resume
TRANSCRIPT
![Page 1: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/1.jpg)
RESUME
Hari, Tanggal : Selasa, 5 Januari 2010
Topic : Introduction of Thyroid Nodule
Lecturer : Prof. Dr. Dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD
Tempat : Language Laboratorium
Faculty of Medicine, Udayana University
GOITER
Kelenjar tiroid adalah organ endokrin yang berfungsi mengeluarkan hormon yang
T3, T4 dan Calcitonin bagi kelangsungan metabolisme dalam tubuh. Kelainan
pada kelenjar tiroid yang menyebabkan ukurannya membesar sering disebut
dengan gondok atau goiter. Pembesaran ini bisa terjadi secara difus ataupun
noduler. Secara anatomi memang terjadi keabnormalan. Namun keadaan tersebut
tidak selalu sinkron dengan fungsinya. Kelenjar tiroid bisa saja membesar tapi
fungsinya mungkin normal (nontoxic goiter, eutiroidisme), overactive (toxic
goiter, hipertiroidisme) atau underactive (hipotiroidisme). Pembesaran kelenjar
tiroid dapat dibagi menjadi 2 yakni: Toxic goiter (hiper tiroidisme) meliputi
diffuse toxic goiter (Graves), toxic multinodular goiter, dan toxic adenoma
(Plummer disease) dan nontoxic goiter yang bisa bersifat difus atau multinodular
contohnya chronic lymphocytic thyroiditis (penyakit Hashimoto), goiter pada fase
awal penyakit graves, goiter endemik, goiter sporadik, goiter kongenital, dan
goiter fisiologis saat remaja khususnya remaja putri karena meningkatnya
kebutuhan iodine.
Gondok bisa terjadi karena adanya stimulasi yang berlebih pada reseptor
TSH di kelenjar tiroid oleh TSH, anti-TSH, atau reseptor TSH agonis (Chorionic
Gonadotropin). Hal ini menyebabkan sel-sel berproliferasi lebih cepat sehingga
terbentuklah gondok yang umumnya bersifat difus. Pembesaran yang bersifat
noduler akan terjadi jika yang terstimulasi hanya sekelompok kecil sel tiroid,
terdapat sel inflamasi, atau metastasis sel ganas ke kelenjar tiroid. Beberapa
penyebab pembesaran kelenjar gondok yakni: defisiensi iodine; tiroiditis
autoimun- tiroiditis hashimoto atau tiroiditis post partum; kelebihan iodine (Efek
10
![Page 2: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/2.jpg)
Wolff-Chaikoff) atau memakan lithium yang menghambat pelepasan hormone
tiroid; Goitrogen seperti kubis dan ubi jalar; stimulasi reseptor TSH oleh tumor
pituitary, pituitary thyroid hormone resistance, gonadotropin, dan/atau thyroid-
stimulating immunoglobulins; defek congenital yang mengganggu biosintesis
hormone tiroid; paparan radiasi; penyakit deposisi; Subacute thyroiditis (de
Quervain thyroiditis); Silent thyroiditis; Riedel thyroiditis; agen penginfeksi (akut
spuratif- bakteri, kronis- mikobakterium, jamur, dan parasit); penyakit
granulomatosa; dan keganasan pada tiorid.
Gondok pada umumnya bersifat jinak, tetapi tingkat mortalitas dan
morbiditasnya meningkat jika terjadi kanker tiroid, kelainan fungsi (hiper/
hipotiroidisme) atau kompresi pada struktur sekitar seperti trakea dan laring.
Kasus gondok lebih sering pada wanita dengan perbandingan 4:1 , dan cenderung
lebih ganas jika nodul tiroid diderita oleh laki-laki.
Diagnosis gondok dapat dilakukan secara klinis, laboratoris, imaging, dan
pemeriksaan penunjang yang lain. Secara klinis nodul tiroid yang kecil sering
ditemukan secara tidak sengaja waktu pemeriksaan fisik rutin atau saat
pemeriksaan rongent untuk penyakit lain. Pasien biasanya datang dengan
beberapa keluhan seperti massa pada leher, gejala kompresi local (disfagia,
disfonia, dispnea, stridor, plethora, atau serak), Nyeri (pendarahan, inflamasi,
nekrosis, atau transformasi ganas), serta gejala dan tanda pada hiper maupun
hipotiroidisme. Biasanya setelah mendengarkan keluhan pasien dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan posisi pasien berdiri atau duduk.
