referat ku kone
DESCRIPTION
nshdhfTRANSCRIPT
I. Pendahuluan
Divertikulum adalah kantong yang berbatas tegas dengan berbagai macam
ukuran, terjadi secara normal atau terbentuk karena herniasi selaput lender melalui
defek yang terdapat dalam lapisan otot organ yang berbentuk seperti tabung.1
Intestinum adalah bagian saluran pencernaan yang berjalan dari lubang pilorik
gaster hingga anus atau merupakan tabung membranosa yang terdiri dari usus
halus dan usus besar yang fungsinya melengkapi proses pencernaan, member air
ke tubuh (melalui penyerapan), elektrolit, zat gizi, dan mengangkut dan
menyimpan ampas fekal hingga dikeluarkan.1
Divertikulum intestinal merupakan kantong atau rongga yang dibentuk oleh
penonjolan hernia selaput lender melalui defek pada lapisan otot usus.1
II. Insiden dan Epidemiologi
Divertikula duodenum sekitar 5 kali lebih umum daripada diverticula
jejunoileal. Insiden sebenarnya dari kedua jenis diverticula tidak diketahui karena
lesi ini biasanya tanpa gejala. Insiden di otopsi dari diverticula duodenum adalah
6-22%. Jejunum divertikula yang kurang umum, dengan kejadian dilaporkan
kurang dari 0,5% pada radiografi pencernaan bagian atas dan insiden otopsi 0,3-
1,3%. Insiden internasional sejajar bahwa Amerika Serikat. ras, jenis kelamin, dan
demografi yang berkaitan dengan usia. Tidak ada predileksi ras tertentu. 2
Divertikula duodenum terjadi dalam jumlah yang sama dari pria dan wanita,
sementara dominan laki-laki sedikit ada di diverticula jejunoileal. Sebagian besar
kasus divertikula duodenum diamati pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun,
1
sementara divertikula jejunoileal umumnya diamati pada pasien berusia 60-70
tahun. Laporan dari kondisi ini pada orang dewasa muda ada juga. 2,3
Prevalensi penyakit divertikular menurut umur ternyata ditemukan semakin
tua usia, semakin tinggi kejadian penyakit divertikular, sedangkan pada usia <40
tahun jarang ditemukan.4
Prevalensi penyakit divertikular pada laki-laki obesitas usia <40 tahun
ditemukan 2-5%, usia 60 tahun 30%, usia diatas 70 tahun 50%, dan diatas 80
tahun 80%.3,4
Menurut jenis kelamin, penyakit divertikular pada usia < 50 tahun lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan, usia 50-70 tahun
perempuan sedikit lebih banyak dari laki-laki. Pada pemeriksaan colonoscopy
terhadap 876 pasien di RS. Pendidikan di Makassar, ditemukan 25 pasien (2,85%)
penyakit divertikular dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 5:3, umur
rata-rata 63 tahun dengan persentase terbanyak pada usia 60-69 tahun,
hematokesia merupakan gejala terbanyak dan lokalisasinya terutama di colon
bagian kiri (sigmoid/descendens).4
III.Etilogi dan Patogenesis
Penyebab terjadinya penyakit divertikular adalah kurangnya serat dan
rendahnya residu dalam makanan yang dikonsumsi karena telah diolah dipabrik,
seperti gandum, biji-bijian, konsumsi gula, tepung, daging, dan makanan kaleng
yang banyak, sehingga menyebabkan milieu interior dalam colon.4,5
2
Konsumsi makanan yang berserat tinggi, terutama serat yang tidak larut
(selulosa) yang terkandung dalam biji-bijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan,
akan berpengaruh pada pembentukan tinja yang lebih padat dan besar sehingga
dapat memperpendek waktu transit feses dalam colon dan mengurangi tekanan
intra luminal yang mencegah timbulnya divertikel. Disamping itu, serat penting
dalam fungsi fermentasi bakteri dalam colon dan merupakan substrat utama dalam
produksi asam lemak rantai pendek yang berpengaruh pada pengadaan energi
yang dibutuhkan mucosa colon, menghasilkan atau mempengaruhi pertumbuhan
mucosa dengan cara meningkatkan aliran darah.4,5
Konsumsi kurang serat akan menyebabkan penurunan masa feses menjadi
kecil-kecil dan keras, waktu transit colon yang lebih lambat sehingga absorbsi air
lebih banyak dan output yang menurun menyebabkan tekanan dalam colon
meningkat untuk mendorong masa feses keluar mengakibatkan segmentasi colon
yang berlebihan.4,5
Segmentasi colon yang berlebihan akibat kontraksi otot sirkuler dinding colon
untuk mendorong isi lumen dan menahan pasase dari material dalam colon
merupakan salah satu factor penyebab terjadinya penyakit divertikular.4,5
Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikel adalah faktor usia yaitu
pada usia lanjut terjadi penurunan tekanan mekanik dinding colon sebagai akibat
perubahan struktur kolagen dinding usus.4,5 Beberapa faktor lingkungan yang
diduga berpengaruh pada kejadian divertikel adalah konsumsi daging (red meat)
berlebihan dan makanan tinggi lemak. Merokok, minum kopi (kafein), dan
alcohol, tidak terbukti berpengaruh pada kejadian divetrikel, namun merokok dan
3
penggunaan obat anti inflamasi non steroid (asetaminofen) meningkatkan resiko
timbulnya komplikasi.4
IV. Anatomi dan Fisiologi
a. Usus halus
Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan
membentang dari pylorus hingga katup ileosekal. Usus halus dibagi menjadi
duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari
pylorus sampai jejunum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh
adanya ligamentum Treitz, yaitu suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada
krus dekstra diafragma dekat hiatus esophagus dan berinsersio pada
perbatasan antara duodenum dan jejunum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Sekitar dua perlima dari sisa usus
halus adalah jejunum, dan tiga perlima bagian akhirnya adalah ileum. Jejunum
terletak di region midabdominalis sinistra, sedangkan ileum cenderung
terletak di region abdominalis dekstra sebelah bawah. Masuknya kimus dalam
usus halus di atur oleh sfingter pylorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah
tercerna ke dalam usus besar di atur oleh katup ileosekal. Katup ileosekal juga
mencegah terjadinya refluks usus besar ke dalam usus halus.5
4
Gambar 1. Anatomi usus halus. (dikutip pada kepustakaan 6)
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan
serosa) dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral
dan parietal, dan ruang yang terletak diantara lapisan-lapisan ini disebut
sebagai rongga peritoneum. Peritoneum melipat dan meliputi hamper seluruh
visera abdomen.5
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan yaitu lapisan luar
yang terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan
dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu
gerakan peristaltic usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat,
5
sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung
pembuluh darah dan kelenjar.5
Usus halus dicirikan dengaan adanya tiga struktur yang sangat menambah
luas permukaan dan membantu fungsi absorpsi. Lapisan mukosa dan
submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang disebut sebagai valvula
koniventes (lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3
sampai 10 mm.5
Usus halus mendapatkan suplai darah melalui arteri mesenterika superior,
kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan
cabangnya, arteri pankreatikoduodenalis superior yang menyatu dengan vena
lienalis membentuk vena porta.5
Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang system saraf otonom.
Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan
rangsangan simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut
parasimpatis mengatur reflex usus. Suplai saraf intrinsic, yang menimbulkan
fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan
muskullaris, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.5
Usus halus memiliki 2 fungsi utama:
1. Pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang
dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal, dan
2. Absorpsi, bahan-bahan nutrisi dan air.
6
Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptyalin,
HCl, pepsin, mucus, enin, dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk.
Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim
pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat
yang lebih sederhana. Mucus juga memberikan perlindungan terhadap asam.
Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi
kerja lipase pancreas.5
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat
dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada
brush border vili dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi.5
Absorpsi merupakan pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak, dan protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui
dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai
zat berlangsung dengan mekanisme transport aktif dan pasif.5
b. Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani.
7
Gambar 2. Anatomi usus besar.(dikutip pada kepustakaan 6)
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Pada sekum terdapat
katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati 2-3 inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan
aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik
bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi menjadi kolon
asenden, tranversum, desenden, dan sigmoid.5
Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik yang
ditemukan pada bagian usus lain, namun ada gambaran yang terdapat khas
pada usus besar. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi
terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli. Taenia bersatu pada
8
sigmoid distal, sehingga rectum mempunyai satu lapisan longitudinal yang
lengkap.5
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan
berdasarkan suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior
mendarahi belahan kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal
kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri
(sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan
bagian proksimal rectum). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri
hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteri iliaka interna
dan aorta abdominalis.5
Persarafan usus besar dilakukan oleh system saraf otonom dengan
perkecualian sfingter eksterna yang berada dalam pengendalian voluntary.
Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon
transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sacral menyuplai
bagian distal. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta
merangsang sfingter rectum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang
berlawanan.5
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semua berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan
elektolit, yang sudah hamper selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.5
9
V. Diagnosis
a. Gambaran klinis
Penyakit divertikular pada umumnya tidak memberikan gejala klinik pada
70-75% pasien.3,4 Pada banyak pasien, gejala bersifat ringan dan terdiri atas
flatulen, diare atau konstipasi intermiten, serta rasa tidak enak pada kuadran
kiri bawah abdomen, demam dan leukositosis yang merupakan gejala penting
walaupun tidak spesifik.4,5 Gejala ini biasanya dapat digolongkan sebagai
sindrom iritasi kolon yang mendahului timbulnya divertikulosis pada beberapa
pasien.5
Pada diverticulitis akut, terdapat demam, leukositosis, nyeri, dan nyeri
tekan pada kuadran kiri bawah abdomen. Selama serangan akut, dapat terjadi
perdarahan dari jaringan granulasi vascular namun biasanya ringan. Kadang-
kadang perdarahan terjadi massif karena erosi menembus pembuluh darah
besar di dekat divertikula.5
b. Gambaran radiologi
1) Barium enema
Barium enema dengan kontras tunggal dan ganda mampu menunjukkan
divertikula.7
Gambaran divertikula menyerupai polip namun dapat dibedakan dengan
adanya penyatuan kontras dalam divertikulum dan membentuk meniskus.
Bahkan jika dilihat pada film overhead yang berbaring, keduanya dapat
dibedakan.7
10
Gambar 3. Konfigurasi duodenum berbentuk huruf “C” serta lambung yang
terdistensi oleh udara di sisi cranial. Divertikulum yang berasal dari kurvatura “C”
bagian dalam ini (anak panah) dapat menimbulkan masalah. Divertikulum ini
menyumbat papilla Vater.(dikutip dari kepustakaan 8)
11
Gambar 4. Divertikulum ini terletak tepat di distal ligamentum Treitz (anak
panah). (dikutip dalam kepustakaan 8)
Gambar 5. Single-kontras barium enema pada pasien dengan divertikulitis
menunjukkan penarikan kolon sigmoid akibat abses divertikular.(dikutip dari kepustakaan 9)
2) CT-Scan
12
Divertikula biasanya dibatasi oleh gas. Usus besar dapat menebal dan
memendek. Pada CT VR kolonoskopi, divertikula dapat terlihat seperti cincin
dengan bentuk kompleks pada leher divertikulum.7
VI. Differential Diagnosa
Berbagai keadaan dalam kolon dapat merupakan diagnosis banding penyakit
divertikulum dan tergantung dari lokalisasinya.4
Diferensial divertikulum tanpa komplikasi sangat kecil, namun perlu
dibedakan dengan polip melalui metode barium enema dan CT VT kolonoskopi.
Selain itu, jika terdapat tanda hiptropi otot berupa gambaran mural thickening,
divertikulosis perlu dibedakan dengan karsinoma kolorektal.4,7
Polip kolon
Polip kolon merupakan lesi massa yang terlokalisasi yang berasal dari mukosa
kolon dan menonjol ke dalam lumen.10 Berdasarkan gambaran radiologi, sebagai
berikut: 10
- Pada kontras ganda barium enema divertikula harus dibedakan dari polip.
- Gambaran divertikulum mirip dengan polip namun dapat dibedakan
dengan adanya penyatuan kontras dalam divertikulum dan membentuk
meniskus.
- Pada film overhead yang berbaring, keduanya biasanya dapat dibedakan;
Sebaliknya akan sering menguraikan pedikel polip dan fade out perifer,
13
sedangkan meniskus bulat pooling di divertikulum dengan memudar
terpusat.
- Pada CT VR kolonoskopi, divertikula akan terlihat sebagai cincin
kompleks pada leher divertukulum, sedangkan polip menggambar
incomplete ring.
