seperti berikut:

Wacana Sampel Jumlah suku kata Jumlah kalimat

Bagian I 124 6.6

Bagian II 141 5.5

Bagian III 158 6.8

Jumlah 423 18.9

Rata-rata 141 6.3

Jika angka rata-rata tersebut diplotkan ke dalam Grafik Fry, ternyata titik temu dari

persilangan kedua data tersebut akan jatuh di wilayah 7. Artinya, tingkat keterbacaan

buku yang bersangkutan cocok untuk peringkat 6, 7, dan 8.

Kedua, Grafik Fry merupakan hasil penelitian terhadap wacana bahasa

Inggris. Seperti kita ketahui, struktur bahasa Inggris sangat berbeda dengan struktur

bahasa Indonesia, terutama dalam hal sistem suku katanya. Untuk memperoleh

gambaran mengenai hal ini, mari kita perhatikan contoh sederhana berikut.

1) I go to school.

2) Saya pergi ke sekolah.

Page 137: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pada contoh kalimat 1) (bahasa Inggris) kita dapati 4 suku kata; sedangkan

dalam kalimat 2) (bahasa Indonesia) kita dapati 8 suku kata. Dalam bahasa Inggris,

pada umumnya sering kita jumpai kata-kata yang bersuku tunggal. Coba saja kita

periksa kosakata nama diri dalam bahasa Inggris, misalnya: hand, foot, leg, lip,

mouth, tooth, head, hair dan seterusnya; kemudian mari kita bandingkan dengan

kosakata berikut: tangan, kaki, bibir, mulut, gigi, kepala, rambut. Berdasarkan contoh-

contoh berikut, kita berkesimpulan bahwa sistem pola suku kata dalam bahasa

Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dwisuku atau bahkan lebih. Keadaan ini

sangat berbeda dengan sistem persukukataan dalam bahasa Inggris. Dari 100 buah

perkataan dalam bahasa Indonesia, pada umumnya akan diperoleh jumlah suku kata di

atas 200-an.

Berdasarkan kenyataan tersebut, dapatlah dipastikan bahwa berdasarkan

Grafik Fry tidak akan pernah didapati wacana bahasa Indonesia yang cocok untuk

peringkatperingkat kelas rendah, seperti kelas 1 dan 2, sebab titik pertemuan antara

garis yang menunjukkan rata-rata jumlah kalimat dan rata-rata jumlah suku kata akan

selalu jatuh pada daerah yang diarsir. Melihat kasus contoh wacana yang kita sajikan

di bagian muka kita dapati jumlah kalimat 12.5; sedangkan jumlah suku katanya ada

228. Setelah kita plotkan ke dalam Grafik Fry, maka titik temu dari persilangan garis

untuk kedua data tersebut jatuh melewati daerah yang diarsir (wilayah gelap). Oleh

karena itu, tingkat keterbacaan wacana tersebut tidak bisa ditentukan atau wacana

tersebut tidak memiliki peringkat baca yang cocok untuk peringkat kelas mana pun.

Tetapi, apakah kesimpulan itu benar? Bukankah kalau kita mencoba mengukurnya

dengan kadar pertimbangan kita (bukan alat ukur), hal itu mustahil terjadi, mengingat

contoh wacana kita itu diambil dari bacaan untuk siswa sekolah dasar.

Page 138: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Berdasarkan contoh kasus tersebut, kita boleh berkesimpulan bahwa Grafik

Fry tidak bisa digunakan untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia

kecuali jika dilakukan pemodifikasian terhadap alat tersebut. Meskipun penyesuaian

yang akan kami tawarkan ini bukan merupakan patokan yang baku, namun tawaran

ini didasari oleh sebuah penelitian kecil-kecilan yang telah kami lakukan. Untuk

sekedar pedoman bagi para pemakai alat ukur keterbacaan dari Fry, jika

menggunakan formula ini untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia,

petunjuk langkah-langkah penggunaan Grafik Fry masih harus ditambah satu langkah

lagi, yakni memperkalikan hasil penghitungan suku kata dengan angka 0.6. Angka ini

diperoleh dari hasil penelitian (sederhana) kami yang memperoleh bukti bahwa

perbandingan antara jumlah suku kata bahasa Inggris dengan jumlah suku kata bahasa

Indonesia itu 6:10 (6 suku kata dalam bahasa Inggris kira-kira sama dengan 10 suku

kata dalam bahasa Indonesia).

Mengambil data pengukuran terhadap contoh wacana kita di atas, maka akan

diperoleh data jumlah kalimat sebanyak 12.5. data jumlah suku kata 228 X 0.6 =

136.8 dibulatkan menjadi 137. Jika diplotkan ke dalam Grafik Fry, titik temu dari

persilangan kedua data tersebut akan jatuh di wilayah 4. Dengan demikian, wacana

tersebut cocok untuk peringkat kelas 3, 4, dan 5 sekolah dasar. Contoh wacana

tersebut, memang diambil dari buku Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk Sekolah

Dasar Kelas 4, karangan Dendy Sugono, diterbitkan oleh Depdikbud tahun 1993.

Dengan hasil pengukuran tadi, tampaknya sang pengarang telah memilih dan

menentukan wacana dengan tingkat keterbacaan yang tepat untuk sasaran

pembacanya.

Page 139: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5.1.4 Daftar Konversi untuk Grafik Fry

Kadang-kadang guru perlu mengevaluasi bacaan yang terdiri atas kata-kata

yang jumlahnya kurang dari seratus buah, seperti pertanyaan-pertanyaan dalam tes,

petunjuk untuk melakukan kegiatan tertentu, pengumuman-pengumuman singkat,

atau petunjuk-petunjuk penggunaan obata-obatan tertentu.

Untuk menentukan tingkat keterbacaan wacana-wacana yang demikian, yang

jumlah katanya kurang dari seratus perkataan, para ahli telah menemukan jalan

pemecahan yang cukup sederhana. Mereka telah melakukan penyesuaian terhadap

prosedur penggunaan Grafik Fry dengan mengajukan daftar konversi Grafik Fry.

Prosedur kerja yang disarankan ialah dengan menempuh langkah-langkah

berikut ini:

Langkah (1)

Hitunglah jumlah kata dalam wacana yang akan diukur tingkat keterbacaannya

itu dan bulatkan pada bilangan puluhan yang terdekat. Jika wacana tersebut terdiri

atas 54 buah kata, misalnya, maka jumlah tersebut diperhitungkan sebagai 50; jika

jumlah wacana itu ada 26 buah, maka bilangan kebulatannya ialah 30.

Langkah (2)

Hitunglah jumlah suku kata dan kalimat yang ada dalam wacana tersebut.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara yang sama seperti langkah 2 dan 3 pada petunjuk

penggunaan Grafik Fry (seperti telah kita demonstrasikan) pada penjelasan terdahulu.

Langkah (3)

Page 140: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Selanjutnya, perbanyak jumlah kalimat dan suku kata (hasil perhitungan

langkah 2 tersebut) dengan angka-angka yang ada dalam Daftar Konversi seperti yang

tampak di bawah ini. Dengan demikian, guru dapat menggunakan lagi Grafik Fry

menurut tata tertib seperti yang sudah dijelaskan terdahulu.Dengan kata lain, data

yang diplotkan ke dalam grafik adalah data yang telah diperbanyak dengan daftar

konversi.

DAFTAR KONVERSI UNTUK GRAFIK FRY

jika jumlah kata dalam wacana itu

berjumlah:

perbanyaklah jumlah suku-kata dan

kalimat dengan bilangan berikut:

30 3,3

40 2,5

50 2,0

60 1,67

70 1,43

80 1,25

90 1,1

Mari kita perhatikan contohnya. Dalam contoh di bawah ini, kita umpamakan

setiap tanda garis putus menunjukkan suku kata dan kemlompok tanda garis putus-

putus tersebut kita umpamakan sebagai kata yang terdapat dalam sebuah wacana.

Selanjutnya, coba anda tentukan tingkat keterbacaan wacana tersebut! Cocok untuk

kelas berapakah wacana tersebut?

Page 141: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Wacana jumlah

suku-kata

---- -- -- -- -- --- ---- - --- -, 25

- --- -- -- -- --? -- -- - -- - 20

-- --- -- - -- --- --? 15

______________

Jumlah 60

Jika kita ingin menentukan tingkat keterbacaan wacana (contoh) di atas, maka

akan kita dapati data berikut ini.

(a) Jumlah kata dalam wacana tersebut ada 34 buah, pada daftar konversi

diklasifikasikan ke dalam golongan angka 30

(b) Jumlah kalimatnya ada 2 buah.

(c) Jumlah suku katanya ada 60 suku kata.

(d) Angka konversi untuk perbanyakan jumlah kalimat dan jumlah suku kata untuk

jumlah kata 30 adalah 3.3. Dengan demikian jumlah kalimat dan jumlah suku kata

hasil konversi menjadi:

* jumlah kalimat : 2 X 3.3 = 6.6

* jumlah suku kata: 60 X 3.3 = 198

(e) Setelah diplotkan ke dalam Grafik Fry, titik temu dari persilangan data kalimat

(6.6) dengan data suku kata (198) itu jatuh pada wilayah universitas. Artinya tingkat

keterbacaan wacana tersebut, cocok untuk peringkat universitas.

Page 142: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5.2 Formula Keterbacaan Raygor: Grafik Raygor

5.2.1 Bagaimana Memahami Grafik Raygor

Anda telah mahir menggunakan Grafik Fry, bukan? yakinkah anda bahwa

grafik tersebut dapat digunakan untuk wacana-wacana dalam bahasa Indonesia?

Pertanyaan itu akan dapat anda jawab setelah membandingkan kedua kalimat berikut

ini.

a) I watch TV every night.

b) Saya menonton TV setiap malam.

Kedua kalimat di atas itu, masing-masing terdiri atas lima kata. Namun,

jumlah suku kata dalam kedua kalimat tersebut tidak sama, bahkan sangat berbeda.

Kalimat bahasa Inggris (a) yang mempunyai makna yang sama dengan kalimat bahasa

Indonesia (b) itu terdiri atas tujuh suku kata, sedangkan kalimat bahasa Indonesia

yang ada di bawahnya itu mengandung 11 suku kata. Jumlah suku yang ada dalam

100 kata terpilih dalam bahasa Indonesia umumnya terdiri atas 200 suku atau lebih.

Apa sebabnya? Kata-kata bahasa Indonesia pada umumnya terdiri atas dua suku kata

atau lebih. Jika demikian, apa artinya? Cobalah periksa lagi Grafik Fry itu! Dapatkah

anda sekarang menjawab pertanyaan kedua di atas?

Karena Grafik Fry mengandung kelemahan yang sukar untuk diatasi, di bawah

ini diperkenalkan grafik lain yang mempunyai prinsip-prinsip yang mirip dengan

prinsip Grafik Fry. Formula keterbacaan dimaksud adalah Grafik Raygor yang

diperkenalkan oleh Alton Raygor. Selanjutnya grafik ini dikenal dengan sebutan

Page 143: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

"Grafik Raygor". Formula ini tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa

yang menggunakan huruf Latin.

Untuk mengenali formula ini, mari kita perhatikan grafik berikut, Grafik

Raygor.

Grafik Raygor seperti tampak terbalik jika dibandingkan dengan Grafik Fry.

Namun, kedua formula keterbacaan tersebut sesungguhnya mempunyai prinsip-

prinsip yang mirip. Garis-garis penyekat peringkat kelas dalam Grafik Raygor tampak

memancar menghadap ke atas, sedangkan dalam Grafik Fry menghadap ke bawah.

Posisi yang demikian itu sesuai dengan penempatan urutan data jumlah kalimat yang

berlawanan pula. Grafik Fry meletakan kalimat terpendek pada bagian atas grafik,

sedangkan Grafik Raygor meletakkannya di bagian bawah. Sisi tempat jumlah suku

kata digunakan untuk menunjukkan kata-kata panjang yang dinyatakan "jumlah kata

sulit", yakni kata yang dibentuk oleh enam buah huruf atau lebih.

5.2.2 Petunjuk Penggunaan Grafik Raygor

Prosedur penggunaan Grafik Raygor sesungguhnya hampir sama dengan

Grafik Fry. Langkah-langkah yang harus ditempuh meliputi sejumlah langkah berikut.

Langkah (1)

Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat

keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai

kata. Oleh karenanya, angka-angka tidak dihitung ke dalam penghitungan 100 buah

kata.

Page 144: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Langkah (2)

Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini

sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat.

Langkah (3)

Menghitung jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf

atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata di sini didasari oleh panjang-

pendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. kata-kata yang tergolong ke dalam

kategori sulit itu ialah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata

yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam kategori kata

sulit.

Langkah (4)

Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam

Grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.

Sebagai bahan latihan, mari kita praktikkan penggunaan Grafik Raygor

tersebut pada wacana berikut.

Wacana

Suatu ciri khas pada manusia adalah ia selalu ingin tahu; dan setelah ia

memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi

dengan kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi. Begitulah seterusnya, sehingga tak

sesaat pun ia sampai pada kepuasan mutlak untuk menerima realitas yang dihadapinya

sebagai titik terminasi yang mantap. Ketidakmungkinan untuk merasa mantap pada

suatu status pengetahuan ini dapat diterangkan dari berbagai sudut. Salah satu sebab

Page 145: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

yang paling dasar ialah apa yang menjelma kepada manusia sebagai realitas alamiah

dianggapnya sebagai kenyataan dwipurwa: di satu pihak dia mengamati alamnya

sebagai sesuatu yang mempunyai aspek statis, akan tetapi ia pun mengamati

terjadinya perubahan-perubahan, perkembangan-perkembangan, dan lain sebagainya

yang menguatkan adanya aspek dinamis dari gejala-gejala itu sendiri (Buitendijk,

1948).

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

Ada berapa buah kalimat yang terdapat

dalam wacana di atas itu ? ........ buah

Berapa jumlah kata-kata sukar

yang ada di dalamnya ? ........ buah

Wacana itu cocok untuk kelas untuk kelas

berapa ? ........

Grafik yang mana yang lebih cocok bagi anda? Apa alasannya? Mana yang

lebih mudah menggunakannya, Grafik Fry atau Grafik Raygor?

Setelah anda menemukan daerah tingkat keterbacaan wacana di atas itu dalam

Grafik Raygor, bagaimana pendapat anda? Dapatkah grafik itu dipergunakan untuk

mengukur keterbacaan wacana-wacana bahasa Indonesia?

