restorasi non plastis
DESCRIPTION
konservasi gigiTRANSCRIPT
MACAM-MACAM RESTORASI NON PLASTIS
Disusun oleh :
Miranda Kartika Sari (04111004010)
Erinda Bilda Livia (04111004011)
Pattrisha Rae (04111004012)
Dosen Pembimbing : drg. Rini Bikarindrasari, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………..………………………………………... i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan …………………………………….…………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………...…………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………….…..………………….. 1
C. Tujuan Makalah ……………………………..…………………. 1
BAB II Pembahasan ………………………………………………………… 2
BAB III Kesimpulan…………………………………………………………..18
Daftar Pustaka …………………………………………………………….…. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, kedokteran gigi lebih mengarah pada tindakan perawatan yang
sebisa mungkin mempertahankan gigi tanpa pencabutan, hal ini juga diikuti
dengan perkembangan material restorasi yang akan digunakan. Jenis restorasi
terbagi menjadi dua yaitu restorasi plastis dan non plastis. Restorasi merupakan
perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang
disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi. Restorasi dapat terbagi menjadi
dua yaitu restorasi plastis dan restorasi non plastis / rigid.
Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian
tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan, tidak memerlukan fasilitas
laboratorium dan murah. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika struktur
gigi cukup banyak untuk mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan.
Restorasi non plastis / restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di
laboratorium dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi
kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan
berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
Restorasi non plastis/rigid terdiri diri inlay, onlay/overlay, dan crown. Makalah ini
akan menjelaskan tentang macam-macam restorasi non plastis / rigid dalam
kedokteran gigi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan restorasi non-plastis ?
2. Apa saja yag termasuk dalam restorasi non-plastis ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui restorasi non-plastis
2. Mengetahui macam-macam restorasi non-plastis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Restorasi Inlay
Restorasi Inlay adalah tumpatan rigid yang ditempatkan di kavitas
diantara tonjol gigi/cusp. Inlay disebut juga restorasi intrakorona, yaitu
restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar
mulut dari bahan rigid dan kemudian disemen ke dalam gigi yang telah di
preparasi tanpa adanya undercut.1 Inlay adalah restorasi yang digunakan pada
gigi yang dipreparasi pada bagian Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM)
atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah jarang digunakan untuk
kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi yang
berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies cenderung
fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab,
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya
gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi karies dan sudah berlubang
besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus
diganti, yang bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin
komposit dkhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena
patah ataupun lepas.
Beberapa restorasi intrakoronal (inlay) yang sering digunakan adalah1 :
1. Inlay logam tuang dengan teknik direct.
2. Inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirect.
3. Inlay Porselen
Bahan yang digunakan :
1. Logam Tuang
Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni jarang
sekali digunakan karena merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain
lalu ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisik emas murni, sehingga
bahan yang digunakan dalam inlay emas tradisional adalah alloy emas.
Alloy tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula
yang mengandung 20 persen emas. Alloy lain sama sekali tidak
mengandung emas, tetapi hanya mengandung kombinasi logam-logam
lain, sehingga disebut sebaga logam cor.1
2. Porselen
Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik
yang berbeda. Pada teknik pertama, cetakan gigi di cor dalam bahan
refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi tanpa mengalami
kerusakan. Bubuk porselen dicampur dengan cairan sampai menjadi pasta,
lalu dimasukkan ke inlay atau ke dalam permukaan labial model refraktori,
dan dibakar dalam tungku pembakaran sampai partikel porselennya
menyatu. Proses ini diulang hingga restorasi berbentuk dan berwarna
seperti yang diinginkan. Model refraktori kemudian dibuka dengan sand
blasting atau glass bead blasting.1
Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca ke dalam
mould dengan lost wax technique. Restorasi ini kemudian dimasukkan ke
tungku pembakaran keramik yang mengubah bahan menjadi keramik,
diwarnai, lalu dibakar.
Kedua teknik ini menghasilkan keramik (biasa disebut porselen)
dengan sifat yang berbeda.
