respon unit usaha asuransi syariah di indonesia...
TRANSCRIPT
RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA TERHADAP
KEBIJAKAN SPIN OFF YANG DIATUR DALAM UNDANG - UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NO 40 TAHUN 2014 DAN POJK NO 67 TAHUN
2016
(Studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah).
Skripsi
Oleh
SARI RAMADANI
1111046200004
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/ 2018 M
ABSTRAK
Sari Rmadani. 1111046200004 dengan skripsi yang berjudul Respon Unit Usaha
Asuransi Syariah Di Indonesia Terhadap Kebijakan Spin Off Yang di Atur Dalam
Undang – Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2014 dan POJK no 67 Tahun 2016
(studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah), Starata 1 (S1) Program
Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini membahas Respon Perusahaan Asuransi Syariah Khususnya Unit
Usaha Syariah terhadap Undang – Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2014 Dan
POJK no 67 Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan betujuan untuk mengetahui apakah
perusahaan Asuransi Syariah yang memiliki Unit Usaha telah melakukan persiapan –
persiapan terkait dengan telah dikeluarkannya Undang – Undang tentang kewajiban
Spin off, apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan terkait peraturan tersebut,
apakah ada kendala atau sudah sampai dimanakah kesiapan perusahaan untuk
melakukan spn off. Dan jika ada kendala apa saja kendala tersebut dan bagaimana
menanganinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Jenis
penelitian yaitu kualitatif, jenis data primer dengan menggunakan tehnik pengumpulan
data yaitu tehnik Wawancara. Tehnik analisis data yang dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menujukkan bahwa perusahaan Adira Dinamika Unit Syariah belum
siap melakukan spin off, dikarenakan peraturan perundang- undangan yang dinilai
memberatkan bagi pelaku bisnis syariah / perusahaan Asuransi Unit Syariah.
Kata Kunci : Respon, Unit Usaha Syariah, Asuransi Syariah, Spin Off
Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, M.A
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji serta syukur bagi Allah SWT, tuhan pencipta alam beserta isinya, atas
segala nikamat, karunia dan rahmat – Nya yang begitu besar, yang selalu memberikan
keberuntungan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah memperjuangkan Islam dan menyebarkan risalah Islam sebagai pegangan
kehidupan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta
kesulitan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini. Namun, berkat keteguhan
hati serta dukungan dan semangat dari banyak pihak hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Namun dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, tata bahasa maupun
isinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan.
Rasa terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak
yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai penelitian, baik
secara langsung maupun tidak langsung, utamanya penulis haturkan kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., MA., sebagai Ketua
dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si. dan Ibu Tini Anggraeni, ST., M.Si.
sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan yang
diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan,
penulis ucapkan terimakasih.
6. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membagikan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serrta para pengurus
perpustakaan yang telah melayani dan memfasilitasi buku – buku hingga penulis
sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Bimo Kustoro yang telah bersedia menjadi narasumber selaku pelaku
bisnis Asuransi Syariah.
8. Kepada keluargaku orang tua dan kakak serta adik tercinta. Ibunda Elsi Mainofa
serta kakanda Susanti Annisa, Heru Firmansyah dan Anhar Haris serta adinda
Indah Wulandari dan Ulfa Putri, yang dengan tulus selalu mendoakan,
memberikan dorongan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis
mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang menjadi amanah bagi penulis kepada
orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan keberkahan
dibawah kasih sayang-Nya. Teruntuk Alm papa Zairus Rasyid dan Almh Uwo
Zaidar Ishak yang selalu penulis rindukan, semoga Allah mempertemukan kita
di jannah-Nya.
9. Kepada Umi Yusnati Arief yang sangat berjasa dalam hidup penulis.
10. Keponakan tercinta Alghifari Razqa Anhar yang selalu menghibur penulis setiap
harinya, tante, sepupu, dan keluarga besar lainnya yang selalu memberikan doa
dan dukungan serta semangat bagi penulis.
11. Teruntuk teman – teman seperjuangan sahabat tercinta Tia Fitriyani, Didiet Dini
Niarti, Ayu Wulandari pengalaman yang indah bersama kalian, selalu menjadi
tempat berbagi terbaik. Dan khususnya kepada Tiara Fitri Yanti terimakasih
untuk semua bantuannya kepada penulis, semoga Allah berikan balasan berlipat
ganda.
12. Kepada teman-teman sekelas Asuransi Syariah 2011, prodi muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
terimakasih atas bantuan, dukungan, pengalaman dan pembelajaran selama ini
kepada penulis dalam menyelesaikan masa studi.
13. Kepada teman-teman KKN Catalyst terimakasih atas pengalaman dan
perjumpaan yang indah, akhirnya insyaAllah kita lulus semua.
Dan kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih
atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas semua amal
baik dengan pahala dan senantiasa menaungi kita dengan rahmat-Nya. Aamiin
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Jakarta , 24 mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i
BUKTI KELULUSAN KOMPREHENSIF............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................ 10
D. Review Terdahulu.................................................................... 10
E. Kerangka Teori ................................................................... .....13
F. Metode Penelitian .................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................
A. Respon ........................................................................................
1. Pengertian Respon ............................................................ 16
2. Macam-Macam Respon ..................................................... 17
3. Faktor – Faktor Terbentuknya Respon ............................. 18
B. Kebijakan Spin Off ......................................................................
1. Definisi Spin Off ................................................................19
2. Jenis-Jenis Spin Off ............................................................21
3. Tujuan Spin Off ..................................................................23
4. Motif Spin Off ....................................................................24
C. Komponen Spin Off.....................................................................
1. Manajemen .........................................................................25
2. Finansial .............................................................................27
3. Sumber Daya Manusia .......................................................28
4. Infrastuktur ..........................................................................31.
D. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah .............................. 33
E. Sejarah Asuransi Syariah ......................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................
A. Pendekatan Penelitian .............................................................. 39
B. Subjek Objek Penelitian .......................................................... 39
1. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 39
2. Populasi dan Sampel Subjek / Objek Penelitian ................40
C. Sumber data Penelitian ............................................................ 41
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
A. Profil Perusahaan ..................................................................... 44
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 57
C. Respon Unit Usaha Syariah Terhadap kebijakan Spin off ......57
D. Perubahan Kinerja Manajemen................................................62
E. Urgensi Spin Off bagi Unit Usaha Syariah.............................64
F. Infrastruktur ............................................................................65
G. Kendala yang dihadapi Dalam melakukan Spin Off...............66
H. Proses Pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah Sesuai dengan
Undang – Undang no 40 tahun 2014 tentang
perasuransian...........................................................................67
I. Pengaruh Kebijakan Spin Off Bagi Perusahaan.....................71
BAB V PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................75
B. Saran........................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................78
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kini semakin diramaikan oleh bisnis keuangan berbasis syariah,
tidak terkecuali di bidang asuransi. Perkembangan industri asuransi syariah di
Indonesia terbilang masih sangat kecil, meski terus mengalami pertumbuhan yang
signifikan.
Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia diawali dengan lahirnya
Asuransi Syariah pertama di Indonesia pada tahun 1994, yaitu PT Syarikat Takaful
Indonesia (STI) yang berdiri pada 24 Februari 1994. Hingga saat ini perkembangan
asuransi syariah sudah berkembang luas bahkan asuransi konvensional membuka
layanan unit usaha syariah. Kehadiran Asuransi Syariah yang menggembirakan
itu benar-benar mampu menjawab berbagai harapan dan keinginan yang
dikehendaki masyarakat Indonesia (khususnya yang beragama Islam) dalam upaya
memenuhi cita-citanya untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang lebih adil dan
lebih merata sesuai dengan yang diajarkan al-Islam.1
Asuransi di indonesia telah ditetapkan dalam undang – undang Republik
indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian.2 Asuransi adalah perjanjian
antara dua belah pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi
dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk
memberikan pergantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian
kerusakan biaya yang timbul , kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau memberikan pembayaran yang
1 M. Amin Suma, Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional; Teori, Sistem, Aplikasi
Dan Pemasaran, (Jakarta; Kholam Publishing, 2006), h. 41. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian.
2
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan padaa
hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan atau di
dasarkan pada hasil pengelolaan dana. Sistem yang diterapkan pada asuransi
konvensional adalah transfer risk (perpindahan resiko), dimana risiko yang dimiliki
peserta dipindahkan ke perusahaan asuransi, jadi dalam sistem asuransi konvensional
dimungkinkan terjadinya kerugian bagi salah sau pihak.
Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut fatwa dewan syariah nasional
– majlis ulama indonesia (DSN – MUI) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Sistem yang ditetapkan pada
asuransi syariah adalah sharing risk (berbagi risiko), dimana risiko yang dimiliki
peserta dibagikan kepada peserta lain, dan perusahaan hanya bertindak sebagai
pengelola dana. Jadi dalam sistem asuransi syariah tidak ada pihak yang dirugikan,
karena pada dasarnya asurans syariah berprinsip keadilan dan kesederajatan.3
Kontribusi market share industri asuransi syariah dibandingkan dengan premi
industri asuransi keseluruhan hanya sekitar 5%. Meski industri terus bertumbuh,
dalam beberapa tahun terakhir market share asuransi syariah bergerak stagnan.
Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia semakin meningkat, terlihat dari
data jumlah perusahaan Asuransi Syariah yang diterbitkan oleh Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia (AASI) kuartal IV.
3 Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/ DSN-MUI/X/201 tentang pedoman umum
Asuransi Syariah.
3
Tabel 1.14
Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah
No. Keterangan 2014 2015 2016
1. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 3 5 5
2. Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2 3 4
3. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa 18 19 19
4. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum 23 23 24
5. Unit Syariah Perusahaan Reasuransi 3 3 3
Total 49 53 55
Sumber: Data Bisnis AASI Tahun 2016
Dilihat dari data di atas jumlah perusahaan / unit asuransi syariah di tahun
2016 dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 mengalami perkembangan
yaitu menjadi 55 perusahaan / unit asuransi syariah. Penambahan 1
perusahaan asuransi umum syariah dan 1 perusahaan unit asuransi umum syariah
membuktikan potensi usaha asuransi syariah masih menjanjikan di industri asuransi
Indonesia.
Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), pasar
asuransi syariah menunjukkan total kontribusi asuransi syariah pada akhir Desember
2016 lalu diangka 5% dibanding dengan total industri asuransi umum dan jiwa di
Indonesia secara keseluruhan. Market share pendapatan kontribusi asuransi jiwa
syariah dibandingkan total premi industri asuransi hanya sebesar 6,44%. Sementara
itu, market share kontribusi asuransi umum dan reasuransi syariah dibandingkan total
premi industri asuransi hanya 3,85%. Secara keseluruhan market share kontribusi
asuransi syariah dibandingkan total premi industri asuransi sebesar 5,64%.5
4 http://www.aasi.or.id/main/data-bisnis-2016, diakses pada tanggal 16 januari 2018, pada
pukul 12.30 WIB. 5 Bantenbisnis.com,”Pertumbuhan pangsa pasar: Penetrasi Asuransi Syariah Masih Minim,
ditebitkan pada 16 juni 2017, diakses pada 13 agustus 2017.
4
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah peusahaan asuransi yang
beroperasi di Indonesia per Februari 2017 sebanyak 138 perusahaan, terdiri dari 52
perusahaan asuransi jiwa, 76 perusahaan asuransi umum, lima perusahaan reasuransi,
dua perusahaan asuransi sosial, dan tiga asuransi wajib.6Termasuk industri asuransi
syariah yang terdiri dari 5 perusahaan asuransi jiwa syariah, 4 perusahaan asuransi
umum syariah, 19 unit syariah perusahaan asuransi jiwa,24 unit syariah perusahaan
asuransi umum, 3 unit syariah perusahaan reasuransi.7
Dengan semakin meningkatnya persaingan usaha di antara perusahaan-
perusahaan yang ada saat ini, menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk selalu
mengembangkan suatu strategi agar dapat bertahan hidup atau bahkan berkembang
lebih baik. Oleh karena itu setiap perusahaan harus dapat menentukan arah tujuan
bisnisnya.
AASI (2014-2017) bahwa pertumbuhan asuransi syariah bisa mencapai lebih
dari 30 persen dan di Indonesia sendiri rata-rata mencapai lebih dari 30 persen.8
Asuransi Syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat.Persaingan
bisnis Asuransi Syariah di Indonesia kian ramai dengan bermunculannya pemain-
pemain baru, baik dari asuransi jiwa maupun asuransi kerugian/umum dengan prinsip
syariah. Sementara reasuransi syariah juga mengalami perubahan komposisi, yaitu
dari keseluruhan perusahaan yang hanya berbentuk unit usaha syariah, menjadi ada
satu perusahaan yang berbentuk syariah (full fledge) dengan melakukan spin off.
Unit Usaha Syariah dalam kebijakannya masih menginduk kepada perusahaan
asuransi yang mendirikannya. Namun sistem dalam unit usaha syariah itu sudah
terpisah. Bagi perusahaan asuransi yang telah membuka unit usaha syariah cenderung
mengalami meningkatan kinerja dengan output bertambahnya tingkat premi bruto
6 Mediaasuransi,”jumlah perusahaan Asuransi di Indonesia,” diterbitkan 3 April 2017,diakses
pada 13 agustus 2017. 7 Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia 2016
8 Lucky, Pertumbuhan Asuransi Syariah 2015 dapat Mencapai 30 persen, diakses pada senin,
17 November 2014 di http://www.mediaasuransinews.com
5
hingga 40% dari produk unit syariah.9 Mendorong pemerintah mewajibkan spin off
UUS Asuransi syariah dengan tujuan meningkatkan kapasitas usaha dan
meningkatkan entitas melalui kemandirian perusahaan.
Spin off atau pemisahan unit usaha akan berdampak pada peningkatan pangsa
pasar asuransi syariah karena asuransi syariah yang mandiri akan lebih leluasa
melakukan ekspansi bisnisnya dan mendorong industri Asuransi Syariah semakin
kompetitif.10
Sebelum melakukan spin off, harus dilihat terlebih dahulu dari dua sisi. Satu,
pada dasarnya spin off harus memberikan efek yang baik bagi perusahaan. Manakala
satu unit syariah di spin off, ia akan bertanggung jawab dan akan lebih mature. Akan
tetapi pada sisi lain, tidak secara otomatis ia akan berkembang. semakin banyak
asuransi syariah yang full fledged, akan semakin bagus industri syariah kita. Dalam
artian, mereka akan lebih bisa bertanggung jawab, lebih bisa memenuhi kebutuhan
mereka secara independen. Ketentuan UU Perasuransian yang masih direvisi
dikatakan, spin off dilakukan setelah lima tahun UU berlaku.11
Mengenai kebijakan spin off ini pada kenyataannya unit usaha syariah belum
siap untuk melakukan pemisahan dengan induk perusahaannya. Dan pemerintah pun
menunda waktu realisasi pelaksaan spin off, seharusnya mendapat perhatian lebih dari
pemerintah atau otoritas jasa keuangan selaku regulator agar unit usaha syariah dapat
segera menjadi perusahaan yang mandiri dalam menjalani kegiatan bisnisnya.12
Pemisahan atau spin off unit usaha syariah masih tetap menjadi pekerjaan
rumah perusahaan asuransi. Meski berkali-kali menyatakan siap, mereka
mengkhawatirkan dampak jika harus menyapih unit usaha dalam waktu dekat. Selain
9www.takafulmedia.com
10 Zona Ekonomi Islam. Spin off Bikin Asuransi Syariah Kompetitif. Zonaekis.com terbit 2
Februari 2015
11 M.shaifie Zein. Spin off ada syaratnya.website http://www.mediaasuransinews.com/
12 Rizky Andrianti Pohan. Spin off, ikhtiar memakmurkan Asuransi Syariah. Dalam berita
media insurance yang diterbitkan 18 november 2014
6
itu dampak dari spin off adalah melonjaknya biaya operasional, sehingga harga
produk pun dinaikan.13
Kebijakan spin off itu sendiri tertuang dalam Undang-Undang no 40 tahun
2014 pasal 87 ayat 1 yang berbunyi
“Dalam hal perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki unit
usaha syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah mencapai
paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi , dana tabarru,
dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau sepuluh tahun sejak
diundangkannya Undang Undang ini, perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut menjadi perusahaan
asuransi syariah atau perusahaan reasuransi syariah.”
