right to life - bem fh ui 2017 | nyata...

9
4/5/2015 1 HAK HIDUP Legal Basis DUHAM: Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamanan pribadi (Pasal 3 DUHAM) Dasar Hukum Instrumen Internasional International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR Pasal 6 ayat (1)) Setiap manusia memiliki hak untuk hidup yang melekat pada dirinya. Hak ini harus dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun dapat dicabut hak hidupnya dengan sewenang-wenang. Kovensi Hak Anak / Convention on the Rights of the Child (CRC) Pasal 6 ayat (1) 1. Negara Pihak mengakui bahwa setiap anak mempunyai hak hidup yang melekat pada dirinya. Instrumen Regional Pasal 4 dari African Charter of Human and Peoples' Rights Human beings are inviolable. Every human being shall be entitled to respect for his life and the integrity of his person. No-one shall be arbitrarily deprived of this right. American Convention on Human Rights Every person has the right to have his life respected. This right shall be protected by law and, in general from the moment of conception. No-one shall be arbitrarily deprived of his life.

Upload: nguyenkhanh

Post on 05-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

1

HAK HIDUP

Legal Basis

DUHAM: Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasandan keamanan pribadi

(Pasal 3 DUHAM)

Dasar Hukum – Instrumen Internasional

International Covenant on Civil and Political Rights

(ICCPR – Pasal 6 ayat (1))

Setiap manusia memiliki hak untuk hidup yang melekatpada dirinya. Hak ini harus dilindungi oleh hukum. Tidakseorang pun dapat dicabut hak hidupnya dengansewenang-wenang.

Kovensi Hak Anak / Convention on the Rights of the Child (CRC) Pasal 6 ayat (1)

1. Negara Pihak mengakui bahwa setiap anak mempunyai

hak hidup yang melekat pada dirinya.

Instrumen Regional• Pasal 4 dari African Charter of Human and Peoples' Rights

Human beings are inviolable. Every human being shall be entitled to

respect for his life and the integrity of his person. No-one shall be

arbitrarily deprived of this right.

• American Convention on Human RightsEvery person has the right to have his life respected. This right shall

be protected by law and, in general from the moment of conception.

No-one shall be arbitrarily deprived of his life.

Page 2: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

2

• Pasal 2 dari Kovensi HAM Eropa: 1. Everyone's right to life shall be protected by law. No one shall be deprived of

his life intentionally save in the execution of a sentence of a court following his

conviction of a crime for which this penalty is provided by law.

2. Deprivation of life shall not be regarded as inflicted in contravention of this

article when it results from the use of force which is no more than absolutely

necessary:

a) in defense of any person from unlawful violence;

b) in order to effect a lawful arrest or to prevent the escape of a person

lawfully detained;

c) in action lawfully taken for the purpose of quelling a riot or insurrection.

Article 4 of the ICCPR

1 . Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa and

keadaan tersebut telah dinyatakan secara resmi, Negara pihak

dapat mengambil langkah-langkah untuk mengesampingkan

kewajibannya menurut Kovenan ini sejauh untuk hal-hal yang amat

sangat dibutuhkan dalam situasi tersebut sepanjang tindakan-

tindakan tersebut tidak bertentangaan dengan kewajiban lainnya

dalam hukum inteernasional dan tidak terjadi diskriminasi yang

berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, dan

asal sosial.

2. Tidak ada derogasi/pengecualian terhadap pasal-pasal 6, 7, 8 (I &

2), 11, 15, 16 dan 18.

3. Negara Pihak yang hendak melakukan derogasi/pengecualian

harus segera memberitahukan Negara Pihak lainnya melalui

perantara Sekretaris Jendral PBB mengenai pasal-pasal mana yang

hendak dikesampingkan dan alasan-alasannya. Komunikasi lebih

lanjut harus dilakukan melalui perantara pada tanggal

derogasi/pengecualian itu dihentikan.