Gambar 6. Poliposis coli. Dengan posisi left lateral decubitus diperoleh
gambaran melalui studi barium enema menunjukkan multiple polip pada kolon
transversum dan kolon descenden.(dikutip dari kepustakaan 10)
Karsinoma kolorektal
Karsinoma kolorektal (CRC) adalah kanker paling umum pada saluran
pencernaan dan kedua keganasan yang paling sering didiagnosis pada orang
dewasa. CT dan MRI adalah modalitas yang paling sering digunakan untuk
diagnosis.11 Berdasarkan gambaran radiologi, dapat ditemukan gambaran:10
- tepi tergulung
14
- segmen pendek
- pembesaran nodul
VII. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif
1. Serat, pemberian makan berserat/ cereal bran sebagai suplemen dalam
makanan pada pengobatan asimptomatik dan simptomatik penyakit
divertukular, tidak hanya dapat mencegah terjadinya divertikel namun
sekaligus dapat mengurangi dan memperbaiki gejala-gejala serta mencegah
timbulnya komplikasi.3
a. Cereal bran paling bermanfaat dalam menurunkan waktu transit di
sepanjang saluran cerna.
b. Mengurangi makan daging dan lemak
c. Memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan
d. Tambahan serat 30-40 gram/hari atau pemberian laktulosa yang dapat
meningkatkan berat feses (sebagai osmotic laksatif pada simptomatik
penyakit divertikular) 2x15 ml/hari
e. Pemberian antibiotic rifaximin yang kurang diabsorpsi ditambah
suplemen serat, dapat mengurangi gejala penyakit divertikular yang
tidak berkomplikasi.
2. Tindakan operatif
15
Pada umumnya tindakan dengan penanganan konservatif dapat dilakukan
pada penyakit divertikular dengan komplikasi diverticulitis, namun apabila
komplikasi diverticulitis berlanjut maka tindakan operasi dilakukan, baik
operasi elektif maupun operasi darurat berdasarkan keadaan sebagai
berikut:
a. Perforasi bebas dengan peritonitis generalisata,
b. Obstruksi,
c. Abses yang tidak dapat diresolusi melalui piranti perkutan,
d. Fistula
e. Pengobatan konservatif tidak berhasil dan keadaan pasien yang makin
memburuk.3
VIII. Komplikasi
a. Perforasi
Perforasi terjadi apabila tekanan intraluminal meningkat atau oleh karena
divertikel tersumbat oleh feses/ bahan makanan sehingga terjadi erosi pada
dinding divertikel yang berlanjut dengan inflamasi, nekrosis fokal dan berakhir
dengan perforasi.4
b. Perdarahan
Perdarahan pada divertikel paling sering berupa perdarahan yang massif pada
30-50% kasus, sedangkan perdarahan yang ringan terjadi pada 30% kasus.
16
Perdarahan biasanya terjadi tiba-tiba terutama pada divertikel yang berlokasi pada
kolon sebelah kanan (80%) tanpa disertai adanya geala nyeri abdomen dan 70-
80% berhenti spontan.4
IX. Prognosis
Sebagian besar pasien dengan tanpa gejala tidak ada perawatan yang
diperlukan. Diet tinggi serat dapat mengurangi kejadian divertikula dan tingkat
komplikasi. Pengobatan biasanya disediakan untuk diverticulitis dari perdarahan
divertikular.7
X. Daftar Pustaka
1. Koesomawati, Herni., et al. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC. 2002. Hal. 663-64, 1113.
2. C Clarke, Rohan.,et al. Small Intestinal Diverticulosis. 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/185356-overview#a6. Diakses pada 30
Juli 2015.
3. Meyers, Moton A. Dynamic Radiology of The Abdomen. Edisi 5. New York:
Springer–Verlag New York. 2000. Hal. 644-47.
4. Sudoyo, AW., Bambang S., Idrus A., Marcellus SK., Siti S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing. Hal. 602-04.
5. Baldy, Catherine M., et al. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-prose
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005. Hal. 437-42,456-63.
6. Netter, Frank H. Atlas Netter e-book. Hal. 267, 287.
17
7. Jones, Jeremy., et al. Colonic Diverticulosis. 2005.
http://radiopaedia.org/articles/colonic-diverticulosis. Diakses pada 30 Juli
2015.
8. Widhi N, Aryandhito., Natalia P., Brillyan CL., Ricky S. Belajar Dari Awal
Radiologi Klinis dari Gambar ke Diagnosis. Jakarta: EGC. 2012. Hal.188.
9. Joffe, Sandor., et al. Imaging in Diverticulitis of The Colon. 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/367320-overview#showall. Diakses
pada 30 Juli 2015.
10. J. Tsapakos, Michael.,et al. Imaging in Colon Polyps. 2013. Diakses Pada 30
Juli 2015.
11. Knipe, Henry., et al. Colorecral Carcinoma. 2005. Diakses Pada 30 Juli 2015.
18