Selanjutnya ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan unit usaha syariah dan
sanksi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang tidak melakukan
pemisahaan unit usaha syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan otoritas jasa keuangan tepatnya pada pasal 17 dan 18. Yaitu Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan no 67/ POJK. 05/2016, pasal 17 mengenai pemisahan unit
usaha syariah yaitu:
1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib melakukan
pemisahan unit syariah menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau
perusahaan Reasuransi Syariah apabila dana tabarru dan dana investasi
peserta telah mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari
total nilai dana Asuransi, Dana tabarru dan dana investasi peserta pada
perusahaan induknya atau 10 (sepuluh) tahun sejak diundangkannya
undang-undang no 40 tahun 2014 tentang perasuransian.
2) Dana tabarru dan dana investasi peserta telah mencapai paling sedikit
50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana tabarru
dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana
13Anaya Noora Pitaningtyas, Christine Novita Nababan. Efek Pemisahan. Website
kontan.co.id terbit 25 Juli 2015
7
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan laporan bulanan yang
disampaikan perusahaan dan perusahaan reasuransi kepada OJK.
3) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang telah
memperolehizin usaha pada saat peraturan OJK ini diundangkan
dan/atau telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyusun rencana kerja pemisahan unit syariah.
4) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling sedikit memuat cara pemisahan unit syariah, tahapan
pelaksanaan dan jangka waktu.
5) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib mendapatkan RUPS.
6) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) karen dana tabarru dan dana investasi telah mencapai paling
sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana
tabarru dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan oleh direksi
kepada OJK paling lama 3 (tiga) bulan setelah batas waktu
penyampaian laporan bulanan perusahaan kepada OJK.
7) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dalam hal dana tabarru dan dana investasi belum mencapai
50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi dan dana tabarru
dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya, wajib
disampaikan oleh direksi kepada OJK paling lambat tangggal 17
oktober 2020.
8) OJK memberikan persetujuan atau permintaan perbaikan atas rencana
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 20 (dua
puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rencana kerja.
9) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dapat melakukan
perubahan terhadap rencana kerja yang telah memperoleh persetujuan
8
dari OJK paling banyak 2 (dua) kali yang disampaikan kepada OJK
paling lambat 1(satu) tahun sejak tanggal surat persetujuan OJK atas
rencana kerja tersebut.
10) Dalam hal perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi mengajukan
permohonan pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan
asuransi syariah atau perusahaan reasuransi syariah lebih cepat dari
rencana kerja yang telah disampaikan, maka rencana kerja tersebut
dianggap tidak berlaku.
11) Ketentuan mengenai rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), ayat (5) dan ayat (8) berlaku secara mutatis mutandis terhadap
perubahan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (9).14
Terkait dengan masalah spin off Unit Usaha Asuransi Syariah, Menurut
Presiden Direktur Karim Business Consulting Adiwarman A Karim, Asuransi Adira
Dinamika dikatakan siap legal spin off. Legal spin off yaitu secara entitas hukum
terdapat dua entitas di satu grup perusahaan, artinya asuransi syariah dan asuransi
konvensional beroperasi sebagai satu perusahan.15
Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian ke salah satu
unit Usaha Asuransi Syariah agar mengetahui respon diberlakukannya kebijakan spin
off yang tertuang dalam undang undang perasuransian pada suatu perusahaan asuransi
dan judul dari penelitian diangkat adalah
“RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA
TERHADAP KEBIJAKAN SPIN OFF YANG DIATUR DALAM UNDANG -
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 40 TAHUN 2014 DAN POJK NO 67
TAHUN 2016” (Studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah).
14 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 67 tahun 2016 pasal 17
15Siapa Saja Asuransi Syariah yang Siap Spin off?
9
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Bagaimana respon unit usaha syariah terhadap kebijakan spin off?
b. Apa yang seharusnyadipersiapkan perusahaan asuransi syariah untuk dapat
melakukan spin off?
c. Bagaimana perubahan kinerja perusahaan asuransi syariah setelah ditetapkan
kebijakan spin off?
d. Pentingkah perusahaan melakukan spin off?
e. Bagaimana cara perusahaan untuk menghadapi tuntutan spin off?
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan
penelitian yang diteliti. Mengenai hal ini penulis membatasi lingkup penelitian pada
satu perusahaan Asuransi yang memiliki Unit Usaha Syariah.
3. Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang, alasan penulis mengambil judul tersebut
karena penulis menarik beberapa masalah terkait dengan penelitian yang dilakukan.
a. Bagaimana persiapan yang dilakukan PT. Asuransi Adira Dinamika untuk
bisa melakukan spin off, baik dari segi manajemen, sumber daya dan
finansial?
b. Apa kendala yang dihadapi PT. Asuransi Adira Dinamika untuk melakukan
spin off?
c. Bagaimana solusi terhadap kendala yang dihadapi perusahaan terkait kebijkan
spin off?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang ada
serta perumusan masalah yang ingin di dapat, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui respon Unit Usaha Asuransi Syariah di Indonesia terhadap kebijakan
spin off yang diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia no 40 tahun 2014
dan POJK no 67 tahun 2016.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penulis berharap bahwa penelitian ini
memberikan manfaat bagi:
a. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan
akademisi dan praktisi untuk menambah wawasan tentang bagaimana
respon Unit Usaha Asuransi Syariah dalam penelitian ini yaitu di PT.
Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah terhadap kebijakan spin off yang
diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia no 40 tahun 2014 dan
POJK no 67 tahun 2016.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi
dan sebagai bahan pertimbangan bagi entitas bisnis Asuransi syariah
lainnya dalam menanggapi kebijakan spin off.
D. Review Studi Terdahulu
Agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama dan
untuk membandingkan antara penelitian terdahulu agar mendukung materi dalam
penelitian ini, maka ada baiknya peneliti melakukan review studi terdahulu. Adapun
review studi terdahulu yang penulis telah kaji, adalah:
11
Tabel 2
Review Studi Terdahulu
1. Identitas Mirriam Astari/Fakultas Syariah dan Hukum Program
Studi Muamalat Konsentrasi Asuransi Syariah 2013
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi Kebijakan Spin off Unit Usaha Asuransi Syariah
Berdasarkan Kinerja Keuangan. Studi pada PT Asuransi
Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA. (Unit Usaha
Syariah).
Subtansi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan
unit asuransi syariah agar dapat melihat kesiapan unit
asuransi syariah dalam menghadapi spin off dan syarat
yang dilakukan unit usaha syariah dalam menghadapi spin
off.
2. Identitas Anggi Wicaksono / Fakultas Syariah dan Hukum Program
Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah 2014
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia pada Bank yang
Merger-Akuisisi dan Spin off
Subtansi Menganalisis tingkat efisiensi antara perbankan yang
berdiri dari hasil merger, akuisisi dan spin off hingga
menjadi evaluasi. Penelitian ini dilakukan pada industri
perbankan.
3. Identitas Feri Umar Farouk dan Khotibul Umam /Jurnal 2006
Judul Mekanisme Pembentukan Bank Umum Syariah Alternatif :
Akuisisi dan Konversi Bank Umum Konvensional serta
Pemisah (Spin off) Unit Usaha Syariah.
12
Subtansi Penelitian ini menjelaskan bahwa dengan disahkannya UU
No. 21 Tahun 2008 membuka peluang agar perbankan
syariah dpat lebih ekspansif. Mekanisme yang dilakukan
dalam pembentukan Bank Umum syariah yang baru yaitu
dengan tigacara, yaitu akuisisi, konversi dan spin off.
Peneliti memberikan penjelasan yang cukup rinci, mulai
dari peraturan prosedur , serta persyaratan pendirian Bus.
4 Identitas M. Yudistira Kusuma / fakultas ilmu dakwah dan
komunikasi 2013, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Judul Skripsi Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat Terhadap
Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.
Subtansi Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif
dimana dalam pengumpulan datanya melalui wawancara
dan data data tertulis, sedangkan subjek dalam penelitian
ini adalah undang – undang no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini
secara umum adalah untuk mengetahui respon pengurus
FOZ terhadap undang – undang baru no. 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat pada masyarakat saat ini.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
objek penelitian dan metode analisis yang digunakan. Pada penelitian kali ini objek
penelitian dilakukan pada PT.Asuransi Adira DinamikaUnit Syariah. Metode yang
digunakan kali ini adalah dengan metode wawancara yang diolah secara kualitatif.
13
E. Kerangka Teori
Spin off secara umum menggambarkan suatu tambahan atau produk derivative
atau turunan atau hasil dari sesuatu tiruan usaha sebelumnya. Istilah spin off sering
dihubungkan dengan pembentukan usaha baru, dimana termasuk produk barunya
adalah hal yang sama atau salinan dari organisasi induk, dan menimbulkan aktivitas
ekonomi yang baru. Pemisahan ini bisa berbeda bentuk, tapi umumnya memerlukan
perubahan yang penting pada kontrol, risiko, dan distibusi keuangan. Unsur lainnya
yaitu transfer teknologi dan hak kepemilikan dari induk kepada pemilik baru. Dengan
kata lain pemisahan ini juga meliputi pemisahan aktiva dan pasiva.16
Spin off dapat
juga dikatakan sebagai proses kebalikan dari merger, atau demerger. Sebab,
perusahaan yang tadinya satu dan terdiri dari unit-unit bisnis dan support, kini
menjadi dua atau lebih perusahaan.17
Perkembangan industri asuransi syariah sangat baik, hal ini berpengaruh
terhadap perubahan manajemen. Perubahan manajemen di unit syariah dapat
membawa hal positif dalam perkembangannya, karena dengan perubahan manajemen
yang baik seperti melakukan pemisahan diri dari perusahaan induk merupakan hal
yang diibaratkan sudah masuk tahap pendewasaan dalam industri bisnis. Dalam
perubahan tersebut unit usaha syariah dapat mengekspansikan usahanya dan
melakukan pengambilan keputusan sendiri.
Peningkatan maupun penurunan kinerja harus sangat diperhatikan, agar dapat
diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keduanya. Sehingga ketika ada
sisi positifnya itu harus lebih dikembangkan sampai pada hasil yang maksimal.
Begitu pula ketika ada sisi negatif harus segera dihadapi agar tidak berdampak buruk
bagi perusahaan.
16
Miriam Astari, kebijakan Spin off Unit Usaha Asuransi Syariah Berdasarkan Kinerja
Keuangan (studi pada PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA (Unit Usaha Syariah)),(Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 35
17 Ayatullah Asfaroni, “Strategi Pelepasan Aset Sebagai Sumber Pembiayaan Program
Restrukturisasi PT. ABC” Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, h. 30
14
F. Metode Penelitian
Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah
suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan
yakni usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu.18
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif diharapkan
menghasilkan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.19
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah PT. Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah
dan objek penelitiannya adalah kepala Divisi Unit Usaha Syariah PT. Asuransi Adira
Dinamika.
3.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan dengan cara wawancara. Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga
merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.20
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset. (Yogyakarta: UGM Press, 1997) hal. 3
19 Basrowi. & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008) h.
21
20 Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera
Publishing, Yogyakarta, 2007
15
4.Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh penulis dalam penelitian ini bersifat
kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Pendekatan
deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan
data, mengklarifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya. Tujuan dari
penelitian deskriptif kualitatif adalah searah dengan rumusan masalah serta
pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari
penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnyadikemukakan oleh rumusan
masalah.21
5. Teknik Penulisan
Adapun tehnik penulisan yang digunakan adalah menggunakan “pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
21
Uma Sekaran.Metodologi penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba empat, 2016) hal 73
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Respon
1. Pengertian Respon
Pengertian respon menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.22
Serupa
dengan pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, menurut Poerwadarminta
respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban.23
Menurut istilah psikologi respon dikenal dengan proses memunculkan dan
membayangkan kembali gambaran hasil pengamatan. Dalam kamus lengkap
psikologi disebutkan bahwa response (respon) adalah sebarang proses otot atau
kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti satu jawaban ,
khususnya jawaban dari pertanyaan tes atau kuisioner, atau bisa juga sebarang
tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi
atau yang samar.24
Menurut Alex Sobur, respon berasal dari kata response yang berarti balasan
atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk
menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra. Hal yang
menunjang dan melatar belakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan
partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap
kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi
suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidk terlepas dari
pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang
22
Pusat Bahasa Depdiknas, kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka, 2002), h
585 23
Poerwadarminta, psikologi komunikasi, (jakarta : UT, 1999), cet. Ke 3, h 43 24
J.P. Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
cet.9,h.432
17
berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pegaruh atau
penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.25
Jadi berdasarkan uraiian definisi mengenai respon dapat disimpulkan respon
adalah suatu tanggapan , reaksi dan atau jawaban yang diperoleh berdasarkan
pengamatan suatu peristiwa, termasuk juga informasi dan pesan.
2. Macam – Macam Respon
Menurut sumardi suryabrata macam – macam respon terdiri dari tiga macam
respon, diantaranya:
a. Respon masa lampau atau respon ingatan
b. Respon masa mendatang atau respon mengantisipasi
c. Respon masa kini atau tanggapan atau tanggapan represintatif (respon
mengimajinasikan).26
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Chaffe maka respon itu
sendiri terbagi menjadi tiga, diantaranya adalah:
1) Komponen kognitif (pengetahuan), respon kognitif berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu.
Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang
dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak.
2) Komponen afektif (sikap), respon afektif berhubungan dengan emosi,
sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila
ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif (tindakan), respon konatif berhubungan dengan
perilaku nyata, meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
Dengan kata lain respon ini menujukkan intensitas sikap yaitu
kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek
sikap.
25
Alex Sobur, psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah , (Bandung: cv. Pustaka, 2003),h. 26
Sumardi Suryabrata, psikologi kepribadian,( Jakarta: Rajawali Press, 1993),h. 36-37.
18
3. Faktor – Faktor Terbentuknya Respon
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor
penyebabnya, hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat
menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan
tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua
stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus
yang ada pesesuaiian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka alan
ditanggapi adalah individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada
keadaan individu itu sendiri.
Dengan kata lain, stimulus akan mendapat pemilihan dan individu akan
bergantung pada dua faktor yaitu:
a. Faktor internal
Faktor yang ada di dalam diri setiap individu manusia terdiri dari unsur, yaitu
jasmani dan rohani. Kondisi kedua unsur tersebut sangat berpengaruh ketika
seseorang mengadakan respon terhadap suatu keadaan. Apabila salah satu
unsur mengalami gangguan, maka respon yang dihasilkan akan berbeda
intensitasnya.
b. Faktor ekstrenal
Faktor yang ada diluar diri setiap individu (lingkungan) atau lazim disebut
sebagai stimulus merupakan kegiatan bagian penting dalam proses
terbentuknya suatu respon. Namun demikian tidak semua stimulus mendapat
respon dari individu. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, maka
stimulus harus cukup kuat. Bila tidak, bagaimanapun besarnya perhatian dari
individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari. Dengan demikian ada
batas kekuatan minimal tertentu yang harus dimiliki stimulus agar bisa
memindahkan kesadaran pada individu. Batas minimal kekuatan stimulus
19
tersebut lazim diistilahkan dengan “ambang absolut sebelah bawah” atau bisa
juga dosebut “ambang stimulus”.27
B. Kebijakan Spin off
1. Definisi spin off
Pasal 1 ayat 12 UU PT No 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas, spin off dikatakan sebuah pemisahan yang di definisikan sebagai
berikut : “perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva
perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)
perseroan atau lebih.”28
Spin off merupakan bentuk pelepasan yang berakibat pada divisi
atau bagian perusahaan menjadi perusahaan yang mandiri, dengan
melepaskan satu unit bisnis, seperti anak perusahaan berdiri sendiri.29
Black’s Law Dictionary bahwa spin off adalah : “ sebuah divestasi
perusahaan dimana sebuah divisi dari korporasi menjadi perusahaan
independen dan saham perusahaan yang baru di distribusikan kepada
pemegang saham korporasi”.30
Berdasarkan uraian definisi dari berbagai pendapat, dapat
disimpulkan spin off merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perseroan yang bertujuan untuk melepaskan satu unit bisnis, atau anak
perusahaan hingga membentuk suatu perusahaan yang baru dan mandiri.
