referat hubungan merokok dengan penyembuhan tulang
DESCRIPTION
hubungan merokok dengan penyembuhan tulangTRANSCRIPT
REFERAT
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN
PENYEMBUHAN TULANG
OLEH :
RIZAL TRIANTO 08700150
PEMBIMBING :
dr. Yanuar Cahyadarma Sp.OT
SMF BEDAH
RSUD DR. M. SALEH PROBOLINGGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Referat SMF Bedah
Judul:
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN PENYEMBUHAN TULANG
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tangggal :
Mengetahui,
Dokter Pembimbing Penulis
dr. Yanuar Cahyadarma Sp.OT Rizal Trianto
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hubungan Merokok dengan
Penyembuhan Tulang” ini.
Referat ini kami ajukan sebagai salah satu persayaratan Kepaniteraan Klinik
Dokter Muda di SMF BEDAH RSUD DR. M. SALEH PROBOLINGGO.
Terima kasih kami ucapkan pada dr. Yanuar Cahyadarma Sp.OT yang telah
meluangkan waktunya dan sabar dalam membimbing kami, serta seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan penyusunan referat ini. Semoga referat ini dapat berguna bagi
kita semua.
Akhir kata, kami memohon maaf kalau ada penulisan dan kata-kata kami yang
salah dalam referat ini. Maka dari itu, Kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempurnaan referat ini.
Probolinggo, 26 Oktober 2013
3
DAFTAR ISI
LEMBAR
PERSETUJUAN………………………………………………….............................….…..2
KATA PENGANTAR………………………………………….......……………................3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..................4
BAB I PENDAHULUAN…………….............…………………….......
……………………….....5
BAB II PEMBAHASAN…………….......………………………………………................6
1. PENYEMBUHAN FRAKTUR.................................................................................6
2. FAKTOR-FAKTOR PENYEMBUHAN FRAKTUR...............................................8
3. PENYEMBUHAN ABNORMAL PADA FRAKTUR...........................................10
4. MEROKOK DAN EFEKNYA PADA TULANG.............................................14
BAB III KESIMPULAN……………………………....……………………...……...........17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………....…………………….…….............18
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menajubkan. Tidak seperti
jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur
merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses penyembuhan pada fraktur
mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk
penyembuhan memadai sampai tejadi konsolidasi. Factor mekanis yang penting seperti
imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain factor
biologis yang juga merupakan suatu factor yang sangat essential dalam penyembuhan
fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang kortikal pada tulang panjang
serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang pendek, sehingga kedua
jenis penyembuhan tulang ini harus dibedakan. Namun, ada saja kendala - kendala yang
dapat kita temui dalam proses penyembuhan tulang. Salah satunya ketika pasien yang
sedang menjalani proses penyembuhan tulang tersebut merokok. Dokter bedah tulang
seringnya memberikan saran kepada pasien untuk menghentikan kebiasaan merokoknya
untuk sementara waktu. Karena memang ditemukan keterlambatan penyembuhan tulang
ketika pasien tersebut merokok apabila dibandingkan dengan pasien yang tidak
merokok.4,5,6
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENYEMBUHAN FRAKTUR1,2,3,6
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :
1. Reactive Phase
i. Fracture and inflammatory phase
ii. Granulation tissue formation
2. Reparative Phase
iii. Callus formation
iv. Lamellar bone deposition
3. Remodeling Phase
v. Remodeling to original bone contour
a) PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KORTIKAL
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah
kecil yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan
dalam daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi
fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan
terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari
daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan
suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera
setelah trauma.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3
minggu.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai
suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel –
sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi
aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel
6
mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal
dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel
osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik
yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk
dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung
tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya
fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
3. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada
kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh
matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam – garam
kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut
moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone sudah
terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan
fraktur.
4. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan –
lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara
bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa
kanalis medularis. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi
secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah
menjadi tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian
dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum.
