referat luka bakar 34
DESCRIPTION
Referat Luka Bakar 34TRANSCRIPT
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang insiden tejadinya relatif cukup
tinggi yang dihadapi oleh dokter. Jenis berat memperlihatkan morbiditas
dan derajat cacat yang relatif tinggi. Di USA sekitar 12% atau 500.000
orang dirawat UGD, sementara 74.000 pasien perlu rawat inap di rumah
sakit akibat luka bakar. Lebih 20.000 pasien mengalami luka bakar hebat
yang perlu perawatan khusus luka bakar. Dan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya 18% pada (JANUARI – DESEMBER 2000) Penderita yang
dirawat : 106 dan Angka kematian : 26,41%. Di samping itu perawatan
luka bakar memerlukan biaya perawatan yang cukup tinggi dan
penyembuhan yang cukup lama dan dampak psikologis akibat kecacatan
yang timbul.
I. BATASAN
Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat bersentuhannya
permukaan tubuh dengan benda yang menghasilkan panas (api, air
panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat,
basa kuat) yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan
yang lebih dalam.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
A. Anatomi Kulit Secara Histopatologi
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga
lapisan utama yaitu (Gambar 1-1) :
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis, vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hipodermis)
1
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,
subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan
adanya sel dan jaringan lemak.
1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum
basale
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan
kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah
berubah menjadi kratin (zat tanduk).
Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein
yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar
ini terdiri atas keratohialin. Stratum granulosum juga
tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut
pula pickle cell layer (lapisan akanta). Protoplasmanya
jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak
di tengah-tengah. Sel ini makin dekat ke permukaan makin
gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum
terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges)
yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Sel-sel stratum spinosum juga mengandung banyak
glikogen.
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus
(kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-
2
epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
terdiri atas dua jenis sel yaitu :
a. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma
basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu
dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma
basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
(melanosomes)
2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang
jauh lebih tebal daripada epidermis. Secara garis besar
dibagi menajdi dua bagian yakni :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang
menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas
serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen,
elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-
sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak
ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan
satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
B. Adneksia Kulit
Adneksia kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut,
dan kuku.
3
1. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
1. Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin
yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan
sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih
besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
2. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik,
terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora,
dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada
pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret.
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa, biasanya pH sekitar 4 – 6,8.
b. Kelenjar palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di
telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga
kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret
kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
2. Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit
(akar rambut) dan bagian yang berada di luar kulit (batang
rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang
merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan
terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang
lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan
terdapat pada orang dewasa.
4
4 epidermis 1 - 4
8 5
9 dermis
6
10
Subkutis
7
Gambar 1. Penampang Anatomi Kulit dan Apendiks
A. Epidermis 1 - 4 : 1. stratum korneum
2. stratum granulosum
3. stratum spinosum
4. stratum basale
B. Dermis 5 - 6 : 5. pars papilare
6. pars retikulare
8. anastomose arteri-vena
9. kel. sebasea
10. kel. keringat
11. akar rambut
12. saluran limfe
13. arteri
14. vena
C. Subkutis 7
5
C. Fisiologi Kulit
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen,
pembetukan vitamin D, kreatinisasi.
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan,
gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan.
Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan
lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan
penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis.
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat
stratum korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat
kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan
keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil eksresi
keringat dan sabun, keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada pH 5 – 6,5 sehingga merupakan perlindungan
kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses
keratinisasi juga berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis
karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorbsi, permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan
uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme
dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui
muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-
sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
6
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-
zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam
tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung
saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
panas diperankan oleh badan-badan Rufini di dermis dan
sub kutis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin).
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk
pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna
kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit,
melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi
Hb, dan karoten.
7. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan
mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak
cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin
D sistemik masih tetap diperlukan.
