rabu 2 3 4 5 opeb omar oapr omei ojun jut ags osep ookt...

2
.,,,cha'ama000 I(OMPAS OCUNPAD ) .(NON UNPAO ) (ko,om)00 ( ) o Selasa o Rabu o Kamis Jumat o Sabtu 0 Minggu 2 3 4 5 cID 78 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OPeb o Mar OApr OMei OJun _Jut 0 Ags OSep OOkt ONov ODes Sikap Kampus Terbelah DPR Dinilai Kejar Target Pengesahan RUU Pendidikan Tinggi SEJUMLAH PASAL KONTROVERSIAL DALAM RUU PENDIDIKAN TINGGI VERSI 26 JUNI 2012 Su stansi RUU versi 26 :Jum21}12 atan Pasal9 (terdiri dari 4 ayat) (sebelumnya PasallO di RUU PT versi 4 April 2012): umpun ilmu semestinya 2. Kebebasan mimbar akademik merupakan wewenang profesor dsn/atau dosen yang memiliki otoritas dan wibawa iserahkan ke perguruan ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan inggi yang dianggap lebih rumpun ilmu dan cabang ilmunya. Jhu, bukan negara. 4. Ketentuan lebih lanjut tentang sivitas akademika, rumpun dan cabang ilmu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Menteri. lka penelitian diatur wat peraturan menteri, ikhawatirkan dependensi perguruan nggi bakal terkikis. • Pasal16 (terdiri dari 3 ayat) (sebelumnya Pasal 34 di RUU PT versi 4 April 2012): 1. Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. . 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal20 (terdiri dari 6 ayat) (sebelumnya Pasal45 di RUU PT versi 4 April 2012): 1. Perguruan Tinggi menyelenggarakan penelitian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. . 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kerjasama antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan pendayagunaan Perguruan Tinggi sebagai pusat penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3Tdiatunfaiam Peraturan Pemerintah. \ Pasal32 (terdiri dari 3 ayat) (sebelumnya Pasal66 di RUU PT versi 4 April 2012): 1. Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma. 2. Otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi. . 3. Dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi oleh Menteri. inilai bertentangan, ntara Ayat (1) yang snvebut perguruan Inggi memiliki otonomi, tapi di Ayat (3) otonomi ievaluasi leh Menteri. Sumber: Utbang "Kompas" /YOH, diolah dari Daftar Inventaris Masalah RUU Pendidikan Tinggi versi 26 Juni 2012 dan cernberttaan "Kompas" BESTARI JAKARTA, KOMPAS - Sikap perguruan tinggi dalam penyusunan Rancangan Undang- Undang Pendidikan Tinggi terbelah. Sebagian pimpinan perguruan tinggi menghendaki RUU tersebut disahkan, sebagian yang lain meminta ditunda karena masih banyak pasal yang bermasalah. Mantan anggota Forum Rektor Indo- nesia, Eko Budihar- djo, menekankan bahwa DPR harus melibatkan semua pihak, terutama dari kalangan akademisi sebelum menyetujui Rancangan Undang- Undang Pendidikan Tinggi (RUU PT). "Jika tidak, dipastikan usia un- dang-undang tersebut tidak akan lama karena ada per- lawanan," ujarnya. Dia meminta agar sebanyak mungkin pihak diajak bicara, terutama akademisi. "Akademisi yang lebih tahu persoalan dan akan menjalani- nya. Selain itu, akade- misi bebas dari kepentingan po- litik," kata Eko Budihardjo. (Bersambung ke hailS ko11-2) Kliping Humas Onpad 201'2.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rabu 2 3 4 5 OPeb oMar OApr OMei OJun Jut Ags OSep OOkt ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/...RUU PT dalam Rapat Pleno Pengurus Pusat Asosiasi Pergu-ruan Tinggi Swasta

.,,,cha'ama000 I(OMPAS OCUNPAD ).(NON UNPAO )

(ko,om)00 ( )o Selasa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu 0 Minggu

2 3 4 5 cID 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1618 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OPeb o Mar OApr OMei OJun _Jut 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

Sikap Kampus TerbelahDPR Dinilai Kejar Target Pengesahan RUU Pendidikan Tinggi

SEJUMLAH PASAL KONTROVERSIAL DALAM RUU PENDIDIKAN TINGGI VERSI 26 JUNI 2012Su stansi RUU versi 26 :Jum21}12 atan

• Pasal9 (terdiri dari 4 ayat) (sebelumnya PasallO di RUU PT versi 4 April 2012): umpun ilmu semestinya2. Kebebasan mimbar akademik merupakan wewenang profesor dsn/atau dosen yang memiliki otoritas dan wibawa iserahkan ke perguruan

ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan inggi yang dianggap lebihrumpun ilmu dan cabang ilmunya. Jhu, bukan negara.

