protein 2
DESCRIPTION
IvanTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Selasa, 1 Oktober 2013
Biokimia Waktu : 11.00-12.40 WIB
PJP : Puspa Julistia Puspita, S.Si,M.Sc
Asisten : Resti Siti Mutmainah, S.Si
Lusianawati, S.Si
PROTEIN II
Kelompok III
Muhamad Ivan Abror J3L112184
Fika Muthia Kanza J3L112049
Rika Ussy Perdani J3L112107
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas
sehari - hari, energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara
umum, bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak.
Protein merupakan biopolimer polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein merupakan biopolimer yang
multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai
enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika
melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur (Hawab 2004). Protein
merupakan suatu polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S dan terkadang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Ikatan peptida dalam struktur
primer protein dapat diuji dengan uji biuret (Winarno 2002).
Protein merupakan komponen terpenting atau komponen utama sel hewan
dan sel manusia. Karena sel merupakan penyusun tubuh manusia, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh. Akan tetapi, struktur protein tidak setabil karena mudah
mengalami denaturasi yaitu keadaan dimana protein terurai menjadi struktur
primernya, baik reversible maupun irreversible. Ada berbagai cara dalam
pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam amino dan reaksi uji
protein yaitu berdasarkan pada pengendapan oleh garam, pengendapan oleh
logam dan alkohol serta uji koagulasi dan denaturasi protein (Poedjiadi 2009).
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi 2009).
Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur skunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya
pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu karena pengaruh pH, panas, pelarut, logam berat, garam, kekuatan ion, dan
radiasi, oleh karenanya denaturasi dapat diartikan sebagai suatu proses
terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbukanya
lipatan molekul protein (Winarno 2002).
Tujuan
Percobaan bertujuan menunjukkan sifat dan struktur protein dan
mempelajari beberapa reaksi uji terhadap protein melalui uji pengendapan oleh
logam, pengendapan oleh garam, uji koagulasi, pengendapan oleh alkohol dan
denaturasi protein.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah penangas air, pipet, tabung reaksi dan alat-
alat gelas lainnya. Bahan-bahan yang digunakan ialah larutan protein (putih telur),
HgCl2 2%, Pb-asetat 5%, AgNO3 5%, kristal (NH4)2SO4, pereaksi Milon, pereaksi
biuret, asam asetat 1 M, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, buffer asetat pH 4,7, etanol
95%, aquades, dan kertas saring.
Metode Percobaan
Pengendapan oleh logam pada uji protein dilakukan dengan cara albumin
sebanyak 3mL ditambahkan dengan 5 tetes larutan HgCl2 2%, Pb-asetat 5% dan
AgNO3 5%. Perubahan yang terjadi diamati.
Pengendapan oleh garam dilakukan dengan cara larutan protein sebanyak
10 ml dijenuhkan dengan (NH4)2SO4. Penjenuhan dilakukan dengan penambahan
larutan (NH4)2SO4 sedikit demi sedikit hingga mencapai titik jenuh. Larutan
kemudian disaring. Uji kelarutan endapan dilakukan dengan melarutkan endapan
yang terbentuk dengan air, kemudian dilakukan uji milon untuk endapan yang
terbentuk dan uji biuret untuk filtratnya.
Uji koagulasi dilakukan dengan cara asam asetat 1 M sebanyak 2 tetes
ditambahkan ke dalam 5 mL larutan protein. Tabung kemudian diletakkan dalam
penangas air selama 5 menit. Endapan yang terbentuk diambil dengan batang
pengaduk. Setelah itu uji kelarutan dilakukan dengan air, kemudian dilakukan uji
milon untuk endapan yang terbentuk dan uji biuret untuk filtratnya.
Pengendapan oleh alkohol dan denaturasi protein dilakukan dengan cara 4
tabung reaksi disiapkan dan diisi dengan larutan protein sebanyak 5 mL,
kemudian ke dalam masing-masing larutan ditambahkan HCl 0,1 M, NaOH 0,1
M, buffer asetat pH 4,7 dan alkohol 95%. Perubahan yang terjadi diamati, Setelah
itu, campuran dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit. Perubahan setelah
pemanasan diamati.