Pertama dilakukan inspeksi, perhatikan profil tiroid dari arah samping kemudian
minta pasien minum air. Kelenjar tiroid akan bergerak keatas ketika menelan.
Dilanjutkan dengan palpasi tiroid dari arah belakang atau berhadapan dengan
pasien. Saat palpasi leher ekstensi dan rileks sehingga dapat menyingkirkan
pseudogoiter (kelenjar tiroid yang menonjol pada orang kurus). Dengan palpasi
kita bisa meraba kedua lobus dan memperkirakan ukuran, konsistensi, adanya
nodul, dan nyeri tekan. Ukuran tiap lobus dapat diukur dengan meteran dan diberi
tanda pada permukaan kulit untuk memastikan pengukuran yang konsisten.
Palpasi juga dilakukan pada kelenjar limfe cervikalis serta melihat daerah
11
![Page 3: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/3.jpg)
orofaring untuk mengecek adanya jaringan tiroid lingular. Palpasi memiliki
kelemahan jika terdapat pembesaran tiroid retrosternal. Sehingga radionuclide
scanning dengan I-123 lebih dipilih.
Beberapa klarifikasi hasil temuan saat palpasi: Terdapat nyeri tekan difus
pada tiroid kemungkinan disebabkan oleh tiroiditis subakut dan jika terjadi lokal
mungkin pendarahan intranodal atau nekrosis, terjadi pembesaran limfa nodus
servikalis atau supraklavikula harus dicurigai adanya metastasis kanker tiroid,
Lobus piramidalis biasanya membesar pada penyakit graves, kelenjar tiroid yang
lunak dan kenyal kemungkinan tiroiditis hashimoto sedangkan konsistensi padat
biasanya ganas atau Reidel struma. Pada toxic goiter saat dilakukan auskultasi
akan terdengar soft bruit pada arteri tiroid inferior dan apabila kondisi
hipertiroidisme sangat berat saat palpasi juga bisa terdapat thrill. Jika ditemukan
nodul yang multiple menunjukan multinodular goiter atau tiroiditis hashimoto
sedangkan nodul soliter padat cenderung ganas dan bila teraba lunak dan ada
fluktuasi berarti kista tiroid.
Untuk menegakan diagnosis juga diperlukan pemeriksaan penunjang selain
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lab yang penting untuk skrining
adalah kadar serum TSH karena tes ini sangat sensitive setelah itu baru diperiksa
FT4 bebas. Pada tahap lebih lanjut bisa diperiksa antibodi terhadap tiroid,
thyroglobulin, calcitonin (jika berisiko tinggi menderita medullary carcinoma).
Untuk menentukan ukuran, konsistensi dan nodularity tiroid dilakukan USG. USG
juga bisa membantu keakuratan pengambilan spesimen PA dengan ultrasound-
guided biopsy. Pada gambaran Roentgenography dapat dilihat kalsifikasi pada
goiter dan kondisi kelenjar limfa regional. Namun, untuk menilai efek pembesaran
tiroid pada struktur sekitarnya lebih baik dipilih CT atau MRI tetapi harganya
lebih mahal. Sedangkan untuk menilai fungsi suatu nodul tiroid yang dipakai
adalah Radionuclide uptake dan radionuclide scan.
Bila diagnosis kelainan tiroid ditegakan maka dapat diambil beberapa
tindakan yakni: Goiter yang kecil dengan fungsi normal tidak memerlukan
perlakuan khusus hanya di monitoring saja perkembangannya sehingga efektifitas
pemberian hormone tiroid pada pasien ini masih kontroversial, goiter yang besar
dan terdapat komplikasi memerlukan terapi medis dan bedah, goiter yang terbukti
12
![Page 4: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/4.jpg)
ganas harus dioperasi, tindakan operasi harus dilakukan pada kondisi kanker,
kompresi pada organ sekitar, dan terapi lain telah gagal.