4. Ketentuan lebih lanjut tentang sivitas akademika, rumpun dan cabang ilmu sebagaimana dimaksud pada ayat 2diatur dengan Peraturan Menteri.

lka penelitian diaturwat peraturan menteri,ikhawatirkandependensi perguruannggi bakal terkikis.

• Pasal16 (terdiri dari 3 ayat) (sebelumnya Pasal 34 di RUU PT versi 4 April 2012):1. Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasanintelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. .

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum diatur dalam Peraturan Menteri.

• Pasal20 (terdiri dari 6 ayat) (sebelumnya Pasal45 di RUU PT versi 4 April 2012):1. Perguruan Tinggi menyelenggarakan penelitian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan daya saing bangsa. .6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kerjasama antar Perguruan

Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dan pendayagunaan Perguruan Tinggi sebagai pusat penelitian sebagaimana dimaksudpada ayat (3Tdiatunfaiam Peraturan Pemerintah. \

• Pasal32 (terdiri dari 3 ayat) (sebelumnya Pasal66 di RUU PT versi 4 April 2012):1. Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma.2. Otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi. .3. Dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dievaluasi oleh Menteri.

inilai bertentangan,ntara Ayat (1) yangsnvebut perguruan

Inggi memiliki otonomi,tapi di Ayat (3) otonomi

ievaluasileh Menteri.

Sumber: Utbang "Kompas" /YOH, diolah dari Daftar Inventaris Masalah RUU Pendidikan Tinggi versi 26 Juni 2012 dan cernberttaan "Kompas" BESTARI

JAKARTA, KOMPAS - Sikap perguruan tinggidalam penyusunan Rancangan Undang- UndangPendidikan Tinggi terbelah. Sebagian pimpinanperguruan tinggi menghendaki RUU tersebutdisahkan, sebagian yang lain meminta ditundakarena masih banyak pasal yang bermasalah.

Mantan anggotaForum Rektor Indo-nesia, Eko Budihar-djo, menekankanbahwa DPR harusmelibatkan semuapihak, terutama darikalangan akademisisebelum menyetujuiRancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUUPT).

"Jika tidak, dipastikan usia un-dang-undang tersebut tidak akan

lama karena ada per-lawanan," ujarnya.

Dia meminta agarsebanyak mungkinpihak diajak bicara,terutama akademisi.

"Akademisi yanglebih tahu persoalandan akan menjalani-nya. Selain itu, akade-

misi bebas dari kepentingan po-litik," kata Eko Budihardjo.

(Bersambung ke hailS ko11-2)

Kliping Humas Onpad 201'2.

Page 2: Rabu 2 3 4 5 OPeb oMar OApr OMei OJun Jut Ags OSep OOkt ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/...RUU PT dalam Rapat Pleno Pengurus Pusat Asosiasi Pergu-ruan Tinggi Swasta

(Sambungan dari halaman 1)

Sikap Kampus Terbelah

Dia mengingatkan, jangansampai nasib Undang-Undang(UU) Pendidikan Tinggi sama se-perti UU Badan Hukum Pendi-dikan (BHP), yang berumur pen-dek karena dibatalkan Mahka-mah Konstitusi.

Ketua Umum Asosiasi Pergu-ruan Tinggi Swasta IndonesiaEdy Suandi Hamid mengatakan,ketidakpuasan sejumIah kalang-an akademisi terhadap isi RUUPT jangan dianggap destruktif.Masukan beragam kalangan ha-rus dianggap sebagai upaya pe-nyempurnaan RUU tersebut.

"DPR lebih baik tidak usahburu-buru dan mengejar' targetpengesahan kalau memang ma-sih banyak ketidakpuasan," kataEdy Suandi Hamid.

Meski demikian, UniversitasAirlangga, Surabaya, mendukungpengesahan RUU PT tersebut.Sekretaris Universitas AirlanggaHadi Subhan mengatakan,.RUUPT itu bisa menyelamatkan per-guruan tinggi dari Peraturan Pe-merintah Nomor 66 Tahun 2010tentang Pengelolaan dan Penye-lenggaraan Pendidikan yang ber-potensi mengekang otonorni per-guruan tinggi.

"RUU PT memang tidak sem-purna. Namun, RUU tersebut di-perlukan untuk mengisi keko-songan hukum setelah Un-dang-Undang Badan HukumPendidikan dibatalkan," kataSubhan.