Denaturasi protein dilakukan dengan cara 3 tabung reaksi disiapkan
dan diisi dengan larutan albumin sebanyak 4.5mL, ke dalam masing - masing
larutan ditambahkan dengan HCl 0.1 M, NaOH 0.1 M, dan buffer asetat pH 4,7
kemudian larutan dipanaskan selama 15 menit. Perubahan warna diamati. Buffer
asetat pH 4.7 sebanyak 5mL ditambahkan kedalam tabung 1 dan 2, perubahan
yang terjadi diamati kembali.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil uji pengendapan albumin oleh logam berat
Logam berat Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
HgCl2 + Larutan keruh, ada
endapan putih
Pb-asetat +++ Larutan keruh, ada
endapan putih
AgNO3 ++ Larutan keruh, ada
endapan putih
Keterangan (+) Logam berat mengendapkan protein
(-) Logam berat tidak mengendapkan protein
(a) (b) (c)
Gambar 1 Hasil uji pengendapan albumin oleh logam berat
HgCl2 (a), Pb-asetat (b), AgNO3
Tabel 2 Hasil uji pengendapan albumin oleh (NH4)2SO4
Uji Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
Uji kelarutan + Larut
Uji millon - Putih susu
Uji biuret - Biru
Keterangan (+) Garam mengendapkan protein
(-) Garam tidak mengendapkan protein
(a) (b) (c)
Gambar 2 Hasil uji pengendapan albumin oleh (NH4)2SO4
uji biuret (a), uji Millon (b), uji kelarutan (c)
Tabel 3 Hasil uji pengaruh pemanasan terhadap albumin
Uji Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
Uji kelarutan - Tidak larut
Uji Millon - Ada endapan putih
Uji biuret + Violet
Keterangan (+) Pemanasan mengendapkan protein
(-) Pemanasan tidak mengendapkan protein
(a) (b) (c)
Gambar 3 Hasil uji koagulasi uji biuret (a),
uji Millon (b), uji kelarutan (c)
Tabel 4 Hasil uji pengendapan albumin oleh alkohol
Larutan Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna
Albumin + HCl + Ada endapan putih
Albumin + NaOH - Tidak ada endapan
Albumin + buffer asetat pH 4.7 + Ada endapan putih
Albumin + etanol + Ada endapan putih
Keterangan (+) Alkohol mengendapkan protein
(-)Alkohol tidak mengendapkan protein
Gambar 4 Hasil uji pengendapan albumin oleh alkohol
Tabel 5 Hasil uji denaturasi albumin
Larutan
Hasil
Sebelum
pemanasan
Setelah
pemanasan
Setelah penambahan
buffer asetat 4.7
Albumin + HCl Ada gumpalan
putih
Gumpalan putih
bertambah
Gumpalan putih
semakin bertambah
Albumin + NaOH Tidak ada
gumpalan, larutan
kuning bening
seulas
Tidak ada
gumpalan,
larutan kuning
bening
Tidak ada
gumpalan, larutan
kuning keruh
Albumin + buffer Ada gumpalan Gumpalan
semakin
bertambah
-
(a) (b) (c)
Gambar 5 Hasil uji denaturasi albumin,
albumin + HCl (a), albumin + NaOH (b), albumin + Buffer (c)
Percobaan pengendapan oleh logam, dasar reaksi pengendapan protein
oleh logam berat adalah penetralan muatan. Pada pH alkalis dari titik isolistriknya
protein bermuatan negatif dengan adanya ion positif dari logam, akan terjadi
penetralan muatan dan protein mendekati titik isoelektris sehingga mengendap.
