referat jiwa

27
BAB I PENDAHULUAN NAPZA adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya yang merupakan bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. 1,2 Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. 3 Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang. 3 Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi 1

Upload: adam-rido

Post on 31-Dec-2015

149 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

NAPZA adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif

lainnya yang merupakan bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi

kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran perasaan dan perilaku) serta dapat

menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.1,2

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat yang

berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang kesadaran dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya

dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta

mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah

heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat

pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin.3

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat atau

obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku seseorang.3 Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan

kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan

psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya.4

Toksikologis seringkali ditanya mengenai berapa lama suatu produk atau

metabolitnya dapat dideteksi setelah dipergunakan. Seringkali sulit untuk

menjawab pertanyaan ini, karena durasi pendeteksian bergantung pada banyak

faktor, dan beberapa studi telah memfokuskan pada masa pendeteksian.5

Masa pendeteksian dipengaruhi oleh oleh beberapa faktor: dosis yang

dipergunakan, sediaan dan cara penggunaan, penggunaan akut atau kronik,

pemilihan matrix, keterbatasan deteksi atau teknik analisa yang dipergunakan,

molekul dasar, pH dan konsentrasi urin atau cairan oral, dan perbedaan

metabolisme interindividual.5

1

Page 2: Referat Jiwa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN

a. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang

Narkotika).15,16,17,18

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :

Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi

sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw,

kokain, ganja).

Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).

Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika golongan I :

Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau

kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain,

daun koka.

2

Page 3: Referat Jiwa

b. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang

Psikotropika). 15,16,17,18

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan

sebagai berikut.

Psikotropika Golongan I :

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi

amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,

shabu, LSD).

Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat

atau ritalin).

Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :

pentobarbital, Flunitrazepam).

Psikotropika Golongan IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan

dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,

bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,

seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

3

Page 4: Referat Jiwa

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

1. Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

2. Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil

koplo dan lain-lain

3. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

c. Zat Adiktif Lain

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif

diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh

menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan

manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai

campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh

obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol,

yaitu:

Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson

House, Johny Walker, Kamput.)

Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap

berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan

rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah

gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian

rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya

pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk

penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya. Bahan/ obat/zat yang

disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :

Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika

Golongan I.

4

Page 5: Referat Jiwa

Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.

Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat

digolongkan menjadi tiga golongan :

1) Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi

mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya

merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak

sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw,

kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti

cemas) dan lain-lain.

2) Golongan Stimulan(Upper). Adalah jenis NAPZA yang dapat

merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini

membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang

termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein,

Kokain

3) Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan

efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali

menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat

terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini

termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin

5

Page 6: Referat Jiwa

II. MACAM-MACAM BAHAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT.

A. Opiat (Heroin dan Morfin)

Nama lain dari Opiat (Morfin dan Heroin) di indonesia dikenal

sebagai putaw, smack, junk, horse, H, PT, Etep, Bedak putih.

Heroin berasal dari opium atau opiat yang dihasilkan langsung oleh tanaman

bernama poppy /papaver somniferum dimana di dalam bentuk bubuk tersebut

mengandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan

kodein yang bertindak sebagai obat antitusif. Penggunaannya secara injeksi

intavena, intramuskuler dan dihisap dengan pipa. Opiat dibagaikan kepada

tiga kelompok besar yaitu opiat alamiah yang terdiri daripada morfin dan

kodein, opiat semi sintetik yang terdiri daripada morfin/putaw dan

hidromorfin dan seterusnya opiat sintetik yang terdiri daripada metadon dan

meperidin. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.7

Morfin biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan

ambang nyeri, sehingga merasa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan

tertidur. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau

pembuluh darah (intravena).8

B. Ganja/ cannabis.

Sering dikenal dengan nama lain seperti cimeng, gele, mariyuana,

grass, pot, weed, tea, mary jane, gelek, skunk, herb. biasanya dihisap dari

gulungan yang menyerupai rokok atau dengan mengunakan pipa rokok. Ganja

mengandung sejenis bahan kimia yang disebut delta-9- tetrahydrocannabinol

(THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan mempengaruhi cara orang

tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya. Ada beberapa

bentuk ,yang umum adalah daun dan bunga dirajang,yang dikeringkan dan

di linting.9

C. Kokain

Dikenal juga dengan nama lain cocaine hydrochloride, blow, bump,

C, candy, Charlie, coke, crack, flake, rock, snow. Kokain dan daun koka

tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak atau fungsi organ lain.