Dukungan terhadap pengesah-an RUU PT juga datang dariKetua Majelis Rektor PTN In-donesia, yang juga Rektor Uni-versitas Hasanuddin, Makassar,Idrus Paturusi. Menurut dia, ba-nyaknya ayat yang menyatakan"akan diatur dalam peraturanmenteri" jangan diartikan seba-gai campur tangan negara yangterlalu kuat. "Pernerintah me-mang berkewajiban membuat re-gulasi," kata Paturusi.

Rektor Universitas NegeriYogyakarta (UNY) Rochmat Wa-hab menambahkan, pemerintahmenyusun RUU PT agar penge-lolaan PT, khususnya PT negeri,tidak terlalu bebas. Sepanjanguntuk menjaga rasa keadilan an-tarperguruan tinggi, intervensitetap diperlukan. "Intervensi ti-dak selalu negatif asal tidak ber-sifat politis," kata Rochmat.

Banyak kelemahanEko Budihardjo menilai, dari

sisi substansi, RUU PT memilikibanyak kelemahan. RUU, misal-nya, tidak mengakomodasi pen-tingnya pemerataan pendidikan."Padahal, untuk kondisi pendi-dikan di Indonesia yang sangatberagam, pemerataan pendidik-an harus menjadi prioritas," ujarEko Budihardjo.

Selain itu, perguruan tinggiswasta ataupun negerijangan ha-nya terdorong untuk mengejarperingkat dunia. Perguruan ting-gi harus mengarahkan lulusan-nya agar mampu mengelola sum-ber daya alam di Indonesia sertamampu memecahkan persoalan--~~--~----~--------~---

yang terjadi di masyarakat.Sekretaris Asosiasi Perguruan

Tinggi Swasta Indonesia JawaTengah Y Sutomo mengatakan,Asosiasi Perguruan Tinggi SwastaIndonesia sedang membahasRUU PT dalam Rapat PlenoPengurus Pusat Asosiasi Pergu-ruan Tinggi Swasta Indonesia diSamarinda, Kalimantan Timur,Kamis dan Jumat, (5-6/7). "Ba-nyak hal yang perlu dikritik se-belum RUU tersebut disetujuiDPR," kata Sutomo,

Rektor Universitas Negeri Ma-kassar Arismunandar mengata-kan, RUU PT menyatakan per-izinan pembukaan program studibaru ditetapkan oleh Kemente-rian Pendidikan dan' Kebudaya-an. "Kenyataannya hingga saatini, pengurusan izin berbelit-belitdan memakan waktu satu hinggadua tahun. Padahal, penambahanprogram studi sering kali diper-lukan untuk meningkatkan dayasaing perguruan tinggi," ujarnya.

Namun, ia juga mengapresiasisejumlah pasal dalam RUU PT, I

seperti klausul penetapan ban-tuan operasional dan perpan-jangan masa pensiun guru besardari 65 tahun menjadi 70 tahun.

Tingkatkan kualitasRektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Priyo Tam-tomo, SJ menilai, kehadiran RUUPT tidak mengkhawatirkan ka-rena pada dasarnya target pe-merintah adalah meningkatkankualitas PT. "Sekarang ada lebihdari 3.600 PT swasta di Indonesiayang tidak semua kualitasnya ter-jamin," ujarnya.

Rochrnat Wahab menambah-kan, intervensi pemerintah se-perti tertuang dalam RUU PTtidak selalu negatif. "Asalkan ti-dak bersifat politis dan bertujuanmelindungi masyarakat, tidakapa-apa," ujarnya.

Sementara itu, Hadi Subhanjuga mengatakan, RUU PT me-mang tidak sernpuma, "Namun,dengan RUU ini, perguruan ting-gi lebih termonitor sehingga pu-ngutan yang berlebihan dan ka-sus ijazah palsu bisa ditekan,"katanya

Dia pun menilai, sejumIah pa-sal dalam RUU tersebut perludisempurnakan. Misalnya, padapasal yang menyatakan bahwadosen bisa dimutasi serta per-aturan mengenai kehadiran per-guruan tinggi asing yang dinilaiterlalu longgar.

Yura Pratama dari Kornite Na-sional Pendidikan mengatakan,dalih otonomi pendidikan tinggiyang ditawarkan dalam RUU PTterkesan privatisasi karena tang-gung jawab negara jadi berku-rang.

Edy Suandi Harnid menilai da-lam RUU PT, tidak terlihat ke-tegasan pemerintah untuk men-dukung supaya perguruan tinggibersifat nirlaba. Hal ini terlihatdari tidak adanya usaha peme-rintah untuk membebaskan se-jumIah pajak yang masih mem-bebani perguruan tinggi.

(ELNjRlZ/ ABK/WHOjUTI/ARA/EKI)