Anda mungkin berpendapat bahwa Grafik Raygor lebih mudah dan lebih

cocok untuk wacana-wacana bahasa Indonesia. Namun, anda tidak boleh lupa bahwa

grafik ini belum banyak diteliti keampuhannya. Grafik Fry lebih banyak digunakan

Page 146: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana bahasa Inggris, sebab grafik tersebut

telah diteliti secara lebih seksama daripada Grafik Raygor.

Baldwin dan Kaupman (1979) telah melakukan penelitian mengenai

keampuhan dari penggunaan kedua formula keterbacaan ini. Hasil penelitian itu

membuktikan bahwa terdapat korelasi yang cukup tinggi antara tingkat keterbacaan

wacana-wacana yang diukur dengan menggunakan Grafik Fry dan tingkat

keterbacaan wacana-wacana yang diukur dengan Grafik Raygor. Koefisien korelasi

yang dihasilkannnya ialah (r) 0.87. Dari 100 buah wacana yang diteliti, ternyata ada

50 buah hasil percobaan yang menunjukkan hasil pengukuran yang sama antara

pengukuran keterbacaan dengan menggunakan Grafik Raygor dengan hasil

pengukuran keterbacaan dengan menggunakan Grafik Fry.

Satu hal yang perlu dicatat sebagai kelebihan dari penggunaan Grafik Raygor,

yakni dalam hal efisiensi waktu.Pengukuran keterbacaan wacana dengan Grafik

Raygor ternyata jauh lebih cepat daripada melakukan pengukuran keterbacaan dengan

menggunakan Grafik Fry.

5.3 Pengubahan Tingkat Keterbacaan wacana

Dengan pengetahuan yang anda peroleh mengenai Grafik Fry dan Grafik

Raygor itu anda disarankan untuk memeriksa tingkat keterbacaan buku-buku yang

digunakan untuk setiap bidang studi. Setelah mengetahui tingkat keterbacaan

bukubuku tersebut, anda disarankan pula untuk mencoba mengubah wacana-wacana

itu dengan keyakinan bahwa pekerjaan yang anda lakukan itu bermanfaat dan

merupakan ibadah yang berpahala. Tugas kita sebagai guru dalam hal ini memang

cukup berat. Tahukah Anda cara menurunkan tingkat kesulitan wacana? Ya benar,

Page 147: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dengan jalan memperpendek kalimat-kalimatnya dan mengganti kata-kata sulit

dengan kata-kata yang lebih mudah.

Cobalah bandingkan kedua wacana berikut!

Wacana 1

Secara sepintas saja kita segera mengetahui bahwa advertensi di dalam

majalah-majalah itu tidak ayal lagi, bermaksud untuk menarik pembaca agar

mempunyai perhatian yang lebih bersungguh-sungguh mengenai masalah-masalah

yang berhubungan dengan berat badan. Para diktator dalam bidang mode membuat

sebagian besar anggota masyarakat, terutama wanita, sadar akan masalah berat badan

yang sangat menentukan penampilan seseorang. Pada masa sekarang para penulis

advertensi mencoba berupaya meyakinkan sang kurus dan sang gendut berada dalam

kedudukan yang sama asalkan mereka mau membeli barang-barang yang mereka

tawarkan: mesin berlatih, jamu ini dan jamu itu, makanan-makanan tertentu, obat-

obatan tertentu, dan seterusnya. Mereka berjanji bisa membuat kita tampak atau bisa

tampak seperti model yang terpampang dalam gambar advertensi. Biasanya mereka

gagal karena tidak sadar bahwa setiap orang itu berbeda.

Wacana di atas dapat diubah menjadi seperti ini.

Wacana 2

Page 148: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Anda pernah membaca majalah? Di dalam majalah itu mungkin ada

pembicaraan tentang berat badan. Pada umumnya orang sangat memperhatikan berat

badannya. Orang yang memperhatikan urusan mode, membuat kita terpaku dalam

urusan berat badan. Sekarang para juru iklan masih terus melakukan hal yang sama.

Ada juru iklan yang menyuruh anda membeli mesin berlatih. Juru iklan yang lain

menjajakan jamu-jamu untuk menurunkan atau menaikkan berat badan. Semua iklan

itu berupaya membuat kita gandrung akan penampilan seperti yang tampak dalam

gambar. Namun, tujuan hidup orang tidak sama. Iklan tidak memperhatikan

perbedaan-perbedaan itu.

Perbedaan apa yang tampak dalam kedua wacana di atas itu? Jika anda

memperhatikan dengan baik kedua wacana tersebut, akan segera tampak dua hal yang

berbeda di dalamnya. Kalimat pada wacana pertama berkesan panjangpanjang dan

mengandung ide lebih banyak daripada kalimat-kalimat dalam wacana kedua. Wacana

kedua menggunakan kata-kata yang lebih mudah daripada kata-kata yang digunakan

dalam wacana pertama. Kata advertensi diganti dengan kata iklan, kata terpampang

diganti dengan kata tampak.

Mengubah struktur kalimat mungkin lebih mudah daripada mengganti kata-

kata sulit dengan kata-kata mudah. Bacaan yang bagus seringkali mengandung

kalimat-kalimat yang panjang yang mengandung rincian pikiran atau ide. Cobalah

perhatikan kalimat deskriptif di bawah ini.

Pada umumnya, setiap bunga mempunyai bagian yang disebut poros, ialah

bagian yang menumbuhkan organ-organ reproduksi yang penting (benang sari dan

putik) dan lazim juga bagian-bagian tambahan (kelopak bunga dan bunga), yang dapat

Page 149: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

berperan sebagai daya tarik terhadap serangga penyerbuk dan sebagai pelindung

bagian-bagian yang esensial.

Waktu anda membaca wacana di atas, apa yang terjadi dalam pikiran anda?

Apakah anda berupaya untuk memproses dan menyusun fakta yang berbeda-beda itu?

Seraya membaca kalimat di atas, sebaiknya anda memproses dan menata

berbagai fakta ke dalam rincian-rinciannya, misalnya:

1) Setiap bunga mempunyai bagian yang disebut ---- ----

2) Organ-organ reproduksi yang penting itu ada dua ---- ----

3) Organ-organ yang penting itu ialah putik dan benang sari.

4) Kelopak bunga dan daun bunga pun tumbuh pada -----

5) Kelopak dan mahkota bunga itu merupakan pemikat.

6) Kelopak dam mahkota bunga itu melindungi organ-organ inti.

Untuk menurunkan tingkat kesulitan bacaan, fakta-fakta sebaiknya dinyatakan

dengan jalan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek-pendek daripada

menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan kompleks. Hal tersebut membantu

pembaca menata fakta yang dikemukakan dalam wacana. Di samping itu juga

biasanya membantu memperbaiki pemahaman, sebab fakta itu diperkenalkan dalam

takaran yang lebih kecil (kalimat pendek-pendek). Wacana di atas itu dapat diubah

menjadi wacana seperti berikut ini.

Pada umumnya, setiap bunga terdiri atas satu poros bunga. Organ-organ

reproduksi poros bunga yang penting itu ialah benang sari dan putik. Organ

reproduksi tambahannya adalah kelopak bunga dan bunga. Organ ini berfungsi

sebagai daya tarik terhadap serangga dalam proses penyerbukan dan berfungsi sebagai

pelindung.

Page 150: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Bagaimana pendapat anda tentang kedua bentuk penyajian wacana di atas?

Mungkin anda berpendapat bahwa wacana yang kedua lebih mudah dipahami karena

informasi yang disampaikannya dinyatakan dalam empat buah kalimat yang relatif

lebih pendek-pendek. Dengan kalimat yang pendekpendek, pembaca akan mempunyai

kesempatan untuk memproses setiap fakta dalam pernyataan yang terpisahpisah.

Ketika kita membaca wacana yany pertama, yang belum diubah, kita harus berupaya

menganalisis kalimat yang kompleks itu agar dapat memahami isi dan informasi yang

terkandung di dalamnya.

Cara kedua untuk menurunkan tingkat keterbacaan wacana ialah dengan jalan

mengurangi jumlah silabi (suku kata) dengan cara mensubstitusikan kata-kata yang

pendek untuk kata-kata yang panjang. Untuk melaksanakan upaya tersebut anda dapat

menggunakan kamus sinonim. Jika kata-kata pengganti sukar dicari maka anda lebih

baik mengubah panjang kalimat. Mengganti kata-kata sulit memang perlu, tetapi

mengubah panjang kalimat sehingga jumlah kalimat tersebut bertambah, biasanya

jauh lebih mudah.

Di bawah ini ada beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti untuk menurunkan

tingkat keterbacaan sebuah wacana.

1) Carilah kata-kata sukar yang terdapat dalam wacana itu. Biasanya, kata-kata yang

lebih panjang lebih sukar untuk dibaca. Kata-kata yang multisilabik atau yang

berhuruf 6 buah atau lebih, tergolong ke dalam kata sukar, atau bisa juga kata

tersebut kurang akrab dengan kita karena frekuensi pemakaiannya tidak tinggi.

2) Ganti kata-kata sukar dengan kata-kata yang lebih mudah. Upayakan agar kata-

kata sukar itu dapat diganti dengan sinonim yang lebih mudah. Substitusikan kata-

kata yang lebih pendek dan lebih mudah itu pada tempat kata-kata sukar tadi.

Page 151: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3) Bacalah kalimat-kalimat dalam wacana tersebut untuk mengetahui kemungkinan

memendekannya dengan jalan membaginya menjadi dua atau tiga buah kalimat.

Camkanlah bahwa penurunan tingkat keterbacaan itu lebih mudah dilakukan

dengan jalan memperbanyak kalimat, sehingga pikiran-pikiran penulis dapat

dinyatakan dengan takaran yang lebih kecil-kecil.

4) Tulis kembali wacana tersebut dengan menggunakan kata-kata yang lebih mudah

dan kalimat-kalimat yang pendek.

5) Ukurlah tingkat keterbacaan wacana yang baru itu untuk mengetahui

penurunannya.

Anda jangan keliru. Jumlah kata sebelum dan sesudah diperbaiki tidak perlu

tetap, boleh jadi bertambah, mungkin juga berkurang. Tujuan anda bukanlah

mempertahankan jumlah kata, melainkan mengubah wacana supaya sesuai dengan

tingkat kemampuan siswa anda. Jika jumlah kata dalam wacana tersebut berkurang

anda dapat mengukur tingkat keterbacaan wacana tersebut dengan menggunakan

daftar konversi seperti yang telah anda pelajari di muka.

RANGKUMAN

Tingkat keterbacaan dapat diartikan sebagai tingkat kesukaran/kemudahan

wacana. Berdasarkan hasil penelitian mutakhir diperoleh bukti bahwa faktor utama

yang mempengaruhi keterbacaan ada dua hal, yakni panjang-pendeknya kalimat dan

tingkat kesulitan kata yang juga ditandai oleh jumlah huruf dan atau silabi yang

membentuknya.

Page 152: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Dari sekian banyak formula keterbacaan yang diperkenalkan orang, Grafik Fry

dan grafik Raygor merupakan dua alat keterbacaan yang dipandang praktis dan

mudah menggunakannya. Namun, karena alat tersebut diciptakan untuk mengukur

wacana bahasa Inggris, maka pemakaiannya untuk wacana bahasa Indonesia masih

harus disesuaikan.

Cara menggunakan kedua formula keterbacaan tersebut sekurang-kurangnya

harus menempuh lima langkah pokok, yakni (1) memilih penggalan wacana yang

representatif sebanyak 100 kata, (2) menghitung rata-rata jumlah kalimat, (3)

menghitung jumlah suku kata (untuk Fry) dan menghitung jumlah kata sulit (untuk

Raygor), (4) mencari titik temu dari persilangan data (2) dan (3) dalam grafik; dan (5)

menentukan tingkat keterbacaan wacana dengan jalan mengurangi dan menambah

satu tingkat dari ukuran yang sebenarnya.

TUGAS DAN LATIHAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas!

1) Kemukakan dua faktor utama yang mempengaruhi keterbacaan, serta berikan

penjelasan dan ilustrasinya!

2) Setelah anda bandingkan prosedur penggunaan Grafik Fry dan Grafik Raygor,

coba anda jelaskan persamaan dan perbedaan dari kedua formula tersebut.

3) Bagaimana pendapat anda tentang penggunaan kedua formula keterbacaan tersebut

untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia? Berikan alasan dan

contoh-contohnya!

4) Jelaskan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan si penulis jika dia ingin

mengubah tingkat keterbacaan wacana, baik untuk kepentingan penurunan atau

penaikan tingkat keterbacaan wacana.

Page 153: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5) Turunkanlah tingkat keterbacaan wacana berikut ke peringkat keterbacaan yang

lebih rendah.

Wacana

FLORIDA

Dalam tahun 1565 orang-orang Spanyol mendirikan sebuah kota yang diberi

nama St. Augustine, kota kediaman mereka yang tertua yang terletak di North

America, di mana mereka tinggal secara tetap. Sebagian besar kota Florida masih

berusia sangat muda, namun demikian negara bagian ini memiliki kota tertua yang

bernama Cape Canaveral, yang merupakan lambang abad antariksa, karena dari kota

inilah pesawat-pesawat luar angkasa dilontarkan. Pantai Miami merupakan tempat

hiburan bagi ribuan pengunjung setiap hari.

Hutan kayu sebelah utara Florida merupakan sumber kayu kertas yang kaya.

Perkebunan jeruk Florida Tengah menghasilkan buah jeruk yang tidak kecil

jumlahnya ditambah penghasilan dari daerah Florida bagian selatan yang selalu

menghasilkan sayur-sayuran yang segar, jagung, kacang-kacangan, dan tomat, yang

kesemua itu dikirimkan ke daerah yang lebih dingin di musim salju.

Page 154: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MODUL 4: BAHAN AJAR MEMBACA DAN KETERBACAAN

Pendahuluan

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Latar Belakang Sejarah Keterbacaan

Rangkuman

Perlatihan 1

Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2: Kaitan Keterbacaan dengan Penyediaan Bahan Ajar Membaca

Rangkuman

Perlatihan 2

Tes Formatif 2

Kegiatan Belajar 3: Keterbatasan-keterbatasan Formula Keterbacaan

Rangkuman

Perlatihan 3

Tes Formatif 3

Kegiatan Belajar 4: Keterbatasan-keterbatasan Formula Keterbacaan

Rangkuman

Perlatihan 3

Tes Formatif 3

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Page 155: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

DAFTAR PUSTAKA

Page 156: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

BAHAN BACAAN DAN STRATEGI MEMBACANYA

PENDAHULUAN

Salah satu tugas seorang warga negara adalah membaca. Masihkan Anda

mempunyai cukup waktu untuk membaca? Berapa lamakah Anda dapat membaca

setiap hari? Berapa banyakkah pengetahuan yang adapat Anda timba dari bahan

bacaan yang Anda baca setiap hari itu? Berapa KEM Anda sekarang?