6

Page 7: Referat Jiwa

Dikonsumsi dengan cara dilarutkan kemudian disuntikkan, dihisap melalui

hidung dan dibakar untuk dihisap asapnya.6

D. Golongan Amfetamin (Stimulan)

a. Ekstasi.

Dikenal dengan berbagai jenis ada yang berbentuk tablet dan

berbentuk kapsul. Ekstasi merupakan salah satu jenis amfetamin yang

nama generiknya adalah D-pseudo epinefrin. Ekstasi terdapat dalam

bentuk tablet, kapsul, atau serbuk. Nama lain ekstasi adalah Inex,

XTC, Dolphin, Black Heart, Gober, Circle K. Bentuk amfetamin

adalah berbentuk bubuk warna putih dan keabuan digunakan dengan

cara menghirup atau dengan menelan tablet atau kapsul. Terdapat dua

jenis amfetamin yaitu MDMA (methylene dioxy methamphetamine)

dan methamfetamin ice. Ekstasi termasuk dalam golongan MDMA.

Amfetamin menekan nafsu, oleh karena itu dapat digunakan oleh

orang yang memiliki masalah berat. Efek samping dari penggunaan

amfetamin terhadap fisik meliputi tekanan darah tinggi, kecepatan

detak jantung, demam, sakit kepala, tremor, dan rasa mual. Secara

psikologis, si pemakai merasa resah, mudah tersinggung, bermusuhan,

bingung, bersemangat atau dalam waktu yang singkat sangat

gembira.10 Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan kerusakan

parah pada otak dibandingkan heroin, kokain dan alkohol. Efek dari

ekstasi adalah seperti timbul rasa gembira secara berlebihan,

hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, mengalami halusinasi

penglihatan, berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang,

mual dan muntah. Pemakaian ekstasi seperti timbul rasa gembira

secara berlebihan, melampaui batas kemampuan seseorang.11

b. Shabu-shabu (Methamphetamine ice)

Psikotropika jenis ini mengandung methil amfetamin

berbentuk kristal putih. Shabu shabu dikenal juga dengan julukan

lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu shabu

umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula pasir atau

vetsin (bumbu penyedap makanan). Biasanya dihisap dengan

7

Page 8: Referat Jiwa

menggunakan botol kaca yang khusus disebut bong dan asapnya

dihirup. Efek yang dapat terlihat seperti badan atau fisik merasa lebih

kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri

meningkat, nafsu makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan

darah meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan

pekerjaan.12

E. LSD (Lysergic Acid)

Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid,

trips, tabs, kertas. Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran

kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan

gambar, ada juga yang berbentuk pil, kapsul.Cara menggunakannya

dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60

menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa

disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap

tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu.

Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan

untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan

menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid. 15,16,17,18

F. Sedative-Hipnotik (Benzodiazepin)

Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur).

Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.

Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal.

Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta

sebagai hipnotik (obat tidur). 15,16,17,18

G. Solvent / Inhalansia

Merupakan uap gas yang digunakan dengan cara

dihirup.Contohnya :Aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry

cleaning, tiner,uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak

dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan. Efek yang

ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual,

muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung. 15,16,17,18

8

Page 9: Referat Jiwa

H. Alkohol

Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia.

Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau

umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15%

tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol

yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah

maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol

disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan

kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan

penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3 golongan minuman

berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar

etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45%.14

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat

dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya

berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi.

Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks dan

pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang,

rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek

sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada

perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara

berlebihan); muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel,

pandangan menjadi kabur, sempoyongan,

Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah

kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit hati dan kerusakan otak.

Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya

lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan

dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan

mengalami over dosis akan lebih besar.14

9

Page 10: Referat Jiwa

III. MASA DETEKSI PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM TUBUH

A. Amphetamine

Dosis amphetamine yang biasa dipergunakan ialah 10 hingga 30

mg, namun seseorang yang toleran dapat mengonsumsi hingga 2000mg/d.

Waktu paruhnya sangat beragam dan bergantung pada pH urin. Waktu

paruhnya antara 7 dan 34 jam. Di dalam darah, amphetamine terdeteksi

[Limit of Detection (LOD) 4 ng/mL] selama 46 jam setelah asupan

sebanyak 10 mg. Sangat sedikit penelitian eksperimen dalam pendeteksian

amphetamine dalam urin setelah satu kali asupan, akan tetapi telah

diterima secara umum berkisar antara 1 hingga 3 hari. Amphetamine di

dalam cairan oral dapat dideteksi selama 20 hingga 50 jam (LOD 10

ng/mL).

B. Methamphetamine

Dosis methamphetamine yang biasa dipergunakan adalah 5 hingga

10 mg, namun dapat lebih tinggai pada orang yang telah toleran.

Methamphetamine memiliki waktu paruh antara 10 dan 30 jam. Setelah

merokok 22 mg methamphetamine hydrocloride, methamphetamine masih

terdeteksi di dalam darah (~3ng/mL) selama 48 jam, dan amphetamine

(1ng/mL) terdeteksi setelah 48 jam. Setelah merokok 22 mg

methamphetamine, methamphetamine masih terdeteksi di dalam urin

(~300ng/mL) selama 60 jam. Pada pemberian methamphetamine

terkontrol sebanyak 10 mg, masa deteksi terakhir di dalam urin pada

pemberian tunggal (LOD 2,5ng/mL) selama 46-144 jam. Di dalam cairan

oral (diperoleh dengan stimulasi permen asam, dengan asam sitrat dan

swab kapas netral), setelah asupan 10 mg methamphetamine lepas

perlahan, ia masih terdeteksi sekurangnya 24 jam (konsentrasi rerata 18,8

ng/mL). Setelah 4 kali pemberian 10 hingga 20 methamphetamine,

methamphetamine terdeteksi selama 36 hingga 72 jam. Konsentrasi

methamphetamine di cairan oral 2,3 hingga 4,3 lebih banyak dibandingkan

di dalam plasma.

10

Page 11: Referat Jiwa

C. Methylenedioxymethamphetamine (MDMA, Ectasy) dan derivatnya

Dosis yang biasa dipergunakan bervariasi antara 50 dan 100 mg. Waktu

paruhnya berkisar antara 7 hingga 8 jam. Pemberian 100 mg MDMA

terdeteksi di dalam darah (20ng/mL) selama 24 jam dan di dalam urin

lebih dari 48 jam. Umumnya masa deteksi dalam urin adalah 1 hingga 3

hari.

D. Cannabis

Dosis yang diserap setelah menggunakan cannabis bervariasi antara 5 dan

30 mg. Tetrahydrocannabinol (THC) terdeteksi (LOD 1 ng/mL) sekitar 5

jam di dalam plasma dan 10 jam di dalam urin (LOD 10 ng/mL). 11-Nor-

9-carboxy-_9-tetrahydrocannabinol (THCCOOH) terdeteksi lebih lama,

dan dilaporkan bertahan hinga 25 hari (LOD 5 ng/mL). Dalam sebuah

studi menyatakan bahwa THCCOOH (LOD 10 ng/mL) tetap terdeteksi di

dalam serum rata-rata 23,8 jam dan maksimum 49 jam. Setelah merokok

THC 1,75% atau 3,55%, sampel urin positif terakhir diperoleh pada 33,7 ±

9,2 jam dan 88,6 ± 9,5 jam. Setelah merokok mariyuana, hasil positif pada

urin diperoleh hingga 2-72 jam dengan EIA dan 4-72 jam dengan GC-MS.

