ptk metode experiment
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA
SUB KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DENGAN METODE EKSPERIMEN
PADA SISWA KELAS X.1 SMA N 3 BREBES
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh : Sadimin
Guru SMA Negeri 3 Brebes, Jawa Tengah
Abstrak
Pembelajaran di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung bersifat
tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan, disamping itu
sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang
sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium. Permasalahan-permasalahan
tersebut menyebabkan hasil belajar Fisika kurang maksimal yang berdampak
tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fisika
Sub konsep gerak melingkar beraturan dengan mengunakan teknologi tepat guna
berupa mesin pengiris bawang merah.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 39 siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data tentang kondisi awal
siswa diambil dari nilai ulangan sebelum penelitian, hasil belajar siswa diperoleh
dari pemberian evaluasi (tes tertulis) kepada siswa, dan data keaktifan siswa
diperoleh melalui kuisioner dan lembar observasi. Dari hasil penelitian diperoleh,
pada siklus I rata-rata nilai tes siswa 64,36 dengan ketuntasan belajar klasikal
61,54%; siklus II nilai rata-rata siswa 67,56 dengan ketuntasan belajar klasikal
87,18%. Hasil analisis kuesioner siswa, menunjukkan adanya peningkatan respon
siswa terhadap proses belajar mengajar fisika. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan teknologi tepat
guna dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Fisika Sub konsep gerak
melingkar beraturan pada kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebea Tahun Pelajaran
2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar diadakan penelitian
lebih lanjut dan penggunaan teknologi tepat guna dalam pembelajaran fisika ini
dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil belajar, Teknologi tepat guna.
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran fisika membutuhkan motivasi serta kreatifitas
yang tinggi agar materi yang diajarkan kepada para siswa dapat dipahami
dengan baik. Untuk itu kemampuan guru sangat perlu ditingkatakan guna
mendukung ide-ide pemikiran tersebut. Kendala yang sering ditemui adalah
keterpurukan hasil belajar fisika yang diawali dengan kesulitan siswa untuk
memahami setiap konsep dalam pelajaran fisika khususnya Sub konsep
Gerak Melingkar Beraturan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika perlu
diciptakan alat praktikum yang memadai. Alat praktikum yang kami buat
adalah teknologi tepat guna (mesin pengiris bawang merah). Penulis
membuat teknologi tepat guna ini, disesuaikan dengan kondisi Kabupaten
Brebes yang merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di
Indonesia. Mesin ini digunakan untuk kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran fisika. Dengan harapan dapat menunjang peningkatan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar, dapat memberi manfaat pada
peningkatan pemahaman konsep–konsep fisika, serta dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung
bersifat tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan,
disamping itu sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan
mata pelajaran yang sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium.
Sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan ketuntasan daya serapnya.
Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai prestasi belajar di bawah 62
dan ini lebih rendah dari KKM yang ditentukan. Siswa dianggap berhasil
dalam belajar jika nilai lebih besar atau sama dengan 62 (KKM mata
pelajaran fisika kurikulum 2006 SMA Negeri 3 Brebes tahun 2010/2011).
Dengan metode eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari
teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Metode eksperimen mempunyai
kelebihan sebagai berikut : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran
3
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk
membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat
manusia.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan
fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk
melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.
Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat
diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk
belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa
belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan
demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang
diperoleh selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka ada tiga
permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Brebes masih cenderung bersifat
tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan, disamping
itu sebagian besar siswa menganggap bahwa Fisika merupakan mata
pelajaran yang sulit, dan juga siswa jarang praktek di laboratorium.
Sehingga siswa tidak sepenuhnya bisa memahami konsep dalam
pembelajaran Fisika.
2. Masih banyak siswa yang memiliki respons relatif rendah dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga mengakibatkan siswa tidak
dapat menguasai konsep dalam pembelajaran Fisika khususnya Sub
Konsep gerak melingkar.
