purnawan d. negara - wordpress.com€¦ · penghormatan kearifan lokal dalam pusaran peruahan uu...
TRANSCRIPT
Purnawan D. NegaraPengajar Univ. Widyagama Malang
Anggota PHLI
e-Mail: [email protected]/WA/Telgram: 08113776678
“MEMBACA HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN
PENGHORMATAN KEARIFAN LOKAL DALAM PUSARAN PERUBAHAN UU MINERBA”
Pokok Pikiran dalam Webinar “Mengupas Pengesahan UU Minerba dalam Kajian Kebijakan Administrasi Negara, Lingkungan Hidup, dan Kearifan Lokal”, yang diselenggarakan oleh
Fak. Hukum Univ. Sebelas Maret Surakarta dan Univ. Bangka Belitung, 11 Juni 2020
UU No. 32/2009 PPLH sbg General Environmental Law bersama Sectoral Environmental Law Melakukan Perlindungan dan Pengelolaan LH di Indonesia
Kata PERLINDUNGAN memiliki arti tekan yang KUAT, sebagai ORIENTASI UTAMA Pengelolaan Lingkungan Hidup
Karena Semakin Menurunnya Kualitas LH yg Mengancam Kelangsungan Perikehidupan Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
1) Tg. Jwb. Ekologis Negara memenuhi Hak Asasi dan Konstitusi Warganya LH baik dan sehat, dan Pelaks.Pereko. Nas. Yg. Berwawasan LH
2) Kesadaran Ekologis bahwa Posisi Ind. Strategis, di 2 benua 2 Samudera, dan SDA yang Kaya Aset Kesejahteraan untuk Generasi Sekarang dan Yad.
3) Indonesia Rentan Ekologis Persoalan LH: spt. Perubahan Iklim; Sanitasi; Penyeragaman dan Kepunahan Keanekaragaman Hayati; Penc. dan Perusakan Lingk. dsb.
4) Atas Dasar 1-3, LH Harus Didekati dg. Prinsip-prinsip Ekologis: Kehati-hatian, Demokrasi, Desentralisasi, dan Penghargaan thd. Kearifan lokal dan Lingkungan
TITIK TOLAK PANDANGAN
AMANAT PASCAREFORMASITAP MPR No. IX/MPR/2001
UU No. 32/2009 PPLH Sbg. General Environmental Law Memberi Rambu:- Mengakomodasi kearifan lokal - Penyusunan UU yang wajib
berbasi LH
FAKTA-FAKTA
AWAL INDIKASI BERMASALAH
2) Proses pembahasan Perubahan UU No. 4/ 2009 dilakukan secara tertutup dan tidakmengakomodasi partisipasi masyarakat
1) Proses pembentukan Perubahan UU No. 4/2009 tidak sesuai dengan UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Per-UU yang telah diubah dengan UU No. 15 Tahun 2019 RUU yang dpt dibahas DPR Berikutnya yang sudah Masuk DIM Ps. 71A
FAKTA-FAKTA
3) Mereduksi Desentralisasi dan Otonomi Daerah Bidang Pertambangan Pasal 4 ayat (2) Perubahan UU No.4 /2009 mengatur penguasaan Minerba di
Pemerintah Pusat konsekuensinya diantaranya kewenangan memberikan sanksi pun hanya dimiliki oleh Menteri di Pusat Akses Keadilan Masyarakat Menjadi Sulit
4) Secara Extrim Menghapus 2 kriteria penentuan WIUP yang sangat penting untuk melindungi lingkungan, yaitu Daya Dukung Lingkungan, dan Tingkat Kepadatan Penduduk Ps. 18 Ayat (1) Penghapusan ini Melegitimasi Ekploitasi yg Secara Legal Formal Sesuai untuk Pertambangan, tetapi secara Daya Dukung Sudah Terlampaui
5) Ada Ketentuan yang Menjamin Tidak Ada Perubahan Pemanfaatan Ruang untuk WIUP yang telah ditetapkan [Ps. 17A ayat (2)] Ps 22 A (WPR) akan memaksakan suatu pemanfaatan wilayah untuk kegiatan pertambangan dengan mengabaikan keadaan lingkungan hidup maupun daya dukung lingkungan di wilayah tersebut. Peninjauan Tata Ruang, KLHS Melampaui Daya Dukung Harusnya diubah bukan
malah tetap Produksi
6) WPN (yang Dicadangkan untuk Komoditas Tertentu dan Daerah Konservasi) dapat diubah Menjadi WUPK tanpa Prasyarat Daya Dukung Lingkungan Ps. 28
7) Kelonggaran Wilayah Kerja WPR Ps. 22 b Kedalaman 100 m, Luas 100 Ha Memperparah Eksploitasi, sampai saat ini Kerusakan LH akibat Penambangan Rakyat belum dapat Tertangani dengan Baik (Reklamasi, Rehabilitasi Wilayah)
8) Ada Konsep Perizinan Baru: a) Nomor Induk Berusaha, b) Sertfikat Standar, dan Izin (Ps. 35) Penjelasannya Malah di RUU Cipta Kerja UU Minerba Jelas-jelas Menselarasakan diri thd UU Cipta Kerja yang masih RUU Menjadi Dasar Hukum Aneh
10) Mempertahankan Pasal Kriminalisasi Kepada Masyarakat Ps. 162 dan 164Namun, Menghapus Pasal Kriminalisasi Kepada Pejabat yang Mengeluarkan Izin tidak Sesuai UU/Salah Mengeluarkan Izin Menghapus Ps. 165
9) Dihapuskannya Kewenangan Inspektur Tambang dalam Ps. 113 untuk Men-Suspen kegiatan usaha pertambangan bila Daya Dukung Lingkungan tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi Juga Berpotensi Menghilangkan Partisipasi Masyarakat untuk Melakukan Pengawasan Lewat Pengajuan Suspen karena Memunculkan Kekaburan Hukum dengan Tidak Menyebut Pihak Mana yang Dapat Mengajukan Suspensi
11) Tidak ada Landasan hukum bagi Kegiatan Pemulihan Pascatambang yang Terencana dan Integratif
PASAL UU MINERBA YANG DISELARASKAN DENGAN RUU CIPTA KERJA, SEBUAH UU MENGACU PADA RUU (?)