7
III. ETIOLOGI
- Terbakar api
- Sengatan listrik
- Radiasi
- Bahan kimia
- Paparan sinar
matahari
- Sengatan dingin
8
Trauma Termis Luka Bakar
IV. PATOFISIOLOGIS
LUKA BAKAR
Kerusakan Eritrosit Kerusakan Kapiler Pelepasan katekolamin
Respon stres Udara panas Efek toksik dari Asap, HCN, NO2, HCl, bensin, CO
Permeabilitas
Eritrosit kapiler meningkat Epineprin & Mukosa rusak
Vasokontriksi norepineprina
Iritasi
Anemia Cairan plasma &protein berpindah
dari intravaskuler keekstravaskuler
Tek. Hidrostatikkapiler
Oedem laring
Tek. Osmotik Aliran ke limpa Vasokontriksi Broncho
koloid kapiler selektif kontriksi
Hemokon sentrasi
Hipovolemi relatif
Edemaluka
Obstruksi
Sekresi adrenal Hipoksia Tahanan perifer
hepatik Obstruksi
Syok Vol. Darah Aldosteron
yang Afterload jantung
bersikulasi Retensi Na+ Gagal hepar
ATN Gagal panas
Kehilangan K+ Curah jantung
Gagal ginjal Curah jantung
Oedema Asidosis
10
V. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Berat ringan luka bakar ditentukan oleh:
1. Derajat / stadium (dalamnya luka bakar)
2. Luas luka bakar
3. Daerah luka bakar
4. Kelainan lain yang menyertai
5. Keparahan luka bakar
6. Agen penyebab luka bakar
7. Usia korban luka bakar
1. Derajat / Stadium Luka Bakar
Dalamnya luka bakar ditentukan oleh :
- Tingginya suhu
- Lamanya paparan
Juga dipengaruhi oleh baju yang sedang dikenakan penderita :
- Apabila terbuat dari bulu domba (wol):
Merupakan bahan kain / baju yang paling aman
Tidak mudah terbakar
- Apabila terbuat dari bahan sintesis (nilon) dan akron :
Merupakan bahan yang mudah terbakar
Mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket
hingga memperberat derajat kedalaman.
PENAMPANG KULIT
EPIDERMIS
DERMIS
JAR. SUBKUTAN
DERAJAT I
DERAJAT I I
DERAJAT I I I
Gambar 2. Penampang Kulit
11
Oleh Depuytren dulu dibagi atas 6 tingkat, tetapi sekarang telah
umum dan lebih praktis hanya dibagi atas 3 tingkat atau derajat.
Sedangkan Robb-Smith mengklasifikasikan menjadi 4 derajat.
Stadium Jaringan yang
terkena
Penyebab yang sering
Klinis Test jarum (PIN Prick)
Epitialisasi
Hasil
I Epidermis Sinar matahari
NyeriHiperemiKulit tampak keringBula
Hiperalgesi
5 – 7 hari Tak terbentuk cicatrik↓Normal
II A (Supervis
ial)
Epidermis Dermis minimal (folikel rambut & kel. keringat masih utuh)
KilatCairan panas
NyeriBulaHiperemiBasah
Hiperalgesi (nyeri)
1–2 minggu
Tak terbentuk cicatrik, pucat berbintik-bintik normal
II B (Provund
al)
Keseluruhan epidermis & dermis bagian dalam
Benda panas, nyala api, radiasi
BasahPutihBulla
Hipoalgesi
2-3 minggu
Terbentuk cicatrik
III Mengenai seluruh tebal kulit (seluruh yang diatas + bagian lemak sub kutan atau organ yang lebih dalam)
Nyala api, listrik, kimia dan uap panas
Kulit kering, putih/pucat, abu-abu, gelap atau hitam, nyeri (-)
Analgesi >3-4 minggu
Cicatrik dan jar. hipertrofik
IV Luka bakar mengenai otot bahkan hingga tulang
Nyala api, listrik, kimia dan uap panas
Kulit kering, pucat, abu-abu, hiperpigmentasi
Analgesi >3-4 minggu
Kontraktur tulang
Tabel 1. Derajat / Stadium Luka Bakar “Rob Smith”
12
2. Luas Luka Bakar
Dinyatakan dalam persen (%) terhadap luas tubuh.
