ptk metode experiment

19
1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SUB KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS X.1 SMA N 3 BREBES TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh : Sadimin Guru SMA Negeri 3 Brebes, Jawa Tengah Abstrak Pembelajaran di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung bersifat tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan, disamping itu sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar Fisika kurang maksimal yang berdampak tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fisika Sub konsep gerak melingkar beraturan dengan mengunakan teknologi tepat guna berupa mesin pengiris bawang merah.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 39 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data tentang kondisi awal siswa diambil dari nilai ulangan sebelum penelitian, hasil belajar siswa diperoleh dari pemberian evaluasi (tes tertulis) kepada siswa, dan data keaktifan siswa diperoleh melalui kuisioner dan lembar observasi. Dari hasil penelitian diperoleh, pada siklus I rata-rata nilai tes siswa 64,36 dengan ketuntasan belajar klasikal 61,54%; siklus II nilai rata-rata siswa 67,56 dengan ketuntasan belajar klasikal 87,18%. Hasil analisis kuesioner siswa, menunjukkan adanya peningkatan respon siswa terhadap proses belajar mengajar fisika. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan teknologi tepat guna dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Fisika Sub konsep gerak melingkar beraturan pada kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebea Tahun Pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar diadakan penelitian lebih lanjut dan penggunaan teknologi tepat guna dalam pembelajaran fisika ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci : Hasil belajar, Teknologi tepat guna.

Upload: esti-widiawati

Post on 07-Apr-2017

294 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA

SUB KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

DENGAN METODE EKSPERIMEN

PADA SISWA KELAS X.1 SMA N 3 BREBES

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh : Sadimin

Guru SMA Negeri 3 Brebes, Jawa Tengah

Abstrak

Pembelajaran di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung bersifat

tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan, disamping itu

sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang

sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium. Permasalahan-permasalahan

tersebut menyebabkan hasil belajar Fisika kurang maksimal yang berdampak

tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fisika

Sub konsep gerak melingkar beraturan dengan mengunakan teknologi tepat guna

berupa mesin pengiris bawang merah.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas

X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 39 siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data tentang kondisi awal

siswa diambil dari nilai ulangan sebelum penelitian, hasil belajar siswa diperoleh

dari pemberian evaluasi (tes tertulis) kepada siswa, dan data keaktifan siswa

diperoleh melalui kuisioner dan lembar observasi. Dari hasil penelitian diperoleh,

pada siklus I rata-rata nilai tes siswa 64,36 dengan ketuntasan belajar klasikal

61,54%; siklus II nilai rata-rata siswa 67,56 dengan ketuntasan belajar klasikal

87,18%. Hasil analisis kuesioner siswa, menunjukkan adanya peningkatan respon

siswa terhadap proses belajar mengajar fisika. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan teknologi tepat

guna dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Fisika Sub konsep gerak

melingkar beraturan pada kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebea Tahun Pelajaran

2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar diadakan penelitian

lebih lanjut dan penggunaan teknologi tepat guna dalam pembelajaran fisika ini

dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Hasil belajar, Teknologi tepat guna.

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran fisika membutuhkan motivasi serta kreatifitas

yang tinggi agar materi yang diajarkan kepada para siswa dapat dipahami

dengan baik. Untuk itu kemampuan guru sangat perlu ditingkatakan guna

mendukung ide-ide pemikiran tersebut. Kendala yang sering ditemui adalah

keterpurukan hasil belajar fisika yang diawali dengan kesulitan siswa untuk

memahami setiap konsep dalam pelajaran fisika khususnya Sub konsep

Gerak Melingkar Beraturan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika perlu

diciptakan alat praktikum yang memadai. Alat praktikum yang kami buat

adalah teknologi tepat guna (mesin pengiris bawang merah). Penulis

membuat teknologi tepat guna ini, disesuaikan dengan kondisi Kabupaten

Brebes yang merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di

Indonesia. Mesin ini digunakan untuk kegiatan belajar mengajar mata

pelajaran fisika. Dengan harapan dapat menunjang peningkatan aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar, dapat memberi manfaat pada

peningkatan pemahaman konsep–konsep fisika, serta dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung

bersifat tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan,

disamping itu sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan

mata pelajaran yang sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium.

Sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan ketuntasan daya serapnya.

Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai prestasi belajar di bawah 62

dan ini lebih rendah dari KKM yang ditentukan. Siswa dianggap berhasil

dalam belajar jika nilai lebih besar atau sama dengan 62 (KKM mata

pelajaran fisika kurikulum 2006 SMA Negeri 3 Brebes tahun 2010/2011).

Dengan metode eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari

teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Metode eksperimen mempunyai

kelebihan sebagai berikut : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran

3

atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk

membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil

percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil

percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat

manusia.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan

fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk

melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.

Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat

diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk

belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa

belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan

demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang

diperoleh selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka ada tiga

permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung bersifat

tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan, disamping

itu sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan mata

pelajaran yang sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium.

Sehingga siswa tidak sepenuhnya bisa memahami konsep dalam

pembelajaran Fisika.

2. Masih banyak siswa yang memiliki respons relatif rendah dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga mengakibatkan siswa tidak

dapat menguasai konsep dalam pembelajaran Fisika khususnya Sub

Konsep gerak melingkar.

4

3. Hasil belajar siswa masih rendah dalam mata pelajaran Fisika (belum

sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 3 Brebes

tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 62,00)

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah dan tindakan yang dipilih, maka

rumusan masalah yang dikemukakan adalah :

1. Apakah pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan

dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode

Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan siswa?

2. Apakah pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan

menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode Eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk membuktikan bahwa pembelajaran Fisika sub konsep gerak

melingkar beraturan dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna

dengan metode Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa.

2. Untuk membuktikan bahwa pembelajaran Fisika sub konsep gerak

melingkar beraturan dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna

dengan metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dan guru

dan sekolah :

1. Bagi siswa :

1).Dapat menjelaskan dan menerangkan materi fisika tentang sub

konsep gerak melingkar beraturan.

2).Dapat membuktikan kebenaran teori dan konsep/sub konsep fisika

melalui kegiatan eksperimen.

3).Meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajarnya.

5

2. Bagi guru :

1). Meningkatkan kepuasan guru dalam melaksanakan pembelajaran

fisika.

2). Dapat mengembangkan proses belajar mengajar yang sudah ada

ke arah yang lebih baik.

3). Mampu menemukan sendiri kelemahan-kelemahan yang terjadi

pada proses belajar mengajar terdahulu dan dapat memperbaiki

dan melengkapi kelemahan-kelemahan sebelumnya.

3. Bagi sekolah :

1). Dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam

rangka memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.

2). Meningkatkan wawasan pembelajaran Fisika pada guru mata

pelajaran Fisika di sekolah.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Aaron Q. Sartani dkk dalam Max Darsono (2000:3), belajar

adalah suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. James O. Whittaker

dalam Max Darsono (2000:4), mengemukakan belajar adalah proses yang

menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan. atau pengalaman. Menurut

W. S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4), belajar adalah suatu aktifitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan dan nilai-sikap.

Belajar menurut Gagne (1997:148) terjadi bila suatu situasi stimulus

bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa, sehingga perbuatannya berubah

dari waktu sebelum ia mengalami situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi

tadi.

Belajar menurut Hilgar dan Bower (1975:148) Berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu dengan

disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu.

6

Belajar menurut Morgan (1978:148) adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.

Atas dasar pendapat-pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang (terbentuknya asosiasi-

asosiasi baru) berupa tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan

nilai-sikap karena pengalaman atau interaksi dengan lingkungan. Max Darsono

(2000:30-31) mengemukakan ciri-ciri belajar antara lain:

1. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan sebagai arah kegiatan

dan sebagai tolak ukur keberhasilan.

2. Belajar merupakan pengalaman sendiri (bersifat individual), tidak dapat

diwakilkan oleh orang lain.

3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungan berarti

individu harus aktif dengan menggunakan berbagai potensi yang dimiliki

untuk belajar, misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, motivasi, dan lain-

lain.

4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan yang bersifat internal dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terpisah satu dengan yang lain pada

diri orang yang belajar.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh suatu usaha yang dilakukan

atau dikerjakan. Hasil belajar merupakan salah satu bentuk penilaian dalam

pelaksanaan kurikulum. Ada dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran

evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil belajar siswa tiap semester dan

daya capai kurikulum pada tiap sekolah. Data hasil belajar siswa sangat

diperlukan oleh guru untuk mengetahui keterbatasan belajar siswa di kelas yang

menjadi tanggung jawabnya.

Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil

belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang

dapat diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Aspek kognitif mencakup kemampuan berpikir, termasuk kemampuan

7

memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi,

presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Tim Peneliti Program Pasca Sarjana

UNY,2003:1-5).

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, perlu pemahaman terhadap

prinsip-prinsip atau asas-asas belajar yang dapat mengarahkan kepada cara belajar

yang efisien. Menurut Oemar Hamalik dalam Max Darsono (2000:27) prinsip-

prinsip belajar tersebut meliputi:

a. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni

(motivasi instrinsik) dan bersumber dari dalam diri sendiri.

b. Belajar harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.

c. Belajar memerlukan bimbingan.

d. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari

dapat dikuasai.

e. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai hasil

atau tujuan.

f. Belajar dianggap berhasil apabila siswa telah sanggup menstranferkan atau

menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.

Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis bahwa pelaksanaan

proses belajar mengajar tanpa menggunakan media menyebabkan hasil belajar

siswa tidak memuaskan. Hal ini terbukti setiap diadakan tes tidak banyak siswa

yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, penulis mencoba menggunakan Teknologi

Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam pembelajaran sub konsep gerak

melingkar. Harapan penulis dengan menggunakan metode ini hasil belajar siswa

bisa meningkat.

3. Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan salah satu cabang Sains yang mempelajari gejala-gejala

alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan secara

8

matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan hubungan antara

kenyataan yang ada di alam (Druxes, 1989:3).

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah

yang lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran bertujuan membantu siswa agar

memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa

bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud adalah

meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku siswa (Darsono, 2000:24-26).

Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan

dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen

percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif

maupun kuantitatif.

5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Teknologi Tepat Guna.

Teknologi dapat diartikan Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau

memecahkan masalah tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori

ilmiah dan hasil penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras

9

seperti benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti metode,

sistematika atau prosedur kerja tertentu. Tepat Guna adalah tepat sasaran

penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya sehingga bermanfaat bagi

bidang tersebut

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang menggunakan sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi/ada secara berdaya guna dan

berhasil guna atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah,

murah, dan sederhana. (Kepmendikbud No. 25/O/1995).

5. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen,

siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari

kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik

kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Menurut Schoenherr (1996) yang

dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai

untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan

kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas

secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep

dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu

siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa

mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.

Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,

memberikan contoh, dan menerapkan konsep pada materi yang diajarkan dalam

hal ini materi Sub konsep gerak melingkar.

10

6. Materi Gerak Melingkar

Setiap benda yang bergerak membentuk suatu lingkaran dikatakan

melakukan gerakan melingkar. Benda dikatakan bergerak melingkar beraturan

jika benda bergerak dengan kecepatan sudut konstan pada lintasan berbentuk

lingkaran. Sangat banyak gerakan benda yang berbentuk melingkar yang dapat

kita amati dalam kehidupan sehari-hari, termasuk gerakan mobil/sepeda motor

pada tikungan jalan, gerakan planet kesayangan kita (bumi), planet-planet lainnya,

satelit, bintang dan benda angkasa yang lain.

Besaran-besaran dalam gerak melingkar beraturan

1. Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu kali putaran penuh

2. Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran dalam satu detik

Hubungan f dengan T secara matematis adalah :

f = 1/T

Dimana: f adalah frekuensi satuannya Hertz

T adalah periode satuannya sekon

3. Kelajuan linier (v) adalah hasil bagi panjang lintasan dengan selang waktu

4. Kecepatan sudut (ω) yaitu hasil bagi sudut yang ditempuh benda dengan selang

waktu. Ditulis :

ω = 2П/T Satuan dari ω adalah rad/s

Hubungan antara v dengan ω adalah :

v = ω.r dengan r = jari-jari lingkaran (m)

Percepatan sentripetal

Percepatan sentripetal adalah percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran.