Setelah asupan oral, masa deteksi di urin menjadi lebih panjang. Pada

pengguna kronis, metabolit inaktif (THCCOOH) dapat terdeteksi hingga

mingguan bahkan bulanan.

Tabel 1. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Darah atau Serum atau

Plasma.5

Obat Dosis (mg)/Rute Analit Masa Pendeteksian (Jam)Amphetamine 6/PO Amphetamine 46Methamphetamine 22/SM Methamphetamine 48MDMA 100/PO MDMA 24Cannabis

34/SMTHCTHCCOOH

536

Cocaine100/IN

CocaineBenzoylecgonine

1248

Heroin 4680/PO Morphine 20PO, oral; SM, smoked; IN, intranasal

11

Page 12: Referat Jiwa

E. Cocaine

Dosis intranasal biasanya bervariasi, antara 20 dan 100 mg, akan tetapi

dapat lebih banyak pada pengguna berat.waktu paruh kokain adalah 1 jam.

Masa pendeteksian kokain di dalam darah sekitar 4 hingga 6 jam setelah

asupan 20 mg dan 12 jam setelah asupan 100 mg. Pada penguna kroik, di

dalam serum, benzoylecgonine terdeteksi selama 5,1 hari (maksimum 8,6

hari). Benzoylecgonine sebagai salah satu metabolit kokain, ditemukan

positif dalam urin selama 1 hingga 2 hari setelah pemberian intravena 20

mg. Setelah penggunaan kokain sebagai anestesi topikal dan agen

vasokonstriktor pada bedah nasal, benzoylecgonine ditemukan positif

setelah 24 jam akan tetapi menjadi negatif setelah 72 jam. Pada pengguna

kronik (seseorang yang kadang mengonsumsi hingga lebih dari 10 g per

hari), benzoylecgonine terdeteksi pada hari ke 22 setelah konsumsi

terakhir. Pada cairan oral, kokain dapat terdeteksi selama 5 hingga 12 jam

setelah pemberian dosis tunggal. Pada pegguna kronis, pendeteksian dapat

mencapai 10 hari (LOD 0,5 ng/mL).

Tabel 2. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Urin.5

Obat Dosis/Rute Analit Masa deteksi (jam)

Maksimal deteksi (hari)

Amphetamine 9Methamphetamine

10/PO Methamphetamine

87 ± 51 6

MDMA 100/PO MDMA 48Cannabis 1,75%

3,5%SMTCHHOOHTCHHOOH

3487

95

Cocaine 100/IN Benzoylecgonine 48-72 22LSD 0,28/PO LSD

2-Oxo-3OH-LSD3696

4

Heroin 10-15 IV/SM Morphine 11-54PO, oral; SM, smoked; IN,intranasal; IV, intravenous

F. LSD

LSD dipergunakan pada dosis kecil (50-100 μg) dan dimetabolisme secara

ekstensif. Waktu paruhnya diperkirakan 2,5-5 jam. LSD terdeteksi di urin

12

Page 13: Referat Jiwa

selama 24 jam. Deteksi terlama yang pernah dilaporkan (setelah asupan 50

μg), diperiksa dengan RIA selama 80 jam. Di dalam urin, konsentrasi LSD

memuncak setelah 10-12 jam. Kandungan metabolit LSD (2-Oxo-3-

hydroxy-LSD) terdeteksi di dalam urin hingga 96 jam.

G. Opiat (Heroin dan Morfin)

Heroin sering disuntikkan atau dijadikan rokok. Awal dosis

penggunaan sekitar 10 mg, namun seseorang yang sudah toleran mampu

hingga 1 atau 2 g. Waktu paruh heroin, 6-asetil-morfin, dan morfin adalah

2-7 menit, 6-25 menit, dan 2-3 jam.