Penentuan luas luka bakar ini amat penting untuk menentukan :
Banyaknya terapi cairan tubuh yang diberikan
Perawatan luka bakar
Prognosis
Untuk menentukan luas luka bakar digunakan rumus :
a. Dewasa
Berdasar rumus sembilan / Rule of nine / Rule of Wallace
Formula ini mudah, cepat dan praktis tapi tak boleh
digunakan untuk anak-anak
Skema Rule of Nine
Keterangan :
Kepala dan leher 9%
Dada dan perut 18%
Punggung hingga bokong 18%
Anggota gerak atas masing-masing 9%
Anggota gerak bawah masing-masing
18%
Perineum dan genitalia eksternal 1%
Penentuan luas luka bakar pada anak-anak, untuk memudahkan dapat
digunakan “Rule of five”, yaitu :
Bagian Tubuh Bayi Anak
Kepala 4 x 5% 3 x 5%
Lengan kanan dan kiri 2 x 5% 2 x 5%
Badan depan dan belakang 4 x 5% 3 x 5%
Kaki kanan dan kiri 2 x 5% 3 x 5%
Tabel 2. Rule of five
Dewasa
2 1818
18 1899
9
13
Luas telapak tangan penderita = 1% luas tubuh
Skema Rule of Five
Pada keadaan darurat digunakan cara yaitu menggunakan
telapak tangan penderita, dimana :
3. Daerah Luka Bakar
- Luka bakar pada kepala, leher dan dada seringkali mempunyai
kaitan dengan komplikasi pulmonal : gangguan pernapasan.
- Beberapa bagian tubuh jika terkena luka bakar akan mudah
terjadi kontraktur seperti perineum, axilla, leher dan tangan dan
kaki, dan juga memberikan dampak.
Kehilangan waktu untuk beraktivitas dalam jangka waktu
yang lama
Kecacatan fisik menetap
- Luka bakar pada area perineal membuat mudah terserang
infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses.
4. Penyakit Lain Yang Menyertai :
Misalnya :
- Penyakit DM
Anak
1515
15 151010
15
Bayi
1010
20 201010
20
14
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit paru kronis
↓
Memperbruk prognosis
5. Keparahan Luka Bakar
Penggolongan berat ringan luka bakar
A. Luka Bakar Ringan
Yang tergolong luka bakar ringan :
- Luka bakar derajat I Dewasa : luas luka
bakar < 15%
- Luka bakar derajat II Anak : luas luka
bakar < 10%
- Luka bakar derajat III dengan luas luka bakar < 2%
Pada luka jenis ini penderita cukup berobat jalan dan alih kulit.
B. Luka Bakar Sedang
Yang tergolong luka bakar sedang :
Dewasa dengan luas luka bakar
15–25 %
- Luka bakar derajat II Anak dengan luas luka
bakar 10 – 20%
- Luka bakar derajat III dengan luas luka Bakar < 10%
Pada luka bakar jenis ini sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Perawatan jalan akan mempersulit penderita dan meningkatkan
resiko infeksi.
C. Luka Bakar Berat
Yang tergolong luka bakar berat pada luka bakar jenis ini harus
dirawat %.
1. Luka bakar derajat II > 20%
15
2. Luka bakar derajat III 20%
3. Luka bakar derajat IV
4. Luka bakar derajat II yang mengenai tangan, wajah, mata,
telinga, kaki dan genetalia serta persendian sekitar axilla.
5. Luka bakar inhalasi.
6. Luka bakar dengan komplikasi trauma dengan jalan nafas
trauma luas jaringan lunak dan fraktur.
7. Luka bakar risiko tinggi : menderita penyakit DM, jantung,
ginjal, paru kronis.