Baldridge (1979) berkata bahwa setiap calon cendekiawan abad modern ini

dituntut untuk membaca 850.000 per minggu. Jika Anda hanya mampu membaca 250

kata/menit, dalam seminggu Anda harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/

hari. Sungguh dramatis. Bukankah hidup ini tidak hanya diabdikan untuk membaca?

Agar Anda dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, Anda perlu memiliki

keterampilan membaca cepat.

Dalam bab ini akan disajikan bahasan singkat tentang berbagai strategi

membaca cepat. Mudah-mudahan penjelasan mengenai hal ini akan dapat membantu

Anda dalam upaya mempertinggi daya baca. Meskipun tidak dapat menjangkau

harapan Baldridge seperti dikemukakan di muka, namun untuk pembelajar Indonesia

dapat membaca 10.000 halaman bacaan yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang

digelutinya dalam satu semester dengan pemahaman 90%, sudah dianggap cukup.

Sesudah memahami dan mampu menggunakan pengetahuan yang diperoleh

dari uraian bab ini, Anda dituntut untuk menyampaikan pengetahuan ini kepada anak

didik Anda agar mereka memiliki kemampuan membaca yang lebih baik.

Setelah mempelajari uaraian bab ini, Anda diharapkan dapat menerapkan

berbagai konsep dan strategi membaca cepat dalam kegiatan membaca. Secara rinci,

Anda diharapkan:

a) menjelaskan hakikat konsep membaca cepat;

Page 157: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

b) mengenal berbagai konsep strategi membaca cepat;

c) menerapkan berbagai strategi membaca cepat dalam kegiatan membaca;

d) memilih strategi membaca yang tepat untuk berbagai keperluan membaca dan

bahan bacaan yang dihadapi.

2. Hakikat Membaca Cepat

2.1 Pengertian

Membaca alah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis

dengan pengertian yang tepat. Mari kita bandingkan dengan kegiatan bermain tenis,

umpamanya. Pemain tenis yang baik akan merespon pukulan lawan dengan

menggunakan pengertian yang tepat terhadap maksud pukulan lawan. Demikian juga

dalam membaca. Pembaca yang mahir akan memberikan respon terhadap pernyataan

penulis dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memahami maksud penulis dengan

setepat-tepatnya. Seperti bermain tenis, membaca pun memerlukan latihan dan

keuletan.

Banyak sarjana pendidikan yang berpendpat bahwa membaca itu jantungnya

pendidikan. Mampu membaca berarti memiliki kekuatan yang sanggup menggungguli

kekuatan fisik apapun yang bisa dihimpun manusia. Siapa membaca cepat dialah yang

dapat, dan dia pulalah yang kuat. Mungkin karena itu sebabnya, dalam upaya

mempertahankan kekuasaan kediktatorannya, Hitler membiarkan rakyatnya untuk

tuna wacana dan tidak berpendidikan.

Psikologi pendidikan membuktikan dengan pasti bahwa membaca mempunyai

sifat-sifat kompleks. Membaca bukanlah suatu proses "ekafaktor", melainkan

keterampilan dan kemampuan yang interaktif dan terpadu. Faktor-faktor yang secara

tunjang-menunjang terjalin dalam proses membaca itu ternyata mempunyai sifat-sifat

Page 158: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

yang menguntungkan. Hampir semua jenis keterampilan membaca dapat diperbaiki

dengan jalan latihan. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca

tersebut dilatih dengan sebaikbaiknya, maka kemampuan membaca pun pasti

membaik. Dengan demikian, waktu yang digunakan untuk membaca akan bertambah

singkat. Inilah sebenarnya, hakikat dari strategi membaca cepat.

Strategi membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari

bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detil-detil. Oleh karena itu, strategi ini

menuntut kecepatan yang paling tinggi yang bisa dilakukan seseorang. Kecepatan

yang tinggi akan menyebabkan lompatanlompatan dalam membaca. Terdapat bagian-

bagian tertentu dari bacaan yang dilompati sehingga panjang bacaan menjadi

berkurang hingga 30-40%. Persoalannya, bagian manakah dari bacaan tersebut yang

boleh dilompati? Tentu saja kita akan menjawab bagian yang boleh dilompati itu

adalah bagian yang tidak esensial. Tetapi, dapatkah kita mengidentifikasi bagian

dimaksud?

Pembaca yang berpengalaman selalu membaca dengan cara melompati

bagian-bagian yang dianggapnya tidak informatif atau bagian yang dianggapnya tidak

perlu mendapat respon. Bagian-bagian yang sudah diketahui tidak perlu dibaca lagi,

demikian juga kalimat-kalimat yang tidak menimbulkan hilang jejak jika dihilangkan.

Yang perlu dibaca hanyalah kata kunci, ialah kata-kata atau frase-frase yang jika

dihilangkan dapat menimbulkan salah paham atau menyebabkan bahan bacaan itu

tidak bisa dipahami.

Mari kita perhatikan ilustrasi berikut.

Kalimat ... jelas ... baik ... mudah dipahami oranglain ... tepat. Kalimat ...

demikian disebut ... kalimat efektif... Kalimat fektif haruslah ... tepat..

Page 159: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

mewakili pikiran ... keinginan penulis. Hal ini berarti ... kalimat efektif

disusun ... sadar ... mencapai daya informasi yang dinginkan ... penulis

...pembacanya ... hal ini tercapai, diharapkan pembacatertarik ... apa yang

dibicarakan, ... tergerak hatinya.

Wacana di atas panjangnya sudah berkurang kira-kira 30%, tetapi kita masih

dapat menangkap maksud wacana yang sudah mengalami reduksi itu. Hal ini

disebabkan bagian-bagian yang dihilangkan itu memang bagian yang tidak esensial

dari wacana tersebut.

Selanjutnya, mari kita lihat ilustrasi yang lain.

"... kita melihat alam sekitar kita, tampaklah ... ...... makhluk ... sifatnya ...

Pertama kita hadapi alam... mati, ... tanah, logam, batu, ... sekaliannya terikat

pada tempatnya ... tidak mungkin menimbulkanperubahan ... dalam dirinya

sendiri. Kita menyebut ..alam ... mati ... ... ia takluk sepenuhnya ... keadaan ...

sekitarnya. Gerak istimewa, kemauan, tak adapadanya. Yang ada ... gaya

berat, gaya tarik ... gayatolak ... mekanis".

Dapatkah Anda memahami informasi yang tersaji dalam paragraf di atas itu?

Apa yang Anda lihat di sekitar Anda? Sebutkanlah sifat-sifat alam yang mati itu! Sifat

apa yang tidak ada dan sifat apa yang ada pada alam mati itu? Cobalah bandingkan

paragraf di atas dengan paragraf berikut yang masih lengkap unsur-unsurnya.

"Kalau kita melihat alam sekitar kita, maka tampaklah kepada kita berbagai

makhluk dengan sifatnya masing masing. Pertama kita hadapi alam yang mati, tanah,

ba tu, logam, dan sebagainya. Sekaliannya terikat pada tempatnya dan tiada mungkin

Page 160: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

menimbulkan perubahan da lam dirinya sendiri. Kita menyebut ini alam yang mati

oleh karena ia takluk sepenuhnya kepada keadaan seki tarnya. Gerak istimewa,

kemauan, dan kebebasan tidak ada padanya. Yang ada hanyalah gaya berat, gaya

tarik, dan gaya tolak yang mekanis.

Adakah hal-hal yang esensial yang hilang dalam paragraf yang sudah

dikurangi unsur-unsurnya itu? Apakah jawaban Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan

di atas bisa jauh lebih baik setelah Anda membaca paragraf yang lengkap? Meskipun

Anda sama sekali tidak menjumpai kesulitan dalam memahami paragraf yang sudah

dipersingkat itu, tidaklah berarti bahwa Anda sudah dapat membaca sebaik yang Anda

harapkan. Anda harus mampu menentukan bagian-bagian yang merupakan kata kunci

bagi Anda. Untuk memiliki kemampuan ini Anda memerlukan banyak latihan.

Kalau Anda dapat menangkap isi bacaan secara umum dengan kecepatan

membaca 1000 kata atau lebih per menit, maka Anda boleh merasa sudah berhasil

dalam usaha mempercepat bacaan Anda. Rentang kecepatan MC adalah 1000-2000

kata per menit.

2.2 Manfaat Membaca Cepat

MC (membaca cepat) mempunyai beberapa keuntungan, terutama dalam

keadaan seseorang terdesak waktu. Dengan MC, orang dapat meninjau kembali secara

cepat materi yang pernah dibacanya. MC memberi kesempatan untuk membaca secara

lebih luwes; bagian-bagian bacaan yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak

usah dihiraukan. Perhatian bisa difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau

bagian-bagian yang belum dikuasai.

Page 161: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

MC akan terasa juga manfaatnya pada waktu Membaca Survei (membaca

sekilas). Dengan MC orang bisa memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang

dibacanya, sesuai dengan sifat bacaan yang tidak memerlukan pendalaman.

Kunci utama MC ialah melaju terus. Pada waktu Anda mulai berlatih, ingatlah

bahwa Anda akan berusaha untuk membiasakan gerakan mata dan proses berpikir

yang diperlukan dalam MC. Pada permulaan latihan MC, pemahaman isi bacaan

tidaklah terlalu diutamakan. Upaya menanamkan "keinginan untuk membaca cepat",

itu yang pertama kali ditumbuhkan.

Selama latihan, Anda akan meningkatkan kesadaran tentang makna berbagai

kata kunci. Arti yang Anda tangkap dari bacaan itu berupa fragmen-fragmen. Dari

frgamen-fragmen pengertian tersebut, Anda akan mampu menangkap ide umum isi

bacaan. Melalui latihan yang tekun, kepercayaan akan diri sendiri dan tingkat

pemahaman Anda akan bertambah terus. Bacalah terlebih dahulu bacaan-bacaan

ringan dan bacaan-bacaan yang judulnya tidak terlalu asing, sebelum bergerak pada

bacaan-bacaan yang Anda anggap sulit dan asing.

Dalam perlatihan membaca cepat dikenal istilah latihan irama internal (irama

internal satu detik/halaman,irama dua detik/halaman, irama empat detik/halaman, dan

seterusnya). Yang dimaksud irama internal satu detik/halaman ialah hitungan yang

memakan waktu satu detik, yang dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus selama

membaca, yang diikuti dengan pindah halaman.

Dengan kata lain, setiap halaman mesti dibaca dalam waktu satu detik, dan

harus segera diikuti oleh perpindahan ke halaman lainnya. Dengan demikian, maka

dalam waktu satu menit diharapkan terbaca sebanyak 60 halaman. Peralihan dari

halaman yang satu ke halaman lainnya harus dilakukan secara berirama, ialah satu

detik satu halaman, diikuti oleh peralihan ke halaman lainnya.

Page 162: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Kemampuan membaca satu halaman per detik, atau kira-kira 20.000

kata/menit adalah kemampuan yang hebat yang hanya bisa dicapai melalui latihan

yang intensif dan disiplin yang kuat, serta minat baca yang tinggi. Anda tidak

diharapkan untuk dapat membaca dengan kecepatan setinggi itu. Kalau lewat latihan

yang sungguh-sungguh akhirnya Anda dapat menjadi pembaca yang memiliki

kecepatan membaca 15 detik/halaman, maka Anda sudah boleh merasa puas.

3. Persiapan Latihan MC

Sebelum Anda mulai berlatih, bacalah dahulu penjelasan berikut ini.

1) Sediakan sebuah buku yang mudah (novel) yang tebalnya kira-kira 200 halaman.

2) Sediakan pula arloji atau, kalau ada, sebuah stop watch.

3) Perhatikan berbagai pola MC yang berikut ini. Pilih salah satu di antaranya yang

paling cocok bagi Anda. Cobalah setiap pola untuk membaca buku yang tersedia.

Anda tentu dapat menentukan pola mana yang cocok untuk Anda.

POLA VERTIKAL

Gerakan meluncur vertikal ke bawah, baik pada batas

pandang di bagian tengah halaman, atau melewati batas

pandang dapat dipahami dengan menggunakan

kemampuan mengira-ngira. Cara ini paling singkat dan

dapat dipermudah dengan bantuan telunjuk tangan kiri.

Tangan kanan bersiap untuk membuka halaman baru.

POLA DIAGONAL

Page 163: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Gerakan diagonal dimulai dari sudut kiri halaman,

bergerak meluncur ke sudut kanan bawah halaman

menurun seperti anak panah pada gambar sebelah.

Telunjuk tangan kiri dapat digunakan untuk membantu,

tetapi jangan sampai menghalangi batas pandang.

POLA ZIG ZAG

Pada pola ini pAndangan mulai bergerak dari sudut kiri

atas halaman agak menurun sampai batas sebelah kanan,

kemudian bergerak agak menurun ke kiri sampai batas

kiri. Gerakan seperti ini dilakukan berulang-ulang sampai

sudut kiri atau sudut kanan bawah halaman.

POLA SPIRAL

Pada pola ini, yang dibaca biasanya bagian tengah

halaman. Untuk menjaga pengulangan yang terlalu banyak,

gerakan ini bisa diubah sedikit menjadi gerakan angka tiga.

Dengan menggunakan pola ini hubungan antara bagian

satu dengan bagian lainnya lebih sinambung.

POLA BLOK

Page 164: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Pada pola ini pembaca berhenti sejenak pada akhir blok-

blok tertentu. Blok ini umumnya merupakan paragraf.

Dengan membaca kalimat awal dan kalimat akhir sebuah

paragraf yang baik, pembaca diharapkan dapat

memahami isi paragraf tersebut.

POLA HORIZONTAL

Dengan menggunakan pola ini pembaca harus

meluncurkan pandangannya dengan cepat sekali dari

ujung kiri sampai ujung kanan setiap baris. Waktu

pandangan bergerak dari kanan ke kiri, kecepatannya

harus sekilat sebab pada saat itu tidak ada yang perlu

diperhatikan, dan supaya hubungan baris yang satu

dengan baris lainnya lebih erat.