7
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir
sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
b) PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KANSELOSA
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena
beberapa factor, yaitu :
1. Vaskularisasi yang cukup
2. Terdapat permukaan yang lebih luas
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4. Hematoma memberikan peranan dalam penyembuhan fraktur
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis tulang panjang, tulang
pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Peyembuhan fraktur pada
tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada
anak – anak proses penyembuhan pada daerah korteks juga memegang peranan
penting. Proses osteogenik peyembuhan sel dari bagian endosteal yang menutupi
trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer di dalam daerah
fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan pada
daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah
dimana terjadi kontak langsung diantara permukaan tulang fraktur yang berarti satu
kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara
klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamellar dan tulang mengalami
konsolidasi.
c) PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG RAWAN PERSENDIAN
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuan untuk
regenerasi. Pada fraktur interartikular penyembuhan tidak terjadi melalui tulang
rawan hialin, tetapi terbentuk melalui fibrokartilago.
2. FAKTOR-FAKTOR PENYEMBUHAN FRAKTUR
Faktor penyembuhan fraktur pada penderita, antara lain:
Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada
orng dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses
osteogenesis pada daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan
dengan proses remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin
berkurang apabila unur bertambah
8
Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur
metafisis penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu
konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya
dibanding dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang
bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan
menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat.
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka
penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur
vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan
menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan
mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan
mengganggu penyembuhan fraktur.
Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun
otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi
kedua ujung fraktur.
Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada
fraktur tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya
proses penyembuhan.
Cairan Sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan
dalam penyembuhan fraktur.
9
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan
vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur
tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu – 4 bulan. Waktu
penyembuhan pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada
orang dewasa.
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat
pada table berikut :
LOKALISASI WAKTU PENYEMBUHAN
(minggu)
Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta
Distal radius
Diafisis ulna dan radius
Humerus
Klavicula
Panggul
Femur
Condillus femur / tibia
Tibia / fibula
Vertebra
3 – 6
6
12
10 – 12
6
10 – 12
12 – 16
8 – 10
12 – 16
12
3. PENYEMBUHAN ABNORMAL PADA FRAKTUR3,4,5,6
MALUNION
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya,
tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi,
kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan
ulna.
Etiologi
Fraktur tanpa pengobatan
Pengobatan yang tidak adekuat
Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik
10
Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan
Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma
Gambaran klinis
Deformitas dengan bentuk yang bervariasi
Gangguan fungsi anggota gerak
Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi
Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris
Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi
Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas
Pemeriksaan radiologist
Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang
tidak sesuai dengan keadaan yang normal.
Pengobatan
Konservatif
Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai
dengan fraktur yang baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat
digunakan sepatu orthopedic.
Operatif
Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi
interna
Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada anak – anak.
Osteotomi yang bersifat baji
DELAYED UNION
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5
bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak
bawah)
Etiologi
Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion
Gambaran klinis
Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.
Terdapat pembengkakan
Nyeri tekan
Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur
Pertambahan deformitas
11
Pemeriksaan radiologist
Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur
Gambaran kista pada ujung – ujung tulang karena adanya dekalsifikasi
tulang
Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.
Pengobatan
Konservatif
Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 – 3 bulan.
Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi
interna dan pemberian bone graft.
NONUNION
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 – 8 bulan dan
tidak didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu).
Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama –
sama dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis.
Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung – ujung fragmen
tulang.
Hipertrofik
Ujung – ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang
disebut gambaran elephant’s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas.
Ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa.
Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya diperlukan
fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.
Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tanda – tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang
lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini
disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.
Gambaran klinis
Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada
Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang
disebut pseudoarthrosis.
Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.
12
Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan
sama sekali
Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.
Pemeriksaan radiologist
Terdapat gambaran sklerotik pada ujung – ujung tulang
Ujung – ujung tulang berbentuk bulat dan halus
Hilangnya ruangan meduler pada ujung – ujung tulang
Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(psedoarthrosis)
Pengobatan
Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft
Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid
ulna
Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur
Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.
PENYEBAB NONUNION DAN DELAYED UNION
Vaskularisasi pada ujung – ujung fragmen yang kurang
Reduksi yang tidak adekuat
Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada kedua
fragmen.