8. Luka bakar karena listrik dengan tegangan > 1000 volt
9. Luka bakar kimia
10.Luka bakar dengan alkoholic
11.Luka bakar derajat II-III 10% umur < 10 tahun
12.Luka bakar derajat III 5% umur > 50 tahun
6. Agen penyebab luka bakar
Sudah tercantum seperti di atas etiologi.
7. Usia korban luka bakar
Usia korban mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam
perawatan luka bakar. Angka kematian terjadi lebih tinggi jika
terjadi pada anak-anak berusia < 4 tahun, terutama usia 0 – 1 tahun
dan berusia > 65 tahun. Karena pada anak-anak peka dengan
kehilangan cairan, sedangkan pada orang tua sering disertai
dengan penyakit-penyakit lain.
VI. FASE LUKA BAKAR
Secara global perjalanan keadaan klinis dapat dibagi menjadi 3
fase :
1. Fase akut
2. Fase sub akut
16
3. Fase lanjut
Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi
klinis pada fase selanjutnya.
1. Fase Akut
Fase ini disebut fase awal atau fase syok. Dalam fase
awal ini penderita luka bakar akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernapasan akibat cidera inhalasi dalam 48 –
72 jam pasca trauma. Cidera inhalasi merupakan penyebab
kematian utama pada fase akut. Pada fase akut ini terjadi
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cidera thermal yang berdampak sistemik.
Problema sirkulasi yang berawal dari kondisi syok
terjadinya ketidakseimbangan pasokan O2 dan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau
dapat teratasi.
Pada dasarnya persoalan yang terjadi pada fase subakut tidak
terlepas dari masalah dasar terjadinya kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak sumber panas.
Luka yang terjadi setidaknya menyebabkan :
a. Proses inflamasi yang hebat yang rentan terhadap infeksi
b. Problem penutupan luka terutama luka bakar yang luas dan
yang mengenai struktur organ-organ penting fungsional
c. Keadaan hipermetabolisme
17
3. Fase Lanjut
Penderita akan mengalami fase lanjut yang berlangsung
hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional.
Problema yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur.
Akibat Luka Bakar
a. Kematian akibat dari :
- Terapi cairan pada fase akut yang tidak memadai
- Keracunan gas CO
- Infeksi / sepsis
- Keadaan umum yang buruk :
Gizi buruk
Oedema paru
Carling user ( hr 7 – 10 )
Ginjal
b. Cacat / Invalid
- Jaringan parut, cicatrix, hiperthrophy / keloid pada luka
bakar yang dalam dan terinfeksi
- Kontraktur
- Kekakuan sendi
- Ektropian
- Kelainan psikologis / depresi, psikosis
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, klasifikasi
dari luka bakar dan anamnesis.
Anamnesis :
18
Pengambilan suatu anamneses yang menyeluruh merupakan
suatu tugas yang paling penting dan sering kali paling sulit untuk
dilakukan dalam merawat pasien luka bakar.
Petugas pertolongan darurat, pemadam kebakaran, keluarga
yang terdekat dan mengantar merupakan sumber informasi yang
sangat baik pada saat pasien datang ke rumah sakit.
Tanggal, jam, lokasi geografis, causa cedera merupakan hal
yang penting dalam penatalaksanaan pengobatan awal yang tepat.
Hal ini juga mencakup riwayat penyakit kronis yang sudah ada
sebelumnya. Penyakit cerebrovaskular, AIDS, penyakit kronis.
Hal-hal tersebut perlu dicatat sebagai prognosis dari suatu kasus.
Pada Pemeriksaan Fisik
Pengamatan pertama: Penyebab ketidakstabilan yang paling
dini yang timbul pada pasien luka bakar adalah cedera inhalasi
yang menimbulkan kerusakan jalan nafas atas dan obstruksi atau
keracunan karbon monoksida yang mendekati letal.