Cobalah beberapa kali setiap pola membaca cepat di atas. Pola mana yang cocok bagi

Anda? Kalau Anda memilih pola yang terakhir maka Anda dapat membaca kira-kira

satu baris/detik atau kira-kira 10 kata/detik; suatu kecepatan membaca yang lumayan.

Sekarang, silakan letakkan sebuah buku terbuka rata di atas meja. Bacalah

lima puluh halaman yang pertama dalam 25 menit, yang berarti Anda harus membaca

dengan kecepatan setengah menit/satu halaman, atau kira-kira satu detik/satu baris.

Untuk itu Anda diharuskan menggunakan salah satu pola membaca yang telah Anda

tentukan sebagai pola yang paling tepat. Seraya membaca, Anda pun diharuskan

Page 165: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

mencocokkan kecepatan membaca Anda dengan jalan memperhatikan arloji yang

Anda sediakan itu.

Mulailah membaca buku bacaan ringan yang Anda sediakan itu, dan

berhentilah pada halaman 50. Nah, bagaimana hasilnya? Dapatkah Anda mengatur

kecepatan bacaan sehingga tepat waktunya? Bagaimana tingkat pemahaman Anda

terhadap bacaan itu? Meski betapapun jeleknya hasil yang Anda peroleh, Anda tidak

perlu merasa kecewa. Yang penting bagi Anda sekarang ialah ketepatan membagi

waktu sehingga Anda dapat menyelesaikan bacaan sebanyak 50 halaman itu tepat 25

menit.

Kalau Anda menemui kesukaran dalam menetapkan waktu bacaan, cobalah

membaca dengan menggunakan irama internal satu detik/baris. Irama ini sangat

mudah diikuti. Dengan latihan 5 menit, Anda dapat mengikuti irama internal satu

baris/detik. Caranya, ikuti petunjuk berikut ini.

Biarkan buku yang sedang Anda baca itu terletak terbuka rata di depan Anda.

Bacalah setiap baris pada halaman yang terbuka sambil mengucapkan "satu-dua"

dalam hati. Supaya lebih mudah, bantulah bacaan Anda dengan telunjuk, setelah

telunjuk Anda sampai di ujung baris sebelah kanan, segeralah kembali ke kiri, dan

bacalah baris berikutnya dengan cara yang sama. Setelah selesai membaca 30 baris,

periksalah apakah bacaan Anda sudah tepat kira-kira kecepatannya atau belum. Arloji

Anda akan membantu usaha ini dengan sebaik-baiknya. Kurangi kecepatan membaca

Anda kalau ternyata masih terlalu cepat, dan tambahlah kecepatannya kalau ternyata

masih terlalu lambat. Berlatihlah selama lima menit. Anda akan memiliki ketukan

irama internal satu detik/baris tanpa bantuan telunjuk lagi. Selanjutnya, selesaikanlah

membaca buku yang tebalnya 200 halaman itu dalam waktu 100 menit. Setelah

Page 166: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

selesai membaca buku, Anda akan belajar mengevaluasi bacaan Anda dan mendapat

keterangan lebih lanjut tentang MC.

Kecepatan baca yang tinggi boleh dikatakan tidak berarti jika tidak disertai

pemahaman terhadap isinya. Langkah selanjutnya yang harus Anda kuasai adalah

berlatih memperbaiki daya baca dengan fokus pada pemahaman isi bacaan.

4. Persiapan Memperbaiki Daya Baca

Semua spesialis membaca berpendapat bahwa Anda bisa membaca lebih baik

lagi. Mereka berpendapat pula bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca

Anda dituntut untuk mengikuti resep yang berikut ini.

1) Sediakan waktu berlatih setiap hari atau setiap dua hari untuk memperbaiki daya

baca. Anda pasti berhasil jika pandai memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-

baiknya. Berlatihlah dengan intensif, paling sedikit setengah jam sehari.

2) Biarkan kegiatan lain agar tidak mengganggu rencana latihan yang telah Anda

tentukan itu.Jika Anda berhasil mengatasi godaan yang pertama, maka selanjutnya

Anda akan merasa sangat mudah untuk memulai setiap latihan selanjutnya hingga

selesai.

3) Sadari bahwa Anda akan bertemu dengan saat-saat perasaan tidak mendapat

kemajuan. Waktu yang menimbulkan rasa seperti itu sangat umum dialami. Dalam

ilmu jiwa dikenal istilah "plateau". Anda harus bertahan, sebab waktu seperti itu

biasanya tidak berlangsung lama, dan sekonyong-konyong Anda akan merasakan

lonjakan dalam daya baca Anda.

4) Mulailah dengan bacaan yang isi dan kata-katanya cukup akrab bagi Anda dan

yang idenya mudah ditangkap. Usaha kan agar berangsur-angsur Anda memiliki

kepekaan bergerak sepanjang baris dengan cepat. Mulailah dengan biografi

Page 167: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

berfiksi, fiksi keilmuan, cerita petualangan, dan bacaan yang mempunyai daya

pikat kuat bagi Anda.

5) Bergeraklah menuju bacaan yang lebih sulit. Segera setelah Anda merasakan

kemajuan, melangkahlah ke bacaan yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih

tinggi. Bacalah majalah-majalah profesional dalam bidang spesialisasi Anda.

6) Membacalah dengan agresif untuk menjawab berbagai pertanyaan. Ubahlah

terlebih dahulu judul bacaan menjadi pertanyaan, dan camkan pertanyaan yang

Anda buat itu selama membaca. Sambil membaca Anda harus bertanya,"Apa

jawaban untuk pertanyan yang Anda buat itu?" Dengan kata lain, masuklah ke

dalam bacaan sambil bertanya, dan keluarlah dengan jawaban atas pertanyaan itu.

7) Tentukan terlebih dahulu tujuan Anda membaca. Camkan apa maksud Anda

memilih bacaan itu, perkirakan kesulitan apa yang mungkin Anda jumpai di

dalamnya. Barulah Anda boleh membaca dengan kecepatan seefisien-efisiennya

berdasarkan faktor-faktor yang Anda tentukan itu.

8) Perhatikan pola rencana penulisan si pengarang. Sebelum Anda memulai membaca

nonfiksi, lakukan survei selama dua atau tiga menit. Periksalah pikiran utama

penulisnya dan perencanaan untuk mengembangkan pikiran dalam tulisan tersebut.

9) Kurangi sedapat-dapatnya vokalisasi dalam setiap kegiatan membaca senyap.

Sadarilah bahwa vokalisasi sangat mengganggu kecepatan membaca. Usahakan

untuk memahami permasalahan dengan jalan berpikir, bukan dengan melisankan

kata-kata yang Anda baca.

10)Membacalah dengan tekanan progresif. Selama berlatih membacalah dengan

kecepatan tertinggi yang Anda lakukan tanpa mengurbankan pemahaman.

Membacalah seolah-olah Anda sedang mengikuti tes yang Anda baca supaya dapat

menjawabnya dengan baik. Kalau Anda membiasakan diri membaca seperti ini,

Page 168: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

maka hasilnya tidak akan berbeda dengan latihan-latihan yang menggunakan alat

yang disebut akselerator membaca.

11)Tingkatkan penguasaan kosakata Anda. Kata-kata yang tidak Anda pahami dapat

diterka melalui konteks kalimatnya, atau mungkin melihat daftar istilah yang

terlampir dalam bacaan itu, atau mungkin memeriksanya dalam kamus.

12)Tingkatkan pengetahuan Anda. Membaca menuntut Anda mempunyai pegetahuan

yang lebih luas dari pengetahuan tentang makna kata semata-mata. Semakin

bertambah pengetahuan Anda tentang masalah yang Anda baca, dengan sendirinya

akan menjadi semakin baik dan cepat bacaan Anda.

13)Jagalah supaya Anda tidak terikat oleh kecepatan semata-mata. Setelah Anda

mempelajari cara membaca cepat seperti yang disajikan di awal modul ini, maka

Anda akan mempunyai kepekaan tertentu terhadap apa saja yang Anda baca. Anda

memiliki suatu irama membaca cepat. Namun demikian Anda harus tetap

memeriksa pemahaman Anda. Berhentilah sejenak pada akhir setiap unit untuk

memeriksa pemahaman dan membuat catatan singkat dalam ingatan.

14)Jagalah supaya gairah Anda tidak melesu. untuk melipatgandakan kecepatan

membaca, sampai sekarang para ahli belum menemukan dan tidak akan pernah

menemukan rumus atau resep yang bisa menyulap seperti Lampu Aladin. Anda

dituntut untuk menebus kemampuan yang Anda cari itu dengan usaha Anda. Anda

mungkin akan segera dihinggapi ketidaksabaran dan bahkan melemparkan bacaan

yang Anda baca sambil berputus asa. Kalau hal seperti itu terjadi, cobalah

usahakan supaya Anda memperoleh gairah baru. Carilah bacaan yang lebih

menarik yang lebih erat hubungannya dengan tugas-tugas yang harus Anda

selesaikan.

Page 169: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

4.1 Petunjuk Mencari Pikiran Utama

Di bawah ini disajikan petunjuk singkat untuk mencari pikiran/ide utama

sebuah bacaan. Bacalah dengan kecepatan kira-kira 300 kata/menit.

Struktur Paragraf

Paragraf adalah sebutan yang biasanya diberikan terhadap sekumpulan kalimat

yang saling berkaitan dan menjelaskan suatu topik tertentu. Rencana struktural untuk

mengembangkan topik itu tidak dinyatakan dalam sebuah definisi atau batasan

tertentu. Penelitian terhadap berbagai tulisan menunjukkan bahwa pengembangan

paragraf itu bermacam-macam metodenya. Cobalah bandingkan paragraf-paragraf

berikut ini.

Paragraf (1)

Semua orang di Mediterranean berkepercayaan bahwa pohon "zaitun" itu

keramat. Agaknya jarang sekali terjadi bah wa lambang yang bermanfaat itu juga

keramat. Baik pohon "oak" maupun pohon "jati", tidak pernah dijadikan lambang

yang menentukan nasib sebuah kampung halaman. Lain halnya dengan zaitun.

SeAndainya lenyap pohon ini dari muka bumi, maka akan sirna pulalah kehidupan di

Mediterranean. Sesungguhnya pohon kurma itu sangat kaya, dia mampu memenuhi

kebutuhan sAndang, pangan, dan papan seluruh kafilah Afrika Utara. Tetapi zaitun

jauh lebih banyak disanjung, jumlahnya berlimpah ruah, sehingga sumbangannya

terhadap manusia tidaklah ada bandingannya. Pohon zaitun hampir tidak memerlukan

apapun, tidak perlu hujan ataupun mata-hari. Walau demikian, apa yang diberikannya

kepada umat manusia jauh melebihi apa yang dapat diberikan oleh jenis pohon

lainnya.

Page 170: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Di dalam paragraf di atas, Anda melihat bahwa pikiran utama dinyatakan

dalam kalimat pertama. Segala sesuatu yang lainnya yang ada dalam paragraf itu

merupakan pendukung terhadap apa yang dikemukakan dalam kalimat yang pertama

itu.Kemasyhuran, kegunaan, dan sifat-sifat pohon zaitun, serta perbandingannya

dengan pohon lain merupakan ide penjelas bagi ide pokoknya.

Cobalah sekarang pelajari paragraf berikut.

Paragraf (2)

Arkian, transistor itu lebih kecil ketimbang tabung vakum. Ada model

transistor yang besarnya setengah dari kacang polong, dan ini masih bisa diperkecil

bila diperlukan. Transistor tidak memerlukan pembungkus dan gelas vakum, dan tidak

pula memerlukan filamen. Dalam pada itu, transistor hanya memerlukan tenaga yang

sangat kecil dan boleh dikata tidak menghasilkan panas. Kedua jenis sifat transistor

itu telah menjadikannya sangat berguna, sebab justru kedua macam sifat itulah yang

merupakan kesulitan utama dalam perkembangan elektronika yang memerlukan

tenaga besar dan panas yang kuat yang dikeluarkan oleh tabung vakum.

Pola penempatan pikiran/ide utama pada paragraf kedua berbeda dengan

paragraf pertama tadi. Dalam paragraf ke-2, penulis memulai tulisannya dengan

berbagai keterangan tentang transistor. Baru pada akhirnya dia membuat sebuah

kesimpulan.

Kalau Anda perhatikan paragraf yang berikut ini, maka akan Anda ketahui

pula bahwa polanya berbeda dari kedua pola paragraf di atas itu. Cobalah Anda baca.

Paragraf (3)

Page 171: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Doktrin rasisme itu sekali-kali tidak baru, dan Hitler bukanlah penciptanya.

Orang Jepang juga sangat tertarik akan masalah rasisme itu, dan mereka

menyimpulkannya dalam sebuah slogan "Asia untuk orang Asia". Di Amerika Ku

Klux Klan memberikan dukungan bertahun-tahun lamanya. Dan semenjak Perang

Dunia II, rasisme dikumAndangkan di Atlanta, Georgia, dan menamakan diri

"Columbia". Teori rasisme itu dapat direduksi menjadi sebuah proposisi yang

sederhana bahwa suatu ras lebih unggul dari ras lainnya dalam hal kecerdasan,

kemampuan, dan sifat-sifat lain yang terpuji dan diingini. Secara jujur orang

Columbia itu berkata bahwa dalam charta mereka tercantum suatu tujuan untuk

"mendorong orang berpikir berdasarkan ras, bangsa, dan kesetiaan". Pemimpin

mereka, Emory Burke, adalah orang yang mencetuskan ide mereka sebagai "melting

pot".

Dalam struktur pola paragraf yang keempat di bawah ini Anda lihat bahwa

pikiran/ide utama penulis terbagi dua. Sebagian terdapat pada awal paragraf dan

bagian lain dinyatakan di akhir paragraf. Coba Anda perhatikan paragraf 4 di bawah

ini.

Paragraf (4)

Tes atom dijadwal tanggal 10 mei. Semua peralatan ada dalam keadaan siap,

dihadapi oleh orangnya masing-masing yang sudah terlatih. Kira-kira 500 orang

saintis, pegawai pemerintah, dan reporter surat kabar siap untuk menyaksikan

panorama. Tetapi, pada menit-menit terakhir kondisi udara pun mendadak memburuk,

dan tes pun terpaksa diundurkan.