Hari, Tanggal : Wednesday, 6 January 2010
Topic : Clinical Diagnostic of Thyroid Nodule
Lecturer : dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD
Tempat : Angsoka, Internal Secretariat
Sanglah Hospital
CLINICAL DIAGNOSTIC OF THYROID NODULE: HISTORY AND
PHYSICAL EXAMINATION
Nodul tiroid adalah lesi diskret pada kelenjar tiroid, bisa dipalpasi atau ditemukan
saat USG dimana gambarannya terdapat nodul yang berbeda dengan parenkima
sekitarnya. Hanya nodul yang lebih dari 1 cm yang potensial menjadi kanker.
Namun, kurang dari 1 cm juga perlu evaluasi jika ditemukan tanda-tanda
kemungkinan ganas pada USG, ada riwayat radiasi leher dan riwayat keluarga
kanker tiroid.
Managemen diagnosis mulai dari anamnesis, yakni:
1. umur penderita berusia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun, resiko
keganasan lebih tinggi. Demikian pula dengan jenis kelamin, penderita
laki-laki memiliki resiko keganasan lebih tinggi daripada penderita
perempuan,
2. Riwayat radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau. Radiasi
diatas 50 rad pada saat anak-anak atau 100-700 rad selama umur 3-4
tahun.
3. Riwayat perkembangan nodul curiga ganas jika nodul soliter,
pertumbuhan cepat, konsistensi keras, Disfagia, sesak nafas, dan
13
![Page 5: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/5.jpg)
perubahan suara, ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular,
servikal, atau submandibular),dan ada tanda-tanda metastasis jauh
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
i. MEN 1 thyroid adenoma, islet cell tumor, dan tumor
adrenal
ii. MEN 2 and 3 phaechromocytoma, medullary thyroid
carcinoma, hyperparathyroidism, dan mucosal neuroma
6. Riwayat tinggal di daerah endemik goiter
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi: Minta pasien sedikit mendongak dan beri minum untuk melihat
proses menelan. Perhatikan apakah ada pembesaran kelenjar di bawah tulang
krikoid yang ikut bergerak saat pasien menelan.
Palpasi: Bisa dilakukan dari depan (menggunakan ibu jari) atau belakang
(metode 3 jari). Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak,
ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berdungkul-
dungkul, berjumlah tunggal atau multipel, memiliki batas yang tegas atau tidak,
dan keadaan mobilitas nodul. Biasanya lunak pada graves’, firm pada
Hashimoto’s thyroiditis, malignancy benign dan malignant nodule atau bisa nyeri
seperti pada tiroiditis.
Auskultasi: keadaan hipervaskuler seperti pada penyakit graves’ bisa
terdengar suara murmur kontinu atau bruit pada kelenjar tiroid.
Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis bisa menuntun kita pada diagnosis
kelainan tiroid, misalnya: Nodul diskret biasanya adenoma, ada fluktuasi
kemungkinan kista, terdapat pembesaran kelenjar limfe pada isthmus, cervical
chains, dan supraclavicular kemungkinan ganas. Kita juga bisa menilai
kemunkinan seseorang menderita keganasan apabila ditemukan:
High suspicion : Riwayat keluarga menderita medullary thyroid carcinoma
atau multiple endocrine neoplasia, perkembangan tumor yang cepat, terutama saat
terapi levothyroxine. Dan terdapat nodul yang keras dan melekat pada struktur di
14
![Page 6: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/6.jpg)
sekitarnya serta tanda metastasis seperti paralisis pita suara, regional
lymphadenopathy.
Moderate suspicion : Umue < 20 tahun atau r > 70 tahun, laki-laki dan
memiliki riwayat radiasi di leher dan kepala. Ditemukan nodul lebih dari 4 cm
atau partially cystic serta terdapat tanda-tanda kompresi seperti dysphagia,
dysphonia, hoarseness, dyspnea, dan batuk.