Pengamatan kedua: Deteksi adanya cedera-cedera lain yang
menyertai, perubahan status neurologik dapat menunjukkan
adanya cedera kepala tertutup. Tanda-tanda vital dan penilaian
denyut perifer memungkinkan interpresasi perubahan selanjutnya.
Laboratorium
1. HEMATOCRIT
2. DARAH LENGKAP (Hb)
3. ALBUMIN
4. ELEKTROLIT, Na, K, Cl, HCO3
5. BLOOD UREA NITROGEN
6. URINALYSIS
7. FOTO THORAK
8. ARTERIAL BLOOD GASES (TRAUMA INHALASI)
9. CARBOXY HEMOGLOBIN
19
10.ECG (TRAUMA LISTRIK)
VIII. PENATALAKSANAAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
penatalaksanaan luka bakar dilakukan :
Luka bakar dengan luas lebih dari 50% memerlukan jumlah
cairan yang sama dengan luka bakar 50%.
Kecepatan pembentukan oedema jaringan akibat luka bakar
mencapai puncaknya selama 6-8 jam pertama, kemudian
menurun dan sisanya berhenti setelah lewat 48 jam.
Pada luka bakar yang sangat luas, lebih-lebih bila disertai maka
oedema dapat terjadi selama 2-3 minggu.
Penatalaksanaan Luka Bakar
Apabila penderita tiba maka :
- Bebaskan jalan napas, berikan O2 bila memerlukan.
- Stridor dan sianosis, lakukan trakeotomi.
- Tangani syok yang terjadi.
- Bila penderita sudah sadarkan diri, segera ukur berat badan.
Tindakan lanjutan :
Bilapenderita kesakitan berikan analgesik.
Pasang kateter.
Antibiotika.
Terapi cairan.
Perawatan luka.
Pemberian Cairan pada Luka Bakar
A. Untuk Dewasa
1. Formula “EVANS”
Dalam 24 jam 1 berikan :
- NaCl 0,9% : 1 x BB x % luka bakar
20
3QPg
- Koloid : 1 x BB x % luka bakar
- D5% : 2000 ml (untuk penggantian IWL)
Dalam 8 jam I, jumlah cairan yang diberikan sebesar ½
kebutuhan total.
Dalam 16 jam II, diberikan sisa kebutuhan total.
Dalam 24 jam II diberikan :
- NaCl 0,9% : 1 x BB x % luka bakar
- Koloid : 1 x BB x % luka bakar
- D5% : 2000 ml (untuk penggantian IWL)
Cairan diberikan dalam tetes merata.
2. Formula “BROOKE”
Dalam 24 jam I diberikan :
Koloid : 0,5 x BB x % luka bakar
Ringer laktat : 1,5 x BB x % luka bakar
D5% : 2000 ml
24 jam II, diberikan :
Koloid : 0,25 x BB x % luka bakar
Ringer laktat : 0,75 x BB x % luka bakar
D5% : 2000 ml
Cairan diberikan dalam tetes merata
Cara menghitung tetes dipakai rumus :
3. Formula “BAXTER”
Paling banyak dipakai saat ini, praktis dan mudah. Pda cara
ini hanya diberikan cairan ringer laktat.
Dalam 24 jam I diberikan :
Ket : G = jumlah tetes per menit P = jumlah cairan dalam ccQ = jam yang diperkirakan
21
RL : 4 cc x BB x % luka bakar
8 jam I berikan ½ dari kebutuhan cairan total
16 jam II berikan sisanya
Dalam 24 jam II diberikan :
RL : 4 cc x BB x % luka bakar
Kebutuhan total cairan pada hari kedua sama dengan
hari pertama, hanya cara pemberiannya yang berbeda. Pada
hari kedua cairan diberikan sedemikian rupa sehingga
produksi urin sekitar 50-100 ml/jam.