Endapan akan larut dengan penambahan alkali encer. Senyawa – senyawa logam
tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein
membentuk endapan logam proteinat (Winarno 2002). Reaksi dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6 Reaksi pengendapan protein oleh logam (Poedjiadi 2009)
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh semua logam berat yang
ditambahkan pada larutan albumin menghasilkan endapan, hal ini terjadi karena
protein mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh
ion positif (logam) diperlukan pH larutan diatas pI karena protein bermuatan
negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan pH larutan dibawah pI karena
protein bermuatan positif. Ion – ion positif yang dapat mengendapkan protein
ialah Ag+, Ca
+, Zn
+, Hg
+, Fe
+, Cu
+, dan pb
+, sedangkan ion – ion negatif yang
dapat mengendapkan protein ialah ion salisilat, trikloroasetat, tanat, dan
sulfosalisilat (Poedjiadi 2009)
Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan
ammoniumsulfat ((NH4)2SO4) hingga jenuh (Poedjiadi 2009). Berdasarkan
percobaan setelah larutan albumin dijenuhkan dengan ((NH4)2SO4), uji endapan
yang terbentuk dengan air menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan
larutnya endapan protein dalam air, uji millon yang dilakukan pada endapan
menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan terbentuknya wearna putih susu
pada larutan karena hasil positif pada uji millon ditandai dengan terbentuknya
warna merah (Page 1997), uji biuret yang dilakukan pada filtrat juga
menunnjukkan hasil negatif yang ditandai dengan terbentuknya warna biru karena
hasil uji positif uji biuret adalah warna violet (Sukardjo 2009). Pengujian endapan
yang dihasilkan dengan pereaksi millon bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan tirosin, sedangkan pengujian filtrat dengan pereaksi biuret bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya gugus amida pada filtrat yang dihasilkan. Hasil
negatif uji biuret pada filtrat menunjukkan bahwa sudah tidak ada gugus amida
pada filtrat, namun uji millon juga menunjukkan hasil negatif, seharusnya uji
millon menunjukkan hasil positif karena endapan yang terbentuk merupakan
albumin, albumin termasuk protein lengkap yang dibangun oleh sejumlah asam
amino esensial dan non esensial diantaranya adalah tirosin (Page 1997), hasil
negatif yang didapatkan mungkin disebabkan karena pereaksi yang digunakan
sudah tersimpan lama dan ada kemungkinan pereaksi telah terkontaminasi.
Percobaan menggunakan ((NH4)2SO4) karena ((NH4)2SO4) memiliki tingkat
kelarutan yang lebih tinggi dari pada protein. Sehingga pada saat penambahan
((NH4)2SO4) , amonium sulfat akan melarut dalam air dan mendesak protein
keluar, kembali dalam bentuk solidnya, sehingga terbentuk protein yang
terendapkan (Poedjiadi 2009). Proses ini terjadi karena adanya kompetisi antara
molekul protein dengan ion anorganik dalam mengikat air (hidrasi) (Sumarjo
1998). Salting out adalah pengendapan protein dari sampel sedangkan salting in
pengendapan protein dari sampel dan endapan tersebut dapat larut kembali jika
ditambahkan pelarut.
Percobaan uji koagulasi menggunakan prinsip denaturasi protein dan titik
isolistrik. denaturasi yaitu keadaan dimana protein terurai menjadi struktur
primernya, baik reversible maupun irreversible (Poedjiadi 2009). Sedangkan yang
dimaksut titik isolistrik adalah suatu keadaan dimana ion negatif dan ion positif
yang ada pada suatu molekul jumlahnya sama dan mengindikasikan kenetralan,
pH ketika terjadi isolistrik disebut pI (pH isolistrik). Besarnya pI untuk albumin
adalah sebesar 3.5 – 4.5 (vlasova 2003). Berdasarkan percobaan uji kelarutan
dalam air menunjukkan hasil negatif, uji millon juga menunjukkan hasil negatif,
uji millon betujuan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin yang
menghasilkan warna merah (Page 1997). Seharusnya uji millon menunjukkan
hasil positif karena albumin yang terendapkan mengaandung tirosin hal ini sesuai
dengan pernyataan Page (1997) yang menyaatakan bahwa albumin termasuk
protein lengkap yang dibangun oleh sejumlah asam amino esensial dan non
esensial diantaranya adalah tirosin. Tidak terbentuknya warna merah pada larutan
mungkin disebabkan karena pereaksi millon yang digunakan tidak dalam keadaan
fress dan telah terkontaminasi. Uji biuret untuk filtratnya menunjukkan hasil
positif yang mengindikasikan bahwa masih ada ikatan peptida antar asam amino
yang terdapat dalam filtrat. Penambahan asam asetat 1 M ke dalam larutan protein
menyebabkan ion - ion H+
dari asam akan terikat pada gugus – gugus yang
bermuatan negatif sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul protein.