Page 172: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Struktur paragraf yang berikut ini lain lagi polanya. Anda pun akan segera

mengetahui bahwa hubungan kalimat-kalimat yang ada di dalamnya berbeda dengan

hubungan antarkalimat di dalam contoh-contoh paragraf terdahulu.

Paragraf (5)

Sore itu, tanggal 4 Desember 1989, langit di atas bentangan Pulau

Cendrawasih sangat cerah dihiasi beberapa gumpalan awan tipis yang sedang

membias dan memantulkan berkas-berkas cahaya mentari ke badan pesawat DC-9

yang kami tumpangi. Warna Samudera Pasifik dari tengah ke tepian, berturut-turut

biru, hijau, dan coklat. Bentangan pulau hijau bagaikan permadani yang dihiasi

guratan seni alur sungai besar kecil yang tak terhitung jumlahnya. Gunung, bukit,

daratan, dan lembah denagn berbagai asesorisnya ditata rapi oleh Sang pencipta

sehingga pemandangan saat ini sangat menawan hati dan membuat orang serasa ingin

melanglang buana di langit ini tanpa mau turun lagi ke bumi.

Kalimat-kalimat dalam paragraf di atas itu hampir sama derajatnya. Semuanya

mendukung suatu pikiran pokok yang tidak dinyatakan dalam sebuah kalimat topik.

Ide pokok paragraf tersebut harus dicari dan dirumuskan sendiri.

Pentingnya Pengetahuan tentang Ide Pokok

Orang tidak mampu menikmati suatu bacaan, umumnya disebabkan oleh

kegagalan dalam memahami gagasan yang ada di belakangnya. Mereka melihat

materi cetakan sebagai kumpulan kalimat yang sambung-menyambung dalam urutan

yang uniform. Sehabis membaca mereka mengalami keadaan yang berat karena

Page 173: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

merasa bahwa yang harus dipahaminya sangat banyak, kemudian tenggelam dalam

kecampuradukan.

Pemahaman terhadap struktur paragraf dan kemampuan untuk mengetahui ide

pokok memberikan sumbangan besar terhadap kecermatan pemahaman isi bacaan.

Pembaca yang memiliki kemampuan ini selalu membaca dengan menggunakan ide-

ide utama dan rincian yang menjelaskan ide-ide itu. Dengan kata lain, ia membuat

semacam rangkuman seraya membaca. Para ahli, terutaama yang berkecimpung

dalam ilmu-ilmu sosial, biasanya dapat menyadap materi yang mereka perlukan dari

sebuah buku dengan jalan memahami terlebih dahulu struktur paragrafnya, kemudian

bergerak dengan cepat dari kalimat inti yang satu ke kalimat inti yang lainnya.

Selanjutnya, mari kita pelajari strategi lain untuk meningkatkan daya baca

kita.

4.2 Penggunaan Metode Membaca Frase (Metode MF)

Metode MF dapat dikembangkan melalui dua tahap: tahap mekanis dan tahap

konseptual. Pada tahap mekanis, mata didorong untuk bergerak lebih cepat dengan

jalan melihat kelompok-kelompok kata yang disebut frase. Tahap ini mencakup

penggunaan rentang pAndang yang lebih besar, sehingga Anda mampu menyadari

kelompok kata yang semakin membesar yang berbentuk frase-frase. Melalui latihan

yang intensif Anda akan mampu juga mengikuti kelompok kata-kata yang berbentuk

kalimat dalam sekali pAndang.

Efisiensi pada tahap mekanis dapat memberikan sumbangan terhadap

pemahaman makna secara lebih efektif. Anda akan mulai mengangkati makna frase

secara tidak disadari dan akan menggunakan energi yang Anda miliki untuk

menginterpretasikan kegunaan ide-ide dan informasi yang tengah Anda baca. Anda

Page 174: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

tidak lagi akan dibebani oleh cara membaca kata demi kata yang sangat mengganggu

kecepatan membaca.

MF yang dilakukan oleh pembaca ini, pada dasarnya sejalan dengan langkah

yang diikuti oleh para penulis. Seorang penulis tidak menuliskan isi pikiran dan

perasaannya secara kata demi kata, melainkan frase demi frase atau kalimat demi

kalimat.

Coba Anda renungkan ilustrasi berikut!

"Penulis ... tidak ... menulis ... kata ... demi...kata ... mereka ... menulis ... frase

... demi ... frase", (tanda titik-titik menAndai perhentian-perhentian sejenak pada saat

penulis/pembicara menyatakan pikirannya) Kalimat di atas seyogianya

dibaca/diungkapkan dengan cara berikut.

"Penulis tidak menulis ... kata demi kata ... mereka me nulis ... frase demi

frase".

4.2.1 Membaca Frase Mekanis (MF Mekanis)

Kebanyakan pembaca mengira bahwa sewaktu membaca, mata bergerak

melancar sepanjang baris-baris cetakan. Sesungguhnya, supaya dapat

menginterpretasikan kata-kata, atau supaya dapat "melihat" sesuatu, mata harus

berhenti sejenak. Kalau mata bergerak terus, maka yang kelihatan hanyalah bayangan

kabur. Berdasarkan pAndangan mekanis, membaca merupakan rentetan hentian-

Page 175: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

hentian visual. Pada setiap hentian, pembaca dapat melihat sesuatu dan makna sesuatu

itu dapat diserap dengan cepat. Mengikuti setiap hentian itu terjadi lompatan-

lompatan mata ke arah cetakan yang berikutnya, dan setelah itu terjadi pula hentian.

Mata seorang pembaca yang membaca kata demi kata mempunyai

kecenderungan untuk berhenti pada setiap kata. Mata seorang yang membaca frase

demi frase berhenti lebih jarang daripada orang yang membaca kata demi kata. Dalam

membaca frase, yang dilihat sesungguhnya ide-ide tertentu. Pembaca frase ini lebih

banyak menghemat waktu.

Kecepatan seorang pembaca yang membaca kata demi kata terbatas, sama

dengan keterbatasan kecepatan seorang yang membaca nyaring. Seorang pembaca

nyaring hanya akan dapat membaca sekitar 250 sampai 300 kata/menit. Dalam

membaca senyap, kecepatan maksimum seorang pembaca yang membaca kata demi

kata hanya 300 kata/menit juga, sedangkan seorang yang membaca frase demi frase

membaca tiga atau empat kali lebih cepat. Pembaca frase demi frase akan dapat pula

melihat dengan mudah, mana kata kunci dan mana kata-kata yang boleh dihilangkan.

Dengan demikian, pembaca yang bisa memadukan strategi MF dengan strategi

membaca kata kunci (MKK) seperti telah dijelaskan di muka, akan dapat membaca

jauh lebih cepat lagi.

MF melibatkan kapasitas visual seorang pembaca. Pada umumnya, orang

mempunyai potensi untuk melihat lima atau enam kata dalam satu hentian. Namun,

tidak banyak orang yang mau berusaha untuk mengembangkan kemampuannya itu,

dan berhenti pada kemampuan melihat satu dua buah kata pada setiap hentian. Secara

diam-diam mereka bersemboyan "Asal bisa membaca".

Kelemahan lain yang menjadi ciri membaca kata demi kata ialah regresi.

Pembaca kata demi kata mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menggerak-

Page 176: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

gerakan penglihatannya kembali ke arah kata-kata yang sudah dilewatinya. Ini

disebabkan oleh karena usahanya mencari ide-ide yang tidak diperolehnya dari

masing-masing kata yang dibacanya. Regresi atau membaca balik ini dapat dihindari

dengan jalan membaca frase. Karena para pembaca frase demi frase dapat

menghindari regresi dan dapat menangkap ide-ide lebih cepat, mereka dapat

menikmati bacaan lebih baik daripada pembaca kata demi kata. Mereka yang mampu

menikmati apa yang dibacanya akan mempunyai sikap yang lebih positif terhadap

kegiatan membaca. Mereka akan membaca lebih banyak, dan kemampuan mereka

pun dengan sendirinya akan meningkat.

Sekali lagi, dalam usaha mengembangkan keterampilan MF pun latihan

merupakan hal yang sangat pokok. Latihan pada tahap mekanis seperti yang tertera di

bawah ini akan meningkatkan kecenderungan untuk membaca frase. Berlatihlah

dengan menggunakan bahan-bahan berikut ini sehingga memiliki keterampilan secara

wajar.

a) Latihan pada Tingkat Mekanis

1) Latihan Ayunan Visual.

Pernahkah Anda menyaksikan pemain bola berlatih menekuni setiap

subketerampilan sebelum mereka turun ke lapangan hijau? Pernahkah Anda

mendengarkan seorang calon pianis berlatih melancarkan sentuhan jemarinya,

sebelum dia mulai berlagu? Sungguh membosankan, bukan? Mereka yang tidak tahan

berlatih untuk menguasai sub-subketerampilan akan segera berguguran sebelum

berkembang.

Latihan-latihan khusus seperti yang mesti ditekuni oleh seorang calon pemain

bola, atau seorang calon petinju, atau pun calon pianis dan sebagainya, harus pula

Page 177: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dilakukan oleh seorang calon pembaca yang mahir. Dalam usaha untuk

mengembangkan kepercayaan terhadap kemampuan untuk membuat ayunan-ayunan

visual waktu MF, "bacalah" pola yang berikut ini dengan tekun. Mata Anda hanya

boleh berhenti sejenak pada setiap tAnda bintang, lalu ayunkan dengan segera

pandangan Anda ke bagian tAnda berikutnya. Janganlah sekali-kali berhenti di antara

dua tAnda bintang, dan jangan pula menggerakkan kepala. Biarkan pAndangan Anda

sajalah yang berayun secepat kilat melewati setiap bagian di antara dua tAnda bintang

itu dengan irama yang tetap. Berlatihlah dua atau tiga kali untuk mengawali setiap

kegiatan membaca sebagai suatu pemanasan.

Silakan coba!

..............*.............................*.......

..................*...............................*.

.............*.........................*............

......................*.....................*.......

....*.....................*.........................

..................*..................*..............

..........*......................*..................

................*................................*..

..............................*.....................

............*...............................*.......

Dengan latihan ayunan visual secara tekun dan dengan keyakinan Anda

diharapkan juga dapat membuang kebiasaan regresi. Bentuk latihan seperti di atas itu

didasari pengalaman seorang pengajar selama bertahun-tahun. Hasilnya terbukti

sangat memuaskan.

Page 178: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

2) Latihan Membaca dengan Ayunan Visual.

Sambil membaca, perhatian Anda terutama harus ditujukan pada makna

kelompok kata (frase). Sebelum mulai membaca, Anda dianjurkan untuk mengadakan

pemanasan. Anda dapat menggunakan halaman buku yang terbuka di hadapan Anda

sebagai tempat berlatih. Buatlah bagian awal dan bagian akhir setiap baris sebagai

target. Bergeraklah dengan cepat sampai bagian bawah halaman tanpa memperhatikan

makna. Tujuan pemanasan ini ialah untuk memperoleh irama gerak mata yang licin

tidak kaku lagi. Selanjutnya, Anda boleh beralih pada usaha untuk memperoleh

makna bacaan. Mulailah Anda membaca dengan mengerahkan semua

subketerampilan yang pernah Anda pelajari.

4.2.2 Membaca Frase pada Tingkat Konseptual

Latihan-latihan yang terdahulu memusatkan perhatian pada aspek mekanis

MF, ialah gerak mata, penggunaan kapasitas untuk melihat sejumlah kata. Latihan-

latihan yang berikut ini lebih banyak memperhatikan aspek-aspek konseptual, ialah

penalaran dan pemahaman yang terjadi selama membaca.

Meskipun orang berpikir dengan ide-ide, namun mereka sering kali membaca

kata demi kata (MK). Ada bebrapa sebab pembaca tidak mengembangkan MF,

terutama karena MF lebih kompleks daripada MK. Huruf yang jumlahnya terbatas itu

disusun menjadi ratusan bahkan ribuan kata yang bisa dikenali dengan mudah,

sedangkan kombinasi kata-kata itu jumlahnya jauh lebih banyak, ratusan ribu, bahkan

jutaan.

Proses MF, sesungguhnya tidaklah terlalu mempesona. Jika Anda mau berlatih

dengan menggunakan cara yang disajikan di bawah ini. Anda akan menjadi lebih

Page 179: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

sadar akan adanya frase-frase yang berulang-ulang, yang berupa kelompok kata yang

unsur-unsurnya telah sering Anda jumpai. Sesungguhnya banyak kelompok kata yang

digunakan berulang-ulang sehingga kelompok-kelompok kata-kata itu dapat Anda

kenal seperti anda mengenal kata. Contohnya: surat kabar, rumah sakit, ibu guru,

daftar pelajaran, dan lain sebagainya.

Anda akan membuktikan juga arti kalimat dapat digunakan untuk menerka

frase-frase yang saling mengikuti. Contoh: "Saya gemar makan pedas, tetapi perut

saya....". Jelaslah bahwa kemungkinan untuk frase yang merupakan kesimpulan sudah

dibatasi oleh pengertian frase-frase sebelumnya. Di samping pengertian kalimat,

tAnda baca dan tAnda kalimat juga membantu usaha untuk mengelompokkan kata-

kata. Kata penghubung menyatukan frase; subjek biasanya mendahului predikat.

Semua unsur pembentuk kalimat yang sifatnya teratur itu ikut mempermudah proses

MF.

(1) Latihan Pengelompokan Satuan Ide

Di depan telah banyak disebut kata "frase", tetapi belum dijelaskan artinya.

Yang dimaksud dengan frase di sini sama betul dengan istilah "frase" dalam tata

bahasa. Untuk keperluan pemahaman suatu bacaan, kata "frase" dibatasi sebagai

"kelompok kata yang mempunyai arti".

Paragraf di bawah ini sudah ditAndai dengan batas-batas frase. Mulailah

secara perlahan-lahan dulu. Lihatlah apa yang ada di dalam setiap bagian yang

ditAndai garis-garis pembatas. Cobalah cari arti setiap kelompok kata itu dengan tidak

memperhatikan kata demi kata. Bacalah paragraf ini beberapa kali sambil

meningkatkan kecepatan membaca.

Ada tiga hal yang harus dicapai dalam latihan ini:

Page 180: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(a) kecepatan membaca,

(b) kecepatan menangkap makna, dan

(c) kelancaran ayunan pAndangan mata dari frase yang satu ke frase berikutnya.