Hari, Tanggal : Thursday, 7 January 2010
Topic : Laboratory Interpretation
Lecturer : Prof. Dr. Dr. A.A.G. Budhiarta, Sp.PD-KEMD
Temapt : Angsoka, Internal Secretariat
Sanglah Hospital
PRINCIPLE DIAGNOSTIC OF GOITER
Kelenjar tiroid bekerja dengan regulasi feedback hormonal yaitu melalui
hipotalamus-hipofise-kelenjar tiroid-jaringan target. Hipotalamus mengahasilkan
TRH untuk menstimulasi hipofise agar mensekresikan suatu hormon tropik yaitu
TSH. TSH memberikan stimulus pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan 2 jenis
hormone yaitu T3 dan T4. Apabila kadar T3 dan T4 yang dihasilkan sudah cukup
atau bahkan berlebih maka akan terjadi umpan balik negatif untuk menghambat
produksi TSH dan TRH. T3 dan T4 merupakan hormone yang dibentuk dari
iodine yang mengalami proses iodinisasi pada residu tyrosin. Iodine yang
digunakan sebagai bahan baku hormone sebagian besar didapatkan pada makanan
sehari-hari. Iodine ditangkap oleh tyroglobulin melalui gerbang NIS kemudian
diangkut ke basal membran melalui pendrin. Di basal membran iodine tersebut
akan dibentuk menjadi DIT dan MIT kemudian akan terjadi ikatan antara 2
molekul tersebut sehingga menghasilkan T3 dan T4.
Iodine dalam pembentukan tiroid sangat vital peranannya. Apabila terjadi
defisiensi konsumsi iodine dapat menimbulkan goiter. Goiter bisa disebabkan oleh
banyak faktor yaitu defisiensi iodin, penyakit autoimun (Hashimoto tiroiditis),
iodine berlebih, goitrogen (lobak dan kubis), tumor pituitari (stimulasi TSH
15
![Page 7: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/7.jpg)
berlebih), kelainan enzim sintesis T3 dan T4, malignansi, tiroiditis subakut dan
penyakit granulomatosa. Angka insiden goiter di Indonesia tergolong ringan jika
diliat pada studi epidemiologi mengenai gioter di dunia. Dalam mendiagnosis
pasien goiter pemeriksaan berikut yang dapat dilakukan sesuai dengan
indikasinya, yaitu : Clinical Examination, Thyroid function test (TSH & Free
T4,T3), Ultrasonography (USG), FNAB, Thyroid Scan/ RAIU, Antibodies : Anti-
TPO, Anti-Tg.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan jenis radiologi yang efisien dan
efestif dalam membantu menegakkan diagnosis. USG dapat membantu FNAB
dalam menunjukkan letak nodul, mengevaluasi ukuran nodul dan mengevaluasi
kekambuhan nodul pasca operasi pengangkatan.
FNAB merupakan alat diagnostik utama untuk menentukan apakah sebuah
nodul itu jinak atau ganas. Memiliki spesifisitas lebih dari 90% dan sensitivitas
lebih dari 80%. Hasil pemerikasaan jaringan dapat dikategorikan jinak, ganas,
curiga ganas, folikular neoplasma, ataupun tiroiditis. FNAB menyebabkan
efektifitas harga terapi sebab tidak semua nodul harus dioperasi. FNAB memiliki
kelemahan yaitu tidak bisa membedakan folikular neoplasma ganas dan jinak dan
aspirat yang tidak representatif.
Radionucleid scanning digunakan untuk mendeteksi apakah suatu nodul
berfungsi atau tidak. Nodul yang berfungsi biasanya jinak. 5% dari nodul yang
tidak berfungsi biasanya ganas. Jenis radionucleid yang digunakan biasanya
radioiodine dan tecnium. Nodul yang berfungsi akan menyerap radionucleid dan
akan tampak lebih gelap dibanding jaringan sekitar yang disebut cold nodul.
Nodul yang tidak berfungsi cenderung tidak menyerap radionucleid sehingga
tampak lebih pudar dari jaringan sekitar yang disebut hot nodul. Radionucleid
scanning memiliki kelemahan yaitu hanya memberikan gambaran 2 dimensi dan
tidak bisa menentukan ukuran nodul. Cold nodul ditemukan pada penyakit berikut
: Thyroiditis, Fibrosis, Cyst, Non-functioning Adenoma, Multinodular Goiter,
Malignancy. Hot nodul ditemukan pada penyakit berikut : Functioning Adenoma,
Thyroiditis, Multinodular goiter.