Istilah spin off sering kali dihubungkan dengan pembentukan perusahaan
baru, dimana yang termasuk didalam produk barunya adalah hal yang sama
27
Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), Terjemahan Istiwidayanti
dan Soedjarwo, Ed. Ke-5, h. 182. 28
Undang Undang Perseroan Terbatas (PT) no 40 tahun 2007 29
Heru sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat ,1988), h. 647 30
NN, spin off , kontruksi hukum dalam upaya penguatan struktur perbankan nasional,
buletin Hukum Perbankan Syariah dan Kebanksentralan, Vol 7 No 1 januari 2009, h.2
20
atau salinan dari organisasi induk dan menimbulkan aktivitas ekonomi
yang baru. Pemisahan ini bisa berbeda bentuk dan yang pada umumnya
memerlukan perubahan yang penting dalam kontrol , risiko, dan distribusi
keuangan. Unsur lainnya yaitu transfer teknologi dan kepemilikan dari
induk kepada pemilik baru.31
Alasan yang melatar belakangi munculnya ide pemisahan (spin off)
antara lain sebagai berikut: pertama , restrukturisasi perusahaan yang di
prakarsai oleh perusahaan induk. Mereka sering menjalankan sesuai
konsekuensi restrukturisasi. Perusahaan induk memberi dukungan dan
dorongan semangat kepada pengusaha baru. Kedua dalam rangka
pendirian usaha baru yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang dengan
memanfaatkan pengalaman yang diperoleh dari pengalaman perusahaan
induk.32
Menurut tubke (2005) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
dalam proses pemisahan (spin off). Pertama, faktor yang terkait dengan
aktivitas bisnis, dalam faktor yang pertama ini terkait dengan ukuran
perusahaan dan perbedaan sektor bisnis antara perusahaan induk dengan
perusahaan anaknya. Apabila faktor pertama ini dikaitkan dengan unit
usaha syariah dapat diposisikan sebagai perusahaan anak dan bank
konvensional sebagai perusahaan induk. Kedua, faktor yang terkait dengan
organisasi dan pengelolaan perusahaan. Ketiga, faktor yang terkait dengan
hubungan dan dukungan. Terdapat tiga pola hubungan yang mungkin dapat
tercipta antara perusahaan induk dengan perusahaan anak yang melakukan
pemisahan, yaitu hubungan pasar (market – relatedness) hubungan produk
(product relatedness) dan hubungan teknologi (tectologi relatedness).
Keempat faktor transfer pengalaman dari perusahaan induk kepada
31
Heru Sutojo, op.cit., h. 648 32
M.Nur Rianto Al Arif, keterkaitan Kebijakan Pemisahan Terhadap Tingkat Efisiensi Pada
Industri Perbankan syariah di Indonesia. Jurnal keuangan dan perbankan, vol 19, no 2 Mei 2015, hlm
295-304
21
perusahaan anaknya. Kelima faktor terkait dengan motivasi. Keenam ,
faktor terkait dengan lingkungan bisnis baik berupa karakteristik
lingkungan bisnis regional maupun kerangka legal.33
Cara spin off dilakukan oleh unit dalam kegiatan tersebut kemudian
dipisah dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru
terpisah. Dengan demikian perseroan baru akan mempunyai direksi sendiri
dan independen dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan
baru tersebut berada ditangan para pemegang saham. Pemisahan ini
dimaksudkan agar unit usaha dapat mengambil keputusan lebih cepat, lebih
efisien, dan ada yang secara khusus bertanggung jawab.
Sebagaimana diketahui bahwa UUPT menggunakan istilah “
pemisahan” untuk spin off , “ penggabungan” untuk marger , “pengambil
alihan” untuk akuisisi.
Dalam spin off perseroan beberapa pihak yang harus mendapatkan
perlindungan hukum antara lain nasabah, karyawan, dan para pemegang
saham minoritas yang melakukan pemisahan. Pemegang saham dalam hal
ini perlu mendapatkan perlindungan mengingat proses spin off untuk
perseroan bisa terjadi bukan hanya atas kehendak pemegang saham, namun
karena adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan pemisahan.
Karena dalam perseroan, mekanisme spin off belum diakomodir sebagai
salah satu alternatif dalam penguatan struktur perseroan di Indonesia.34
2. Jenis – jenis Spin off
Dalam pemisahan perseroan dikenal ada dua macam pemisahan,
kedua jenis pemisahan tersebut dipengaruhi oleh cara pemisahan dengan
memperhatikan kuantitas usaha yang dipisahkan oleh perseroan. Hal ini
diatur dalam pasal 135 UU No 40 tahun 2007, (UUPT), yaitu:
33
ibid 34
Tumbuan Fred. B.G , pokok-pokok Undang-undang kepailitan , (jakarta : penerbit Ghalia,
2008) , h.39
22
a. Pemisahan Murni
Pemisahan murni yaitu pemisahan yang mengakibatkan seluruh aktiva
dan pasiva perseroan yang beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT
lain atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya perseroan yang
melakukan pemisahan tersebut berakhir karena hukum. Dalam
pemishan jenis ini yang menjadi ciri pokok perseroan mengalihkan
seluruh harta kekayaan, sehingga akan berakibat perseroan harus tutup
demi hukum karena sudah tidak ada lagi usaha yang diurusi.
b. Pemisahan Tidak Murni
Pemisahan tidak murni yaitu pemisahan yang mengakibatkan sebagian
pasiva dan aktiva beralih karena huukum kepada 1 (satu) PT lain atau
lebih yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan
tetap ada atau tidak berakhir. Dalam pemisahan ini tidak sampai
mengakibatkan perseroan terdahulu menjadi bubar, karena harta
kekayaan yang dialihkan hanya sebagian saja. Perseroan tersebut
masih mempunyai harta kekayaan sehingga masih dapat menjalankan
usaha. Berbeda dengan pemisahan murni yang berakibat perseroan
yang melakukukan pemisahan menjadi bubar, karena harta
kekayaannya dialihkan seluruhnya.
3. Syarat Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off)35
Terhadap perbuatan hukum Pemisahan (spin off), berlaku sepenuhnya
syarat yang ditentukan pasal 129 ayat (1), sebagaimana hal nya syarat
ini berlaku terhadap penggabungan, peleburan dan pengambil alihan.
Dengan demikian perbuatan hukum pemisahan wajib memperhatikan
kepentingan:
35
Nawang Styanda Iswanto, Implementasi Pasal Undang-Undang No 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian Terhadap Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off) Asuransi, Skripsi 2017.
h.35
23
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan.
b. Kreditor dan mktra usaha lainnya dari perseroan dan
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Menurut penjelasan pasal 126 ayat (1) syarat disbutkan dalam ketentuan ini
merupakan penegasan bahwa penggabungan, peleburan, pengambil alihan
dan pemisahan tidak bisa dilakukukan apabila merugikan kepentingan
pihak-pihak tertentu.36
4. Tujuan Spin off
Sebagaimana pemisahan itu diatur dalam UUPTN No. 40 tahun
2007 dalam pasal 1 butir 12 memberi definisi tentang pemisahan sebagai
berikut: “ pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktva dan
pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih
atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada
satu perseroan atau lebih”. Memperhatikan bahwa pemisahan
mengakibatkan terjadinya peralihan karena hukum dari aktiva dan pasiva
perseroan maka pemisahan mirip sekali dengan penggabungan dan
peleburan.
Adapun perbedaan mencolok antara pemisahan di satu pihak dan
penggabungan serta peleburan dilain pihak, adalah bahwa dalam hal
pemisahan tidak selalu (i) aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan
pemisahan beralih kepada satu perseroan saja dan (ii) perseroan yang
melakukan pemisahan karena hukum.
Apabila hanya melihat tujuan , terlihat bahwa spin off yang diatur
dalam UU perseroan terbatas sebenarnya lebih ditujukan untuk
mengakomodasi kepentingan perkembangan perseroan dalam hal ini
36
Yahya Harahap, hukum perseroan terbatas , h. 522
24
melalui spin off dalam UU perseroan tersebut induk menjadi anak
perseroan. Sebenarnya pengetian spin off dalam UU perseroan tersebut
memberikan fleksibilitas yang lebh luas kepada perseroan untuk melakukan
penguatan restruktur usahanya.
Penguatan struktur usaha dengan mekanisme spin off dapat
dimafaatkan oleh perseroan sebagai sarana untuk lebih mempertajam
segmentasi pasar, khusunya melalui penguatan lini bisnis yang lebih fokus
dan spesialis. Selain dianggap dapat mempertajam suatu nilai bisnis,
mekanisme spin off juga dapat melakukan pemisahan aset bermasalah (bad
assets) menjadi bahan usaha baru yang bukan merupakan perseroan
(menjadi semacam perseroan pengelola aset). Dalam hal ini maka
keuntungan bagi perseroan adalah milik perseroan baru menjadi kendaraan
pengelola aset bermasalah yang tetap dapat di kontrolnya, juga menjadi
sarana yang efektif bagi perseroan dalam melakukan pembersihan aset
bermaslah.37
5. Motif Spin off
Terdapat beberapa alasan dilakukannya spin off , antara lain:
a. Sepenuhnya beroperasi secara terpisah sehingga tercipta kemandirian
dalam menjalankan bisnis.
b. Memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih
baik.
c. Memperoleh pasar atau pelanggan – pelanggan baru yang tidak
dimilikinya namun dimiliki oleh perusahan induk.
d. Menambah kekayaan, hal ini dimungkinkan karena adanya transfer
kekayaan dari pemberi pinjaman (investor) kepada pemilik sekuritas.
37
Bahari Adib, prosedur cepat mendirikan perseroan terbatas, (Yogyakarta : Pustaka
Yustisia, 2010), h.24
25
e. Spin off juga memungkinkan fleksibilitas pengaturan perjanjian.
Operasional terpisah, unit bisnis sebagai perusahaan baru dapat
mengatur ulang perjanjian yang berhubungan dengan tenaga kerja,
dapat terlepas dari peraturan yang lama, atau menghilangkan
peraturan – peraturan yang sudah tidak sesuai lagi.
f. Restrukturisasi insentif untuk memperoleh perbaikan produktivitas
manajemen.38
Selain itu, bagi unit syariah latar belakang dilakukannya spin off
adalah untuk memperkuat jaringan dan berkontribusi membesarkan
ekonomi syariah sehingga perekonomian syariah tumbuh pesat.39
C. Komponen Spin off
1. Manajemen
Restrukturisasi perusahaaan dapat dilakukan jika usaha tersebut dianggap dapat
memperbaiki manajemen. Spin off adalah prubahan struktur organisasi dimana salah
satu unit bisnis meningkat independensinya dan berubah menjadi perusahaan sendiri
dan terpisah. Dengan terpisahnya manajemen maka masing masing perusahaan
diharapkan dapat lebih fokus dalam mengembangkan bisnisnya. Ini merupakan salah
satu tujuan spin off.
38
Heru Sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat, 1988), h. 647-
648 39
Yunita Apsari Dewi, merger, Corporate Control, dan Corporate Govermance, (Surabaya :
lembaga penelitian Universitas Surabaya, 2013), h. 32
26
Struktur perusahaan sebelum spin off struktur perusahaan setelah spin off
Gambaran Proses Spin off Perusahaan40
Dalam proses spin off ini kontrol terhadap anak perusahaan tetap pada
perusahaan pertama (induk). Demikian sebenarnya perusahaan induk tidak
kehilangan kontrol atas unit yang bertransformasi menjadi anak perusahaan.
Spin off dapat juga dikatakan sebagai proses kebalikan dari merger atau de
merger. Sebab perusahaan yang tadinya satu dan terdiri dari unit-unit bisnis dan
support, kini menjadi dua atau lebih perusahaan.41
Sekaligus dapat mengakibatkan
perusahaan mengalami kelebihan pembayaran (high cost). Karena dalam spin off
terjadi restrukturisasi organisasi, akan menambah tenaga-tenaga ahli. Berdampak
pada perkembangan baik aset, organisasi, sistem kerja maupun permodalan.
Pertumbuhan merupakan bagian penting kesuksesan dan ketahanan perusahaan.
Tanpa pertumbuhan, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan
40
Adler Manurung, Bahan perkuliahan merger,Restrukturisasi dan akuisisi, (jakarta;2011). 41
Ayatullah Asfaroni, “strategi pelepasan aset sebagai sumber pembiayaan program
restrukturisasi PT ABC” Tesis pada Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, h. 30
PT Asuransi A
Divisi Syariah
HRD Divisi
Marketing
PT. Asuransi A
HRD Divisi
Marketing
PT. Asuransi Syariah
27
dedikasi terhadap tujuan dan menarik manajer – manajer berkualitas. Sehingga
dukungan dari manajemen dapat dikatakan sebagai jantung dalam suatu perusahaan.42
2. Finansial
Perubahan kekayaan atau disebut juga restrukturisasi keuangan merupakan
aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk mengatur ulang posisi keuangan
perusahaan baik aset , kewajiban dan permodalan perusahaan. Dan sengan
ketentuan asetnya sampai 50% dari perusahaan induk. Sebagaimana ketentuan
ini pun terdapat pada pasal 87 ayat 1 (satu) dan 2 (dua) dalam undang –
undang no 40 tahun2014 tentang peransuransian.
Yaitu sebagai berikut:
1) “ dalam hal perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki
unit syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah
mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana
asuransi, dana tabarru dan dana investasi peserta perusahaan induknya
atau 10 (sepuluh) tahun sejak diundangkannya undang – undang ini,
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut wajib
melakukan pemisahan unit syariah tersebut menjadi perusahaan asuransi
syariah atau reasuransi syariah.
Berdasarkan undang – undang di atas, unit syariah harus memperbaiki
kondisi internalnya guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai
perusahaan. Selain itu, unit syariah harus mengekspansi bisnisnya lebih
luas agar dapat meningkatkan kontribusi dana tabarru hingga dapat
mencapai kriteria yang ditentukan. Kemudan dapat menguatkan
keuangan unit syarah agar tidak goyah ketika tiba waktunya spin off.43
42
Heru Sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat, 1998), h.631 43
Bramantyo Joahnputro, restrukturisasi keuangan, 2013 (www.lontar.ac.id)
28
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki oleh individu. Pikiran dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memnuhi
kepuasannya.44
Manusia terdiri dari tiga unsur saling berkaitan yaitu hati, akal,
jasad.45
Atau lebih sering dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ) untuk
kecerdasan emosiaonal, Spiritual Quotient (SQ) untuk kecerdasan spiritual atau jiwa
dan Intelectual Quotient (IQ) untuk kecerdasan intelektual yang merujuk ke fungsi
akal manusia. Maka cakupan pengelolaan sumber daya manusia yang beroientasi
pada nilai syariah hendaklah mengelola semua unsur spiritual, fisik dan intelektual
agar terbentuk manusia yang utuh dan integral. Agar pengelolaan unsur – unsur
manusia ini secara terpisah tidak mengakibatkan split personality (kepribadian yang
terpecah), menjadikan seorang di satu sisi adalah orang yang cerdas secara
intelektual berpangkat tinggi tapi spiritualnya lemah mengakibatkan terbentuknya
moral hazard.