4
3. Hasil belajar siswa masih rendah dalam mata pelajaran Fisika (belum
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 3 Brebes
tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 62,00)
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah dan tindakan yang dipilih, maka
rumusan masalah yang dikemukakan adalah :
1. Apakah pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan
dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode
Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan siswa?
2. Apakah pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan
menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode Eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk membuktikan bahwa pembelajaran Fisika sub konsep gerak
melingkar beraturan dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna
dengan metode Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa.
2. Untuk membuktikan bahwa pembelajaran Fisika sub konsep gerak
melingkar beraturan dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna
dengan metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dan guru
dan sekolah :
1. Bagi siswa :
1).Dapat menjelaskan dan menerangkan materi fisika tentang sub
konsep gerak melingkar beraturan.
2).Dapat membuktikan kebenaran teori dan konsep/sub konsep fisika
melalui kegiatan eksperimen.
3).Meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
5
2. Bagi guru :
1). Meningkatkan kepuasan guru dalam melaksanakan pembelajaran
fisika.
2). Dapat mengembangkan proses belajar mengajar yang sudah ada
ke arah yang lebih baik.
3). Mampu menemukan sendiri kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada proses belajar mengajar terdahulu dan dapat memperbaiki
dan melengkapi kelemahan-kelemahan sebelumnya.
3. Bagi sekolah :
1). Dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam
rangka memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
2). Meningkatkan wawasan pembelajaran Fisika pada guru mata
pelajaran Fisika di sekolah.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Aaron Q. Sartani dkk dalam Max Darsono (2000:3), belajar
adalah suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. James O. Whittaker
dalam Max Darsono (2000:4), mengemukakan belajar adalah proses yang
menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan. atau pengalaman. Menurut
W. S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4), belajar adalah suatu aktifitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan nilai-sikap.
Belajar menurut Gagne (1997:148) terjadi bila suatu situasi stimulus
bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa, sehingga perbuatannya berubah
dari waktu sebelum ia mengalami situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi
tadi.
Belajar menurut Hilgar dan Bower (1975:148) Berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu dengan
disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu.
6
Belajar menurut Morgan (1978:148) adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Atas dasar pendapat-pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang (terbentuknya asosiasi-
asosiasi baru) berupa tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan
nilai-sikap karena pengalaman atau interaksi dengan lingkungan. Max Darsono
(2000:30-31) mengemukakan ciri-ciri belajar antara lain:
1. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan sebagai arah kegiatan
dan sebagai tolak ukur keberhasilan.
2. Belajar merupakan pengalaman sendiri (bersifat individual), tidak dapat
diwakilkan oleh orang lain.
3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungan berarti
individu harus aktif dengan menggunakan berbagai potensi yang dimiliki
untuk belajar, misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, motivasi, dan lain-
lain.
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan yang bersifat internal dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terpisah satu dengan yang lain pada
diri orang yang belajar.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh suatu usaha yang dilakukan
atau dikerjakan. Hasil belajar merupakan salah satu bentuk penilaian dalam
pelaksanaan kurikulum. Ada dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran
evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil belajar siswa tiap semester dan
daya capai kurikulum pada tiap sekolah. Data hasil belajar siswa sangat
diperlukan oleh guru untuk mengetahui keterbatasan belajar siswa di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil
belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
dapat diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Aspek kognitif mencakup kemampuan berpikir, termasuk kemampuan
7
memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Tim Peneliti Program Pasca Sarjana
UNY,2003:1-5).
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, perlu pemahaman terhadap
prinsip-prinsip atau asas-asas belajar yang dapat mengarahkan kepada cara belajar
yang efisien. Menurut Oemar Hamalik dalam Max Darsono (2000:27) prinsip-
prinsip belajar tersebut meliputi:
a. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni
(motivasi instrinsik) dan bersumber dari dalam diri sendiri.
b. Belajar harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
c. Belajar memerlukan bimbingan.
d. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
e. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai hasil
atau tujuan.
f. Belajar dianggap berhasil apabila siswa telah sanggup menstranferkan atau
menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis bahwa pelaksanaan
proses belajar mengajar tanpa menggunakan media menyebabkan hasil belajar
siswa tidak memuaskan. Hal ini terbukti setiap diadakan tes tidak banyak siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, penulis mencoba menggunakan Teknologi
Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam pembelajaran sub konsep gerak
melingkar. Harapan penulis dengan menggunakan metode ini hasil belajar siswa
bisa meningkat.
3. Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan salah satu cabang Sains yang mempelajari gejala-gejala
alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan secara
8
matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan hubungan antara
kenyataan yang ada di alam (Druxes, 1989:3).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah
yang lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran bertujuan membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa
bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud adalah
meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa (Darsono, 2000:24-26).
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Teknologi Tepat Guna.
Teknologi dapat diartikan Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau
memecahkan masalah tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori
ilmiah dan hasil penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras
9
seperti benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti metode,
sistematika atau prosedur kerja tertentu. Tepat Guna adalah tepat sasaran
penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya sehingga bermanfaat bagi
bidang tersebut
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang menggunakan sumber daya
yang ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi/ada secara berdaya guna dan
berhasil guna atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah,
murah, dan sederhana. (Kepmendikbud No. 25/O/1995).
5. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen,
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Menurut Schoenherr (1996) yang
dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai
untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan
kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas
secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu
siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa
mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,
memberikan contoh, dan menerapkan konsep pada materi yang diajarkan dalam
hal ini materi Sub konsep gerak melingkar.
10
6. Materi Gerak Melingkar
Setiap benda yang bergerak membentuk suatu lingkaran dikatakan
melakukan gerakan melingkar. Benda dikatakan bergerak melingkar beraturan
jika benda bergerak dengan kecepatan sudut konstan pada lintasan berbentuk
lingkaran. Sangat banyak gerakan benda yang berbentuk melingkar yang dapat
kita amati dalam kehidupan sehari-hari, termasuk gerakan mobil/sepeda motor
pada tikungan jalan, gerakan planet kesayangan kita (bumi), planet-planet lainnya,
satelit, bintang dan benda angkasa yang lain.
Besaran-besaran dalam gerak melingkar beraturan
1. Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu kali putaran penuh
2. Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran dalam satu detik
Hubungan f dengan T secara matematis adalah :
f = 1/T
Dimana: f adalah frekuensi satuannya Hertz
T adalah periode satuannya sekon
3. Kelajuan linier (v) adalah hasil bagi panjang lintasan dengan selang waktu
4. Kecepatan sudut (ω) yaitu hasil bagi sudut yang ditempuh benda dengan selang
waktu. Ditulis :
ω = 2П/T Satuan dari ω adalah rad/s
Hubungan antara v dengan ω adalah :
v = ω.r dengan r = jari-jari lingkaran (m)
Percepatan sentripetal
Percepatan sentripetal adalah percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran.