Perubahan pengutuban ini menyebabkan perubahan konfirmasi dari protein atau
rusaknya struktur tersier atau struktur kuartener protein sehingga protein
mengalami koagulasi (Fessenden 1986).
Pengendapan oleh alkohol, Penambahan alkohol dapat menurunkan
konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik menarik antar molekul
menjadi semakin kuat. Alkohol akan mengoksidasi gugus positif pada asam
amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, yang
mengakibatkan pada suasana tertentu dapat membentuk endapan, dalam
percobaan albumin yang ditambahkan buffer pH 4,7 menghasilkan endapan paling
banyak. Hal ini disebabkan pada pH 4,7 terdapat titik isoelektrik protein sehingga
endapan yang terbentuk merupakan jumlah endapan yang maksimal. Albumin
sendiri memiliki titik isoelektrik pada pH 4,5 - 4,9 (Poedjiadi 2009). Berdasarkan
hasil percobaan, dapat dilihat pada Tabel 4, hanya albumin yang ditamnbahkan
NaOH yang memberikan hasil negatif, hal ini disebabkan karena titik isoelektrik
protein terlalu jauh dalam suasana basa. Albumin yang ditambahkan HCl akan
membentuk endapan namun dengan kuantitas yang lebih sedikit. Endapan yang
terbentuk sedikit karena gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl-
dan gugus negatif yang ada pada larutan sehingga endapan yang terbentuk dalam
suasana asam lebih sedikit.
Denaturasi protein adalah berubahnya bentuk dan lipatan molekul protein
tetapi tidak sampai memutuskan ikatan antar asam amino dalam struktur protein.
Hal itu dikarenakan denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan.
Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur skunder dan tersier
protein . denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi
protein (Ophart 2003). Denaturasi dapat terjadi karena beberapa hal yaitu karena
pengaruh pH, panas, pelarut, logam berat, garam, kekuatan ion terlarut, dan
radiasi. Denaturasi memiliki derajat yang bertingkat , dari yang ringan yaitu
bersifat reversible sampai yang berat yang bersifat irreversible (Hawab 2003).
Berdasarkan percobaan dapat dilihat pada Tabel 5 hanya albumin yang ditambah-
kan NaOH yang tidak menghasilkan endapan hal ini karena titik isoelektrik
protein terlalu jauh dalam suasana basa. Penambahan buffer pH 4.7 pada albumin
yang ditambahkan HCl menyebabkan endapan semakin bertambah, hal ini
dikarenakan albumin sendiri memiliki titik isoelektrik pada pH 4,5-4,9 (Poedjiadi
2009). Titik isolistrik pada protein mempunyai arti pentingkarena pada umumnya
sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik., pada pH diatas titik
isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik protein
bermuatan positif. Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen
dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein
bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul
tersebut. Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemanasan
(Ophart 2003).
Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemanasan (Ophart 2003).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan, logam berat (Ag, Hg dan Pb) akan
membentuk ikatan logam proteinat ketika direaksikan dengan larutan protein.
Kelarutan protein berkurang ketika ditambahkan garam-garam anorganik,
sehingga terbentuk endapan. Koagulasi dan denaturasi protein disebabkan akibat
pemanasan dan penambahan alkohol.
Daftar Pustaka
Fessenden. 1986. Kimia Organik jilid 1. Pudjaatmaka AH, penerjemah. Jakarta:
Erlangga.
Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta: Bayu Media Publishing.
Ophart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College.
Page, DS. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna dkk. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sukardjo, Drs. Kimia Dasar Universitas. Jakarta : Erlangga.
Winarno, F. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.