Menurut pandangan islam, manusia merupakan makhluk yang memiliki
kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi diantara makhluk
lainnya. Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang tinggi dan luhur.
Oleh karena itu manusia di karuniai akal, perasaan, tubuh yang sempurna.
Dalam islam kinerja sumber daya manusia harus mempunyai etos kerja yang
bagus. Seorang muslim dalam hidupnya terutama dalam bekerja harus mempunyai
etos kerja muslim yaitu:46
44
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia , (jakarta : Bumi Aksara,
2007), h.244 45
Ummu Yasmin, Materi Tarbiah : panduan kurikulum bagi da’i dan murabbi,(solo : Media
Insani press, 2005), h.109 46
Didin Hafidhuddin, Sifat Etos Kerja Muslim, 2011 (http://persis.or.id)
29
a) Profesional
Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus dilakukan dengan
sungguh sungguh untuk memperoleh hasil terbaik.
b) Tekun
Sungguh islam tidak meminta penganut sekedar bekerja, tetapi juga meminta
agar belerja dengan tekun dan baik. Dengan pengertian lain bekerja dengan
tekun dan menyelesaikan dengan sempurna menurut islam, tekun dalam
bekerja juga merupakan suatu kewajiban dan perintah yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim.
c) Jujur
Islam memandang bahwa kejujuran dalam bekerja bukan hanya merupakan
tuntutan, melainkan juga ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah
akan bekerja dengan baik untuk dunia dan akhirat.
d) Amanah
Memenuhi amanah kerja merupakan jenis ibadah paling utama bertanggung
jawab terhadap sesuatu yang diembankan kepadanya.
e) Kreatif
Ketahuilah bahwa semakin hari urusan semakin bertambah, begitupun dengan
aneka kesalahan, tanggung jawab, potensi konflik dan lain sebagainya. satu
satunya orang yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, berarti selalu ada penambahan manfaat.
Selain itu terkait dengan pemenuhan sumberdaya manusia di industri lembaga
keuangan syariah terdapat beberapa kualifikasi dan standar SDM Ekonomi Syariah
yakni sebagai berikut:
a) Memahami nilai –nilai moral dalam aplikasi fikih muamalat/ ekonomi
syariah.
b) Memahami konsep dan tujuan ekonomi syariah.
c) Memahami konsep dan aplikasi transaksi-transaksi (akad) dalam
muamalah.
30
d) Memahami dan mengenal mekanisme kerja lembaga
ekonomi/keuangan/perbankan/bisnis syariah.
e) Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dan interaksi lembaga –
lembaga terkait, seperti regulator,pengawas,lembaga hukum, konsultan
dalam industri ekonomi syariah.
f) Mengetahui dan memahami hukum dasar baik hukum syariah maupun
hukum positif yang berlaku.
g) Menguasai bahasa sumber ilmu, seperti arabic dan english.47
Uraian diatas berkaitan dengan dibutuhkannya sumber daya manusia yang
kompeten dalam restrukturisasi.restrukturisasi sumber daya manusia pada perseroan
dilakukan dengan adanya pergantian jajaran direksi dan manajer serta pengurangan
atau penambahan karyawan yang dianggap lebih kompeten dan profesional sesuai
dengan kapasitas pada bidang masing – masing. Karena faktor yang sangat
dibutuhkan dalam mewujudkan perusahaan untuk melakukan spin off salah satunya
adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Faktor kualitas SDM menjadi sangat
krusial dan penting, karena itu pengembangan SDM nasional menjadi hal yang terus
ditingkatkan.
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan keuangan semacam
asuransi akan berjalan dengan baik dan mempunyai kinerja yang sehat jika dikelola
dengan manajemen yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku, perusahaan
asuransi syariahnya harus taat pada prinsip syariah. Beberapa kompetensi yang ada
dalam sebuah perusahaan asuransi syariah:
a) Underwriting syariah
Underwriting adalah sebuah proses identifikasi dan seleksi risiko dari
calon peserta yang mengasuransikan dirinya disebuah perusahaan
asuransi. Individu yang melakukan proses underwriting disebut dengan
47
Agustianto, Meningkatkan Kompetensi Sumber Dya Manusia Ekonomi Syariah, 2011,
(www.agustiantocentre.com)
31
undrwriter. Salah satu tugasnya adalah usaha agar calon peserta asuransi
mendapatkan beban premi/ iuran tabarru’ yang sesuai dengan risiko yang
dimilikinya.
b) Aktuaria
Aktuaria merupakan bidang ilmu perpaduan antara matematika, statistika
dan ekonomi yang berperan dalam menilai atau memperkirakan risiko.
Individu yang ahli dibidang ini disebut aktuaris. Keahlian aktuaris
memiliki tugas mengevaluasi kemungkinan kejadian – kejadian yang
tidak di inginkan.
c) Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah proses identifikasi risiko, analisis risiko ,
evaluasi risiko dan pengendalian risiko.
d) Risk survey/ Assessmentt
Individu yang bertugas disebut risk surveyor, deskripsi pekerjaan yang
dilakukan adalah survey terhadap objek yang diasuransikan serta hal – hal
lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya risiko terhadap objek yang
akan diasuransikan.
e) Akuntan
Akuntan di perusahaan asuransi syariah sama seperti akuntan di
perusahaan lain, namun dalam hal ini seorang akuntan syariah harus
memahami pencatatan berdasarkan prinsip syariah.48
4. Infrastuktur
Infrastuktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
bangunan dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memnuhi kebutuhan dasar
manusia secara ekonomi dan sosial. Kegunaan aplikasi lain, infrastuktur dapat
merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi formal dan informal serta alat
alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik atau kepercayaan pada
48
Muhammad feby , underwriting, aktuaria, manajemen risiko dan penilaiian kerugian,
artikel di terbitkan pada juni 2013 melalui http://lotusbougenville.wordpress.com
32
kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Konseptual gagasan bahwa struktur
pengorganisasian merupakan penyediaan infrastuktur dan dukungan untuk sistem
atau bagi layanan organisasi seperti dalam sebuah kota, negara, perusahaan atau
kumpulan orang dengan kepentingan umum. Infrastuktur sama saja dengan prasarana,
yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggara suatu proses.49
Apabila dikaitkan dengan asuransi syariah pakar mengatakan bahwa bisnis
asuransi merupakan bisnis yang dipengaruhi oleh kepentingan publik, oleh karena itu
banyak aturannya dibandingkan dengan kebanyakan industri lainnya. Karena sistem
perasuransian harus mampu menjawab kebutuhan dan keinginan masyarakat yng
memerlukannya. Dapat dikatakan bahwa sistem perasuransian yang berlaku di suau
negara merupakan suatu infrastuktur bagi seluruh kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, sehingga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.50
1) Jenis infrastuktur
Infrastuktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar, yaitu sebagai
berikut:
a. Infrastuktur keras (physical hard infrastructure)
Meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan dan
saliran irigasi. Di perusahaan asuransi infrastuktur kras dapat
dicontohkan dengan tersedianya kantor cabang di beberapa kota.
Memperluas relasi dengan instansi yang dapat mempermudah
pelayanan seperti rumah sakit (untuk asuransi jiwa), bengkel (untuk
asuransi kerugian) dan banyak kerjasama dengan bank atau loket
pembayaran lainnya.
b. Infrastuktur keras non fisik (non physical hard infrastuktur)
Yaitu yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti teknologi
informasi telah menjadi alat yang dapat mempengaruhi kemampuan
49
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Bogor: IPB
Press, 2014), h. 91 50
Jurnal Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia. (alfabeta : 2013)
33
perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing sehingga
menjadikan pengguna infrastuktur teknologi infomasi sebagai
kebutuhan strategi yang merupakan kunci yang memungkinkan
implementasi dari sistem inovasi, mengurangi biaya, meningkatkan
power, mendefinisikan kembali dan meningkatkan pelayanan dan
memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk-produk baru.
Selain itu, infrastuktur teknologi juga dibutuhkan untuk
mengadakan perubahan-perubahan proses bisnis guna memenuhi
kebutuhan strategi saat ini dan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
c. Infrastuktur Lunak (soft infrastructure)
Biasa pula disebut kerangka infrastruktur atau kelembagaan yang
meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma, serta kualitas
pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait.51
D. Pengertian Asuransi Dan Asuransi Syariah
Asuransi adalah serapan dari kata assurantie (Belanda), atau assurance /
insurance (Inggris). Paling tidak menurut sebagian ahli, kata istilah assurantie
Itu sendiri sesungguhnya bukanlah istilah bahasa Belanda, melainkan berasal
dari bahasa latin yang kemudian diserap kedalam bahasa Belanda yaitu
assecurare yang berarti meyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam
bahasa Perancis sebagai asurance.
Baik kata assurance maupun insurance secara literal keduanya berarti
pertanggungan atau perlindungan. Padal menurut Dahlan Siamat, kedua istilah
ini sesungguhnya memiliki pengertian yang berbeda satu sama lainnya.
insurance mengandung arti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak
mungkin terjadi; sedangkan assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti
terjadi. Lepas dari perbedaan pengertian harfiah kata assurance dan insurance
51
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, op, cit.,h.112
34
tersebut secara sederhana, asuransi berarti pertanggungan atau perlindungan atas
suatu obyek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Dalam Undang
Undang Republik Indonesia No 2 Tahub 1992, tentang usaha perasuransian,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan : Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.52
Apabila kata asuransi diberi imbuhan “per” dan “an” sehingga menjadi
istilah perasuransian, maka yang dimaksud dengannya adalah segala usaha yang
berkenaan dengan asuransi
Dalam literatur Arab (fiqih islam), asuransi dikenal dengan sebutan At-
takaful dan At-tadhamun. Secara literal, At-takaful artinya pertanggungan yang
berbalasan, atau hal saling menanggung. Sedangkan At-tadhamun secara harfiah
berarti solidaritas atau hal saling menanggung hak/kewajiban yang berbalasan.
Lepas dari perbedaan istilah yang disebutkan, satu hal yang harus
diketahui dan disadari benar tentang maksud dari berbagai istilah teknis asuransi
syariah yang berlain-lainan itu, pada intinya adalah sama bahwa yang dimaksud
dengan asuransi syariah dalam istilahnya yang manapun ialah asuransi yang tata
cara akad, sistem pengelolaan dana / premi dan lain-lainnya dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Sejalan dengan berbagai sebutan dan subtansi dari asuransi diatas, Dewan
Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memformulasikannya
demikian: Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong meolong
52
Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, (Jakarta: Kholam Publishing,
2006), h.39
35
di antara sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Menurut Abdullah Amrin, Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi
resiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah
unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang
cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian
yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam
gabungan itu.53
E. Sejarah Asuransi Syariah
Lembaga asuransi sebagaimana dikenal sekarang sesungguhnya tidak
dikenal pada awal masa Islam, akibatnya banyak literatur Islam menyimpulkan
bahwa asuransi tidak dapat dipandang sebagai praktik yang halal. Walaupun
secara jelas mengenai lembaga asuransi ini tidak dikenal pada masa Islam, akan
tetapi terdapat beberapa aktivitas dari kehidupan pada masa Rasulullah yang
mengarah pada prinsip-prinsip asuransi. Misalnya konsep tanggung jawab
bersama yang disebut dengan sistem aqilah. Sistem aqilah adalah sistem
menghimpun anggota untuk menyumbang dalam satu tabungan bersama yang
dikenal sebagai “kunz”.54
Dalam literatur Islam dikenal dengan konsep aqilah yang sering terjadi
dalam sejarah pra-islam dan diakui dalam literatur hukum Islam. Jika ada salah
satu anggota suku Arab Pra-Islam melakukan pembunuhan, maka dia (si
53
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah ditinjau dari Perbandingan
dengan Asuransi Konvensional, (jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), h. 45 54
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h.137
36
pembunuh) dikenakan diyat dalam bentuk blood money (uang darah) yang dapat
ditanggung oleh anggota suku yang lain.55
Kata asuransi sebenarnya tidak ada dalam agama islam yang dibawa oleh
Rasulullah SAW. Namun sistem yang mirip dengan asuransi telah dilakukan,
yaitu satu bentuk upaya tolong menolong diantara kaum muslimin dan sistem
inilah yang menjadi bagian sejarah asuransi dalam islam. Bebrapa istilah yang
dikenal dan menjadi dasarasuransi syariah antara lain adalah:
1. Al- Aqilah yaitu saling memikul tanggung jawab untuk keluarganya.
Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh oleh anggota suku
lainnya maka pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat)
sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara
dekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana
yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam
pembunuhan tidak disengaja. Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani
mengemukakan bahwa sistem aqilah ini diterima dan menjadi bagian
dari hukum islam. Hal ini terlihat dari hadist yang menceritakan
pertengkaran antara dua wanita dari suku huzail, dimana salah seorang
dari mereka memukul yang lainnya dengan batu hingga
mengakibatkan kematian wanita tersebut dan juga bayi yang sedang
dikandungnya. Pewaris korban membawa permasalahan tersebut ke
pengadilan. Rasulullah memberikan keputusan bahwa konpensasi bagi
pembunuh anak bayi adalah membebaskan budak, baik laki – laki
maupun wanita. Sedangkan konpensasi atas membunuh wanita adalah
uang darah (diyat) yang harus dibayar oleh aqilah (saudara pihak ayah)
dari yang tertuduh.
2. An- Tanahud adalah makanan yang dikumpulkan dari para peserta
safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan tersebut
55
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam , (Jakarta: Prenada, 2004) , h.
68
37
dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan
porsi yang berbeda – beda. Dalam sebuah riwayat disebutkan “ suku
asy’ari ketika keluarganya mengalami kekurangan makanan, maka
mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki dalam satu kumpulan,
kemudian dibagi secara merata, mereka adaah bagian dari kami dan
kami adalah bagian dari mereka.” (HR. Bukhori). Dalam hal ini
makanan yang diserahkan bisa jadi sama kadarnya atau berbeda –
beda. Begitu halnya dengan makanan yang diterima, bisa jadi sama
porsinya atau berbeda – beda.
3. Aqad Al-Hirasah, adalah kontrak pengawal keselamatan. Di dunia
islam terjadi berbagai kontrak antar individu, misalnya ada individu
yang ingin selamat lalu ia membuat kontrak dengan seseorang untuk
menjaga keselamatannya, dimana ia membayar sejumlah uang kepada
pengawal, dengan konpensasi keamanannya akan dijaga oleh
pengawal.
4. Dhoman Khatr At-Thariq adalah jaminan keselamatan lalu lintas. Para
pedagang muslim pada masa lampau ingin mendapatkan perlindungan
keselamatan, lalu ia membuat kontrak dengan orang-orang yang kuat
dan berani di daerah rawan. Mereka membayar sejumlah uang dan
pihak lain menjaga keselamatan perjalanannya.
Berdasarkan istilah – istilah diatas, para ulama yang ahli di bidang ilmu fiqih
muamalah berpendapat dan membahas untuk membentuk suatu sistem muamalah
yang serupa asuransi dengan konsep dari istilah tersebut, maka lahirlah istilah
asuransi syariah yang menjadi tonggak sejarah asuransi dalam islam berbasis taawuni
(tolong menolong) dan tabarru (hibah). Sejarah asuransi syariah di dunia, di negara
islam sudah banyak yang sudah mengembangkan asuransi berbasis syariah. Karena
manfaatnya sangat besar bagi manusia, selain itu juga melatih para anggota untuk
selalu bersedekah dan menghibahkan sebagian rejekinya dijalan yang benar.
38
Berikut adalah bagian dari sejarah asuransi syariah di dunia:
1. Tahun 1979 berdiri asuransi syariah pertama sudan, yaitu sudanese
islamic insuranse.
2. Tahun 1981 di swiaa, bernama dar al-maal as-islami.
3. Tahun 1983 didirikan Takafol Company (ITC) di luk semburg.
4. Tahun 1983 didirikan islamic takafol dan retakafol company di
kepulauan bahamas.