Waktu imobilisasi yang tidak cukup
Infeksi
Distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang berlebihan
Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang
Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen
Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur
patologis)
Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler)
Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi
Fiksasi interna yang tidak sempurna
Delayed union yang tidak diobati
Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan
Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya pemasangan screw
diantara kedua fragmen.
13
4. MEROKOK DAN EFEKNYA PADA TULANG6,7,8
Sejak rilis laporan umum bedah pertama pada merokok dan kesehatan di Amerika
Serikat pada tahun 1964 , sekitar 10 juta orang telah meninggal akibat penyakit yang
berhubungan dengan merokok misalnya penyakit jantung, kanker paru-paru, emfisema dan
penyakit pernapasan lainnya. Jika merokok dengan pola seperti ini berlanjut, diperkirakan
25 juta orang Amerika akan mati prematur dari penyakit yang berhubungan dengan
merokok.
Rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, yang hanya 109 bahan kimia
yang dikenal termasuk nikotin, benzen, tar, dll yang membahayakan individu. Nikotin
memiliki peran negatif yang signifikan pada sistem muskuloskeletal, menyebabkan
vasokonstriksi perifer , iskemia jaringan, menurunkan tekanan oksigen, dan juga menekan
osteoblastik activity. Merokok juga mengurangi kepadatan mineral tulang karena
penurunan penyerapan kalsium yang berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder.
Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak racun yang terkandung dalam asap
rokok dapat merusak fraktur dan perbaikan setelah cedera ligamen. Selain itu, fraktur
masalah penyembuhan dan infeksi tulang dan merokok telah terbukti merusak luka
jaringan lunak penyembuhan. Penelitian yang didanai oleh lembaga kesehatan nasional
Amerika Serikat menguji pengaruh merokok terhadap fraktur dan ligamen penyembuhan
pada tikus dan menemukan bahwa penyembuhan dari kedua jenis cedera yang delayed.
Efek merokok terhadap patah tulang pinggul yang paling jelas adalah wanita lansia.
Forsen melaporkan bahwa di antara wanita perokok berusia lebih dari 50 tahun
menunjukkan peningkatan risiko patah tulang sebesar 50 %, risiko meningkat tiga kali
lipat antara perokok dibandingkan tidak merokok. Perokok tidak hanya lebih rentan
terhadap patah tulang, tetapi juga lebih cenderung memiliki patah tulang berulang.
Penyembuhan patah tulang tertunda pada perokok karena tidak normal pematangan tulang
regenerasi sehingga nonunion atau malunion lebih sering. Merokok mengganggu
pembentukan tulang baru, dan wanita yang merokok berisiko tinggi untuk kehilangan
kepadatan tulang dan osteoporosis. Wanita menopause yang merokok memiliki risiko lebih
besar untuk patah tulang pinggul daripada mereka yang tidak merokok. Pria tua dan wanita
yang telah merokok selama bertahun-tahun lebih lama untuk penyembuhan patah
tulangnya setelah trauma minimal daripada bukan perokok. Fraktur terjadi paling sering
14
pada pinggul, pergelangan tangan dan tulang belakang, tetapi setiap tulang yang rendah
kandungan mineralnya lebih rentan terhadap fraktur.
Dua faktor risiko utama untuk patah tulang osteoporosis adalah kandungan mineral
tulang yang rendah dan kecenderungan untuk jatuh pada perokok yang diketahui memiliki
fungsi neuromuskuler yang lebih buruk dibandingkan dengan bukan perokok. Penelitian
lain menunjukkan bahwa merokok tidak meningkatkan frekuensi jatuh. Bukti mengenai
hubungan antara merokok dan patahnya pergelangan tangan, antara wanita kurus
pascamenopause, risiko patah tulang lengan ditemukan lebih dari lima kali lipat lebih besar
di kalangan perokok dibanding kalangan bukan perokok.