Morfin terdeteksi didalam darah (LOD 1 ng/mL) adalah 20 jam

setelah pemberian intravena 12 atau 20 mg heroin. Setelah merokok 10,5

mg heroin, masa deteksi bervariasi antara 22 menit dan 2 jam. Setelah

injeksi intramuskular morfin (20 mg), ia terdeteksi (LOD 0,6 ng.mL)

selama 24 jam di dalam plasma. Setelah pemberian 9 mg intranasal,

morfin terdeteksi didalam darah (LOD 1 ng/mL) selama 12 jam. Di dalam

darah pengguna kronik, morfin total (LOD 25 ng/mL) dan morfin bebas

(LOD 10 ng/mL) terdeteksi hingga 5 hari. Setelah pemberian dosis heroin,

6-asetilmorfin terdeteksi dalam urin selama rata-rata 5 jam (maksimum

34,5 jam). Dan total morfin selama 4,95 hari (maksimal 11,3 hari) di

dalam urin. Di dalam cairan oral, 6-asetilmorfin ditemukan (LOD 1

ng/mL) selama 0,5 hingga 8 jam dan morfin selama 12 hingga 24 jam.

Setelah asupan 60 atau 10 mg kodein, kodein terdeteksi oleh GC-MS

selama 21 jam.

Tabel 3. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Cairan Oral.5

Obat Dosis (mg)/Rute Analit Masa Pendeteksian (Jam)Amphetamine PO Amphetamine 20-50Methamphetamine 10/SR PO Methamphetamine 24MDMA 100/PO MDMA 24Cannabis 20-25/SM THC 34Cocaine 25-42

IV/IN/SMCocaineBenzoylecgonine

5-1212-24

Heroin 20/IV 6-asetilmorfin 0,5-8Morphine 20/IM Morphine 12-24GHB 4680/PO GHB 5

13

Page 14: Referat Jiwa

SR, lepas lambat; PO, oral; SM, smoked; IV, intravena; IN, intranasal; IM, intramuskular.

H. Alkohol

Pada pemeriksaan urin, alkohol dapat terdeteksi hingga 6 sampai

24 jam. Apabila menggunakan tes ethyl glucoronide (EtG), EtG ditemukan

dalam urin hingga 80 jam. Sedangkan di dalam darah dan cairan oral,

alkohol ditemukan dari 12 hingga 24 jam.  (Erowid Alcohol Vault : Drug

Testing. Erowid.org)

IV. Deteksi Jumlah Minimal di Rambut

Di rambut, masa deteksi tergantung pada panjang (rambut tumbuh

antara 0,8-1,3 cm/bulan). Konsumsi cannabis per minggu terdeteksi

dengan konsentrasi 0,02 hingga 3 ng/mg rambut. Konsumsi tablet (dosis

tidak diketahui) MDMA terdeteksi dengan konsentrasi 0,5 ng/mg rambut,

tapi pada subjek tertentu MDMA tak terdeteksi. Pada suatu eksperimen

menunjukkan bahwa konsumsi 0,6 mg/kgBB kokain terdeteksi di rambut.

(Perkiraan masa pendeteksian rerata keseluruhan tercantum pada tabel 4).

14

Page 15: Referat Jiwa

Tabel 4. Perkiraan Rerata Masa Pendeteksian NAPZA Dan Alkohol.

Jenis Zat Urin Darah / cairan oral Rambut

Alkohol6- 24 jam. Dengan EtG: hingga 80 jam

12-24 jam Hingga 2 hari

Amphetamine (kecuali methamphetamine)

1 hingga 3 hari 12 jam Hingga 90 hari

Methamphetamines 3 hingga 5 hari 1 - 3 hari Hingga 90 hariMDMA (Ekstasi) 3 - 4 hari 3 – 4 hari Hingga 90 hariBarbiturat (kecuali fenobarbital)