Keuntungan dan Kerugian Logam Tuang dan Porselen
a. Kekuatan
Logam tuang lebih kuat dari amalgam, komposit, atau semen
ionomer kaca, dan bisa menahan kekuatan tensile yang lebih besar,
sehingga dapat melindungi cusp yang melemah. Dengan ketebalan
logam tuang 1.0 mm, kekuatannya setara dengan amalgam setebal 3.0
mm. Sifatnya yang kuat ini membuat logam tuang lebih ideal untuk
restorasi vinil ekstrakorona, seperti onlay dan mahkota lengkap atau
sebagian.
Porselen mempunyai kekuatan kompresif yang tinggi, tetapi
rendah dalam menahan kekuatan tensile, sehingga bahan ini relatif
getas dalam potongan tipis, sampai porselen disemenkan pada gigi dan
mendapat dukungan dari jaringan gigi.
b. Ketahanan terhadap Abrasi
Amalgam menyerupai email dalam ketahannnya terhadap
abrasi, sedangkan komposit maupun semen ionomer kaca cenderung
mengalami aus yang lebih cepat, terutama pada permukaan oklusal.
Logam tuang dan porselen memiliki ketahanan abrasi yang sama
dengan email, akan tetapi porselen lebih resisten dibandingkan email
sehingga jika restorasi porselen berantagonis dengan gigi, gigi tersebut
akan aus lebih cepat, terutama jika glazing porselen tidak sempurna
atau tidak terkikis. Jika terdapat kavitas abrasi di servikal gigi,
komposit atau semen ionomer kaca sudah cukup untuk menahan abrasi
selanjutnya. Untuk menanggulangi hal ini biasanya dipakai inlay
porselen atau inlay logam cor.
c. Estetika
Emas sering digunakan untuk inlay karena estetika yang baik
dan lebih menarik daripada amalgam dan tidak mudah rusak seperti
silikat. Selain itu, di lingkungan masyarakat tertentu, emas dianggap
sebagai simbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut.
Tetapi permintaan tambalan emas srelatif menurun seiring dengan
diperkenalkannya bahan restorasi yang sewarna dengan gigi.
d. Versatilitas
Logam tuang merupakan bahan yang serbaguna. Dengan teknik
indirect, restorasi oklusal dan kontur aksial serta daerah kontaknya
dapat dibentuk dengan akurat di laboratorium. Jika restorasi tuang
dibuat pada pasien yang harus juga dibuatkan gigi tiruan sebagian
lepas, bidang pemandu, dudukan test, dan reciprocal ledge dapat
sekaligus dibentuk pada restorasi di laboratorium.1
e. Biaya
Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam
tuang dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu
yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga
minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk
preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepadan restorasi
setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus dikeluarkan
oleh dokter gigi dan ahli gigi ini menyebabkan biaya yang beberapa
kali lebih mahal daripada restorasi plastis, yang memiliki sifat yang
setara dengan logam tuang dan porselen.1
f. Penyemenan
Kelemahan pada setiap restorasi yang memerlukan perlekatan
adalah penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun
masih mempunyai celah 10-16 mikrometer dari dinding kavitas.
Dengan demikian, kerapatan tepi restorasi bergantung pada semen.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa keuntungan dan kerugian inlay adalah : 4
- Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan
biasa.
- Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.
- Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi
yang diambil .
- Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibandingkan
tumpatan biasa.
Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang
digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang).
2. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi
yang tersisa sedikit (pada gigi belakang).
b. Kontraindikasi :
1. Permukaan oklusal yang berat
Restorasi keramik dapat patah saat kurangnya bagian yang
besar untuk menahan tekanan oklusal. Seperti pasien yang
memiliki kebiasaan bruxism atau clenching.
2. Ketidakmampuan utuk memeliharanya
Meskipun beberapa penelitian memberitahukan bahwa
dental adhesive dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adesif
teknik memerlukan real-perfect moisture control, yang menjamin
keberhasilan kliniknya.
3. Preparasi subgingival yang tajam
Walaupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolut,
preparasi dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari, karena
pada bagian tepi akan sulit di restorasi, mempengaruhi cetakan
sehingga sulit untuk dilakukan finishing.