Sifat dari Hak hidup Fundamental

Tidak ada derogation/pembatasan untuk pasal-pasal 6

(right to life), 7, 8 (paragraphs I and 2), 11, 15, 16 and 18

may be made under this provision.

Tidak membenarkan tindakan negara pihak untuk

mencabut nyawa – termasuk hukuman mati dan

pembunuhan sewenang-wenang dan tidak berdasarkan

hukum.

Dalam hal perang (the law of war and humanitarian law) :

melemahkan musuh

Multi dimensi dan bentuk : merupakan sumber dari

semua hak asasi manusia

Hubungan antara Hak Hidup dan Hak-hak

asasi lainnya:

Situation 1 : hungry? Situation 2 : torture?

Page 3: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

3

Kewajiban Negara

• Menghormati/ To respect:

- menghormati hak asasi warganya

- tidak melanggar hak asasi warganya

• Melindungi / To protect:

melindungi setiap orang di wilayahnya dari pelanggaran

ham oleh pihak lain

• Memenuhi / To fulfil:

memenuhi hak-hak asasi manusia. Kewajiban ini

menjadi sangat penting terutama terhadap orang yang

tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena

keterbatasannya.

Kewajiban Negara - Hak Hidup the prohibition of arbitrary

killing

the obligation to protect the right

to life – to prevent arbitrary

killing including by third party(s)

to create general conditions and

systems protecting the right to

life and fulfill those conditions

the obligation to conduct an

effective investigation, and

the obligation to provide an

effective remedy

1.To respect

2.To protect

3.To fulfill

1. to Respect

2. to Protect

3.To Fulfill

- Result &

Process

- Positive &

Negative

Melindungi hak hidup

Larangan pembunuhan

sewenang-wenang

kewajiban untuk melindungi

hak hidup termasuk mencegah

pembunuhan sewenang-wenang

oleh pihak ketiga.

menciptakan kondisi-kondisi

dan sitem yang melindungi hak

hidup.

kewajiban untuk melakukan

investigasi yang effektif dan

menghukum pelakunya.

Kewajiban untuk memberikan

pemulihan terhadap korban.

UUD 1945 Amandemen II

Pasal 28 A :Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untukmempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28 B ayat (2) :Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh, danberkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasandan diskriminasi.

Pasal 53 ayat (1) UU 39/1999Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk

hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan tarafhidup.

.

11

The controversial issues of right to life

Abortion Killing

Death

Penalty

Euthanasia

Page 4: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

4

ABORTION

WHAT IS ABORTION?

Pembunuhan (?) – Pro life Hak? – Pro Choice

15

ALASAN Indonesia Philipina Pakistan Malaysia Thailand India Singapura Turki

Menyelamatkan nyawa ibu

Alasan Kesehatan

Alasan Kesehatan Jiwa

Perkosaan atau incest

Dugaan Lahir cacat

Alasan Ekonomi & Sosial

Atas permintaan

KUHP UU Kesehatan R-KUHP

Dilarang

dengan

alasan

apapun

Pasal

346, 347,

348

Boleh jika dengan

alasan “dalam keadaan

darurat sebagai upaya

menyelamatkan jiwa ibu

dan atau janin dalam

kandungannya”.

Pasal 75, 76, 77, 94

Pasal 579 ayat (2)

Tidak dipidana,

Dokter yang melakukan

tindakan medis tertentu

dalam keadaan darurat

untuk menyelamatkan

jiwa ibu hamil dan atau

janinnya.

16

Page 5: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

5

Pasal 75 UU Kesehatan

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik

yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit

genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki

sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis

bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan

setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri

dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang

kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Kapan? Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya

dapat dilakukan:

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung

dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal

kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan

kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan

oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat

yangditetapkan oleh Menteri.

• Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan

dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat

(2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan

tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan

norma agama dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

• Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Euthanasia

Page 6: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

6

Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuanmembedakan kematian ke dalam tiga jenis, yaitu:

• Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi karenaproses alamiah.

• Dysthanasia, yaitu kematian yang terjadi secaratidak wajar.