5. Tahun 1983 didirikan syarikat At-takafol Al-islamiah bahrain di
bahrain.
6. Tahun 1985 pertama kali diperkenalkan asuransi syariah di asia oleh
malaysia melalui sebuah perusahaan asuransi bernama takaful malaysia.
7. Tahun 1994 Asuransi Syariah masuk Indonesia melalui PT. Syarikat
Takaful Indonesia menjadi bagian sejarah asuransi syariah pertama di
indonesia. Dikenalkan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) lewat yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia,
PT.Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, departemen keuangan RI, dan
beberapa pengusha muslim Indonesia.56
56
Masroni, Sejarah Ringkas Sistem Serupa Asuransi Dalam Dunia Islam, diterbitkan 1 juni
2017 , melalui http://Allisya.id
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.57
Penelitian kualitatif jauh lebih objektif daripada penelitian kuantitatif dan
menggunakan metode yang sangat berbeda dari mengumpulkan data, yaitu dengan
melakukan wawancara secara mendalam. Sifat dari jenis penelitian ini adalah
penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah kelompok
relatif kecil yang diwawancarai secara mendalam.58
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dikarenakan masalah yang
diangkat oleh penulis merupakan masalah yang bertujuan untuk memahami apa
yang terjadi guna memperoleh pandangan yang segar mengenai segala sesuatu yang
sebagian besar sudah dapat diketahui.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang,
benda, atau lembaga (organisasi). Di dalam subjek penelitian inilah
terdapat objek penelitian. Jadi, objek penelitian adalah sifat keadaan
dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran
penelitian. Sifat keadaan yang dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas
dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan
penelitian, sikap pro kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan
sebuah proses.
57
Basrowi & Suwandi,memahami penelitian kualitatif. (jakarta : Rineka Cipta, 2008) h.21 58
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung : Alfabeta, 2013) h.15
40
Dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti oleh penulis
adalah PT Asuransi Adira Dinamika, termasuk didalamnya beberapa
pihak yang berkepentingan dalam manajemen sebagai pelaku bisnis
utama dalam perusahaan. Sedangkan objek yang diteliti adalah respon
perusahaan terhadap kebijakan spin off.
2. Populasi dan sampel subjek/objek penelitian59
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang tetapi juga
objek dan benda-benda alam yang lain.
b. Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
speneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan
sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian berbagai tehnik sampling yang digunakan. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan tehnik sampling purposive
yang mana penulis melakukan wawancara kepada orang yang
dianggap ahli atau mengetahui terkait masalah yang
59
Ibid h.117-118
41
dirumuskan. Sample yang penulis ambil dalam penelitian ini
ialah Bimo Kustoro selaku kepala divisi syariah di PT.Asuransi
Adira Dinamika Unit Syariah.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah tempat didapatkannya data yang diinginkan. Pengetahuan
tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui agar tidak
terjadi kesalahan memilih sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung (dari tangan pertama)
seperti data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuisioner, kelompok
fokus, data panel, atau juga data hasil wawancara penulis dengan narasumber.
Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada, misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah dan lain
sebagainya.60
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tehnik
pengumpulan data ada banyak cara seperti observasi, kuisioner, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
diadakannya wawancara antara lain untuk mengonstruksi perihal orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekontruksi
60
Uma Sekaran. Metode penelitian untuk bisnis. ( jakarta: Salemba Empat, 2006) h.73
42
kebulatan-bulatan harapan pada masa yang akan medatang, memverifikasi, mengubah
dan memperluas informasi dari orang lain.
Menurut Patton jenis wawancara ada tiga yaitu wawancara pembicara
informal, wawancara dengan petunjuk umum, dan wawancara baku terbuka.
Sedangkan jenis wawancara yang digunakan penulis yaitu wawancara baku terbuka,
merupakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara
penyajian pun sama untuk setiap responden. Wawancara demikian digunakan jika
dipandang sangat perlu untuk mengurangi variasi yang bisa terjadi antara seseorang
yang di wawancarai dengan yang lainnya.61
E. Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh penulis dalam penelitian ini bersifat
kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Pendekatan
deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan
mengumpulkan data, mengklarifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya.
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah searah dengan rumusnan masalah
serta pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari
penelitian ini akan menjawab pertanyaan seelumnya dikemukakan oleh rumusan
masalah.62
Selanjutnya adalah melakukan analisis data. Berikut ini adalah komponen-
komponen analisis data model interaktif dari Miles dan Hiberman, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah hasil
penelitian seperti hasil wawancara dan dokumentasi.Kemudian hal
pertama yang harus dilakukan adalah dimulai dengan menyatukan
61
Basrowi dan Suwandi, memahami penelitian kualitatif, ( jakarta: Rineka Cipta, 2008) h.
127-128 62
Artikel , deskriptif kualitatif , diakses pada 24 februari 2018 dari
http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id
43
semua bentuk data mentah kedalam bentuk transkip atau bahasa
tertulis.
2. Reduksi Data
Setelah data terkumpul dari hasil wawancara , dokumentasi dan bahan
–bahan lain, kemudian laporan-laporan itu perlu direduksi, dituangkan,
dipilih hal hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting. Data yang
direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, juga mempermudah penulis untuk mencari kembali data
yang diperoleh jika diperlukan.
3. Penyajian Data
Setelah data-data sudah terkumpul, kemudian penulis menyajikan data
dalam bentuk deskriptif agar mempermudah untuk dipahami dan
dilakukan analisis data.
4. Kesimpulan atau Verifikasi
Pengambilan kesimpulan merupakan tahap terakhir dari analisis data,
kesimpulan yang akan diperoleh berasal dari hasil wawancara. Hasil
penelitian yang sudah terkumpul dan diringkas harus diulang kembali
untu mencocokkan dari reduksi data dan display data, agar kesimpulan
yang telah dikaji dan disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang
memiliki tingkat kepercayaan yang benar.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil perusahaan
1. Sejarah perusahaan
Adira Insurance (Perusahaan) adalah salah satu bagian dari
Danamon Group yang bergerak di bidang usaha asuransi umum. Perusahaan yang
didirikan sejak tanggal 24 Januari 2002 ini telah memiliki aset sebesar Rp 4,9 triliun
serta modal sendiri sebesar Rp 1,6 triliun sampai dengan akhir 2015. Dengan
mengusung visi untuk “Menjadi Perusahaan Asuransi Pilihan” di Indonesia dan
didukung oleh lebih dari 50 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, pada akhir
tahun 2015, Perusahaan mengelola hampir 10 juta unit pertanggungan yang terdiri
dari berbagai macam produk.
Produk-produk yang disediakan terdiri dari produk berbasis konvensional dan
syariah. Produk yang diunggulkan adalah produk asuransi kendaraan bermotor yaitu
asuransi mobil (Autocillin), asuransi sepeda motor (Motopro), asuransi kesehatan
(Medicillin), dan asuransi perjalanan (Travellin). Perusahaan juga menyediakan
produk lainnya seperti Asuransi Kecelakaan Diri, Properti, Alat Berat, Kerangka
Kapal, Rekayasa, Surety Bonds, Pengangkutan, Tanggung Gugat, dan berbagai
produk lainnya.
Produk-produk yang disediakan selalu didukung oleh pelayanan yang caring, simple,
dan reliable sehingga membuat Adira Insurance berbeda dengan perusahaan asuransi
lainnya.
Seluruh produk yang tersedia didukung oleh pelayanan yang istimewa kepada seluruh
Pelanggan dengan proses yang mudah dan tidak berbelit-belit. Kami menyediakan
layanan call center Adira Care hotline 1500 456, SMS 0812 111 3456, bengkel-
bengkel rekanan Autocillin yang tersebar luas, Autocillin Claim Spot (sebuah mobil
45
VW Combi yang berada di public area sebagai tempat mengajukan klaim dan
membeli produk), dan Autocillin Rescue (meliputi towing car,
ambulance, dan emergency road assistance). Untuk memperoleh produk dan
pelayanan secara real time, Adira Insurance
menyediakan website www.asuransiadira.com (sebagai pusat informasi produk dan
layanan serta pembelian produk-produk asuransi
secara online), website www.travellin.co.id (untuk pembelian produk asuransi
perjalanan secara online), website www.medicillin.com (sebagai pusat informasi
asuransi kesehatan Medicillin), Autocillin Mobile Claim Application (sebuah aplikasi
yang dapat digunakan untuk mengajukan klaim, informasi produk, rate klaim, dan
lain sebagainya), serta Medicillin Mobile Claim Application (yang dapat digunakan
untuk mengetahui jumlah limit asuransi, riwayat klaim, body mass index, rumah sakit
rekanan, dan berbagai fitur lainnya).
Selain menyediakan produk terbaik bagi Pelanggannya, Adira Insurance juga
memberikan kontribusi positifnya kepada masyarakat umum dengan cara menggagas
Kampanye Keselamatan di Jalan dengan slogan ”I Wanna Get Home Safely!
(IWGHS)”. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keselamatan saat
berada di jalan dengan cara mengajak masyarakat Indonesia untuk berjanji kepada
diri sendiri maupun kepada orang yang dicintainya untuk selalu mematuhi peraturan
lalu lintas dan berperilaku aman di jalan sehingga dapat tiba di rumah dengan
selamat. Selain kepercayaan pelanggan, Adira Insurance juga berhasil meraih
pengakuan publik melalui penghargaan-penghargaan yang terus didapatkan dari
lembaga independent
Pada 5 Maret 2004 mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia nomor KEP-092/KM.6/2004 berdirilah unit syariah dari PT.
Asuransi Adira Dinamika. Dalam perjalanannya PT. Asuransi Adira Dinamika Unit
Syariah telah banyak menerima berbagai penghargaan baik dari Media maupun
lembaga Independent lainnya diantaranya :
46
1. Asuransi Umum Syariah Terbaik 2013 (asset >100M) oleh Majalah Investor.
2. Asuransi Umum Syariah dengan Predikat SANGAT BAGUS atas Kinerja
Keuangan 2012 oleh Majalah Info Bank.
3. Top Growth Islamic General Insurance Sharia Unit Asset ≥ IDR 100 BN oleh
KARIM Business Consultant.
4. Satu satunya Sangat Bagus 2015 oleh Majalah Infobank
Pengelolaan Dana Syariah
Akad yang digunakan dalam mengelola risiko di PT. Asuransi Adira
Dinamika Unit Syariah adalah “Wakalah Bil Ujrah” dimana Peserta (Pemegang
Polis)memberi kuasa kepada perusahaan asuransi sebagai wakil peserta untuk
mengelola dana Tabarru dan/atau dana Investasi peserta, sesuai kuasa dan
wewenangnya dengan diberikan imbalan berupa fee (ujrah).
47
Dana Tabarru, akan dikelola oleh perusahaan asuransi untuk membantu peserta yang
sedang mengalami musibah (klaim) dan sisanya diinvestasikan, hasil investasi akan
tetap menjadi hak peserta sebagai cadangan dana Tabarru.
Dana Ujrah, digunakan oleh perusahaan untuk biaya operasional melaksanakan
pengelolaan risiko.
Dewan Pengawas Syariah
Adira Insurance Syariah diawasi oleh tim Dewan Pengawas Syariah secara
langsung.
Dewan Pengawas Syariah
1. Ketua : Prof. Dr. KH. M. Amin Suma, SH, MA, MM
Ditunjuk sebagai ketua Dewan Pengawas Syariah pada tahun 2004. Beliau juga
menjabat sebagai Guru Besar dan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau memiliki pengalaman luas dibidang
syariah dan beliau juga menduduki berbagai posisi di beberapa institusi seperti di
Majelis Ulama Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI).
2. Anggota : Drs. H. Amidhan
Ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah sejak tahun 2004. Beliau
memiliki pengalaman luas dibidang syariah dan pernah menduduki berbagai jabatan
penting di beberapa institusi, termasuk sebagai Direktur Jenderal Bimas Islam dan
Urusan Haji Departemen Agama, Staf Ahli Menteri Agama Bidang Kerukunan Hidup
Antar Umat Beragama, Anggota MPR-RI periode 1999-2004, Anggota Badan
Pekerja MPR-RI dan Anggota Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).
3. Anggota : Dr. H. Rahmat Hidayat, SE, MT
48
Ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah pada tahun 2004. Beliau juga
menjabat sebagai Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan
Kepala Bidang Investasi Perumahan Swadaya Kementrian Perumahan Rakyat. Beliau
memiliki pengalaman luas di bidang syariah dan juga menduduki berbagai posisi di
beberapa istritusi, termauk Dewan Syariah nasional - Majelis Ulama Indonesia,
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Nasional KAHMI dan
Masyarakat Ekonimi Syariah (MES) Pusat.
2. Visi dan Misi perusahaan
a. Visi PT. Asuransi Adira Dinamika
“To be the insurer of choice, menjadi perusahaan asuransi pilihan di
Indonesia”
b. Misi PT. Asuransi Adira Dinamika
Untuk Pelanggan
Secara efisien memberikan rasa nyaman di hati Pelanggan dengan cara-cara
yang belum pernah dirasakan Pelanggan sebelumnya
Untuk Karyawan
Menyediakan ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Untuk Pemegang Saham
Memberikan hasil terbaik melalui pengelolaan risiko dengan penuh kehati-
hatian.
Untuk Masyarakat
Berkontribusi dalam kesejahteraan bangsa
.
49
50
TATA KELOLA PERUSAHAAN
Susunan Direksi
No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan
Kepatutan
Kewarga-
negaraan
1. Julian Noor Direktur Utama
Sebagai Direktur Utama
dinyatakan lulus KEP-
93/KDK.05/2017
Indonesia
2. Donni Gandamana Direktur Sebagai Direktur dinyatakan
lulus KEP-52/NB.1/2013 Indonesia
3. Dedi Nathan Direktur Sebagai Direktur dinyatakan
lulus KEP-51/NB.1/2013 Indonesia
4. Wayan Pariama Direktur Sebagai Direktur dinyatakan
lulus KEP-69/D.05/2014 Indonesia
Susunan Dewan Komisaris
No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan
Kepatutan
Kewarga-
negaraan
1. Manggi Taruna
Habir
Komisaris
Utama
Komisaris Utama
dinyatakan lulus KEP-
67/BL/2009
Indonesia
51
2. Ir. Willy Suwandi
Dharma Komisaris
Sebagai Komisaris
dinyatakan lulus KEP-
579/LK/2006
Indonesia
3. Pratomo Komisaris
Independen
Sebagai Komisaris
Independen dinyatakan
lulus KEP-
10/KDK.05/2018
Indonesia
4. TBA Komisaris
Independen
Susunan Dewan Pengawas Syariah
No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan
Kepatutan
Kewarga-
negaraan
1
Prof. DR. Drs. KH. M.