Di bawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang
paling sering bagi setiap restorasi indikasi :
a. Inlay logam tuang direk
Teknik inlay logam tuang secara direk hanya dapat diterapkan
pada kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu
logam tuang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hanya sedikit
inlay logam tuang direk yang dibuat dan biasanya diindikasikan
bersama-sama dengan beberapa restorasi lain.1
b. Inlay logam tuang indirek
Teknik indirek memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi
yang lebih banyak. Jenis yang paling sering dipakai adalah inlay yang
melindungi tonjol gigi dengan cara menutup permukaan oklusal, yang
biasa disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay
indirek adalah sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain
yang menggantikan gigi hilang.1,3
c. Inlay Porselen
Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal
penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam
tuang dan lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu,
porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior yang
restorasinya luas dan memerlukan estetik. Selain itu, porselen dapat
juga dipakai di permukaan bukal yang terlihat, baik di gigi anterior
maupun posterior. Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah
berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa asam, dapat
menguatkan gigi degan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis
komposit atau semen ionomer – resin komposit.1,2,3
2.2 Restorasi Onlay
Restorasi Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi
satu atau lebih tonjol gigi/cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami
perubahan karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka
inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan
suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal dan dalam keadaan ini,
onlay MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. 3
Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.
2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan
lingual.
3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.
4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.
Indikasi untuk onlay yang paling sering digunakan adalah menggantikan
restorasi amalgam yang rusak. Selain itu, onlay juga berguna untuk restorasi
lesi karies yang mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari
restorasi ini adalah mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang
berhubungan dengan gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan
periodontal yang sangat membantu. 3
b. Kontraindikasi:
1. Dinding bukal dan lingual sudah rusak.
2. Mahkota klinis pendek.
Restorasi Inlay/Onlay
Pertama-tama gigi pasien yang mengalami karies dibersihkan, atau jika
sudah pernah ditumpat, tumpatan lama dibongkar. Kemudian gigi dipreparasi
untuk kedudukan inlay/onlay, setelah preparasi selesai, gigi pasien dicetak.
Hasil cetakan akan dibawa ke dental laboratorium untuk diproses selanjutnya.
Gigi pasien lalu ditutup dengan tambalan sementara.
Setelah inlay/onlay jadi, pasien datang kembali dan tumpatan sementara
akan dibongkar. Kemudian inlay/onlay tersebut dipasangkan kepada pasien.
Bila kedudukan baik, maka inlay/onlay tersebut akan disemenkan.
Onlay yang dibuat dari logam paduan emas
Emas memiliki banyak keunggulan terutama karena bahan ini
sangat biokompatibel dan dapat dikatakan tidak mudah mengalami
degradasi bila berada di rongga mulut yang merupakan lingkungan
korosif. Oleh karena itu inlay/onlay emas dapat bertahan dalam
jangka waktu lama, sayangnya biayanya cukup tinggi.
Perbedaan Inlay dan Onlay
Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada tonjol-tonjol
(cusps). Inlay adalah tambalan yang berada di antara cusp, sehingga
ukurannya biasanya tidak begitu luas. Sementara onlay biasanya lebih luas dan
menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi tersebut. Dapat dikatakan onlay
adalah merekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya sudah sangat luas.
2.3 Restorasi Crown
Restorasi Crown adalah penggantian sebagian atau seluruh mahkota
klinis yang disemenkan. Pembuatan mahkota gigi bertujuan untuk
memperkuat gigi yang kekuatannya menurun karena hal-hal tertentu, seperti
gigi yang berlubang besar. Restorasi mahkota juga dapat digunakan untuk
memodifikasi warna dan juga posisi gigi asli.
Restorasi mahkota tidak hanya dapat memperbaiki penampilan, tetapi
juga menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan pencabutan gigi.
Keuntungan dari pemasangan crown yaitu :
a. Memperbaiki struktur gigi dan penampilan.
b. Memperbaiki gigi yang telah mengalami perubahan warna atau
memiliki bentuk yang tidak estetis.
c. Menutupi dan menyangga gigi dengan kondisi seperti berikut ini :
Pada keadaan sisa gigi yang tidak mencukupi untuk dilakukan
tambalan.
d. Untuk menyangga bridge (protesa gigi jembatan).
e. Untuk melindungi gigi yang lemah dari fraktur atau bahkan
memperbaiki gigi yang telah rusak.
f. Untuk menutupi gigi implan.