• Euthanasia (mercy killing), yaitu kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak denganpertolongan dokter.

21

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu

eu yang berarti indah, bagus, terhormat atau gracefully and with dignity,dan

thanatos yang berarti mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapatdiartikan sebagai mati dengan baik.

• Menurut Philo (50-20 SM) euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik,

• Suetonis penulis Romawi dalam bukunya yang berjudul Vita Ceasarummengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita’

• Sejak abad 19 terminologi euthanasia dipakai untuk penghindaran rasasakit dan peringanan pada umumnya bagi yang sedang menghadapikematian dengan pertolongan dokter.

22

• Passive (commit) and /active (omit)

• Mengakhiri hidup seseorang dari penderitaan

• Pasien sakit parah;

• Dengan atau tanpa persetuan dari yang

bersangkutan dan/atau keluarganya.

• Demi kebaikan pasien dan atau keluarganya.

23

Type of Euthanasia

• Passive : pencabutan alat bantu pernafasan,

makanan, dll – dibantu tenaga medis

• Active: tenaga medis secara aktif mengakhiri hidup

seseoarang.

• Voluntary: dengan persetujuan yang bersangkutan

• Involuntary: tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Page 7: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

7

Euthanasia : Kewajiban vs Hak

Setuju• Orang yang sakit parah harus

diberikan hak untuk

mengakhiri penderitaannya

dengan cepat dan

bermartabat.

• Hak atas kematian harus juga

diatur dalam UUD seperti

halnya dengna hak hidup,

perkawinan, dll

Tidak setuju• Dokter mempunyai tanggung

jawab moral untuk menjaga

supaya pasiennya tetap hidup

– hippocratic Oath.

• They argue there may be a

"slippery slope" from

euthanasia to murder:

legalisasi euthania dapat

secara tidak adil

mendiskriminasi yang miskin

dan cacat untuk mengakhiri

kematian demi efisiensi

keuangan.

DEATH PENALTY

International legal basis Art. 6 of ICCPR(2) In countries which have not abolished the death penalty, sentence of death may

be imposed only for the most serious crimes in accordance with the law in

force at the time of the commission of the crime and not contrary to the

provisions of the present Covenant and to the Convention on the Prevention

and Punishment of the Crime of Genocide. This penalty can only be carried

out pursuant to a final judgement rendered by a competent court.

(3) When deprivation of life constitutes the crime of genocide, it is understood that

nothing in this article shall authorize any State Party to the present Covenant to

derogate in any way from any obligation assumed under the provisions of the

Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide.

(4) Anyone sentenced to death shall have the right to seek pardon or commutation

of the sentence. Amnesty, pardon or commutation of the sentence of death may

be granted in all cases.

(5) Sentence of death shall not be imposed for crimes committed by persons below

eighteen years of age and shall not be carried out on pregnant women.

(6) Nothing in this article shall be invoked to delay or to prevent the abolition of

capital punishment by any State Party to the present Covenant.

International Legal basis

Second Optional Protocol to the International Covenant on

Civil and Political Rights, Aiming at the Abolition of the

Death Penalty

Article 1

No one within the jurisdiction of a State Party to the

present Protocol shall be executed. 2. Each State Party

shall take all necessary measures to abolish the death

penalty within its jurisdictio

Page 8: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

8

Safeguard guaranteeing protection of the rights of

those facing the death penaltyApproved by Economic and Social Council Resolution 1984/50 of 25 May 1984

• In countries which have not abolished the death penalty, capital punishment may be

imposed only for the most serious crimes, it being understood that their scope should

not go beyond intentional crimes with lethal or other extremely grave consequences.

• Capital punishment may be imposed only for a crime for which the death penalty is

prescribed by law at the time of its commission.

• Cannot be sentenced to death penalty : persons below 18 years of age at the time of

the commission of crime, pregnant women, or on new mothers, or on persons who

have become insane.