FNAB merupakan alat diagnostik yang penting karena dapat membedakan
pakah suatu nodul ganas atau jinak. Prosedur ini memiliki sessitivitas diatas 80%
16
![Page 8: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/8.jpg)
dan spesifisitas lebih dari 90%. Dengan melakukan FNAB kita bisa mengurangi
biaya diagnostik sebesar 25% dan menurunkan tiroidektomi yang sebenarnya
tidak perlu sekitar 20-50%. Tapi metode ini juga memiliki kekurangan dimana
hasilnya sangat ditentukan oleh kualitas sampel, teknik pengambilan sampel dan
kemampuan ahli patologinya. Hal yang sering terjadi adalah hypocellular
aspirates pada lesi kistik dan false negative pada lesi ganas karena acellular atau
hypocellular specimen. Selain itu, tidak bisa dibedakan antara lesi folikular yang
ganas atau jinak, karena gambaran sitologinya sama yang membedakan hanya
invasi ke jaringan sehingga perlu pemeriksaan histopatologi.
Radionucleic scanning dapat menilai fungsi kelenjar tiroid. Biasanya
menggunakan iodine atau technetium. Nodul yang fungsinya baik biasanya jinak,
namun 90% dari nodul tidak berfungsi dengan baik tetapi hanya 5 % yang
berpotensi ganas. Pasien dengan serum TSH yang rendah dapat menjalani
radionucleic scanning terlebih dahulu. Jika hasilnya functioning, tindakan biopsi
bisa tidak dilakukan. Nodul yang berfungsi akan menyerap radionucleid dan akan
tampak lebih gelap dibanding jaringan sekitar yang disebut cold nodul. Nodul
yang tidak berfungsi cenderung tidak menyerap radionucleid sehingga tampak
lebih pudar dari jaringan sekitar yang disebut hot nodul. Cold nodul ditemukan
pada penyakit berikut : Thyroiditis, Fibrosis, Cyst, Non-functioning Adenoma,
Multinodular Goiter, Malignancy. Hot nodul ditemukan pada penyakit berikut :
Functioning Adenoma, Thyroiditis, Multinodular goiter.
Hari, Tanggal : Friday, 8 January 2010
Topic : Fine Needle Aspiration Biopsy
Lecturer : dr. I Wayan Juli Sumadi
Tempat : Pathology Anatomy Laboratorium
Sanglah Hospital
FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY OF THE THYROID GLAND
FNAB merupakan alat diagnostik yang akurat untuk menentukan apakah suatu
nodul tiroid itu ganas atau jinak. Pada urutan diagnosis suatu nodul sebaiknya
17
![Page 9: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/9.jpg)
FNAB dilakukan setelah USG dilakukan untuk mengetahui jumlah dan ukuran
nodul pasien. Jarum yang digunakan berukuran 22-27 G. FNA biopsy
menggunakan tehnik aspirasi untuk mendapatkan sample sel atau cairan pada
suatu massa tiroid. Aspirat FNAB akan memberikan gambaran sitologi dari suatu
jaringan nodul. Suatu tehnik lain yaitu FNNA, tidak memerlukan aspirasi namun
bisa juga memberikan gambaran sitologi nodul tiroid. Indikasi FNAB adalah pada
penderita dengan nodul tiroid. Tujuannya adalah sebagai diagnostic apakah suatu
nodul perlu dilakukan operasi pengangkatan atau tidak. Kontraindikasi FNAB
adalah pada pasien dengan gangguan pembekuan darah sebab hematoma yang
ditimbulkan bisa menyebabkan kompresi pada jalan napas untuk itu diperlukan
pemeriksaan BT, APPT. PT dan CT. Komplikasi FNAB sangat jarang yaitu
tusukan jarum ke trakea dan hematoma subkutan pada tempat biopsi.
Perlengkapan untuk melakukan FNAB terdiri dari : pistol shrynge, shrynge
plastik, jarum 25-27 G, glass slide, kapas alcohol, botol berisi alcohol untuk
fiksasi, sarung tangan, kontainer, label nama, lidocain. Langkah persiapan ke
pasien adalah sebagai berikut : palpasi nodul tiroid (untuk identifikasi jumlah,
besar dan konsistensi), jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan pada pasien,
informasikan pada pasien akan dilakukan 2-4 kali pengambilan sampel, jelaskan
bahwa akan terasa sedikit sakit dan diharapkan tidak ada hematoma, biopsy dapat
dilakukan di ranjang maupun di meja pemeriksaan, pasien dapat diposisikan
duduk atau berbaring supinasi, pasien diposisikan berbaring supinasi dengan
leher ekstensi agar tiroid terekspos, pasien diminta untuk tidak menelan, bicara,
dan bergerak saat dilakukan biopsi, informasikan pada pasien proses
berlangsungnya biopsi, setelah selesai pengambilan aspirat tekan titik suntikan
dengan kapas steril kira-kira 1 menit, dan minta pasien untuk duduk beberapa
menit.