Berikut ini merupakan beberapa jenis crown :
Mahkota Selubung (Jacket Crown)
Mahkota selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruhpermukaan
gigi dan dapat dibuat pada gigi posterior maupun anterior,baik pada gigi yang
vital maupun nonvital (post endodontic treatment).
Indikasi Mahkota selubung pada gigi posterior adalah :
· Tidak memungkinkan untuk ditumpat secara langsung
· Resistensi kurang baik untuk restorasi onlay
· Mengalami kerusakan sekeliling cervikalnya maupun abrasioklusal
· Mahkota klinis yang rendah
· Gigi pasca perawatan Saluran akar
Macam-Macam Mahkota Selubung (Jacket Crown):
1. Mahkota Tuangan Penuh (Full Cast Crown)
Mahkota tuangan penuh adalah restorasi yang menyelubungi seluruh
permukaan mahkota klinis gigi dan terbuat dari logam campur secara tuang.
Indikasi :
a. Sebagai restorasi single unit atau sebagai restorasi penyangga suatu
jembatan gigi.
b. Digunakan pada gigi posterior yang tidak membutuhkan estetik, gigi
dengan karies cervikal, dekalsifikasi, enamel hipoplasi atau untuk
memperbaiki fungsi kunyah.
Kontraindikasi :
a. Sisa mahkota gigi tidak cukup untuk menerima beban daya kunyah
terutama pada gigi dengan pulpa vital.
b. Bila restorasi untuk kepentingan estetik. Pada pasien yang memiliki oral
hygiene buruk sehingga restorasi mudah korosi atau tarnish. Gusi cukup
sensitif terhadap logam.
2. Mahkota Pigura (dengan Facing Akrilik)
Mahkota piguran adalah suatu restorasi yang menyelubungi
seluruh permukaan klinis gigi dan terbuat dari logam campur, di mana
bagian labial/bukal dilapisi dengan bahan sewarna gigi (akrilik, porselen,
resin komposit).
Indikasi :
a. Jika dibutuhkan restorasi mahkota tuangan, tetapi memerlukan estetik.
Misalnya pada anterior dengan gigitan dalam, premolar atau molar
pertama.
b. Jika ruang pulpa tidak terlalu besar, karena pada saat restorasi
dibutuhkan pengambilan pada bidang labial atau bukal lebih banyak
untuk tempat pigura.
Kontraindikasi :
Gigi dengan mahkota klinis pendek, karena sulit dipakai untuk retensi dan
kekuatannya pun sangat kurang terutama di bagian oklusal, sehingga
mudah pecah atau mudah lepas.
3. Mahkota Jaket dan Jembatan (Crown and Bridge)
Mahkota jaket dan jembatan adalah suatu restorasi yang meliputi
seluruh permukaan gigi anterior, dan ibuat dari bahan akrilik atau porselen
sesuai dengan warna gigi. Crown dan Bridge digunakan untuk
menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, baik secara fungsional
maupun estetik. Gigi pada kedua celah gigi yang hilang di preparasi untuk
dibuatkan mahkota tiruan dan dicetak secara akurat, kemudian hasil
cetakan dikirim ke laboratorium gigi. C&B akan dilekatkan pada gigi
dengan bahan sementasi.
Indikasi :
a. Gigi anterior yang fraktur.
b. Kasus perubahan warna gigi, hipoplasi aenamel, atau dekalsifikasi.
c. Kasus perubahan bentuk gigi, atrisi, atau rotasi gigi yang terbatas.
d. Menutup diastema yang terbatas. Sebagai retainer suatu jembatan
Kontraindikasi :
a. Mahkota klinis yang terlalu pendek dan tidak mempunyai cingulum.
b. Pada gigitan anterior yang dalam (deep bite).
c. Kerusakan gigi sedemikian rupa. Gigi non-vital dengan perubahan
warna yang sangat gelap.
Keuntungan Mahkota jaket dan Jembatan
a. Lebih konservatif.
b. Reaksi jaringan periodontal lebih baik.
c. Lebih estetik karena jaringan labial/bukal tidak di preparasi .
d. Dapat dilakukan electric pulp-test karena ada bagian yang tidak
tertutup restorasi.
e. Mudah dibersihkan oleh pasien.
f. Lebih mudah didudukan pada gigi penyangga saat sementasi.
4. Mahkota Pasak
Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi
yang terdiri dari inti berpasak yang dilekatkan dengan suatu mahkota.