Untuk kepentingan latihan Anda, di bawah ini disediakan sebuah paragraf

(untuk latihan) yang sudah dikelompok-kelompokkan berdasarkan satuan-satuan

idenya. Setiap kelompok kata dikotaki. Anda harus membaca setiap kotak tersebut

dengan sekilas pAndangan. Demikian seterusnya, bergerak dari satu kotak ke kotak

lainnya hingga selesai. Silakan Anda mulai berlatih!

Waktu Anda berlatih membaca frase, camkan da-

lam ingatan bahwa frase adalah unit arti yang ter-

kecil. Sebuah kata baru mempunyai arti setelah di-

hubungkan dengan kata-kata lain yang ada di sekitar-

nya. Kata "rumah" misalnya, tidak jelas artinya ka-

lau tidak dihubungkan dengan kata lain yang dapat

memberikan arti tertentu. Kalau Anda membaca secara

acak sebuah kalimat dalam sebuah paragraf yang ber-

bunyi, "Rumah pun habis dibakarnya", maka Anda tidak

akan mempunyai pemahaman yang baik tentang kalimat

tersebut karena kata "rumah" tidak Anda hubungkan

dengan kata-kata lain yang ada di sekitarnya. Jika

yang Anda baca hanya kata "rumah" yang ada dalam

kalimat di atas, maka Anda tidak akan memperoleh ide

apa pun tentang kata “rumah” itu. Sewaktu-waktu

mungkin Anda harus menganalisis sebuah frase yang

tersendiri. Namun demikian, Anda haruslah bertujuan

untuk langsung menggabungkan ide frase itu ke dalam

unit pikiran yang memiliki arti.

Page 181: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

(2) Penandaan dengan Titik

Langkah lebih lanjut untuk mendekati MF konseptual dapat Anda lakukan

dengan membaca paragraf yang berikut ini.

Anda dapat membuktikan kepada diri sendiri betapa

pentingnya membaca frase itu dengan memperhatikan

pola pidato atau pembicaraan seseorang yang mudah

diikuti. Anda akan segera mengetahui bahwa mereka

membuat jeda-jeda untuk memberi makna kepada pem-

bicaraannya itu di antara ide-ide yang penting.

Membaca frase-frase penuh di antara setiap hentian

mata menambah kemampuan pemahaman materi yang diba-

ca dan memungkinkan menambah kecepatan membaca me-

lebihi kecepatan yang mungkin bisa dicapai pada

membaca kata demi kata. Dengan kata lain, MF adalah

kunci bagi membaca dalam hati yang efisien.

Kembalilah kini pada novel ringan milik Anda itu. Untuk keperluan latihan,

Anda tidak perlu terlalu sayang untuk membubuhi titik-titik seperti yang ada pada

contoh di atas. Tempatkan titik-titik itu di tengah-tengah setiap frase yang ada di

dalam paragraf yang Anda hadapi.

(3) Latihan MF Tanpa TAnda

Setelah Anda melakukan berbagai latihan yang ditugaskan dalam kegiatan

terdahulu, sudah waktunya sekarang bagi Anda untuk berlatih mendekati MF yang

sebenarnya. Coba buatlah kelompok-kelompok kata yang mengandung pengertian

tertentu dengan menggunakan kemampuan mental, ialah dengan tidak menggunakan

tanda-tanda apapun. Lakukan latihan seperti itu selama 20-30 menit. Pada mulanya

Page 182: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Anda akan merasakan bahwa pemahaman Anda sama sekali tidak mantap.

Bertahanlah demikian untuk tidak kembali kepada kebiasaan membaca kata demi

kata. Lakukanlah latihan seperti itu beberapa hari. Anda akan merasakan perubahan

yang jelas pada pemahaman Anda. Percayalah.

Ketakutan akan kehilangan pemahaman memang sering kali terjadi. Hal ini

dapat menyebabkan seorang pembaca enggan mencoba mencapai kecepatan yang

optimum yang bisa dicapainya. Anda tidak usah merasa kuatir pemahaman Anda akan

terganggu, sebab menurut penelitian, membaca lambat itu tidaklah menjamin

pemahaman yang baik. Untuk mengembangkan kecepatan yang optimum, memang

hampir semua orang mengalami kekhawatiran yang sifatnya sementara. Karenanya,

teruslah berlatih dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang pernah Anda pelajari.

Page 183: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5. Membaca Paragraf

5.1 Hakikat Paragraf

Kata paragraf berasal dari bahasa Yunani para yang berarti samping/pinggir,

dan graphein yang berarti menulis. Pada mulanya, paragraf brmakna tanda atau

tulisan yang diletakkan di bagian pinggir teks, yang digunakan untuk menunjukkan

awal suatu topik baru dalam suatu pembicaraan. Dengan maksud yang sama, sekarang

kita memulai kalimat pertama sebuah paragraf dengan mejorokkannya agak ke dalam.

Cara ini dikenal dengan sebutan menginden, yang menunjukkan adanya pikiran baru

yang hendak diperkenalkan.

Pada umumnya, yang dimaksud dengan paragraf ialah sekelompok kalimat

yang secara bersama-sama membicarakan hanya satu pikiran utama. Biasanya, salah

satu dari kalimat-kalimat yang membentuk sebuah paragraf merupakan "kalimat

topik" atau "kalimat master", yakni kalimat yang menyatakan atau mengikhtisarkan

pikiran utama sebuah paragraf. Biasanya kalimat topik ini dikembangkan dengan

kalimat-kalimat lai yang merupakan penjelasnya atau pendukungnya. Dengan

demikian, ide yang terkandung dalam sebuah paragraf semakin menjadi jelas.

5.2 Cara Membaca Paragraf

Di bawah ini diuraikan prosedur membaca paragraf secara terinci berikut

komentar-komentarnya.

PROSEDUR KOMENTAR/KETERANGAN

Page 184: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

1) Camkan bahwa paragraf

adalah sebuah unit

bacaan

Sebuah paragraf pada umumnya merupakan

pernyataan dan pengembangan suatu pikiran ter tentu.

Biasanya jumlah ide pokok sama dengan jumlah

paragraf pada suatu halaman. Pembaca yang terampil

selalu memperhatikan paragraf yang ada untuk

mengetahui jumlah ide pokok yang harus

dicamkannya.

2) Bacalah kalimat pertama

paragraf dengan cermat.

Kalimat pertama paragraf biasanya menyatakan

pikiran utama paragraf tersebut. Jika Anda meragukan

kalimat pertama sebagai pendukung ide pokok,

cobalah gunakan Tes Ide Pokok yang berikut ini.

a) pilihlah kalimat yang menurut perkiraan Anda

menyatakan pikiran utama paragraf.

b) Bandingkan kalimat pilihan Anda itu dengan

setiapka limat dalam paragraf itu.

c) Jika kalimat yang Anda pilih menggabungkan

seluruh kalimat dalam paragraf itu menjadi satu

pikiran yang utuh, maka pilihan Anda itu benar.

Jika ternyata bahwa kalimat pilihan Anda bukan

pendukung ide pokok, maka cobalah prosedur

ketiga berikut ini.

3) Bacalah kalimat terakhir

paragraf yang Anda

baca.

Kadang-kadang penulis mengikhtisarkan pikiran

utama dalam kalimat terakhir paragraf.

Jika dalam kalimat terakhir itu pun Anda tidak

menjumpai pikiran utama paragraf, cobalah gunakan

Page 185: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

prosedur ke-4.

4) Perhatikan semua fakta

dalam paragraf secara

seksama.

Bacalah paragraf itu seraya bertanya, "Apa arti semua

ini?". Setiap fakta mungkin mempunyai makna yang

mendukung ide yang tidak dinyatakan.

5) Belajarlah mengenal

kalimat yang tidak

mendukung.

Sering kali paragraf terdiri tidak dari kalimat-kalimat

yang tidak memberikan dukung an langsung terhadap

ide pokok. Kalimat-kalimat tersebut bersifat kolateral

(setara).

6) Perhatikan kata-kata

yang dicetak miring dan

yang dicetak tebal.

Cetak miring dan cetak tebal biasanya menunjukkan

suatu pembagian yang penting atau yang perlu

diperhatikan. Anda harus menyadari bahwa kata-kata

seperti itu perlu diganti menjadi kata yang umum

yang mudah dipahami. Sediakan juga kertas kosong

untuk mencatat kata-kata baru/sulit. Cari artinya di

dalam kamus dan pelajarilah.

7) Terkalah pikiran penulis. Bacalah paragraf itu seperlu nya saja. Bidikkan

perhatian Anda supaya dapat melihat dengan jelas apa

yang dikatakan penulis. Periksalah terkaan Anda. Jika

terkaan Anda benar segera pindahlah ke paragraf

selanjutnya. Inilah salah satu cara untuk

mempertinggi kecepatan. Namun, Anda mungkin juga

membaca dengan maksud un tuk mengingat rincian

isi bacaan atau untuk pemahaman total. Kalau maksud

Anda demikian, ikutlah petunjuk dalam prosedur 8.

8) Membaca dengan tujuan Supaya Anda dapat memahami paragraf secara

Page 186: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

untuk memperoleh fak ta

terinci harus dilakukan

sebagai berikut.

Fokuskan/pusatkan

perhatian Anda pada

pikiran utama.

lengkap usaha kanlah agar Anda mengetahui setiap

fakta dalam hubungannya dengan fakta lainnya.

Hubungkan setiap fakta dengan pikiran utama.

Dengan demikian se tiap fakta akan merupakan ba

gian dari pikiran utama yang besar. Supaya Anda

dapat melihat fakta-fakta dengan jelas dan hubungan-

hubungannya yang logis, catatlah kalimat topik pada

buku catatan dan di bawahnya Anda daftar fakta-fakta

yang mendukung pikiran utama. Cara ini dapat

menolong Anda untuk memisahkan kalimat yang

tidak mendukung perkembangan pikiran utama dalam

paragraf. Akhirnya baca balik pikiran utama dan

lengkapi dengan fakta-faktanya.

Setelah membaca prosedur membaca paragraf, mungkin Anda ingin segera berlatih.

Sebelum mulai dengan latihan, ada baiknya jika Anda mengetahui sedikit lagi

keterangan tentang paragraf, ialah tentang strukturnya.

Setiap kalimat dalam paragraf harus mempunyai suatu peranan struktural.

Peranan-peranan dimaksud adalah:

1) sebagai kalimat topik/kalimat utama;

2) sebagai kalimat penjelas/subordinat;

3) sebagai kalimat pemuas, yakni kalimat yang tidak memberi dukungan atau

keterangan apapun terhadap pikiran utama paragraf.

Page 187: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Kalimat-kalimat pemuas ini tidak mempunyai manfaat bagi pembaca. Penulis

mencantumkannya sekedar untuk memperoleh rasa puas. Dia masih ingin

menjelaskan idenya, tetapi kemampuannya sudah lemah dalam mengembangkan

paragraf itu.

Keterangan tentang kalimat topik sudah cukup jelas. Yang masih perlu

dijelaskan ialah kalimat-kalimat subordinat. Kalimat-kalimat ini menjelaskan kalimat

topik dengan empat cara sebagai berikut ini.

a) Dengan ulangan, ialah mengulang-balik pikiran utama, biasanya dengan

menggunakan kata-kata lain.

b) Dengan pembedaan, ialah dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh

pikiran utama dan menyatakan apa yang tidak dikandung oleh pikiran utama.

c) Dengan contoh, ialah dengan memberikan misal-misal kepada pembaca. Kalimat-

kalimat penjelas menjadi lebih jelas jika ke dalamnya disisipkan kata-kata misalnya,

umpamanya, atau contohnya.

d) Dengan pembenaran, ialah dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung

ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran diawali/disisipi kata karena, sebab, dan

sebagainya.

Di bawah ini disajikan sebuah contoh analisis paragraf buat Anda. Cobalah

pelajari baik-baik.

Paragraf (6)

Teks Paragraf

1. Pada dasarnya, membaca adalah suatu proses psikologis.

2. Proses tersebut terjadi di dalam pikiran pembaca.

Page 188: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

3. Yang mempunyai peranan utama dalam membaca bukanlah gerakan-gerakan

fisiologis seperti gerak mata, bibir, lidah, dan sebagainya.

4. Banyak penderita gangguan penglihatan dan gerak bola mata diketahui sebagai

pembaca yang sangat mahir.

5. Bahkan, orang buta sekali pun banyak yang dapat membaca dalam arti bahwa

mereka dapat mengenal lambang-lambang dan mengubahnya menjadi ide-ide.

6. Karena kita tidak dapat mengabaikan kenyataan-kenyataan seperti itu, pendapat

Thorndike yang menyatakan bahwa membaca adalah berpikir harus kita terima.

7. Seperti seorang atlit yang berusaha memperbaiki keterampilannya dengan jalan

berlatih, seorang pembaca yang bermaksud memperbaiki bacaannya haruslah

banyak menyisihkan waktunya untuk menyerapi isi bacaan.

Analisis Paragraf

1) Kalimat pertama adalah kalimat inti yang mendukung ide pokok paragraf.

2) Kalimat kedua mengulang ide pokok dengan menggunakan kata-kata lain.

3) Kalimat ke-3 menunjukkan perbedaan tentang kegiatan membaca dengan kegiatan

lain (nonmembaca).

4) Contoh dengan menggunakan fakta yang kontras terhadap ide pokok.

5) Contoh lain yang merupakan langkah yang lebih jelas.

6) Kalimat ke-6 merupakan pembenaran yang berisi alasan bagi pembaca untuk

menerima kebenaran kalimat pertama. Kalimat ke-6 ini merupakan ulangan

kalimat pertama dalam bentuk ikhtisar.

7) Kalimat terakhir tidak memberikan dukungan apapun terhadap ide pokok. Penulis

mencantumkannya hanya untuk pemuas rasa. Paragraf belum terasa lengkap kalau

dihentikan pada kalimat ke-6.

Page 189: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

5.3 Membaca Bab

5.3.1 Hakikat Membaca Bab

Melalui uraian ini, kita akan mencoba melihat perbedaan dan persamaan

membaca paragraf dengan membaca bab sebuah buku.

Tugas membaca sering kali diberikan per bab sebagai

unit pelajaran. "Bacalah bab ke-2, ke-3 dan ke-5 untuk pertemuan yang akan datang".

Tugas seperti itu sudah sangat akrab bagi para siswa dan mahasiswa. Anda

diharapkan dapat mempelajari dan menaklukan bab-bab dalam buku teks Anda itu

dengan cepat dan cermat. Bagaimana caranya?

Ada dua hal yang perlu Anda camkan dalam usaha membaca

bab dengan cepat dan cermat ialah:

1) Survei/periksalah bab yang Anda baca dengan suatu tujuan tertentu;

2) Bacalah bab tersebut untuk mencari fakta.