Amin Suma, SH.,
MA., MM
Ketua Dewan
Pengawas Syariah
Sebagai Ketua Dewan
Pengawas Syariah
dinyatakan lulus Kep-
2648/NB.1/2014
Indonesia
2 DR. H. Rahmat
Hidayat, SE., MT
Anggota Dewan
Pengawas Syariah
Sebagai Anggota Dewan
Pengawas Syariah
dinyatakan lulus KEP-
2647/NB.1/2014
Indonesia
52
3 Drs. H. Amidhan Anggota Dewan
Pengawas Syariah
Sebagai Anggota Dewan
Pengawas Syariah
dinyatakan lulus KEP-
2646/NB.1/2014
Indonesia
Susunan Komite di Bawah Koordinasi Dewan Komisaris
1. Komite Audit
Struktur
Ketua TBA (Komisaris Independen)
Anggota Ir. Willy Suwandi Dharma (Komisaris)
TBA (Komisaris Independen)
Pihak Independen A. A. Ngurah Adnyana Dipta
2. Komite Pemantau Risiko
Struktur
Ketua Pratomo (Komisaris Independen)
53
Anggota Manggi Taruna Habir (Komisaris Utama)
TBA (Komisaris Independen)
Pihak Independen A. A. Ngurah Adnyana Dipta
3. Komite Nominasi dan Remunerasi:
Struktur
Ketua Ir. Willy Suwandi Dharma (Komisaris)
Anggota Manggi Taruna Habir (Komisaris Utama)
Pihak Independen Rina Ryana Sjoekri
Pejabat Eksekutif
Perusahaan
Hananta Praditya (Chief HC & GS Officer)
Susunan Komite di Bawah Koordinasi Direksi
1. Komite Aset dan Liabilitas
Struktur
Ketua Direktur Utama
54
Anggota
Pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengurusan
atas fungsi keuangan
Tenaga Ahli
2. Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi
Struktur
Ketua Chief Underwriter Officer
Anggota Tetap
1. Tenaga Ahli Asuransi
2. Aktuaris
3. Kepala Divisi Business Development
4. Kepala Divisi Consumer Underwriting
5. Kepala Divisi Commercial Underwriting
6. Kepala Divisi Risk management
Anggota Ad hoc
1. Kepala Divisi Syariah
2. Kepala Divisi Sales & Distribution Regional
3. Kepala Divisi Accident & Health Insurance
Business Development
4. Kepala Underwriter terkait
5. Kepala Klaim terkait
6. Kepala Department lainnya (jika diperlukan)
55
3. Komite Servis
Struktur
Anggota tetap Kepala Divisi yang membawahkan fungsi Bisnis
Kepala Divisi yang membawahkan fungsi klaim
Anggota tidak tetap Fungsi yang berkaitan langsungngan pelayananpada
Pelanggan
Koordinator Kepala Divisi yang membawahkan funsgis Servis
4. Komite Human Resources (HR)
Struktur
Ketua Direktur yang membidangi masalah kepegawaian
Anggota Direktur yang membidangi keuangan
Direktur yang membidangi pemasaran
Direktur yang membidangi teknik
5. Komite Anti Fraud
Struktur
Ketua Chief Risk Officer (CRO)
Anggota
HRD & GA Division Head
Internal Audit Division Head
56
Corporate Legal Department Head
Risk Management Department Head
Compliance Department Head
QA Department Head
6. Komite Manajemen Risiko
Struktur
Ketua Chief Risk Officer (CRO)
Anggota Eksekutif Seluruh Chief
Unit Pelaksana
Koordinasi Manjemen
Risiko
Direktorat Enterprise Risk Management
Unit Kerja Risiko Strategic Risk : Finance & Strategic Dir
Operationl Risk : Operation & IT Dir.
Reputation Risk : Business Dir.
Legal Risk : Enterprise Risk Management Dir.
Corporate Governance & Administrator Risk :
Enterprise Risk management Dir.
Insurance Risk : Technical Dir.
Assets, Liabilities & Funding Risk : Finance &
Strategic Dir.
Data per 31 Desember 2017
57
B. Hasil Penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan tehnik waancara kepada pelaku industri
syariah yaitu kepala divisi unit usaha syariah di perusahaan Asuransi adira dinamika
unit syariah dan selaku ketua AASI . Kepala divisi unit syariah dan selaku ketua
AASI yang menjadi narasumber adalah Bimo Kustoro
C. Respon Unit Usaha Syariah Terhadap Kebijkan Spin off.
Respon setiap perusahaan asuransi syariah terhadap kebijakan spin off yang
diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK
No 67 tahun 2016 berbagai macam, selaku kepala divisi unit usaha syariah beserta
ketua AASI Bimo Kustoro mengatakan bahwa setelah undang-undang peraturan
tersebut dikelurkan ada berbagai macam respon yang dilakukan oleh perusahaan ada
perusahaan yang langsung mendaftarkan diri untuk melakukan spin off, ada yang
membuat rencana kerja dan ada juga yang langsung spin off tanpa membuat
program kerja. Ada beberapa asuransi seperti askrida belum lama ini telah
melakukan spin off dan ada pula yang sudah membuat rencana kerja lima tahun
kedepan dan sebagainya.
Bagi perusahaan Adira Dinamika memiliki kebijakan tersendiri. Menanggapi
undang-undang yang dibuta oleh pemerintah beserta POJK tentang pengaturan spin
off itu sangat bagus, perusahaan diberikan batas waktu. Akan tetapi ada beberapa
kelemahan dari peraturan tersebut yaitu:
a. Jangka waktu yang terlalu panjang atau pendek tidak menjadi masalah.
Sepuluh tahun sejak diundangkan termasuk waktu yang terlalu lama, tiga
tahun sebenarnya cukup bagi perusahaan untuk melakukan spin off, semua
tergantung kepada keseriusan perusahaan.karena dengan diperpanjangnya
batas waktu untuk melakukan spin off maka perusahaan pun memilih untuk
melakukan spin off pada batas waktu yang ada.
b. Dalam peraturan batas waktu melakukan spin off sampai tahun 2024 atau
aset unit usaha syariah sampai 50% dari induknya. Saat ini unit usaha
58
syariah adira dinamika diatas industri, aset unit usaha syariah adira dinamika
sudah 10%, industri Cuma 5%. Jadi undang-undang membuat 50% aset dari
induknya itu sangatlah sulit, karena induk perusahaan selalu berlari dalam
meningkatkan aset mereka sehingga agak sulit bagi unit usaha syariah untuk
mengejarnya.
Hal yang perlu diatur dalam mengembangkan unit usaha syariah adalah
sebagai perusahaan baru harus ada kebijakan untuk perusahaan baru, sebagai contoh
seperti perusahaan reindi syariah ketentuan dari OJK perusahaan harus memiliki
direksi,komisaris,dewan pengawas syariah, komite audit setingkat direksi, aktuaria.
Sementara pada perusahaan tersebut memiliki karyawan 21 (dua puuh satu) orang,
bisa disimpulkan bahwa separuh dari karyawan tersebut adalah direksi yang memiliki
gaji cukup besar. Seharusnya di dalam undang-undang tidak perlu menghauskan
perusahaan memliki aktuaria sendiri karena induknya pun sudah memiliki aktuaris.
Saat ini asuransi adira dinamika unit syariah memiliki 17 (tujuh belas) orang
karyawan, dan dibantu penjulan di cabang karena di cabang pun bisa menjual produk
syariah. Jika perusahaan Adira Finance ingin melakukan spin off harus memiliki
tim penjualan sendiri, hal tersebut tidak menjadi masalah karena hal itu hanya
variabel saja. Jika mereka ada bisnis maka mereka mendapatkan bayaran.
Produktifitas dapat dijaga dari hal itu. Tapi kembali lagi direksi yang tadinya hanya
kepala divisi menjadi harus memiliki lebih banyak lagi, karena harus ada, direksi,
komisaris, dewan pengawas syariah, komite dan aktuaria.
Hal itulah yang menghambat kenapa pada akhirnya perusahaan asuransi
menunda – nunda melakukan spin off bagi unit usaha syariah sampai pada batas
waktu yang diatur dalam undang-undang.
Menurut Adiwarman Karim Asuransi Adira dinamika unit syariah harusnya
sudah siap spin off, menanggapi hal itu kepala divisi syariah unit usaha syariah adira
dinamika menanggapi bahwa memang Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah siap
59
spin off atau pun legal spin off. Astra buana siap, adira merupakan urutan kedua pada
perusahaan, Astra Buana urutan pertama dan dari segi premi Adira Finance siap spin
off. Tetapi banyak pertimbangan- pertimbangan yang harus di pikirkan. Karena bisa
dilihat contoh pada perusahaan asuransi Jaya Proteksi ketika pertama berdiri mereka
memliki premi belasan milyar, tapi pada akhirnya tidak dapat menutup (proteksinya).
Dan pada akhirnya dibeli oleh ACE dan sekaramg dibeli lagi oleh CHUBB, sehingga
perusahaan harus mendapatkan suntikan – suntikan dana terus saat ini berkisar 40
milyar sampai 50 milyar.
Perhitungan Adiwarman Karim tentang Adira siap spin off mungkin karena
Adira saat ini memiliki aset 350 milyar, Astra Buana 400 milyar dan asuransi jasindo
sudah lebih dari itu.dan saat ini jasindo sudah melakukan spin off dan sudah banyak
mendapatkan captive dari BUMN, dan itupun juga suffer, suffer (beban/ cara untuk
bertahan) karena opex ( beban operasional) nya yang begitu besar.
Disamping regulasi yang pertama undang – undang tersebut, harus ada
undang-undang lain untuk perusahaan syariah yang baru, berikan kemudahan.
buatlah undang-undang yang memudahkan perusahaan untuk membuat perusahaan
syariah yang baru. Kareana tanpa diaturpun perusahaan pasti akan membuat syariah
semua. Maka dari pada itu jika ditanya apakah Adira siap spin off? Jawabannya
adalah siap. Hanya saja banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan.
Sebenarnya hal ini merugikan kedua belah pihak, sekarang kita unitusaha syariah
produksi pasti naik untuk spin off dari sisi unit usahanya yang tadinya profit menjadi
opexnya berat dan turun. Dari ssi induknya akan kehilangan. Misalkan 10% tadi kan
minimal menjadi 90%, yang tadinya ada konsolidasi jadi hilang. Seperti jasindo yang
tadinya dia berada di ranking 4 besar, tiba – tiba sekarang berada di ranking 8
(delapan), kenapa? Karena syariahnya menjadi sendiri. kenapa turun? Karena
syariahnya memiliki opex yang besar. Sehingga level jabatan menjadi tidak sama
dengan induknya. Ini direksinya berapa dan ini manajernya berapa, begitu pada
akhirnya. Mungkin ini yang harus dipikirkan, korelat regulator, sehingga kalau hal ini
60
bisa diatur minimal orang semangat untuk mendirikan perusahaan syariah, misalkan
di undang- undang ini modal dasarnya 100 milyar yang ini cukuplah 30 milyar, tapi
tetap setiap tahunnya harus ada peningkatan, harus ada perbedaan seperti itu disitu.
Apakah kebijakan spin off ini memberatkan perusahaan? Ada plus minusnya,
seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa dari sisi memenuhi regulasi kita
(perusahaan asuransi) menjadi berat. Tapi dari sisi fleksibelitas lebih mudah
perusahaan sendiri. karena sekarang kalau unit usaha syariah ingin bergerak tidak
boleh berbenturan dengan konvesional, marketnya tidak boleh berbenturan,yang ini
pindah kesini dan yang lainnya pindah ke yang lainnya. Kalau seperti itu hal itu dapat
menurunkan semuanya.(maksudnya perusahaan Asuransi konvensioanl dengan unit
usaha syariah yang dimilikinya).
Tapi jika kita ingin melihat contoh sukses dari keduanya tersebut dapat
dilihat pada bank Mandiri dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri itu
sudah sering sekali mengganti direksinya tapi akhirnya dia tetap bisa survive dan
tertolong juga dengan perpindahan orang-orang dari bank konvensional ke bank
syariah pada peristiwa 212 kemarin, sehingga sekarang bank nya menjadi sangat
sehat. Bank syariah mandiri justru dapat dana murah cukup banyak, sehinngga
sekarang beberapa perusahaan lising dibawah bank mandiri seperti mandiri finance
dan mandiri tunas finance yang tadinya di biayai oleh bank mandiri sekarang di
biayai oleh bank Syariah Mandiri karena bank Syariah Mandiri memiliki dana cukup
banyak. Jadi kalau sudah seperti itu tidak masalah jika peraturannya sama dengan
konvensional. Ini karena tiba-tiba bank Syariah Mandiri dana murah cukup banyak
dikarenakan orang-orang tiba tiba pindah ke bank syariah dan mindset orang orang
bahwa bank syariah ya bank Syariah Mandiri, karena itulah akhirnya Bank Syariah
Mandiri bisa fight.
Tapi contoh lainnya seperti bank Muamalat yang sempat colaps, kemudian
asuransi Takaful, padahal dia monopoli, tapi tidak bisa bersaing sendirian selama 10
61
(sepuluh) tahun, maksudnya biar embrionya itu kuat dahulu nanti baru memberi izin
ke yang lainnya. Kalau monopoli dulu tidak akan mungkin bisa bertahan. Begitu
tahun 2014 boleh dibuat Unit Usaha Syariah atau pun Asuransi Syariah. Langsung
berdirilah bank-bank Syariah dan Unit Usaha Syariah berdampingan dengan Takaful
dan Asuransi Takaful. Dan akhirnya malah menjadi sehat dan sekarang porfolion
syariah malahan menjadi naik.
Apa saja yang seharusnya dipersiapkan untuk melakukan spin off? Jika
perusahaan mau melakukan spin off pada tahun 2024 maka di tahun 2022 atau dua
tahun sebelumnya sudah harus mulai ada progres, membuat program kerja, membuat
laporan untuk otoritas jasa keuangan (OJK), semuanya harus melalui step-step
tersebut. Tidak bisa tahun depan ingin spin off tahun itu pula mengurus semua syarat-
syaratnya dan tahapan – tahapan yang ada. Dan yang paling utama harus sudah
membuat program kerja.
Untuk Unit Syariah Adira Dinamika saat ini belum mengarah kesana
(maksudnya belum akan melakukan spin off dalam waktu dekat ini), kita belum
membuat program kerja ke Otoritas Jasa Keuangan, jadi Unit Usaha Syariah Adira
Dinamika masih menunggu, mungkin ditahun 2020 baru akan membuat program
kerja untuk melakukan spin off dan untuk kesiapan aset perusahaan Unit Usaha Adira
Dinamika sudah siap. Dalam peraturan Undang-Undang menyebutkan bahwa syarat
nilai dana tabarru dan dana investasi 50% dari induk, kalau 50% dari induknya
kemungkinan kecil untuk bisa dilakukan, karena induknya sendiri pun berkembang,
akan sangat sulit untuk menyusul induknya. Kalau saat ini Unit Usaha Syariah Adira
Dinamika sudah memiliki 10% dana tabarru dan dana investasi mungkin naik ke 15%
masih bisa.
62
D. Perubahan Kinerja Manajemen dan Sumber Daya Manusia Sebagai
Respon Terhadap Kebijakan Spin off dan Perubahannya.
Untuk Sumber Daya Manusia awalnya perusahaan membuka cabang syariah,
jadi ada satu cabang yang berjualan khusus syariah, disana ada kepala cabang
syariah dan jajarannya. Dalam perkembangannya perusahaan ingin memperbesar
unit syariah tersebut, akhirnya di tahun 2013 perusahaan membuat divisi syariah.
Semenjak itu cukup melesat melejit, karena menjadi lebih fokus. Karena dalam
divisi syariah memiliki tim developmen, tim marketing, dan cabang syariahnya
pun tetap ada. Jadi di jakarta ini ada satu cabang yang khusus berjualan, itu
dilantai bawah. Tapi selain itu seluruh kantor cabang adira dinamika itu bisa
berjualan produk syariah. Dan untuk dumber daya manusia nya, kita melakukan
training kepada mereka, jadi kalau ada cabang-cabang bank syariah di handle oleh
mereka, dan juga untuk sumberdaya manusianya kita training tentang pengertian
syariah, bisnis syariah, tentang asuransi syariah. Dan bagi karyawan yang khusus
memegang syariah kita training lagi untuk gelar syariahnya.
Sumber daya manusia untuk industri asuransi masih kurang. Dibutuhkan
banyak lulusan dari universitas yang membuka program studi asuransi syariah.
Tenaga ahli asuransi syariah itu banyak sekali kompetensi harus dimliki oleh
sumber daya manusia yang akan ditempatkan pada masing-masing posisi sesuai
degan kompetensi dan standar.sehingga spin off masih belum bisa dilakukan oleh
banyak unit syariah, namun memang untuk pemenuhan permintaan industri
terhadap sumber daya manusia ditangani dalam jangka waktu 10 tahun. Walaupun
bukan waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkannya.