Restorasi ini merupakan restorasi dengan konstruksi dua unit yaitu inti
yang berpasak dan mahkota yang nantinya disemenkan pada inti.
Indikasi :
a. Gigi non vital yang fraktur melebihi setengah mahkota klinis.
b. Memperbaiki iklinasi gigi dengan batas-batas atau ketentuan tertentu.
c. Gigi yang telah dirawat endodontik, sedangkan sisa gigi tidak mungkin
dilakukan penumpatan langsung.
Kontraindikasi :
a. Gigi dengan kelainan periapikal menetap. Jaringan yang mendukung
gigi tidak cukup.
b. Oral hygiene buruk.
Bahan Restorasi Tidak Langsung
Dalam beberapa kasus, untuk mendapatkan hasil restorasi gigi yang
terbaik, digunakan bahan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium. Bahan
restorasi seperti ini memerlukan 2 atau lebih kunjungan, bentuknya bisa berupa
crown (mahkota tiruan), jembatan, inlay atau onlay. Crown meliputi seluruh
permukaan gigi yang tampak di rongga mulut, sedangkan inlay bentuknya lebih
kecil dan melekat mengikuti bentuk gigi. Onlay mirip dengan inlay, tapi lebih
besar, meliputi sebagian atau seluruh permukaan kunyah gigi.
Sedangkan yang di maksud dengan jembatan di sini adalah restorasi yang
menggantikan satu atau lebih gigi yang sudah hilang, serta meliputi gigi-gigi di
sebelahnya yang digunakan sebagai penyangga. Harga yang harus dibayar untuk
restorasi jenis ini umumnya lebih mahal, disebabkan jumlah dan lama kunjungan
yang diperlukan serta biaya tambahan untuk mengerjakan restorasi di
laboratorium gigi.
Bahan yang digunakan untuk restorasi ini selain logam adalah porselen,
logam berlapis porselen, alloy emas dan alloy logam lainnya. Berikut ini
merupakan ulasan tentang bahan-bahan tersebut :
A. Porselen
Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer. Veneer
adalah lapisan porselan sangat tipis yang ditempatkan pada gigi,
menggantikan email. Biasanya digunakan untuk memperbaiki penampilan
gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik secara estetika
karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi. Pemasangan restorasi
porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur.
Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya
melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan
mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya kasar. 2
B. Logam Berlapis Porselen
Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena
kombinasinya dengan kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk
membuat crown atau jembatan. Banyak struktur gigi yang harus diambil
untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini. Kadang-kadang muncul rasa
tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di awal penggunaan
dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis logam
yang digunakan dalam restorasi.
C. Alloy Emas
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama
digunakan untuk crown, inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat.
Kekuatannya yang besar sehingga sulit pecah maupun terkikis,
memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin struktur gigi
yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak
pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena
tidak seperti warna gigi.
D. Alloy Logam
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown,
jembatan atau rangka gigi palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak
mudah patah atau terkikis. Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi
terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap panas dan dingin di
awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik seperti warna gigi
E. Crown, Inlay atau Onlay dari Komposit
Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi.
Bahan yang digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan
tambalan. Keunggulannya dibanding porselen adalah tidak menyebabkan
terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi ini mudah pecah dan berubah
warna.
BAB III
KESIMPULAN
Macam-macam restorasi non plastis adalah Inlay, Onlay dan Crown. Inlay
merupakan restorasi non plastis yang terbuat dari bahan kaku seperti emas, logam
atau porcelain dimasukkan ke dalam kavitas dan disimentasi. Onlay juga hampir
sama dengan inlay hanya restorasi ini dilakukan dengan melibatkan bagian cusp.
Crown merupakan onlay yang menggantikan keseluruhan permukaan gigi.
Indikasi dari restorasi ini tergantung dari luasnya karies, struktur jaringan gigi
yang tinggal, kebersihan rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kidd, AM, Smith, BGN, dan Pickard, HM. 2000. Manual Konservasi Restoratif
Edisi 6. Jakarta: Widya Medika.
2. Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi
Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Baum, Lloyd dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu konservasi Gigi Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. Sturdevant, CM. 2006. The Art and Science of Operative Dentistry, ed 5. St. Louis
Mosby.