Mulailah membaca sebuah bab dengan pertanyaan-pertanyaan yang berikut ini

dalam pikiran:

• Bab ini membicarakan satu masalah tertentu, apa yang dibicarakannya?

• Apa beda bab ini dengan bab-bab lainnya yang harus Anda baca?

• Bagaimana kedudukan bab ini bila dibandingkan dengan bab-bab lainnya yang

harus Anda baca?

Usahakan agar Anda tetap menyadari di mana Anda berada. Banyak orang

mendapat kesulitan waktu membaca karena kehilangan jejak. Supaya Anda tidak

Page 190: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

menemui kesulitan seperti itu, cobalah camkan isi daftar buku yang Anda baca itu

baik-baik.

Anda harus menunjukksn bab yang Anda baca itu dari awal hingga akhir. Ini

tidaklah berarti bahwa Anda harus membacanya secara terinci. Hal itu akan dilakukan

kemudian. Lihat-lihatlah bab yang Anda baca itu dengan tujuan yang jelas.

Untuk menyederhanakan sebuah bab, Anda harus melakukan pendekatan yang

inteligen melalui survei dan penelitian, dengan pertanyaan dan penyelidikan sehingga

Anda dapat menguasai situasi. Membaca sepintas sebagai pendahuluan itu selain

mengirit tenaga, juga akan memberi pula suatu penguasaan umum tentang isi bab itu.

Penguasaan umum itu sangat penting dalam usaha untuk memahami isi bab dan isi

buku.

Setelah selesai menyurvei isi bab itu Anda siap untuk membacanya lebih teliti,

mencari fakta-fakta dan detail-detail yang mendukungnya. Kembalilah ke bagian awal

bab itu dan bacalah paragraf-paragrafnya secara berurutan untuk mengetahui ide

pokok dan fakta yang mendukungnya. Terapkan teknik-teknik yang telah Anda

pelajari dalam kegiatan-kegiatan terdahulu. Ikuti langkah ke-7 dan ke-8 dalam

petunjuk tentang prosedur membaca paragraf di atas itu.

Biasanya kita tidak akan merasa puas dalam memahami sebuah bacaan

sebelum menimbang balik bab itu, menguji pemahaman, membuat catatan, dan

melengkapi keterangan yang diperoleh. Dalam menimbang balik bab yang Anda baca,

seyogianya Anda membaca lagi judul bab itu, demikian juga ikhtisar isi bab dengan

jalan menulis jawab terhadap pertanyaan. "Apa yang dibicarakan penulis dalam bab

yang baru dibaca itu?".

Langkah selanjutnya ialah membuat tes untuk Anda sendiri. Ambillah bagian

atau paragraf tertentu secara acak. Baca hanya judul bagian kalimat utama paragraf.

Page 191: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Selipkan secarik kertas untuk menandai bagian itu, lalu tutuplah buku Anda. Mulailah

dengan menuliskan bagian-bagian penunjang judul atau kalimat pokok yang Anda

baca tadi. Kalau Anda bermaksud mengetahui fakta-fakta ketika membaca judul atau

paragraf itu, cobalah catat pada sehelai kertas semua fakta yang dapat Anda ingat dari

bacaan itu. Setelah selesai, bukalah buku Anda dan periksa daftar fakta yang Anda

buat dengan mencocokkannya dengan apa yang tertera dalam buku. Berilah angka

pekerjaan Anda itu. Berapa persen yang benar? Catatlah skor yang Anda peroleh pada

kertas yang Anda gunakan sebagai tanda tadi. Ulanglah tes seperti itu secukupnya.

Lebih bagus jika Anda juga mengukur KEM yang Anda capai. Lihat kembali bab 3

buku ini.

Setelah selesai membaca suatu bab tertentu, sangat bijaksana jika Anda

membuat kartu baca, yakni catatan-catatan penting sebagai hasil baca pada kartu-

kartu yang berukuran kira-kira 13 x 18 cm. Tuliskan ikhtisar singkat tentang apa yang

Anda baca dengan mencatat ide-ide pokok dan ide-ide penunjang. Jangan lupa

mencantumkan data bibliografis bacaan Anda. Baca lagi kartu itu, sebelum pergi

kuliah. Susun dan simpanlah kartu-kartu itu untuk keperluan mendatang dalam

menghadapi ujian dan membuat karya tulis.

Di bawah ini Anda lihat contoh ikhtisar pada sehelai kartu berukuran 13 x 18

cm. Biasakanlah membuatnya supaya Anda mendapat kemudahan dalam menuntut

ilmu. Tidak semua materi yang Anda baca dapat dan perlu Anda ingat. Anda pun

belum tentu dapat memiliki bahan bacaan itu dalam perpustakaan Anda sehingga

dapat menggunakannya sewaktu-waktu, jika Anda memerlukannya. Anda dapat

membuat tempat menyimpan kartu itu dengan murah saja. Tempatkanlah dekat

tempat Anda belajar.

Page 192: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Kartu-kartu tersebut seyogianya disusun menurut abjad. Membiasakan diri

untuk membuat kartu catatan dengan tertib berarti menyiapkan sumber pustaka

pribadi yang sangat berharga. Anda akan memetik jerih payah itu di hari-hari

mendatang dengan senang. Percacalah!

Sekedar contoh, berikut disajikan sebuah contoh kartu baca. Anda boleh

berkreativitas sesuai dengan selera masing-masing. Yang penting, data bibliografis

dan data informasi penting dari hasil baca itu harus termuat di dalamnya.

Contoh kartu baca.

/---------------------------------------------------\

| Harjasujana, A.S. (1988:21). Materi Pokok Membaca.|

| Jakarta: PT Karunika. |

| |

| 6. Teknik Isian Rumpang |

| 6.1 pengertian |

| 6.2 Fungsi |

| 6.3 Manfaat/Kegunaan |

| 6.4 Kriteria Pembuatan |

| 6.5 Prosedur Penilaian |

| 6.6 Keunggulan dan Kelemahan |

\---------------------------------------------------/

5.3.2 Prosedur Membaca Bab

Di bawah ini duraikan prosedur membaca bab selangkah demi selangkah

beserta komentar-komentarnya.

Page 193: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Prosedur Komentar/Keterangan 1) Perhatikan judul bab dengan teliti. 1) Suatu bab pada umumnya mem

bicarakan suatu topik. 2) Buka baliklah daftar isi. Pelajari hubungan bab yang sedang dibaca dengan bab- bab lainnya.

2) Daftar isi itu merupakan perencanaan buku. Darinya diperoleh gambaran tentang suatu pokok pembicaraan serta kaitan antara pokok pikiran yang satu dengan pokok pikiran lainnya. Daftar isi berisi petunjuk yang menyatakan organisasi buku sebagai cerminan dari pola pikir penulisnya.

3) Perhatikan berbagai tipe penulisan dan ciri-ciri tipografis

3) Tipe menunjukkan suatu pe ngutamaan. Tipe tulisan yang lebih besar menunjuk topik yang lebih penting.

4) Baca judul-judul secara sepintas. 4) Tipe juga menunjukkan organisasi tulisan.

5) Periksalah kalau-kalau ada ikhtisar pada akhir bab.

5) Ikhtisar bab itu merupakan intisari bab. Bacalah bagian ini sebelum Anda melangkah ke prosedur selanjutnya.

6) Bacalah secara skimming uraian yang akan Anda baca itu dengan kecepatan fleksibel.

6) Teknik Anda menyekim akan bervariasi sesuai dengan variasi struktur setiap paragraf. Pada umumnya, ide utama biasa diletakkan pada bagian awal paragraf.

7) Buatlah kartu baca untuk merekam hasil baca Anda.

7) Setiap kali selesai membaca cobalah membuat catatan dalam kartu baca. Kartu ini akan membantu Anda dalam menanamkan informasi-informasi penting dalam ingatan Anda.

5.4 Membaca Buku

5.4.1 Hakikat Membaca Buku

Membaca buku, terutama buku yang tebal dan sulit merupakan masalah yang

berat yang dapat dihadapi oleh siapa saja.

Membaca uraian prosa naratif-ekspositoris dalam kadar yang lebih pendek (seperti

artikel, misalnya) jauh lebih mudah ketimbang dalam bentuk yang lebih panjang

(seperti buku, misalnya). Hal yang sama tidak berlaku untuk karya sastra. Puisi

Page 194: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

misalnya, meskipun wujudnya lebih pendek dari cerpen dan novel, namun tidak

berarti puisi akan lebih mudah dipahami pembacanya.

Mengingat bahan bacaan itu memiliki karakteristik yang berbeda, barangkali

tidak ada salahnya jika terlebih dahulu Anda dituntut untuk memilah-milah bahan

bacaan tersebut berdasarkan klasifikasinya. Tugas pertama Anda adalah mengetahui

golongan/jenis buku yang akan/sedang Anda baca. Termasuk jenis buku apakah itu?

Apakah bacaan Anda itu tergolong karya fiksi (cerpen, novel, drama, puisi) atau karya

nonfiksi atau karya ekspositoris? Pengetahuan ini penting guna menentukan strategi

baca selanjutnya.

Untuk dapat memahami buku yang Anda baca, terdapat empat pertanyaan

dasar yang harus diajukan pada saat Anda hendak membaca buku tersebut. Keempat

pertanyaan tersebut, meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1) Secara umum, buku itu berbicara tentang apa?

2) Apa yang dikatakan penulis, dan bagaimana cara dia mengatakannya?

3) Apakah isi buku itu benar, baik secara keseluruhan maupun sebagian?

4) Apakah buku itu penting? Apa manfaatnya untuk Anda?

Berbekal keempat pertanyaan tersebut, selanjutnya Anda siap menjelajahi buku itu

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dimaksud.

5.4.2 Prosedur Membaca Buku

Untuk menjawab dua pertanyaan pertama, sebaiknya Anda menempuh

langkah-langkah berikut di dalam membaca buku. Langkah-langkah tersebut meliputi

langkah-langkah berikut ini.

1) Lihatlah halaman-halaman awal buku itu, kalau ada bacalah kata pengantarnya.

Pada bagian pengantar biasanya penulis menyatakan tujuannya atau pendapat

Page 195: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

khusus mengenai pokok-pokok tertentu dari buku yang ditulisnya. Dengan

membaca kata pengantar diharapkan Anda mendapatkan gambaran tentang subjek

buku tersebut. Berhentilah sejenak, dan bertanyalah pada diri sendiri, apakah buku

ini sejenis dengan buku lain yang pernah Anda baca?

2) Pelajari daftar isi buku. Daftar isi buku mencerminkan pola organisasi buku yang

bersangkutan. Dengan demikian, berarti pula mencerminkan pola pikir penulisnya.

Dengan melihat daftar isi buku, Anda akan dapat menafsirkan gambaran umum isi

buku yang hendak dibaca itu.

3) Periksa daftar indeks buku. Indeks memberikan informasi tentang berbagai topik

masalah yang dibahas dalam buku itu, jenis-jenis buku, serta nama-nama tokoh

penting. Jika Anda menemukan sesuatu yang Anda butuhkan informasinya, coba

periksa dulu halamnnya sesuai dengan petunjuk indeksnya. Dari halaman-halaman

yang dirujuk tersebut, mungkin Anda akan menemukan gagasan-gagasan yang

paling penting tentang buku itu atau mungkin mengetahui sikap penulis terhadap

hasil karyanya itu.

4) Bacalah pesan dari penerbit (jika ada) yang biasanya ditulis di sampul belakang

buku. Banyak pesan itu tidak hanya ditulis oleh penerbit, melainkan ditulis oleh

pengarangnya sendiri. Tidak jarang penulis itu menguraikan gagasan-gagasan

utama bukunya itu di bagian tersebut. Sampai di situ, mungkin Anda sudah cukup

mendapatkan informasi tentang rencana Anda selanjutnya.

5) Selanjutnya, melangkahlah pada judul-judul bab dan subbab. Lihatlah bab-bab atau

subbab-subbab yang tampaknya paling penting bagi tema buku itu. Secara khusus

tentang bagaimana cara membaca bab, lihat uraian terdahulu. Namun, secara

umum lihatlah bagian-bagian awal bab dan bagian akhir bab, sebab biasanya

gagasan penting akan termuat di situ.

Page 196: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

6) Akhirnya, teruskan membaca buku dengan kecepatan yang fleksibel. Anda tentu

tahu, bagian mana yang memerlukan tempo lambat, dan bagian mana yang

memerlukan tempo cepat, atau bahkan bagian mana yang boleh dilewati karena

dianggap tidak terlalu penting, atau tidak memberikan informasi baru.

Meskipun Anda telah melaksanakan prosedur di atas, bukan berarti Anda tidak

akan mendapat rintangan dalam memahami buku tersebut. Jika Anda dihadapkan

pada bacaan yang sukar untuk bacaan pertama kalinya, hal penting yang perlu Anda

catat ialah bahwa Anda tidak boleh berhenti membacanya. Bacalah seluruh buku

tersebut tanpa harus berhenti untuk memikirkan hal-hal yang tidak Anda pahami

ketika itu. Pada kesempatan membaca yang kedua kalinya atau membaca buku lain

yang berkaitan, mudah-mudahan Anda dapat mengatasi hambatan pemahaman tadi.

5.5 Membaca Karya Sastra

5.5.1 Hakikat Karya Sastra

Perbedaan mendasar antara buku fiksi (karya sastra) dan buku nonfiksi (buku

ekspositoris) terletak pada kebenaran faktanya. Buku ekspositoris berusaha

menyampaikan pengetahuan, pengetahuan tentang pengalaman yang telah dialami

penulis atau dialami orang lain. Bacaan fiksi berusaha menyampaikan pengalaman itu

sendiri; pengalaman yang dapat dialami penulisnya sendiri atau dialami bersama-

sama pembaca melalui kegiatan membaca. jika penulisnya berhasil, maka pembaca

akan beroleh kenikmatan daripadanya.

Untuk mengetahui sesuatu dari bacaan, pembaca harus menggunakan pikiran

dan penalarannya. Sedangkan untuk mengalami peristiwa-peristiwa yang tersaji di

dalamnya, pembaca harus menggunakan indria dan daya khayal (imaginasi). Pada

Page 197: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

umumnya, bacaan sastra memerlukan kepekaan imaginasi agar kita ikut terlibat di

dalamnya.