Percepatan sentripetal terjadi karena kecepatan linier benda yang terus berubah-
ubah. Secara matematis percepatan sentripetal ditulis
as = V2/r
Dengan as = percepatan sentripetal (m/s2)
V = kecepatan (m/s)
r = jari-jari lingkaran (m)
Posisi sudutnya dapat dihitung dengan persamaan :
= ω .t , dengan t = waktu tempuh (s)
11
Gaya sentripetal
Gaya sentripetal adalah gaya yang arahnya menuju pusat lingkaran
Secara matematis ditulis :
Fs = m . as
Dengan Fs = gaya sentripetal (N)
m = massa (kg)
as = percepatan sentripetal (m/s2 )
B. Kerangka Berfikir
Menurut Bruner (Toeti 1997:24) individu akan belajar dengan baik jika
bahan ajar menarik dan disajikan dengan cara yang menarik. Pembelajaran Fisika
menggunakan teknologi tepat guna dengan metode eksperimen merupakan
metode pembelajaran yang sangat menarik, karena siswa akan memahami konsep
Fisika secara menyeluruh yaitu meliputi teknologi yang dapat diciptakan
berdasarkan konsep Fisika tersebut serta dampak- dampaknya terhadap
lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya menurut Ausubel (Dahar 1989:110),
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama :
berhubungan dengan cara materi pembelajaran disajikan pada siswa melalui
penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua : menyangkut bagaimana siswa dapat
menaikkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Metode eksperimen
merupakan metode yang cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran Fisika
khususnya sub konsep gerak melingkar beraturan, karena metode eksperimen
mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga
dengan mengalami sendiri siswa akan belajar penemuan yang merupakan konsep
belajar bermakna.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan teknologi Tepat Guna dengan
metode Eksperimen pada pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar maka
dapat diduga:
a. Sekurang-kuranya 75 % siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
12
b. Sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa akan tuntas belajar dengan
Kriteria Ketuntasan Minimum 62. (KKM = 62).
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X.1 SMA Negeri 3
Kec. Brebes Kabupaten Brebes yang beralamatkan di Jalan MT.Haryono
No.78. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juli 2010 sampai dengan
Desember 2010 tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dilaksanakan di sekolah
tersebut karena peneliti adalah tenaga pengajar di sekolah tersebut dengan
mengampu mata pelajaran Fisika.
B. Subyek Penelitian.
Subyek penelitian adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun
pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa kelas X.1 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari siswa laki-laki berjumlah 23 dan perempuan berjumlah 16 siswa,dengan
kemampuan rata-rata (sedang).
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang tepat,menggunakan
suatu alat pengumpul data sebagai berikut :
1. Kuisioner atau Angket.
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengajuklan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Angket
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan atau pendapat
siswa terhadap penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode
eksperimen dalam pembelajaran fisika sub konsep gerak melingkar
beraturan.
2. Obsevasi
Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon siswa pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran fisika
para siswa sesaat setelah proses pembelajaran fisika dilaksanakan pada
13
kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2010/2011. Pada setiap
siklus guru memberikan tes untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam
penguasaan materi dalam pembelajaran sub konsep gerak melingkar
beraturan. Tes yang dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dalam
bentuk uraian.
D. Validasi Data
Validitas tes dilakukan dengan cara : 1) Face Falidity (anggota AR
saling mengecek validitas instrumen), dan 2) content (isi tes sesuai dengan
materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum).
E. Analisa Data.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan cara :
a. Data kualitatif.
Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi tentang respons siswa
yang merupakan gambaran mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dan kuisioner tentang tanggapan siswa terhadap
penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran fisika sub konsep gerak melingkar. Jika masih ada siswa
yang kurang memahami materi selanjutnya diberi kesempatan tanya jawab
(kolaborasi) antar teman dalam satu kelompok atau kepada teman pada
kelompok lain agar ditemukan solusi untuk mengatasinya sehingga akan
meningkatkan keaktifan siswa itu sendiri.
b. Data kuantitatif.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa kemudian dihitung prosentase
ketuntasanya yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 ke atas dibagi
jumlah siswa dalam satu kelas dikalikan dengan 100%.
Prosentase ketuntasan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
St
Pk = ---- X 100%
S
Keterangan :
Pk = Prosentase ketuntasan
14
St = Jumlah siswa yang tuntas belajar
S = Jumlah siswa dalam satu kelas
F. Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan berhasil bila pembelajaran Fisika dengan
menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dapat
meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik
terhadap materi sub konsep gerak melingkar. Pemahaman dan penguasaan
Sub konsep gerak melingkar beraturan ditunjukkan oleh meningkatnya hasil
belajar siswa. Target peningkatan yang hendak dicapai sekurang- kurangnya
20% dari kondisi awal (sebelum pelaksanaan tindakan kelas).