Secara umum faktor faktor yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengisi
posisi tertentu sebagai berikut:
63
a. Pengalaman tentang syariah
Pribadi yang memiliki basic syariah, seperti lulusan perguruan tinggi
yang membuka program studi ekonomi syariah atau yang merekrut
tenaga kerja yang telah berpengalaman berkarir di lembaga keuangan
syariah lainnya.
b. Mengerti konsep-konsep dasar fiqih muamalat.
Konsep dasar fiqh muamalat yang sering sekali terlupakan. Maka dari
itu perusahaan harus mengadakan training – training terkait dengan
fiqh muamalat untuk membekali para pegawainya.
c. Memahami nilai – nilai akhlak dan etika
Sumber daya manusia yang memiliki cerminan akhlak etika seorang
muslim yang baik.
d. Memiliki kemampuan menemukan inovasi-inovasi produk dan dapat
mengembangkan produk.
e. Menguasai operasional perusahaan
f. Khususnya untuk industri asuransi syariah dibutuhkan tenaga ahli
seperti aktuaria, underwriting, teknologi, finansial.
g. Mampu menyusun SOP asuransi syariah.63
Tenaga ahli untuk industri asuransi syariah masih sangat minim, sebagaimana
hanya terdapat 200 aktuaris untuk memenuhi kebutuhan industri dengan jumlah
permintaan 100 tenaga ahli. Masih sangat jauh untuk mencukupi, ini disebabkan
karena masyarakat umum hanya mengenal satu profesi yang terkait dengan
perasuransian yaitu agen. Padahal profesi di industri perasuransian cukup
beragam. But waktu lama untuk mencetak tenaga ahli tersebut.64
63
Bimo Kustoro, Wawancara, jakarta 10 april 2018 64
Amanda Kusumawardhani, "industri Asuransi Kekurangan Tenaga Ahli” financial, jakarta,
14 Desember 2014.
64
E. Urgensi Spin off bagi Unit Usaha Syariah
Spin off secara umum sangat penting dilakukan oleh unit syariah. Namun itu
harus dilihat kembali pada pandangan masing-masing perusahaan karena terdapat
dua pandangan manajemen perusahaan mengenai spi off ini. Pertama perusahaan
yang mendukung pelaksanaan spin off.bagi perusahaan yang mendukung spin off,
dapat diartikan bahwa perusahaan itu sungguh – sungguh ingin membesrakan
syariah. Selain itu dapat menujukkan keseriusan unit usaha syariah untuk
menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bisnisnya. Sehingga keberadaan
lembaga asuransi syariah ini bukan sekedar ada melainkan dibutuhkan. Tidak
hanya bertujuan untuk menampung permintaan ataupun skedar mengikuti trend.
Kedua, bagi perusahaan tertentu melakukan spin off hanya akan membuat
kemunduran. Tidak mengalami perkembangan, hanya jalan ditempat. Disebabkan
karena modal yang tidak memadai, tidak ada perhatian dari manajemen, dan tidak
memperdulikan perkembangan anaknya. Jadi seperti yang saya bilang sebelumnya
bahwa pemerintah harus mengkaji kembali kebijakan spin off .
Persiapan dari unit usaha syariah sendiri yang paling penting dalam
mewujudkan spin off. Persiapan yang matang akan membuat perusahaan baru
menjadi tumbuh dan berkembang pesat. Berbeda jika melakukan spin off dengan
keadaan unit nelum kuat, itu hanya akan terlihat kecil dibanding dengan bentuk
usahanya secara company bukan sebuah unit melain kan perusaaan. Maka dari itu
unit usaha syariah adira dinamika sangat hati hati dalam mengambil keputusan
kapan akan melakukan spin off.65
65
Bimo Kustoro, wawancara, jakarta 10 april 2018
65
F. Infrastuktur
Infrastuktur untuk spin off yang perlu di persiapkan tentu teknologi sistem,
pelayanan kantor yang memadai, kendaraan operasional, bekerjasama dengan
perbankan syariah, leasing, bengkel-bengkel untuk asuransi kendaraan. Kantor
cabang harus dimiliki sendiri oleh unit syariah, karena penerbitan polis syariah dan
klaim yang sesuai dengan kapasitas.
Seluruh dalam perusahaa asuransi harus disediakan dengan baik, apalagi pada
asuransi kendaraan, artinya harus mempunyai layanan di seluruh indonesia.
Berbeda ika asuransi kapal atau corporate yang mengcover gedung-gedung, cukup
mendatangi head office. Kalau untuk asuransi kendaraan harus menyediakan
amergancy dan network sangat dibutuhkan, untuk menyamakan network dengan
knvenssional akan membutuhkan biaya yang besar. Sebenarnya aturan spin off
juga dapat mendukung perbaikan infratuktur unit syariah. Sebaiknya aturan ini
harus ada supporting dari pemerintah.
Untuk teknologi sudah mejadi keharusan sebuah unit syariah memiliki
teknologi yang berbeda dengan unit syariah yang lain, agar dapat membeikan
pelayana cepat, karena penerbitan polis memakai sistem teknologi. Perbaruan
teknologi harus selalu dilakukan, bagi manajemen yang mendukung spin off akan
membantu persiapan spin off.
Untuk Unit Usaha Syariah Adira Dinamika sendiri kalau dari kesiapan
infrastuktur dan lainnya sudah sip, hanya saja kita (perusahaan) masih belum
memutuskan untuk melakukan spin off dalam waktu dekat karena petimbangan –
pertimbangan yang sudah di sebutkan sebelumnya.66
66
Bimo Kustoro , hasil wawancara, jakarta 10 april 2018
66
G. Kendala – kendala yang dihadapi dalam melakukan kebijakan spin off
Kendala – kendala yang dihadapi dalam kebijakan spin off yaitu masalah
harus memenuhi peraturan otoritas jasa keuangan (POJK), masalah bantuan tenaga
ahli aktuaria yang notabene nya saat ini orangnya sangat langka, susah sekali
mencari tenaga yang ahli dibidang akturia. Akhirnya perusahaan harus ambil
tenaga ahli dari tempat lain, seperti membajak aktuaria dari perusahaan lain, dan
biayanya pun mahal. Padahal jika ketentuan dari peraturan otoritas jasa keuangan
(POJK) tidak mengharuskan hal tersebut perusahaan bisa lebih cepat dalam
perencanan melakukan spin off.
Kendala lain yang dihadapi untuk melakukan spin off yaitu perlu regulasi
yang jelas mengenai batas maksimum permodalan komitmen stakeholders,
kebutuhan sumber daya manusia siap pakai yang menguasai aspek operasional dan
syariah dan infrastuktur siap pakai, saluran distribusi khususnya keagenan, serta
produk inovatif dan terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.
Praktek pemisahan (spin off) telah cukup lama dikenal sebagai suatu bagian
kontruksi yang banyak digunakan dalam menstrukturasi hukum, akan tetapi hal ini
baru dilegalisasikan setelah diatur dalam Undang –Undang no 40 tahun 2007
tentang perseroan terbatas. Sedangkan dalam asuransi sendiri peraturan pemisahan
(spin off) unit usaha syariah menjadi Asuransi Umum Syariah dituangkan dalam
Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, disebutkan pada
pasal 87 ayat (1) dalam hal perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi
memiliki unit syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah
mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total dana Asuransi, dana
tabarru’ dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10(sepuluh)
tahun sejak diundangkan Undang –Undang ini, perusahaan Asuransi atau
67
Perusahaan reasuransi tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut
menjadi perusahaan asuransi syariah atau perusahaan reasuransi.67
Peraturan pelaksanaan mengenai pemisahan (spin off) unit usaha syariah
diatur dalam peraturan otoritas jasa keuangan no 67/pojk.05/2016 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi, perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi dan perusahaan reasuransi syariah, adapun tatacara
pemisahan (spin off) termuat dalam undang – undang no 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas.
H. Proses pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah sesuai dengan Undang –
Undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian.
Proses Pemisahan (spin off) unit usaha syariah diatur dalam Undang –
Undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian tepatnya pada pasal 87 yang
berbunyi:
“Dalam hal perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki unit
syariah dengan nilai dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah mencapai
paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai Dana asuransi dan dana
tabarru’ dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10 (sepuluh)
tahun sejak diundangkan Undang – Undang ini, perusahaan Asuransi atau
perusahaan reasuransi tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut
menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau perusahaan Reasuransi Syariah”. 68
Berikut aturan pemisahan Unit Syariah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan no 67 tahun 2016 tepatnya pada pasal 17
1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Wajib melakukan
pemisahan Unit Syariah menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau
67
Lembaran Negara No 40 tahun 2014 tentang perasuransian. 68
Ibid
68
perusahaan Reasuransi Syariah apabila dana tabarru’ dan dana
investasi peserta telah mencapai paling sedikit 50% (liama puluh
persen) dari total nilai Dana Asuransi, Dama Tabarru’, dan dana
investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10 (sepulih) tahun
sejak diundangkannya Undang – Undang nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian.
2) Dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah mencapai paling sedikit
50% (lima puluh persen) dari total nilai Dana Asuransi, Dna Tabarru’
dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan laporan bulanan yang
disampaikan perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi kepada
OJK.
3) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang telah
memperoleh izin usaha pada saat peraturan OJK ini diundangkan dan /
atau telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyusun rencana kerja Pemisahan Unit Syariah.
4) Rencana kerja pemisahan Unit Syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling sedikit memuat cara pemisahan Unit Syariah , tahapan
pelaksanaan dan jangka waktu.
5) Rencana kerja pemisahan Unit Syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib mendapatkan persetujuan RUPS.
6) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) karen dana tabarru dan dana investasi telah mencapai paling sedikit
50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana tabarru dan
dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib disampaikan oleh direksi kepada OJK paling lama 3
(tiga) bulan setelah batas waktu penyampaian laporan bulanan
perusahaan kepada OJK.
69
7) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dalam hal dana tabarru dan dana investasi belum mencapai 50%
(lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi dan dana tabarru dan
dana investasi peserta pada perusahaan induknya, wajib disampaikan
oleh direksi kepada OJK paling lambat tangggal 17 oktober 2020.
8) OJK memberikan persetujuan atau permintaan perbaikan atas rencana
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 20 (dua puluh)
hari kerja sejak tanggal diterimanya rencana kerja.
9) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dapat melakukan
perubahan terhadap rencana kerja yang telah memperoleh persetujuan
dari OJK paling banyak 2 (dua) kali yang disampaikan kepada OJK
paling lambat 1(satu) tahun sejak tanggal surat persetujuan OJK atas
rencana kerja tersebut.
10) Dalam hal perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi mengajukan
permohonan pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan asuransi
syariah atau perusahaan reasuransi syariah lebih cepat dari rencana kerja
yang telah disampaikan, maka rencana kerja tersebut dianggap tidak
berlaku.
11) Ketentuan mengenai rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), ayat (5) dan ayat (8) berlaku secara mutatis mutandis terhadap
perubahan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (9).69
Dari defini dan peraturan otoritas jasa keuangan diatas bisa dijabarkan
sebagaimana berikut, perusahaan Asuransi an perusahaan reasuransi yang dimaksud
adalah perusahaan konvensional atau perusahaan induknya yang mempunyai badan
hukum. Dalam Undang – Undang perasuransian tepatnya pada pasal 6 disebutkan
bahwa bentuk badan hukum penyelenggra Usaha Perasuransian adalah: a. Perseroan
69
Lembaran Negara No 40 tahun 2014 tentang perasuransian.
70
terbatas,b. Koperasi, atau c. Usaha bersama yang telah ada pada saat Undang –
Undang ini diuandangkan.70
Pengertian dari perusahaan Asuransi adalah perusahaan Asuransi umum dan
perusahaan Asuransi jiwa, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah
mempunyai kesamaan yaitu perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai fasilitator
hubungan struktural antara peserta penyetor premi ( penanggung) dengan peserta
penerima pembayaran klaim (tertanggung).71
Penegrtian dana tabarru’ bila dilihat dari segi bahasa maka dana tabarru’
terdiri dari dua kata yaitu dana dan tabarru’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dana berarti uang yang dipersiapkan atau sengaja dikumpulkan untuk sutu maksud,
derma, sedekah, pemberian atau hadiah. Sedangkan kata tabarra’a yaatabarrou
tabarru’an yang mengandung arti sumbangan, hibah, dana kebajikan atau derma.
Sehingga dapat dipahami bahwa orang yang memberikan hartanya sebagai
sumbangan disebut mutabarri’ “dermawan” tabarru’ artinya sumbangan atau
pemberian atau donasi. Setiap anggota peserta (shahibul mall) asuransi syariah
memberikan sumbangan atau mendermakan sebagian dari kontribusi (investasi) untuk
mendorong peserta/anggota lainnya dalam menghadapi musibah. Atau dikatakan juga
merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang
mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta dari pemberi kepada orang lain.72
Adapun dalam pasal 1 Undang – Undang No 40 tahun 2014 tentang perasuransian
menyatakan dana tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal kontribusi para
peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan perjanjian Asuransi Syariah
atau Reasuransi Syariah.
70
Nawang Styanda Iswanto,skripsi, Implementasi Pasal Undang-Undang No 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian Terhadap Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off) Asuransi, 2017. Hal
53. 71
Gemala Dewi, Aspek – Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 136 72
Syariffuddin, 2016, Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam, Kedudukan
Dana Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah, 1 (1) ; 72.
71
Dana investasi adalah dana yang terkumpul dari peserta hanya dibenarkan
melalui instrumen yang menggunakan akad sesuai dengan syariat islam. Oleh karena
itu asuransi syariah dalam menginvestasikan dananya hanya ke Bank – bank syariah,
BPRS, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing Syariah,Penggadaiian
Syariah,serta instrumen bisnis lainnya dengan tetap menggunakan akad – akad yang
dibenarkan oleh syariat Islam.73
I. Pengaruh Kebijakan spin off bagi perusahaan (bagi unit usaha syariah
Adira Dinamika).
Untuk saat ini belum ada pengaruhnya bagi perusahaan, jadi Adira ini
merupakan grup perusahaan, jadi ada Adira Finance yang memiliki Unit Usaha
Syariah, ada Bank Danamon, Danamon juga memiliki Unit Usaha Syariah.
Sementara induk kita juga belum melakukan spin off, bank Danamon belum spin
off, jadi mana mungkin Adira finance mau spin off , apalagi Adira insurance nya.
Kalau insurance nya spin off duluan sementara induknya belum spin off itu hal
yang aneh sekali. Karena kita( adira insurance, Unit Usaha Syariah) sebagian
bisnisnya didapatkan dari Adira Finance dan bank Danamon. Kalau mereka sudah
ada unit syariahnya kita minimal mensupport mereka, mensupport bisa dengan
unit ataupun full fledge. Tapi kalau mereka sendiri baru Unit, tidak mungkin Adira
insurance Unit Syariah bisa full fledge.
Dari penjelasan – penjelasam diatas dapat di tarik beberapa kesimpulan guna
menjawab perumusan masalah yang penulis buat sebelumnya sebagai berikut:
1. Sejauh ini PT. Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah belum
melakukan persiapan apapun untuk melakukan pemisahan (spin off),
belum ada pembuatan program kerja yang harus di serahkan kepada
73
http://irham-anas.blogspot.co.id/2011/04/paper-perbedaan-asuransi-konvensional.html
diakses tanggal 24 februari 2017
72
Otoritas Jasa Keuangan, dikarenakan banyak hal yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan. Diperkirakan Unit Usaha Syariah
Asuransi Adira Dinamika akan memulai membuat program kerja pada
tahun 2020. Dan dari kesiapan aset perusahaan PT. Asuransi Adira
Dinamika Unit Syariah sudah siap, walaupun dalam peraturan undang
– undang Republik Indonesia no 40 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
syarat nilai dana tabarru’ dan dana investasi 50% (lima puluh persen)
dari induknya kemungkinan kecil untuk dapat dilakukan karena
perusahaan induk akan selalu berkembang, tetapi saat ini Unit Usaha
Syariah Adira Dinamika sudah memiliki 10% (sepuluh persen) dana
tabarru’ dan dana investasi masih memungkinkan naik ke 15% (lima
belas persen).