B. Untuk Anak
Modifikasi yang digunakan di Surabaya adalah Modifikasi
Bexter untuk anak, yakni sebagai berikut :
Replacement 2cc x BB (kf) x % luka bakar : a c c
Kebutuhan faali < 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc b c c
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Kebutuhan total : Jumlah resustasi + jumlah faali = a + b
Diberikan dalam keadaan tercampur = RL : Dextra = 17 : 3
8 jam I : ½ (a + b) c c
16 jam II : ½ (a + b) c c
Perawatan Luka
Tujuan :
Menghindari infeksi sekunder
Mencegah kontraktur
Mempercepat penyembuhan luka
Pembersihan luka :
Mencukur rambut di sekitar luka.
22
Mencuci luka dengan air steril, larutan Betadine, larutan
pHisolHex (dilarutkan 2x)
Melakukan eskarotomi (membuang jaringan nekrotik)
Luka dicuci dengan sabun centrintide 0,5% (savlon)
Debridemen
Bulla yang besar dipecah secara steril, bila kecil dibiarkan.
Perawatan Luka Bakar secara Terbuka
Luka dibiarkan terbuka dan diharapkan sembuh sendiri.
Penderita diletakkan dalam ruang khusus (burn unit)
Bila ada pus, kompres dengan NaCl 0,9%
Keuntungan cara ini :
- Luka mudah kering
- Bakteri sukar berkembang biak
- Pengawasan luka mudah
Perawatan Luka Bakar secara Tertutup :
Zilversulfadizain krim 1% + sofratulle
Ganti pembalut : 8 – 24 jam jika basah dan berbau
3 – 10 hari jika tidak basah dan berbau
Keuntungan cara ini yaitu immobilisasi luka lebih
sempurna, yang merupakan syarat penyembuhan luka;
penentuan dalamnya luka lebih teliti (dengan pergantian
pembalut, luka tampak jelas, tidak tertutup keropeng)
Eksisi Primer
Membuang jaringan nekrotik dengan segera
Keuntungan :
- Tandur alih kulit lebih cepat
- Penyembuhan luka lebih awal
- Memperkecil resiko infeksi
Kerugiannya :
23
- Menyebabkan perdarahan
- Menyebabkan rasa nyeri
Diet Penderita Luka Bakar
Pada luka bakar yang luas, penderita dipuaskan selama 24 - 48 jam
karena pada masa ini terjadi ileus paraliticus. Setelah periode
tersebut penderita diberi makanan per oral dengan komposisi
sebagai berikut :
- Protein : 2 - 3 gr / kg BB / hari
- Karbohidrat : 7,2 gr / kg BB / hari (50 - 70 kal / kg BB)
- Vitamin B complex
- Vitamin C
Bila luka bakar lebih dari 40% selain makanan per oral, dibantu
pula dengan cairan intravena (infus).
Posisi Anggota Tubuh Selama Perawatan
- Siku : Flexi dengan sudut maximum 30°
- Axilla: Abduksi dengan sudut minimum 60°
- Lipat paha : Abduksi dengan sudut 10°
- Lutut : Flexi sudut 10°
- Pergelangan kaki : Flexi dengan sudut 90°
IX. KOMPLIKASI LUKA BAKAR
1. Dehidrasi
2. Syok Hipolemik
3. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat bisa
menyebabkan penderita mengalami sepsis.
4. Oedem Laring
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di
muka, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas,
24
asap atau uap yang terisap sehingga timbul oedem laring
sehingga menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas.
5. Scar Hipertrofi yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik
sangat jelek.
6. Tukak Curling
Stres atau beban faal yang terjadi pada penderita luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa atau
duodenum. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling penyulit
perdarahan seperti hematemesis dan melena.
7. Ileus Paralitik
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase
akut peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok,
sedangkan pada fase mobilisasi peristaltik dapat menurun
karena kekurangan ion kalium.
8. Kontraktur
Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian maka
fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
9. Konvulsi
Merupakan komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak.