1 hari 1 – 2 hari Hingga 90 hari

Fenobarbital 2 hingga 3 minggu 4 – 7 hari Hingga 90 hari

Benzodiazepin

Penggunaan terapeutik hingga 7 hari. Penggunaan kronik (>1 tahun) hingga 4-6 minggu

6 – 48 jam Hingga 90 hari

Cannabis

Pengguna jarang: 3-4 hari, pengguna berat: 10 hari, pengguna kronis/dengan lemak badan tinggi: 30 hari

2-3 hari di dalam darah, hingga 2 minggu di dalam darah pada pengguna berat. Tergantung pada pemeriksaan THC atau metabolitnya. THC hanya terdeteksi di dalam cairan oral/saliva selama 2-24 jam.

Hingga 90 hari

Kokain

2 – 5 hari (kecuali pada pengguna berat: 7-10 hari dan penyakit ginjal)

2 – 10 hari Hingga 90 hari

Kodein 2-3 hari - -Cotinine (metabolit nikotin)

2-4 hari 2-4 hari Hingga 90 hari

Morfin 2-4 hari 1-3 hari Hingga 90 hari

Antidepresan trisiklik

7-10 hariTerdeteksi namun belum ditemukan hubungannya

Tak terdeteksi

LSD 2-24 jam 2-4 hari Hingga 4 hari

PCP

3-7 hari untuk menggunaan tunggal; hingga 30 hari pada pengguna kronik

1-3 hari Hingga 90 hari

15

Page 16: Referat Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA, 2004.

Direktorat Jendral dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Pedoman

Dukungan Keluarga (Family Support) dalam Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyalahguna NAPZA, (ttp: Bagian Proyek Penyantunan Penanggulangan

Korban NAPZA, 2004)

2. Jagathisen, Esanikaruppiah; Zairul Arifin. 2012. Tingkat Pengetahuan

Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap

Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011. USI

Institutional Repository

3. Parapat., T, 2002. Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba,

Pedoman bagi orang tua, Pelajar, Mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga

Pemerintah PT. Sepadan Agra Daya. Jakarta.

4. Susilo S., 1993. Pengawasan Obat dan Makanan Menurut Undang-

undang No. 23 tahun 1992. Denpasar Bali.

5. Verstraete, Alain G. 2003. Detection Times of Drugs of Abuse in Blood,

Urine, and Oral Fluid. Clinical Biology Laboratory, Ghent University

Hospital; Belgium

6. World Health Organization, 2011: Terminology and Classification of

Substance, Available from:

http://www.who.int/substance_abuse/terminology/en/

7. Harahap. U, 2001. Penyalahgunaan Narkoba dan Dampak Yang

Ditimbulkannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu

Farmakologi pada FMIPA USU, Medan

8. Stephens, Everett, 2010 : Toxicity Opioids. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/815784

9. Joewana, S, 1989. Gangguan Pengawasan zat Narkotika, Alkohol dan zat

adiktif lain, PT. Gramedia. Jakarta

16

Page 17: Referat Jiwa

10. Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel, 1991. Interrelation of High Risk

Adolescent Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment.

Prentice Hall International Health

11. Handly Neal, 2009 : Amphetamine Toxicity. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/812518

12. Salomone, Joseph A., 2009: Hallucinogen Toxicity. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1010821

13. Levine, Michael D., 2009: Toxicity, alcohols. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/812411-overview

14. National Institute on Alcohol Abuse And Alcoholism 2010, What is

Alcoholism? Available from: http://www.niaaa.nih.gov

15. Allen K.M. 1996. Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia:

Lippincott

16. Stuart Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing , St

Louis: Mosby Year Book

17. Smith, CM. 1995. Community Health Nursing; Theory and Practice.

Philadelphia: W.B. Saunders Company

18. The Indonesian Florence Nightingale Foundation. 1999. Kiat

Penanggulangan dan Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA, Jakarta

19. Tom, Kus, Tedi. 1999. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar , Bandung :Yayasan

Al-Ghifari

20. Morgan. 1991. Segi PraktisPsikiatri, Jakarta; Bina rupa aksara

17