Percepatan sentripetal terjadi karena kecepatan linier benda yang terus berubah-

ubah. Secara matematis percepatan sentripetal ditulis

as = V2/r

Dengan as = percepatan sentripetal (m/s2)

V = kecepatan (m/s)

r = jari-jari lingkaran (m)

Posisi sudutnya dapat dihitung dengan persamaan :

= ω .t , dengan t = waktu tempuh (s)

11

Gaya sentripetal

Gaya sentripetal adalah gaya yang arahnya menuju pusat lingkaran

Secara matematis ditulis :

Fs = m . as

Dengan Fs = gaya sentripetal (N)

m = massa (kg)

as = percepatan sentripetal (m/s2 )

B. Kerangka Berfikir

Menurut Bruner (Toeti 1997:24) individu akan belajar dengan baik jika

bahan ajar menarik dan disajikan dengan cara yang menarik. Pembelajaran Fisika

menggunakan teknologi tepat guna dengan metode eksperimen merupakan

metode pembelajaran yang sangat menarik, karena siswa akan memahami konsep

Fisika secara menyeluruh yaitu meliputi teknologi yang dapat diciptakan

berdasarkan konsep Fisika tersebut serta dampak- dampaknya terhadap

lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya menurut Ausubel (Dahar 1989:110),

belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama :

berhubungan dengan cara materi pembelajaran disajikan pada siswa melalui

penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua : menyangkut bagaimana siswa dapat

menaikkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Metode eksperimen

merupakan metode yang cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran Fisika

khususnya sub konsep gerak melingkar beraturan, karena metode eksperimen

mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga

dengan mengalami sendiri siswa akan belajar penemuan yang merupakan konsep

belajar bermakna.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan teknologi Tepat Guna dengan

metode Eksperimen pada pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar maka

dapat diduga:

a. Sekurang-kuranya 75 % siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

12

b. Sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa akan tuntas belajar dengan

Kriteria Ketuntasan Minimum 62. (KKM = 62).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X.1 SMA Negeri 3

Kec. Brebes Kabupaten Brebes yang beralamatkan di Jalan MT.Haryono

No.78. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juli 2010 sampai dengan

Desember 2010 tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dilaksanakan di sekolah

tersebut karena peneliti adalah tenaga pengajar di sekolah tersebut dengan

mengampu mata pelajaran Fisika.

B. Subyek Penelitian.

Subyek penelitian adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun

pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa kelas X.1 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari siswa laki-laki berjumlah 23 dan perempuan berjumlah 16 siswa,dengan

kemampuan rata-rata (sedang).

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang tepat,menggunakan

suatu alat pengumpul data sebagai berikut :

1. Kuisioner atau Angket.

Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengajuklan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Angket

ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan atau pendapat

siswa terhadap penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode

eksperimen dalam pembelajaran fisika sub konsep gerak melingkar

beraturan.

2. Obsevasi

Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon siswa pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran fisika

para siswa sesaat setelah proses pembelajaran fisika dilaksanakan pada

13

kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2010/2011. Pada setiap

siklus guru memberikan tes untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam

penguasaan materi dalam pembelajaran sub konsep gerak melingkar

beraturan. Tes yang dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dalam

bentuk uraian.

D. Validasi Data

Validitas tes dilakukan dengan cara : 1) Face Falidity (anggota AR

saling mengecek validitas instrumen), dan 2) content (isi tes sesuai dengan

materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum).

E. Analisa Data.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan cara :

a. Data kualitatif.

Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi tentang respons siswa

yang merupakan gambaran mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar dan kuisioner tentang tanggapan siswa terhadap

penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam

pembelajaran fisika sub konsep gerak melingkar. Jika masih ada siswa

yang kurang memahami materi selanjutnya diberi kesempatan tanya jawab

(kolaborasi) antar teman dalam satu kelompok atau kepada teman pada

kelompok lain agar ditemukan solusi untuk mengatasinya sehingga akan

meningkatkan keaktifan siswa itu sendiri.

b. Data kuantitatif.

Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa kemudian dihitung prosentase

ketuntasanya yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 ke atas dibagi

jumlah siswa dalam satu kelas dikalikan dengan 100%.