Konvulsi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia, infeksi, obat-obatan (penicillin, aminofilin,
difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
25
X. PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar bergantung dari :
1. Luas luka bakar
2. Derajat luka bakar
3. Umur
4. Tingkat kesehatan
5. Lokalisasi luka bakar
6. Pertolongan yang diberikan
7. Fasilitas tempat pertolongan
XI. LUKA BAKAR KIMIAWI
Zat kimia dapat merusak jaringan melalui rekasi oksidasi,
reaksi reduksi, sifat korosif, reaksi pengeringan, persainan
metabolis, dan rekasi pemanasan (yang tersering). Penanganan
gawat darurat harus segera dilakukan untuk menetralkan zat kimia
tersebut, karena jika tidak zat kimia akan terus bereaksi.
Pembilasan dengan banyak air akan mengencerkan atau
menetralkan zat kimia secara efektif, akan tetapi air dapat juga
memperbesar kerusakan, mengaktifkan reaksi kimia pada jaringan,
tidak dapat menghilangkan zat kimia dan memperluas penyebaran
zat kimia.
Pengobatan Luka Bakar Kimiawi
Zat Kimia Pengobatan Pendahuluan Pertimbangan Khusus
HClH2SO4
HNO3
Basuh dengan air sabun Kemudian tutup denganMg(OH)2 atauMagnesium trisilikat
Asam OksalatAsamHidroflorat
Basuh dengan NatriumBikarbonas, lalu dengan Hyamin 2% dalam alkohol-es
Suntikan Ca-glukosa di daerah yang terbakar untuk meredakan nyeri.
Asam kromat (Chlorox, Natrium hipoklorit)
Basuh dengan Natrium hiposulfit encer, basuh dengan air, lalu dengan Natrium tiosulfat.
-
Fenol / Kresol Basuh dengan etanol 10% Kemudian tutup dengan minyak zaitun (olie oil), minyak nabati atau minyak
26
jarak.Basa (KOH, NaOH, dsb)
Basuh dengan larutan cuka encer
Diganti dengan air jeruk nipis, lalu ditutup dengan minyak.
Garam dikromat
Basuh dengan Natrium Hiposulfit -
Garam alkil merkuri
Lakukan debrideman pada bula, keluarkan cairan.
Lalu oleskan balsam.
Fosfor putih Dengan KmnO4 1:5000 Lalu ditutup dengan minyak
Ter Bersihkan dengan antiseptik, tutup dengan salep neopolycin
Bersihkan ter yang terlarut pada 24 jam dan 48 jam
Tabel 3. Pengobatan Luka Bakar Kimiawi
XII. TRAUMA LISTRIK
Trauma listrik terdiri dari 3 jenis yaitu trauma listrik akibat
arus listrik, bunga api listrik, dan terbakar oleh karena kontak
listrik, misalnya pakaian terbakar.
Kerusakan karena arus listrik berbanding lurus dengan intensitas
listrik. Dan panas yang dihasilkan berbanding langsung dengan
jumlah arus dan tahanan jaringan yang mengalirkan arus. Cedera
listrik menyebabkan nekrosis jaringan yang dalam. Kerusakan
pada titik proksimal dari titik kontak akan paling berat. Nekrosis
jaringan akan memburuk setelah arus listrik berkumpul pada
tempat keluarnya.
Tindakan yang harus dilakukan
Berikan cairan infus : 9 x BB x % luka bakar
Untuk mengurangi terjadinya gap di jantung agar tidakt erjadi
fibrilasi ventrikel
Lakukan ECG karena dapat terjadi :
- Fibrilasi ventrikel
- Delay AV node ke SA node
Periska BUN, serum cretinin untuk mengetahui adanya ATN
Kontrol urin, tekanan darah dan nadi
27
Berikan manitol 25 g/jam jika tejadi mioglobinuria hingga
kadar Hb dan mioglobin dalam urine menurun
Berikan natrium bikarbonat bila terjadi asidosis
Pembersihan luka : eskarotomi, fasiotomi, debridement.
XIII. SENGATAN DINGIN
Disebabkan oleh temperatur dingin, air (es), dan udara dengan
suhu 6 – 7° C.