Sumber: ICEL
Sumber: ICEL
KESIMPULAN:Perubahan UU No. 4/2009 justru akan melemahkan perlindungan lingkungan hidup Mengancam Kearifan lokal
Potensi Eksploitasi SDA/Penjarahan Ekologi secara legal Sangat KUAT
Masyarakat Adat/Tradisional mempunyai pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan sistem kepercayaan yang menekankan penghormatan terhadap lingkungan alam. Karena hubungan yang dekat dengan lingkungan dan SDA, Mereka mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi di tempat tinggal mereka.
Indonesia adalah Negara Megabiodiversity dan MegaculturaldiversityAda ± 2.366 Masyarakat Adat (anggota AMAN) /18 Juta jiwa yang sebagaian besar tinggal berkaitan dengan Hutan (SDA)
Pengetahuan tersebut terakumulasi sepanjang sejarah hidup mereka, yg intinya mempertahankan keberadaan SDA dengan melakukan praktek-praktek yang dianggap tidak merusak lingkungan.
KEARIFAN LOKAL
Bagi masyarakat yang sangat tergantung pada alam/lingkungan sebagai ruang
hidupnya (lebensraum), keberadaan alam/lingkungan tidak sekedar sebagai ruang
produksi tetapi juga sumber budaya.
“tanah (dhi. alam/lingkungan) bukan sekedar rahim bagi reproduksi kehidupan
biologis, melainkan juga reproduksi kehidupan budaya dan spiritual” (V. Shiva dalam
Keraf, 2006)
“kearifan lokal adalah tata nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat lokal (indigenous people atau adat community) sebagaimana tercermin dalam
sistem pengetahuan teknologi, institusi, tradisi-tradisi termasuk sistem norma hukum lokal,
yang secara nyata dioperasikan untuk menjaga keteraturan hubungan masyarakat dengan
penciptanya, hubungan antar warga masyarakat, dan masyarakat dengan lingkungan
alamnya” (Nyoman Nurjaya, 200)
Alam/lingkungan adalah wilayah di mana kita bisa menyatakan disitulah kebudayaan dari
sebuah komunitas ditemukan. Alam/lingkungan itu merupakan ALAMAT KEBUDAYAAN
(sumber nilai-nilai, sumber kearifan lokal, sumber hukum adat), disitulah nilai-nilai yang
menjadi pedoman tata laku hidup suatu komunitas ditemukan, maka dengan sendirinya
ikatan antara komunitasnya terhadap alam/lingkungan sangat kuat.
Sbg General Environmental Law, Pencantuman asas kearifan lokal ini dalam UU No. 32/2009 Memiliki implikasi bahwa kearifan lokal yang berkembang perlu senantiasa digali dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Memberikan pesan bahwa hukum lokal yang berkembang juga harus dihormati dlm rangka pengambilan kebijakan untuk tujuan perlindungan dan pengelolaan LH.
Pasal 44 UU 32/2009:Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang ini.
UU Minerba itu berlogika Industrialis, para industrialis itu manusia ekonomi, bukan manusia hukum, logikanya bisnis, bukan logika hukum/moral.
Cara berpikir industri itu lurus/kaku, sedang berpikir ekologis itu siklis (cyclical),
berpikir siklis itu memedulikan kelangsungan kehidupan yang akan datang. Berpikir
lurus atau linier dalam industri itu tidak memikirkan kesinambungan, melainkan
hanya produk sesaat.
Kembali ke Alam adalah asas besar moral yang baik sekali dalam Berhukum. Hukum tidak dapat hanya Melihat ke dalam dirinya sendiri dan berjalan serta berbuat apa yang ia kehendaki. Hukum tidak boleh berlawanan dengan alam kecuali ia menghasilkan Hukum yang Buruk (Satjipto Rahardjo, 2009)
Dalam Masyarakat yang memiliki ikatan yang kuat dengan alam/lingkungan
terdapat rasionalitas yang sering tidak mudah ditransfer ke dalam logika
positivistik untuk menyatakan bagaimana pertimbangan mempertahankan
identitas kebudayaan menjadi dasar terkuat untuk mempertahankan
alam/lingkungan bagi sebuah komunitas. Kejadian-kejadian di alam/lingkungan
menyimpan hukum-hukum dari alam yang bila dipahami dengan baik akan
memberi tuntunan kepada manusia bagaimana hidup di dalam alam/lingkungan
ini (Myrna, 2013; Koesnoe, 1996).
Satjipto Rahardjo dengan Mengutip Fritjof Capra menyebut, Perkembangan Hukum yang demikian itu menjaga Kelestarian keterjalinan (networking) antara organisme, sistem sosial, dan Lingkungan
TERIMAKASIH