Prosentase ketuntasan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

St

Pk = ---- X 100%

S

Keterangan :

Pk = Prosentase ketuntasan

14

St = Jumlah siswa yang tuntas belajar

S = Jumlah siswa dalam satu kelas

F. Indikator Kinerja

Penelitian ini dinyatakan berhasil bila pembelajaran Fisika dengan

menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dapat

meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik

terhadap materi sub konsep gerak melingkar. Pemahaman dan penguasaan

Sub konsep gerak melingkar beraturan ditunjukkan oleh meningkatnya hasil

belajar siswa. Target peningkatan yang hendak dicapai sekurang- kurangnya

20% dari kondisi awal (sebelum pelaksanaan tindakan kelas).

Keberhasilan lain yang ingin dicapai adalah pada akhir penelitian tahun

ajaran 2010/2011 jumlah siswa kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes yang

menguasai sub konsep gerak melingkar beraturan dengan baik meningkat

secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh dua indikator utama yaitu :

1. Rata-rata keaktifan siswa lebih dari 75 %

2. Rata-rata ketuntasan belajar siswa lebih dari 85 %.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Hasil Belajar Pada Siklus I

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I menghasilkan data dan informasi

sebagai berikut.

a. Jumlah peserta ulangan harian 39 siswa

b. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 62 sebanyak 15 siswa

c. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 sebanyak 24 siswa

d. Nilai rata – rata kelas 64,36

Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Fisika yang dicapai

sebesar : 24/39 x 100% = 61,54%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 61,54%

pada siklus I ini, belum mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85%

siswa memperoleh nilai ulangan harian 62.

15

2. Hasil Belajar Pada Siklus II

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II menghasilkan data dan informasi

sebagai berikut.

a. Jumlah peserta ulangan harian 39 siswa

b. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 62 sebanyak 5 siswa

c. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 sebanyak 34 siswa

d. Nilai rata-rata kelas 67.56

Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Fisika yang dicapai

pada siklus II sebesar : 34/39 x 100% = 87,18%. Ketuntasan belajar Fisika

sebesar 87,18% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan

belajar dari siklus I dan sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu

lebih dari 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar.

Tabel berikut ini menyajikan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar

sebelum Action Research (AR) , siklus I dan siklus II.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Sebelum Penelitian dan Akhir Siklus I dan

Siklus II

Uraian Sebelum AR

(UH.I) Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 70 80 80

Nilai terendah 40 50 50

Nilai rata-rata kelas 55 64.35 67.56

Ketuntasan belajar 46,15% 61,54% 87,18%

3. Aktivitas Siswa dan Guru

a. Kuesioner tentang Perilaku Siswa dan Guru

Perilaku siswa dan guru mencerminkan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan

belajar mengajar (KBM).

Dari hasil kuisioner antara kondisi awal (sebelum Action Research)

dengan akhir siklus I, dan akhir siklus II pada setiap perilaku siswa dan perilaku

guru terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru.

b. Observasi Anggota Action Research

Hasil observasi anggota Action Research (observer) selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung dilakukan 2 kali dapat dilihat pada tabel berikut.

16

Tabel 2. Aktivitas Siswa

No. Nomor

Perilaku yang diamati

Observasi ke :

(dalam persen (%))

1 2

1 1 74 87

2 2 77 87

3 3 77 87

4 4 77 87

5 5 74 82

6 6 77 95

7 7 84 95

8 8 74 87

9 9 82 95

10 10 77 87

Berdasarkan tabel tersebut di atas persentasi aktivitas siswa dari observasi

awal (1) sampai dengan observasi akhir (2) meningkat, kondisi semacam ini

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar meningkat.

Tabel 3. Aktivitas Guru

No. Nomor

Perilaku yang diamati

Observasi ke :

(dalam persen (%))

1 2

11 11 82 92

12 12 82 92

13 13 82 92

14 14 87 95

15 15 87 95

16 16 87 95

17 17 87 90

18 18 85 92

19 19 85 92

20 20 87 95

Berdasarkan tabel tersebut di atas persentasi aktivitas guru dari observasi

awal (1) sampai dengan observasi akhir (2) meningkat, kondisi semacam ini

menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses belajar mengajar meningkat.

c. Hasil Wawancara dengan Siswa

Wawancara dilakukan tiga tahap, yaitu: tahap pertama sebelum Action

Research, tahap kedua pada akhir siklus I, tahap ke tiga pada akhir siklus II.