Organ yang paling rentan adalah kulit dan otot, sedangkan yang
kurang rentan adalah tendon dan tulang.
Kerusakan jaringan terutama kulit dan subkutan (terjadi karena
gangguan aliran darah).
Kerusakan yang tejradi akibat vasokontriksi, dehidrasi seluler,
viskosuitas darah meningkat.
Gejala-gejala
- Kulit pucat seperti lilin (waxy skin)
- Mati rasa (anestesia)
- Parestesia
Penanganan :
- Bebaskan penderita dari keadaan dingin
- Rendam dalam air hangan (lebih kurang 40° C)
- Selimuti penderita kecuali pada daerah trauma
- Pada frost bite verat lakukan debridement jika perlu
amputasi
- Vasodilator topikal
XIV. LUKA BAKAR INHALASI
Ancaman paling dini berupa obstruksi jalan napas, keracunang
as CO dan inhalasi udara panas.
Pemeriskaan dan tindakan
- Bersihkan jalan napas dari lendri dan benda asing
28
- Intoksitasi CO dapat dilihat adanya warna cherry red pada
kulit
- Beri oksiden 1005 melalui masker
- Segera lakukan intubasi endotrakea, beri hdirokortison 2
gram
- Pada inhalasi udara panas maka pada pemeriksaan akan
didapatkan buru-buru hidung hangus, mukosa faring
posterior kering dan meradang, oedema glotis dan suara
serak.
XV. LUKA BAKAR RADIASI
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui
ruang dari suatu sumber ke tempat lain tanpa perataan lain tanpa
melalui massa atau kekautan listrik.
Ionizing Radiation dapat disebabkan oleh partikel alfa, beta,
gamma maupun x-ray.
Kerusakan akibat radiasi tejadi pada molekul intrasel dan
yang paling penting pada DNA. Sekalipun DNA dapat
memperbaiki kerusakna ini tetapi kemampuan genetisnya rusak
oleh karena itu kemampuan replikasi berubah. Pada jaringan
dengan replikasi tinggi seperti mukosa intestinal, limfosit, gonad,
epifise lebih mudah terkena daripada jaringan otot dan syaraf yang
tidak ada replikasi.
Gejala
Sindroma Radiasi Akut
Tahap I : malaise, muntah, diare yang akut
Tahap II : lekositopenia dan trombositopenia
Tahap III : diare dan muntah brat juga terjadi perdarahan usus
Sindroma Radiasi Kronik
29
Sinroma ini terjadi akibat radiasi sedang dalam waktu yang lama
dengan gejala rasa kurang sehat kronik, derpesi sumsum tulang,
ademia, radio dermatitis, kulkus yang sudah sembuh, dan
keganasan.
Pengobatan
Prinsip menolong penderita atau korban radiasi ialah :
Memakai sarungan tangan, masker, baju pelindung detektor
sinar ionisasi
Sumebr kontaminasi dicari dan dihentikan
Benda yang terkontaminasi dibersihkan dnegan air sabun,
deterjen atau secara mekanis dibuang di tempat yang aman
Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. R. Sjamsuhidayat, Wim dejong : Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
Jakarta, University Press / Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998, 81
– 97.
2. Djohansjah Marzoeki, dkk, Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab /
UPF Ilmu Bedah, Edisi II, Surabaya, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, 1994, 221 – 225.
3. Djohansyah Marzoeki, Ilmu Bedah, Luka dan Perawatannya (Luka,
Asepsis dan Desinfektan, Luka Bakar) Surabaya, Airlangga
University Press 1993, 30 – 55.
4. Sumiadi Karakata, Bob Bach Sinar, Bedah Minor, edisi 2, Jakarta,
Hipocrates, 1995, 91 – 105.
5. Agus Purwadianto, Budi Sampurna, Kedaruratan Medik, Edisi
Revisi, Bina Rupa Aksara. 2000. 263 – 277.
6. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 1999. 3
- 8
31