Dan dari segi manajemen upaya untuk spin off sebaiknya tidak
dipaksakan, itu muncul dari orang – orang yang memiliki riroh, baik
riroh bisnis maupun riroh spiritual untuk membesarkan syariah.
Pastinya manajemen akan mendukung penuh terhadap unit usaha
syariah untuk melakukan spin off seperti dengan memberikan lantai
khusus untuk memperlancar kegiatan bisnis unit usaha syariah, dan
PT. Asuransi Adira Dinamika awalnya perusahaan membuka satu
cabang syariah yang khusus berjualan produk syariah dimana disana
ada ada kepala cabang syariah dan jajarannya, dan dalam
perkembangannya perusahaan ingin memperbesar unt syarah tersebut,
akhirnya di tahun 2013 perusahaan membuat divisi syariah yang
cukup berkembang dengan baik, dikarenakan dalam divisi syariah
memiliki tim developmen, tim marketing yang fokus mengurus
produk-produk syariah.
Dari segi sumber daya manusia untuk industri Asuransi
Syariah masih kurang, dibutuhkan banyak lulusan dari universitas
yamg membuka program studi Asuransi Syariah. Karena menjadi
73
tenaga ahli di bidang Asuransi Syariah banyak sekali kompetensi yang
harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang akan di tempatkan pada
masing – masing posisi sesuai dengan kpompetensi yang dinliki. Dan
untuk memenuhi kebutuhan SDM yang mumpuni di bidangnya
perusahaan melakukan training-training kepada para karyawan,
training tentang produk-produk syariah, pengertian syariah, bisnis
syariah dan pastinya tentang Asuransi Syariah, dan bagi karyawan
yang khusu memgang syariah melakukan training kembali untuk gelar
syariah. Dan untuk persiapan finansial, seperti yang sudah di jelaskan
sebelumnya bahwa dari segi aset PT. Asuransi Adira Dinamika Unit
Syariah sudah siap untuk melakukan spin off, hanya saja banyak
pertimbangan yang tidak bisa perusahaan jelaskan kenapa belum siap
untuk melakukan spin off.
2. Kendala – kendala yang dihadapi perusahaan PT. Asuransi Adira
Dinamika dalam melakukan spin off adalah harus memenuhi peraturan
POJK, dari segi modal, untuk membentuk perusahaan Asuransi
Syariah yang terpisah dari Induk dibutuhkan modal awal 100 milyar,
walaupun perusahaan bisa menyanggupi akan tetapi dalam
perjalanannya pasti akan mendapati masalah dan lain sebagainya.
kendala lainnya terkait sumber daya manusia, sebab setelah spin off
perusahaan harus memiliki Divisi sendiri. dimana perusahaan
memiliki direksi sendiri, komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan
komite audit setingkat direksi dan harus ada aktuaria, dimana hal
tersebut memerlukan biaya yang sangat besar.
3. Solusi dari kendala – kendala yang dihadapi perusahaan terhadap
kebijakan spin off menurut kepala Divisi syariah PT. Asuransi Adira
Dinamika Bimo Kustoro menjelaskan bahwa diamping regulasi yang
harus diperhatiakn kembali oleh pemerintah adalah peraturan Undang-
Undang yang dibuat oleh pemerintah mengenai pemisahan (spin off)
74
bagi perusahaan Asuransi Syariah, Bimo Kustoro menjelaskan bahwa
perusahaan menginginkan pemerintah memberikan kemudahan bagi
perusahaan yang ingin membuat perusahaan syariah yang baru atau
dalam hal ini pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan
Asuransi syariah.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di bab sebelumnya pada skripsi
ini, maka dapat diberikan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
Respon setiap perusahaan Asuransi Syariah terhadap kebijakan spin off yang
diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK
No 67 tahun 2016 berbagai macam, selaku kepala divisi Unit Usaha Syariah beserta
ketua AASI Bimo Kustoro mengatakan bahwa setelah Undang-Undang peraturan
tersebut dikeluarkan ada berbagai macam respon yang dilakukan oleh perusahaan
ada perusahaan yang langsung mendaftarkan diri untuk melakukan spin off, ada
yang membuat rencana kerja dan ada juga yang langsung spin off tanpa membuat
program kerja. Ada beberapa Asuransi seperti Askrida belum lama ini telah
melakukan spin off dan ada pula yang sudah membuat rencana kerja lima tahun
kedepan dan sebagainya.
Bagi perusahaan Adira Dinamika memiliki kebijakan tersendiri. Menanggapi
undang-undang yang dibuta oleh pemerintah beserta POJK tentang pengaturan spin
off itu sangat bagus, perusahaan diberikan batas waktu. Akan tetapi ada beberapa
kelemahan dari peraturan tersebut yaitu:
a. Jangka waktu yang terlalu panjang atau pendek tidak menjadi masalah.
Sepuluh tahun sejak diundangkan termasuk waktu yang terlalu lama, tiga
tahun sebenarnya cukup bagi perusahaan untuk melakukan spin off, semua
tergantung kepada keseriusan perusahaan.karena dengan diperpanjangnya
batas waktu untuk melakukan spin off maka perusahaan pun memilih untuk
melakukan spin off pada batas waktu yang ada.
b. Dalam peraturan batas waktu melakukan spin off sampai tahun 2024 atau
aset unit usaha syariah sampai 50% dari induknya. Saat ini unit usaha
76
syariah adira dinamika diatas industri, aset unit usaha syariah adira dinamika
sudah 10%, industri Cuma 5%. Jadi undang-undang membuat 50% aset dari
induknya itu sangatlah sulit, karena induk perusahaan selalu berlari dalam
meningkatkan aset mereka sehingga agak sulit bagi unit usaha syariah untuk
mengejarnya.
Secara umum peraturan spin off yang dibuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK no 67 tahun 2016 memiliki dampak
dan tujuan yang positif bagi pertumbuhan ekonomi syariah khususnya dari kontribusi
asuransi syariah di indonesia. Hanya saja pemerintah perlu membuat peraturan
lainnya agar supaya lebih memudahkan bagi unit usaha syariah untuk melakukan spin
off. Banyak unit usaha syariah yang ingin melakukan spin off hanya saja terkendala
dengan peraturan yang ada dalam undang- undang yang memberatkan perusahaan.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini perusahaan
asuransi yang memiliki unit usaha syariah masih enggan atau masih menunda nunda
untuk melakukan persiapan spin off, karena satu dan lain hal, begitu banyak
pertimbangan – pertimbangan yang harus di fikirkan.
Kendala – kendala yang dihadapi dalam kebijakan spin off yaitu tadi masalah
harus memenuhi peraturan otoritas jasa keuangan (POJK), masalah bantuan tenaga
ahli aktuaria yang notabene nya saat ini orangnya sangat langka, susah sekali mencari
tenaga yang ahli dibidang akturia. Akhirnya kita harus ambil dari tempat lain, seperti
ngebajak aktuaria dari perusahaan lain, dan biayanya pun mahal. Padahal kalau kalau
ketentuan dari peraturan otoritas jasa keuangan (POJK) tidak mengharuskan itu kan
kita bisa lebih cepat dalam perencanan melakukan spin off.
Karena bagi unit usaha syariah tertentu ternyata spin off itu tidak lebih baik
untuk perkembangan perusahaan setelah spin off, adanya paksaan untuk melakukan
spin off, persiapan yang kurang matang dan manajemen yang kurang mendukung
serta perusahan induk yang melepas anak perusahaan.
77
Perlu di persiapkan lebih matang mengenai tenaga ahli untuk sebuah
perusahaan asuransi syariah.aktuaria, underwriting, marketing yang mengerti tentang
operasional asuransi syariah dengan memberikan training sesuai kompetensi masing –
masing bidang serta perlu diselenggarakan training – training tentang kesyariahan
serta ikut aktif dalam kegiatan asosiasi asuransi syariah.
Dan peningkatan untuk pertumbuhan aset harus terus di upayakan oleh unit
usaha syariah agar aset yang dimiliki dapat memperkuat bisnis serta mampu
mewujudkan rencana bisnis dari unit syariah. Mengingat ekspansi bisnis, dapat juga
membuat pertumbuhan kontribusi yang pesat dari Asuransi syariah.
B. Saran
Bagi unit usaha asuransi syariah diharapkan memiliki ketegasan kapan akan
melakukan spin off, dan diharapkan memiliki ketegasan dalam menjalankan
bisnisnya, sehingga memudahkan jalannya untuk melakukan spin off sebagaimana
diatur dalam undang – undang.
Saran untuk penelitian selanjutnya lebih di spesifikasikan kembali apa
bagaimana respon berbagai unit usaha syariah yang ada di indonesia terkait dengan
kebijakan spin off yang di atur dalam undang – undang republik indonesia no 40
tahun 2014 serta POJK no 67 tahun 2016. Sehingga menemukan informasi lebih
rinci, menambah sampel penelitian, agar data yang didapat lebih varian serta dapat
melengkapi literatur penelitian.
78
DAFTAR PUSTAKA
Adib , bahari , prosedur cepat mendirikan perseroan terbatas (Yogya karta : Puataka
yustisaa , 2010), . h . 24
Agustianto, Meningkatkan Kompetensi Sumber Dya Manusia Ekonomi Syariah, 2011,
(www.agustiantocentre.com)
Al Arif, M. Nur rianto, keterkaitan kebijakan pemisah terhadap tingkat efisiensi pada
industri perbankan syariah di Indonesia, Jurnal Keuangan dan perbankan,
Vol 19 , No 2 mei 2015, h . 295-304.
Amanda Kusumawardhani, "industri Asuransi Kekurangan Tenaga Ahli” financial,
jakarta, 14 Desember 2014.
Anaya Noora Pitaningtyas, Christine Novita Nababan. Efek Pemisahan. Website
kontan.co.id terbit 25 Juli 2015
Arsianti Dwi laily dan beik Irfan Syauqi , ekonomi perkembangan syariah ,(bogor :
IPB Press ,2014), .h . 91
Artikel , deskriptif kualitatif , diakses pada 24 februari 2018 dari
Asfaroni, Ayatullah, Strategi Pelepasan Aset Sebagai Sumber Pembiayaan Program
Rektrukturisasi PT.ABC. Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2011
Astari, Miriam, Kebijkan Spin Off Uit Usaha Syariah Berdasarkan Kinerja Keuangan
(studi kasus pada PT.Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, (Unit Usaha
Syariah), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
B . G . Tumbuan Fred , pokok - pokok undang – undan undang kepailitan (Jakarta ;
Ghalian, 2008, . h . 39.
B. Elizabeth, psikologi perkembangan, ( Jakarta ; Erlangga 1991 ), Terjemahan
Iswidayati dan Soedjarwo, Ed ke 5, h. 182.
79
Bantenbisnis.com,”Pertumbuhan pangsa pasar: Penetrasi Asuransi Syariah Masih
Minim, ditebitkan pada 16 juni 2017, diakses pada 13 agustus 2017.
Bramantyo Joahnputro, restrukturisasi keuangan, 2013 (www.lontar.ac.id
Chapimb , J . P , kamus lengkap Psikologi, ( Jakarta : PT. raja Grafindo persada,
2009 ), . h . 432.
Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia 2016
Dewi, Gemala, Aspek – Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah
di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 136
Dewi, Yunita Apsari , merger corporate control dan control corporate Govermance ,
(Surabaya ; lembaga perelihan Universitas Surabaya , 2013), . h .32
Didin Hafidhuddin, Sifat Etos Kerja Muslim, 2011 (http://persis.or.id)
Fatwa Dewan Syariah Nasional no 21/DSN-MUI/X/201 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah
Hasibun, malayu S . P, manajemen Sumber daya manusia, (Jakarta bumi aksara
2007), . h . 244.
Iswanto, Nawang Styanda, Implementasi Undang-Undang No 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian terhadap pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off)
Asuransi,(studi di PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Kantor Cabang
Malang).Skripsi 2017, h.35.
Lembar Negara No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
M , Hani Wijaya , Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi
(Yogyakarta, Elmatra Publishing, 2007)
80
M.shaifie Zein. Spin off ada syaratnya.website http://www.mediaasuransinews.com
Marunung , Adler, Bahan perkulianhan merger , Reskontruksi dan akuisisi , (Jakarta
, 2011).
Masroni , Sejarah Ringkas Sistem Serupa Asuransi dalam dunia Islam, diterbitkan 1
juni 2017, http://Alisya.id
Mediaasuransi,”jumlah perusahaan Asuransi di Indonesia,” diterbitkan 3 April
2017,diakses pada 13 agustus 2017.
Muhammad feby , underwriting, aktuaria, manajemen risiko dan penilaiian kerugian,
artikel di terbitkan pada juni 2013 melalui
http://lotusbougenville.wordpress.com
NN Spin off, Kontruksi, Hukum dalam upaya penguatan stuktur per bankan
maksimal, buletin hukum perbankan syariah dan per bank sentralan, Vol 7
No 1, Januari 2009, h. 2.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 67 Tahun 2016 Pasal 17.
Poerwadaeminta, psikilogi komunikasi, ( Jakarta:UT, 1999 ), .cet ke 3 hal ke 43
Pohan, Rizky Andrianti, Spin Off Memakmurkan Asuransi Syariah, Berita Media
Insurance, diterbitkan 18 November 2014
Pusat bahasa Depdiknass, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta ; balai pustaka
,2002 ), . h .585
Sabur, Alex , Psikilogi umum dalam lintas sejarah, ( Bandung : cv, pustaka ,2003 ), .
h .60.
Sekaran , uma , metodologi penelitian bisnis. ( Jakarta : salemba empat,2016 ), . h .
73
81
Siapa Saja Asuransi Syariah yang Siap Spin Off?
http://akucintakeuangansyariah.com/siapa-saja-asuransi-syariah-yang-siap-
spin-off/
Sugiono , metode penelitisn pendidikan,( bandung ; Alfabeta , 2013). .h . 15 .
Suma, M, Amin, Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvesional; Teori,Sistem, Aplikasi
dan Pemasaran (Jakarta: Kholam Publishing, 2006), h. 41
Suryabrta , Sumardi , Psikologi kepribadian , ( Jakarta ; Rajawali Press ,1993 ), . h .
36 - 37.
Sutojo,Heru, prinsip-prinsip manajemen keuangan ,( Jakarta : Salemba empat , 1998
), . h .647
Sutrisno, Hadi , Metodologi Riset (Yogyakarta: UGM Press, 1997)
Suwandi & Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
h.21
Syarifuddin, Tasharruf: Jurnal Economic and Bussiness Of Islam, Kedudukan Dana
Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah, 1 (1); 72
Undang- undang Persero Febatas ( PT ) no 40 tahun 2007
www.takafulmedia.com
Yasmin , ummu , Materi tarbiah : pandangan kurikulum bagi da’i dan murabbi ,
(Solo : Media Insani Press, 2005), . h .109
Zona Ekonomi Islam. Spin Off Bikin Asuransi Syariah Kompetitif. Zonaekis.com
terbit 2 Februari 2015
http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id
82
http://www.aasi.or.id/main/data-bisnis-2016, diakses pada tanggal 16 januari 2018,
pada pukul 12.30 WIB.
http://irham-anas-blogspot.co.id/2011/04/paper-perbedaan-asuransi-
konvensional.html diakses tangal 24 februari 2017.
Jurnal Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia .( alfabeta l 2013 )
Kustoro Bimo, Wawancara, Jakarta. 2018
Lucky, Pertumbuhan Asuransi Syariah 2015 dapat Mencapai 30 persen, diakses pada
senin, 17 November 2014 di http://www.mediaasuransinews.com