Penyebab paling dicegah dari merokok adalah kematian dini. Jutaan orang hidup
dengan penyakit serius yang disebabkan oleh merokok. Merokok telah dikaitkan dengan
banyak masalah kesehatan termasuk berbagai kondisi ortopedi dan komplikasi.
Merokok secara luas dianggap sebagai faktor risiko untuk patah tulang masa depan
dan menghambat penyembuhan tulang setelah patah. Beberapa efek biologis tembakau
dapat mempengaruhi risiko patah tulang pada perokok. Merokok dapat memberi efek
buruk pada kekuatan tulang melalui toksisitas langsung dari nikotin dan non – nikotin serta
asap rokok. Selain itu, merokok dapat secara tidak langsung mempengaruhi kekuatan
tulang melalui penurunan penyerapan kalsium usus, peningkatan metabolisme atau
penurunan produksi estrogen. Selain itu, merokok dapat mempengaruhi risiko patah tulang
melalui mekanisme lain terkait osteoporosis, seperti keseimbangan kinerja neurovaskular
dan pembuluh darah perifer yang rusak karena rokok. Nikotin dapat melawan efek
antioksidan vitamin C dan E dan menyebabkan risiko lebih tinggi patah tulang. Meta -
analisis mengenai dampak merokok pada tulang mengungkapkan bahwa perokok
berkelanjutan mengalami penurunan massa tulang dan peningkatan risiko fraktur pada usia
50 tahun dan lebih tua.
Namun, jangka panjang, perokok berat mengalami kerusakan arteri permanen
akibat merokok. Tertunda atau gangguan penyembuhan trauma tulang pada pasien yang
merokok telah dikaitkan dengan vaskular.
Efek patofisiologi yang multidimensi, termasuk vasokonstriksi arteriol, hipoksi
seluler, demineralisasi tulang, dan Revaskularisasi yang tertund. Nicotin memiliki peran
yang signifikan dalam menyebabkan kurangnya oksigen ke jaringan. Fraktur sembuh
biasanya di daerah-daerah yang memiliki suplai darah yang baik di wilayah fraktur,
berhenti merokok meningkatkan tingkat penyembuhan mendekati orang-orang yang bukan
perokok.
15
Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan, ditemukan bahwa merokok memiliki
independen, efek dosis - tergantung pada keropos tulang , yang meningkatkan risiko patah
tulang.
16
BAB III
KESIMPULAN
Merokok dapat menghambat dan memperpanjang masa penyembuhan tulang. Karena nikotinnya dan zat-zat lain yang ada didalam rokok yang menyebabkan kekakuan dari vaskuler dan vasokontriksi sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi darah yang akhirnya menyebabkan sedikitnya nutrisi dan oksigen serta pembentukan vaskuler baru yang diperlukan untuk penyembuhan tulang. Selain itu, pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah juga berperan aktif terhadap dampak merokok kepada tubuh yang juga menyebabkan terganggunya sirkulasi yang menyebabkan aliran darah yang terganggu yang juga notabene mengganggu nutrisi dalam penyembuhan tulang.
Pada panyembuhan tulang sebaiknya pasien berhenti merokok agar penyembuhan tulang dapat optimal.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah Sabiston. EGC. Jakarta, 1995.
2. Jong, De. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta, 2007.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Prtopedi. Yarsif Watampone. Jakarta,
2007.
4. Bone Healing. Diunduh tanggal 26 Oktober 2013. Available from :
http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/penyembuhan-fraktur/
5. The Effect of Cigarette Smoking on Bone Healing. Diunduh tanggal 26 Oktober
2013. Available from : http ://www.la-press.com
6. Bone Healing Journal. Diunduh tanggal 26 Oktober 2013. Available from :
www.footphysician.com
7. Smoking Hurts Bones. Diunduh tanggal 26 Oktober 2013. Available from : http://www.aaos.org/news/aaosnow/apr13/clinical1.asp
8. Penn Study Finds Smoking Prolongs Fracture Healing and Increases Risk of
Infection. Diunduh tanggal 26 Oktober 2013. Available from :
www.pennmedicine.com/123657/2011032/
18