• the guilt of the person charged is based upon clear and convincing evidence leaving

no room for an alternative explanation of the facts.

• Capital punishment may only be carried out pursuant to a final judgment rendered by

a competent court after legal process which gives all possible safeguards to ensure a

fair trial.

• have the right to seek pardon, or commutation of sentence; pardon or commutation of

sentence may be granted in all cases of capital punishment.

• Capital punishment shall not be carried out pending any appeal or other recourse

procedure or other proceeding relating to pardon or commutation of the sentence.

• Where capital punishment occurs, it shall be carried out so as to inflict the minimum

possible suffering.

Regional Instruments

Protocol No. 6 to the Convention for the Protection

of Human Rights and Fundamental Freedoms

concerning the abolition of the death penalty

Article 1 – Abolition of the death penalty

The death penalty shall be abolished. No-one shall be condemned to

such penalty or executed.

Charter of Fundamental Rights of the European

Union, 2000 O.J. (C 364) 1 (Dec. 7, 2000).

Article 2 - Right to life

1. Everyone has the right to life.

2. 2. No one shall be condemned to the death penalty, or executed.

Death PenaltyYes

• Efisiensi Ekonomi

• Bukan merupakan tindakan

yang semena mena

• Effek jera (?),

• Mencegah recidivism, and

• Pembalasan yang setimpal

untuk kasus-kasus tertentu.

No

• Tindakan yang tidak manusiawi

Inhuman treatment/arbitrary killing

• Melanggar HAM

• Negara tidak mempunyai HAK

untuk mencabut nyawa

seseorang.

• No Restoration justice - tidak

menghukum terpidana-

• Tidak menimbulkan effek jera

• Error judiciare: leads to executions

of some who are wrongfully

convicted – Tidak ada sistem

hukum yang sempurna –

kesalahan mungkin terjadi.

• Diskriminasi terhadap kaum

lemah, miskin , minoritas, dan

aktivis.

Page 9: RIGHT TO LIFE - BEM FH UI 2017 | Nyata Berkaryabem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/right-to-life.pdf · 4/5/2015 5 Pasal 75 UU Kesehatan (1) Setiap orang dilarang melakukan

4/5/2015

9

Death Penalty Execution INDONESIA

• Pidana Mati– Pasal10 KUHP, eksekusi: gantung(Pasal 11 KUHP)

• Eksekusi: - tembak (PENPRES 2/1964 UU No. 5/1969)- tembak di tempat yang tersembunyi- eksekusi dapat ditunda dalam hal terpidana

hilang ingatan, sakit, atau hamil.

KUHP Indonesia

1. Makar dengan maksud membunuh presiden dan wakil presiden(Pasal 104 KUHP);

2. Melakukan hubungan dengan negara asing sehingga terjadi perang (Pasal 111 Ayat 2 KUHP);

3. Pengkhianatan memberitahukan kepada musuh di waktu perang (Pasal 124 Ayat 3 KUHP);

4. Menghasut dan memudahkan terjadinya huru-hara (Pasal 124 bis KUHP);

5. Pembunuhan berencana terhadap kepala negara sahabat (Pasal 140 Ayat 3 KUHP);

6. Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);

7. Pencurian dengan kekerasan secara bersekutu mengakibatkan luka berat atau mati (Pasal 365 Ayat 4 KUHP);

8. Pembajakan di laut mengakibatkan kematian (Pasal 444 KUHP);

9. Kejahatan penerbangan dan sarana penerbangan (Pasal 149 K Ayat 2 & Pasal 149 O Ayat 2 KUH

Diluar KUHP yang menerapkan

hukuman mati

1. UU NO. 22 tahun 1997 & UU No. 5 tahun 1997 mengenainarkotika dan dan psikotropika;

2. UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001 tentang TindakPidana Korupsi;

3. UU No. 26 tahun 2000 mengenai Pengadilan HAM;

4. Pasal 14 PERPU No. 1/2002 UU No. 15/2003 tentang Teroris(dicabut oleh MK)