Keberhasilan lain yang ingin dicapai adalah pada akhir penelitian tahun
ajaran 2010/2011 jumlah siswa kelas X.1 SMA Negeri 3 Brebes yang
menguasai sub konsep gerak melingkar beraturan dengan baik meningkat
secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh dua indikator utama yaitu :
1. Rata-rata keaktifan siswa lebih dari 75 %
2. Rata-rata ketuntasan belajar siswa lebih dari 85 %.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Belajar Pada Siklus I
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I menghasilkan data dan informasi
sebagai berikut.
a. Jumlah peserta ulangan harian 39 siswa
b. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 62 sebanyak 15 siswa
c. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 sebanyak 24 siswa
d. Nilai rata – rata kelas 64,36
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Fisika yang dicapai
sebesar : 24/39 x 100% = 61,54%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 61,54%
pada siklus I ini, belum mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85%
siswa memperoleh nilai ulangan harian 62.
15
2. Hasil Belajar Pada Siklus II
Berdasarkan hasil belajar pada siklus II menghasilkan data dan informasi
sebagai berikut.
a. Jumlah peserta ulangan harian 39 siswa
b. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 62 sebanyak 5 siswa
c. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 62 sebanyak 34 siswa
d. Nilai rata-rata kelas 67.56
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Fisika yang dicapai
pada siklus II sebesar : 34/39 x 100% = 87,18%. Ketuntasan belajar Fisika
sebesar 87,18% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan
belajar dari siklus I dan sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu
lebih dari 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar.
Tabel berikut ini menyajikan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar
sebelum Action Research (AR) , siklus I dan siklus II.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Sebelum Penelitian dan Akhir Siklus I dan
Siklus II
Uraian Sebelum AR
(UH.I) Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 70 80 80
Nilai terendah 40 50 50
Nilai rata-rata kelas 55 64.35 67.56
Ketuntasan belajar 46,15% 61,54% 87,18%
3. Aktivitas Siswa dan Guru
a. Kuesioner tentang Perilaku Siswa dan Guru
Perilaku siswa dan guru mencerminkan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
belajar mengajar (KBM).
Dari hasil kuisioner antara kondisi awal (sebelum Action Research)
dengan akhir siklus I, dan akhir siklus II pada setiap perilaku siswa dan perilaku
guru terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru.
b. Observasi Anggota Action Research
Hasil observasi anggota Action Research (observer) selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung dilakukan 2 kali dapat dilihat pada tabel berikut.
16
Tabel 2. Aktivitas Siswa
No. Nomor
Perilaku yang diamati
Observasi ke :
(dalam persen (%))
1 2
1 1 74 87
2 2 77 87
3 3 77 87
4 4 77 87
5 5 74 82
6 6 77 95
7 7 84 95
8 8 74 87
9 9 82 95
10 10 77 87
Berdasarkan tabel tersebut di atas persentasi aktivitas siswa dari observasi
awal (1) sampai dengan observasi akhir (2) meningkat, kondisi semacam ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar meningkat.
Tabel 3. Aktivitas Guru
No. Nomor
Perilaku yang diamati
Observasi ke :
(dalam persen (%))
1 2
11 11 82 92
12 12 82 92
13 13 82 92
14 14 87 95
15 15 87 95
16 16 87 95
17 17 87 90
18 18 85 92
19 19 85 92
20 20 87 95
Berdasarkan tabel tersebut di atas persentasi aktivitas guru dari observasi
awal (1) sampai dengan observasi akhir (2) meningkat, kondisi semacam ini
menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses belajar mengajar meningkat.
c. Hasil Wawancara dengan Siswa
Wawancara dilakukan tiga tahap, yaitu: tahap pertama sebelum Action
Research, tahap kedua pada akhir siklus I, tahap ke tiga pada akhir siklus II.
17
Adapun siswa yang diwawancarai adalah siswa yang tidak tuntas belajar
sebanyak 15 siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa penggunaan
Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam pembelajaran Fisika
sub konsep gerak melingkar beraturan membuat siswa menjadi aktif, tidak bosan
dan menyukai pelajaran Fisika.