Teknik pemeriksaan FNAB adalah sebagai berikut : Nodul yang akan
dibiopsi diidentifikasikan terlebih dahulu, shrynge plastik dipasang pada shrynge
holder dan digenggam dengan tangan kanan operator, 2 jari tangan kiri digunakan
untuk memfiksasi nodul, jarum ditusukkan secara cepat pada nodul, ketika jarum
sudah memasuki nodul gerakkan naik turun ke segala arah agar mendapatkan sel
representative seluruh bagian nodul dan mempermudah pengambilan sel, selama
18
![Page 10: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/10.jpg)
5-10 detik lakukan gerakan naik turun ke segala arah sampai terlihat aspirat yang
terambil, tarik jarum dari nodul kemudian tekan bekas suntikan dengan kapas
steril. Aspirat yang berbentuk cair menunjukkan bahwa nodul tersebut kistik dan
aspirasi dilanjutkan sampai cairan habis teraspirasi. Setelah selesai melakukan
aspirasi lepaskan pegangan dan biarkan plugger turun untuk menutupi ruang
vakum sehingga aspirat tetap di dalam shrynge. Cabut jarum dari shrynge, tarik
plugger shrynge 5 ml kemudian pasang jarum kembali. Injeksikan aspirat pada
masing-masing slide glass kemudian diberi label nama. Buat hapusan dengan
menggunakan slide glass yang lain. Slide yang akan dilakukan wet fixation harus
segera diletakkan dalam alkohol 95 % dan untuk pewarnaan dengan papaniculou,
untuk pengecatan giemsa preparat harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
menggunakan hair dryer tanpa difiksasi dan segera dikirim ke laboratorium.
Biasanya 2-4 aspirasi perlu dilakukan dan 8-10 slide dibuat untuk setiap nodul.
Sebaiknya aspirat didapatkan pada jaringan perifer dan pada bagian nodul yang
berbeda. Pada nodul besar hindari pengambilan spesimen pada bagian sentral dan
dalam sebab hanya akan mendapatkan cairan dan sel yang mati. Cairan aspirat
pada nodul kistik sebaiknya disimpan pada kontainer plastik untuk pemeriksaan
sitologi. Gunakan jarum baru pada tiap biopsi.
FNNA biopsi digunakan untuk meminimalisir trauma pada jaringan tiroid
dan mengurangi kontaminasi darah. Teknik persiapan pasien sama dengan FNAB.
Tidak diperlukan shrynge, jarum dipegang seperti memegang pensil dan pelan-
pelan ditusukkan pada nodul gerakkan keluar masuk selama 5-10 detik. Aspirat
masuk ke dalam jarum dan segera setelah aspirat tampak pada pangkal jarum,
jarum dicabut. Kemudian pasangkan jarum pada shrynge yang sudah berisi udara.
Kemudian injeksikan aspirat pada slide glass dan buat hapusan dengan
menggeseknya dengan slide glass yang lain dengan preparasi slide yang sama
seperti FNAB. Setelah biopsi selesai, bekas tusukan jarum biopsi ditekan dengan
lembut dengan kapas alkohol 4 x 4. ketika pendarahan berhenti ditempelkan
plester dengan perban pada bekas tusukan dan pasien diizinkan untuk pulang.
Aspirat dari jaringan tiroid terdiri dari sel folikular dan koloid. Wet-fixed
smear dicat dengan papaniculou dan memberikan gambaran nukleus yang jelas
sementara smear kering dicat dengan pewarnaan romanovsky memberikan
19
![Page 11: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/11.jpg)
gambaran sitoplasma yang jelas. Dignosis sitologi terdiri dari 4 kategori yaitu
jinak (negatif), ganas (positif), curiga ganas, atau unsatisfatory (undiagnostic).