17

Adapun siswa yang diwawancarai adalah siswa yang tidak tuntas belajar

sebanyak 15 siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa penggunaan

Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam pembelajaran Fisika

sub konsep gerak melingkar beraturan membuat siswa menjadi aktif, tidak bosan

dan menyukai pelajaran Fisika.

B. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya adalah Penggunaan

teknologi Tepat Guna dengan menggunakan metode Eksperimen pada

pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan diduga :

a. Sekurang-kurangya 75 % siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

b. Sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa akan tuntas belajar dengan

Kriteria Ketuntasan Minimum 62. (KKM = 62).

Hipotesis tersebut dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut.

1. Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus I sebesar : 24/ 39 x 100%

= 61,54%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 61,54% pada siklus I ini,

belum mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85% siswa akan

tuntas belajar dengan memiliki nilai ulangan harian 62.

2. Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus II sebesar : 34/39 x 100%

= 87,18%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 87,18% pada siklus II ini,

sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85% siswa akan

tuntas belajar dengan memiliki nilai ulangan harian 62. Ketuntasan belajar

Fisika sebesar 87,18% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan belajar dari siklus I . Dengan demikian menunjukkan bahwa pada

siklus II telah dapat membuktikan hipotesis penelitian yang dimaksud.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Proses pembelajaran Fisika menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan

metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode

eksperimen sangat cukup untuk mencapai hasil belajar siswa sesuai dengan

ketuntasan yang diharapkan. Demikian pula dari kemampuan guru yang dimiliki

18

telah mampu menerapkan metode eksperimen secara optimal, sehingga kualitas

pembelajaran menjadi lebih baik.

Dalam penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen

pada setiap siklus terjadi perubahan yang signifikan, jika sebelum dilakukan

action research (AR) ketuntasan belajar 45,16%, pada siklus I ketuntas belajar

menjadi 61,54%, pada siklus II menjadi 87,18%.

Dalam pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan

menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen akan

memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa, mengingat metode

tersebut berusaha untuk memadukan antara teori dengan keadaan yang

sebenarnya. Dengan adanya pengalaman belajar yang demikian, maka siswa

menjadi lebih mudah untuk mengingat, sehingga hasil test yang diberikan guru

menjadi lebih baik.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini, berdasarkan hasil dan pembahasan adalah

sebagai berikut :

1. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam

pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan pada kelas X.1

SMA Negeri 3 Brebes dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru.

2. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam

pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan pada kelas X.1

SMA Negeri 3 Brebes dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dikemukakan beberapa

saran antara lain sebagai berikut.

1. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam

pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar sangat efektif untuk

dilakukan dalam Proses Belajar Mengajar. Untuk itu diharapkan guru bisa

menggunakan metode ekperimen dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya

materi gerak melingkar beraturan.

19

2. Pembelajaran Fisika menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode

eksperimen memerlukan sarana dan prasarana laboratorium yang memadai

untuk memberikan pengalaman pada siswa untuk itu sangat dianjurkan

kepada sekolah- sekolah untuk melengkapi sarana laboratorium.

3. Pembelajaran Fisika dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan

metode eksperimen memerlukan seorang guru yang benar-benar menguasai

materi dan peralatan laboratorium. Untuk itu diharapkan guru selalu

memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan materi Fisika.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

BSNP, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA,

Jakarta.

Budi Purwanto, Drs, 2004, Fisika Dasar, Solo, PT Tiga Serangkai.

Darsono, Max. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang. IKIP : Semarang Press.

Djamarah. 2002. Strategi Belajar mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Depdiknas,2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian,

Dirjend Dikdasmen,Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta

Herbert Druxt, dkk. 1986. Kompendium Didaktif Fisika. Bandung: CV Remaja

Karya.

Kanginan, Marthen. 1994. Fisika SMA Kelas I. Jakarta: Erlangga.

LPMP Jawa Tengah, 2004, Jurnal Pendidikan Widya Tama, Semarang.

Poerwodarminto. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Persero

Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosda Karya.

Suparno, Satiro,Dr, 1991, Petunjuk Praktikum Program Kependidikan Fisika,

Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud.

Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY. 2003. Pedoman Penilaian Psikomotorik.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.