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya adalah Penggunaan
teknologi Tepat Guna dengan menggunakan metode Eksperimen pada
pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan diduga :
a. Sekurang-kurangya 75 % siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
b. Sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa akan tuntas belajar dengan
Kriteria Ketuntasan Minimum 62. (KKM = 62).
Hipotesis tersebut dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut.
1. Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus I sebesar : 24/ 39 x 100%
= 61,54%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 61,54% pada siklus I ini,
belum mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85% siswa akan
tuntas belajar dengan memiliki nilai ulangan harian 62.
2. Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus II sebesar : 34/39 x 100%
= 87,18%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 87,18% pada siklus II ini,
sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 85% siswa akan
tuntas belajar dengan memiliki nilai ulangan harian 62. Ketuntasan belajar
Fisika sebesar 87,18% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan belajar dari siklus I . Dengan demikian menunjukkan bahwa pada
siklus II telah dapat membuktikan hipotesis penelitian yang dimaksud.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Proses pembelajaran Fisika menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan
metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode
eksperimen sangat cukup untuk mencapai hasil belajar siswa sesuai dengan
ketuntasan yang diharapkan. Demikian pula dari kemampuan guru yang dimiliki
18
telah mampu menerapkan metode eksperimen secara optimal, sehingga kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik.
Dalam penggunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen
pada setiap siklus terjadi perubahan yang signifikan, jika sebelum dilakukan
action research (AR) ketuntasan belajar 45,16%, pada siklus I ketuntas belajar
menjadi 61,54%, pada siklus II menjadi 87,18%.
Dalam pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan
menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen akan
memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa, mengingat metode
tersebut berusaha untuk memadukan antara teori dengan keadaan yang
sebenarnya. Dengan adanya pengalaman belajar yang demikian, maka siswa
menjadi lebih mudah untuk mengingat, sehingga hasil test yang diberikan guru
menjadi lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini, berdasarkan hasil dan pembahasan adalah
sebagai berikut :
1. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan pada kelas X.1
SMA Negeri 3 Brebes dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru.
2. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar beraturan pada kelas X.1
SMA Negeri 3 Brebes dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dikemukakan beberapa
saran antara lain sebagai berikut.
1. Pengunaan Teknologi Tepat Guna dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran Fisika sub konsep gerak melingkar sangat efektif untuk
dilakukan dalam Proses Belajar Mengajar. Untuk itu diharapkan guru bisa
menggunakan metode ekperimen dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya
materi gerak melingkar beraturan.
19
2. Pembelajaran Fisika menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan metode
eksperimen memerlukan sarana dan prasarana laboratorium yang memadai
untuk memberikan pengalaman pada siswa untuk itu sangat dianjurkan
kepada sekolah- sekolah untuk melengkapi sarana laboratorium.
3. Pembelajaran Fisika dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan
metode eksperimen memerlukan seorang guru yang benar-benar menguasai
materi dan peralatan laboratorium. Untuk itu diharapkan guru selalu
memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan materi Fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
BSNP, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA,
Jakarta.
Budi Purwanto, Drs, 2004, Fisika Dasar, Solo, PT Tiga Serangkai.
Darsono, Max. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang. IKIP : Semarang Press.
Djamarah. 2002. Strategi Belajar mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Depdiknas,2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian,
Dirjend Dikdasmen,Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta
Herbert Druxt, dkk. 1986. Kompendium Didaktif Fisika. Bandung: CV Remaja
Karya.
Kanginan, Marthen. 1994. Fisika SMA Kelas I. Jakarta: Erlangga.
LPMP Jawa Tengah, 2004, Jurnal Pendidikan Widya Tama, Semarang.
Poerwodarminto. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Persero
Balai Pustaka.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Suparno, Satiro,Dr, 1991, Petunjuk Praktikum Program Kependidikan Fisika,
Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud.
Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY. 2003. Pedoman Penilaian Psikomotorik.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.