Hari, Tanggal : Tuesday, 12 January 2010
Topic : Radionucleic Scanning of Thyroid Nodule
Lecturer : dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD
Tempat : Angsoka, Internal Secretariat
Sanglah Hospital
RADIONUCLEIC SCANNING OF THYROID NODULE
Ada beberapa jenis imaging dalam menegakkan diagnosis nodul,
ultrasonografi, radionucleid scanning, dan metode lain computed tomografi (CT),
MRI, PET dengan fludeoxyglukose. Ultrasonografi dapat mendeteksi secara
akurat untuk mendeteksi nodul yang tidak terpalpasi, ukuran nodul dan volume
goiter, membedakan simpel kiste dari nodul solid dan campuran antara nodul solid
dan kiste, memandu proses biopsy dan memfasilitasi dalam monitoring terapi. CT
scan jarang digunakan untuk evaluasi nodul kecuali pada kasus nodul substernal
pemeriksaan CT scan dapat memberikan gambaran yang baik. USG, CT dan MRI
tidak dapat digunakan untuk membedakan apakah suatu nodul jinak atau ganas.
PET scan dapat membantu membedakan nodul jinak dari nodul ganas.
Penggunaannya masih terbatas karena masalah harga dan ketersediaan alat. Tidak
bisa digunakan untuk menggantikan biopsi.
Radionucleid scan pada tiroid dapat digunakan untuk mengidentifikasi
apakah suatu nodul berfungsi atau tidak. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
untuk mengukur ukuran dari nodul secara akurat. Radioaktif iodine uptake
(RAIU) merupakan suatu pemeriksaan imaging dengan pemberian iodine
radioaktif secara peroral. Kelenjar tiroid yang aktif akan mengambil iodine
radioaktif dan akan memberikan gamabran yang lebih gelap dari jaringan sekitar
yang disebut hot nodul. Nodul tiroid yang tidak berfungsi tidak akan mengambil
iodine radioaktif sehingga akan memberikan gambaran yang transparan
20
![Page 12: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/12.jpg)
disbanding jaringan sekitar yang disebut dengan cold nodul. Hampir semua nodul
malignan merupakan cold nodul dan sekitar 5% dari cold nodul merupakan
malignan. Radionucleid scan dikerjakan dengan menggunakan 3 radioiodin
berikut, yaitu : iodin-123, iodin-131 atau technetium-99m-yang berlabel
pertecnetate. Penggunaan isotop iodine lebih disarankan mengingat pemeriksaan
technetium sekitar 3-8 persen menunjukkan nodul aktif sementara pemeriksaan
radioiodine memberikan hasil nodul inaktif dan beberapa nodul tersebut ternyata
malignan. Tecnitium scanning disarankan dalam beberapa prosedur diagnostic
sebab bisa dilakukan dengan cepat dan pasien tidak diminta puasa sebelumnya.
Beberapa professional menganjurkan menggunakan I-131 untuk memonitoring
pasien kanker dan menggunakan I-123 untuk tes uptake tiroid dan scan tiroid
rutin.
Persiapan pasien dilakukan dengan meminta paien menghentikam
konsumsi makanan atau obat yang dapat mengganggu pemeriksaan , misalnya :
makanan dan suplemen tinggi iodin, hormone tiroid pengganti, dan obat anti tiroid
selama periode tertentu. Apabila pernah melakukan pemeriksaan x-ray dengan
kontras yang memakai iodine diberikan interval waktu 60-90 hari. Prosedur
testnya adalah sebagai berikut : pasien akan diberikan dosis kecil iodin radioaktif
secara oral atau injeksi, 6-24 jam kemudian pasien diperiksa uptake iodine-nya,
untuk scanning radioaktif diinjeksikan melalui vena, pasien diminta berbaring
pada meja atau ranjang dengan leher hiperekstensiuntuk mempermudah posisi
diberikan bantal pengganjal pada punggung. Kamera sinar gamma akan
mendeteksi radioisotope yang dikoleksi dalam kelenjar tiroid selama 20-30 menit
dan memproduksi gambar pada layar foto. Untuk pasien hamil dan alergi iodine
pemeriksaan perlu dipertimbangkan dan kemungkinan akan dilakukan dengan
mengurangi dosis.