Tujuan bacaan fiksi dan nonfiksi tentu berbeda. Perbedaan tersebut berdampak

pada penggunaan bahasa dari kedua jenis bacaan ini. Penulis buku ekspositoris

menghindari penggunaan kata-kata yang ambigu, samar-samar, dan berbunga-bunga;

sedangkan penulis karya sastra sebaliknya. Kekayaan dan kekuatan kata-kata dalam

berbagai variasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam karya sastra. Adakalanya,

sebuah puisi mengandung makna yang lebih banyak daripada kata-kata yang ada di

dalamnya.

5.5.2 Prosedur Membaca Karya Sastra

Empat pertanyaan mendasar yang seyogyanya diajukan pada saat hendak

membaca karya ekspositoris (buku), juga berlaku untuk membaca karya sastra.

Namun, tentu saja ada kekhasan tersendiri dalam menjabarkan pertanyaan tersebut ke

dalam tuntutan jawabannya. Untuk melihat persamaan dan perbedaan karakteristik

jawabannya, baiklah kita tinjau ulang keempat pertanyaan tadi.

Pertanyaan pertama berkenaan dengan pertanyaan tentang isi umum buku.

Tentang apa keseluruhan buku itu? Kesatuan sebuah cerita rekaan (karya sastra)

terletak pada alur atau plonya. Alur cerita merupakan garis besar pengalaman, baik

pada prosa maupun puisi. Untuk mengetahui alur sebuah karya sastra, Anda harus

menemukan bagaimana puisi, cerpen, novel, drama tersusun dari bagian-bagian,

rincian-rincian, peristiwa-peristiwa yang tersusun secara kronologis, yang terdiri atas

bagian awal, tengah, dan akhir.

Pertanyaan kedua berkenaan dengan apa yang dikatakan penulis dan

bagaimana cara penulis mengatakannya. Untuk bacaan sastra, pertanyaan ini dapat

Page 198: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dijawab dengan jalan melibatkan diri dengan para tokoh yang terdapat dalam karya

sastra. Anda hendaknya berusaha untuk mengenal dan memahami tokoh-tokoh cerita,

pikiran-pikirannya, perasaan-perasaannya, tindakan-tindakannya, lingkungan mereka,

serta mengikuti perkembangan mereka sepanjang alur cerita.

Meskipun aturan-aturan ini lebih cocok diterapkan untuk prosa, namun tidak

menutup kemungkinan untuk diterapkan ke dalam karya puisi pula. Puisi juga

memiliki kesatuan: bagian awal, tengah, dan akhir. Puisi juga memiliki tokoh, paling

tidak si pengucap puisi itu sendiri. Untuk memahami puisi harus dibantu dengan

pengucapan kata-katanya, bukan hanya sekedar dibaca di dalam hati.

Pertanyaan ketiga berkenaan dengan kebenaran isinya. Tolok ukur kebenaran

karya sastra bukan terletak pada kebenaran faktanya, melainkan kebenaran khayalnua.

Apakah cerita itu mungkin terjadi? Apakah cerita itu logis terjadi? Hal yang harus

menjadi pertimbangan Anda dalam memberikan penilaian untuk pertanyaan ketiga ini

adalah pemahaman Anda terhadap maksud dan tujuan penulisnya. Sejauh mana

maksud penulis atas keterlibatan Anda dalam mengalami karya sastra yang

disajikannya.

Pertanyaan keempat berkenaan dengan tingkat kepentingan dan

kebermanfaatannya untuk Anda. Pertanyaan ini tidak perlu ditanyakan kepada

karyasastra. Setelah membaca puisi, cerpen, novel, ataupun drama, pembaca tidak

dituntut untuk melakukan tindakan apa pun. Bagi penulis karya sastra, Anda

mengalami sesuatu melalui karya tersebut, Anda terlibat sudahlah cukup.

Meskipun begitu, dampak dari bacaan karya sastra dapat menjurus ke tindakan

merupakan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.

5.5.2.1 Prosedur Membaca Novel

Page 199: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

Para pakar sastra berpendapat bahwa novel merupakan pembuka kealiteratan

siswa terhadap bacaan sastra, bahkan bacaan pada umumnya. Mereka beranggapan,

para siswa sudah terbiasa dengan bentuk naratif juga tidak terganggu oleh beberapa

masalah yang ditimbulkan oleh keringkasan cerita, seperti halnya dalam cerpen.

Novel tidak sekedar lebih panjang dari cerpen, namun juga tidak tergesa-gesa

memperkenalkan sejumlah tokoh yang terlibat dalam beberapa subplot, yang pada

akhirnya saling berkaitan dalam mendukung plot utama.

Berikut ini disajikan beberapa strategi untuk membaca novel dengan baik.

Perhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini.

1) Ingatlah nama-nama tokoh yang muncul dalam cerita itu:

(a) camkan beberapa pernyataan/kalimat yang berkenaan dengan karakter mereka;

(b) jangan hiraukan dulu hal-hal yang membingungkan Anda.

2) Tatalah alur yang kacau dengan jalan mengaitkannya dengan alur pada awal cerita.

3) Simpanlah subplot yang terpisah secara mental di dalam ingatan.

4) Camkan bagian tengah cerita, serta kaitan antarsubplot dengan plot utamanya.

5) Ikutilah gerak alur dan perkembangan tokoh secara seksama serta pengaruhnya

terhadap peristiwa selanjutnya.

6) Buatlah ringkasan isi cerita dalam bentuk sinopsis.

7) Kenalilah bagian permasalahan, klimaks, dan solusi atau bagian akhir cerita.

5.5.2.2 Prosedur Membaca Puisi

Untuk puisi-puisi balada yang seringkali disajikan dalam bentuk lirik-naratif,

aturan-aturan strategi membaca novel dapat diterapkan untuk memahaminya. Di

samping itu, pengetahuan tentang kapan sajak/puisi itu diciptakan, pola bahasa dan

jenis-jenis bahasa figuratif yang dipakai, serta di mana jeda-jeda itu seharusnya

Page 200: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

ditempatkan akan membantu pembaca dalam menghayati, memahami, dan

mengapresiasi puisi tersebut dengan lebih baik.

Tidak ada aturan yang baku tentang bagaimana sebaiknya membaca puisi agar

dapat dipahami. Meskipun begitu terdapat sejumlah saran yang biasanya ditujukan

kepada para guru dalam mebimbing siswanya ke arah pembacaan dan pemahaman

puisi secara lebih baik. Chesler mengusulkan empat kriteria dalam memilihkan puisi

untuk siswa. Keempat kriteria dimaksud adalah sebagai berikut ini.

Pertama, puisi itu harus berada pada tingkat literal. Artinya, puisi itu dapat

dipahami tanpa harus mendapat pertolongan guru atau kamus. Puisi literal tidak

terlalu banyak mengandung kosakata sulit yang tidak bisa dipahami, meskipun

dengan bantuan konteks.

Kedua, puisi itu dapat mengajak siswa untuk dapat merasakan sesuatu.

Pengalaman merasakan sesuatu itu dapat berupa pengalaman langsung atau

pengalaman seolah-olah mengalami sendiri. Tentu saja, pengalaman pribadi masing-

masing siswa turut andil dalam menciptakan keterlibatan emosi ini. Untuk

menghubungkan dunia siswa dengan dunia sajak, guru perlu memberikan berbagai

bentuk bantuan, misalnya melalui pengembangan imajinasi, sajian berbagai media,

kekayaan ilustrasi, diskusi kelas, dan lain-lain.

Ketiga, berkenaan dengan penampilan sajak. Chesler berpendapat bahwa

makna bisa disampaikan secara jelas melalui bantuan alat-alat visual dan auditori.

Peragaan pembacaan sajak secara visual dapat membantu siswa dalam mengapresiasi

sajak tersebut.

Keempat, berkenaan dengan daya tarik bunyi. Pendengaran yang terlatih dapat

membantu mereka dalam mengapresiasi puisi. Oleh karena itu, sajak yang

menampilkan bunyi-bunyi menarik serta kemampuan olah vokal yang menawan

Page 201: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dalam membunyikan baris-baris sajak itu, akan membantu siswa dalam mengapresiasi

puisi tersebut.

RANGKUMAN

MC merupakan sejenis keterampilan yang memerlukan ketekunan berlatih dan

disiplin tinggi utnuk mencapai kecepatan dan daya baca yang tinggi yang bisa dicapai

seseorang. Berbagai strategi pola membaca cepat yang sering dipraktikkan orang

adalah pola vertikal, pola diagonal, pola zig zag, pola spiral, pola blok, dan pola

horizontal. Ada berbagai bentuk latihan untuk mencapai kecepatan dan daya baca

yang tinggi, misalnya metode membaca frase, membaca paragraf, membaca bab.

Strategi-strategi tersebut disertai dengan petunjuk-petunjuk praktis tentang cara

pelaksanaan latihannya.

Latihan yang biasa dilakukan untuk menguasai metode membaca frase

meliputi dua hal, yakni latihan yang abersifat mekanis dan latihan yang bersifat

konseptual. Pemaduan dua keterampilan, yakni keterampilan mekanis dan

keterampilan konseptual secara bersama-sama dilakukan pada saat melakukan

aktivitas baca dengan menggunakan metode membaca frase.

Hal yang harus diperhatikan dalam membaca paragraf adalah struktur

paragraf, ide/kalimat inti, ide/kalimat penjelas, dan kalimat sumbang (kalimat

pemuas).

Pada dasarnya prosedur membaca bab hampir sama dengan membaca

paragraf. Namun, sebelum membaca bab sebaiknya diawali dengan kegiatan

penjajagan, berupa survei terhadap daftar isi atau organisasi bab itu. Membaca bab

yang diawali dan dibekali dengan tujuan dan pertanyaan-pertanyaan jauh lebih baik

ketimbang tidak memiliki tujuan apapun dan tidak memiliki pertanyaan apapun di

Page 202: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

seputar isi bab itu. Kartu baca akan sangat membantu Anda di dalam mengarsipkan

hasil kegiatan baca Anda untuk keperluan sewaktu-waktu, baik untuk kepentingan

akademis maupun kepentingan sehari-hari.

Untuk dapat memahami buku yang Anda baca, baik itu bacaan sastra (fiksi)

maupun bacaan ekspositoris (nonfiksi) terdapat empat pertanyaan dasar yang harus

diajukan pada saat Anda hendak membaca buku tersebut. Keempat pertanyaan

tersebut, meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1) Secara umum, buku itu berbicara tentang apa?

2) Apa yang dikatakan penulis, dan bagaimana cara dia mengatakannya?

3) Apakah isi buku itu benar, baik secara keseluruhan maupun sebagian?

4) Apakah buku itu penting? Apa manfaatnya untuk Anda?

LATIHAN

Petunjuk: Perhatikan dan baca teks berikut kemudian, ikuti instruksi-instruksi

selanjutnya.

Teks 1

Orang Eskimo berkata bahwa surga itu panas. Orang Arab mempunyai surga

yang sejuk tempat bidadari menari. Surga orang Persia adalah kebun yang selalu

hijau. Tetapi bagiku, berilah aku sebuah danau pegunungan yang biru di ujung

pendakian yang panjang. Pagarlah danau itu dengan kekayuan yang tidak luput oleh

kapak. Masukkan ke dalamnya berbagai ikan parit. Biarkan matahari menghangat

sehabis mandi berenang. Biarkan malam-malamnya sejuk dalam sinar sejuta bintang.

Andaikata di sana ada juga nyamuk, suruhlah mereka berhinggapan dan diam di kala

malam tiba. Biarkan burung kicau semua bernyanyi di musim dingin di tengah hari

Page 203: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

dan murai berkicau di hari senja. Biarkan setiap sinar pagi yang pertama menyentuh

padang-padang salju di pucuk-pucuk ufuk barat, dan biarkanlah suara merdu yang

panjang unggas pelagu menyanyikan berita bahwa siang tiba.

Teks 2

Bagaimana bunyi tali bas yang mendengung dalam selubung paduan lagu

polifoni, sebuah kata benda mempunyai tempat predominan dalam keseluruhan

untaian paragraf. Di dalam paragraf, kata benda itu dijalin oleh berbagai variasi

pikiran yang mengisi suatu desain yang rumit. Kata benda utama dalam paragraf

dapat kita anggap sebagai pengganti sesuatu yang dipermasalahkan di dalam paragraf.

Benda ini mungkin tampak jelas seperti rumah-rumah yang berdiri di dpan mata atau

pun sebagai sebidang tanah subur. Benda itu mungkin selembut kasih sayang atau

seperti angan-angan ingatan. Namun, ide-ide yang ada itu berubah menyilaukan, dan

di bagian pusat setiap paragraf mesti ada kata benda. Kata benda inilah yang

merupakan substansi dan jantung pikiran utama dalam paragraf. Sesungguhnya

keseluruhan pikiran utama itu tidak lain dari penegasan yang lengkap yang dijelaskan

dan dikembangkan oleh paragraf itu sendiri di sekitar kata benda polar.

Teks 3

Kemampuan membaca tingkat sembilan yang dimiliki oleh seorang dewasa

tidak mencerminkan kemampuan berpikir seorang siswa kelas sembilan. Tidak

seorang pun akan menolak bahwa orang dewasa mempunyai kelebihan dalam

pengalaman, sikap, dan pelarapan emosional. Karenanya, mempersamakan

Page 204: (Proses Membaca) PENDAHULUAN - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONES… · lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi ... Ketidakhadiran

kemampuan membaca tingkat sembilan dengan kemampuan mental tingkat sembilan

sudah tindakan yang keliru. Anggapan yang menyamakan kedua macam kemampuan

itu hanyalah akan membawa penulis kepada suatu suasana mental mental yang

menyebabkan tulisannya mempunyai kecenderungan untuk rendah.

Instruksi:

1. Kelompokkan teks 1 berdasarkan frase-frase atau kelompok-kelompok kata yang

Anda duga sebagai satuan-satuan unit idenya yang Anda duga sebagai frase.

Penandaan dapat dila kukan dengan membubuhkan tanda gatra (/) sebagai

penyekat satuan unit ide. Cobalah Anda baca teks tersebut berdasar kan satuan-

satuan unit ide yang telah Anda tandai sambil camkan makna dan informasi yang

terkandung di dalamnya.

2. Tentukan ide pokok dari ketiga teks di atas dengan kalimat Anda sendiri. Jelaskan

rasionalisasi dari jawaban Anda tersebut!

3. Bagaimana struktur paragraf dari ketiga teks di atas? Jelaskan, tunjukkan buktinya!