Indikasi untuk tiroid scintigrafi : pemeriksaan nodul tiroid, diagnosis
tirotoksikosis, pemeriksaan goiter, evaluasi tiroid ektopik, pemeriksaan kanker
tiroid, menentukan massa tiroid retrosternal, dan diagnosis work up pada bayi
dengan T4 rendah dan atau kadar TSH tinggi. Scanning radionucleid tidak
direkomendasikan secara rutin namun direkomendasikan pada kasus dengan
supresi kadar tirotropin dan penemuan massa folikular pada biopsi. Ultrasonografi
21
![Page 13: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/13.jpg)
direkomendasikan untuk membantu FNAB terutama pada nodul yang kecil dan
insidental.
Day, Date : Saturday, 16 January 2010
Topic : Ultrasound and Radiologic Imaging for Thyroid Nodule
Lecturer : dr. Elysanti Dwi Martadiani, Sp.Rad
Venue : Radiologic Secretariat
Sanglah Hospital
Ultrasound and Radiologic Imaging for Thyroid Nodule
USG adalah alat ynag menggunakan gelombang suara yang berfrekuensi tinggi.
Gelombang ultrasonik dihasilkan oleh suatu transduser ynag dapat merambatkan
suara melewati jaringan tubuh manusia dan ketika membentur suatu organ atau
permukaan dengan tektur yang berbeda gelombang akan dipantulkan. Maka
terbentuklah suatu citra yang dapat kita lihat di layar. USG dapat membedakan
lesi padat dengan kistik. Namun, tidak bisa mengevaluasi struktur yang berisi
udara atau tulang.
USG memiliki sensitivitas yang tinggi untuk melihat struktur lesi pada tiroid
mulai dari jumlah nodul, ukuran, echotexture, tepi, microcalcification, dan
vaskularisasi. Tetapi USG tetap tidak bisa menentukan dengan pasti apakah suatu
nodul ganas atau jinak. US + Doppler + spectral analysis dapat menilai
vaskularisasi lebih detail dan sangat berguna pada skrining kanker tiroid karena
kebanyakan memiliki banyak central vascular pattern sedangkan untuk
perinodular pattern biasanya jinak. Selain berfungsi melihat kelenjar tiroid, USG
juga bisa mengidentifikasi limfenodus untuk melihat kemungkinan metatastasis
dan membantu pengambilan sampel saat FNAB.
Gambaran lesi kistik pada USG adalah an echoic lesion, jadi nodulnya
sangat gelap dibandingkan jaringan sekitar. Disebut simple jika hanya berisi
cairan dan kompleks jika terdapat internal echo/ septation/ solid/ calcification.
Pada pemeriksaan dengan doppler perlu curiga keganasan jika keadaan
hipervaskuler terutama central pattern dengan pembuluh darah yang tidak
beraturan dan berkelak kelok (chaotic arrangement of blood vessels with
22
![Page 14: Resume](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081803/55cf9de2550346d033afacf8/html5/thumbnails/14.jpg)
arteriovenous shunts). Tanda-tanda keganasan ynag lain adalah lesi kecil (<1cm),
hypoechoic, berbatas tidak tegas, dalamnya lebih besar dari lebarnya, multilobuler
dan biasanya terdapat mikrokalsifikasi.
Dengan menggunakan Color Doppler US kita juga bisa menghitung Resistif
Index atau RI. Berdasarkan penelitian lesi ganas memiliki RI 0.76 ±0.13 dan lesi
jinak dengan RI 0.62 ± 0.08
Pemeriksaan imaging lain yang bisa digunakan adalah Chest X-Ray,
Cervical Plain X-Photo, dan CT/ MRI. Pemeriksaan ini dapat menentukan
penyebaran dari kanker dan mengevaluasi keberhasilan terapi. Foto thorax dapat
melihat metastasis kanker ke paru-paru terutama kanker tipe folikular dan melihat
intrathoracic goiter. Foto polos servikalis dapat mengevaluasi penyempitan jalan
napas, component kalsifikasi pada massa tiroid, dan metaatasis ke tulang-tulang
servikalis. Yang terakhir CT/MRI berguna untuk staging kanker tiroid karena
dapat melihat metastasis local dan metastasis jauh, mengevaluasi retrosternal
goiter, serta baik untuk melihat thyroid opthalmopathy.
23